You are on page 1of 9

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

PENGARUH LUAS DAUN TERHADAP KECEPATAN ABSORBSI AIR

Dea Prahasti Rachmi 1210702029

Tgl Praktikum Tgl Pengumpulan

: 30 Maret 2012 : 9 April 2012

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2012

1. JUDUL : Pengaruh Luas Daun Terhadap Kecepatan Absorbsi Air 2. PENDAHULUAN a. Tujuan Mengetahui pengaruh luas daun terhadap kecepatan absorbsi air

b. Tinjauan Pustaka Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam bentuk uap air. Teori rapapun yang menejelaskan gerak ke atas air dalam xylem harus memperhatikan volume ai yang diangkut serta kecepatannya. Misalnya teori vital yang menyebutkan bahwa perjalanan air hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel sel hidup, dalam hal ini adalah sel parenkim kayu dan sel jari jari empulur yang ada di sekitar xylem (Dwijoseputro.1994) Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi dengan melalui alat yang disebut hidatoda, yaitu yaitu suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita jumpai pada spesies tumbuhan tertentu (Sastramihardja, 1996). Transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat, yaitu menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang, membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar, mengurangi air yang terserap secara berlebihan, Mempertahankan temperature yang sesuai untuk daun, mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata. Absorbsi air akan ditentukan oleh beberapa faktor antara lain, tekanan air, kapilaritas, tingkat aktifitas kehidupan daya hisap daun (Soerodikosoemo, 1993). Perjalanan air di dalam tanaman akan terlaksana krn bantuan sel-sel hidup, dalam hal ini adalah sel-sel parenkim kayu & sel-sel jari-jari empulur yang ada di sekitar xilem. Xilem adalah jaringan tanaman yg berupa pipa kapiler yg berhubungan satu dgn yg lain yg membawa air & mineral secara vertikal. Hanya xilem yg dekat dengan kambium saja yang digunakan untuk mentransportasikan air dari akar sampai ke ujung batang. Kecepatan perjalanan zat terlatur malalui

xylem itu sangat di pengaruhi oleh kegiatan transpirasi, sedangkan perjalanan zat larut melalui floem itu pun terpangaruhi oleh kegiatan transpirasi fotosintesis (Kasiono, 2009).

3. METODE a. Alat dan Bahan Alat Fotometer Statif dan klem Pisau Bahan Ranting tanaman Vaselin Aquades

4. LANGKAH KERJA Disiapkan satu buah ranting atau daun tanaman yang tidak mudah layu. Pilihlah ukuran ranting daun yang sama dengan ukuran pipa karet pada fotometer. Dibuat ukuran atau jumlah daun pada ranting tersebut. Dilepas karet penyumbat pada tabung kaca fotometer. Dimasukkan air kedalam lubang berpenutup sampai terbentuk gelembung. Masukkan rantin atau tangkai daun kedalam pipa fotometer. Kemudian ditutup mulut kaca dengan penyumbat dengan rapat Diangkat rangkaian percobaan tersebut dan beri tanda posisi awal dari air pada pipa berskala dengan spidol

Percobaan ini disimpan pada tempat yang terkena cahaya. Untuk pengembangan dapat pula satu fotometer ditempatkan di tempat terik dan satu fotometer lainnya di ruangan tetapi ukuran (jumlah) daun dibuat sepadan (sama). 0.08 0.1 0.09 5. ANALISA DATA Tabel 1. Pengamatan laju penyerapaan air dengan cahaya 100% kelompok 1 No 1 2 3 Ulangan 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Daya hisap daun 0.08 ml 0.08 ml 0.1 ml Jumlah Daun 32 32 32 Luas Daun 256 cm2 256 cm2 256 cm2

Rata - rata

0,087 ml

32

256 cm2

Tabel 2. Pengamatan laju penyerapaan air dengan cahaya 100% kelompok 2 No 1 2 3 Ulangan 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata Daya hisap daun 0.01 ml 0.03 ml 0.05 ml 0,02 ml Jumlah Daun 5 5 5 5 Luas Daun 36 cm2 36 cm2 36 cm2 36 cm2

Tabel 3. Pengamatan laju penyerapaan air dengan cahaya 100% kelompok 3 No 1 2 3 Ulangan 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata Daya hisap daun 0.1 ml 0.1 ml 0.11 ml 0,10 ml Jumlah Daun 5 5 5 5 Luas Daun 50 cm2
50 cm2 50 cm2

50 cm2

Tabel 4. Pengamatan laju penyerapaan air dengan cahaya 100% kelompok 4 No 1 2 3 Ulangan 20 menit ke-1 40 menit ke-2 60 menit ke-3 Rata-rata Daun hisap daun 0.09 ml 0.02 ml 0.11 ml 0,07 ml Jumlah Daun 17 17 17 17 Luas daun 293cm2 293cm2 293cm2 293cm2

Tabel 5. Pengamatan laju penyerapaan air dengan cahaya 100% kelompok 5 No 1 2 3 Ulangan 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata rata Daya hisap daun 0.02 ml 0 ml 0,17 ml 0,25 ml 0,026 ml Jumlah Daun 8 8 8 8 Luas Daun 48cm2 48cm2 48cm2 48cm2

Tabel 6. Pengamatan laju penyerapan air dengan cahaya 75% kelompok 1 No. Ulangan (n) Daya hisap daun Jumlah daun Luas daun

1. 2. 3.

20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata

0,66 ml 0,75 ml 0,75 ml - 0,82 ml 0,82 ml - 0, 82 ml 0,053 ml

32 32 32 32

258 cm2 258 cm2 258 cm2 258 cm2

Tabel 7. Pengamatan laju penyerapan air dengan cahaya 75% kelompok 2 No. 1. 2. 3. Ulangan (n) 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata Daya hisap daun 0,7 ml 0,74 ml 0,74 ml 0,80 ml 0,80 ml 0,83 ml 0,043 ml Jumlah daun 5 5 5 5 Luas daun 36cm2 36cm2 36cm2 36cm2

Tabel 8. Pengamatan laju penyerapan air dengan cahaya 75% kelompok 3 No. 1. 2. 3. Ulangan (n) 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata Daya hisap daun 0,2 ml 0,4 ml 0,4 ml 0,61 ml 0,61 ml 0,84 ml 0,21 ml Jumlah daun 5 5 5 5 Luas daun 50 cm2 50 cm2 50 cm2 50 cm2

Tabel 9. Pengamatan laju penyerapan air dengan cahaya 75% kelompok 4 No. 1. 2. 3. Ulangan (n) 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata Daya hisap daun 0,37 ml 0,45 ml 0,45 ml 0,49 ml 0,49 ml 0,52 ml 0,05 ml Jumlah daun 17 17 17 17 Luas daun 293cm2 293cm2 293cm2 293cm2

Tabel 10. Pengamatan laju penyerapan air dengan cahaya 75% kelompok 5 No. 1. 2. 3. Ulangan (n) 20 menit ke-1 20 menit ke-2 20 menit ke-3 Rata - rata Daya hisap daun 0,25 ml 0,26 ml 0,26 ml 0,26 ml 0,26 ml 0,28 ml 0,01 ml Jumlah daun 8 8 8 8 Luas daun 48 cm2 48 cm2 48 cm2 48 cm2

Tabel 11. Pengukuran daya hisap daun dengan luas daun No. 1 2 3 4 5 Kelompok ke1 2 3 4 5 Luas daun 256 cm2 36 cm2 50 cm2 293 cm2 48 cm2 Rata rata daya hisap daun 100% 0,087 ml 0,02 ml 0,10 ml 0,04 ml 0,03 ml Rata-rata daya hisap daun 75% 0,053 ml 0,043 ml 0,21 ml 0,05 ml 0,01 ml

6. PEMBAHASAN Pada percobaan kali ini pengamatan yang dilakukan adalah tentang pengaruh luas daun terhadap daya absorpsi pada tumbuhan. Pengulangan sebanyak tiga kali, sehingga didapatkan hasil dari percobaan dengan cahaya matahari 100% yaitu pada keadaan awal 0,15ml dengan luas daun 48cm2 dan 8 jumlah daun. Setelah 20 menit pertama adanya perubahan volume air bertambah 0,02 ml sehingga menjadi 0,17ml, kemudian 20 menit kedua yaitu tidak terjadi perubahan, dan 20 menit ketiga yaitu bertambah 0,08 sehingga menjadi 0,25ml. Hal tersebut membuktikan bahwa semakin lama waktu pengulangan angka maka volume skala air naik. Selanjutnya yaitu perlakuan pada cahaya matahari 75% dengan pengulangan sebanyak tiga kali yaitu didapatkan hasil pada keadaan awal 0,25 dengan luas daun 48cm2 dan 8 jumlah daun. Setelah 20 menit pertama adanya perubahan volume skala air 0,01ml sehingga menjadi 0,26ml. Selanjutnya 20 menit kedua tidak terjadi perubahan. Dan 20 menit ketiga terjadi penambahan volume skala air 0,02 ml sehingga didapatkan skala 0,28ml. Rata rata daya hisap daun dengan cahaya matahari 100% yaitu 0,03 ml dengan daya hisap daun dengan cahaya matahari 75% yaitu 0,01 ml berbeda karena cahaya matahari mempengaruhi laju absorpsi air. Pada percobaan tanpa cahaya laju absorpsinya lebih kecil dibandingkan pada percobaan menggunakan cahaya matahari. Hal ini disebabkan cahaya matahari merupakan faktor penting dalam proses transpirasi, stomata akan membuka bila terkena cahaya matahari. Berarti, semakin banyak cahaya matahari semakin banyak jumlah stomata yang membuka dan semakin tinggi laju transpirasinya berikut laju absorpsinya. Dan berikut adalah grafik keseluruhan dari luas daun dan laju air pada fotometer dengan cahaya 100%.

Pengukuran Laju air Pada Fotometer dengan Cahaya 100%


0.12 volume skala air 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 36 48 50 256 293 Luas permukaan daun Pengukuran Laju air Pada Fotometer dengan Cahaya 100%

Dari grafik diatas dengan hasil pengamatan data yang diperoleh pengukuran laju air pada fotometer dengan cahaya 100% yaitu pada kelompok 1 dengan luas daun 256 cm 2
,

volume skala air 0,087 ml. Kemudian kelompok 2 dengan luas daun 36 cm2 dengan volume skala air 0,02 ml yang artinya laju air yang paling rendah. Selanjutnya kelompok 3 yaitu Luas daun 50 cm2 dengan volume skala air yaitu 0,1 ml dan menunjukkan laju air yang paling tinggi. Selanjutnya pada kelompok 4 dengan luas daun 293 cm2 dengan volume skala air yaitu 0,04 ml dan yang terakhir kelompok 5 yaitu luas daun 48 cm2 dan volume skala air yaitu 0,03 ml. Dan menunjukkan bahwa semakin Semakin luas daun maka semakin besar absorpsi air, dan sebaliknya semakin sempit luas daun maka akan memperlambat laju absorpsi air.sempit luas daun maka akan memperlambat laju absorpsi air.

Selanjutnya yaitu grafik keseluruhan dari luas daun dan laju air pada fotometer dengan cahaya 75%.

Pengukuran Laju air Pada Fotometer dengan Cahaya Ruangan 75%


0.25 0.2 volume skala air 0.15 0.1 0.05 0 36 48 50 256 293 luas permukaan daun Pengukuran Laju air Pada Fotometer dengan Cahaya Ruangan 75%

Dari grafik diatas dengan hasil pengamatan data yang diperoleh pengukuran laju air pada fotometer dengan cahaya 75% yaitu pada kelompok 1 dengan luas daun 256 cm2 dengan volume skala air 0,053 ml . selanjutnya yaitu pada kelompok 2 dengan luas permukaan 36 cm2 dengan volume skala air 0,43 ml. Pada kelompok 3 dengan luas daun 50 cm2 dan volume skala air 0,10 ml yang menunjukkan daya hisap daun yang paling tinggi. Pada kelompok 4 dengan luas permukaan 293 cm2 dan volume skala air 0,05 ml. dan yang terakhir kelompok 5 dengan luas permukaan daun 48 cm2 dan volume skala air 0,01 ml yang menunjukkan bahwa daya hisap daun yang paling rendah. Dan seharusnya membuktikan bahwa Semakin luas daun maka semakin besar absorpsi air, Hal tersebut mungkin diakibatkan fotometernya rusak, terdapat kebocoran dalam penyumbat ( vaselin kurang rapat ) dan adanya kesalahan yang dilakukan pada saat pengamatan. . Selain faktor luas daun, cahaya juga dapat mempengaruhi laju absorpsi air, hal ini dapat dilihat pada data diatas. Pada percobaan tanpa cahaya laju absorpsinya lebih kecil dibandingkan pada percobaan menggunakan cahaya matahari. Hal ini disebabkan cahaya matahari merupakan faktor penting dalam proses transpirasi, stomata akan membuka bila terkena cahaya matahari. Berarti, semakin banyak cahaya matahari semakin banyak jumlah stomata yang membuka da semakin tinggi laju transpirasinya berikut laju absorpsi nya. Selain faktor luas daun, cahaya juga dapat mempengaruhi laju absorpsi air. Perluasan daun tergantung terutama pada pembesaran sel, maka prinsip yang mendasari dua proses ini mirip. Hambatan terhadap pembesaran sel berakibat pada pelambatan perluasan daun, ini merupakan awal perkembangan kahat air. Luas permukaan daun yang

lebih kecil akan menguapkan air lebih sedikit , secara efektif menyimpan suplai air yang terbatas dalam tanah untuk periode yang lebih lama.

5. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa luas permukaan daun dapat mempengaruhi kecepatan absorpsi air. semakin luas permukaan daun maka absrpsi air semakin cepat. Pada percobaan tanpa cahaya laju absorpsinya lebih kecil dibandingkan pada percobaan menggunakan cahaya matahari. Hal ini disebabkan cahaya matahari merupakan faktor penting dalam proses transpirasi, stomata akan membuka bila terkena cahaya matahari. Dan dari data prcobaan pada cahaya 100% yaitu luas daun 50 cm2 dengan volume skala air yaitu 0,1 ml dan menunjukkan laju air yang paling tinggi, sedangkan luas daun 36 cm2 dengan volume skala air 0,02 ml yang artinya laju air yang paling rendah. Sedangkan hasil data percobaan cahaya 75% yaitu luas daun 50 cm2 dan volume skala air 0,10 ml yang menunjukkan daya hisap daun yang paling tinggi sedangkan luas permukaan daun 48 cm2 dan volume skala air 0,01 ml yang menunjukkan bahwa daya hisap daun yang paling rendah.

Daftar Pustaka
Dwijoseputro.1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Gramedia. Kasiono. 2009. Diktat Kuliah Absorpsi Air. Kimball, John W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga. Sastramihardja, D. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Soerodikosoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

You might also like