You are on page 1of 29

1

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA


Klinik Dokter Keluarga FK UNISMA Berkas Pembinaan Keluarga Tanggal kunjungan pertama kali: 1 November 2010 KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA Nama Pasien Alamat Bentuk Keluarga : An. F : Malang : Nuclear famili No. Berkas No. RM : :

Nama Pasien : An. F

Tabel 1. Daftar anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


No 1 2 3 Nama Tn. B Ny. B An. F Kedudukan Suami Istri Anak L/P L P L Umur 24 th 24 th 7 bulan Pendidikan S1 S1 S1 Pekerjaan Mahasiswa, kerja Swasta Ibu rumah tangga Ya GE akut Dengan dehidrasi sedang Pasien Klinik Tidak Tidak Ket -

Sumber : Data Primer, 01-11-2010 Kesimpulan : Keluarga Tn. B terdiri dari tiga orang yaitu, Tn. B, Ny. B, dan An. F. Dalam keluarga ini ada satu orang yang sakit yaitu An. F, berumur 7 bulan. Diagnosa klinis penderita adalah Gastroenteritis akut.

BAB I

STATUS PENDERITA
1.1

PENDAHULUAN Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang pasien anak

yang menderita gastroenteritis akut. Mengingat kasus ini masih banyak ditemukan di masyarakat, maka penting kiranya bagi kita untuk memperhatikan dan mencermatinya, untuk kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman di lapangan 1.2 IDENTITAS PENDERITA Nama: An. F Umur: 7 bulan Jenis Kelamin: Laki-laki Nama Ayah: Tn B Umur Ayah: 24 tahun Pekerjaan Ayah: Mahasiswa, karyawan swasta Pendidikan Ayah: S1 Nama Ibu: Ny. B Umur Ibu: 24 tahun Pekerjaan Ibu: ibu rumah tangga Pendidikan Ibu: S1 Agama: Islam Alamat : Malang Suku/asal: Jawa Tanggal Periksa: 1 November 2010 1.3 ANAMNESIS
1. Keluhan utama: Diare sudah 5 hari 2. Riwayat penyakit sekarang:

An. F dibawa ke RSI UNISMA dengan keluhan diare sejak lima hari yang lalu dengan frekuensi diare lebih dari lima kali sehari sampai sekarang. Gejala diawali dengan muntah ketika diberi ASI, kemudian An. F dibawah ke puskesmas dan mendapatkan obat. Setelah minum obat gejala muntah mereda, namun kemudian diikuti diare dan demam, suhu tubuh meningkat terutama pada malam hari. Selama sakit An. F menjadi rewel dan susah tidur, frekuensi

minumya meningkat dan nafsu makannya biasa saja tidak menurun atau meningkat. Orangtua An. F menyatakan gejala tersebut datang tiba-tiba dan diare lebih dominan dibandingkan gejala yang lain. Dalam sehari diare lebih dari delapan kali. Bentuk tinja cair dengan sedikit bagian yang padat, berwarna kuning, tidak ada lendir maupun darah. Sebelum ke Rumah sakit, selama lima hari anak hanya diberi obat dari puskesmas dan obat dari tetangganya yang kebetulan anaknya baru saja menderita penyakit yang sama dengan An. F. Selama pengobatan itu kondisi anak tidak membaik dan pada hari ke lima kondisi anak semakin melemah dan terjadi penurunan berat badan 0, 6 kg, sehingga diputuskan untuk kembali ke puskesmas dan oleh pihak puskesmas dirujuk ke RSI UNISMA.
3. Riwayat penyakit dahulu :

Riwayat dirawat di rumah sakit (-) Riwayat sakit campak (+) Riwayat sakit demam setelah imunisasi DPT (+) Riwayat asma (-) Riwayat alergi obat/makanan (-) Riwayat keluarga dengan penyakit serupa (-) Riwayat mondok (-) Riwayat hipertensi (-) Riwayat sakit gula (+) ayah dari Tn. B Riwayat asma (-) Riwayat alergi obat/makanan (-) Riwayat penyakit jantung (-) Riwayat penyakit maag (-) Riwayat merokok (-) Riwayat minum alkohol (-)

4. Riwayat penyakit keluarga :

5. Riwayat kebiasaan

6. Riwayat Kehamilan Ibu

Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An. F. Pemeriksaan ANC dilakukan hanya satu kali untuk pemeriksaan USG dan hasilnya kondisi kehamilannya baik. 7. Riwayat Kelahiran Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan. Berat anak 3.1 kg. Tidak pernah mengalami abortus. 8. Riwayat Imunisasi BCG: Sudah Hepatitis B: Sudah Polio: Sudah Campak: belum DPT: Sudah 9. Riwayat Sosial Ekonomi An. F adalah anak pertama dari Tn. B dan Ny. B. Tn. B adalah seorang mahasiswa teknik UMM dan bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan Ny. B dalah seorang ibu rumah tangga. Untuk biaya rumah sakit An. F ditanggung Tn.B. Hubungan An.F dengan ibu dan ayah sangat akrab. 10. Riwayat gizi Sejak usia nol bulan, An. F sudah mendapat susu formula karena pada saat awal setelah melahirkan ASI dari Ny. B belum keluar dan sampai sekarang An. F mendapat ASI dan susu formula. Selain itu An. F juga mendapat PASI yaitu pisang dan biscuit. Selama menerima ASI dan PASI, An. F tidak mengalami gangguan BAB, ataupun muntah. 1.4 ANAMNESIS SISTEM
1. 2. 3.

Kulit: kulit gatal (-) Kepala: sakit kepala (-), pusing (-), rambut rontok (-), luka (-), benjolan (-) Mata: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan kabur (-), ketajaman penglihatan berkurang (-) Hidung: tersumbat (-), mimisan (-) Telinga: pendengaran berkurang (-), berdengung (-), cairan (-) Mulut: sariawan (-), lidah terasa pahit (-) Tenggorokan: sakit menelan (-), serak (-)

4. 5. 6. 7.

8. 9. 10.

Pernafasan: sesak nafas (-), batuk (-), mengi (-) Kardiovaskuler: berdebar-debar (-), nyeri dada (-), Gastrointestinal: mual (-), muntah (+), diare (+), nafsu makan menurun (-), nyeri perut (-), minum meningkat (+) Genitourinaria: BAK spontan Neurologik: kejang (-), lumpuh (-), kaki kesemutan (-) Psikiatrik: emosi stabil (-), mudah marah (-) Muskuluskeletal: kaku sendi (-), nyeri sendi pinggul (-), nyeri tangan dan kaki (-), nyeri otot (-) Ekstremitas atas dan ekstremitas bawah: bengkak (-), sakit (-), ujung jari tangan hangat (-), telapak tangan pucat (-), badan terasa lemah (-)

11. 12. 13. 14.

15.

1.5 PEMERIKSAAN FISIK


1.

Keadaan umum: kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6), status gizi kesan normal, tampak lemah Tanda Vital
BB: 6,7 Kg

2.

Panjang badan: RR: Suhu: 37,6 oC

Nadi: 92 x/menit 3. Kulit Sawo matang (+), turgor turun (-), ikterik (-), sianosis (-), pucat (+), venektasi (-), petechie (-), spider nevi (-), turgor turun (+) 4. Kepala Bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut, keriput (-), macula (-), atrofi m. temporalis (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik wajah/ bells palsy (-), ubun-ubun cekung (+) 5. Mata Conjunctiva anemi (+/+), Sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+), reflek kornea (+/+), warna kelopak (-), radang (-), mata cowong (+/+) 6. Hidung

Napas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-), deformitas hidung (-), hiperpigmentasi (-) 7. Mulut Bibir hiperemis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah atrofi (-), tremor (-), gusi berdarah (-), mukosa kering (+) 8. Telinga Nyeri tekan mastoid (-), secret (-), pendengaran berkurang(-), cuping telinga dalam batas normal 9. 10. Tenggorokan Tonsil membesar (-), pharing hiperemis(-) Leher Trakea di tengah, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
11.

Thoraks (tidak dilakukan) Normochest, simetris, retraksi (-), spidernevi (-), sela iga melebar (-) a. Cor : Inspeksi: ictus cordis tidak tampak Palpasi: ictus cordis tidak kuat angkat Perkusi: Batas kiri atas: SIC II linea para sternalis sinistra Batas kanan atas: SIC II linea para sternalis dekstra Batas kiri bawah: SIC V linea medio clavicularis sinistra Batas kanan bawah: SIC IV linea para sternalis dekstra Pinggang jantung: SIC III linea para sternalis sinistra (batas jantung kesan tidak melebar) Auskultasi: bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-) suara tambahan jantung : Bj 3 (-), Bj 4 (-), Klik (-), Opening snap (-), Pericardial friction rub (-) b. Pulmo : Inspeksi: pengembangan dada kanan sama dengan kiri Palpasi: fremitus raba kiri sama dengan kanan Perkusi: sonor / sonor Statis

Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+), suara tambahan (ronchi -/-) Dinamis Inspeksi: pengembangan dada kanan sama dengan kiri Palpasi: fremitus raba kiri sama dengan kanan Perkusi: sonor / sonor Auskultasi: suara dasar vesikuler, suara tambahan (ronchi -/-)
12.

Abdomen: (tidak dilakukan)


Inspeksi: datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas jahitan

(-) Palpasi: supel, nyeri tekan (+), hepar dan lien tdk teraba, turgor baik, massa (-), asites (-) Perkusi: timpani seluruh lapangan perut Auskultasi: peristaltik (+) normal 13. System collumna vertebralis Inspeksi: deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-) Palpasi: nyeri tekan (-)
14.

Ekstremitas: palmar eritema (-) Akral dingin Oedema -

15.

System genetalia: dalam batas normal Pemeriksaan neurologis Kesadaran: GCS E4V5M6 Fungsi luhur: dalam batas normal Fungsi vegetatif: dalam batas normal N N N N Fungsi sensorik :

16.

Fungsi motorik :

5 5

5 5

N N

N N

Kekuatan + + + +

Tonus -

RF 17. Pemeriksaan psikiatrik Penampilan: Perawatan diri baik

RP

Kesadaran: kualitatif tidak berubah, kuantitatif kompos mentis Afek: Appropriat Psikomotor: normoaktif Proses pikir: bentuk: realistik Isi: waham (-), ilusi (-), halusinasi (-) Arus: koheren Insight: baik 1.6 PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1.
No 1 2 3 4 5 6 7

Tanggal 1 November 2010


Jenis pemeriksaan Hb Leukosit LED Trombosit PCV/HCT Eritrosit Hitung Jenis Eosinofil Basofil Stab Segmen Lymfosit Monosit Hasil 11,7 6.100 471.000 36,3 4,84 1 50 38 11 Nilai normal 12-16 4-10 ribu m3 2-20 /jam 150-400 ribu/mm3 37- 48 % 4,0-5,5 juta 1-3 0-1 2-6 50-70 20-40 2-8

1.8 RESUME An. F dibawa ke RSI UNISMA dengan keluhan diare sejak lima hari yang lalu dengan frekuensi diare lebih dari delapan kali sehari sampai sekarang. Gejala diawali dengan muntah ketika diberi ASI, kemudian diikuti diare dan demam, suhu tubuh meningkat terutama pada malam hari, rewel dan susah tidur. Gejala tersebut datang tiba-tiba. Bentuk tinja cair dengan sedikit bagian yang padat, berwarna kuning, tidak ada lendir maupun darah. Sudah mendapat pengobatan dari puskesmas, namun kondisi anak tidak membaik dan mengalami penurunan berat badan sebesar 0,6 kg. Sebelumnya An. F tidak pernah sakit serupa, dari keluarga juga tidak ada yang menderita penyakit yang sama, namun tetangganya ada yang baru saja sakit diare. An.F sudah mendapat imunisasi lengkap kecuali campak. Riwayat gizi An. F sejak usia nol bulan sudah mendapat ASI dan PASI berupa susu formula, pisang dan biskuit. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum tampak lemah, kompos mentis, berat badan 6,7 kg, nadi 92 x/menit, suhu 37,6 oC. Kulit tampak pucat, turgor menurun, ubun-ubun cekung, conjungtiva anemi, mata cowong dan mukosa tampak kering. Dari pemeriksaan darah lengkap didapatkan Hb 11,7 g/dL, trombosit 471.000/mm3, hitung jenis monosit 11. DIGNOSTIK HOLISTIK
1. Diagnosis dari segi biologis: Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang

2. Diagnosis dari segi psikologis Hubungan An. F dengan tampak sangat baik.
3. Diagnosis dari segi sosial

Keluarga penderita hanyalah sebagai anggota masyarakat biasa. 1.8 PENATALAKSANAAN 1. Cairan Rehidrasi Oral (CRO) Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung osmolalitas 333 mOsm/L, glukosa 20 g/L, kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, kalium 20 mEq/L, klorida 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005).

10

Ada beberapa cairan rehidrasi oral: a. Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit. Tabel 3. Kebutuhan cairan yang spesifik per kelompok umur (muscari, 2005). Umur Bayi baru lahir Bayi 2 tahun 6 tahun 15 tahun 18 tahun Jumlah kebutuhan cairan 80-100 mL/kg/hari 120-130 mL/kg/hari 115-125 mL/kg/hari 90-100 mL/kg/hari 70-85 mL/kg/hari 40.50 L/kg/hari

b. Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di tabel 3 misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap. 2. Cairan Rehidrasi Parenteral (CRP) menurut (Suharyono dkk., 1994). Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah dan Perubahan tanda-tanda dehidrasi.
3. Zink: Bayi usia 0-6 bulan: 3 mg/hari, usia 6-12 bulan: 5 mg/hari, usia 1-10

tahun: 10 mg/hari, usia > 10 tahun: 10 mg/hari. 4. Pengobatan Kausal Pengobatan kausal adalah pengobatan yang tepat terhadap kausa diare, diberikan setelah diketahui penyebabnya yang pasti. Jika kausa diare ini penyakit parenteral, diberikan antibiotika sistemik. Antibiotika boleh diberikan, jika pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri patogen, darah pada tinja dan secara klinis terdapat tanda-tanda yang mendukung adanya infeksi enteral (Suharyono dkk., 1994). 4. Pengobatan Simptomatik Obat-obat antidiare: obat-obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat. Antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, loperamid dan sebagainya) yang menyebabkan terkumpulnya cairan di lumen usus dan terjadi peningkatan (overgrowth) bakteri, gangguan digesti dan absorbsi. Obat-obat ini berkhasiat

11

menghentikan peristaltik, akibatnya diarenya tidak terlihat tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi bertambah berat (Noerasid dkk., 1988). 2) Adsorbens: obat-obat adsorben seperti kaolin, pektin, charcoal (norit, Tabonal) dan sebagainya, telah dibuktikan tidak ada manfaatnya. Stimulans: obat-obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamide dan sebagainya tidak akan memperbaiki dehidrasi (hipovolemic shock) sehingga pengobatan yang paling tepat pemberian cairan secepatnya (Noerasid dkk., 1988). Antiemetic: obat antiemetik seperti chlorpromazine dan prochlorperazine mempunyai efek sedatif, menyebabkan anak tidak mau mengkonsumsi cairan. Oleh karena itu antiemetik tidak digunakan pada anak yang diare (Soebagyo, 2008). 1.9 FOLLOW UP Tanggal 1 November 2010 Pukul 12.00 S: diare dua kali, muntah sekali O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 92 x/menit S: 37,3 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: mata cowong, ubun-ubun cekung Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: Diit: LLM infus:
Tradex 27B 21 tpm 6 jam pertama, 14 tpm: Per 1000 mL Na 50 meq, Cl 50

meq, K 20 meq, lactate 20 meq, anhydrous glucose 100 g, (NaCl 1.75 g, KCl 1.55 g, Na lactate 2.24 g, water for inj 1,000 mL). Osmolaritas: 290 mOsm. Indikasi rehidrasi cairan dan elektrolit setelah operasi dan dehidrasi hipertonik atau hipokalemi. Maintenance; dewasa: 500-1000 mL IV drip infus

12

dosis tunggal. Infus rate: dewasa 300-500 mL/hr (80-130 tpm), anak 50-100 mL/hr. Injeksi :

Glocef 2x 175 mg: cefixime 50 mg, lactobacillus, merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi 3, mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel bakteri, spectrum kerja: bakteri gram (-) di atas + Pseudomona, Serratia & basil enterik lainnya.

Peroral

Lacto-B 1x1: Per sachet Viable cell counts 1 x 107 CFU/g (Lactobacillus acidophilus, bifidobacterium longun, Streptococcus faecium), vit C 10 mg, vit Bi 0.5 mg, vit B2 0.5 mg, vit B6 0.5 mg, niacin 2 mg, protein 0.02 g, fat 0.1 g. Energi: 3.4 kal. I: Pengobatan diare & pencegahan intoleransi laktosa. Dosis Anak 1-6 thn 3 sachet/hr, <1 thn 2 sachet/hr. Colistine 3x1: Kolistin sulfat. Gastroenteritis pada anak-anak,

enterokolitis & disentri basiler yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif. Dewasa : 3 kali sehari 1-2 tablet. Anak-anak dengan berat badan 15-30 kg : 3 kali sehari Neo Kaolana 3 x ctk: tiap 15 mL suspense mengandung kaolin 700 mg, pectin 66 mg. pengobatan simptomatik pada diare nonspesifik. Dosis dewasa dan anak > 12 thn: 2 sendok makan, maksimum12 sendok makan sehari; anak 6-12 thn: 1 sendok makan, maksimum 6 sendok makan sehari, pemberian setipa kali sesudah buang air besar. Pukul 18.00 S: diare tiga kali, muntah sekali O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 110 x/menit S: 36,7 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: mata cowong, ubun-ubun cekung Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang

13

P: terapi dilanjutkan Tanggal 2 November 2010 Pukul 06.00 S: diare dua kali cair + ampas O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 112 x/menit S: 36,4 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: dalam batas normal Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: terapi dilanjutkan Pukul 12.00 S: diare sekali O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 120 x/menit S: 36 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: dalam batas normal Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: terapi dilanjutkan

Pukul 18.00 S: O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 100 x/menit S: 36,2 oC Status generalis: dalam batas normal

14

Status lokalis: dalam batas normal Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: terapi dilanjutkan Tanggal 3 November 2010 Pukul 06.00 S: O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 100 x/menit S: 36,2 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: dalam batas normal Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: terapi dilanjutkan Pukul 12.00 S: O: cukup ( GCS E4V5M6) Tanda vital: N: 104 x/menit S: 36 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: dalam batas normal Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: terapi dilanjutkan Pukul 18.00 S: O: cukup ( GCS E4V5M6)

15

Tanda vital: N: 110 x/menit S: 36 oC Status generalis: dalam batas normal Status lokalis: dalam batas normal Status neurologis: dalam batas normal Status mentalis: dalam batas normal A: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang P: terapi dilanjutkan Tanggal 4 November 2010: Pasien pulang, kontrol hari senin 1.10 FLOW SHEET Nama Diagnosa
Tgl 1

: An. F : - GE akut dengan dehidrasi sedang


BB/TB 6,7/BMI Status Lokalis -Mukosa Kering ,mata Cowong -ubun-ubun Cekung -turgor turun Keluhan Diare 5x Rencana -Infuse tridex 27B: 21 tpm (0800 sd 1400) Dilanjutkan 14 tpm -injeksi Glocef 2x175 Mg -Po: puyer colistine 3x1 Lacto-B 1x1 sachet, Neo Kaolana 3xctk Terapi dilanjutkan

Jam Vital Sign 08.00 N: - x/menit S: 38 oC

12.00

N: 92 x/min S: 37,6oC N: 92 x/min S: 37,3

18.00

-mata Cowong -ubun-ubun Cekung -mata Cowong -ubun-ubun Cekung -

Diare 2x Muntah Diare 3x Muntah 1x -diare 2x -diare 1x -

Terapi dilanjutkan

06.00 12.00 18.00

N: 112 x/min S: 36,4 oC N: 120 x/min S: 36 oC N: 100 x/min S: 36,2 oC N: 100 x/min S: 36,2 oC N: 112 x/min S: 36 oC N: 110 x/min S: 36 oC

Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan Terapi dilanjutkan Pasien pulang, terapi dilanjutkan, kontrol hari senin

06.00 12.00 18.00

16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Gastroenteritis Akut 1. Pengertian

Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya (normal 100 - 200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cair (setengah padat), dapat pula disertai frekuensi defekasi yang meningkat (Mansjoer, Arif., et all. 1999).

Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari ( WHO, 1980), Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).

Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak dari biasanya (FKUI,1965).

Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wongs,1995).

17

Gastroenteritis adalah kondisi dengan karakteristik adanya muntah dan diare yang disebabkan oleh infeksi,alergi atau keracunan zat makanan ( Marlenan Mayers,1995 ). Jadi dari keempat pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa

gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus dan parasit yang patogen. 2. Patofisiologi Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut. Penularan gastroenteritis bisa melalui fekal-oral dari satu klien ke klien yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi. Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotik (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah. 3. Gejala Klinis dan Komplikasi Gejala Klinis Diare, muntah, demam, nyeri abdomen, membran mukosa mulut dan bibir kering, fontanel cekung, kehilangan berat badan, tidak nafsu makan, badan terasa lemah Komplikasi

18

Dehidrasi,

renjatan

hipovolemik,

kejang,

bakterimia,

malnutrisi,

hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. 4. Tingkat Dehidrasi Gastroenteritis Dehidrasi Ringan Kehilangan cairan 2 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok. Dehidrasi Sedang Kehilangan cairan 5 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam. Dehidrasi Berat Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis. 5. Penatalaksanaan Medis Pemberian cairan. Cairan per oral. Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut. Cairan parenteral. Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya. Dehidrasi ringan. 1jam pertama 25 50 ml / Kg BB / hari, kemudian 125 ml / Kg BB / oral Dehidrasi sedang. 1jam pertama 50 100 ml / Kg BB / oral, kemudian 125 ml / kg BB / hari. Dehidrasi berat. Untuk anak umur 1 bulan 2 tahun dengan berat badan 3 10 kg

19

- 1 jam pertama : 40 ml / kg BB / jam = 10 tetes / kg BB / menit (infus set 1

ml = 15 tetes atau 13 tetes / kg BB / menit. - 7 jam berikutnya 12 ml / kg BB / jam = 3 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ). - 16 jam berikutnya 125 ml / kg BB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 2 5 tahun dengan berat badan 10 15 kg. - 1 jam pertama 30 ml / kg BB / jam atau 8 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 15 tetes ) atau 10 tetes / kg BB / menit ( 1 ml = 20 tetes ). - 7 jam kemudian 127 ml / kg BB oralit per oral,bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan 2A intra vena 2 tetes / kg BB / menit atau 3 tetes / kg BB / menit. Untuk anak lebih dari 5 10 tahun dengan berat badan 15 25 kg. - 1 jam pertama 20 ml / kg BB / jam atau 5 tetes / kg BB / menit ( infus set 1 ml = 20 tetes ) - 16 jam berikutnya 105 ml / kg BB oralit per oral.
Diatetik :

Pemberian makanan dan minuman khusus pada klien dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
-

Memberikan asi. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

Obat-obatan.
- Obat anti sekresi. - Obat anti spasmolitik. - Obat antibiotik.

Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan laboratorium.


- Pemeriksaan tinja.

Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan PH keseimbangan analisa gas darah

20

atau astrup, bila memungkinkan pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
- Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum

untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada klien diare kronik.

BAB III IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA


3.1 FUNGSI HOLISTIK 1. Fungsi Biologis Keluarga ini terdiri dari suami-istri yaitu Tn.B, Ny.B dan An. F. Tn.B dan Ny.B menganggap bahwa penyakit anaknya merupakan suatu kondisi yang tidak 2. berbahaya, tidak mengetahui faktor penyebab dan cara pencegahannya. Fungsi Psikilogis Hubungan Tn. B, Ny.B dengan An. F terlihat akrab. Ketika An. F sakit dan dirawat di RS kedua orang tuanya selalu setia menemani An. F, dengan sabar merawat An. F yang tampak sangat rewel. 3. Fungsi Sosial Keluarga ini tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu di masyarakat, hanya sebagai anggota masyarakat biasa. 3.2 FUNGSI FISIOLOGIS DENGAN APGAR SCORE Adaptation

21

Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota keluarga yang lain. Partnership Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga tersebut Growth Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut Affection Menggambarkan hubungan ksih saying dan interaksi antar anggota keluarga Resolve Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain. Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5= kurang, 6-7 cukup dan 8-10 adalah baik. Dimana score untuk masing-masing kategori adalah: 2 : sering 1 : kadang-kadang 0 : jarang/tidak sama sekali
a. Tn. B
A P G A R APGAR Tn. B terhadap keluarga Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mengahadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon smosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama 0 1 2

Untuk Tn. B, APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation: adanya dukungan dari istri dalam menghadapi masalah (Score : 2) Partnership: Komunikasi dengan istri terjalin sangat baik (Score : 2) Growth: kadang berdiskusi dengan istri untuk menentukan keputusan (Score : 1). Affection: Kasih sayang yang terjalin dengan istri terjalin dengan baik (Score :2)

22

Resolve: merasa puas dengan kebersamaan dan waktu yang tersedia (Score : 1) Total APGAR score Tn. B: 8 (baik) b. Ny. B
A P G A R APGAR Ny. B terhadap keluarga Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga saya bila saya mengahadapi masalah Saya puas dengan cara keluarga saya membahas dan membagi masalah dengan saya Saya puas dengan cara keluarga saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang baru Saya puas dengan cara keluarga saya mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya membagi waktu bersama-sama 0 1 2

Untuk Ny. B, APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut : Adaptation: adanya dukungan dari istri dalam menghadapi masalah (Score : 2) Partnershi: Komunikasi antara penderita dengan suami terjalin sangat baik (Score : 2) Growth : Ny. B kadang berdiskusi bersama suami untuk menentukan keputusan (Score : 1). Affection : Kasih sayang yang terjalin dengan suami dan An. F terjalin dengan baik (Score : 1) Resolve : kadang merasa cukup dengan kebersamaan dan waktu yang tersedia (Score : 1) Total APGAR score Ny. B: 7 (baik)

Total APGAR score keluarga Tn. B: 15/2 = 7,5 (cukup baik) Kesimpulan: Fungsi fisiologis keluarga Tn. B baik.
Sumber Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya Menggunakan adat-istiadat jawa dalam kehidupan sehari-hari Anggota keluarga menjalankan sholat 5 waktu di rumah Penghasilan keluarga yang relatif tidak stabil Tingkat pendidikan tergolong rendah Dalam mencari pelayanan kesehatan, kel. Sdr. R pergi ke Rumah Sakit atau balai pengobatan, akan tetapi jarang dilakukan dan kebih sering mengabaikan penyakitnya karena keterbatasan biaya Patologis + -

3.3 FUNGSI PATOLOGIS DENGAN ALAT SCREEM


Social Culture Religious Economic educational Medication

23

Kesimpulan: Keluarga Tn. F memiliki 1 fungsi patologi: Ekonomi : penghasilan dalam keluarga hanya berasal dari T. B, untuk kebutuhan sehari-hari dirasakan cukup, namun untuk biaya rumah sakit masih dirasakan kurang mampu.

GENOGRAM KELUARGA

Tn. B
GE akut dengan dehidrasi sedang

Ny. B

An. F

Keterangan:
: laki-laki

: perempuan : meninggal : penderita Kesimpulan: GE akut tidak didapat pada anggota keluarga yang lain 3.5 INFORMASI POLA INTERKASI KELUARGA Diagram 2. Pola interaksi keluarga
An. F Tn. B
Ny. B

Keterangan:

24

: hubungan baik : hubungan jelek Kesimpulan:

: laki-laki : perempuan

: Pasien

Hubungan dalam keluarga Tn. B harmonis

3.5 IDENTIFIKASI KESEHATAN

FAKTOR-FAKTOR

YANG

MEMPENGARUHI

A. Identifikasi faktor perilaku dan non-perilaku keluarga 1. Faktor perilaku keluarga Pengetahuan Pengetahuan tentang kesehatan keluarga baik. Ketika An. F sakit segera dibawa ke puskesmas, namun keluarga kurang mengetahui bahaya dari diare, faktor penyebab, dan cara pencegahannya. Sikap Keluraga Tn. B menganggap bahwa diare An. F hanya diare biasa yang tidak perlu mendapat penanganan khusus. Tindakan Tn.B dan Ny. B segera membawa An. F ke puskesmas untuk berobat, namun mereka kurang tanggap dengan kondisi An. F sehingga terlambat membawa Ke RS dimana kondisi An. F sudah melemah karena tidak segera mendapat penanganan yang tepat, selain itu penundaan pengobatan ke rumah sakit juga karena belum mendapat biaya. 2. Faktor non perilaku Lingkungan Keluraga Tn. B tinggal di tempat kost dengan luas kamar 2,5 m x 3 m. Pencahayaan dan ventilasi udara cukup baik. Terdapat satu kamar mandi yang terpisah dari kamar. Pelayanan Kesehatan

25

Tempat pelayanan kesehatan mudah dijangkau. Biasanya Keluarga Tn. B melakukan pemeriksaan ke puskesmas. Selain karena kurangnya pengetahuan mengenai penyakit An. F, alasan keterlambat membawa An. F ke RS juga karena faktor biaya. Keturunan Dalam keluarga tidak ada riwayat GE akut

Diagram 3: Faktor Perilaku dan Non perilaku


Pengetahuan Pengetahuan tentang Bahaya GE akut kurang Lingkungan Lingkungan rumah kurang nyaman

Sikap Kurang tanggap terhadap kondisi An. F Tindakan Tn. B tidak segera membawa An. F ke RS karena keterbatasan biaya

Ny. A

Pelayan Kesehatan Dekat dengan tempat pelayanan kesehatan Keturunan Keluarga tidak ada yang menderita penyakit sama

Keterangan: : Faktor perilaku : Faktor non-perilaku Kesimpulan: Identifikasi faktor perilaku dan faktor non perilaku keluarga Tn. B yang tidak mendukung kesehatannya antara lain: kurangnya pengetahuan keluarga mengenai bahaya gastroenteritis akut, kurang tanggap terhadap kondisi An. F sehingga tidak segera membawa ke RS, adanya keterbatasan biaya dan lingkungan rumah yang kurang nyaman. B. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Gambaran lingkungan rumah

Keluarga Tn. B tingga di tempat kost dengan lokasi rumah cukup strategis.
2.

Gambaran lingkungan dalam rumah

26

Tempat kost keluarga ini memiliki dinding yang sudah permanen dari batu bata, disemen dan dicat, terdiri dari 3 buah kamar kost, satu kamar mandi, satu dapur dan satu ruang tamu. Ukuran kamar Tn. B adalah 2,5 x 3 meter. Setiap ruangan sudah di ubin.

Dena kamar Keluarga Tn. B


Meja Tempat tidur

Almari pintu

ventilasi

Kesimpulan: lingkungan rumah kurang memenuhi syarat kesehatan 3.6 DAFTAR MASALAH Masalah medis: Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Masalah non medis :
- Kurangnya pengetahuan keluarga Tn. B terhadap GE

- Lingkungan rumah tidak nyaman - Keterbatasan biaya rumah sakit Diagram Permasalahan keluarga Tn. B (Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada dengan faktor-faktor resiko yang ada dalam kehidupan pasien)

2. keterbatasan biaya

1. Kurangnya
pengetahuan mengenai GE An. F Gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang 3. lingkungan rumah tidak memenuhi syarat kesehatan

27

a. HUBUNGAN

PENGETAHUAN

KELUARGA

DENGAN

GASTROENTERITIS AKUT (GE AKUT) Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996). Penyebab gastroenteritis adalah masuknya virus, bakteri atau toksin, parasit. Malabsorbsi karbohidrat lemak atau protein,makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan, Imunodefisiensi, pasikologis. Gastroenteritis ditularkan melalui rute fekal oral daro orang ke orang. Beberapa kasus ditularkan melalui air dan makanan yang terkontaminasi. Terpajan fasilitas harian juga meningkatkan resiko gastroenteritis, selain bepergian ke negara berkembang. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun- ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat, tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul). Pemeriksaan penunjang untuk membantu menegakkan diagnosa antara lain hemotsest feces, untuk memeriksa adanya darah( lebih umum dengan pada yang bakterial), evaluasi feces terhadap volume, warna konsistensi, hitung darah lengkap dengan diferensial, uji antigen imunoesei ensim untuk memastikan rotavirus, kultur feces jka anak dihospitaisasi, pus dalam feces atau diare yang berkepanjangan untuk menentukan pathogen, evluasi feces terhadap telur cacing atau paracit, aspirasi duodenum jika diduga G,lambilia, urinalisis dan kultur urine, pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

28

Kehilangan air (dehidrasi), gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis), hipoglikemia, gangguan gizi, gangguan sirkulasi 1. Medis :Pemberian cairan. NaCl dan Na,Hco,Kal , Obat-obatan. Obat anti sekresi. Obat anti spasmolitik. Obat antibiotik. 2. Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan, memberikan asi. Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


4.1 KESIMPULAN Diagnosis Holistik An. F (6 bulan) adalah pasien gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang, dengan kondisi keluarga yang cukup harmonis, status ekonomi yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari mereka, lingkungan rumah yang cukup sehat, dan merupakan anggota masyarakat biasa. Segi Biologis: gastroenteritis akut dengan dehidrasi sedang Segi Psikologis: Hubungan An. F dengan kedua orangtuanya terjalin baik. Segi Sosial Ekonomi dan Budaya: status ekonomi keluarga cukup 4.2
1.

SARAN
Edukasi mengenai GE, penyebab, cara penularan, bahayanya jika

Promotif

penanganan terlambat, mengenal kondisi bahaya dehidrasi karena GE 2. makanan 3. Kuratif Preventif Pemberian ASI yang benar, memperbaiki penyiapan dan penyimpanan pendamping ASI, penggunaan air bersih yang cukup, membudayakan PHBS

29

Tatalaksana diare yang dianjurkan WHO tahun 2006 adalah pemberian cairan ORS, Zn, dan probiotik. Pemberian antibiotic hanya sebatas pada diare yang disebabkan oleh kolera, amoeba, shigela dan giardia. 4. Rehabilitatif Meningkatkan daya tahan tubuh dengan member ASI paling tidak sampai umur 2 tahun, meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi.

You might also like