You are on page 1of 2

TEORI GERAKAN SOSIAL Teori dan penelitian mengenai gerakan sosial berakar dari pendekatan psikologi sosial (Stryker,

Owens and White 2000, 1-3; McAdam, McCarthy and Zald 1988, 695-97), dalam bahasan mengenai perilaku kolektif. Pendekatan ini termasuk tipetipe tindakan massa di mana gerakan sosial merupakan sub bahasan dari kajian ini. Topik-topik mengenai hysteria, ketidaksadaran kolektif, dan orang-orang yang bertindak irasional, dapat ditemukan dalam analisis French Revolution oleh Le Bon, yang mendasarkan pada keterasingan individu, manipulasi yang dilakukan oleh pemimpin karismatik, dan kehilangan diri. Hal lain yang menyebabkan hal ini adalah adanya keluhan, seperti persepsi deprivasi relatif, dan kerusakan masyarakat sipil (Cohen and Arato 1994, 496). Blumer, dalam Chicago School pada deskripsi awal mengenai gerakan sosial, mencirikannya sebagai unrest, and derive their motive power from dissatisfaction with the current form of life (Crossley 2002, 3). Dia menganggap bahwa tindakan yang harus dilakukan adalah berdasarkan peraturan sosial yang disertakan ke dalam dunia simbolik, yang diputuskan secara rasional di antara beberapa pilihan. Bagaimanapun, dalam gerakan massa harus ada suatu sikap yang sederhana walaupun ada kekacauan yang hanya memberikan sedikit petunjuk untuk membuat pilihan yang rasional (Jasper 1997, 21). Pada keadaan seperti ini, perilaku kolektif seperti suatu hal yang menular dan menggerogoti pelaku-pelaku yang bertindak rasional. Hal ini merupakan kajian dari psikologi sosial atau mikrososiologi karena berfokus pada sifat dan motivasi dari partisipan yang bergabung dalam pergerakan. Pada masyarakat Eropa dikenal sebuah teori Gerakan Sosial Baru (New Social Movement / NSM). NSM merevisi perilaku kolektif yang berfokus pada individu, seperti menerima bahwa tidak semua pergerakan dimulai dari keluhan, ketidakteraturan sosial, atau pelaku irasional. Teoritikus NSM menolak pandangan tradisional Marxist yang menyatakan bahwa gerakan sosial merupakan revolusi kelas sosial. Teori NSM menyatakan bahwa perubahan dapat melibatkan norma-norma baru dan identitas kolektif (Cohen and Arato 1994, 510).

NSM memberikan pengertian inti dari Blumer mengenai gerakan sosial sebagai pelaku yang mengubah norma, menciptakan kembali budaya, serta menyusun ulang identitas. SOCIAL PSYCHOLOGY OF SOCIAL MOVEMENTS Teoritikus NSM menyatakan bahwa budaya dan identitas merupakan dua hal penting dari pergerakan. Beberapa penelitian telah mengungkapkan analisis psikologi sosial yang diterapkan dalam gerakan sosial. Lima hal yang membedakan, namun juga menghubungkan satu dengan yang lainnya adalah: framing, emosi, identitas, agensi, dan budaya. Masing-masing menjelaskan bagaimana individu berkontribusi dalam pergerakan. Framing dan budaya berperan dalam memberikan penjelasan mengenai life-cycle of movement sebagaimana pergerakan berinteraksi dengan masyarakat yang lebih besar. Sedangkan tiga yang lain, emosi, identitas, dan agensi berfokus pada individu, namun masing-masing juga masih digambarkan dari framing dan budaya untuk menampilkan bagaimana mereka memainkan perannya, dialami dan digunakan oleh individu, pergerakan, serta masyarakat luas.

You might also like