You are on page 1of 51

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Didalam proses belajar mengajar tercakup komponen, pendekatan, dan bebagai metode pengajaran yang dikembangkan dalam proses trsebut. Tujuan utama diselenggarakannya proses belajar adalah demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dan tujuan tersebut utamanya adalah keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya. Jika guru terlibat didalamnya dengan segala macam metode yang dikembangkannya maka yang berperan sebagai pengajar berfungsi pemimpin belajar atau fasilitator belajar, sedangkan siswa berperan sebagai pelajar atau individu yang belajar. Usaha-usaha guru dalam proses tersebut utamanya adalah membelajarkan siswa agar tujuan khusus maupun umum proses belajar itu tecapai. Usaha-usaha guru dalam mengatur dan menggunakan berbagai variable pengajaran merupakan bagianpenting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena merupakan bagian penting. Upaya pengembangan strategi mengajar tersebut berlandas pada pengertian bahwa mengajar merupakan suatu bentuk upayamemberikan bimbingan kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajar atau dengan kata lain membelajarkan siswa seperti disebut di atas. Dari sini tercermin suatau pengertin bahwa belajar tidak semata-mata berorientasi kepada hasil, melainkan juga berorientasi kepada proses. Kualitas proses akan memberikan iur dalam manentukan kualitas hasil yang dicapai. Dalam belajara, proses belajar terjadi dalam benak siswa. Jelas bahwa factor siswa sangat penting disamping factor lain. Kepentingannya dapan tditinjau

dari proses terjadinyaperubaha karena satu hakikat belajar adala terjadinya perubahan tungkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Perubahan itu akan memberikan hasil yang optimal jika perubahan itu memang dikehendaki oleh yang belajar, bermakna bagi siswa ( menurut Ausubel) Dengan kata lain proses aktif dari orang yang belajar dalam rangka tujuan tersebut merupakan factor sangat penting. Demikian maka belajar aktif akan memberikan hasil yang lebih bermakna bagi tercapainya tujuan dan tingkat kualitas hasil belajar tersebut. Belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku baik potensial maupun aktual dan bersifat relatif permanen sebagai akibat dari latihan dan pengalaman. Sedangkan kegiatan pembelajaran adalah kegiatan interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut keaktifannya. Aktif yang dimaksud adalah siswa aktif bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan dan terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran, karena belajar memang merupakan suatu proses aktif dari siswa dalam membangun pengetahuannya. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dituntut keaktifannya saja tapi juga kekreativitasannya, karena kreativitas dalam pembelajaran dapat menciptakan situasi yang baru, tidak monoton dan menarik sehingga siswa akan lebih terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran matematika seringkali siswa merasa kesulitan dalam belajar, selain itu belajar siswa belum bermakna, sehingga pengertian siswa tentang konsep salah. Akibatnya prestasi siswa baik secara nasional maupun internasional belum menggembirakan. Rendahnya prestasi disebabkan oleh faktor siswa yaitu mengalami masalah secara komprehensip atau secara parsial.

Sedangkan guru yang bertugas sebagai pengelola pembelajaran seringkali belum mampu menyampaikan materi pelajaran kepada siswa secara bermakna, serta penyampaiannya juga terkesan monoton tanpa memperhatikan potensi dan kreativitas siswa sehingga siswa merasa bosan karena siswa hanya dianggap sebagai botol kosong yang siap diisi dengan materi pelajaran. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran matematika guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan kondisi siswa sehingga siswa lebih memahami materi yang disampaikan dan siswa lebih berkesan dengan pembelajaran yang telah disampaikan serta siswa akan lebih mengingat dan tidak mudah melupakan hal- hal yang dipelajarinya. Mengacu pada berbagai teori diatas maka metode pemecahan masalah sangat tepat untuk diterapkan sebagai solusi untuk meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa pada mata pelajaran matematika. Karena metode pemecahan masalah sendiri diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Dengan menggunakan metode pemecahan masalah siswa dituntut keaktifannya dalam mengikuti kegiatan pembelajaran serta dituntut kreativitasnya dalam menyelesaikan soal- soal yang memang menuntut mereka untuk berfikir kreatif. Pemecahan masalah merupakan bagian kurikulum dari matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaiannya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematik penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola,

penggeneralisasian, komunikasi matematik, dan lain-lain dapat dikembangkan secara lebih baik. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka fokus masalah yang kemudian diangkat adalah apakah masalah matematika dalam hal ini soal matematika tepatnya bangun ruang yang diberikan kepada responden (siswa kelas VI SD) tergolong soal yang menantang atau tidak (sebagai evaluasi metode Polya)?

C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penelitian ini, sebagai berikut: Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesulitan dari masalah matematika dalam hal ini soal matematika tepatnya bangun ruang yang diberikan kepada responden (siswa kelas VI SD).

D. Manfaat Penulisan Adapun manfaat penulisan pada penelitian ini adalah sebagai bahan referensi untuk penulis selanjutnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Masalah Adapun pengertian masalah menurut beberapa ahli yaitu: 1. Munurut kamus KBBI. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. 2. Menurut James Stoner. Masalah adalah suatu situasi yang menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan. 3. Menurut Prajudi Atmosudirjo. Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari apa yang diharapkan,direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan. 4. Menurut Roger Kaufman. Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan. 5. Menurut Dorothy Craig. Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa masalah adalah keadaan dimana tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan.

B. Strategi Pemecahan Masalah. B.1. Pengertian dan Hakekat Pemecahan Masalah Terdapat banyak interpretasi tentang pemecahan masalah dalam matematika. Di antaranya pendapat Polya (1985) yang banyak dirujuk pemerhati matematika. Polya mengartikan pemecahan masalah sebagai suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. Sementara Sujono (1988) melukiskan masalah matematika
5

sebagai tantangan bila pemecahannya memerlukan kreativitas, pengertian dan pemikiran yang asli atau imajinasi. Berdasarkan penjelasan Sujono tersebut maka sesuatu yang merupakan masalah bagi seseorang, mungkin tidak merupakan masalah bagi orang lain atau merupakan hal yang rutin saja. Ruseffendi (1991b) mengemukakan bahwa suatu soal merupakan soal pemecahan masalah bagi seseorang bila ia memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyelesaikannya, tetapi pada saat ia memperoleh soal itu ia belum tahu cara menyelesaikannya. Dalam kesempatan lain Ruseffendi (1991a) juga mengemukakan bahwa suatu persoalan itu merupakan masalah bagi seseorang jika: pertama, persoalan itu tidak dikenalnya. Kedua, siswa harus mampu menyelesaikannya, baik kesiapan mentalnya maupun pengetahuan siapnya; terlepas daripada apakah akhirnya ia sampai atau tidak kepada jawabannya. Ketiga, sesuatu itu merupakan pemecahan masalah baginya, bila ia ada niat untuk menyelesaikannya. Lebih spesifik Sumarmo (1994) mengartikan pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari-hari atau keadaan lain, dan membuktikan atau menciptakan atau menguji konjektur. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan Sumarmo tersebut, dalam pemecahan masalah matematika tampak adanya kegiatan pengembangan daya matematika (mathematical power) terhadap siswa. Pemecahan masalah merupakan salah satu tipe keterampilan intelektual yang menurut Gagn, dkk (1992) lebih tinggi derajatnya dan lebih kompleks dari tipe keterampilan intelektual lainnya. Gagn, dkk (1992) berpendapat bahwa dalam menyelesaikan pemecahan masalah diperlukan aturan kompleks atau aturan tingkat tinggi dan aturan tingkat tinggi dapat dicapai setelah menguasai

aturan dan konsep terdefinisi. Demikian pula aturan dan konsep terdefinisi dapat dikuasai jika ditunjang oleh pemahaman konsep konkrit. Setelah itu untuk memahami konsep konkrit diperlukan keterampilan dalam memperbedakan. Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digolongkan Gagn berdasarkan tingkat kompleksitasnya dan disusun dari operasi mental yang paling sederhana sampai pada tingkat yang paling kompleks. Keterampilan-keterampilan intelektual tersebut digambarkan oleh Gagn, dkk (1992) secara hierarki seperti pada Gambar 1. PEMECAHAN MASALAH | melibatkan pembentukan | ATURAN-ATURAN TINGKAT TINGGI | membutuhkan prasyarat | ATURAN dan KONSEP-KONSEP TERDEFINISI | membutuhkan prasyarat |
7

KONSEP-KONSEP KONKRIT | membutuhkan prasyarat | MEMPERBEDAKAN | Gambar 1. Tingkat-tingkat Kompleksitas | dalam Keterampilan Intelektual Oleh karena itu dengan mengacu pada pendapat-pendapat di atas, maka pemecahan masalah dapat dilihat dari berbagai pengertian. Yaitu, sebagai upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan. Juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu pemecahan masalah merupakan persoalanpersoalan yang belum dikenal; serta mengandung pengertian sebagai proses berfikir tinggi dan penting dalam pembelajaran matematika. Pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Bahkan tercermin dalam konsep kurikulum berbasis kompetensi. Tuntutan akan kemampuan pemecahan masalah dipertegas secara eksplisit dalam kurikulum tersebut yaitu, sebagai kompetensi dasar yang harus

dikembangkan dan diintegrasikan pada sejumlah materi yang sesuai.

Pentingnya kemampuan penyelesaian masalah oleh siswa dalam matematika ditegaskan juga oleh Branca (1980), 1. Kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika. 2. Penyelesaian masalah yang meliputi metode, prosedur dan strategi merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika . 3. Penyelesaian masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika. Pandangan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, mengandung pengertian bahwa matematika dapat membantu dalam memecahkan persoalan baik dalam pelajaran lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karenanya kemampuan pemecahan masalah ini menjadi tujuan umum pembelajaran matematika. Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, proses berarti dan pembelajaran strategi yang pemecahan dilakukan masalah siswa lebih dalam

mengutamakan

menyelesaikannya daripada hanya sekedar hasil. Sehingga keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah tersebut menjadi kemampuan

dasar dalam belajar matematika. Walaupun kemampuan pemecahan masalah merupakan kemam-puan yang tidak mudah dicapai, akan tetapi oleh karena kepentingan dan kegunaannya maka kemampuan pemecahan masalah ini hendaknya diajarkan kepada siswa pada semua tingkatan. Berkaitan dengan hal ini, Ruseffendi (1991b) mengemukakan beberapa alasan soal-soal tipe pemecahan masalah diberikan kepada siswa,

1. Dapat menimbulkan keingintahuan dan adanya motivasi, menumbuhkan sifat kreatif. 2. Disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan (berhitung dan lain-lain), disyaratkan adanya kemampuan untuk terampil membaca dan membuat pernyataan yang benar. 3. Dapat menimbulkan jawaban yang asli, baru, khas, dan beraneka ragam, serta dapat menambah pengetahuan baru. 4. Dapat meningkatkan aplikasi dari ilmu pengetahuan yang sudah diperolehnya. 5. Mengajak siswa memiliki prosedur pemecahan masalah, mampu membuat analisis dan sintesis, dan dituntut untuk membuat evaluasi tehadap hasil pemecahannya. 6. Merupakan kegiatan yang penting bagi siswa yang melibatkan bukan saja satu bidang studi tetapi mungkin bidang atau pelajaran lain. B.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Matematika 1. Metode Pemecahan Masalah Konsep dasar dan karakteristik metode pemecahan masalah diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat tiga ciri utama dari metode pemecahan masalah yaitu:pertama, merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran artinya dalam implementasinya ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa, kedua aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaiakn masalah, yang menempatkan masalah sebagai kunci dari proses belajar, ketiga, pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berfikir secara ilmiah (wina Sanjaya, 2008; 114-115) Menurut Gagne, belajar dapat dikelompokkan menjadi 8 tipe belajar, yaitu: belajar isyarat, stimulus respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal,

10

membedakan, pembentukan konsep,pembentukan aturan dan pemecahan masalah. Belajar pemecahan masalah adalah tipe belajar yang paling tinggi kerena lebih kompleks dari yang lain. Dalam rangka memecahkan persoalan- persoalan atau masalah- masalah apabila diamati akan terdapat adanya perbedaan dalam langkah- langkah yang diambil dari individu satu dengan individu yang lain. Ada yang segera mengambil langkah begitu perintah telah dimengerti dan mencoba-coba hingga sampai pada cara yang benar, namun ada juga yang tidak mengambil tindakan tetapi memikirkan kemungkinan- kemungkinan yang ada berkaitan dengan pemecahan masalahnya sebelum mengambil tindakan secara kongkrit. Strategi pemecahan masalah dapat diterapkan manakala:

Guru mengharapkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, tetapi menguasai dan memahami secara penuh.

Guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa.

Guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.

Guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.

Guru ingin agar siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya.

Kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam strategi pemecahan masalah:


Bahan pelajaran harus mengandung isu- isu yang mengandung konflik. Bahan yang dipilih adalah bahan yang familiar dengan siswa, sehingga siswa dapat mengikuti dengan baik.

11

Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak, sehingga terasa bermanfaat.

Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai dengan kurikulum,

Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu mempelajarinya.

Macam-macam strategi pemecahan masalah matematika di sekolah dasar: Menurut Reys (1978) dan buku pengembangan pembelajaran matematika SD, disebutkan beberapa macam strategi pemecahan masalah yaitu: a. Beraksi(Act It Out) Strategi ini menuntut untuk melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian saksi fisik atau manipulasi objek. Penggunaan manipulasi objek agar hubungan antar komponen dalam permasalahan menjadi jelas. b. Membuat gambar atau diagram Strategi ini digunakan untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas hubungan yang ada. Untuk membuat gambar atau diagram ini, tidak perlu membuatnya detail tetapi cukup yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. c. Mencari pola Pada prinsipnya, strategi mencari pola ini sudah dikenal sejak di Sekolah Dasar. Untuk memudahkan memahami permasalahan, siswa sering kali diminta

12

untuk membuat tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan permasalahan yang ada. d. Membuat tabel Strategi ini ini membantu mempermudah siswa untuk melihat pola dan memperjelas informasi yang hilang. Dengan kata lain strategi ini sangat membantu dalam mengklasifikasikan dan menyusun informasi atau data dalam jumlah besar. e. Menghitung semua kemungkinan secara sistematis Strategi ini sering digunakan bersama-sama dengan strategi mencari pola dan membuat tabel, karena kadang kala tidak mungkin untuk mengidentifikasi seluruh kemungkinan himpunan penyelesaian. Dalam kondisi demikian, dapat

menyederhakan dengan mengkategorikan semua kemungkinan kedalam beberapa bagian. Namun, jika memungkinkan kadang-kadang perlu mengecek atau menghitung semua kemungkinan jawaban. f. Menebak dan menguji Strategi menebak yang terdidik ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Hasil tebakan tentu saja harus diuji kebenaranya serta diikuti oleh sejumlah alasan yang logis. g. Bekerja mundur Strategi ini sangat cocok untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi atau hasil akhir dan menayakan sesuatu yang terjadi sebelumnya. h. Mengidentifikasi informasi yang didinginkan, diberikan, dan diperlukan.

13

Strategi ini membentu menyortir informasi dan memberi pengalaman dalam merumuskan pengalaman. Dalam hal ini perlu menentukan permasalahan yang akan dijawab, menyortir informasi-informasi penting untuk menjawabnya, dan memilih langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal. i. Menulis kalimat terbuka Strategi ini dapat melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari. Untuk menyederhanakan permasalahan, dapat menggunkan variabelveriabel sebagai pengganti kalimat dalam soal. j. Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara menyelesaikan masalah yang serupa tetapi lebih sederhana. k. Mengubah pandangan Strategi ini dapat digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba tanpa ada hasilnya (Nyimas Aisyah, dkk, 2007;11-16). Jika diperhatikan secara seksama antara strategi satu dengan yang lainya adalah selalu berkaitan dan berhubungan dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika. Bahkan dalam satu soal pemecahan masalah matematika dapa menggunakan lebih dari satu strategi. Untuk memilih strategi manakah yang paling tepat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, diperlukan suatu keterampilan dan langkah-langkah secara rinci. Langkah- langkah metode pemecahan masalah:

Merumuskan masalah: Yaitu langkah siswa dalam menentukan masalah yang akan dipecahkan.

14

Menganalisis masalah: Yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

Merumuskan

hipotesis:

Yaitu

langkah

siswa

merumuskan

berbagai

kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Mengumpulkan data: Yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.

Pengujian hipotesis: Yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penilakan hipotesis yang diajukan.

Merumuskan pemecahan masalah: Yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan simpulan. Cara memecahkan masalah dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya Dewey dan Polya. Dewey (dalam Rothstein dan Pamela 1990) memberikan lima langkah utama dalam memecahkan masalah, 1. mengenali/menyajikan masalah: tidak diperlukan strategi pemecahan masalah jika bukan merupakan masalah; 2. mendefinisikan masalah: strategi pemecahan masalah menekan-kan

pentingnya definisi masalah guna menentukan banyaknya kemungkinan penyelesian; 3. mengembangkan beberapa hipote-sis: hipotesis adalah alternatif penyelesaian dari pemecahan masalah; 4. menguji beberapa hipotesis: mengevaluasi kele-mahan dan kelebihan hipotesis; 5. memilih hipotesis yang terbaik.

15

Sebagaimana Dewey, Polya (1985) pun menguraikan proses yang dapat dilakukan pada setiap langkah pemecahan masalah. Proses tersebut langkah berikut: 1. memahami masalah (understanding the problem). Untuk dapat melakukan tahap 1 dengan baik, maka perlu latihan untuk memahami masalah baik berupa soal cerita maupun soal non-cerita, terutama dalam hal: 1). apa saja pertanyaannya, dapatkah pertanyaannya disederhanakan, 2). apa saja data yang dipunyai dari soal/masalah, pilih data-data yang relevan, 3). hubungan-hubungan apa dari data-data yang ada. 2. merencanakan penyelesaian (devising a plan). dari beberapa alternatif yang mungkin. Untuk dapat melakukan tahap 2 dengan baik, maka perlu keterampilan dan pemahaman tentang berbagai strategi pemecahan masalah 3. melaksanakan rencana (carrying out the plan). dengan tepat, cermat dan benar. Untuk dapat melakukan tahap 3 dengan baik, maka perlu dilatih mengenai: 1). keterampilan berhitung, 2). keterampilan memanipulasi aljabar, 3). membuat penjelasan (explanation) dan argumentasi (reasoning). 4. memeriksa proses dan hasil (looking back). apakah sudah benar, lengkap, jelas dan argumentatif (beralasan). Untuk dapat melakukan tahap 4 dengan baik, maka perlu latihan mengenai: 1). memeriksa penyelesaian/jawaban (mengetes atau mengujicoba jawaban), 2). memeriksa apakah jawaban yang diperolah masuk akal, 3). memeriksa pekerjaan, adakah yang perhitungan atau analisis yang salah, terangkum dalam empat

16

4). memeriksa pekerjaan, adakah yang kurang lengkap atau kurang jelas. Lebih jauh Polya merinci setiap langkah di atas dengan pertanyaan-pertanyaan yang menuntun seorang problem solver menyelesaikan dan menemukan jawaban dari masalah. Sebagai contoh pada langkah memahami masalah diajukan pertanyaanpertanyaan: Apa yang tidak diketahui? Data apa yang diberikan? Mungkinkah kondisi dinyatakan dalam bentuk persamaan atau hubungan lainnya? Buatlah gambar dan tulislah notasi yang sesuai. Pada langkah merencanakan penyelesaian diajukan pertanyaan di antaranya seperti: Pernah adakah soal seperti ini yang serupa sebelumnya diselesaikan? Dapatkah pengalaman yang lama digunakan dalam masalah yang sekarang? Pada langkah melaksanakan rencana diajukan pertanyaan: Periksalah bahwa tiap langkah sudah benar? Bagaimana membuktikan bahwa langkah yang dipilih sudah benar? Dalam langkah memeriksa hasil dan proses, diajukan pertanyaan: Dapatkah diperiksa sanggahannya? Dapatkah jawaban itu dicari dengan cara lain? Langkah-langkah penuntun yang dikemukakan Polya tersebut, dikenal dengan strategi heuristik. Strategi yang dikemukakan Polya ini banyak dijadikan acuan oleh banyak orang dalam penyelesaian masalah matematika. Berangkat dari pemikiran yang dikemukakan oleh ahli tersebut, maka untuk menyelesaikan masalah diperlukan kemampuan pemahaman konsep sebagai prasyarat dan kemampuan melakukan hubungan antar konsep, dan kesiapan secara mental. Pada sisi lain berdasarkan pengamatan Soleh (1998), salah satu sebab siswa tidak berhasil dalam belajar matematika selama ini adalah siswa belum sampai pada pemahaman relasi (relation understanding), yang dapat menjelaskan hubungan antar konsep. Hal itu memberikan gambaran kepada kita adanya tantangan yang tidak kecil dalam mengajarkan pemecahan masalah matematika.

17

B.2.1 Pemecahan Masalah dengan Strategi Intelligent Guessing and Testing a. Strategi Menebak secara Bijak dan Mengujinya dalam Penyelesaian Masalah Sehari-hari Dalam menyelesaikan masalah matematika ada beberapa strategi yang dapat digunakan, salah satunya adalah strategi menebak secara bijak dan mengujinya (Intelligent Guessing and Testing). Strategi ini merupakan strategi yang sering dianggap enteng dan dapat dilakukan semua orang. Namun strategi ini dapat membuka mata kita pada penyelesaian yang menyeluruh, yang mungkin sangat sukar jika ditempuh dengan cara formal atau tradisional. Perlu pula kita ketahui bahwa strategi coba-coba dalam matematika memiliki landasan penalaran, bukan asal coba. Strategi ini dapat dibedakan menjadi dua: sistematis dan inferensial. Systematic trial adalah mencoba semua kemungkinan (ini baik bila memungkinkan atau bila cacah kemungkinannya sedikit), sedang inferensial trial adalah mencoba dengan memilah-milah yang paling relevan berdasarkan konsep atau aturan tertentu. Selain itu, dengan beberapa contoh soal yang akan dibahas pada bagain selanjutnya, kita akan dapat membandingkan strategi rutin dan sering digunakan oleh siswa yang mempunyai kemampuan aljabar bagus dibanding dengan siswa yang kemampuan aljabarnya biasa saja dengan menggunakan strategi guess and check. Penggunaan strategi menebak secara bijak dan mengujinya pada masalah sehari-hari adalah sebagai berikut: dalam memperkirakan tingkat kematangan suatu masakan, bagi tukang kayu dalam memperkirakan ukuran dan bentuk dari sebuah potongan kayu lalu mengujinya dan memodifikasinya dalam menyelesaikan masalah konstruksi, bagi seorang pengacara dalam menentukan kemungkinan praduga tak bersalah pada kliennya.

18

b. Karakteristik Masalah Matematika yang dapat Diselesaikan dengan Strategi Menebak secara Bijak dan Mengujinya Beberapa masalah matematika yang dapat diselesaikan dengan strategi menebak secara bijak dan mengujinya memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut meliputi: 1. Masalah yang berkaitan dengan persamaan satu variabel atau lebih. 2. Masalah yang berkaitan dengan alfametika, yaitu suatu teka-teki yang menggunakan huruf-huruf atau bilangan romawi sebagai pengganti angkaangka yang cocok untuk algoritmanya. 3. Masalah yang berbentuk soal cerita dan diberikan suatu syarat atau kondisi tertentu. 4. Masalah yang berkaitan dengan aljabar sederhana. 5. Masalah yang berkaitan dengan penyusunan angka-angka dan penentuan banyaknya bilangan dengan syarat tertentu. B.2.2.Pemecahan Masalah dengan Strategi Finding Pattern a. Strategi Penemuan Pola dalam Penyelesaian Masalah Sehari-hari Penemuan pola adalah salah satu strategi dalam problem solving dimana kita dapat mengamati informasi yang diberikan seperti gambar, angka, huruf, kata, warna, atau suara. Dengan mengamati beberapa elemen yang diberikan tersebut, kadang-kadang secara berurutan kita dapat memecahkan masalah yang diberikan dengan menentukan apa yang menjadi elemen selanjutnya dan elemen tersebut akan membentuk pola yang diberikan.

19

Penggunaan strategi penemuan pola dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya: dalam menemukan sebuah alamat, polisi dalam menentukan modus operandi dalam menentukan pola suatu tindak kriminalitas, ilmuwan dalam melakukan penelitian tentang perkembangan virus dan bakteri. b. Karakteristik Masalah Matematika yang dapat Diselesaikan dengan Strategi Penemuan Pola Beberapa masalah matematika yang dapat diselesaikan dengan strategi penemuan pola memiliki karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut meliputi: 1. Masalah berbentuk perpangkatan yang cukup besar dan biasanya diminta untuk menentukan digit terakhir, digit tengah, atau banyaknya digit. 2. Masalah yang melibatkan sebuah bentuk bangun dan kita diminta menentukan banyaknya bangun satuan yang membentuk bangun tersebut. 3. Menentukan suku tertentu pada sebuah barisan. 4. Menentukan jumlah bilangan atau rumusnya yang membentuk suatu barisan tertentu. 5. Menyelesaikan masalah tentang operasi aljabar pada suatu pecahan. 6. Menentukan hasil bagi suatu bilangan yang lebih dari 10 digit. 7. Masalah yang dapat disederhanakan dan dianalogikan sampai ditemukan pola yang terbentuk. 8. Masalah yang melibatkan banyaknya sudut yang terbentuk oleh garis yang ditentukan jumlahnya dari sebuah titik.

20

Dari beberapa strategi pemecahan masalah di atas, kelompok kami dapat menarik kesimpulan bahwa ada beberapa strategi pemecahan masalah yang baik untuk diterapkan ke siswa, yaitu: a. Mamahami Permasalahan Langkah ini tentunya sangat berguna untuk siswa dalam

menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Dengan memahami masalah terlebih dahulu, kita akan tahu apa yang harus kita lakukan untuk dapat menyelesaikan masalah. b. Beraksi(Act It Out) Strategi ini menuntut untuk melihat apa yang ada dalam masalah dan membuat hubungan antar komponen dalam masalah menjadi jelas melalui serangkaian saksi fisik atau manipulasi objek. Penggunaan manipulasi objek agar hubungan antar komponen dalam permasalahan menjadi jelas. c. Membuat Gambar/Diagram/Table Strategi ini digunakan untuk menyederhanakan masalah dan memperjelas hubungan yang ada. Untuk membuat ini, tidak perlu membuatnya detail tetapi cukup yang berhubungan dengan permasalahan yang ada. d. Mencari Pola Pada prinsipnya, strategi mencari pola ini sudah dikenal sejak di Sekolah Dasar. Untuk memudahkan memahami permasalahan, siswa sering kali diminta untuk membuat tabel dan kemudian menggunakannya untuk menemukan pola yang relevan dengan permasalahan yang ada. e. Menebak dan Menguji Strategi menebak yang terdidik ini didasarkan pada aspek-aspek yang relevan dengan permasalahan yang ada, ditambah pengetahuan dari pengalaman sebelumnya. Hasil tebakan tentu saja harus diuji kebenaranya serta diikuti oleh sejumlah alasan yang logis.

21

f. Menulis kesimpulan dari langkah-langkah yang dilakukan di atas ( menulis jawaban akhir) Strategi ini dapat melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari. Untuk menyederhanakan permasalahan, dapat

menggunkan variabel-veriabel sebagai pengganti kalimat dalam soal. C. ContohContoh Masalah Beserta Penyelesaiannya. 1. Problem: tentukan nilai x dan y, jika x dan y adalah bilangan bulat positif dan Solusi : banyak siswa akan merasa kesulitan untuk menyelesaikan persamaan dengan dua variable, apalagi jika bentuknya diubah sedikit menjadi bentuk pecahan seperti pada problem tersebut. Pada kebanyakan kasus, mereka menebak dengan sederhana berbagai bilangan bulat hingga menemukan yang memenuhi persamaan tersebut. Mari kita menggunakan strategi menebak ini udan mengujinya yaitu dengan memulai menyelesaikan persamaan untuk x. X= Kita mengetahui bahwa x > 0. Gunakan strategi menebak secara bijak dan mengujinya. Kita temukan bahwa kemungkinan nilai bilangan bulat untuk y adalah hanya 1,2,3,dan 4 ( bilangan bulat positif yang lebih dari 4 akan membuat niali x menjadi negative ). Subtitusikan beberapa nilai tersebut, kita akan menemukan hanya y = 1 yang akan memberikan nilai untuk x, yaitu x = 3. Jadi niali yangkita cari adalah x = 3 dan y = 1 2. Problem : tentukan angka terakhir dari 819.

22

Solusi : banyak siswa akan mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan menggunakan perpangkatan yang dihitung dengan menggunakan kalkulator. Tetapi kalkulator tidak dapat memberikan hasil dari pangkat 8 karena keterbatasan ruang tampilan digit. Sehingga mereka harus menyelesaikan dengan metode yang lain. Strategi yang dapat digunakan adalah dengan menemukan pola perpangkatan sebagai berikut: 81= 8 82= 64 83= 512 84 = 4092 85 = 32768 86 = 26144 87 = 2.097.152 88 = 16.777.226 Perhatikan pola yang terjadi, digit terakhir melingkar tiap empat kali ( 8,4,2,6,8,2,6,). Sekarang kita dapat mengaplikasikan aturan pola yang terbentuk. Pangkat yang kita cari adalah 19, jika dibagi 4 memberi sisa 3. Oleh karena itu digit terakhirnya akan sama dengan terakhir pada 815,811,87,83 yaitu 2. 3. Dua buah dadu dilempar satu kali secara bersamaan. Hitunglah peluang munculnya mata dadu dengan jumlah kurang dari 7.

Beraksi(Act It Out)

23

Dalam masalah ini, perlu kita perhatikan hal-hal ynag bisa kita kaitkan. Seperti jumlah kedua mata dadu yang bisa muncul dengan pertanyaan soal yaitu jumlah mata dadu yang muncul tidak lebih dari 7.

Membuat gambar,diagram atau tabel 1 1 2 3 4 5 6 (1,1) (2,1) (3,1) (4,1) (5,1) (6,1) 2 (1,2) (2,2) (3,2) (4,2) (5,2) (6,2) 3 (1,3) (2,3) (3,3) (4,3) (5,3) (6,3) 4 (1,4) (2,4) (3,4) (4,4) (5,4) (6,4) 5 (1,5) (2,5) (3,5) (4,5) (5,5) (6,5) 6 (1,6) (2,6) (3,6) (4,6) (5,6) (6,6)

Mencari pola Dari table di atas, kita dapat melihat jumlah mata dadu yang kurang dari 7.

Menghitung semua kemungkinan secara sistematis Peluang munculnya jumlah mata dadu kurang dari 7 yaitu : (1,1),(1,2),(1,3),(1,4),(1,5),(2,1),(2,2),(2,3),(2,4),(3,1),(3,2),(3,3),(4,1),( 4,2),(5,1).

Menebak dan menguji Jadi, kita dapat melihat bahwa peluang munculnya mata dadu berjumlah kurang dari 7 adalah :

P= =

Bekerja mundur

24

Strategi ini sangat cocok untuk menjawab permasalahan yang menyajikan kondisi atau hasil akhir dan menayakan sesuatu yang terjadi sebelumnya. Dalam kasus ini, bekerja mundur berarti kita mencoba mencari kemungkinan yang bisa terjadi, kemungkinan peluang munculnya mata dadu berjumlah kurang 7.

Menulis kalimat terbuka

Strategi ini dapat melihat hubungan antara informasi yang diberikan dan yang dicari. Untuk menyederhanakan permasalahan, dapat menggunkan variabel-veriabel sebagai pengganti kalimat dalam soal. Dalam kasus ini, kita dapat mencari peluang munculnya mata dadu yang jumlahnya kurang dari tujuh dengan terlebih dahulu mencari peluang kejadiannya dean peluang semestanya, n(s) dan n(k)

Menyelesaikan masalah yang lebih sederhana atau serupa Suatu masalah yang rumit dapat diselesaikan dengan cara

menyelesaikan masalah yang serupa tetapi lebih sederhana. Dalam kasus ini, kita dapat menyelesaikan masalah yang serupa tapi lebih sederhana, misalkan peluang munculnya angka 7 pada pelemparan sebuah mata dadu. Melalui masalh sederhana ini, kita akan lebih mudah menyelesaikan masalah yang lebih rumit.

Mengubah pandangan

25

Strategi ini dapat digunakan setelah beberapa strategi lain telah dicoba tanpa ada hasilnya (Nyimas Aisyah, dkk, 2007;11-16). Jika diperhatikan secara seksama antara strategi satu dengan yang lainya adalah selalu berkaitan dan berhubungan dalam menyelesaikan pemecahan masalah matematika. Bahkan dalam satu soal pemecahan masalah matematika dapa menggunakan lebih dari satu strategi. Untuk memilih strategi manakah yang paling tepat digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan, diperlukan suatu keterampilan dan langkah-langkah secara rinci.

26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan dan jawaban responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami. Adapun penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif karena penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk memperoleh gambaran secara nyata mengenai kemampuan siswa kelas VI SD dalam menyelesaian soal bangun ruang. B. Batasan Istilah Pelaksanaan penelitian ini lebih menitik beratkan pada permasalahan sebagai berikut: 1. Masalah Masalah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masalah matematika khususnya tentang bangun ruang pada siswa kelas VI SD. 2.Siswa Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI SD. C. Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi yang dimaksud pada penelitian ini yaitu berada di jalan Cerdrawasih Square dan kompleks Mangga Tiga Daya Makassar. D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini pertama adalah collecting data, yaitu tahapan pengumpulan data dan informasi untuk

27

menjadi bahasan penelitian. Selanjutnya tahap analyzing data yaitu tahapan pengolahan informasi yang telah diperoleh. E. Analisa Data Teknik analisa data dalam penelitian kualitatif deskriptif didasarkan pada pendekatan yang digunakan dalam bentuk analisis data. Evaluasi ini adalah jenis evaluasi yang menggunakan tiga kali proses pengabsahan data dengan tiga metode yang berbeda. Ketiga metode tersebut adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.

28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Bab ini menyajikan deskripsi data dan analisis data penelitian. Hasil deskripsi data penelitian ini meliputi: (1) deskripsi data perorangan tentang pemberian scaffolding metakognitif dalam memecahkan masalah matematika menurut empat langkah Polya. Bahasan Bab ini juga memuat analisis dan pembahasan data penelitian yang diuraikan berdasarkan tingkat kemampuan dalam memecahkan masalah matematika menurut empat langkah Polya. Analisis data secara perorangan meliputi; a. Analisis data RT1(siswa putri; inisial AL) b. Analisis data RT2 (siswa putri; inisial MR) Dalam bab ini disajikan secara rinci analisis terhadap dua responden yaitu RT1 dan RT2. Pada penelitian ini ditetapkan tiga jenis hambatan yang mungkin dialami siswa pada setiap proses dan hasil pemecahan masalah menurut empat langkah Polya yaitu: (1) hambatan jenis pertama yaitu proses dan hasil benar dan tidak terlibat metakognisi siswa, (2) hambatan jenis kedua yaitu proses atau hasil salah dan terlibat metakognisi siswa, dan (3) hambatan jenis ketiga yaitu proses atau hasil salah dan tidak terlibat metakognisi siswa. Selanjutnya tiga jenis scaffolding metakognitif yang dapat diberikan kepada responden ketika mengalami salah satu dari ketiga jenis hambatan di atas yaitu: (1) merencanakan (planning), (2) memantau (monitoring), dan (3) mengevaluasi (evaluating). Sedangkan empat langkah Polya yang dimaksud dalam pemecahan masalah yaitu: (1) memahami masalah (understand the

29

problem), (2) merencanakan pemecahan (devise a plan), (3) melaksanakan rencana pemecahan (carry out the plan), dan (4) mengevaluasi hasil pemecahan (look back). Untuk keperluan analisis, maka digunakan pengkodean sebagai berikut. S(i,j)k : menyatakan jenis scaffolding metakonitif ke-i (i = 1, 2, 3) pada langkah Polya ke-j (j = 1, 2, 3, 4) dengan urutan kesalahan ke-k (k = 1, 2, 3, ...) H(i,j)k : menyatakan jenis hambatan ke-i (i = 1, 2, 3) pada langkah Polya ke-j (j = 1, 2, 3, 4) dan urutan hambatan ke-k (k = 1, 2, ...) P B. Pembahasan Deskripsi Data Pemberian Scaffolding Metakognitif dalam : menyatakan peneliti

Pemecahan Masalah Matematika Menurut Empat Langkah Polya 1. Transkrip Data RT1 Masalah matematika yang diberikan Ayu mempunyai aquarium berbentuk balok. Tinggi aquarium tersebut adalah 300 m, lebarnya 2 m.dan panjangnya adalah 40 dm. Hitung: a. Berapa literkah volume air yang dapat ditampung aquarium tersebut, jika aquarium hanya bisa diisi air setengah dari isi keseluruhan aquarium tersebut? b. Berapa literkah air yang tersisa dalam aquarium jika setelah dimasukkan ikan, airnya akan tumpah sebanyak bagian dari banyaknya air semula ?

Berikut ini dijabarkan jenis scaffolding metakognitif yang disertai dengan wawancara yang diberikan kepada RT1 dan RT2 dalam memecahkan masalah matematika dan diurut berdasarkan empat langkah Polya sebagai berikut.
30

a. Memahami Masalah RT1 membaca dan mencermati masalah matematika yang diberikan. H(3,1)1 : RT1 agak terdiam, terlihat bingung dan tidak menulis pemecahan masalah yang akan dilakukannya. Agar RT1 segera memulai pemecahannya, maka peneliti memberi scaffolding metakognitif yang memunculkan keinginan/kesadaran untuk memulai menulis pemecahan seperti berikut. S(1,1)1 : ketika menghadapi jenis soal seperti ini, yang pertama harus dilakukan adalah diberikan. RT1 membaca kembali soal dan mencermatinya, kemudian menuliskan yang diketahui seperti berikut. Diketahui : Panjang Lebar Tinggi = 40 dm =2m = 300 cm memahami soalnya. baca dan cerna soal yang

Ditanyakan : volume air dalam aquarim Selanjutnya peneliti menelusuri keterlibatan metakognisi RT1 terhadap apa yang ditulis, seperti petikan wawancara berikut. P : Apa adik tahu bagaimana bentuk balok itu?

RT1 : ya, saya tahu kak P : coba adik gambarkan bentuk balok itu
31

Setelah diminta untuk menggambar sebuah balok, siswa tersebut segera menggambar balok sesuai yang ia tahu. Dan setelah peneliti melihat hasilnya, ternyata yang ia gambarkan adalah persegi panjang, bukan balok.

Peneliti kemudian mengoreksi bahwa yang adik gambarkan bukanlah gambar balok, melainkan persegi panjang. Kemudian peneliti menggambar balok yang sebenarnya.

RT1 : oh...iya,,,saya lupa kakak, tapi sekarang saya sudah ingat. Dari petikan wawancara di atas terlihat RT1 menjawab pertanyaan peneliti dan mengikuti instruksi yang diberikan peneliti. ini menunjukkan bahwa RT1 sudah memahami dengan baik namun ia hanya lupa. Selanjutnya peneliti menelusuri keterlibatan metakognisi RT1 terhadap apa yang telah ditulis, seperti petikan wawancara berikut. P : apa Adik tahu rumus volume balok?

RT1 : ya P : bisakah Adik menyebutkan kepada kakak?

RT1 : panjang x lebar x tinggi P : ya, betul sekali

32

Selanjutnya, peneliti memberikan pengarahan kepada siswa sesuai dengan apa yang diketahui siswa tentang soal. H(2,1)2 : Siswa kemudian berhenti dan berfikir sejenak. b. Menyusun Rencana Pemecahan H(3,2)1 : RT1 agak ragu memulai langkah kedua untuk membuat rencana pemecahan. Agar RT1 memulai membuat rencana pemecahan pada langkah kedua, maka peneliti memberi scaffolding metakognitif seperti berikut. S(1,2)1 : Apa yang sebaiknya dilakukan untuk memudahkan menyelesaian masalah/soal tersebut? H(3,2)2 : RT1 berpikir sejenak namun tetap tidak dapat berkata apa-apa. Siswa terdiam. Kemudian peneliti memberikan scaffolding metakognisi kepada siswa. S(1,2)2 : coba tuliskan rumus volume balok di kertas jawaban RT1 P : iya kak. Kemudian siswa menuliskan ruumus yang diminta. : lalu apa yang harus dilakukan lagi?

H(3,2)3 : Siswa terdiam, tidak tahu mau menjawab apa. Peneliti kemudian memberikan scaffolding lagi, S(1,2)3 : setelah menulis rumus, masukkan nilai yang diketahui dari soal RT1 : iya kak. Kemudian siswa memasukkan nilai yang diminta.

33

c. Menerapkan Rencana Pemecahan Pada bagian ini RT1 mencari volume balok dengan menggunakan rumus yang sudah direncanakan.

H(2,3)1

: Kemudian siswa berhenti, dan menemukan kejanggalan. Ia mulai bingung karena satuan dari setiap nilai berbeda- beda.

S(2,3)1 RT1 S(2,3)2 RT1 S(1,3)3 RT1 S(1,3)4 RT1 S(2,3)5 RT1

: apakah ada satuan yang tidak sama? : iya kak, ada. : coba sebutkan! : dm,m,dan cm. : jadi apa yang harus dilakukan? : memgubah dan menyamakan satuannya. : yang mana yang akan disamakan? : meter dan decimeter diubah menjadi centimeter kak. : coba tuliskan : iya kak. Kemudian siswa menuliskan perubahannya.

34

Melihat jawaban yang ditulis oleh siswa, peneliti kemudian mengajukan beberapa pertanyaan lagi: P RT1 P RT1 : mengapa 40 dm = 400 dm? : karena turun satu kali kak : apa maksud adik dengan turun satu kali? : karena setiap kali turun satu kali dikali 10 kak Dari petikan wawancara di atas, terlihat bahwa siswa sudah mengetahui perubahan nilai satuan. Kemudian peneliti melanjutkan lagi dan memberikam instruksi kepada siswa untuk memasukkan nilai-nilai yang diketahui yang telah disamakan satuannya tadi.

Kemudian peneliti melanjutkan ke soal, apa yang diinginkan soal. H(3,3)2 S(1,3)6 H(3,3)3 S(1,3)7 : Siswa terdiam, tidak tahu apa yang harus ditulis. :perhatikan kembali apa yang diinginkan soal : (diam) :dalam soal yang ditanyakan adalah volume aquarium dalam liter, betul? RT1 : iya kak

35

S(3,3)8

:jadi karena kita telah mendapatkan volume dalam yang dilakukan lagi? menjadi liter kak

, lalu apa

RT1 S(1,3)9 RT1 P RT1 S(3,3)11

: mengubah

: nah apa yang Adik ketahui tentang perubahan ini? : mengubah cm3 menjadi dm3 kak. : mengapa Adik berkata demikian ? : karena liter = dm3 : jadi, diketahui bahwa 1liter itu sama dengan satu dm3, 24.000.000 cm3 sama dengan berapa dm3? jadi

RT1 P RT1 S(1,3)13

: 24.000 kak : mengapa Adik berkata demikian ? : karena naik satu kali kak : ya, karena ini sataunnya dm3, jadi setiap turun atau naik satu kali kita kalikan tau bagikan dengan 1000

S(3,3)12

: jadi karena kita telah tahu bahwa 24.000.000 cm3 sama dengan 24.000 dm,jadi berapa literkah itu ?

H(3,3)4 S(3,3)13 RT1 S(3,3)13

: terdiam lagi : jadi 24.000 dm3 sama dengan 24.000 liter : oh iya kak,, ( tersenyum) : kan tadi adik yang mengatakn bahwa liter = dm3, jadi kalau 24.000 dm3 sama dengan 24.000 liter
36

Dari percakapan di atas terlihat bahwa volume aquarium keseluruhan telah ditemukan. Kemudian peneliti memberikan pengarahan lagi kepada siswa. P : coba perhatikan kembali pertanyaanya...apa yang diinginkan soal pada bagian A? RT1 P : volume aquarium kak : jadi yang diingiinkan soal itu adalah volume air dalam liter jika aquarium bisa diisi setengah RT1 P H(3,3)5 S(2,3)14 RT1 S(3,3)14 RT1 : oh..iya kak : jadi setengah volume balok berapa? : terdiam lagi. : kalau setengah itu diapakan? : dibagi dua : ya.. coba adik bagi dua volumenya. : mengerjakan apa yang diperintahkan oleh peneliti 24.000 liter / 2 = 12.000 liter Dari percakapan di atas telah ditemukan jawaban untuk bagian A Peneliti kemudian memberikan scaffolding untuk pertanyaan bagian B S(3,3)15 : coba perhatikan pertanyaan bagian B, apa yang ditanyakan? RT1 : berapa literkah air yang tersisa dalam aquarium jika ikannya sudah

37

dimasukkan kak S(3,3)16 :nah coba perhatikan soalnya, ketika ikan dimasukkan ke dalam aquarium, maka air akan tumpah dari aquarium sebanyak bagian dari banyaknya air semula. RT1 S(2,3)17 RT1 : iya kak. : nah kalau setengah tadi diapakan? : dibagi dua kak.

Kemudian siswa menulisakan hasil yang diperolehnya, seperi berikut:

Kemudian siswa membuat kesimpulan seperti berikut: Jadi, air yang tersisa dalam aquarium setelah ikan di masukkan adalah 6.000 liter. d. Mengevaluasi Hasil Pemecahan siswa telah melakukan prosedur yang telah diajarkan dalam

menyelesaikan soal yang diberikan. Untuk mengevaluasi hasil pemecahan yang dilakukan siswa,apakah siswa sudah paham cara menyelesaikan soal yang bentuknya seperti itu, maka peneliti meberikan satu soal lagi kepada siswa. Dan setelah dilihat, ternyata jawaban siswa benar dan langkah-langkahnya juga telah sesuai dengan yang diajarkan peneliti.

2. Transkrip Data RT2 Masalah matematika yang diberikan

38

Ayu mempunyai aquarium berbentuk balok. Tinggi aquarium tersebut adalah 300 m, lebarnya 2 m.dan panjangnya adalah 40 dm. a. Berapa literkah volume air yang dapat ditampung aquarium tersebut, jika aquarium hanya bisa diisi air setengah dari isi keseluruhan aquarium tersebut? b. Berapa literkah air yang tersisa dalam aquarium jika setelah dimasukkan

ikan, airnya akan tumpah sebanyak bagian dari banyaknya air semula ? Berikut ini dijabarkan jenis scaffolding metakognitif yang disertai dengan wawancara yang diberikan kepada RT2 dalam memecahkan masalah matematika dan diurut berdasarkan empat langkah Polya sebagai berikut. a. Memahami Masalah RT2 membaca dan mencermati masalah matematika yang diberikan. H(3,1)1 : RT2 agak terdiam, terlihat bingung dan tidak menulis pemecahan masalah yang akan dilakukannya. Agar RT2 segera memulai pemecahannya, maka peneliti memberi scaffolding metakognitif yang memunculkan keinginan/kesadaran untuk memulai menulis pemecahan seperti berikut. S(1,1)1 : ketika menghadapi jenis soal seperti ini, yang pertama harus dilakukan adalah memahami soalnya. baca dan cerna soal yang diberikan. RT2 membaca kembali soal dan mencermatinya, kemudian menuliskan yang diketahui seperti berikut. Diketahui :

39

Panjang Lebar Tinggi Ditanyakan :

= 40 dm =2m = 300 cm

a. volume air dalam aquarim jika hanya bisa diisi setengah dari keseluruhan air dalam aquarium b. sisa air dalam aquarium setelah dimasukkan ikan Selanjutnya peneliti menelusuri keterlibatan metakognisi RT2 terhadap apa yang ditulis, seperti petikan wawancara berikut. P : Apa adik tahu bagaimana bentuk balok itu?

RT2 : ya, saya tahu kak P : coba adik gambarkan bentuk balok itu Setelah diminta untuk menggambar sebuah balok, siswa tersebut segera menggambar balok sesuai yang ia tahu.

Dari petikan wawancara di atas terlihat RT2 menjawab pertanyaan peneliti dan mengikuti instruksi yang diberikan peneliti. ini menunjukkan bahwa RT2 sudah memahami dengan baik. Selanjutnya peneliti menelusuri keterlibatan metakognisi RT2 terhadap apa yang telah ditulis, seperti petikan wawancara berikut. P : apa Adik tahu rumus volume balok?

40

RT2 : ya P : bisakah Adik menyebutkan kepada kakak?

RT2 : panjang x lebar x tinggi P : ya, betul sekali Selanjutnya, peneliti memberikan pengarahan kepada siswa sesuai dengan apa yang diketahui siswa tentang soal. H(2,1)2 : Siswa kemudian berhenti dan berfikir sejenak. b. Menyusun Rencana Pemecahan H(3,2)1: RT2 agak ragu memulai langkah kedua untuk membuat rencana pemecahan. Agar RT2 memulai membuat rencana pemecahan pada langkah kedua, maka peneliti memberi scaffolding metakognitif seperti berikut. S(1,2)1 : Apa yang sebaiknya dilakukan untuk memudahkan menyelesaian masalah/soal tersebut? H(3,2)2 terdiam. Kemudian peneliti memberikan scaffolding metakognisi kepada siswa. S(1,2)2 RT1 P H(3,2)3 : coba tuliskan rumus volume balok di kertas jawaban : iya kak. Kemudian siswa menuliskan ruumus yang diminta. : lalu apa yang harus dilakukan lagi? : Siswa terdiam, tidak tahu mau menjawab apa. : RT1 berpikir sejenak namun tetap tidak dapat berkata apa-apa. Siswa

41

Peneliti kemudian memberikan scaffolding lagi, S1,2)3 RT1 : setelah menulis rumus, masukkan nilai yang diketahui dari soal : iya kak. Kemudian siswa memasukkan nilai yang diminta.

c. Menerapkan Rencana Pemecahan Pada bagian ini RT2 mencari volume balok dengan menggunakan rumus yang sudah direncanakan.

H(2,3)1

: Kemudian siswa berhenti, dan menemukan kejanggalan. Ia mulai Bingung karena satuan dari setiap nilai berbeda-beda.

S(2,3)1 RT1 S(2,3)2 RT1 S(1,3)3 H(3,3)2 S(1,3)4 RT1 S(1,3)5 H(3,3)3

: apakah ada satuan yang tidak sama? : iya kak, ada. : coba sebutkan! : dm,m,dan cm. : jadi apa yang harus dilakukan? : RT2 terdiam, tidak tahu menjawab apa. : yang mana yang akan disamakan? : meter,dm dan cm kak. : jadi apa yang harus dilakukan? : RT2 terdiam, tidak tahu menjawab apa.

42

S(1,3)6 RT2 S(2,3)7 RT2 S(2,3)8

: membuat satuannya sama,dm,cm,m : iya kak. : jadi, yang mana yang akan Adik ubah? : ubah ke cm kak : coba Adik tuliskan. Kemudian siswa menuliskan perubahannya.

Melihat jawaban yang ditulis oleh siswa, peneliti kemudian mengajukan beberapa pertanyaan lagi: P RT2 P RT2 : mengapa 40 dm=400 dm? : karena turun satu kali kak : apa maksud adik dengan turun satu kali? : karena setiap kali turun satu kali dikali 10 kak Dari petikan wawancara di atas, terlihat bahwa siswa sudah mengetahui perubahan nilai satuan. Kemudian peneliti melanjutkan lagi dan memberikam instruksi kepada siswa untuk memasukkan nilai-nilai yang diketahui yang telah disamakan satuannya tadi.

43

Kemudian peneliti melanjutkan ke soal, apa yang diinginkan soal. H(3,3)4 S(1,3)9 H(3,3)5 S(1,3)10 : Siswa terdiam, tidak tahu apa yang harus ditulis. :perhatikan kembali apa yang diinginkan soal : (diam) :dalam soal yang ditanyakan adalah volume aquarium dalam liter, betul? RT2 S(3,3)11 : iya kak : jadi karena kita telah mendapatkan volume dalam Yang dilakukan lagi? RT2 S(1,3)12 RT2 P RT2 S(3,3)13 : mengubah
3 3

, lalu apa

menjadi liter kak

: nah apa yang Adik ketahui tentang perubahan ini? : mengubah cm3 menjadi dm3 kak. : mengapa Adik berkata demikian ? : karena liter=dm3 : jadi, diketahui bahwa 1liter itu sama dengan satu dm3, jadi 24.000.000 cm3 sama dengan berapa dm3?

RT2 P RT2

: 24.000 kak : mengapa Adik berkata demikian ? : karena naik satu kali kak

44

S(1,3)14

: ya, karena ini sataunnya dm3, jadi setiap turun atau naik satu kali kita kalikan tau bagikan dengan 1000

S(3,3)15

: jadi karena kita telah tahu bahwa 24.000.000 cm3 sama dengan 24.000 dm, jadi berapa literkah itu ?

H(3,3)5 S(3,3)16 RT2 S(3,3)17

: terdiam lagi : jadi 24.000 dm3 sama dengan 24.000 liter : oh iya kak,, ( tersenyum) : kan tadi adik yang mengatakan bahwa liter = dm3, jadi kalau 24.000 dm3 sama dengan 24.000 liter

Dari percakapan di atas terlihat bahwa volume aquarium keseluruhan telah ditemukan. Kemudian peneliti memberikan pengarahan lagi kepada siswa. P : coba perhatikan kembali pertanyaanya...apa yang diinginkan soal pada bagian A? RT2 P : volume aquarium kak : jadi yang diingiinkan soal itu adalah volume air dalam liter jika aquarium hanya bisa diisi setengah RT2 P RT2 : oh..iya kak : jadi diapakan? : dibagi dua

S(3,3)19: ya.. coba adik bagi dua volumenya. RT2 : mengerjakan apa yang diperintahkan oleh peneliti

45

24.000 liter / 2 = 12.000 liter Dari percakapan di atas telah ditemukan jawaban untuk bagian A Peneliti kemudian memberikan scaffolding untuk pertanyaan bagian B S(3,3)20 RT2 : coba perhatikan pertanyaan bagian B, apa yang ditanyakan? : berapa literkah air yang tersisa dalam aquarium jika ikannya sudah dimasukkan kak S(3,3)21 : nah coba perhatikan soalnya, ketika ikan dimasukkan ke dalam Aquarium, maka air akan tumpah dari aquarium sebanyak bagian dari banyaknya air semula.jadi diapkan kalau demikian? RT2 : dibagi dua kak.

Kemudian siswa menulisakan hasil yang diperolehnya, seperi berikut: 12 000 2 000

Kemudian siswa membuat kesimpulan seperti berikut: Jadi, air yang tersisa dalam aquarium setelah ikan di masukkan adalah 6.000 liter. d. Mengevaluasi Hasil Pemecahan Siswa telah melakukan prosedur yang telah diajarkan dalam

menyelesaikan soal yang diberikan. Untuk mengevaluasi hasil pemecahan yang dilakukan siswa, apakah siswa sudah paham cara menyelesaikan soal yang bentuknya seperti itu, maka peneliti memberikan satu soal lagi kepada siswa. Dan setelah dilihat, ternyata jawaban siswa kurang benar namun langkah-langkahnya

46

telah sesuai dengan yang diajarkan peneliti. Dalam mengerjakan siswa salah perhitungannya.

47

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Adpun simpulan dari makalah kami, sebgai berikut: 1. Pengertian masalah menurut beberapa ahli, sebagai berikut; a. Munurut kamus KBBI. Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan. b. Menurut James Stoner. Masalah adalah suatu situasi yang

menghambat organisasi untuk mencapai satu atau lebih tujuan. c. Menurut Prajudi Atmosudirjo. Masalah adalah sesuatu yang

menyimpang dari apa yang diharapkan,direncanakan, ditentukan untuk dicapai sehingga merupakan rintangan menuju tercapainya tujuan. d. Menurut Roger Kaufman. Masalah adalah suatu kesenjangan yang perlu ditutup antara hasil yang dicapai pada saat ini dan hasil yang diharapkan. e. Menurut Dorothy Craig. Masalah adalah situasi atau kondisi yang akan datang dan tidak diinginkan. 2. Berdasarkan definisi dari beberapa ahli di atas, kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa masalah adalah keadaan dimana tidak sesuainya antara harapan dan kenyataan. 3. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa soal yang diberikan kepada responden tergolong ke dalam soal yang menentang dengan alasan responden menemui banyak kendala dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Akan tetapi setelah diberikan arahan, siswa tersebut dapat mengerjakan soal dengan baik walaupun masih terdapat beberapa kesalahan dalam perhitungan tapi secara struktur sudah benar.

48

B. Saran Adapun saran dari makalah kami, sebagai berikut: 1. Kepada Pemerintah agar memberi perhatian lebih kepada para mahasiswa dalam rangka pengembangan kemampuan mahasiswa. 2. Kepada Universitas agar lebih memperhatikan sarana dan prasana guna untuk penunjang dalam proses pembelajaran 3. Kepada Pendidik agar lebih meiningkatakan minat belajar peserta didik. 1. Kepada Mahasiswa agar lebih memperhatikan materi dan berperan aktif dalam pembelajaran

49

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. contoh-pemecahan-masalah-dengan-intelligent-guessing-ans-testing.pdf (Online) http://www.google.com, di akses pada tanggal 05 Maret 2012. Anonim. contoh-pemecahan-masalah-dengan-penemuan-pola.pdf (Online) http://www.google.com, diakses pada tanggal 05 Maret 2012. Hujono, Herman. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: JICA Krismanto, Al dan Widyaiswara. 2003. Beberapa Teknik, Model, dan Strategi dalam Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional Polya, G. 1945. How To Solve It. New Jersey:Princeton university Press.

50

LAMPIRAN Dokumentasi

51

You might also like