You are on page 1of 16

MAKALAH PENGARUH CURAH HUJAN PADA TANAMAN PADI

Disusun untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Agroklimatologi (PNU 211)

Dosen: Ir. Hj. Triana Ariati, SU. Oleh : Akhmad Ibnu Amrullah Yusmiarsih Lafi Naimatul Bayyinah Yefta Wiga Kinantyo Laela Fitriani (A1L010212) (A1L010212) (A1L010212) (A1L010212) (A1L010212)

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO 2011 1

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong penyusun menyelesaikan makalah ini. Dalam menyelesaikan makalah ini, penyusun melewati berbagai kendala, baik yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini berjudul Pengaruh Curah Hujan Pada Tanaman Padi. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas terstruktur mata kuliah Agroklimatologi. Selain itu, penyusun berharap makalah ini dapat memberikan wawasan kepada pembaca. Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, penyusun mengharap kepada semua pihak untuk dapat memberikan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini. Purwokerto, Oktober 2011 Penyusun

DAFTAR ISI halaman HALAMAN JUDUL....................................................................................................1 KATA PENGANTAR.................................................................................................2 DAFTAR ISI................................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN............................................................................................6 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan............................................................................................15 B. Saran......................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN Akhir-akhir ini media massa banyak memuat berita tentang menurunnya ketersediaan pangan di Indonesia. Hal itu disebabkan semakin menurunnya luas dan produktivitas lahan pertanian serta keterbatasan sumber daya pertanian, sementara jumlah penduduk semakin bertambah. Hal itu menuntut perlunya optimalisasi seluruh sumber daya pertanian, terutama lahan dan air. Oleh sebab itu, sistem usahatani yang selama ini lebih berorientasi komoditas (commodity oriented) sebaiknya dialihkan pada sistem usahatani yang berbasis sumber daya (commodity base) seperti unsur-unsur iklim. Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi pertanian yang kompleks dan sulit dikendalikan, kecuali menggunakan teknologi dan biaya tinggi. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan terhadap iklim agar lebih berdaya guna dalam bidang pertanian, seperti meningkatkan pemahaman karakteristik iklim melalui analisis dan interpretasi data iklim untuk menyesuaikan sistem usahatani dan paket teknologinya dengan kondisi iklim setempat. Dengan mengetahui pola curah hujan di suatu daerah maka ditetapkan musim pertanaman (growing season), yaitu periode dalam setahun dimana besarnya curah hujan lebih dari setengah evapotranspirasi potensial, ditambah waktu yang diperlukan untuk menguapkan 100 mm air hujan yang masuk ke dalam tanah (Oldeman, Las dan Darwis, 1979). Mutu hasil analisis dan interpretasi data iklim ditentukan oleh metode analisis yang digunakan serta jumlah dan mutu data. Oleh karena itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama yang baik antar instasi pengelola dan pengguna data iklim demi menunjang pembangunan pertanian secara keseluruhan. Makalah ini membahas pengaruh curah hujan (sebagai salah satu unsur iklim) terhadap tanaman padi. Curah hujan merupakan faktor iklim yang selalu berubahubah dan sulit diramalkan. setiap daerah memiliki pola curah hujan yang berbeda sehingga baik jumlah sepanjang tahun berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya (Oldeman, 1984) Berdasarkan distribusi curah hujan, Oldeman (1984) membagi pola curah hujan atas tiga tipe yaitu: (1) curah hujan merata sepanjang tahun dan tidak jelas perbedaan antara musim hujan dan musim kering (2) Pola curah hujan monomodal, 4

yaitu dalam satu tahun hanya terdapat satu bulan dimana curah hujannya merupakan yang tertinggi ataupun terendah. pola curah hujan tipe ini dipengaruhi oleh musim,, dan jelas aa musim hujan dan musim kering, (3) pola curah hujan tipe bimodial yaitu dalam satu tahun terjadi dua kali periode curah hujan tinggi dan diantaranya terdapat musim kering. Curah hujan menentukan kapasitas air dalam tanah. Sehingga, curah hujan merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi.

BAB II PEMBAHASAN Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 C. Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
Kacang-kacangan dan umbi-umbian (Kabi) mempunyai arti yang strategis, karena menyediakan kebutuhan paling esensial bagi kehidupan sebagai bahan pangan disamping sumber karbohidrat non beras dan protein nabati yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Kebutuhan akan bahan pangan, industri, pakan, ekspor dan substitusi bahan bakar minyak (Bioetanol) yang berbahan baku dari Kabi setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, berkembangnya industri pangan dan pakan namun disisi lain produksi yang dihasilkan belum sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan tersebut.

Secara aktual, berbagai proses fisiologi, pertumbuhan dan produksi tanaman padi sangat dipengaruhi oleh unsur cuaca, yaitu keadaan atmosfer dari saat ke saat selama umur tanaman, ketersediaan air (kelembaban tanah) sangat ditentukan oleh curah hujan dalam periode waktu tertentu dan disebut sebagai unsur iklim, yang pada hakikatnya adalah akumulasi dari unsur cuaca (curah hujan dari saat ke saat). Air adalah faktor yang penting dalam produksi tanaman padi. Tanaman padi memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor yang penting dalam pertanian. Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Hal ini disebabkan air sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya. Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air dalam daun hilang, kemudian

proses fotosintesis akan berhenti jika kehilangan air mencapai 60% (Griffiths, 1976). Proses fotosintesis sebagai proses awal kehidupan tanaman pada dasarnya adalah proses fisiologi dan fisika yang mengkonversi energi surya (matahari) dalam bentuk gelombang elektromagnetik menjadi energi kimia dalam bentuk karbohidrat. Sebagian energi kimia tersebut direduksi/dirombak menjadi energi kinetik dan energi termal melalui proses respirasi untuk memenuhi kebutuhan internal tanaman. Sedangkan bagian lainnya direformasi menjadi beberapa jenis senyawa organik, termasuk asam amino, protein dan lain-lain melalui beberapa proses metabolisme tanaman. Proses fotosintesis bulir padi sangat ditentukan oleh cahaya matahari, ketersediaan air, konsentrasi CO2 dan suhu udara. Sedangkan proses respirasi dan beberapa proses metabolisme tanaman secara signifikan dipengaruhi oleh suhu udara dan beberapa unsur iklim lain. Proses transpirasi yang menguapkan air dari jaringan tanaman ke atmosfer merealisasikan proses dinamisasi dan translokasi energi panas, air, hara dan berbagai senyawa lainnya di dalam jaringan tanaman. Secara fisika, proses transpirasi tanaman sangat ditentukan oleh ketersediaan air tanah (kelembaban udara), radiasi surya, kelembaban nisbi dan angin. Selain proses metabolisme, proses pembungaan, pengisian biji dan pematangan biji atau buah tanaman padi juga sangat dipengaruhi oleh radiasi surya (intensitas dan lama penyinaran), suhu udara dan kelembaban nisbi serta angin. Oleh sebab itu, produkstivitas dan mutu hasil tanaman padi yang banyak ditentukan pada fase pengisian dan pematangan biji atau buah sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur iklim dan cuaca, terutama radiasi surya dan suhu udara. Tanah merupakan medium yang porous, dapat menahan air, dapat meneruskan sebagian air baik yang berasal dari air hujan maupun air dalam tanah itu sendiri. Adanya suatu infiltrasi air dan gerakan air ini merupakan suatu faktorfaktor tertentu yang saling bekerjasama dengan kandungan air yang ada di dalam tanah dan tanah sebagai medium serta tanaman yang ada di atas tanah tersebut.

Bermacam-macam air di dalam tanah yaitu: 1. Air gravitasi Air dalam tanah yang bergeraknya ke bawah dipengaruhi gravitasi bumi. Sehabis hujan tanah akan dijenuhi air karena gaya gravitasi, air akan turun ke bawah pada lapisan-lapisan dibawahnya. Bila air dalam jumlah yang cukup maka lapisan yang basah ini kejenuhan permanen yang disebut permukaan air tanah. 2. Air kapiler Bila air permukaan tanah mengalir ke bawah akan terlihat pori-pori yang mengandung air. Air didalamnya disebut air kapiler. Air ini tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi dan tidak turut masuk ke dalam larutan tanah yang lebih dalam. Air ini yang pertama-tama dikonsumsi oleh tanaman karena tidak mobile dan terdapat di daerah perakaran. 3. Air higroskopis Oleh sebab penguapan air ke udara maka air kapiler akan selalu berkurang jumlahnya di dalam tanah. Bila pengurangan air karena peristiwa penguapan ini berjalan terus menerus maka kekuatan tarik menarik antara partikel tanah dan air akan menjadi naik. Sehingga akan terdapat/tinggal air yang tidak dalam keadaan cair sehingga air yang demikian ini baik ditinjau dari segi khemis maupun biologis tidak begitu berguna bagi tanaman dan disebut air higroskopis dan punya manfaat yang sedikit. 4. Air kristal Sesudah air higroskopis hilang maka yang tinggal hanya air hidratasi dari Al, Fe, dan Si. Air hidratasi inilah yang disebut air kristal dan air ini hanya dapat hilang dengan pemanasan menggunakan temperatur tinggi. 5. Uap air di dalam tanah Pori-pori tanah yang tidak terisi oleh air kapiler dapat pula diisi oleh udara sehingga seperti halnya di dalam atmosfir, di dalam tanah dijumpai pula uap air. Selama air kapiler masih ada maka udara dalam pori-pori ini akan selalu jenuh dengan uap air.

Semakin gencarnya fenomena banjir yang terjadi, maka perlu dilakukan beberapa tindakan untuk menyelamatkan tanaman budidaya kita diantaranya: 1. Memilih lokasi budidaya, sangat penting dilakukan untuk meminimalkan kerugian dalam budidaya. Jika lokasi merupakan lahan yang selalu banjir pada musim hujan sebaiknya dihindari . 2. Perencanaan lahan budidaya yang matang, dalam setiap budidaya tanaman harus mempertimbangkan kondisi lahan (terkait jenis tanah), jika lahan termasuk tanah berat, maka perlu dipikirkan drainase yang baik karena tanah ini menahan air cukup kuat, jika lahan pasiran maka perlu dipikirkan minimalisasi erosi tanah dan hara. 3. Modifikasi budidaya, adakalanya kesulitan menemukan lahan ideal menyebabkan keharusan untuk tetap melakukan penanaman. Situasi ini menimbulkan perlunya modifikasi budidaya. Salah satu alternatif budidaya adalah dengan sistem surjan dimana ada lahan yang sengaja ditinggikan untuk mengurangi penggenangan atau pemakaian mulsa yang juga menghindari banyaknya air yang diresap bedeng tanam. 4. Memilih tanaman, tanaman yang kita tanam sangat perlu dipertimbangkan. Kondisi air berlebih sebaiknya memilih tanaman yang cukup toleran terhadap kelebihan air. Contoh: tanaman padi cukup toleran dengan kondisi jenuh air dibandingkan dengan tanaman jagung. 5. Menentukan pola tanam, pola tanam perlu menjadi pertimbangan penting, karena kita juga sering harus memperhitungkan kapan musim penghujan dan kemarau sehingga tahu juga prediksi tanaman yang cocok. 6. Penggunaan tanaman toleran, semakin majunya teknologi menuntut produsen benih tanaman untuk menghasilkan tanaman yang toleran untuk kondisi tergenang/kelebihan air, jika sudah ada tanaman toleran ini maka kemungkinan budidaya menghasilkan hasil yang baik akan terwujud. Curah hujan mempengaruhi ketersediaan air dalam suatu wilayah. Diketahuinya ketersediaan air disuatu daerah dengan adanya neraca air maka penentuan pola tanam dalam satu tahun dapat diatur sehingga lahan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Maka dari itu, ketika waktu defisit air penentuan

pola tanam akan berbeda jika air dapat ditambahkan ataupun tidak dapat diberikan penambahan air. Berikut akan diberikan lima contoh model pola tanam: a. Padi - Padi - Padi Jika air saat terjadi defisit dapat disediakan maka dapat dilakukan penanaman padi sepanjang tahun. Namun jika air sulit tersedia ketika defisit air maka masih memungkinkan dilakukan penanaman padi sepanjang tahun namun dengan beberapa kriteria. Jika dalam satu tahun akan ditanam padi sebanyak tiga kali maka varietas padi yang digunakan adalah varietas genjah agar umurnya lebih pendek sehingga saat surplus air dapat dimanfaatkan penanaman hingga panen. Awal bulan nopember merupakan awal musim hujan namun pada dekade pertama masih terjadi defisit air. Maka penanaman padi kesatu dapat mulai. Jika persiapan hingga panen memerlukan waktu empat bulan maka saat penanaman padi kedua yaitu pada bulan Maret masih terdapat air namun bulan April hingga juni terjadi defisit air. Maka varietas padi yang ditanam mengunakan padi lahan kering. Penanaman padi ketiga pada bulan juli jika tetap tidak dapat diusahakan pengairan maka padi yang ditanam menggunakan varietas lahan kering. b. Padi - Padi - Palawija Penanaman dengan pola tanam padi-padi-palawija dapat dimulai dengan penanaman padi pertama saat awal musim yaitu awal nopember. Persiapan dimulai bulan oktober sehingga pada awal musim penanaman telah siap. Pada bulan Pebruari penanaman padi kedua dapat dilaksanakan sehingga pada waktu defisit air yaitu pada bulan juni hingga Oktober dapat digunakan untuk penanaman palawija dan pengolahan tanah. c. Padi - Padi - Bero Untuk memperbaiki keadaan tanah maka disamping dilakukan penanaman dapat juga dilakukan pemberoan. Jika padi ditanam dua kali seperti pola tanam padi-padi-palawija maka waktu penanaman palawija dapat digunakan

10

untuk pemberoan dan pengolahan tanah. Waktu penanaman padi dapat disamakan dengan pola tersebut. d. Padi - Palawija - Bero Menurut rekomendasi Oldeman, pola tanam yang sesuai untuk tipe iklim ini yaitu hanya mungkin satu kali padi atau satu kali palawija setahun tergantung pada adanya persediaan air irigasi. Pola tanam ini sesuai dengan rekomendasi Oldeman maka penanaman padi dapat dilakukan saat terjadi surplus air yaitu pada bulan Nopember hingga Maret. Dengan waktu lima bulan ini maka pertumbuhan padi dapat dioptimalkan. Sedangkan penanaman palawija ini dapat disesuaikan dengan jenis palawija dengan kebutuhannya terhadapa air. Jika palawija yang ditanam tidak terlalu tahan kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan bulan maret disesuaikan saat surplus air sehingga waktu untuk penanaman padi lebih dimajukan dan sisanya untuk palawija. Jika palawija yang ditanam tahan terhadap kekeringan maka penanamannya dapat dilakukan bulan April kemudian dilakukan pemberoan. e. Padi - Padi Jika penanaman padi akan dilaksanakan dua kali dalam satu tahun tanpa kegiatan lagi. Maka penanaman padi pertama dilakukan saat surplus air yaitu bulan nopember hingga maret. Sedangkan penanaman padi kedua dapat digunakan padi lahan kering yang ditanam setelah padi kedua. Varietas padi dapat menggunakan varietas berumur panjang karena dalam satu tahun hanya dilakukan dua kali penanaman. Dalam kondisi alami, kelebihan air kurang bermasalah jika dibandingkan dengan kekeringan. Jumlah air yang berlebih dalam tanah akan mengubah berbagai proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan. Akibat lain dari kebanyakan air bagi tanaman padi adalah munculnya gejala layu karena tanaman keracunan nitrogen. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada waktu air memenuhi 11

seluruh rongga udara di dalam tanah maka kebutuhan oksigen akar tidak terpenuhi. Pada kondisi cukup oksigen nitrogen tersedia bagi tanaman padi dalam bentuk NH4+ atau NO3- sedangkan pada kondisi anaerob atau tergenang air ion ion nitrogen tersebut tereduksi menjadi NO2 yang sangat beracun bagi tanaman. Kebanyakan air dalam tanah juga menyebabkan rendahnya daya dukung tanah terhadap tetap tegaknya tanaman menjadi rendah. Hal yang sering terjadi adalah robohnya tanaman akibat hujan angin. Gangguan lain yang disebabkan oleh limpahan air hujan adalah keseimbangan nutisi dalam tanah. Bentuknya dapat berupa rontoknya bunga dan buah serta turunnya mutu buah khususnya dalam kemanisan buah. Teknik budidaya yang paling popular digunakan untuk mengurangi kelebihan air adalah dengan pembuatan saluran drainase. Terdapat dua macam cara pembuatan saluran drainase yaitu saluran drainase di atas permukaan tanah dan saluran drainase di bawah permukaan tanah. Saluran drainase di atas permukaan tanah dimaksudkan untuk mengurangi genangan, mencegah kejenuhan air yang berkepanjangan dan mempercepat aliran ke arah pembuangan tanpa terjadinya erosi tanah. Drainase ini mencakup parit-parit pemasukan dan pembuangan dalam petak penanaman termasuk di dalamnya parit yang ada diantara bedeng penanaman. Saluran drainase di bawah permukaan dimaksudkan untuk memindahkan kelebihan air di dalam tanah. Drainase ini dapat menurunkan tingginya kandungan air baik karena curah hujan, air irigasi permukaan , limpasan dari dataran yang lebih tinggi, dan air resapan. Bentuknya bervariasi ada drainase gorong-gorong, drainase batu, drainase kotak dan drainase bamboo. Menurut Thornthwaite (1974), kekeringan didefinisikan sebagai sebuah keadaan yang membutuhkan air untuk transpirasi dan penguapan langsung melalui jumlah air yang tersedia di tanah. Kekeringan dapat dibedakana menjadi tiga kelas yaitu : 1. 2. 3. Kekeringan permanen yang disebabkan oleh iklim kering. Kekeringan musiman yang terjadi pada iklim dengan periode cuaca kering tahunan berbeda. Kekeringan akibat keadaan curah hujan yang berubah-ubah.

12

Sumber pokok dari kekeringan adalah curah hujan, meskipun faktor peningkatan kebutuhan air cenderung meningkat. Kelembaban nisbi rendah, angin kencang dan suhu yang tinggi merupaka faktor pendukung kekeringan karena faktor ini mempercepat evapotranspirasi. Tanah yang kehilangan air secara cepat oleh penguapan atau pembuangan air juga meningkatkan kekeringan. Irigasi adalah cara yang paling cocok untuk mengatasi kekeringan. Jika ada irigasi maka suhu menjadi faktor iklim yang penting dalam mengendalikan produksi tanaman padi. Respon tanaman terhadap kekurangan air tersebut relatif terhadap aktifitas metaboliknya, morfologinya, tingkat pertumbuhannya dan potensial hasil panennya. Dari banyak penyelidikan empiris disimpulkan bahwa kekurangan air pada tahap awal ontogeni reproduktif menyebabkan pengurangan terbesar dalam hasil. Pengaruh kekurangan air terhadap perkecambahan dan pengadaan semai seringkali terlupakan. Kekurangan air pada tahapan ini dapat sangat mengurangi keberhasilan pertanaman dan juga hasil pertanaman. Walaupun demikian kekurangan air tidak perlu mengakibatkan pengurangan hasil ekonomik. Beberapa jenis pohon (misalnya kopi) memperlihatkan suatu periode kekurangan air untuk mendorong pembuangan, dan hasil gula dari tanaman tebu meningkat oleh kekurangan air yang terjadi dekat sebelum pemasakan (Goldsworthy dan Fisher, 1992). Pertumbuhan sel merupakan fungsi tanaman yang paling sensitif terhadap kekurangan air. Hal ini menyebabkan pengurangan dalam hal sintesis protein, sintetsis dinding sel, dan pengembangan sel. Pengaruh kekurangan air selama tingkat vegetatif ialah terhadap perkembangan daun-daun yang lebih kecil( Gardner, et. Al. , 1991). Sintesis klorofil dibatasi pada kekurangan air yang lebih besar. Defisit air pada saat proses fotosintesa berlangsung, berakibat pada kecepatan fotosintesa. Defisit air akan menurunkan kecepatan fotosintesa. Dari suatu penelitian disimpulkan bahwa perluasan daun dibatasi oleh ketersediaan air sehingga menurunkan efisiensi fotosintesa. Menurut Yahya ( 1988 ) dalam Jumin ( 1992 ), jumlah siklus defisit (stres) yang dialami tanaman pada kondisi yang berbeda akan menunjukkan pengaruh yang berbeda pula. Tanaman kapas yang tumbuh pada " 13

Growth Chamber " (terkontrol) pada potensial air daun 16 bar mengakibatkan menutupnya stomata, dibandingkan bila ditanam pada lapangan terbuka, hingga potensail daun mencapai 27 bar belum menunjukkan menutupnya stomata walaupun tanaman juga mengalami siklus kekeringan. Pengaruh kekurangan kelembaban terhadap hasil panen bermacam-macam. Selama perkembangan vegetatif, kekurangan yang bagaimanapun kecilnya dapat mengurangi laju pelebaran daun dan LAI pada tingkat perkembangan berikutnya. Kekurangan air yang parah dapat menyebabkan penutupan stomata yang mengurangi pengambilan CO2 dan produksi berat kering. Kekurangan yang terus menerus dapat menyebabkan penurunan laju fotosintesis sehingga diperlukan beberapa hari setelah irigasi agar dapat kembali ke laju fotosintesis aslinya. Hasil penelitian Yahya ( 1982 ), menunjukkan bahwa stres air (tanpa irigasi) memperlambat munculnya bunga yang akibatnya memperpendek periode pengisian biji sehingga meningkatkan kandungan air dalam biji sewaktu panen.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

14

1. Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamik dan sulit dikendalikan dan diduga dalam Produktifitas tanaman padi dan semua jenis tanaman, oleh karena itu pendekatan yang paling baik dalam rangka pembangunan pertanian adalah menyesuaikan sistem usahatani dengan keadaan iklim setempat. 2. Curah hujan mempengaruhi ketersediaan air di suatu tempat, sehingga mempengaruhi kondisi pertanaman padi setempat. B. Saran Sebaiknya sebelum menanam padi, petani mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman padi dan cara pengendaliannya sehingga pertumbuhan tanaman padi optimal dan hasil produksinya banyak.

DAFTAR PUSTAKA Gardner, F. P. , R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan Budidaya, Universitas Indonesia Press.

15

Goldsworthy, P. R. , dan Fisher N. M. , 1992, Fisiologi Budidaya Tanaman Tropik, Penterjemah Tohari, Gadjah Mada University Press. Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press, Jakarta. Maruli, Aditia. 2011.Petani percepat panen karena kekurangan air. http://antaranews.com/, diakses tanggal 17 Oktober 2011. Nazirah, Laila. 2008. Tanggap beberapa varietas padi gogo terhadap interval dan tingkat pembenaran air. Universitas Sumatera Utara. Zoko, Goalter. 2009. Respon Tanaman terhadap air.

http://Gozomora.blogspot.com/, diakses tanggal 17 Oktober 2011.

16

You might also like