You are on page 1of 26

BBM seperti didefinisikan oleh pemerintah Indonesia untuk keperluan pengaturan harga dan subsidi meliputi: bensin (premium

gasoline), solar (IDO & ADO: industrial diesel oil & automotive diesel oil), minyak bakar (FO: fuel oil) serta minyak tanah (kerosene).

Subsidi BBM, sebagaimana dapat dipahami dari naskah RAPBN dan Nota Keuangan setiap tahun, adalah pembayaran yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia kepada PERTAMINA (pemegang monopoli pendistribusian BBM di Indonesia) dalam situasi dimana pendapatan yang diperoleh PERTAMINA dari tugas menyediakan BBM di Tanah Air adalah lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkannya untuk menyediakan BBM tersebut.

Harga BBM di Indonesia adalah harga yang diatur oleh pemerintah dan berlaku sama di seluruh wilayah Indonesia. Pada dasarnya, pemerintah bersama DPR menetapkan harga BBM setelah memperhatikan biaya-biaya pokok penyediaan BBM yang diberikan PERTAMINA serta tingkat kemampuan (willingness to pay) masyarakat.

Masa Orde lama / Soekarno (21 tahun berkuasa) harga bensin hanya Rp0,5/liter; Masa Orde Baru / Soeharto (32 tahun berkuasa), harga bensin semula yang hanya Rp0,5/liter, menjadi Rp1000/liter pada akhir kekuasaan dengan beberapa kali kenaikan BBM dalam kurun waktu Soeharto bekuasa; Pada masa pemerintahan Gusdur (1,75 tahun berkuasa) harga bensin yang semula hanya Rp1.000/liter menjadi Rp1.150/liter. Pada masa pemerintahan Megawati Soekarnoputri (3,25 tahun berkuasa) harga bensin menjadi Rp. 1.810/liter. Dan pada masa pemerintahan SBY (sejak tahun 2004 - saat ini), harga bensin yang semula hanya Rp1.810/liter menjadi Rp4.500/liter saat ini, dan akan dinaikan lagi menjadi Rp6.000/liter.

Dalam Perkembangannya, harga minyak dunia terus merangkak naik, asumsi harga ICP pada anggaran APBN 2012 ditetapkan US$ 90 per barel namun realisasinya pada Januari-Februari 2012 mencapai US$ 122 per barel dan dalam RAPBN-Perubahan diubah US$ 105 per barel. Bahkan, kini berada dikisaran US$120an per barel. Angka subsidi BBM pun membengkak. Tahun lalu besar subsidi Rp129 triliun, tahun ini diperkirakan akan melonjak menjadi Rp178 triliun bila harga BBM tak dinaikkan atau berhasil ditekan menjadi Rp 137 triliun bila harga BBM dinaikkan. Apakah pemerintah tidak sanggup subsidi? Sanggup, yang tidak sanggup adalah mensubsidi penambahan harga yang terjadi akibat kenaikan harga itu. Jika kenaikan harga ini selalu diimbangi dengan penambahan subsidi, maka akan tersisa lebih sedikit uang untuk pembangunan infrastruktur. Lama-lama, ekstrimnya bukan tidak mungkin semua anggaran habis untuk subsidi.

Jumlah kenaikan subsidi BBMmenurut perhitungan Pemerintah adalah senilai Rp55,1 triliun. Asumsinya, jika Negara/Pemerintah ternyata memiliki dana sebesar Rp55,1 triliun untuk menutupi kenaikan subsidi tersebut maka harga BBM Subsidi tidak perlu naik.

Untuk menutupi kebutuhan kenaikan subsidi senilai Rp55 Triliun tersebut Pemerintah bisa memperolehnya dari sumber-sumber berikut ini:
Sumber Penerimaan Penerimaan dari Kenaikan Harga Crude Oil *) Pemotongan Subsidi Listrik **) Penghematan Belanja Kementerian dan Lembaga (KL) Nilai (Rupiah) 47,0 Triliun 26,6 Triliun 18,9 Triliun

No 1 2 3

JUMLAH

92,5 Triliun

Asumsinya: *) kenaikan harga ICP menjadi 105 USD berarti juga menaikkan asumsi penerimaan ekspor minyak mentah. Menurut perhitungan Komisi VII DPR-RI, kenaikan penerimaan ekspor minyak mentah sebesar 930 ribu barel/hari adalah senilai Rp 47 Triliun.

**) Komisi VII DPR-RI dan Pemerintah telah sepakat untuk melakukan pemotongan Subsidi Listrik hingga senilai Rp 26,6 Triliun. Dari ketiga sumber penerimaan tersebut di atas nilai devisa yang bisa dikumpulkan sudah melebihi Rp 55,1 Triliun. Masih ada beberapa sumber penerimaan dan penghematan lain, yang bisa dioptimalkan untuk menyehatkan APBN 2012 yakni: Penerimaan Gas dengan volume 2,27 juta barel setara minyak per hari; Optimalisasi penerimaan Cukai; Penerimaan dari Pajak Progresif Kendaraan Bermotor Roda Empat (Mobil, dll)

Penambahan ayat UU APBN-P 2012, yaitu pasal 7 Ayat (6a) yang telah disepakati dalam Sidang Paripurna DPR. Pasal itu berbunyi : Dalam hal harga rata-rata minyak Indonesia dalam kurun waktu berjalan mengalami kenaikan atau penurunan rata-rata sebesar 15% dalam enam bulan terakhir dari harga minyak internasional yang diasumsikan dalam APBN Perubahan Tahun Anggaran 2012, maka pemerintah berwenang untuk melakukan penyesuaian harga BBM.

Bertentangan dengan UUD 1945 No. 33 Ayat 3 bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesarbesar kemakmuran rakyat.

Kenaikan harga BBM diikuti efek domino pada sisi perekonomian lain. Mengingat daya beli masyarakat menengah bawah masih tergolong lemah, maka ini akan semakin memangkas tingkat kesejahteraan masyarakat.

BLT dinilai tak menyelesaikan masalah. Kenaikkan BBM selalu diikuti dengan kenaikkan harga-harga barang dan bahan pangan. BLT dianggap tidak mampu mengikuti semua kenaikan tersebut. BLT tak membuat rakyat jadi mandiri, tapi semakin bergantung pada bantuan pemerintah.

Fakta 1: Kita mengekspor minyak mentah dan mengimpor BBM (minyak jadi).

Fakta 2: perbandingannya, jumlah ekspor minyak mentah kita < jumlah impor BBM
Fakta 3: harga 1 barrel minyak mentah < harga 1 barrel BBM. Perbandingannya jauh pula. 2:3 atau 1:2 sekarang.

Banyak anggota DPR yang bilang, kalo harga minyak bumi naik, Indonesia sebenarnya untung. Mungkin? Tidak.

Asumsi 1: perbandingan jumlah ekspor import kita 2:3


Asumsi 2: perbandingan harga minyak bumi vs BBM jadi 2:3 juga (ada yang bilanmg udah 1:2 malah).

Asumsi 3: Jika harga minyak bumi naik 10%, katakanlah harga BBM jadi yang kita beli juga naik 10% (padahal sebenernya nggak. Naiknya eksponensial).
Matematikanya: neraca awal = harga x jumlah = 22 (ekspor) : 33 (impor) = 4:9 (belum apa-apa, pemerintah jebol 4-9 = 5) Harga setelah kenaikan 10% jadi: 4.4 : 9.9 (pemerintah jebol 0.5) Setiap kenaikan 10%, pemerintah jebol 0.5. Nah kebayangkan kalo naiknya lebih dari 10%. Penambahan ini lah yang pemerintah gak sanggup lagi untuk subsidi.

Penerimaan negara dari minyak


nasional selama ini habis untuk subsidi harga bahan bakar minyak. Padahal penerimaan migas itu seharusnya dapat digunakan untuk membangun infrastruktur dan mengentaskan kemiskinan. Pengurangan subsidi BBM perlu dilakukan agar penerimaan migas bisa dimanfaatkan secara optimal untuk pembangunan.

Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo

Asumsinya:

produksi minyak 930.000 barrel per hari dan harga minyak 105 dollar AS per barrel dengan kurs Rp9.000 per dollar. Hal ini berarti pendapatan pemerintah mencapai Rp205 triliun. Subsidi BBM dengan asumsi harga BBM naik Rp1.500 per liter untuk harga minyak dari 105 dollar AS per barrel adalah Rp137 triliun. Kalau hatga BBM tidak naik, maka subsidinya Rp178 triliun. "Dengan subsidi listrik Rp60 triliun akibat naiknya harga BBM, maka seluruh pendapatan pemerintah dari minyak hampir habis, hanya sisa Rp 8 triliun, untuk subsidi harga BBM apabila harga BBM dinaikkan Rp1.500 per liter. Tetapi jika harga minyak dinaikkan, maka akan kurang Rp33 triliun,

Negara tidak mau memboroskan


ratusan triliun setiap tahunnya bagi konsumsi bahan bakar yang tidak produktif. Tetapi alokasi anggaran tersebut seharusnya digunakan untuk membangun sekolah, puskesmas, irigasi, jalan raya, bandara dan infrastruktur lainnya yang dianggap vital bagi pembangunan ekonomi.
Aburizal Bakrie


HARGA PERTAMAX PER 1 APRIL 2012 DIJUAL RP 10.200/LITER Alasan Harga Pertamax Naik Mengikuti Mekanisme Pasar.

Pemilik mobil rata-rata

menggunakan 50 liter BBM per pekan. Mereka menerima manfaat sekitar Rp 1,115 juta per bulan. Artinya, pemilik mobil menerima 10 kali lipat besaran subsidi dibandingkan pemilik motor yang rata-rata menggunakan lima liter BBM per pekan atau subsidi sebesar Rp111 ribu.
Ekonom utama Bank Dunia Shubhan Chauduri

Subsidi bahan bakar minyak selama ini tidak tepat sasaran dan banyak disalahgunakan. Sebagai contoh, sebagaimana diwartakan sejumlah media, sebagian pengguna mobil mewah masih memakai BBM jenis premium. (Mochamad Harun)

65 persen bensin ternyata dikonsumsi oleh masyarakat kelompok miskin dan menengah ke bawah. Hal itu termasuk di dalamnya, 29 persen dikonsumsi oleh kelompok miskin. Hanya 35 persen BBM bersubsidi dikonsumsi kelas menengah, menengah ke atas, dan kaya.

(Survei Sosial Ekonomi Nasional Badan Pusat Statistik)

Sebanyak 40 persen dari seluruh manfaat subsidi BBM dinikmati 10 persen penduduk terkaya. Sedangkan, sebanyak 10 persen rumah tangga termiskin hanya menikmati satu persen saja.

(Survei rumah tangga Susenas 2009)

Sepanjang 2011, kendaraan mobil pribadi menguras APBN hingga Rp 77,9 triliun. Parahnya, angkutan umum hanya mengkonsumsi 3%, sedangkan mobil barang 4%. Sisanya dikonsumsi motor 40% dan mobil pribadi 53%. Kalau APBN 2012 buat subsidi BBM adalah 137T, berarti mobil2 pribadi menyerap APBN sebesar 72,6T. Bandingkan dengan APBN untuk BOS yang 9,5T dan Jamkesmas yang 7,3T. Jika dirupiahkan, angkutan umum hanya kebagian Rp 4,1 triliun, dan mobil barang merasakan Rp 5,9 triliun. Sedangkan sepeda motor menghabiskan Rp 58,8 triliun, dan mobil pribadi menguras APBN hingga Rp 77,9 triliun. "Total untuk kendaraan pribadi menguras APBN 2011 sebesar Rp 136,7 triliun
KORAN KONTAN : 10 April 2012

Kenaikan BBM seperti ingin memecah belah kita. Yang pro alasannya ilmiah dan logis. Yang kontra alasannya masuk akal dan manusiawi. (Ridwan Kamil)

Bagaimana sikap Anda, Mahasiswa?

You might also like