You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Pada masa ini, peralihan pemanfaatan lahan dari lahan untuk pertanian ke sektor lain tidak bisa terelakkan lagi. Hal tersebut memaksa kita untuk memanfaatkan lahan yang ada untuk hal-hal yang bermanfaat. Pekarangan rumah yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk sesuatu hal yang berguna belum diterapkan oleh sebagian besar penduduk negara ini. Dalam hal ini, sebenarnya dengan pekarangan yang ada, bisa dijadikan tempat untuk menanam tanaman khususnya tanaman obat yang dapat digunakan untuk keluarga. Mahkota dewa tergolong pohon yang mampu hidup di berbagai kondisi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Pohon ini mampu hidup di ketinggian 10-1.200 meter dari permukaan laut. Perbanyakan pohon bisa dilakukan secara vegetatif dan secara generatif. Mahkota dewa bisa dimanfaatkan dalam dua bentuk. Pertama, dalam bentuk tidak diolah atau dimakan langsung mentah-mentah, seperti memakan jambu biji.Pemanfaatan seperti ini sangat berbahaya, efek sampingnya cukup serius dari luka-luka di bibir dan di mulut, mati rasa di lidah, sampai mabuk dan keracunan. Kedua, dalam bentuk sudah diolah menjadi ramuan-ramuan. Seorang ahli farmakologi dari fakultas Kedokteran UGM, dr. Regina Sumastuti, berhasil membuktikan bahwa mahkota dewa mengandung zat antihistamin. Zat ini merupakan penangkal alergi. Dengan begitu, dari sudut pandang ilmiah, mahkota dewa bisa menyembuhkan aneka penyakit alergi yang disebabkan histamin, seperti biduren, gatalgatal, salesma, dan sesak napas. Penelitian ini juga membuktikan bahwa mahkota dewa mampu berperan seperti oxytosin atau sistosinon yang dapat memacu kerja otot rahim sehingga persalinan berlangsung lebih lancar (Harmanto, 2003). Begitu banyak manfaat atau khasiat dari mahkota dewa dan didukung cara budidaya tanaman tersebut yang relatif mudah.

1.2 TUJUAN PENULISAN Penulisan paper ini adalah untuk: 1. Mengetahui kandungan kimia yang terdapat pada tumbuhan mahkota dewa. 2. Mengetahui manfaat dari daun mahkota dewa itu sendiri 3. Mengidentifikasi senyawa oraganik yang terkandung pada daun mahkota dewa. 1.3 BATASAN MASALAH Mengingat luasnya cakupan masalah yang disertai berbagai keperluan yang ada pada penulis. Oleh sebab itu penulisan paper ini hanya akan dibatasi pada permasalahan Pengidentifikaan adanya Senyawa metabolit sekunder pada Daun Mahkota Dewa. 1.4 MANFAAT PENULISAN Manfaat penulisan paper mengenai Identifikasi Senyawa Organik yang terdapat pada Daun Mahkota Dewa antara lain : 1. Memenuhi tugas akhir Praktikum Kimia Organik II. 2. Mengetahui manfaat dari daun mahkota dewa yang bisa digunakan sebagai obat alami dari tumbuh tumbuhan. 3. Belajar cara membuat paper yang baik dan benar. 4. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam membuat paper. 5. Bisa membuat herbarium daun mahkota dewa 6. Mengetahui klasifikasi daun mahkota dewa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 BOTANI TUMBUHAN A. NAMA Sebagian ahli botani menamai mahkota dewa berdasarkan tempat asalnya, yaitu Phaleria papuana Warb. var. Wichannii (Val.) Back. Namun, sebagian yang lain menamainya berdasarkan ukuran buahnya yang besar-besar (makro), yaitu Phaleria macrocarpa (Scheff.) Boerl. Sebutan atau nama lain untuk mahkota dewa cukup banyak. Ada yang menyebutnya pusaka dewa, derajat, mahkota ratu, mahkota raja, trimahkota. Di Jawa Tengah, orang menyebutnya dengan nama makuto mewo, makuto rojo, atau makuto ratu. Orang Banten menyebutnya raja obat. Nama ini diberikan karena pohon ini mampu mengobati aneka penyakit. Sementara itu, orang Cina lebih suka menyebutnya pau yang berarti obat pusaka. Tidaklah mengejutkan jika beberapa orang pun menginggriskan namanya menjadi the crown of god. Nama-nama lain yang sangat bagus itu umumnya dimunculkan berdasarkan khasiat yang dikandung pohon ini. Nama-nama lain itu juga mengandung daya tarik. Begitu hebatnya daya tarik itu sampai-sampai negara lain pun sudah meliriknya. Ini terbukti dengan adanya pesanan ekspor pohon mahkota dewa ke Singapura. Pesanan ini memang tidak dipenuhi karena sayang sekali kalau sampai negara lain yang mengembangkannya, bahkan lalu mematenkannya. Meskipun banyak yang memberikan nama berkonotasi bagus kepada pohon ini, ada juga orang yang memberikan nama berkonotasi sebaliknya. Contohnya, di Depok, Jawa Barat, nama lain mahkota dewa adalah buah simalakama. Walaupun cukup mengagetkan, sebutan ini sebetulnya cukup
3

beralasan. Soalnya, bagi penderita suatu penyakit, jika dimakan melebihi takaran, buah mahkota dewa akan menyebabkan efek negatif yang tidak diharapkan, dari sariawan hingga pusing dan mual-mual. Namun, jika tidak dimakan, penyakitnya malah mungkin tidak bisa disembuhkan. Memang, dalam mengonsumsi buah ini, dosis yang benar-benar tepat harus diperhatikan.

B. CIRI FISIK Tumbuhan berbentuk pohon, berumur panjang (perenial), tinggi 1 - 5 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, warna cokelat, permukaan kasar, percabangan simpodial, arah cabang miring ke atas. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berhadapan (folia oposita), warna hijau tua, bentuk jorong hingga lanset, panjang 7 - 10 cm, lebar 2 - 2,5 cm, helaian daun tipis, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan licin, tidak cokelat, daging buah berwarna putih - berserat dan berair Perbanyaan Generatif (biji) pernah meluruh Bunga tunggal, muncul di sepanjang batang dan ketiak daun, bertangkai pendek, mahkota berbentuk tabung (tubulosus) berwarna putih Buah bulat, panjang 3 - 5 cm, buah muda berwarna hijau - setelah tua menjadi merah, bentuk dengan biji bulat, keras - berwarna C. Cara Pembiakkan
Vegetatif Generatif : Stek batang dan Okulasi (menempel) : Penyemaian dengan biji

D. Khasiat Tanaman mahkota dewa mengandung berbagai unsur kimia, antara lain : antihistamin, alkaloid, saponin,polifenol,flavonoid,tanin,fenol,lignan,minyak asiri dan sterol dan senyawa kimia lainnya. Maka daripada itu, tak heran jika tanaman ini mempunyai banyak khasiat, diantaranya :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Kanker & Tumor Eksim (Penyakit Kulit) Diabetis Melitus (Kencing Manis) Hipertansi (Darah Tinggi) Hepatitis (Radang Hati) Reumatik (Sakit Sendi) Asam Urat (Arthritis Gout) Penyakit Jantung Gangguan Ginjal

E. Gambar

F. Klasifikasi Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi Kelas Sub Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) : Rosidae : Myrtales : Thymelaeaceae : Phaleria : Phaleria macrocarpa

2.2 Senyawa Metabolit Sekunder

Dewasa ini yang dimaksud senyawa organik bahan alam adalah terbatas pada senyawa-senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa-senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup, dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan ( terutama tumbuhan tinggi ), pada akar, kulit batang, daun, bunga, buah dan biji, dan sedikit pada hewan. 1. Alkaloid Alkaloid termasuk senyawa organik bahan alam yang terbesar jumlahnya, baik dari segi jumlah senyawa maupun sebarannya dalam dunia tumbuhan. Alkaloid menurut Winterstein dan Trier didefinisikan sebagai senyawa yang bersifat basa, mengandung atom nitrogen berasal dari tumbuhan dan hewan. Harborne dan turner (1984) mengungkapkan bahwa tidak satupun definisi alkaloid yang memuaskan, tetapi umumnya alkaloid adalah senyawa met5abolit sekunder yang besifat basa, yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen biasnya dalm cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis menonjol. Alkaloid pada umumnya mencakup semua senyawa yang bersifat basa atau alkali, mengandung satu atau lebih atom nitrogen dan biasnya merupakan bagian dari sistem siklis. Pada tahun 1896, Meyer Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut : Alkaloid terjadi secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena aktivitas fisiologisnya. Alkaloid mengandung C, H dan N dan pada umumnya mengandung atom O. Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit, dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik. Satu contoh yang sederhana, tetapi yang efek faalinyatidak sederhana adalah nikotina. Nikoyin dapat menyababkan penyakit jantung, kanker paru-paru, kanker mulut,tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan dan janin.

N CH3 N 6

Nikotin Banyak tumbuhan mengandung senyawa nitrogen aromatic yang dinamakan alkaloid. Secara kimia, alkaloid biasanya mengandung nitrogen di cincin heterosiklik yang bentuknya bermacam-macam. Nitrogen itu sering bertindak sebagai basa ( menerima ion hydrogen), sehingga banyak alkaloid bersifat agak basa, seperti tercermin dari namanya ( alkali = basa ). Sebagian besar alkaloid merupakan senyawa kristal putih yang agaklarut dalam air. Alkaloid menarik karena aktivitas fisiologis dan psikologisnya yang dramatis pada manusia dan hewan lain serta karena dipercayai bahwa banyak diantaranya juga mempunyai peranan penting dalam tumbuhan. Pembagian alkaloid : a. Didasarkan pada jenis gugus kromofor yang berbeda, misalnya alkaloid indol, isokuinolin atau kuinolin. b. Didasarkan tumbuhan asal pertama kali ditemukan, misalnya alkaloid tembakau c. Didasarkan jenis ikatan yang predominan dalam alkaloid tersebut. Sistem klasifikasi yang banyak diterima adalah pembagian alkaloid menjadi tiga golongan yaitu : a. Alkaloid sesungguhnya Bersifat racun dan menunjukkan aktivitas fisiologis yang luas. Diturunkan secara biosintesis dari asam amino dan biasanya terdapat dalam tanaman sebagai garam asam organik. b. Protoalkaloid Merupakan amina yang relatif sederhana dan ditandai dengan adanya atom N yang berada di luar cincin heterosiklis. c. Pseudoalkaloid

Senyawa bersifat basa. Yang termasuk dalam pseudoalkaloid adalah alkaloid steroidal dan purin. Peranan fisiologis alkaloid di tumbuhan yang membuatnya masih belum diketahui dan diperkirakan alkaloid tidak mempunyai peranan metabolik yang penting, karena hanya merupakan produk samping dari lintasan lain yang lebih penting.meskipun demikian, beberapa contoh diketahui melindungi tumbuhan (Robinson,1979; Harborne, 1988). Sebagai contoh, tumbuhan yang mengandung alkaloid tertentu dijauhi oleh hewan gembalaan dan serangga pemakan daun. Alkaloid lainnya digunakan oleh kupu-kupu danaid sebagai substrat untuk memebuata feromon. Percumbuannya yang menarik, delphinium barbeyi tidak dihindarioleh ternak, bahkan juga ketika pakan ternak lain tersedia; dan , likoktonin di dalamnya menyebabkan kematian ternak di Amerika Serikat lebih banyak dibandingkan dengan senyawa beracun lainnyayang terdapat di tumbuhan beracun (Keeler, 1975). 2. Flavonoid Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbanyak terdapat di alam. Senyawa-senyawa ini bertanggung jawab terhadap zat warna merah, ungu, biru, dan sebagian zat warna kuning dalam tumbuhan. Semua flavonoid menurut strukturnya merupakan turunan senyawa induk flavon yakni nama sejenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan juga lazim ditemukan, yang terdapat berupa tepung putih pada tumbuhan primula. Sebagian besar flavonoid yang terdapat pada tumbuhan terikat pada molekul gula sebagai glikosida, dan dalam bentuk campuran, jarang sekali dujumpai berupa senyawa tunggal. Disamping itu sering ditemukan campuran yang terdiri dari flavonoid yang berbeda kelas. Misalnya antosianindalam mahkota bunga yang berwarna merah, hamper selalu disertai oleh flavon atau flavonol yang tak berwarna. Dewasa ini diperkirakan telah berhasil diisolasi sekitar 3.000 senyawa flavonoid.

Gambar aromatic flavonoid dan flavon:

Flavon

Kerangka flavonoid

Beberapa fungsi flavonoid bagi tumbuhan adalah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus, kerja terhadap serangga, fitoaleksin merupakan komponen abnormal yag hanya dibentuk sebagai tanggapa terhadap infeksi atau luka dan kemudian menghambat fungus menyerangnya, mengimbas gen pembintilan dalam bakteria bintil nitrogen. Flavonoid dalam tumbuhan mempunyai empat fungsi: 1. sebagai pigmen warna 2. fungsi fisiologi dan patologi 3. aktivitas farmakologi 4. flavonoid dalam makanan. Aktivitas farmakologidianggap berasal dari rutin (glikosida flavonol) yang digunakan untukmenguatkan susunan kapiler, menurunkan permeabilitas dan fragilitas pembuluh darah, dll. Gabor , et al menyatakan bahwa flavonoid dapat digunakan sebagai obat karena mempunyai bermacam-macam bioaktivitas seperti antiinflamasi, antikanker, antifertilitas, antiviral, antidiabetes, antidepressant, diuretik, dll. 3. Steroid Steroid adalah suatu kelompok senyawa yang mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhodrofenantrena, mempunyai empat cincin terpadu. Senyawa-senyaw ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Beberapa steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewaniyang terdapat paling meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Kolesterol merupakan zat-antara yang diperlukan dalm biosintesis
9

hormon steroid,namun tak merupakan keharusan dalam makanan, karena dapat disintesis dari asetilkoenzime A. kadar koleseterol yang tinggi dalam darah dikaitkan dengan arteriosclerosis (pengerasan pembuluh darah), suatau keadaan dalam mana kolesterol dan lipid-lipid lain melapisi dinding-dalam pembuluh darah. Suatu steroid yang berkaitan dengan kolesterol, yaitu 7-dehidrkolesterol, yang dijumpai dalam kulit, diubah menjadi vitamin D bila disinari dengan cahaya ultraviolet. Kolesterol ditemukan dalam semua organisme dan merupakan bahan awal untuk pembentukan asam empedu, hormon steroid, dan vitamin D. Walaupun kolesterol esensial bagi mahluk hidup, tapi berimplikasi terhadap pembentukan plek pada dinding pembuluh nadi (suatu proese yang disebut arteosclerosis, atau pengerasan pembuluh), bahkan dapat mengakibatkan penyumbatan. Gejala ini penting terutama dalam pembuluh yang memasok darah ke jantung. Penyumbatan pada pembuluh ini menimbulkan kerusakan jantung, yang pada gilirannya dapat menimbulkan kematian akibat serangan jantung. Steroid terdapat hampir dalam semua tipe kehidupan. Dalam binatang banyak steroid bertindak sebagai hormon. Steroid ini, demikian pula steroid sintetik digunakan meluas sebagai bahan obat. 4. Terpenoid Senyawa terpen pada awalnya merupakan suatu golongan senyawa yang hanya terdiri dari atim C dan H, dengan perbandingan 5:8 dengan rumus empiris C5H8 (unit isoprene), yang bergabung secar head to tail(kepala-ekor). Oleh sebab itu senyawa terpen lazimdisebut isoprenoid. Terpenoid sama halnya dengan senyawa terpen tetapi mengandung gugus fungsi lainseperti gugus hidroksil, aldehid dan keton. Dewasa ini baik terpen maupun terpenoid dikelompokkan sebagai senyawa terpenoid (isoprenoid). Contoh Limonena,dalam buah jeruk (suatu terpen) dan Geraniol, dalam mawar (suatu terpenoid). Berdasarkan jumlah unit isoprena yang dikandungnya, senyawa terpenoid dibagi atas: 1. Monoterpen (dua unit isoprena) Monoterpenoid rupanya terbentuk dari dua satuan isoprena dan biasanya mempunyai sepuluh atom karbon, meskipun ada contoh langkah senyawa yang
10

rupanya terbentuk berdasarkan prinsip umum ini tetapi senyawa tersebut kehilangan satu atom karbon atau lebih. Monoterpenoid merupakan komponen utama banyak minyak atsiri dan mempunyai makna ekonomi yang besar sebagai bau rasa, wewangian, dan pelarut. Beberapa senyawa bersifat aktif optik. Telaah kimianya dipersulit oleh sukarnya memperoleh senyawa murni dari campuran rumit seperti yang biasanya ditemukan dan oleh mudahnya senyawa mengalami tata ulang. 2. Seskiterpen (tiga unit isoprena) Seskuiterpenoid adalah senyawa C15, biasanya dianggap berasal dari tiga satuan isoprena. Seperti monoterpenoid seskuiterpenoid terdapat sebagai komponen minyak atsiri yang tersuling uap, dan berperan penting dalam memberi aroma kepada buah dan bunga yang kita kenal. 3. Diterpen (empat unit isoprena) Diterpenoid mencakup beberapa senyawa yang dari segi fisiologi sangat menarik seperti golongan hormon tumbuhan yang dikenal sebagai giberelin. Diterpenoid mencakup banyak senyawa yang bekerja sebagai fungisida, racun terhadap hewan, penolak serangga, dan sebagainya. 4. Triterpen (enam unit isoprena) Triterpenoid yang paling penting dan paling terbesar luas adalah triterpenoid pentasiklik. Senyawa ini ditemukan dalam tumbuhan seprimitif tetapi yang paling umum pada tumbuhan berbiji, bebas, dan sebagai glikosida. 5. Tetraterpen (delapan unit isoprena) 6. Politerpen (banyak unit isoprena)

5. Saponin Saponin merupakan senyawa glikosidakompleks yaitu senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organikyang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon). Saponini ini terdiri dari dua kelompok : saponini triterpenoid dan saponini steroid. Saponini
11

banyak digunakan dalam kehidupan manusia, salah satunya terdapat dalam lerak yang dapat digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo. Saponin dapat diperoleh dari tumbuhan melalui metoda ekstraksi. Saponin mula-mula diberi nama demikian karena sifatnya yang menyerupai sabun. Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering hemolisis sel darah merah. Dalam larutan yang sangat encer, saponin sangat beracun bagi ikan, dan tumbuhan yang mengandung saponin telah digunakan sebagai racun ikan. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga. Pada beberapa tahun terakhir ini saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan untuk sintesis hormone steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Saponin dalam lerak digunakan untuk bahan pencuci kain (batik) dan sebagai shampoo.

12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu Pelaksanaan Hari/Tanggal Waktu Tempat : Rabu / 05 Oktober 2011 : 07.00 09.40 WIB : Laboratorium Kimia Organik FMIPA UNP

4.2 Sampel Penelitian Daun Mahkota Dewa

4.3 Alat dan Bahan Alat : Lumpang, pisau/gunting, plat tetes, tabung reaksi, pipet tetes, corong, pemanas, pasir halur bersih, kapas. Bahan :Daun Mahkota dewa, amoniak kloroform (NH3-CHCl3) 0.05 N, H2SO4 2N, pereaksi mayer, pereaksi wagner dan Dragendorf, metanol, asam sulfat pekat, anhidrida asetat, asam klorida pekat sebuk magnesium.

4.4 Prosedur Kerja 1. Identifikasi Alkoloid : Metoda Culvenor - Fitzgerald 4 gram sampel segar dirajang halus dan digerus + kloroform digerus lagi membentuk pasta + 10 ml larutan ammonia-kloroform 0,05 N digerus lagi disaring dimasukkan
13

tabung reaksi

filtrat + 5 ml H2SO4 2N, dikocok kuat didiamkan larutan terbentuk 2 lapisan

dipipet dimasukkan tabung reaksi filtrat + pereaksi Mayer : endapan putih + pereaksi Wagner : endapan coklat + pereaksi Dragendorf : endapan orange Mayer : endapan putih Wagner : endapan coklat Dragendorf : endapan orange

2. Identifikasi Flavonoid : Sianidin test 0,5 gram sampel diekstrak dengan 5 ml metanol dipanaskan selama 5 menit ekstrak + beberapa tetes HCl pekat dan sedikit serbuk Mg merah / pink atau kuning (sampel mengandung flavonoid)

3. Identifikasi steroid/terpenoid : Metode Liebermen Burchard lapisan kloroform pada uji alkaloid ditempatkan pada plat tetes
14

+ 5 tetes anhidrida asam asetat dibiarkan mengering + 3 tetes H2SO4 pekat warna merah jingga / ungu : tes positif untuk terpenoid warna biru : tes positif untuk steroid

4. Identifikasi saponin : uji busa Sampel kering dirajang halus Dimasukkan kedalam tabung reaksi + air suling dididihkan 2 3 menit didinginkan dikocok kuat - kuatdirajang halus Adanya busa stabil selama 5 menit

15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1


No

Hasil Pengamatan
Senyawa yang Diidentifikasi Metoda Hasil

1.

Alkaloid

Culvenor Fitzgerald UjI dengan pereaksi Mayer Uji dengan pereaksi Wagner Uji dengan pereaksi Dragendorf (+) terbentuk endapan putih (+) terbentuk endapan coklat tua (+) terbentuk endapan orange muda

Flavonoid

Shinoda test / sianidin test

(-) tidak terjadi perubahan warna. Larutan sampel tetap berwarna hijau

Steroid Terpenoid

Lieberman Burchard /

Tidak dilakukan Karena reagen tidak ada

Saponin

Uji busa

(-) tidak terbentuk busa yang konstan selama 2 menit. Seharusnya tes (+), karena sampel yang digunakan bukan daun kering.saharusnya digunakan daun kering

4.5 Pembahasan 1. Identifikasi Alkaloid Pada percobaan ini daun mahkota dewa yang digunakan sebagai sampel harus dihaluskan sehalus mungkin sampai membentuk pasta dengan bantuan pasir dan kloroform. Penambahan kloroform agar zat bisa larut dengan mudah. Ekstraks daun mahkota dewa bewarna hijau muda. Daun dipsahkan dengan ampasnya karena yang diidentifikasi adalah zat yang sudah larut dalam kloroform. Penambaham laerutan
16

dengan H2SO4 2N membuat larutan terpisah atau membntuk 2 lapisan, dengan lapisan atas adalah H2SO4 yang bewarna hijau tua keruh dan lapisan bawah adalah lapisan filtrat dengan warna hijau. Untuk mengidentifikasi senyawa alkaloid yang diuji diambil lapisan H2SO4 yang terdapat pada bagian atas. Pada lapisan ini kita tambahkan pereaksi Mayer. Pada penelitian yang telah saya lakukan ternyata larutan daun mahkota dewa membentuk endapan putih dan larutan pun nenjadi berwarna putih keruh. Dengan pereaksi Wagner juga mendapatkan hasil positif, yaitu dengan membentuk endapan coklat tua, begitu juga dengan pereaksi Dragendorf juga didapatkan hasil positif dengan membentuk endapan orange muda. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada identifikasi alkaloid ini, dengan menambahkan pereaksi Mayer, Wagner dan Dragendorf dalam larutan H2SO4 didapatkan hasil positif, yang berarti bahwa daun mahkota dewa mengandung alkaloid. Alkoloid adalah zat yang bersifat detokfikasi yaitu dapat menetralisir racun di dalam tubuh. 2. Identifikasi Flavonoid Pada identifikasi flavonoid, sampel daun mahkota dewa juga dirajang halus kemudian diekstrak dengan metanol dan dipanaskan selama 5 menit. Pada penambahan berikutnya, tetesan klorida dan sedikit serbuk Mg. Ekatrak daun dewa yang bewarna hijau berubah tetap berwarna hijau. Ini berarti daun mahkota dewa tidak mengandung Flavonoid,karena tes akan positif jika larutan berubah warna menjadi merah/pink atau kuning. Sesuai dengan literatur, daun mahkota dewa memang tidak mengandung Flavonoid. 3. Idetifikasi Steroid/Terpenoid Tes ini tidak dilakukan karena anhidrida asetat sebagai salah satu reagen untuk identifikasi Steroid / Terpenoid tidak ada. 4. Identifikasi Saponin

17

Pada eksperimen ini tes negatif karena tidak dihasilkan busa setelah dilakukan pengocokan kuat pada larutan sampel. Menurut literatur daun mahkota dewa mengandung saponin. Penyebab tes negatif adalah karena sampel yang di pakai adalah daun segar. Seharusnya sampel yang dipakai dalam tes ini adalah daun kering, sesuai dengan petunjuk dalam buku penuntun pratikum. Saponin mempunyai rasa yang pahit, toksik dan membentuk senyawaan dengan kolesterol.

18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari percobaan yang telah dilakukan dan data yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa : 1. Daun Mahkota dewa yang digunakan sebagai sampel, ternyata mengandung metabolit sekunder yaitu Alkaloid. 2. Identifikasi alkoloid pada tumbuhan daun dewa dengan menggunakan metode Culvenor Fitzgerald. 3. Uji alkaloid menunjukkan hasil positif dengan terbentuknya endapan. endapan putih dengan pereaksi Mayer endapan coklat tua dengan pereaksi Wagner endapan orange muda dengan pereaksi Dragendorf

4. Penyakit yang dapat diobati dengan tanaman mahkota dewa adalah : Kulit Buah dan Daging Buah : mengubati disentri (cirit berdarah), psoriasis & jerawat. Daun dan Biji : mengubati pelbagai jenis sakit kulit seperti ekzim & gatal2. Buah : antitumor, antidisentri,antiinsekta, mengubati eksim, hepatotoksik & antibodi.

5.2 Saran 1. Dalam melakukan suatu analisa senyawa yang terkandung didalam suatu tanaman, sebaiknya diketahui terlebih dahulu kandungan yang terdapat didalam sampel sehingga kita dapat membandingkan hasil ekspeimen dengan hasil data secara teoritis.

19

2. Untuk identifikasi senyawa-senyawa metabolit sekunder sebaiknya sampel yang digunakan adalah tanaman yang segar,kecuali untuk test saponin yang menggunakan sampel kering.

DAFTAR PUSTAKA Achamad, S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : Jakarta. Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Hart, Harold. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Suminar Achmad. Jakarta : Erlangga. L. Tobing, M.Sc., Rangke. 1989. Kimia Bahan Alam. Jakarta: Depdikbud. Suryani, H. 1991. Kimia dan Sumber Daya Alam. Padang : Pusat Penelitian Universitas Andalas Padang. Tim Kimia Organik. 2011. Penuntun Pratikum Kimia Organik 2. Padang: FMIPA UNP.

20

You might also like