You are on page 1of 17

TUGAS MATA KULIAH PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

PENENTUAN PRIORITAS DALAM PROYEK PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR DENGAN METODE PENDEKATAN HIERARKI ANALITIK (AHP)

DISUSUN OLEH :

Ade Faridah Gessy Asocadewi Destya Ekawati

L2J 009 065 L2J 009 073 L2J 009 111

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk dan pengembangan

aktivitasnya di berbagai sektor, maka pemanfaatan sumber daya air berbagai keperluan terus meningkat dari tahun ke tahun. Padahal dilain pihak ketersediaan sumber daya air semakin terbatas malahan cenderung semakin langka terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas air akibat pencemaran baik yang disebabkan oleh limbah domestik. Apabila hal seperti ini tidak diantisipasi, maka dikhawatirkan dapat menimbulkan ketegangan dan bahkan konflik akibat benturan kepentingan manakala permintaan (demand) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air untuk pemenuhannya (supply). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya air baik dilihat dari aspek teknis maupun aspek legal. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat di berbagai keperluan, diperlukan suatu perencanaan terpadu yang berbasis wilayah sungai guna menentukan langkah dan tindakan yang harus dilakukan agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan mengoptimalkan potensi pengembangan sumber daya air,

melindungi/melestarikan serta meningkatkan nilai sumber daya air dan lahan. Dalam proyek pengembangan sumber daya air kita harus bisa menentukan prioritas utama dalam proyek pengembangan tersebut. Sehingga proyek

pengembangan sumber daya air tersebut dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya, dan proyek tersebut dapat berfungsi dengan sebaik baiknya sesuai dengan tujuan awal proyek pengembangan tersebut. Untuk pengambilan keputusan untuk menentukan prioritas dalam proyek pengembangan sumber daya air digunakan berbagai macam metode. Tentu saja metode yang digunakan merupakan metode yang tepat dan sesuai dengan proyek pengembangan sumber daya air. Pada makalah ini metode yang akan dibahas dan
1

digunakan adalah metode Hierarki Analitik atau biasa disingkat dengan AHP (Analytic Hierarchy Process).

1.2.

Tujuan Tujuan dari makalah ini adalah : a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Metode Hierarki Analitik (AHP) b. Untuk mengetahui manfaat dari penggunaan metode AHP dalam menentukan prioritas dalam proyek pengembangan sumber daya air (SDA)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Yang dimaksud dengan Sumber Daya Air adalah air, sumber air, dan daya air

yang terkandung di dalamnya. Sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam segala bidang. Sumber daya air harus dikelola dengan memperhatikan fungsi sosial, lingkungan hidup dan ekonomi secara selaras sehingga terjadi keseimbangan antara ketersediaan air dan kebutuhan air disaat ini dan masa mendatang. Untuk menyeimbangkan antara kebutuhan air dan ketersediaan air perlu ada pengarahan untuk terwujudkan sinergi dan keterpaduan yang harmonis antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi. Dengan berkembangnya semangat demokratisasi, desentralisasi, dan keterbukaan dalam tatanan kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara maka masyarakat perlu diberi peran pengelolaan sumber daya air Kebijakan pengelolaan sumber daya air diperlukan guna arahan strategis yang menjadi dasar dalam mengintegrasikan kepentingan pengembangan wilayah administrasi dengan pengelolaan sumber daya air yang berbasis wilayah sungai. Penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air harus memperhatikan kondisi wilayah administratif seperti pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi, sosial budaya, serta kebutuhan air. Untuk dapat mengelola sumber daya air secara terpadu dan berkesinambungan perlu adanya kebijakan pengelolaan sumber daya air tingkat nasional, tingkat provinsi, dan kabupaten/kota. Kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat nasional menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan sumber daya air pada tingkat provinsi dan pada tingkat kabupaten/kota secara berjenjang. Sumber daya air merupakan sumber daya alam yang terbaharui dan secara alami keberadaaannya di dalam wilayah hidrografis yang disebut daerah aliran sungai (DAS) mengikuti siklus hidrologis. Ketersediaan sumber daya air dalam
3

setiap DAS sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan hidrogeologi setempat, sehingga mengakibatkan adanya DAS dengan ketersediaan air melimpah dan DAS yang sangat kekurangan air. Untuk mewujudkan asas keseimbangan dan asas keadilan dalam pengelolaan sumber daya air maka untuk efektifitas dan efisiensi pengelolaannya perlu dilakukan penyatuan beberapa DAS dalam satu wilayah pengelolaan yang disebut wilayah sungai. Namun demikian, dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan suatu DAS dapat merupakan satu wilayah pengelolaan apabila mampu mencukupi kebutuhan sumber daya air di wilayahnya. Selain itu, dengan pertimbangan yang sama, kumpulan pulau-pulau kecil dapat pula menjadi satu wilayah pengelolaan. Mengingat sumber daya air adalah sumber daya alam yang mempunyai sifat mengalir sehingga membentuk suatu sistem yang meliputi berbagai komponen sumber daya yang akan terkait satu sama lain. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya air akan berdampak terhadap kondisi sumber daya lainnya dan sebaliknya pengelolaan sumber daya lainnya dapat berpengaruh terhadap kondisi sumber daya air. Oleh karena itu, agar pengelolaan berbagai sumber daya tersebut dapat menghasilkan manfaat bagi masyarakat secara optimum, diperlukan suatu acuan pengelolaan terpadu antarinstansi dan antarwilayah, yaitu berupa pola pengelolaan sumber daya air. Agar pola pengelolaan sumber daya air tersebut menjadi bingkai yang mengikat, proses penyusunannya harus dilakukan secara terbuka melalui perlibatan berbagai pihak yang berkepentingan dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang

2.2

PENGERTIAN ANALISIS HIRARKI PROSES Analisis hierarki Proses (AHP) adalah suatu metode yang sering digunakan

untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan. AHP merupakan pendekatan dasar dalam pengambilan atau membuat keputusan. Tujuan dari AHP ini adalah menyelesaikan masalah yang kompleks atau tidak berkerangka dimana data
4

dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit, mengatasi antara nasionalitas dan intuisi, memilih yang terbaik dari sejumlah alternatif yang telah dievaluasi dengan memperhatikan beberapa kriteria. Proses hierarki adalah suatu model yang memberikan kesempatan bagi perorangan atau kelompok untuk membangun gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing-masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Ada dua alasan utama untuk menyatakan suatu tindakan akan lebih baik dibanding tindakan lain. Alasan yang pertama adalah pengaruh-pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang tidak dapat dibandingkan karena sutu ukuran atau bidang yang berbeda dan kedua, menyatakan bahwa pengaruh tindakan tersebut kadang-kadang saling bentrok, artinya perbaikan pengaruh tindakan tersebut yang satu dapat dicapai dengan pemburukan lainnya. Kedua alasan tersebut akan menyulitkan dalam membuat ekuivalensi antar pengaruh sehingga diperlukan suatu skala luwes yang disebut prioritas. Prioritas merupakan suatu ukuran abstrak yang berlaku untuk semua skala. Penentuan prioritas ini dilakukan menggunakan proses analisis hierarki. Kelebihan AHP dibandingkan dengan yang lain adalah: 1. Struktur yang berhierarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai batas toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.

BAB III PEMBAHASAN 3.1. Metode AHP Metode pairwise comparison AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang diteliti multi obyek dan multi kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari tiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan model yang komperehensif. Pembuat keputusan menetukan pilihan atas pasangan perbandingan yang sederhana, membengun semua prioritas untuk urutan alternatif. Pairwaise comparison AHP mwenggunakan data yang ada bersifat kualitatif berdasarkan pada persepsi, pengalaman, intuisi sehigga dirasakan dan diamati, namun kelengkapan data numerik tidak menunjang untuk memodelkan secara kuantitatif. Langkah-langkah AHP Langkah langkah dan proses Analisis Hierarki Proses (AHP) adalah sebagai berikut: 1. Memdefinisikan permasalahan dan penentuan tujuan. Jika AHP digunakan untuk memilih alternatif atau menyusun prioriras alternatif, pada tahap ini dilakukan pengembangan alternatif. 2. Menyusun masalah kedalam hierarki sehingga permasalahan yang kompleks dapat ditinjau dari sisi yang detail dan terukur. 3. Penyusunan prioritas untuk tiap elemen masalah pada hierarki. Proses ini menghasilkan bobot atau kontribusi elemen terhadap pencapaian tujuan sehingga elemen dengan bobot tertinggi memiliki prioritas penanganan. Prioritas dihasilkan dari suatu matriks perbandinagan berpasangan antara seluruh elemen pada tingkat hierarki yang sama. 4. Melakukan pengujian konsitensi terhadap perbandingan antar elemen yang didapatan pada tiap tingkat hierarki.

Sedangkan langkah-langkah pairwise comparison AHP adalah 1. 2. Pengambilan data dari obyek yang diteliti. Menghitung data dari bobot perbandingan berpasangan responden dengan metode pairwise comparison AHP berdasar hasil kuisioner. 3. Menghitung responden. 4. 5. 6. Menghitung rata-rata geometric Pengolahan dengan metode pairwise comparison AHP. Setelah dilakukan pengolahan tersebut, maka dapat disimpulkan adanya konsitensi dengan tidak, bila data tidak konsisten maka diulangi lagi dengan pengambilan data seperti semula, namun bila sebaliknya maka digolongkan data terbobot yang selanjutnya dapat dicari nilai beta (b). Penentuan susunan prioritas elemen adalah dengan menyusun perbandingan berpasangan yaitu dalam bentuk berpasangan seluruh elemen untuk tiap sub system hierarki. Perbandingan tingkat kepentingan antar variabel dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Skala perbandingan tingkat kepentingan antar variabel Intensitas variabel 1 Kedua variabel sama Kedua variabel mempunyai pengaruh yang sama Pentingnya Definisi Variabel Penjelasan rata-rata rasio konsistensi dari masing-masing

pentingnya

pentingnya terhadap tujuan. 3 Sebuah variabel lebih Pengalaman atau judgment

sedikit memihak pada sebuah variabel dibandingkan

lemah nilai atau tingkat

kepentingannya dibanding 5 yang lain

variabel lainnya Pengalaman atau judgment

secara kuat memihak pada Sebuah variabel adalah sebuah variabel dibandingkan variabel lainnya Sebuah variabel secara kuat disukai dan dominasinya

essensial atau mempunyai 7 tingkat kepentingan yang kuat dibanding variabel yang lainnya 9 Menentukan jelasnya

tampak dalam praktek Bukti bahwa suatu variabel adalah lebih penting dari pada variabel lainnya adalah sangat jelas tingkat dari salah

tingkat kepentingan suatu variabel variabel lain. Menunjukkan kepentingan satu variabel 2,4,6,8 Nilai tengah diantara dua judgment berdampingan Kelebihan dari angka Bila variabel 1 mendapat salah satu dari nilai datas non-zero dibandingkan variabel mempunyai kebalikannya dibandingkan dengan i j, pada saat dengan maka j nilai bila yang dibandingkan

Nilai diberikan bila diperlukan adanya kompromi atau nilai antara dua intensitas.

diatas non -zero

Pengujian Konsistensi Penilaian AHP mengukur konsistensi pertimbangan dengan menghitung rasio inkonsistensi. Rasio inkonsistensi harus lebih kecil dari 10%. Jika kenyataan beda yakni lebih besar dari 10% berarti penilaian yang telah dilakukan bersifat random dan perlu diperbaiki. Simbol S adalah penjumlahan dari komponen technoware, humanware, infoware dan orgaware , sedangkan X adalah hasil bagi dari keempat komponen teknologi tersebut. RI adalah random consitency index yang diperoleh dari tabel 2. JIka CR > 0.1 maka data jelek atau perlu dilakukan pengulangan dalam pengisian kuisioner. Tabel 2 Random consitency index (RI) N RI 1 0 2 0 3 0.6 4 0.9 5 1.1 6 1.2 7 1.3 8 1.4 9 1.5 10 1.5

Sumber : Saaty, 1988 Rata-rata ukur Rata-rata (average) adalah nialai yang mewakili sehimpunan atau sekelompok data (a set of data). Nilai rata-rata pada umumnya mempunyai kecenderungan terletak ditengah-tengah dalam suetu kelompok data yang disusun menurut besat kecilnya nilai. Dengan perkataan lain ia mempunyai kecenderungan memusat. Oleh karena itu rata-rata sering disebut ukuran kecenderungan memusat (measures of central tendency). Beberapa jenis rata-rata yang sering digunakan adalah rata-rata hitung (arithmatic mean), rata-rata ukur (geometric mean) dan rata-rata harmonis (harmonic mean). Dalam AHP (analytic hierarchy procces), salah satu perbedaan dari pendekatan deterministik dan pendekatan statistik adalah terletak pada adanya suatu peertimbangan-pertimbangan, pengelompokan atau penyatuan dari beberapa prioritas secara keseluruhan. Bila dalam suatu kelompok, masing-masing mempunyai pertimbangan yang berbeda maka perlu adanya suatu derajat atau pangkat yang dapat

dipergunakan untuk menyatukan dari beberapa alternatif tersebut, karena pada dasarnya sebuah kelompok pasti mempunyai perbedaan pertimbangan dalam memilih alternatif. Bila dua alternatif dipangkatkan, akan mempengaruhi pertimbangan yang diambil, tetapi masih tetap mempunyai kesamaan kepentingan hingga akhirnya akan memberikan satu kesepakatan yang disebut rata-rata kelompok. Pendekataan yang paling tepat dalam hal ini adalah rata-rata geometrik. Guna memperoleh pertimbangan yang sama fungsi mengikuti kondisi: 1. Kondisi terpisah (separability condition / S) = g (X1) O g (X2) OO g (Xn) untuk semua X1, X2,Xn didalam interval P dengan anggota bilangan positif, g adalah suatu fungsi pemetaan P dalam suatu interval j dan O yang selalu kontinyu. (S) adalah rata-rata yang dipengaruhi oleh pertimbangan individu. 2. Kondisi kebulatan (Unanimity condition / U) = x untuk semua x di P. (U) rata-rata jika semua individu memberikan pertimbangan yang sama sebesar x, dengan demikian pertimbangan ini juga dapat disebut dengan satu pertimbangan. 3. Kondisi Homogen (homogeniety condition / H) dimana u > 0, dan Xk,UXk (K= 1,2..,n) untuk semua P. Rasio rata-rata (H), jika pertimbangan dalam individu mempunyai waktu yang besarnya sama maka pertimbangan kelompok atau keseluruhan juga mempunyai waktu yang sama pula. 4. Kondisi kekuatan (power condition / Pp) . P untuk rata-rata sampel, jika nilai kth individu dai panjang sebuah sisi persegi panjang, maka Xk akan memberikan nilai pertimbangan yang sama terhadap setiap panjang sisisnya. Keadaan khusus dimana (R = P1):

f (1/x1, 1/x2..,1/xn) = 1/f fp (x1, x2,xn). Dimana (R) sangat

penting untuk menentukan rata-rata nilai rasio tiap individu untuk kemudian dijadikan satu kesatuan.

10

Rata-rata hitung digunakan untuk dasar melakukan perbandingan antara dua kelompok atau lebih. Rata-rata ukur diperlukan data untuk mengikuti rata-rata persentase tingkat perubahan sepanjang waktu (average percentage rates of change over time). Jadi rata-rata ukur suatu kelompok nilai X1, X2,Xn merupakan akar pangkat n dari hasil kali masing-masing nilai dari kelompok tersebut. Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut (Kadarsyah Suryadi dan Ali Ramdhani, 1998) : 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. 2. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan

kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk
11

memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5. 4. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j , maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
12

6. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan Merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. 8. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 %.

3.2.

Penentuan Prioritas Pengembangan SDA dengan metode AHP Penentuan prioritas pengembangan SDA adalah suatu pengambilan keputusan

oleh stakeholders untuk menentukan kegiatan pengembangan selanjutnya, yang dilakukan berdasarkan pertimbangan kendala situasional. Kendala tersebut adalah ketersediaan dana dan waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program sehubungan dengan tujuan yang akan dicapai dan segala konsekuensinya. Penentuan prioritas adalah suatu proses melalui mekanisme tertentu yang mengembangkan hubungan logis antar faktor yang terlibat dengan menggunakan metode AHP. Metode AHP juga mencerminkan model evaluasi keputusan teoritis, yang dalam proses evaluasi dilakukan dengan menggunakan kriteria majemuk yang melibatkan berbagai persepsi penentuan keputusan. Pada penentuan prioritas program pengembangan SDA diperlukan identifikasi di daerah kajian. Identifakasi terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah menentukan pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan SDA (stakeholders). Sesuai dengan Undang undang otonomi daerah, pengelolaan SDA dilaksanakan bersama oleh
13

pemerintah, unsur swasta, dan masyarakat yang mempunyai peran sama sebagai pelaku dan penentu kebijakan dalam kerangka pemberdayaan dan partisipasi. Kelompok stakeholders yang terdiri dari berbagai unsure pengelola digunakan sebagai acuan untuk mencerminkan sifat sifat multi objective, multi criteria, multi decision makers, and multi component. Tahap kedua adalah pengumpulan data primer dan sekunder. Dari identifikasi gambaran permasalahan dan rencana program pengembangan SDA yang akan dinilai prioritasnya berdasarkan persepsi stakeholders pengelolaan SDA. Semua responden dalam penelitian dianggap berkompeten dengan tujuan dan ahli dalam artian menguasai hubungan antar elemen pengelolaan sesuai dengan kapasitasnya. Pengolahan data (persepsi responden) untuk mengisi elemen pada matriks perbandingan menggunakan purata geometrik (geometric mean) dan rata-rata aljabar (average). Perhitungan penentuan prioritas masing masing kelompok terdiri atas 2 (dua) seri, berdasarkan purata geometri (seri 1) dan rata-rata aljabar (seri 2). Pada tahap kedua ini akan ditemukan hasil akhir berupa keputusan prioritas dalam pengembangan SDA setelah melalui pengolahan data dengan cara dan mekanisme yang telah ditentukan. Selain itu dengan adanya metode AHP ini diharapkan adanya suatu evaluasi untuk pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Sebagai Metode ini awalnya dari kuisioner yang diadakan oleh suatu lembaga untuk mengetahui keadaan DAS tersebut, contoh suatu DAS kurang dalam pengembangan sumber dayanya bagi masyarakat. Dengan adanya metode ini, diharapkan sumber daya yang ada dalam DAS tersebut dapat dikelola sebaik mungkin.

14

BAB IV KESIMPULAN

Dari penjabaran di atas maka didapatkan beberapa kesimpulan yaitu: a. Analisis hierarki Proses (AHP) adalah suatu metode yang sering digunakan untuk menilai tindakan yang dikaitkan dengan perbandingan bobot kepentingan antara faktor serta perbandingan beberapa alternatif pilihan. b. Dalam proyek pengembangan sumber daya air, metode AHP digunkana untuk menentukan prioritas dalam pengembangan SDA setelah melalui pengolahan data
dengan cara dan mekanisme yang telah ditentukan.

c. Dengan adanya metode AHP ini diharapkan adanya suatu evaluasi untuk pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat bagi lingkungan sekitar. Dengan adanya metode ini, diharapkan sumber daya yang ada dalam DAS dapat dikelola sebaik mungkin.

15

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.undip.ac.id/11898/1/2001MTS889.pdf http://people.revoledu.com/kardi/publication/Dimensi1.pdf http://myshowroom.wordpress.com http://republikbm.blogspot.com http://syaifullah08.files.wordpress.com/2010/02/pengenalan-analytical-hierarchyprocess.pdf http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6308152160.pdf

16

You might also like