You are on page 1of 28

ADI HADIANA CUCU FITRIANI IGUS JULIUS MOCHAMAD SAEFFULLOH WINDA YUNI DENINTA YANTI SUSILAWATI

3C

Definisi
Pewarisan Sitoplasmik adalah pewarisan sifat yang disebabkan oleh bagian eksternal dari nukleus, yaitu dengan adanya protein Histon yang dipilin oleh DNA di dalam kromosom yang berada di daerah sitoplasma. Pewarisan sitoplasmik dapat juga merupakan pewarisan sifat di mana sifat-sifat tersebut tidak diatur oleh materi genetik di dalam kromosom melainkan di dalam sitoplasma.

PEWARISAN SIFAT MELALUI SITOPLASMA

Kriteria Pewarisan Sitoplasmik Organel Sitoplasmik Pembawa Materi Genetik

Kloning DNA

Rekombinasi DNA

Materi Genetik Diluar Kromosom

Kriteria Pewarisan Sitoplasmik


a) Perbedaan hasil perkawinan resiprok merupakan penyimpangan dari pola Mendel. b) Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan organel sitoplasmik dalam jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan. Organel dan simbion di dalam sitoplasma dimungkinkan untuk diisolasi dan dianalisis untuk mendukung pembuktian tentang adanya transmisi maternal dalam pewarisan sifat. Jika materi sitoplasmik terbukti berkaitan dengan pewarisan sifat tertentu, maka dapat dipastikan bahwa pewarisan sifat tersebut merupakan pewarisan sitoplasmik. c) Gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama lain yang tertentu pula sehingga dapat membentuk kelompok berangkai.

c) Tidak adanya nisbah segregasi Mendel menunjukkan bahwa pewarisan sifat tidak diatur oleh gen-gen kromosomal tetapi oleh materi sitoplasmik. d) Substitusi nukleus dapat memperjelas pengaruh relatif nukleus dan sitoplasma. Jika pewarisan suatu sifat berlangsung tanpa adanya pewarisan gen-gen kromosomal, maka pewarisan tersebut terjadi karena pengaruh materi sitoplasmik.

Organel Sitoplasmik Pembawa Materi Genetik


Di dalam sitoplasma antara lain terdapat organel-organel seperti mitokondria dan kloroplas, yang memiliki molekul DNA dan dapat melakukan replikasi subseluler sendiri. Kedua organel ini sering kali disebut sebagai organel otonom.

Tiga tipe muatan petit :


a. Petit segregasional b. Petit netral c. Petit supresif

Petit segregasional memperlihatkan segregasi Mendel seperti biasanya sehingga dinamakan petit segregasional. Persilangan dengan tipe liarnya menghasilkan zigot diploid yang normal. Jika zigot ini mengalami pembelahan meiosis, akan diperoleh empat askopora haploid dengan nisbah fenotipe 2 normal : 2 petit. Hal ini menunjukkan petit segregasional ditimbulkan oleh mutasi di dalam nukleus. Selain itu, oleh karena zigot diploid mempunyai fenotipe normal, maka dipastikan bahwa alel yang mengatur mutan petit merupakan alel resesif.

Petit netral, berbeda dengan tipe segregasional jika dilihat dari keempat askopora hasil pembelahan meiosis zigot diploid. Keempat askospora ini semuanya normal. Hasil yang sama akan diperoleh apabila zigot diploid disilang balik dengan tetua petitnya. Jadi, fenotipe keturunan hanya ditentukan oleh tetua normalnya. Dengan perkataan lain, pewarisan sifatnya merupakan pewarisan uniparental. Yaitu disebabkan oleh hilangnya sebagian besar atau seluruh materi genetik di dalam mitokondria yang menyandi sintesis enzim respirasi oksidatif pada kebanyakan petit netral. Ketika sel petit netral bertemu dengan sel tipe liar, sitoplasma sel tipe liar akan menjadi sumber materi genetik mitokhodria bagi spora-spora hasil persilangan petit dengan tipe liar sehingga semuanya akan mempunyai fenotipe normal.

Petit supresif, yang hingga kini belum dapat dijelaskan dengan baik. Pada persilangannya dengan tipe liar dihasilkan zigot diploid dengan fenotipe petit. Selanjutnya, hasil meiosis zigot petit ini adalah empat askospora yang semuanya mempunyai fenotipe petit. Dengan demikian, seperti halnya pada tipe petit netral, pewarisan uniparental juga terjadi pada tipe petit supresif. Bedanya, pada petit supresif alel penyebab petit bertindak sebagai penghambat (supresor) dominan terhadap aktivitas mitokondria tipe liar. Petit supresif juga mengalami kerusakan pada materi genetik mitokondrianya tetapi kerusakannya tidak separah pada petit netral.

Materi Genetik Diluar Kromosom 1. Plasmid


Sifat plasmid : Merupakan molekul DNA yang mengandung gen tertentu, ukuranya kira kira 1/1000 kali kromosom (DNA) bakteri. Dapat memperbanyak diri melalui proses replikasi. Dengan demikian terjadi pengklonaan DNA yang menghasilkan plasmid dalam jumlah banyak. Satu sel dapat berisi banyak plasmid. Plasmid dapat berpindah ke sel bakteri lain. Perpindahan plasmid dapat dipercepat dengan member ion CsCl (sesium klorida). Dengan demikian plasmid dapat dikeluarkan dan dimasukan ke dalam sel bakteri atau ragi. Sifat bakteri pada keturunan sama dengan induknya, karena plasmid terikat dengan kromosaom inti.

Jenis-jenis Plasmid
Salah satu cara pengelompokan plasmid adalah dengan kemampuan mereka untuk ditransfer ke bakteri lain. Konjugasi plasmid mengandung apa yang disebut tra-gen, yang melakukan proses kompleks konjugasi, transfer plasmid ke bakteri lain. Non-konjugasi plasmid tidak mampu memulai konjugasi, maka mereka hanya dapat dipindahkan dengan bantuan konjugatif plasmid.

Cara mengklasifikasikan plasmid berdasar fungsi:


Ada lima kelas utama: Kesuburan-F-plasmid, yang berisi tra-gen. Mereka mampu konjugasi (transfer materi genetik antara bakteri yang menyentuh). Perlawanan-(R) plasmid, yang mengandung gen yang dapat membangun perlawanan terhadap antibiotik atau racun dan membantu menghasilkan pili bakteri. Sejarah dikenal sebagai Rfaktor, sebelum sifat plasmid dipahami. Col-plasmid, yang mengandung gen yang kode untuk (menentukan produksi) bacteriocins, protein yang dapat membunuh bakteri lain. Degradatif plasmid, yang memungkinkan pencernaan zat-zat yang tidak biasa, misalnya, toluene atau asam salisilat. Plasmid virulensi, yang mengubah bakteri menjadi patogen (yang menyebabkan penyakit).

2. Vektor
Plasmid yang digunakan dalam rekayasa genetika disebut vektor.

Gen dapat direplikasi dimasukkan ke dalam salinan plasmid yang mengandung gen yang membuat sel-sel resisten terhadap antibiotik tertentu dan beberapa situs kloning (MCS, atau polylinker), yang merupakan daerah pendek yang biasa digunakan mengandung beberapa pembatasan situs-situs yang mudah memungkinkan penyisipan DNA fragmen di lokasi ini. Selanjutnya, dimasukkan ke dalam plasmid bakteri oleh suatu proses yang disebut transformasi. Kemudian, bakteri yang terkena antibiotik tertentu. Hanya bakteri yang mengambil salinan plasmid bertahan hidup, karena plasmid membuat mereka tahan. Secara khusus, melindungi gen dinyatakan (digunakan untuk membuat protein) dan protein yang dinyatakan rusak antibiotik.

Ada dua jenis integrasi plasmid ke dalam bakteri inang:

Non-integrasi, meniru.

plasmid

yang

Episomes, mengintegrasikan ke dalam host kromosom.

Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memenuhi syarat-syarat berikut ini: Mempunyai ukuran relatif kecil bila dibandingkan dengan pori dinding sel inang sehingga dapat dengan mudah melintasinya. Mempunyai sekurang-kurangnya dua gen marker yang dapat menandai masuk tidaknya plasmid ke dalam sel inang. Mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam salah satu marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen DNA. Mempunyai titik awal replikasi original sehingga dapat melakukan replikasi di dalam sel inang.

3. Isolasi DNA Plasmid


DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen, sehingga DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk memisahkan DNA plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dengan prosedur di atas. Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan detergen. Proses ini membebaskan DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein dan komponen lain. DNA kromosom dan protein diendapkan dengan penambahan potasium. DNA + protein + potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Supernatan yang mengandung DNA plasmid, RNA dan protein yang tersisa dipisahkan. Kemudian ditambahkan RNase dan protese untuk mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya DNA plasmid dapat dipresipitasi menggunakan etanol.

4. Transfer Plasmid
Transfer plasmid melibatkan langkah-langkah sebagai berikut: Pilus seks yang disandi plasmid berinteraksi dengan reseptor pada permukaan sel resipien. Terangsang oleh kontak itu, pilus menarik diri ke dalam sel donor, dengan menarik resipien ke dalam kontak yang erat. Terbentuklah suatu jembatan konjugasi antara kedua sel dan melalui jembatan itu DNA ditransfer. Tergerak pula oleh proses sintesis nuklease yang disandi gen tra, yang membelah satu benang DNA plasmid pada suatu tempat yang khas yang disebut asal transfer. Ujung bebas benang plasmid yang dilekukan kemudian dijulurkan melalui jembatan konjugasi. Disalin oleh DNA polimerase sel inang, dengan menghasilkan salinan melingkar benang ganda dalam kedua sel.

Rekombinasi DNA
Semua organisme mengandung DNA dari bahan yang sama, yaitu gula, asam fosfat, dan basa Nitrogen. DNA dapat disambungkan dengan DNA lain dari organisme yang berbeda. Proses penyambungan DNA itu disebut rekombinasi DNA. Tujuanya adalah untuk menyambungkan gen yang ada di dalam DNA. Oleh karena itu rekombinasi DNA disebut juga rekombinasi gen. Dalam rekombinasi DNA dilakukan pemotongan DNA. Proses pemotongan dan penyambungan itu menggunakan enzim pemotong dan enzim penyambung. Hasil sambungan disebut rekombinan. Enzim pemotong disebut enzim retriksi endonuklease. Secara alami, enzim ini dikeluarkan oleh bakteri untuk memutuskan DNA virus yang tersambung pada DNA bakteri tanpa merusak DNA bakteri.

Alasan dilakukanya rekombinasi adalah : Semua DNA mempunyai struktur yang sama, yakni tersusun atas gula pentosa, asam fosfat, dan basa nitrogen. Kerena strukturnya sama, maka DNA dari sumber mana pun dan dari spesies mana pun dapat di sambung sambungkan. Para pakar telah berhasil mengisolasi atau mensintesis enzim. Gen dapat mengeksprasikan diri atau mengontrol sintesis polipeptida di manapun berada.

Komponen Yang Diperlukan Dalam Rekombinasi DNA: 1. Enzim Pemotong & Penyambung Enzim pemotong dikenal sebagai retriksi atau enzim penggunting. Fungsi enzim ini memotong motong benang DNA yang panjang menjadi pendek agar dapat disambung sambungkan lagi. Enzim pemotong secara alami dimiliki oleh sel untuk memotong DNA di dalam sel. Enzim pemotong itu jumlahnya banyak. Setiap enzim bekerja secara khusus. Artinya setiap enzim hanya dapat memotong urutan basa tertentu pada DNA. Dan hasil potonganya berupa sepenggal DNA berujung runcing yang komplemen yang di kenal sebagai DNA ujung runcing.

2. Pembawa Gen atau Vektor Memasukan gen ke dalam sel target menggunakan vektor. Vektor bertugas sebagai kendaraan bagi gen untuk mengangkut gen masuk ke dalam sel target. Secara alami bakteri plasmid, yaitu DNA sirkuler yang ukuranya 1/1000 komosom (DNA) bakteri, dan dapat keluar masuk sel bakteri. Akibatnya bakteri lain mendapatkan sifat baru yang berasal dari bakteri pertama. Peristiwa ini disebut transformasi. Plasmid disambung dengan gen terlebih dahulu sehingga terbentuk DNA hasil sambungan yang disebut sebagai kimera atau DNA rekombinan. Selanjutnya kimera dimasukan ke dalam sel target yaitu sel bakteri. Kimera akan mengadakan replikasi di dalam sel inangnya sehingga jumlahnya bertambah banyak. Dengan demikian berlangsunglah proses pengklonan DNA. Ketika kimera melakukan replikasi, gen yang membawanya akan ikut tereplikasi sehingga terjadilah pengklonan gen.

3. Sel Target Sel target yang bisa digunakan dalam rekombinasi DNA adalah sel bakteri Escherichia coli. Alasanya karena : Escherichia coli mudah diperoleh dan mudah dipelihara. Tidak mengandung gen yang membahayakan (tidak ganas). Dapat membelah diri setiap 20 menit sekali sehingga dapat diperoleh keturunan dalam jumlah besar dalam waktu singkat.

Contoh rekombinasi DNA yaitu rekombinasi gen insulin. Gen insulin pada manusia di pulau Lngerhans di ambil, kemudian disambungkan ke dalam plasmid bakteri, membentuk kimera (DNA rekombinan). Kimera itu dimasukan ke dalam sel target Escherichia coli. Bakteri Escherichia coli ini di kultur untuk dikembangbiakan. Bakteri yang biasa hidup di kolon mampu menghasilkan hormon insulin manusia. Hormon insulin tersebut dipanen untuk digunakan oleh yang memerlukannya. Sekali terbentuk bakteri rekombinan penghasil insulin manusia, selamanya akan dapat dipanen insulin untuk pengobatan.

Kloning DNA
Kemampuan molekul DNA membentuk rekombinan dan menjaganya dalam sel disebut kloning DNA. Proses ini melibatkan vektor yang menjadi sarana DNA untuk memperbanyak klon DNA dalam sel yang disisipkan di dalam vektor. Kunci untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan adalah enzim restriksi yang memotong DNA pada tempat spesifik. Dengan menghasilkan molekul DNA rekombinan yang dapat diperbanyak pada organisme inang, fragmen DNA tertentu dapat dimurnikan dan diamplifikasi untuk menghasilkan produk dalam jumlah besar.

Kloning DNA Dalam Plasmid Vektor DNA dipotong dengan enzim restriksi, kemudian dimasukkan ke dalam vektor untuk diperbanyak. Inang (host) yang umum digunakan untuk memperbanyak DNA adalah bakteri Escherichia coli.

Vektor DNA memiliki tiga karakteristik: Mengandung asal replikasi (origin of replication) yang memungkinkan DNA bereplikasi secara independen/bebas dari kromosom inang. Mengandung marker selektif yang menyebabkab sel yang membawa vector (termasuk DNA yang dibawa) dapat diidentifikasi. Memiliki situs yang unik/khas untuk satu atau lebih enzim restriksi. Hal ini menyebabkan fragmen DNA dapat disisipkan pada tempat tertentu dalam vector sehingga penyisipan tidak mengganggu kedua fungsi lainnya.

You might also like