You are on page 1of 25

TUJUAN IRIGASI

1. Meningkatkan Produksi Pangan terutama beras 2. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan air irigasi 3. Meningkatkan intensitas tanam

4. Memberdayakan masyarakat desa dalam


pembangunan sejak gagasan, perencanaan pelaksanaan secara swakelola

KRITERIA UMUM
1. 2. Irigasi tidak tercatat dalam buku inventarisasi DPU Pengairan. Luas areal daerah irigasi maks. 50 ha.

3.
4. 5. 6. 7.

Pengelolaan, Operasi dan Pemeliharaan dilaksanakan oleh kelompok Tani.


Merupakan usulan masyarakat petani. Dapat merupakan rehabilitasi jaringan Tersier dalam daerah irigasi teknis, semi teknis. Tidak sedang dibiayai oleh sumber dana lain. Usulan Bendung baru dari pasangan batu atau beton terbatas pada : Panjang bendung maksimum : 8,00 m. Tinggi bendung maksimum : 3,00 m. Debit banjir rencana : 30,00 m3/dt

8.

Pembangunan irigasi baru harus memenuhi ketentuan :


Ada sumber air cukup. Ada sawah (tadah hujan). Ada Petani. Kwalitas air memenuhi. Tanah/sawah baik untuk pertanian (padi). Ada Pemasaran hasil produksi.

9. 10.

Daerah irigasi perdesaan bukan merupakan daerah banjir rutin. Beda tinggi yang cukup untuk mengalirkan air.

11.
12.

Adanya pemasaran hasil produksi.


Tidak ada masalah ganti rugi tanah, bangunan dan tanaman.

LINGKUP PEKERJAAN
1. Perbaikan atau Rehabilitasi jaringan irigasi yang telah ada, karena tidak memerlukan kajian teknis yang berat.

2. Pekerjaan peningkatan jaringan irigasi yang telah ada yang benar-benar diperlukan.
3. Pembangunan baru Irigasi Perdesaan.

PERSYARATAN PEMBANGUNAN BARU dan REHABILITASI


NO
1.

PEMBANGUNAN BARU
Lingkup : Memanfaatkan Potensi Alam, al : Air dan Tanah (sawah)

REHABILITASI
Lingkup : Saluran atau bangunan yang berkurang fungsi pelayanannya Perbaikan penahan Talud saluran dan penahan tebing sungai Perbaikan bangunan terjun, pembagi dan bangunan sadap Kriteria : Bangunan masih kuat, akan bertahan lama Bangunan akan tetap stabil Kapasitas bangunan mampu untuk mengalirkan debit rencana Sambungan antara bagian lama dan baru akan mempunyai daya ikat yang kuat Mudah dioperasikan petani Dapat menjamin pembagian air Melindungi irigasi dari pengaruh alam Mengurangi biaya pemeliharaan

2.

Kriteria : Ada sumber air cukup Ada sawah tadah hujan Ada Petani Penggarap Kwalitas air memenuhi Tanah baik untuk pertanian (padi) Ada pemasaran hasil produksi Kapasitas bangunan mampu mengalirkan debit air rencana Pembagian air akan adil

3.

Pra desain Melibatkan : Perencana, Petani, Tokoh Masyarakat, Petugas Desa, Kecamatan dan Cadin Pengairan Kabupaten. Pengukuran; Pengukuran untuk pemetaan situasi dan saluran harus menggunakan alat optik Survey dan desain; Menetapkan Tata letak saluran dan bangunan Menetapkan luas masing-masing petak irigasi

Pra desain Melibatkan : Perencana, Petani, Tokoh Masyarakat, Petugas Desa, Kecamatan dan Cadin Pengairan Kabupaten.

4.

Pengukuran; Pengukuran saluran bisa dilakukan dengan pipa plastik Survey dan desain; Membuat skets semua bangunan yg ada Membuat data kondisi bangunan yang ada. Memperkirakan penyadapan air yang belum ada bangunannya Menetapkan batas petak sawah Tidak diperlukan

5.

6.

Diperlukan data-data geologi permukaan tanah Pada perencanaan bendung diperlukan sumur uji pada lokasi rencana bendung

7.

Tidak diperlukan

PETA SITUASI

PERENCANAAN
1. Tahap Persiapan
a. Pengumpulan data dan laporan b. Pengenalan lapangan

2. Tahap Pekerjaan Perencanaan


a. Pengukuran dan pemetaan situasi b. Survey, Inventarisasi dan Pengukuran Jaringan Irigasi c. Survey Investigasi Geo Teknik d. Sistem Planning

3. Desain Teknis
a. Pekerjaan Rehabilitasi

b. Pekerjaan (Bangunan) Baru

TAHAP PERSIAPAN
1. Pengumpulan Data dan Laporan
Jenis data dan laporan yang dikumpulkan adalah : a. Laporan profil sosio teknis dan kelembagaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) b. Usulan petani untuk desain dan urutan prioritas perbaikan menurut petani c. Peta, gambar dan laporan pengukuran, desain dan pelaksanaan konstruksi jaringan irigasi yang ada.

2. Pengenalan Lapangan
Dilakukan untuk memperoleh gambaran umum daerah irigasi meliputi : a. Topografi dan investigasi daerah irigasi b. Sistem jaringan irigasi c. Kondisi fisik jaringan d. Jenis tanah dan sifat-sifatnya

TAHAP PERENCANAAN
1. Pengukuran & Pemetaan Situasi
A. Peta Situasi
Apabila ada peta situasi yang lama :
a. Skalanya diperbaharui menjadi 1 : 2000 b. Batas-batas kampung disesuaikan c. Memperbaharui atau menambah saluran-saluran, bangunanbangunan disesuaikan dengan keadaan Apabila tidak ada peta situasi : a. Pembuatan pea situasi mengacu pada standar perencanaan irigasi dengan menggunakan alat optik (untuk Pembangunan baru) atau selang plastik (untuk Peningkatan/Rehabilitasi). b. Memperbesar skala dari peta topografi yang ada (misalnya topografi skala 1 : 50000). c. Menggunakan peta desa yang ada untuk dapat dibuat menjadi peta situasi berskala.

B. Pengukuran batas luas dan ploting data irigasi :


Kegiatan ini dilakukan dengan memindahkan data irigasi, termasuk semua batas petak tersier, perlu dilakukan perhitungan untuk mendapatkan luas dan letak yang benar. Pekerjaan ini dilakukan sejalan dengan kegiatan inventarisasi

C. Menggambar peta daerah irigasi :


Peta daerah irigasi dan skema jaringan irigasi pada saat dilakukan pengukuran supaya dibuat gambar draft dengan skala 1 : 2000.

2. Survey, Inventarisasi & Pengukuran


A. Survey dan Inventarisasi :
a. Survey dan membuat skets semua bangunan b. Daftar inventarisasi kondisi bangunan (baik, perlu perbaikan, ganti baru) c. Survey dan daftar lokasi, ukuran, tipe dan luas penyadapan air, serta batas petak

B. Pengukuran Saluran :
a. Memasang Patok Referensi Tetap (PRT) disekitar bangunan utama b. Menambah PRT baru jika jarak PRT yang ada 2000 m c. Mengukur ketinggian semua PRT yang ada dan mengukur koordinat (x,y,z) PRT baru d. Mengukur tampang memanjang (tiap 100M) dan melintang (tiap 100 M, 5 M ki/ka as Saluran), pengukuran dengan dengan alat ukur optik. e. Pengukuran bisa dengan pipa plastik berisi air jika sulit mendapatkan alat ukur optic dan luas yang dipetakan < 20 ha & panjang saluran < 300 m.

3. Survey Investigasi Geoteknik


a. Survey jenis batuan dan tanah pada lokasi bangunan dan saluran (tanah biasa, tanah berbatu, tanah lembek dsb.) b. Survey bahan konstruksi : Batu dan Pasir

Khusus pembangunan bendung baru, perlu diadakan sumur uji (test


pit).

4. Sistem Planning
A. Draft Sistem Planning :
Merupakan hasil analisa dari kegiatan survey dan Inventarisasi serta informasi dan laporan-laporan yang dituangkan dalam peta situasi

Laporan planning berisi antara lain :


a. Tata letak Saluran dan Bangunan. b. Usulan perbaikan saluran dan bangunan serta urutan prioritas versi perencana dan versi petani. c. Rencana pola tanam dan tata tanam d. Usulan petani dalam hal perencanaan teknis.

Proses Penyusunan Draft Sistem Planning (i). Ketentuan teknis :


a. Luas maks Petak tersier 80 ha dan kwarter 15 ha b. Panjang maks. Saluran tersier 1500 m c. Batas desa diusahakan menjadi batas tersier. d. Penentuan tata letak saluran dan bangunan dilakukan dengan memperhatikan saluran dan bangunan yang sudah ada serta usulan dari petani. e. Jika air cukup, perhitungan kebutuhan air berdasarkan pola tanam : Padi-Padi-Palawija.

(ii). Perhitungan Debit Andalan (Qp) :


Debit andalan akan menentukan luas maksimum areal sawah irigasi yang dapat dilayani oleh sumber air. Rumus yang digunakan :

A
Dimana :
A Qp IWR

Qp / IWR

= Maks. Luas area pelayanan irigasi (ha) = Debit andalan (m3/det) = Kebutuhan air irigasi (l/det/ha) Untuk irigasi perdesaan IWR = 1,75 l/det/ha.

Qp adalah debit aliran sungai yang dihitung dengan :

Qp = Ar . V
Dimana :
Qp Ar V = = = Debit andalan (m3/det) Luas penampang basah rata-rata (m2) Kecepatan air (m/det)

Kecepatan air dapat diukur di lapangan dengan metode yang sederhana (pelampung dan pengukur waktu/stop watch).

(iii). Perencanaan Pola Tanam


Perlu mempertimbangkan : Debit air; Kebiasaan petani; Kebijakan pemerintah; Kebutuhan air disebelah hilir

(iv). Menyiapkan Peta Situasi (v). Pembuatan skema jaringan dan bangunan irigasi (vi). Menyusun urutan prioritas tambahan bangunan baru dan bangunan yang akan diperbaiki dengan memperhatikan :
a. Pengaruhnya terhadap peningkatan intensitas tanam. b. Pengaruhnya terhadap pembagian air yang lebih merata. c. Pengaruhnya terhadap beban pemeliharaan.

d. Pengaruh sosial (mis. Mengurangi konflik petani)


e. Perkiraan biaya

B. Diskusi Sistem Planning :


Lokasi
Diskusi dilaksanakan dikantor desa atau tempat lain yang dekat dengan jaringan irigasi dan bila perlu dilanjutkan dilapangan.

Peserta diskusi
Petugas Cadin PU Pengairan P3A atau wakil petani bila P3A belum terbentuk Perencana Tokoh Masyarakat Petugas instansi terkait (mis. Kades, Camat, PPL)

Bahan/Topik diskusi
Usulan petani untuk desain. Draft sistem planning yang berisi antara lain : Tata letak saluran dan bangunan Usulan perbaikan jaringan irigasi dan urutan prioritas versi perencana dan petani Pola tanam

DESAIN TEKNIS
Penyiapan desain teknis dibedakan menjadi dua jenis desain teknis :

A. Pekerjaan Perbaikan dan Rehabilitasi


1. Kriteria 2. Tahapan Pelaksanaan Desain : Pra Desain; Diskusi Desain; Final Desain 3. Gambar purna laksana (as built drawing): gambar yang dibuat setelah selesai pelaksanaan pekerjaan.

B. Pekerjaan (Bangunan) Baru


1. Kriteria 2. Tahapan Pelaksanaan Desain a. Bangunan Utama : Bendung Sederhana; Pengambilan Bebas; Embung; Mata Air; Air Tanah b. Saluran Pembawa, Alat Ukur Debit dan Bangunan Penguras Saluran c. Saluran Pembuang d. Bangunan Bagi dan Bangunan Sadap e. Bangunan Pembawa f. Bangunan Lain g. Kelengkapan Bangunan 3. Gambar purnalaksana (As built drawing)

TAHAP PELAKSANAAN
1. Pekerjaan Persiapan
a. Pembersihan Lapangan termasuk; Penebangan Pohon,

Pembabatan Semak belukar, Pembongkaran akar, Sisa


Bangunan, Pembersihan Rumput, Sampah dll. b. Pemasangan Patok dan Profil, dipasang pada lokasi rencana saluran dan bangunan

2. Pekerjaan Tanah
a. Pengupasan/Stripping, tebal min 20 cm. b. Galian tanah, dilakukan sesuai gambar. c. Timbunan, lapis demi lapis (per ketebalan 15 cm) dan dipadatkan d. Gebalan Rumput, untuk melindungi lereng dari air hujan, ukuran gebalan rumput 20 x 20 cm dipasang pada lereng dan dipaku dengan bambu.

3. Pekerjaan Pasangan
a. Pasangan Batu kali, campuran 1 : 4, Naat antara batu 1 - 1,5 cm,
detalasi voog antara 5 10 m b. Plesteran dan Siaran, campuran 1 : 3 sedang siar dengan campuran 1 : 2 c. Pekerjaan Bronjong, digunakan batu belah 15 25 cm, diameter kawat min. 3,2 mm dan mempunyai kekuatan tarik min. 40 kg/m2, mata jaring segi enam dengan sisi. 7,5 cm, anyaman dengan 3 lilitan dan kawat berjalan searah, dan batu disusun padat serta rapi.

4. Pekerjaan Beton
a. Mutu Beton, disesuaikan dengan gambar. b. Pengecoran, tidak boleh dimulai sebelum diijinkan FT, cek dahulu bekesting, penulangan, instalasi yang akan terbenam serta persiapan permukaan. c. Perawatan dan Perlindungan yaitu dengan memercikan air terus menerus atau digenangi dengan air serta menutupnya dengan lapisan penyerap (karung goni, kantung semen) yang selalu dijaga supaya basah secara konstan.

5. Pekerjaan Saluran
Pembuangan saluran pembawa dapat berupa galian atau timbunan (tanggul) atau sebagian galian sebagian timbunan.

6. Lining Saluran
a. Dilaksanakan pada saluran pembawa untuk; b. Menstabilkan talud saluran pada daerah yang mudah longsor. c. Mengurangi rembesan pada daerah saluran timbunan. d. Mempersempit penggunaan tanah saluran. e. Mengurangi biaya pemeliharaan.

7. Pekerjaan Bendung Cerucuk


a. Bahan : kayu / bambu yang baik dan tidak boleh ada sambungan. b. Peralatan : rangka pemancangan c. Pemancangan : cerucuk harus dipasang tegak lurus permukaan tanah dan dipancang sampai kedalaman sesuai gambar desain. d. Pengisian Tubuh Bendung Cerucuk : dapat terdiri dari tanah bebas organik, atau batu kali/Batu pecah.

8. Pekerjaan Pintu Air


a. Bahan : terbuat dari plat baja atau kayu kelas 1 seperti jati tua atau kayu lainnya yang setara. b. Pemasangan : sebelum dipasang cek ukuran dan pengecatan.

PERLINDUNGAN SALURAN

You might also like