You are on page 1of 9

BAB III KONDISI GEOLOGI

3.1. Geologi Regional

3.1.1. Kerangka Tektonik Daerah Kamojang

Tatanan tektonik daerah Kamojang termasuk di dalam kerangka Pulau Jawa yang termasuk dalam sistem tepi benua aktif. Kerangka tektonik Pulau Jawa disusun oleh 3 pola struktur utama, meliputi: (i) arah baratdaya-timurlaut (arah Meratus). (ii) arah utara-selatan (pola Sunda) dan (iii) arah barat-timur (pola Jawa) (Pulunggono dan Martodjojo, 1994 dalam Yudiantoro, 1997).

Namun, di bagian tengah Jawa Barat, arah barat-timur (pola Jawa) berubah menjadi baratlaut-tenggara (mengikuti arah struktur dari Sumatera) yang

diperkirakan berhubungan erat dengan perkembangan tektonik Pulau Sumatera. Pola struktur yang arahnya baratlaut-tenggara (arah Sumatera) mungkin dapat dianggap sebagai produk dari peristiwa subduksi Mesozoik dan Tersier di Sumatera. Sedangkan yang arahnya baratdaya-timurlaut (arah Luh Ulo-Meratus) dapat dikaitkan dengan jalur subduksi Kapur-Paleosen dan yang arahnya barat-timur (pola Jawa) mungkin dapat dihubungkan dengan pengaruh jalur subduksi Tersier dan Kuarter di selatan Jawa (Untung dan Sato, 1978, dalam Asikin, Geologi Struktur Indonesia).

3.2. Fisiografi Daerah Kamojang

Secara umum daerah Kamojang merupakan dataran tinggi dengan relief cukup besar dan kerucut gunung api cukup banyak. Berdasarkan hasil penelitian dapat dibedakan empat satuan geomorfologi. Satuan kawah purba dicirikan dengan tekstur morfologi kasar, aliran sungai berpola dendritik dengan sisi kawah yang membuka ke arah baratlaut. Di dalam kawah purba ditempati satuan kerucut gunung-

20

api generasi kedua berupa Gunung Pogor, Gunung Cakra, Gunung Gandapura dan Gunung Kancing. Satuan ini dicirikan oleh tekstur kasar dan pola aliran dendritik kecuali sekitar Gunung Kancing dicirikan oleh tekstur sedang dan aliran sungai berpola subparalel. Di sebelah baratdaya ditempati oleh satuan kerucut parasit dari kompleks gunungapi purba. Satuan ini ditempati Gunung Sangggar dan Gunung Cibatuipis, dicirikan oleh tekstur morfologi kasar dengan kawah yang membuka ke arah tenggara (Gunung Cibatuipis) dan baratlaut (Gunung Sanggar). Bagian timur ditempati oleh satuan kerucut arah parasit lainnya, terdiri atas Gunung Batususun, Gunung Masigit, Gunung Picung, Gunung Guntur dan Gunung Putri. Satuan kerucut parasit ini dicirikan oleh morfologi bertekstur sedang sampai halus dengan tonjolan sungai yang belum begitu dalam (Gambar 3.1.).

Gambar 3.1. Sketsa geomorfologi daerah Kamojang (H. Permana dan K. Suharyono, 1986).

21

3.3. Stratigrafi Gunungapi

Kawah Kamojang merupakan bagian dari kompleks gunungapi dengan diameter sekitar 15 km (Gambar 3.2.). Kerucut-kerucut muda terbentuk di sisi timur dengan aktivitas bergeser arah tenggara dari Gunung Masigit ke Gunung Guntur (Healy, 1971, op. cit Mahon, 1976). Produk volkanik tua umumnya bersifat andesitan, sedangkan produk volkanik muda bersifat basaltik (Hadian, 1970). Endapan permukaan sekitar kawah Kamojang berupa debu volkanik, lapili dan endapan skoria (Miller, 1982).

Berdasarkan penafsiran citra Landsat yang digambarkan sebagai sketsa geomorfologi dan sebaran produk gunungapi seperti pada gambar 2 dan 3, telah dicoba untuk menyusun urutan stratigrafi seperti pada tabel di bawah ini.

Gambar 3.2. Penyebaran produk gunungapi daerah Kamojang (H.Permana dan K. Suharyono, 1986).

22

Tabel 3.1. Hubungan satuan batuan volkanik (panah mengarah ke satuan lebih tua) menurut (H. Permana dan K. Suharyono, 1986)

1 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 G. Pangkalan Purba G. Cakra G. Gandapura G. Gajah G. Kancing G. Jawa G. Pogor G. Sanggar G. Cibatuipis G. Picung G. Putri G. Leuweungtiis G. Masigit G. Batususun G. Guntur

10

11

12

13

14

15

23

Tabel 3.2. Stratigrafi gunungapi daerah Kamojang berdasarkan hubungan antar satuan (H. Permana dan K. Suharyono, 1986)

Gunung Guntur Muda

Hubungan Guntur (muda) Putri (tua) sebelah selatan Hubungan Guntur (muda) Picung (tua) sebelah utara Cipanas Hubungan Guntur (muda) Leuweungtilis (tua) sebelah utara Guntur Hubungan Guntur (muda) Masigit (tua) sebelah NW Guntur

Gunung Batususun

Hubungan Batususun (muda) Masigit (tua) sebelah selatan Batususun Hubungan Batususun (muda) Leuweungtilis (tua) sebelah timur Batususun

Gunung Masigit

Hubungan Masigit (muda) Leuweungtilis (tua) sebelah NE Masigit Hubungan Masigit (muda) Gajah (tua) sebelah SW Masigit

Gunung Putri Gunung Leuweungtiis

Hubungan Putri (tua) Guntur (muda) lembah selatan Guntur Tidak ada hubungan Putri dengan Masigit, Picung, Leuweungtiis

Tua

Hubungan Leuweungtiis (muda) Picung (tua) lembah sebelah barat Picung Hubungan Leuweungtiis (tua) Masigit (muda) lembah SW Leuweungtiis Hubungan Leuweungtiis (tua) Guntur (muda) lembah selatan Leuweungtiis

Gunung Picung

Hubungan Picung (tua) Guntur (muda) sebelah SW Picung Hubungan Picung (tua) Leuweungtiis (muda) lembah selatan barat Picung

Gunung Jawa Muda

Hubungan Jawa (muda) Pangkalan Purba (tua) lembah sebelah selatan Hubungan Jawa (muda) Pogor (tua) lereng sebelah barat Pogor Hubungan Jawa (muda) Cakra (tua) lereng sebelah barat Laut Jawa

Gunung Cibatuipis

Hubungan Cibatuipis (muda) Sanggar (tua) sebelah NW Cibatuipis Hubungan Cibatuipis (muda) Pangkalan Purba (tua) sebelah utara Tidak ada hubungan Cibatuipis dengn Pogor, Cakra

Tua

Gunung Sanggar

Hubungan Sanggar (muda) Pangkalan Purba (tua) sebelah NE Hubungan Sanggar (tua) Cibatuipis (muda) sebelah SE Sanggar

Gunung Gajah

Hubungan Gajah (muda) Gandapura (tua) sebelah SE Gandapura Hubungan Gajah (tua) - Masigit (muda) sebelah NE Gajah Hubungan Gajah (muda) Pangkalan Purba (tua) sebelah timur

Muda

Gunung Kancing Gunung Gandapura

Hubungan Kancing (muda) - Gandapura (tua) Tidak ada hubungan Kancing dengan gunung yang lain Hubungan Gandapura (muda) Cakra (tua) sebelah barat Gandapura Hubungan Gandapura (tua) Gajah (muda) sebelah selatan Gandapura Hubungan Gandapura (tua) Masigit (muda) sebelah SE Gandapura

Tua

Gunung Cakra Pangkalan Purba

Hubungan Cakra (tua) Pogor (muda) sebelah selatan Hubungan Cakra (tua) Gandapura (muda) sebelah timur Hubungan Pangkalan Purba (tua) daripada Sanggar, Cibatuipis, Guntur, Masigit, Putri

24

Dalam penafsiran urutan stratigrafi metoda yang umum digunakan adalah hukum superposisi (dalam keadaan normal maka batuan yang tua akan tertindih oleh batuan yang lebih muda), serta berdasarkan tingkat erosinya, di mana batuan yang lebih tua mengalami erosi lebih lanjut dibandingkan dengan batuan yang lebih muda.

Untuk kompleks gunungapi, penerapan hukum superposisi tidak selalu berlaku terutama untuk batuan yang posisinya terletak lebih dalam. Hal ini

mengingat bahwa dalam satu kompleks gunungapi dapat terjadi aktivitas yang bersamaan dari satu atau lebih gunungapi dan berakhir pada saat yang berbeda. Namun demikian, penafsiran umur relatif dapat juga dilakukan dengan melihat gejala erosi yang nampak di permukaan.

Berdasarkan satuan produk, sketsa geomorfologi dan genesanya, di daerah Kamojang ada 3 satuan stratigrafi, antara lain : a. Satuan stratigrafi di Pangkalan Purba diperkirakan sebagai satuan yang paling tua, menyebar mulai dari Gunung Jawa sampai Gunung Masigit. b. Satuan kerucut gunungapi generasi kedua yang menempati sisa kawah purba terdiri atas Gunung Pogor, Gunung Cakra, Gunung Gandapura dan Gunung Gajah. c. Satuan stratigrafi kerucut parasit tersebar di sisi timur dan baratdaya gunungapi purba terdiri dari Gunung Picung, Gunung Guntur, Gunung Leuweungtilis, Gunung Putri, Gunung Sanggar dan Gunung Cibatuipis.

Hubungan umur relatif antara kerucut parasit yang satu dengan kerucut parasit lainnya agak sulit ditentukan mengingat dengan adanya hubungan atau kontak langsung antara keduanya (Gambar 3.3.).

25

Gambar 3.3. Peta Daerah Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Kenampakan geologi permukaan di daerah Kamojang, terutama di sekitar Danau Pangkalan, terdiri dari empat formasi (Lemigas, 2001). Urut-urutan formasi tersebut dari tua ke muda adalah sebagai berikut : Formasi Pangkalan, terletak di sebelah barat Danau Pangkalan, membentuk morfologi perbukitan curam, puncak ketinggian 1653 meter di atas permukaan laut. Litologinya adalah lava piroksen andesit. Formasi Gandapura, posisinya lebih muda terhadap Formasi Pangkalan yang terletak di sebelah timur Danau Pangkalan, membentuk morfologi perbukitan yang curam, puncak ketinggiannya lebih dari 1700 meter di atas permukaan laut. Litologinya adalah lava piroksen andesit dan tuf sebagai hasil kegiatan volkanik komplek Gandapura.

26

Formasi Cibatuipis, lebih muda dari formasi Gandapura dan terletak disebelah baratdaya Danau Pangkalan, membentuik morfologi perbukitan curam, puncak ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Litologinya adalah lava hornblende andesit dan tuf sebagai hasil dari kegiatan volkanik komplek Guntur.

Endapan Kuarter atas, merupakan satuan termuda dari keseluruhan satuan batuan yang tersingkap di daerah Danau Pangkalan dan sedikit tersingkap pula di sebelah baratnya pada morfologi dataran. Litologinya adalah kolovium dan debu vulkanik.

3.4. Struktur Geologi Daerah Kamojang Secara umum struktur geologi yang ada di daerah Kamojang dapat dikelompokan menjadi lima macam (Lemigas, 2001), yaitu : Struktur runtuh melingkar (rim) Pangkalan, terletak di bagian barat daerah Kamojang dengan batas strukturnya jelas teramati di bagian barat 570 meter. Struktur-struktur runtuh melingkar juga berkembang pada setiap komplek Gunungapi dalam rangkain pegunungan yang merupakan manifestasi dari evolusi sumbu magma. Struktur-struktur tersebut tampak pada struktur Rakutak yang membentuk kaldera kecil, struktur Ciharus serta struktur Pangkalan yang membentuk graben melingkar dan struktur Guntur yang membentuk kawah. Sesar-sesar berjurus N 060 E, tampak di bagian selatan Danau Pangkalan (memotong daerah Kamojang) dan di bagian utara struktur Pangkalan. Di selatan danau Pangkalan jenisnya berupa sesar-sesar mendatar sinistral yang menggeser struktur rim Pangkalan kira-kira 200 meter. Di antara struktur Pangkalan ada yang berjenis mendatar sinistral dengan intensitas

penggeserannya kecil. Saat ini sesar mendatar tersebut menjadi sesar normal dengan bagian utama relatif turun.

27

Sesar-sesar berjurus N 140 E, dapat di amati dari arah-arah rekahan berjurus N 140 E dan di jumpai di bagian timur daerah Kamojang. Hasil analisa rekahan menyimpulkan sesar ini jenis sesar normal. Di selatan, sesar normal akibat gaya tarikan tersebut membentuk graben juga dapat diamati, tetapi bagian tengahnya berhenti pada sesar-sesar mendatar berjurus N 060 E.

28

You might also like