You are on page 1of 4

farmakologi umum Farmakokinetik Semua thiazide diabsorbsi pada pemberian secara oral, umumnya efek obat tampak setelah

1 jam. Tetapi terdapat perbedaan dalam metabolismenya. Semua thiazide disekresi oleh sistem sekretorik asam organik dan bersaing pada beberapa hal dengan sekresi uric acid oleh sistem tersebut. Sebagai hasilnya, kecepatan sekresi uric acid dapat menurun, dengan diikuti peningkatan kadar uric acid serum. Pada steady state, produksi uric acid tidak dipengaruhi oleh thhiazide. Klorothiazide didistribusikan ke seluruh ruang ekstrasel dan dapat melewati sawar uri, tetapi obat ini hanya ditimbun dalam jaringan ginjal saja. Dengan suatu proses aktif, tiazid diekskresi oleh sel tubuli proksimal ke dalam cairan tubuli. Jadi klirens ginjal obat ini besar sekali, biasanya 3-6 jam sudah diekskresikan dari badan. Klorotiazid dalam badan tidak mengalami perubahan metabolik.

Farmakodinamik Diuretik ini bekerja menghambat simporter Na dan Cl di hulu tubulus distalis. Sistem transpor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na, selanjutnya dipompakan ke luar tubulus dan ditukar melalui kanal klorida. Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi Natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Laju ekskresi Na maksimal yang ditimbulkan oleh tiazid jauh lebih rendah dibandingkan dengan apa yang dicapai oleh beberapa diuretik lain, hal ini disebabakan 905 Na dalam cairan filtrat telah direabsorbsi lebih dulu sebelum mencapai tempat kerja tiazid. Derivat tiazid memperlihatkan efek penghambatan karbonik anhidrasedengan ptensi yang berbedabeda. Zat yang aktif sebagai pengahmbat karbonik anhidrase, dalam dosis yang mencukupi, memperlihatkan efek yang sama seperti asetazolamid dalam eksresi bikarbonat. Agaknya efek penghambatan karbonik anhidrase ini tidak berarti secara klinis. Efek penghambatan enzim karbonik anhidrase diluar ginjal praktis tidak terlihat karena tiazid tidak ditimbun di sel lain. Pada pasien hipertensi, tiazid menurunkan tekanan darah bukan saja karena efek diuretiknya tetap juga karena efek langsung terhadap arteriol sehingga terjadi vasodilatasi.

Interaksi obat Pengunaan indometayid dan NSAID lain dapat mengurangi efek diuretic tiazid karena kedua obat ini menghambat sntess prostaglandin vasodilator di ginjal sehingga menurunkan aliran darah ginjal dan laju filtras glomerulus. Probenezid menghambat sekres tiazid ke dalam lumden tubulus, sehingga efektivitas tiazid berkurang. Penggunaan obat-obat anti aritmia dan digitalis juga dapat meningkatkan risiko hipokalemia pada penderita dgn pengobatan tiazide.

BAB III TOKSISITAS Efek samping tiazid berkaitan dg kadar plasma. Obat ini mulai digunakan sejak tahun 1950 dg doss 200 mg/h. dg tujuan untuk mendapat efek diuress. Akibatnya, do tinhi ini menimbulkan berbagai efek samping. Uji klinik yg lebih br membuktikan bahwa dos yg lebih rendah yaitu 12,jaj mg HCT kebih efektf menurunkan tekanan darah dan mengurangi risko kardiovaskuler. Efek ramping penggunbn diuretik tiazid adalah sebagai berikut. Gangguan elektrolit, meliputi hipokalemia, hipovolemia, hiponatremia, hipokloremia, hipomagnesemia. Hipokalemia mempermudah terjadinya aritmia terutama pada pasien yang mendapat digitalis atau antiaritmia lain. Pemberian diuretik pada pasien sirosis dengan asites perlu dilakukan dgn hati-hati, gangguan pembentukan ion H menyebabkan amoniak tdk dpt diubah menjadi ion amonium dan memasuki darah, ini merupakan sakah satu faktor penyebab terjadinya depresi mental dan koma pada pasien sirosis hepatis. Hiperkalsemia, tendensi hiperkalsemia pada pemberian tiazid jangka panjang merupakan efek samping yang menguntungkan terutama untuk orang tua dengan risiko osteoporosis, karena dpt mengurangi risiko fraktur. Hiperurisemia, diuretik thazid dapat meningkatkan kadar asam urat darah karena efeknya menghambat sekresi dan meningkatkan reabsorbsi asam urat. Efek samping ini perlu menjadi perhatian pada pasien artritis gout karena dapat mencetuskan serangan gout akut. Tiazid menurunkan toleransi glukosa dan mengurangi efektivitas obat hipoglikemik oral. Ada 3 faktor yang menyebabkan hal ini dan telah dapat dibuktikan pada tikus yaitu kurangnya sekresi insulin terhadap peninggian kadar glukosa plasma, meningkatnya glikogenolisis, dan berkurangnya glikogenesis. Penyelidikan klinis menunjukkan bahwa deplesi ion K ikut memegang peranan dalam hal menurunnya tolerans glukosa ini, mungkin sekali melalui penghambatan konvers insulin menjadi insuln. Tiazid dapat menyebabkan peningkatan kolesterol dan trigliserida plasma dgn mekansme yang tdk diketahui. Gangguan fungs seksual kadang-kadang dpt terjad akibat pemakaian diuretic. Mekansme efek sampng ini tdk diketahui dgn jelas.

BAB IV PEMBAHASAN Prevalensi hipertensi pada lanjut usia lebih tinggi dibanding dengan penderita yang lebih muda. Sebagian besar merupakan hipertensi primer dan hipertensi sistolik terisolasi. Diagnosis hipertensi sama dengan orang pada umumnya seperti yang dianjurkan oleh JNC VI dan WHO. Mekanisme hipertensi pada lanjut usia belum sepenuhnya diketahui. Hal yang penting mungkin karena adanya pengakuan pembuluh darah arteri, disamping faktor lainnya seperti penurunan sensitivitas baroreseptor maupun adanya retensi natrium. Penatalaksanaan hipertensi pada lanjut usia, pada prinsipnya tidak berbeda dengan hipertensi pada umumnya; yaitu terdiri dari modifikasi pola hidup dan bila diperlukan dilanjutkan dengan pemberian obat-obat antihipertensi. Obat yang umum digunakan adalah diuretic dengan prinsip dosis awal yang kecil dan ditingkatkan secara perlahan dengan sasaran tekanan darah yang ingin dicapai adalah tekanan darah sistolik kurang dari/sama dengan 140 dan diastolic kurang dari / sama dengan 90 mmHg. Salah satu preparat diuretik yang banyak ditemukan adalah HCT. Diuretik jenis ini bekerja menghambat simporter Na dan Cl di hulu tubulus distalis. Sistem transpor ini dalam keadaan normal berfungsi membawa Na, selanjutnya dipompakan ke luar tubulus dan ditukar melalui kanal klorida. Efek farmakodinamik tiazid yang utama ialah meningkatkan ekskresi Natrium, klorida dan sejumlah air. Efek natriuresis dan kloruresis ini disebabkan oleh penghambatan mekanisme reabsorpsi elektrolit pada hulu tubuli distal. Memang banyak efek samping yang ditemukan pada penggunaan seperti, hipokalemi, hiperkalsemia, hiperurisemia. Namun hal tersebut dapat diatasi dengan pemberian sumplemen K atau pada kasus hipertensi pada penderita usia lanjutbisa dikombinasikan dengan obat anti hipertensi lainnya seperti golongan ACE inhibitor. Penggunaan obat-obatan lain juga perlu diwaspadai karena interaksinya dengan HCT, seperti penggunaan NSAID, obat-obatan anti aritmia dan dgitalis. Penggunaan NSAID dapat mengurangi efek diuretik, sebaliknya digitalis dapat meningkatkan risiko terjadinya hipokalemia.

BAB V RINGKASAN DAN KESIMPULAN HCT merupakan salah satu preparat dari golongan Diuretik yang bisa digunakan untuk terapi medikamentosa pada penderita usia lanjut dengan hipertensi. Penggunaannya yang luas di masyarakat menuntut dokter umum untuk mengetahui farmakodinamik, farmakokinetik, efek samping dan toksisitas obat ini. Sehingga dokter umum mampu memilih HCT sebagai medikamentosa pada pasien bila diperlukan secara tepat. SUMMARY HCT is one of diuretic used for medicinal terapeutic in geriatic with hypertension. The wide using of HCT makes the physician to know the pharmacodynamics, pharmacokinetic, averse effect and toxicity of HCT. So, the physician can choose the right therapy for patient according to the rule of 5 rights. DAFTAR PUSTAKA 1. Tjokroprawiro, Askandar. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya. 2000. Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo. 2. Gan Gunawan, Sulistia. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta. 2007. Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. Katzung, Bertram G. Farmakologi : Dasar dan Klinik Edisi Pertama. Jakarta. 2001. Salemba Medika. 4. Kuswardhani, RA Tuty. Penatalaksanaan Hipertensi pada Usia Lanjut. Denpasar. 2006. Jurnal Penyakit Dalam vol. 7 No 6. RSUD Sanglah, Denpasar. 5. Kaplan, NM. Hypertension in the elderly. London. 1999. Martin Dunitz;. 6. National Institute of Health (2003). JNC 7 Express: The 7th Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.

You might also like