You are on page 1of 3

TANTANGAN PERKEBUNAN KENAF DI INDONESIA A.

KOMODITI KENAF Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L) merupakan tanaman semusim dan dapat tumbuh mulai dari pesisir sampai 1.200 m di atas permukaan laut. Namun ketinggian optimal 0 600 di atas permukaan laut. Kenaf merupakan salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan serat. Kenaf mudah dibudidayakan, biaya produksi rendah, berumur pendek (4 5 bulan), mampu beradaptasi di berbagai lingkungan tumbuh marjinal seperti lahan banjir, podsolik merah kuning, gambut, dan tadah hujan. Di samping itu gangguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman kenaf umumnya sedikit. Kenaf (Hibiscus cannabinus L) sudah lama dibudidayakan di Indonesia dan pada tahun 1986/1987 mencapai luas 26.000 ha yang tersebar di Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Kalimantan Selatan. Kenaf memiliki keunggulan beradaptasi luas pada berbagai kondisi lahan dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap kondisi cekaman abiotik seperti: genangan air, kekeringan, dan pH tanah yang rendah (masam). Kenaf merupakan tanaman hari pendek berumur 100140 hari, dikembangkan dengan benih. Hampir semua bagian tanaman kenaf dapat digunakan untuk bahan baku berbagai industri. Serat tanaman ini dapat dipergunakan untuk bahan baku pulp dan kertas, geotekstil, doortrim, fibre board, drain, karpet, hardboard, dan berbagai perangkat rumah tangga seperti daun pintu, kusen, jendela, particle board, handicraft, dan karung goni, sedang batangnya sebagai bahan baku kertas. Fibre board dari serat kenaf saat ini digunakan sebagai bahan untuk interior mobil seperti langit langit, pintu, dushboard, dll. Selain itu, fibre board juga banyak digunakan pada industri eletronik untuk casing TV, radio, tape, dll. Juga untuk perumahan sebagai pelapis dinding rumah, peredam suara, dll. Geotextile, fibredrain banyak digunakan oleh para kontraktor pada pembangunan bandara, jembatan, pertambangan, dll. Sebagai bahan untuk pencegahan longsornya tanah dan penyerapan air tanah. Daunnya mengandung protein kasar 24%, bijinya mengandung lemak 20% untuk minyak goreng karena banyak mengandung asam lemak tidak jenuh. Sedangkan kayunya dapat diolah menjadi bahan baku partikel board untuk berbagai keperluan seperti furnitur, pintu, jendela, kusen, pelapis dinding rumah. Menurut peneliti senior Balai Penelitian Tanaman Tembakau dan Serat (BALITTAS) Malang, serat kenaf selain mudah dibentuk, juga sangat kuat. Bagian

tanaman kenaf yang dimanfaatkan untuk interior mobil adalah kulit batangnya. Untuk memprosesnya menjadi interior mobil, serat kenaf dicampur dengan larutan fenol, kemudian dipres dengan pemanasan sehingga menjadi lempengan-lempengan pipih mirip tripleks. Lempengan serat inilah yang siap diolah menjadi bahan bagian interior mobil. Selain itu serat kenaf juga banyak digunakan pada industri elektronik untuk casing TV, radio, tape, pelapis dinding untuk peredam suara. Varietas unggul kenaf yang telah dihasilkan Balittas adalah KR 11 untuk lahan bonorowo; KR 14 dan KR 15 untuk lahan podsolik merah kuning (PMK); dan KR 9 dan KR 12 untuk lahan kering. Varietasvarietas tersebut dapat ditanam sembarang waktu karena kurang terpengaruh oleh fotoperiodisitas. Pengembangan kenaf adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Riau, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat. Penggunaan varietas unggul kenaf dapat meningkatkan pendapatan petani hingga 25 35%. Selain itu, tanaman kenaf dapat digunakan untuk memberdayakan lahan kritis, seperti lahan masam (PMK dan gambut). Kenaf dapat ditanam secara tumpang sari dengan jagung lokal atau P7. Penggunaan varietas unggul kenaf di daerah yang berpotensi untuk pengembangan akan menghasilkan produksi 23 ton serat/tahun dan meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp2.000.000,00 per musim.

B. KENDALA BUDIDAYA KENAF Pengembangan tanaman kenaf diprioritaskan pada lahan bonorowo (lahan banjir) yang tidak sesuai untuk tanaman lain pada waktu banjir. Dengan menyempitnya areal bonorowo (akibat dari perbaikan jaringan irigasi), tanaman kenaf mulai dikembangkan pada daerah lahan masam di daerah Kalimantan Timur dan lahan kering di Jawa. Pengembangan tanaman kenaf diprioritaskan pada lahan sawah irigasi terbatas dan lahan podsolik merah kuning (PMK). Kendala yang dihadapi untuk pengembangan komoditas tersebut adalah masih rendahnya produktivitas di tingkat petani, dan sulitnya proses penyeratan. C. PELUANG USAHA KENAF Kenaf memiliki peluang dan prospek bisnis yang sangat cerah, baik dari pemanfaatan serat maupun dari bagian tanaman lainnya (daun, biji, buah muda, kayu). Komoditas ini memiliki kemampuan beradaptasi kuat pada berbagai kondisi lingkungan yang sub-optimum, mudah dibudidayakan, berumur pendek hanya 4 5 bulan, hama

penyakitnya sedikit. Untuk varietas tertentu, apabila iklim mendukung atau ada pengairan dapat ditanam sepanjang tahun dan menghasilkan bahan kering lebih tinggi dibanding kayu pinus per satuan waktu dan luas. Komoditas ini juga berfungsi sebagai penyelamat lingkungan karena kenaf mampu menyerap CO2 lebih banyak dibanding komoditas lainnya. Produk-produk yang sudah banyak dikembangkan industri berbahan baku serat kenaf, seperti : hardboard, doortrim car interior, geotextiles, fibre drain, serta bahan untuk bangunan perumahan (daun pintu dan kusen). Pengembangan kenaf di Indonesia difokuskan di Pulau Kalimantan tepatnya pada Provinsi Kalimantan Timur karena: 1. sangat memenuhi syarat dari segi persyaratan ekologi (tanah dan iklim} 2. tersedia lahan yang sangat luas sehingga tidak mengganggu kebutuhan hidup manusia dari segi pemanfaatannya; 3. memberdayakan lahan-lahan tidur yang luas; 4. ada investor yang bersedia sebagai penampung hasil panen Akhir-akhir ini, para investor industri besar dari negara maju banyak memberikan perhatian pada komoditas kenaf untuk dikembangkan di Indonesia, Malaysia, Thailand atau di Vietnam, terutama investor di bidang otomotif, elektronik, dan pulp/kertas. Untuk menunjang pengembangan kenaf di Kalimantan Timur di butuhkan temu lapang dengan tujuan untuk:
1.

mengenalkan manfaat komoditas kenaf kepada petani, pengusaha/ investor, instansi, dan pemerhati/ peminat lainnya

2. 3.

media diseminasi hasil-hasil penelitian yang dapat diadopsi langsung oleh petani; agar pengetahuan dan wawasan petani untuk mengusahakan komoditas kenaf meningkatkan kesejahteraan petani

4.

sebagai ajang tukar menukar pengalaman dan umpan balik untuk meningkatkan hasil penelitian.

5.

sebagai media kontak bisnis antar peserta temu lapang baik antar pejabat, pengusaha, maupun petani.

You might also like