You are on page 1of 40

BAB I REKAM MEDIS

Nama

: Ny.M

Jenis Kelamin : Perempuan Tempat Lahir : Padang Warga Negara : Indonesia Suku Bangsa : Melayu Pekerjaan : Swasta

Tanggal Lahir/Umur : 18 Agustus 1965 Status Perkawinan Agama Tingkat Pendidikan : Bercerai : Islam : Tamat SMA

Alamat dan nomor telepon keluarga terdekat pasien Dikirim Oleh : Keluarga

Nama Mahasiswa & NIM : Anisah 04108705017

Pratiwi Jayamandiri 04108705076 Tri Budi Santoso 54081001040

Shella Indah Lestari 54081001058 Hersusiad Akbar 54081001074

Dokter Supervisor / yang mengobati : Bangsal Kegiatan : Narkoba/Kelas 1 : MENGETAHUI SUPERVISOR

STATUS PRESENS TANGGAL

: 3 April 2012

STATUS INTERNUS Keadaan Umum Sensorium Pernafasan Status Gizi : CM : 20 x/m : Baik : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K Suhu TD : 36,8oC :130/100 mmHg Nadi : 96 x/m

Turgor : Baik

Sistem Kardiovaskular Sistem Respiratorik Sistem Gastrointestinal Sistem Urogenital Kelainan Khusus

STATUS NEUROLOGIKUS Urat Syaraf Kepala (Panca Indera) Gejala Rangsang Meningeal Gejala Peningkatan Tekanan Intrakranial Mata : - Gerakan - Persepsi Mata - Pupil : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K : Bentuk T.A.K Ukuran T.A.K Refleks Cahaya T.A.K Refleks Konvergensi T.A.K - Refleks Kornea - Pemeriksaan Oftalmoskopi Motorik : - Tonus - Koordinasi - Turgor - Refleks : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K

- Kekuatan Sensibilitas Susunan Syaraf Vegetatif Fungsi Luhur Kelainan Khusus

: T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K : T.A.K

PEMERIKSAAN LABORATORIUM YANG DIPERLUKAN TIDAK DILAKUKAN ____________________________________________________________________ PEMERIKSAAN ELEKTROENSEFALOGRAM (EEG) TIDAK DILAKUKAN

PEMERIKSAAN RADIOLOGI BRAIN COMPUTERIZED TOMOGRAPHY SCANNING (CT-SCAN OTAK) TIDAK DILAKUKAN

STATUS PSIKIATRIKUS

ALLOANAMNESIS (Boleh lebih dari satu sumber) Diperoleh dari Nama Umur : : Nn. VA : 17 tahun

Alamat dan Nomor Telepon : Perumahan Villa Kenali Permai Blok A3 No.5 Jambi Pendidikan Hubungan dengan pasien : Pelajar SMA : Anak kandung

Nama Umur

: Ny. R : 59 tahun

Alamat dan Nomor Telepon : Pendidikan Hubungan dengan pasien : Tamat SMA : Kakak kandung

Sebagai patokan dalam melakukan alloanamnesis, perhatikan petunjuk di bawah ini : Sebab utama membawa pasien ke Rumah Sakit Jiwa Keluhan utama pasien dalam serangan gangguan sekarang (yang didengar oleh keluarga/pemberi alloanamnesis) Riwayat perjalanan penyakit sekarang dan yang sebelumnya Riwayat dan gambaran kepribadian premorbid masa bayi, masa anak-anak, masa remaja, dewasa, dan selanjutnya; gambaran ciri-ciri kepribadian premorbid Riwayat perkembangan organobiologik, penyakit-penyakit yang pernah diderita Riwayat pendidikan, pekerjaan, dan perkawinan Keadaan sosial ekonomi pasien atau orang tuanya Riwayat penyakit-penyakit di dalam keluarga (terutama gangguan jiwa atau penyakit yang ada hubungannya dengan gangguan jiwa)

Sebab Utama: Mengamuk sampai hampir melukai orang lain Keluhan Utama: Riwayat Perjalanan Penyakit:

Pada tahun 2005, penderita mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan perempuan lain. Sejak saat itu, penderita mengalami perubahan perilaku . Penderita menjadi mudah tersinggung, mudah marah dan curiga terhadap orang-orang disekitarnya serta mengamuk tak terkendali. Penderita juga sering mengaku kepada tetangga dan lingkungan sekitar bahwa dia adalah anak terakhir dari Presiden Soeharto. Penderita mengaku sering bermain bersama mbak tutut dan semua anggota keluarga cendana. Oleh karena perubahan perilaku tersebut , penderita di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Jambi dan dirawat kurang lebih selama satu bulan. Selama masa perawatan di RSJD Jambi penderita mendapatkan terapi Electroconvulsive Therapy (ECT) sebanyak satu kali. Penderita dipulangkan dalam keadaan tenang tetapi setelah pulang penderita tidak makan obat dan tidak kontrol sama sekali di RSDJ karena penderita merasa bahwa dirinya tidak sakit. Pada tahun 2008, penderita pergi ke Jakarta untuk menghadiri wisuda anaknya. Suami penderita tidak ikut datang ke wisuda anaknya dan penderita mulai mengalami perubahan perilaku lagi. Saat di Jakarta penderita pergi ke Cendana untuk bertemu mbak tutut (anak Soeharto) tetapi tidak berhasil. Penderita pulang ke Jambi dan mengikuti ilmu kebatinan Budi Suci dan penderita meyakini bahwa dirinya dapat mengobati orang lain hanya dengan media air putih. Penderita mengamuk ketika mencurigai suaminya kembali selingkuh dengan perempuan lain. Penderita dibawa ke RSJD Jambi untuk yang kedua kalinya dan mendapatkan perawatan selama kurang lebih 2 bulan. Selama 2 bulan di RSJD Jambi penderita mendapatkan satu kali ECT dan penderita dipulangkan dengan kondisi tenang. Penderita pernah bercerita pada anaknya bahwa dia malu mengaku sebagai anak Soeharto dan telah bercerita kepada orang lain. Penderita kembali mengulangi untuk tidak makan obat

dan kontrol ke RSJD Jambi karena meyakini bahwa dirinya tidak sakit. Pada tahun 2011, penderita resmi bercerai dengan suaminya. 1 minggu yang lalu, penderita mengalami perubahan perilaku kembali. 1 hari sebelum penderita masuk RSJD Jambi, penderita rajin melakukan ibadah, dia sholat subuh di masjid dekat rumahnya. Penderita ingin melangsingkan tubuhnya dengan cara membersihkan kamar mandi di masjid tersebut. Pada pagi harinya, penderita bercerita kepada anaknya bahwa dia menemukan ikan kecil ajaib di bak kamar mandi masjid dan disimpannya didalam kitab istambul yang dianggapnya adalah kitab suci. Penderita masih bisa makan dan minum tanpa bantuan orang lain. Pada sore harinya, penderita ingin menggunakan motor padahal anaknya sudah janjian untuk menggunakan motor sebelumnya tetapi secara tiba-tiba penderita ingin menggunakan motor dengan alasan ingin menawarkan dagangannya ke rumah teman-temannya. Penderita tiba-tiba marah dan mengamuk sampai membawa kapak dan ingin melukai anaknya. Anaknya terdiam dan lari ke kamar namun penderita masih mengapak pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu berulang kali. Keesokan harinya, penderita dibawa ke RSJD Jambi.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Kejang (-) Riwayat Trauma Capitis (-) Riwayat NAPZA (-), Alkohol (-) Riwayat Demam lama (-) Riwayat Sesak nafas (-) Riwayat Alergi obat (-)

Riwayat Premorbid : Bayi :

lahir normal, cukup bulan, ditolong oleh dukun, tidak ada masalah selama kehamilan dan menyusui

Anak Anak : mudah bergaul, sering bermain keluar sama teman-teman Remaja dan Dewasa: Mudah bergaul, suka berdandan, sering menyanyi di acaraacara tertentu.

Riwayat Keluarga :

Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal.

Riwayat Pendidikan : SD : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata

SMP : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata SMA : tamat, tidak pernah tinggal kelas, nilai rata-rata,

Riwayat Pekerjaan : Pernah bekerja di pabrik di Padang bersama suami. Setelah pindah ke Jambi, penderita bekerja sebagai ibu rumah tangga. 1 bulan yang lalu, penderita mulai berjualan pakaian dan tas ke rumah-rumah.

Riwayat Perkawinan : Menikah, anak 3, kemudian bercerai tahun 2011

Status Ekonomi: Mampu

AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI Selama dilakukan autoanamnesis juga sekaligus dilakukan observasi atas sikap dan tingkah laku pasien (bagaimana ekspresi wajah, sikap dan tingkah laku pasien selama berbicara atau menjawab pertanyaan yang diajukan). Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pemeriksa sudah menguasai kerangka yang terdapat pada IKHTISAR DAN KESIMPULAN AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI, agar pemeriksa dapat menangkap dan mengenal gejala-gejala psikopatologi yang muncul. Selama autoanamnesis berlangsung, gunakan bahasa yang dimengerti oleh pasien dan jawaban pasien sedapat-dapatnya ditulis dalam kata-kata asli dari pasien (secara verbatim). Gejala-gejala psikopatologi yang tidak muncul secara spontan dapat dilakukan wawancara secara terpimpin, namun usahakan tidak bersifat sugestif. Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol, tulislah yang perlu-perlu saja. Cerita pasien yang tidak perlu diberi tanda ........ yang memisahkan antara bagian cerita pasien yang ditulis sebelum dan sesudahnya. Hasil autoanamnesis dan observasi ditulis dalam protokol seperti di bawah ini: Kalimat ucapan ditulis dalam tanda petik ........... dan hasil observasi yang berkaitan ditulis dalam tanda kurung ( ) di belakang kalimat tersebut. Sebelum penulisan protokol tersebut, terlebih dahulu deskripsikanlah keadaan dan penampilan pasien ketika ditemui untuk diajak wawancara.

Wawancara dilakukan satu kali yaitu pada tanggal 3 April 2012 pukul 13.30 wib di bangsal Rehabilitasi NAPZA. Pada saat wawancara penderita dalam keadaan tenang, penampilan penderita bersih, rapi, dan dandanan mencolok. Penderita memakai pakaian berwarna merah. wawancara dilakukan penderita dan pemeriksa duduk bersebelahan, wawancara dilakukan dalam bahasa Indonesia dan Jambi. PEMERIKSA Selamat siang, Bu Ibu, saya dan temanteman mau ngobrolPASIEN Ya, siang (Os menjawab dengan senyuman) INTERPRETASI (PSIKOPATOLOGI)

ngobrol bentar, boleh? Nama ibu siapa?

Tidak kok bu, tadi kami Cuma melengkapi administrasi saja. Iya bu, kalau pun kami mau bertanya, pasti langsung sama ibu. Kan ibu yang paling tahu diri ibu. Ibu tahu nggak ini dimana? kok ibu bisa disini? Oh, iyo ye, terus ngapo ibu dateng kesini?

Boleh, nama aku Mulyani Tadi kakak aku ngomong apa? Dia memang suka bohong dan menganggap aku gila. Kalau mau bertanya sama aku saja langsung Beneran? kamu nggak bohong kan? (nada agak meninggi) Aku tahu ini di Rumah Sakit Jiwa, wong ngomong aku ni gilo dan berbohong , padahal aku kan dak gilo

ekspresi fasial curiga

ekspresi fasial curiga

Orientasi tempat baik Insight buruk

aku lagi nak buko puaso, tiba-tiba aku dibawa kesini oleh satpam, sakit galo ekspresi fasial curiga tangan aku Aku ni difitnah, anak aku vonny samo bapaknyo ni sekongkol nak masukke aku Rumah Sakit Jiwa ini Aku ni dulu jugo pernah dibawa kesini, gara-gara suami aku tu selingkuh, dio tu manager, banyak duitnyo, nak leluasa samo cewek lain. Iyo ye, aku kan mirip Syahrini. Kiro-kiro, aku ni mirip siapo lagi ye? Cak anak pejabat dak? Sssttt, diem-diem ye janji dulu, jangan beritahu siapa-siapa ya, apalagi

Tapi kan ibu dak kalah cantik

Hmm, mirip siapa bu ya..

memberi tahu dia. (sambil menunjuk kakaknya yang ngobrol dengan anaknya) Dia menganggap aku ini bohong. Siapo dia itu bu? Kakak aku (tiba-tiba langsung berdiri dari tempat duduknya) tunggu sebentar ya, aku tunjukkan tas samo kalian. (dia berdiri dan berjalan menuju kamarnya dan datang dengan membawa tasnya yang berwarna merah) Ini tasnya, tas impor ini, suka dipakai artis Aku kan juga artis dari Padang, nanti aku mau ke Jakarta untuk menjadi artis terkenal Ssstt, diam-diam ya, aku ini anak Jendral (dengan volume suara yang kecil) Sumpah? (sambil mengajak berjabat tangan) Aku ini anak Jendral Soeharto Lihat ini (sambil menunjukkan lehernya) aku ni pernah diculik waktu jaman G30 SPKI, ini bekas lukonyo Jingok muko aku mirip mbak tutut kan Iyo, senyum aku kan mirip kan? Orientasi personal baik

Bagus ya bu tasnya

Flight of Idea

Bu, saya penasaran dan tertarik mendengar cerita ibu tadi Ya(berjabat tangan) Beneran bu, apo buktinyo?

Waham kebesaran

Oh, iyo bu ye

Bu, inget dak hari ni tanggal berapo? Kapan ibu masuk sini? Ibu inget dak apo yang ibu lakuke sebelum ibu dibawa kesini? Cubo cerito dulu

Tanggal 3 April lah tahun 2012 (dengan nada mulai meninggi) Semalam oh, aku inget, aku kan abis bersihke kamar mandi di masjid deket rumah, terus ado ikan ajaib, aku simpen ikannyo di dompet dan aku bawa ke rumah untuk menyembuhkan penyakit orang ado yang ngasih tau aku pokoknyo, ado yang ngomong samo aku Rahasia Aku ni emang punyo kekuatan, aku ni biso ngeramal dan baco pikiran wong, nak diramal apo? Tentang cinta, keuangan, atau keberuntungan? katek suaro-suaro aneh, aku ni dak gilo yo sudahla, aku belum sholat, aku nak sholat dulu ye, gek kito sambung lagi

Orientasi waktu baik

Halusinasi visual

Untuk apo ikan itu? Tahu dari mano ibu ikan itu ajaib, biso menyembuhkan orang? siapo bu?

Halusinasi auditorik

Ibu pernah dengar suarasuara aneh?

Okay bu, makasih ya, gek kito ngobrol-ngobrol lagi ye

IKHTISAR DAN KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI (AUTOANAMNESIS DAN OBSERVASI)

KEADAAN UMUM Kesadaran/Sensorium Perhatian Sikap Inisiatif Tingkah Laku Motorik : Compos mentis terganggu : Adekuat : Kooperatif : Ada : Normoaktif

Karangan/Tulisan/Gambaran (bila ada lampirkan) Ekspresi Fasial Verbalisasi Cara Bicara Kontak Psikis : : Curiga, : Jelas : Lancar, - Kontak Fisik - Kontak Mata - Kontak Verbal : Ada, adekuat : Ada, adekuat : Ada, adekuat

KEADAAN KHUSUS (SPESIFIK) Keadaan Afektif : Distimik, iritabel Hidup Emosi Stabilitas : Stabil Dalam-dangkal Adekuat-Inadekuat Skala Diferensiasi Arus Emosi : normal : Adekuat : Normal : Normal

Pengendalian : Terkendali Echt-Unecht : Echt Einfuhlung : Bisa dirabarasakan

Keadaan dan Fungsi Intelek Daya ingat (amnesia, dsb) Daya Konsentrasi Orientasi : Tempat : Cukup : Baik : Baik

Waktu Personal

: Baik : Baik : Sesuai : Terganggu : Terganggu : Sesuai : (-)

Luas Pengetahuan umum dan Sekolah Discriminative Judgement Discriminative Insight Dugaan taraf intelegensi Kemunduran intelektual (demensia, dsb)

Kelainan Sensasi dan Persepsi Ilusi Halusinasi : (-) : Halusinasi visual (+), auditorik (+)

Keadaan Proses Berpikir Psikomotilitas : Cepat

Mutu proses berpikir : baik Arus Pikiran Flight of ideas (+) Sirkumstansial (-) Terhalang (-) Perseverasi (-) Lain-lain Isi Pikiran Pola Sentral (-) Waham Curiga (+) Rasa permusuhan/dendam (+) : Os meyakini keluarganya bekerja sama untuk memasukkan dia ke RSJ Waham Kebesaran (+) : Os meyakini bahwa dirinya adalah seorang anak Presiden Soeharto Fobia (-) Konfabulasi(-) Hipokondria (-) Banyak sedikit isi pikiran (banyak) Inkoherensi (-) Tangensial (-) Terhambat (-) Verbigerasi (-)

Perasaan inferior (-)

Perasaan berdosa/salah(-)

Kecurigaan (belum taraf waham)(-) Lain-lain

Pemilikan Pikiran Obsesi(-) Alienasi(-) Bentuk Pikiran Autistik/dereistik(-) Paralogik(-) Konkritisasi(-) Lain-lain Lain-lain : Simbolik(-) Simetrik(-)

Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan Abulia/Hipobulia(-) Stupor(-) Raptus/Impulsivitas (+) Kegaduhan Umum (-) Deviasi Seksual (-) Ekopraksi (-) Ekolalia (-) Vagabondage(-) Pyromania (-) Mannerisme (-) Autisme(-) Logore(+) Mutisme(-) Lain-lain

Kecemasan (anxiety) yang terlihat secara nyata (overt) (tidak ada, tidak ada)

Reality Testing Ability RTA terganggu alam pikiran, perasaan dan perbuatan

PEMERIKSAAN LAIN-LAIN

Evaluasi psikologik (oleh Psikolog) tanggal : Evaluasi sosial (oleh Ahli Pekerja Sosial) tanggal Evaluasi lain-lain tanggal : -

: -

(Bila ada, hasilnya dilampirkan)

FOLLOW UP Hari Rabu, tanggal 4 April 2012 S: mudah marah, pasien tidak merasa sakit O: Keadaan Afektif : Distimik, iritabel Hidup Emosi Stabilitas : Stabil Dalam-dangkal Adekuat-Inadekuat Skala Diferensiasi Arus Emosi : normal : Adekuat : Normal : Normal

Pengendalian : Terkendali Echt-Unecht : Echt Einfuhlung : Bisa dirabarasakan

Keadaan dan Fungsi Intelek Daya ingat (amnesia, dsb) Daya Konsentrasi Orientasi : Tempat Waktu Personal : Cukup : Baik : Baik : Baik : Baik : Sesuai : Terganggu : Terganggu : Sesuai

Luas Pengetahuan umum dan Sekolah Discriminative Judgement Discriminative Insight Dugaan taraf intelegensi Kelainan Sensasi dan Persepsi Ilusi Halusinasi : (-)

: Halusinasi visual (+), auditorik (+)

Keadaan Proses Berpikir Psikomotilitas : Cepat

Mutu proses berpikir : baik Arus Pikiran Flight of ideas (+) Inkoherensi (-)

Isi Pikiran Pola Sentral (-) Waham Curiga (+) Rasa permusuhan/dendam (+) : Os meyakini keluarganya bekerja sama untuk memasukkan dia ke RSJ dan orang lain membicarakan tentang dirinya. Waham Kebesaran (+) : Os meyakini bahwa dirinya adalah seorang anak Presiden Soeharto

Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan Logore(+)

Reality Testing Ability RTA terganggu alam pikiran, perasaan dan perbuatan

A: DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AKSIS I AKSIS II AKSIS III AKSIS IV AKSIS V

: F.20.03 Skizofrenia Paranoid Episode Berulang : Gambaran kepribadian histrionik : Tidak ada kelainan : Masalah keluarga : GAF Scale 80-71

P:

RESUME

IDENTIFIKASI Mulyani//sudah menikah/islam/tamat SMA/Indonesia/Jambi

STATUS INTERNUS Dalam Batas Normal

STATUS NEUROLOGIKUS Dalam Batas Normal

STATUS PSIKIATRIKUS Sebab Utama: Mengamuk sampai hampir melukai orang lain Keluhan Utama: Riwayat Perjalanan Penyakit: Pada tahun 2005, penderita mengetahui bahwa suaminya selingkuh dengan perempuan lain. Sejak saat itu, penderita mengalami perubahan perilaku . Penderita menjadi mudah tersinggung, mudah marah dan curiga terhadap orang-orang disekitarnya serta mengamuk tak terkendali. Penderita juga sering mengaku kepada tetangga dan likungan sekitar bahwa dia adalah anak terakhir dari Presiden Soeharto. Penderita mengaku sering bermain bersama mbak tutut dan semua anggota keluarga cendana. Oleh karena perubahan perilaku tersebut , penderita di bawa ke Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Jambi dan dirawat kurang lebih selama satu bulan. Selama masa perawatan di RSJD Jambi penderita mendapatkan terapi Electroconvulsive Therapy (ECT) sebanyak satu kali. Penderita dipulangkan dalam keadaan tenang tetapi setelah pulang penderita tidak makan obat dan tidak kontrol sama sekali di RSDJ karena penderita merasa bahwa dirinya tidak sakit. Pada tahun 2008, penderita pergi ke Jakarta untuk menghadiri wisuda anaknya. Suami penderita tidak ikut datang ke wisuda anaknya dan penderita mulai

mengalami perubahan perilaku lagi. Saat di Jakarta penderita pergi ke Cendana untuk bertemu mbak tutut (anak Soeharto) tetapi tidak berhasil. Penderita pulang ke Jambi dan mengikuti ilmu kebatinan Budi Suci dan penderita meyakini bahwa dirinya dapat mengobati orang lain hanya dengan media air putih. Penderita mengamuk ketika mencurigai suaminya kembali selingkuh dengan perempuan lain. Penderita dibawa ke RSJD Jambi untuk yang kedua kalinya dan mendapatkan perawatan selama kurang lebih 2 bulan. Selama 2 bulan di RSJD Jambi penderita mendapatkan satu kali ECT dan penderita dipulangkan dengan kondisi tenang. Penderita kembali mengulangi untuk tidak makan obat dan kontrol ke RSJD Jambi karena meyakini bahwa dirinya tidak sakit. Pada tahun 2011, penderita resmi bercerai dengan suaminya. 1 minggu yang lalu, penderita mengalami perubahan perilaku kembali. 1 hari sebelum penderita masuk RSJD Jambi, penderita rajin melakukan ibadah, dia sholat subuh di masjid dekat rumahnya. Penderita ingin melangsingkan tubuhnya dengan cara membersihkan kamar mandi di masjid tersebut. Pada pagi harinnya, penderita bercerita kepada anaknya bahwa dia menemukan ikan kecil ajaib di bak kamar mandi masjid dan disimpannya didalam kitab istambul yang dianggapnya adalah kitab suci. Pada sore harinya, penderita ingin menggunakan motor padahal anaknnya sudah janjian untuk menggunakan motor sebelumnya tetapi secara tiba-tiba penderita ingin menggunakan motor dengan alasan ingin menawarkan dagangannya kerumah temantemannya. Penderita tiba-tiba marah dan mengamuk sampai membawa kapak dan ingin melukai anaknya. Anaknya terdiam dan lari ke kamar namun penderita masih mengapak pintu kamar mandi yang terbuat dari kayu berulang kali. Keesokan harinya, penderita dibawa ke RSJD Jambi.

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Kejang (-) Riwayat Trauma Capitis (-) Riwayat NAPZA (-), Alkohol (-)

Riwayat Demam lama (-) Riwayat Sesak nafas (-) Riwayat Alergi obat (-) Kesadaran/Sensorium Perhatian Ekspresi Fasia Kontak Psikis Afektif Hidup Emosi : CM Terganggu : adekuat : Curiga : Ada, tidak adekuat : Sesuai, Dystimik : Labil, Terkendali, Echt, Bisa dirabarasakan, Cepat, Adekuat Keadaan dan Fungsi Intelek Daya Konsentrasi Orientasi Discriminative Judgement Discriminative Insight Kelainan Sensasi dan Persepsi Halusinasi Visual (+) ada ikan ajaib yang bisa mengobati orang lain. Halusinasi Audiotorik (+) suara orang yang mengatakan ikan yang dia lihat adalah ikan ajaib dan mempunyai kekuatan bisa mengobati orang lain. Keadaan Proses Berpikir Waham Curiga (+) : os merasa keluarganya bekerjasama untuk memasukkan dia ke RSJ dan semua orang selalu membicarakan tentang dirinya. Rasa permusuhan/dendam (+) Keadaan Dorongan Instinktual dan Perbuatan Logore(+) Reality Testing Ability RTA terganggu alam pikiran, perasaan dan perbuatan : baik : Baik : Terganggu : Terganggu

FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I Dari autoanamnesis didapatkan bahwa terdapat gejala waham kebesaran, yaitu mengaku sebagai seorang anak Presiden Soeharto, dia anggota keluarga cendana dan merasa dirinya adalah seorang artis terkenal. Penderita juga disertai halusinasi auditorik, berupa suara-suara orang yang sering mengatakan dia anak Soeharto dan halusinasi visual, berupa penampakan ikan ajaib dan merasa ada orang yang member tahu bahwa ikan tersebut ada kekuatan dapat menyembuhkan penyakit orang lain. Sedangkan untuk tipe skizophrenia, dilihat dari gejala yang tampak, yaitu halusinasi auditorik dan visual, maka diagnosis skizophrenia tipe paranoid dapat ditegakkan. Aksis II Dari autoanamnesis, penderita bercerita bahwa penderita adalah seorang yang pandai bergaul dan memiliki banyak teman. Dari Alloanamnesis, penderita suka berdandan yang mencolok, suka tampil menyanyi dimana ia menjadi pusat perhatian, dan sangat percaya diri. Hal ini menunjukkan gambaran kepribadian histrionik. Aksis III Penderita tidak pernah menderita penyakit berat dan tidak dijumpai kelainan organobiologis, sehingga aksis III tidak ada diagnosis Aksis IV Dari autonamnesis yang dilakukan, tampak penderita menceritakan suaminya yang selalu selingkuh dengan perempuan lain. Maka untuk aksis IV stressornya adalah masalah permasalahan dalam keluarga. Aksis V Dari alloanamnesis didapatkan bahwa penderita masih dapat melakukan aktivitas seperti biasa, disabilitas ringan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga GAF scale pada saat MRS adalah 80-71 GAF scale tertinggi 80-71 GAF scale follow up 80-71

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

AKSIS I AKSIS II AKSIS III AKSIS IV AKSIS V

: F.20.03 Skizofrenia Paranoid Episode Berulang : Gambaran kepribadian histrionik : Tidak ada kelainan : Masalah keluarga : GAF Scale 80-71

DIAGNOSIS DIFERENSIAL

TERAPI Hospitalisasi Ulangan Risperidon

PROGNOSIS

Dubia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gangguan jiwa skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang berat dan gawat yang dapat dialami manusia sejak muda dan dapat berlanjut menjadi kronis dan lebih gawat ketika muncul pada lanjut usia (lansia) karena menyangkut perubahan pada segi fisik, psikologis dan sosial-budaya. Prevalensi skizofrenia pada lansia angka sekitar 1% dari kelompok lanjut usia (Dep.Kes.1992). Skizofrenia menurut Eugen Bleuler adalah suatu keadaan yang menandakan adanya perpecahan (schism) antara pikiran, emosi, dan perilaku pada pasien yang terkena (Kaplan dan Saddock. Alih bahasa Dr. Widjaja Kusuma. Jilid I. 1997:686). Sedangkan definisi lain dari skizofernia merupakan suatu prikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita sebab musabab dan patogenesanya sangat kurang (W.E.Maramis. 1998;215). Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa skizofrenia adalah gangguan jiwa seseorang yang menandakan adanya perpecahan pikiran, emosi dan perilaku yang menimbulkan perilaku psikotik, berpikir konkret, kesulitan berkomunikasi, pemecahan masalah dan tidak mampu menilai realitas.

Di Amerika Serikat prevalensi skizofrenia seumur hidup dilaporkan secara bervariasi terentang dari 1 sampai 1,5 %; konsisten dengan rentang tersebut, penelitian Epidemiological Catchment Area (ECA) yang disponsori oleh National Institute of Mental Health (NIMH) melaporkan prevalensi seumur hidup sebesar 1,3%. Skizofrenia tidak terdistribusi secara rata di geografis seluruh Amerika Serikat atau di seluruh bagian dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi daripada daerah lainnya.

Penegakkan

diagnosis

untuk

gangguan

kejiwaan

pada

PPDGJ

III

dilambangkan dengan huruf F sedangkan kode untuk skizofrenia sendiri adalah F 20.xx. Skizofrenia diklasifikasikan sebagai berikut : F 20.0 Skizofrenia paranoid F 20.1 Skizofrenia hebefrenik F20.2 Skizofrenia katatonik F 20.3 Skizofrenia tak terinci F 20.4 Depresi pasca skizofrenia F 20.5 Skizofrenia residual F 20.6 Skizofrenia simpleks F 20.8 Skizofrenia lainnya F 20.9 Skizofrenia YTT (yang tidak teridentifikasi)

F 20.0 Skizofrenia paranoid Jenis skizofrenia yang paling banyak dijumpai Didominasi oleh waham yang relatif stabil, biasanya disertai halusinasi, dan gangguan persepsi. Gangguan afektif, dorongan kehendak (volition), serta gejala katatonik tidak menonjol. Contoh gejala paranoid yang umum: - waham kejaran, merasa diri istimewa, waham cemburu. - suara halusinansi yang mengancam atau memberi perintah, atau halusinansi auditoril tanpa bentuk verbal, berupa whistling, humming, laughing.

F 20.1 Skizofrenia hebefrenik Perubahan afektif yang jelas, secara umum juga dijumpai waham atau halusinasi yang terputus-putus, perilaku yang tak dapat diramalkan dan tak bertanggung jawab.

Mood pasien dangkal dan tak wajar. Pembicaraan tak menentu, proses pikir disorganisasi,. Kecenderungan menyendiri, perilaku tampak tanpa tujuan dan perasaan. Gangguan afektif, dorongan kehendak, gangguan proses pikir umumnya menonjol. Halusinasi atau waham mungkin ada tapi kurang menonjol. hampa

F 20.2 Skizofrenia Katatonik Gejala yang umumnya dijumpai antara lain: Stupor atau mutisme Kegelisahan (aktivitas motor tak bertujuan) Berpose (mempertahankan sikap tubuh yg tak wajar) Negativisme (perlawanan terhadap instruksi) Rigiditas ( mempertahankan sikap tubuh dan melawan upaya utk menggerakkannya) Waxy flexibility Otomatisme terhadap perintah, preservasi kata atau kalimat.

F 20.3 Skizofrenia tak Terinci (undifferentiated) Kategori yang termasuk: Memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau katatonik Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.

F 20.4 Depresi Pasca Skizofrenia

Suatu episode depresif yg mungkin berlangsung lama dan timbul sesudah skizofrenia. Pedoman diagnosik: Pasien telah menderita skizofrenia yg memenuhi kriteria umum skizofrenia selama 12 bulan terakhir. Beberapa gejala skizofrenik masih ada

- Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi kriteria untuk suatu episode depresif dan telah ada sedikitnya 2 minggu.

F 20.5 Skizofrenia Residual Pedoman diagnostik: Gejala negatif lebih menonjol. Ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang memenuhi kriteria diagnostik untuk skizofrenia Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun di mana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah berkurang dan telah timbul sindrom negatif skizofrenia. Tidak terdapat demensia atau ggn otak organik lain, depresi kronis.

F 20.6 Skizofrenia Simpleks Perkembangan perlahan namun progresif mengenai keanehan tingkah laku, ketidakmampuan memenuhi tuntutan masyarakat dan penurunan kinerja menyeluruh. Tidak terdapat waham dan halusinasi. Bersamaan dengan bertambahnya kemunduran sosial, pasien dapat

berkembang menjadi gelandangan, pendiam, pemalas, tanpa tujuan.

F 20.8 Skizofrenia lainnya

Termasuk skizofrenia senestopati Gangguan skizofreniform ytt

Tidak termasuk gangguan lir-skizofrenia akut skizofrenia siklik skizofrenia laten

Epidemiologi Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulitdilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasilmenunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yangsempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofreniadi Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipeskizofrenia. Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkinmemiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia laki-laki. Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis, prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi daridaerah lainnya.

Etiologi Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungandapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuhketegangan). Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknyaaktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yangmeningkatkan aktivitas dopaminergik (seperti amfetamin) merupakan salah satu psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasikedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimanahiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapadata elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik dari mungkin meningkatkankecepatan panjang dengan

pembakarannya

sebagai

respon

pemaparan

jangka

obatantipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofreniamungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik. Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu: 1. Mesolimbik dopamin pathways : merupakan hipotesis terjadinya gejala positif pada penderita skizofrenia. Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan seldopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang

otak kemudian kenukleus akumbens di daerah limbik. Jalur ini berperan penting pada emosional, perilakukhususnya halusinasi pendengaran, waham dan gangguan pikiran. Antipsikotik bekerjamelalui blokade reseptor dopamin ksususnya reseptor dopamin D2. Hipotesis hiperaktif mesolimbik

dopamin pathways menyebabkan gejala positif meningkat. 2. Mesokortikal dopamin pathways : jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebralkorteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal

dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejalanegatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikalterutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin dimesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunansekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapatmemperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif. 3. Nigostriatal dopamin pathways : berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinsonyaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea,diskinesia atau tik. 4. Tuberoinfundibular dopamin pathways : jalur ini dimulai dari daerah hipotalamus kehipofisis anterior. Dalam keadaan normal tuberoinfundibular dopamin pathways mempengaruhi oleh inhibisi dan penglepasan aktif prolaktin, dimana dopamin berfungsi melepaskan inhibitor pelepasan prolaktin. Sehingga jika ada gangguan dari jalur iniakibat lesi atau penggunaan obat antipsikotik, maka akan terjadi peningkatan prolaktin yang dilepas sehingga menimbulkan galaktorea, amenorea atau disfungsi seksual.

Selain dopamin, neurotransmiter lainnya juga tidak ketinggalan diteliti mengenaihubungannya dengan skizofrenia. Serotonin contohnya, karena obat antipsikotik atipikalmempunyai aktivitas dengan serotonin. Selain itu, beberapa peneliti melaporkan pemberianantipsikotik jangka panjang menurunkan aktivitas noradrenergik.

Gejala dan Diagnosis Gejala dari skizofrenia paranoid berupa gejala positif dan negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yangmenumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata,modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. Gejala waham dan halusinasi dapat muncul dan terutama waham curiganya. Terlebih dahulu akan dibahas mengenai penegakan diagnosa skizofrenia. Adapun menurut DSM-IV sebagai berikut: o Gejala Karakteristik: dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan untuk bagianwaktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang jika diobati dengan berhasil): 1. Waham 2. Halusinasi 3. Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau

inkoherensi) 4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas 5. Gejala negatif yaitu pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan (avolition)Catatan: Hanya satu gejala kriteria A yang diperlukan jika waham adalah kacau atauhalusinasi terdiri dari suara yang terusmenerus mengomentari perilaku atau pikiran pasien atau dua lebih suara yang saling bercakap-cakap satu sama lainnya.

o Disfungsi sosial/pekerjaan: untuk bagian waktu yang bermakna sejak onset gangguan,satu atau lebih fungsi utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatandiri, adalah jelas di bawah tingkat yang dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masaanak-anak atau remaja, kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal,akademik, atau pekerjaan yang diharapkan). o Durasi: tanda gangguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6 bulan. Pada 6 bulan tersebut, harus termasuk 1 bulan fase aktif (yang memperlihatkan gejala kriteria A)dan mungkin termasuk gejala prodormal atau residual. o Penyingkiran gangguan skizoafektif atau gangguan mood: gangguan skizoafektif ataugangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan karena: (1) tidak ada episodedepresif berat, manik atau campuran yang telah terjadi bersama-sama gejala fase aktif atau (2) jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya relatif singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual. o Penyingkiran zat/kondisi medis umum o Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif

Sedangkan menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) diIndonesia yang ke-III sebagai berikut: o Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala ataulebih bila gejala-gejala itu kurang jelas): 1. - thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalamkepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya berbeda - thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya(withdrawal ); dan

- thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umummengetahuinya; 2. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatantertentu dari luar, atau - delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatantertentu dari luar - delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadapsuatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakantubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus); - delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangatkhas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat 3. Halusinasi auditorik: - Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atau - Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara) atau - Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien) 4. Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa

Perjalanan Gangguan dan Prognosis Skizofrenia

Perjalanan berkembangnya skizofrenia sangatlah beragam pada setiap kasus. Namun, secara umum melewati tiga fase utama, yaitu (Prabowo, 2007) :

1. Fase prodromal Fase prodromal ditandai dengan deteriorasi yang jelas dalam fungsi kehidupan, sebelum fase aktif gejala gangguan, dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau akibat gangguan penggunaan zat, serta mencakup paling sedikit dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia. Awal munculnya skizofrenia dapat terjadi setelah melewati suatu periode yang sangat panjang, yaitu ketika seorang individu mulai menarik diri secara sosial dari lingkungannya (Prabowo, 2007). Individu yang mengalami minggu fase prodromal dapat

berlangsung selama

beberapa

hingga

bertahun-tahun,

sebelum gejala lain yang memenuhi kriteria untuk menegakkan diagnosis skizorenia muncul. Individu dengan fase prodromal singkat, perkembangan gejala gangguannya lebih jelas terlihat daripada

individu yang mengalami fase prodromal panjang (Prabowo, 2007).

2. Fase Aktif Gejala Fase aktif gejala ditandai dengan munculnya gejala-gejala skizofrenia secara jelas. Sebagian besar penderita gangguan

skizofrenia memiliki kelainan pada kemampuannya untuk melihat realitas dan kesulitan dalam mencapai insight. Sebagai akibatnya episode psikosis dapat ditandai oleh adanya kesenjangan yang semakin besar antara individu dengan lingkungan sosialnya (Prabowo, 2007).

3. Fase Residual Fase residual terjadi setelah fase aktif gejala paling sedikit terdapat dua gejala dari kriteria A pada kriteria diagnosis skizofrenia yang bersifat mentap dan tidak disebabkan oleh gangguan afek atau gangguan penggunaan zat. Dalam perjalanan gangguannya,

beberapa pasien skizofrenia mengalami kekambuhan hingga lebih dari lima kali. Oleh karena itu, tantangan terapi saat ini adalah untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kekambuhan. Penegakan prognosis dapat menghasilkan dua kemungkinan, yaitu prognosis positif apabila didukung oleh beberapa aspek berikut, seperti: onset terjadi pada usia yang lebih lanjut, faktor pencetusnya jelas, adanya kehidupan yang relatif baik sebelum terjadinya

gangguan dalam bidang sosial,

pekerjaan,

dan seksual, fase

prodromal terjadi secara singkat, munculnya gejala gangguan mood, adanya gejala positif, sudah menikah, dan adanya sistem pendukung yang baik (Kaplan & Sadock, 2004) Sedangkan prognosis negatif, dapat ditegakkan apabila

muncul beberapa keadaan seperti berikut: onset gangguan lebih awal, faktor pencetus tidak jelas, riwayat kehidupan sebelum terjadinya gangguan kurang baik, fase prodromal terjadi cukup lama, adanya perilaku yang autistik, melakukan penarikan diri, statusnya lajang, bercerai, atau pasangannya telah meninggal, adanya riwayat keluarga yang mengidap skizofrenia, munculnya gejala negatif, sering kambuh secara berulang, dan tidak adanya sistem pendukung yang baik (Kaplan & Sadock, 2004). Menurut Sirait (2008) skizofrenia merupakan gangguan yang bersifat kronis, berangsur-angsur menjadi semakin menarik diri dan tidak berfungsi selama bertahun-tahun. Beberapa penelitian menemukan lebih dari periode waktu 5 sampai 10 tahun setelah perawatan pertama kali di rumah sakit, hanya 10 sampai 20%

memiliki hasil yang baik. Lebih dari 50% memiliki hasil buruk. Seorang caregiver maupun anggota keluarga lainnya berperan penting selama pasien berada pada fase aktif maupun fase residual. Hal ini disebabkan karena setelah pasien selesai dengan

perawatan di rumah sakit,

terapi

akan

tetap

dilanjutkan

di

lingkungan rumah, oleh karena itu, kesuksesan pengobatan serta kekambuhan pasien akan ditentukan oleh caregiver selain faktorfaktor lain yang turut mempengaruhi kesuksesan pengobatan

tersebut.

Kambuh Kambuh merupakan kondisi dimana pasien kembali menunjukkan gejalagejala skizofrenia setelah remisi dari rumah sakit. Penderita mengalami kambuh diikuti oleh perburukan sosial lebih lanjut pada fungsi dasar pasien (Kaplan & Sadock, 2004).

Diagnosa Banding Skizofrenia residual merupakan salah satu diagnosa banding dari skizofrenia paranoid.PPDGJ-III memberikan pedoman diagnostik untuk skizofrenia residual yakni harusmemenuhi semua kriteria dibawah ini untuk suatu diagnosis yang meyakinkan:. o Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotorik,aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan inisiatif, kemiskinandalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang buruk seperti dalamekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerjasosial yang buruk. o Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhikriteria untuk diagnosis skizofrenik o Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensigejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dantelah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.

Pengobatan Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Padaskizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yangdisarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP). Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupunnegatif. Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yangmenonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secarakuantitatif karena efek samping neurologis

ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang rendah. Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonisyang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidalsangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkanhipotensi ortostatik dan sedatif. Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis denganinsiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia. Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkankemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasiinterpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.

Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dariterapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasiyang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahasdi dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya. Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas. Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalamkehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkanrasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia. Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami pasien adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yangdiinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yangterlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harusdimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalamkonteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungankerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapatdipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaantentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikapterapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati merekasebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.

Prognosis Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel 2.1

____________________________________________________________________ Prognosis Baik Prognosis Buruk

____________________________________________________________________ Onset lambat Faktor pencetus yang jelas Onset akut Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang baik Onset muda Tidak ada faktor pencetus Onset tidak jelas Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan pramorbid yang buruk

Gejala gangguan mood (terutama gangguan Perilaku menarik diri, autistik depresif) Gejala positif Riwayat keluarga gangguan mood Sistem pendukung yang baik Gejala negatif Riwayat keluarga skizofrenia Sistem pendukung yang buruk Tanda dan gejala neurologis Riwayat trauma prenatal Tidak ada remisi dalam 3 tahun Banyak relaps Riwayat penyerangan ____________________________________________________________________

Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian orangyang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis

dan penyakit menular lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematiandi negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telahmuncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada orang dengangangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebihtinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk gangguankardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses perawatan kesehatan atau efek samping obat antipsikotik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT, Schizophrenia : introduction and overview, in: Kaplan and Sadock comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: lippincott Williams and wilkins :2000: 1096-1109. 2. Maslim R, skizofrenla, gangguan skizotipal dan gangguan waham, dalam PPDGJ III, Jakarta, 1998 :46-57. 3. Kaplan, Hl, Sadock BJ, Grebb JA, Skizofrenia, dalam : Sinopsis psikiatri, ed 7, vol 1, 1997 : 685-729. 4. Kendler KS, Schizophrenia : Genetics, in : Kaplan and Sadock Comprehensive textbook of psychiatry, 7th ed, Philadelphia: Lippincott Williams and wilkins, 2000: 1147-1169 5. Maramis WF, Skizofrenia, dalam : Catatan ilmu kedokteran jiwa, ed 7, Surabaya, 1998 :215-235. 6. Sinaga BR, Skizofrenia dan Diagnosis banding, Jakarta 2007:12-137. 7. Surilena, lntervensi psikososial dalam manajemen skizofrenia, dalam : majalah psikiatri, Jakarta 2005 :69-83.

You might also like