You are on page 1of 7

LAPORAN PRAKTIKUM SEDIAAN FARMASI DAN TERAPI UMUM

TETES MATA

Dosen: Dr. Hj. Ietje Wientarsih MSc., Apt. Rini Madyastuti Purwo MSi., Apt. Lina Noviyanti Sutardi MSi., Apt.

Disusun oleh:
Kelompok 7

Irena Titin Kartika Keisya Faradilla

B04080063 B04080090

LABORATORIUM FARMASI DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

TINJAUAN PUSTAKA Obat mata pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga macam, diantaranya: Obat cuci mata (collyria), Obat tetes mata (guttae opthalmicae) dan Salep mata. Bahan-bahan yang digunakan sebagai obat mata biasanya merupakan bahan-bahan yang bersifat antiseptika (memusnahkan bakteri pada selaput lendir mata), misalnya asam borat, protargol, kloramfenikol, basitrasin; dan bahan yang bersifat adstringensia (mengerucutkan selaput lendir mata), misalnya Seng Sulfat. Dalam pembuatan obat mata perlu diperhatikan kebersihan, kejernihan, kestabilan pH dan tekanan osmose yang sama dengan tekanan darah dan untuk sediaan obat tetes mata harus melalui proses sterilisasi. Obat tetes mata (guttae opthalmicae)adalah obat mata yang penggunaannya diteteskan menggunakan pipet penetes. Terdapat banyak obat tetes mata dalam bentuk paten yang beredar di pasaran, seperti obat tetes mata dengan merek dagang Insto dan Indofrin. Namun contoh obat tetes mata paten yang dibubuhi peringatan hanya dapat dibeli dengan resep dokter tidak dapat digunakan sembarangan, karena mengandung zat yang hanya dipakai bila benar-benar diperlukan. Obat tetes mata yang demikian ini digunakan pada penyakit konjungtivitis akut, kronis, glaucoma, infeksi bakteri gram positif maupun gram negative, ricketsia, maupun infeksi virus (Widjajanti V N 1988).

Asam Borat Asam borat telah digunakan ribuan tahun oleh bangsa Cina dan Timur Tengah. Di kedua daerah ini, asam borat sampai sekarang masih digunakan sebagai pengawet makanan, pembersih dan antiseptic. Bangsa Arab juga menggunakan boraks dalam tahap akhir pembuatan emas dan perak. Pembuatan asam borat pertama dilakukan oleh Wilhelm Homberg (1702) yang mencamburkan boraks dan asam mineral dalam air. Air yang diuapkan meninggalkan Kristal asam borat yang disebut Hombergs Salt. Peneliti dari Eropa kemudian menemukan campuran ini memiliki daya antiseptic dan dapat digunakan sebagai pencuci mata (boorwater). Saat ini, asam borat digunakan sebagai antiseptic ringan yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan tubuh. Umumnya digunakan sebagai cairan soft lens, disinfeksi mata, obat-obatan vagina, bedak bayi, preparat anti penuaan dan sediaan eksternal lainnya. Asam borat (boracic acid) juga dikenal sebagai orthoboric acid merupakan senyawa yang secara alami mengandung Boron, Oksigen, dan Hydrogen. Di alam Boron tidak bisa ditemukan

dalam bentuk murni, biasanya Boron dikombinasikan dengan unsure-unsur lainnya, seperti Natrium untuk membuat garam. Kristal Asam Borat berwarna putih, tidak berbau, dan hamper tidak berasa. Secara kasat mata Kristal Asam Borat terlihat seperti garam dapur, baik dalam bentuk butiran maupun serbuk (Anonim 2008). Asam Borat pada konsentrasi jenuh (k.l 3%) berkhasiat sebagai bakteriostatis lemah. Sebagai obat cuci mata sebaiknya konsentrasi yang digunakan adalah 2% (kurang merangsang dibandingkan konsentrasi 3%), ditambah benzalkoniumklorida 0,01% sebagai pengawet (Tjay & Rahardja 2007). Zinc Sulfat Zinc Sulfat adalah senyawa anorganik dengan rumus ZnSO4 yang berbentuk padat, tidak berwarna, yang merupakan sumber umum dari ion larutan seng (Rohe MM 2005). Ketika dipanaskan lebih dari 680oC Zinc Sulfat akan terdekomposisi menjadi gas belerang dioksida dan asam Zinc Oksida, dan kedua gas ini berbahaya. Di dalam tubuh asam borat sebagai pelengkap bagian enzim yang berguna pada proses metabolisme protein dan karbohidrat, penyembuhan, dan mempertahankan perumbuhan normal. Pada bahan obat, zinc sulfat berfungsi sebagai adstringensia. NaCl Natrium klorida juga dikenal dengan garam dapur atau halid, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organism multiseluler. Sebagai komponen utama pada garam dapur, Natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan (Anonim 2012). NaCl merupakan bahan tambahan yang berguna sebagai pengatur tonisitas larutan. Cairan mata isotonic dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama denganlarutan NaCl 0,9%. Isotonisitas larutan harus dalam toleransi normal untuk mencegah iritasi mata, konsekuensi karena hipotonis, atau lisis sel-sel jaringan mata (Wade & Weller 1994).

PROSEDUR Peralatan yang digunakan pada praktikum ini adalah timbangan, anak timbangan, batu penara, sendok tanduk, batang pengaduk, pipet tetes, kertas perkamen, gelas ukur, gelas Beker, kaca arloji dan botol plastik.

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah Asam Borat, Zinc Sulfat, NaCl dan Aquades.

Metode Terlebih dahulu timbangan dikalibrasi dan dialasi kertas perkamen, kemudian seluruh bahan ditimbang dengan jumlah yang dibutuhkan. Dibutuhkan sebanyak 0,200 gram Kristal Asam Borat; 0,250 gram Zinc Sulfat dan 0,145 gram Kristal NaCl. Seluruh bahan ditempatkan di atas kertas perkamen. Tahapan awal pembuatan sediaan tetes mata dilakukan dengan menandai botol plastik dengan akuades sebanyak 25 ml. Setelah itu Asam borat dilarutkan dalam 10 ml akuades menggunakan gelas piala dan batang pengaduk. Lalu menggunakan gelas piala lain Zinc Sulfat dilarutkan dalam 5 ml akuades, setelah larut kemudian larutan Zinc Sulfat dimasukkan dalam gelas piala yang berisi larutan asam borat, kemudian dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml. kemudian NaCl dilarutkan dalam 10 ml akuades, lalu dimasukkan dalam gelas ukur 100 ml. Kemudian ke dalam gelas ukur 100 ml tersebut ditambahkan akuades sampai 30 ml. Selanjutnya larutan tersebut disaring menggunakan kertas saring, 2-3 ml filtrate pertama digunakan untuk membilas botol plastic yang akan digunakan sebagai kemasan. Lalu itu penyaringan dilanjutkan dan ditampung dalam gelas piala. Setelah selesai, gelas piala yang menampung filtrate ditutup menggunakan kaca arloji yang bersih dan dimasukkan ke autoklaf selama 15 menit untuk disterilisasi. Kemudian larutan tetes mata dimasukkan dalam botol plastic dan dibubuhkan etiket berwarna biru.

HASIL (Foto)

PEMBAHASAN Keterangan resep yang diberikan dalam praktikum ini kurang lengkap, yaitu tidak adanya nomor telepon dokter hewan, tanggal pembuatan surat, paraf dokter hewan dan data berat badan/ umur pasien. Data ini penting diketahui untuk menghindari kesalahan peracikan dan perbedaan persepsi antara dokter hewan dan apoteker. Sediaan yang dibuat adalah sediaan tetes mata yang tidak mengandung obat bius, obat keras dan obat tidak terbagi. Sediaan ini menggunakan Asam Borat sebagai bahan aktif,

sedangkan Zinc Sulfat dan NaCl digunakan sebagai bahan pembawa yang menjaga tonisitas sediaan tetes mata yang dibuat. Perintah pembuatan tetes mata dalam resep ini adalah misce fac solution isotonis yang berarti campur dan buatlah larutan isotonis. Dengan instruksi pemberian signa ter de die guttae duo occulis dexter et sinister, yaitu teteskan tiga kali sehari, masing-masing dua tetes pada mata kanan dan kiri.

Tetes Mata merupakan salah satu sediaan steril yang memiliki syarat isotonis agar aman digunakan pada mata. sediaan tetes mata yang dibuat menggunakan Asam Borat dan Zinc Sulfat sebagai bahan aktif. Dari haril perhitungan tonisitas, yaitu menggunakan rumus . Nilai B adalah nilai berat gram zat yang ditambahkan dalam 100

ml air, nilai b1 merupakan nilai penurunan titik beku air yang disebabkan oleh 1% b/v zat berkhasiat, C adalah kadar zat berkhasiat dalam % b/v = g/100ml, dan 0,52 sebagai ekuivalen klorida dari asam borat.

Untuk 30 ml larutan, NaCl yang dibutuhkan:

Hasil positif menunjukkan larutan tetes mata merupakan larutan hipotonis, dan harus ditambahkan NaCl sebanyak 0,145 gram untuk 30 ml larutan. Larutan disebut hipotonis bila tekanan osmosisnya lebih rendah daripada cairan tubuh atau 0,9% larutan natrium klorida. Bila ditambahkan ke dalam tubuh, cairan ekstrasel akan ditarik ke intrasel sehingga menyebabkan hemolisis sel darah merah atau lintasan air dari tempat pemakaian obat mata melalui jaringan pada mata. Oleh karena itu, natrium klorida perlu ditambahkan untuk membuat keadaan isotonis di dalam tubuh. Sediaan yang dibuat pada praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, yaitu banyak terdapat partikel yang seharusnya tidak boleh ada pada sediaan. Hal ini terjadi karena proses pemindahan dan pencampuran larutan menggunakan wadah yang tidak terjamin kebersihannya.

Kemasan yang digunakan adalah botol plastic dengan lubang kecil di bagian ujungnya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan aplikasi obat. Etiket yang digunakan pada sediaan ini adalah etiket yang berwarna biru, untuk pemakaian obat luar tanpa etiket tambahan.

SIMPULAN Sediaan yang dibuat pada praktikum kali ini belum berhasil, karena banyaknya partikelpartikel yang berasal dari penggunaan wadah yang tidak bersih. Hal ini bahkan dapat memperparah penyakit mata dan menimbulkan iritasi.

SARAN Dalam praktikum ini sebaiknya memerhatikan kebersihan wadah yang digunakan dan jumlah wadah yang memadai.

DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. 2008. What is Boric Acid?. Rose Mill Co. [terhubung berkala]www. Natbat.com/what%20Is%20Boric%20Acid.pdf (27 Maret 2012) [anonym]. 2012. Natrium Klorida. [terhubung berkala] id.wikipedia.org/wiki/natrium_klorida (27 Maret 2012) Rohe MM. 2005.Ullmanns Encyclopedia of Industrial Chemistry. Weinheim: Wiley-VCH Tjay TH, Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting Kasiat, Penggunaan dan Efek-efek Sampingnya Edisi Keenam. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Wade A, PJ Weller. 1994. Handbook of Pharmaceutical Exipients 2nd Edition. London: American Pharmaceutical Association. Widjajanti V N. 1988. Obat obatan. Yogyakarta: Kanisius

You might also like