You are on page 1of 130

Pertambangan Berwawasan Lingkungan

Mata kuliah Program MTA PPs UPNVY


Dosen : Dr. Ir. S. Koesnaryo, M.Sc., IPM., Ir. Hasywir Thaib Siri, M.Sc., Ir. Untung Sukamto, M.Sc.

KEY NOTE SPEECH


Oleh : Untung Sukamto

LATAR BELAKANG K3
Di

Indonesia Pertambangan telah ada sejak 150 Tahun yll Industri dg resiko keselamatan tinggi Peraturan K3 pertama Tahun 1930 MPR (Mijn Politie Reglement) Sb. 1930 No 341 Sesuai perkembangan Iptek dari High Risk menjadi Calculated Risk Hazard bila Out of Control membahayakan : Produksi, Aset, Manusia, Lingkungan Perlu Identifikasi, Pencegahan dan

KARAKTER UMUM LINGKUNGAN KERJA (WORKING ENVIRONMENT)

Teknis Operasional Penambangan : Surface Mine Underground Mine

Isu K3 Di Tambang Terbuka

Isu Lalulintas di Tambang Terbuka vs. Arc de Triomphe

Isu K3 Di Tambang Bawah Tanah

1. 2.

Karakter Lingkungan Kerja Spesifik Industri Pertambangan VS Idustri Lain Pengorganisasian Kerja (Work Organization)
Industri Lain (Tekstil, Farmasi, Mobil) Fixed, Industri Pertambangan Mobile Kegiatan Luar Gedung (Out Door Activities) Selain Gudang, Bengkel, Pengolahan langsung terpengaruh cuaca : sengatan Matahari, Hujan, Petir, Angin Kegiatan Tersebar (Wide Spread Activities) Umumnya di daerah Remote sehingga sarana Infrastruktur (Perumahan, Perkotaan, Pelabuhan, Pergudangan, Pembangkit Listrik) umumnya (PTFI, KPC, INCO) tersebar antara 50 100 km Berurusan Dengan Alam (Deal With Nature) Bahan Baku Indusri lain Homogen Close Spesification, Industri Pertambangan Variatif Uncertain, di alam umumnya mengandung Geological Defects Harga Ditentukan Pasar (Price Taker) Produktivitas, Cost-Effective Alat Besar Perlu K3

3. 1.

4. 1. 5.

KARAKTER KHUSUS LINGKUNGAN KERJA (WORKING ENVIRONMENT)


1. 2. 3. 4. 1. Iklim Tropis (Tropical Climate) Ada 2 Musim. Curah Hujan antara 3000-5000 mm/tahun Skala Pengusahaan Sangat Beragam Kecil Besar sehingga Kondisi Lingkungan Kerja Beragam Semi Padat Karya Secara Global Padat Modal (Manless Operation), tapi pada Negara Berkembang jadi Semi Padat Karya Budaya Tani Tradisional (Traditional Agriculture Background) Pertambangan berkembang 1975 dan Booming 1985, sebelum 1975 umumnya BUMN Tenaga Kerja kurang Ambil Tani Tingkat Apresiasi K3 Modern rendah perlu Pembinaan, Pendidikan dan Pelatihan (P3) Change of Attitude Toward Safety Industrial Training dan Safety Training
9

PENGELOLAAN K3 PU SECARA BERSISTEM

Karena Karakter Umum dan Khusus, maka Industri Pertambangan Tidak Mungkin Superficial Kelola K3 Perlu Sistem Sistem Manajemen K3 (SMK3) :
National

Occupational Safety Agency (NOSA) Africa Selatan International Safety Rating (ISR), International Loss Control Institute (ILCI) Amerika dan Australia Di Indonesia Penekanan pada Peraturan dan 10 Pengawasan Internal unit organisasi

SISTEM MENEJEMEN KESEHATAN & KESELAMATAN KERJA

11

Menurut PP Menteri Tenaga Kerja No:05/PERMEN/1996 Bab III Pasal 3 Kewajiban Penerapan SMK3

Setiap tempat kerja : seratus orang atau lebih dan atau, mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses atau bahan produksi, dapat mengakibatkan kecelakaan kerja dan kerugian.
12

Tujuan SMK3

Tujuan penerapan SMK3 di tempat kerja : Mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja Menciptakan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif

13

Pengalaman Statistik K3 Frank E Bird (1969)


Cacat/cidera berat

Cidera/luka ringan

Kecelakaan dengan harta

Hampir celaka

14

Penyebab Kecelakaan
Sebab Lain 10%

Tindakan Berbahaya 70% Lingkungan Berbahaya 20%

15

Analogi Gunung Es

Kecelakaan umumnya berasal dari perilaku beresiko Biaya sesungguhnya dari kecelakaan dapat dihitung & dikontrol

Biaya langsung Melihat melalui hasil kejadian

$1 Biaya kecelakaan, sakit, pengobatan dan kompensasi

Fataliti Lost Time Injuries Pengobatan Tindakan First Aid Tindakan tak aman Perilaku beresiko Perilaku kurang aman Perilaku budaya penyebab dasar kecelakaan

Biaya tak langsung Melihat melalui apa yang dikerjakan

$5 - $50 Biaya kerusakan properti yang tidak diasuransikan Kerusakan pada bangunan, shaft & workshop Kerusakan pada peralatan kerja & peralatan berat Keruntuhan & atau ambrukan tambang bawah tanah, banjir & ledakan Interupsi pada produksi & operasi

$ >>>> Biaya lain-lain yang tidak diasuransikan Kerugian dari membayar konsultan, pelatihan, investigasi dll 16

Lingkaran Tertutup Sistem Menejemen K3


VISION Total Commitment Top Management for Continual Improvement
Membantu operasi tambang untuk mencapai pencegahan fataliti sekaligus mengelola dampak lingkungan yang dihasilkan dari operasi tambang yang efektif & efisien untuk meningkat kualitas hidup manusia yang terlibat dengan operasi

Management Review

Policy SHLC
Jiwa manusia/pegawai adalah segala-galanya Patuh kepada semua peraturan terkait Mencegah dampak K3L Perbaikan berkesinambungan Lingkungan kerja yang aman

Planning

Monitoring & Corrective Action Request

Operational Implementatio n

KepMen PE No. 555.K/201/MPE/1993 Tentang Pelaksana Inspeksi Tambang Bidang Pertambangan Umum

17

Perencanaan Strategi Program K3


Komponen
VISI

Catatan
Operasi tanpa kematian, cedera dan penyakit

OBYEKTIF & Nil kecelakaan kematian TARGET Kurangi kecelakaan potensi kematian (tentukan nilainya) Kurangi LTI (tentukan nilainya) PRIORITAS Tingkatkan kepemimpinan baris menejemen menengah & frontline Identifikasi resiko K3 di setiap aktivitas operasi yg mengarah ke kematian Perbaiki Sistem Menejemen K3, laksanakan Standard Perusahaan Terapkan Sistem Menejemen K3 kepada kontraktor Cegah kematian dengan menerapkan praktek K3 terbaik TINDAKAN Perbaiki kualitas proses identifikasi, menaksir dan menilai resiko YANG Perbaiki material pelatihan dari upaya pencegahan kematian DIPERLUKAN Berikan dukungan & perkuat kepatuhan dengan contoh kepemimpinan Lakukan supervisi yg tepat & lengkapi kebutuhan dasar didaerah beresiko tinggi
18

Sistem Kesehatan Keselamatan Kerja


1. 2. 3.

NOSA (National Occupational Safety Assosiation) ISRS (International Safety Rating System) OHSAS (Occupational Health Safety Assessment Series) A-SEP - Adaro Safety, Health, Environmental & Production Prima Nirbhaya Standar (KPC) & difokuskan terhadap pencegahan kecelakaan mematikan

4.

5.

19

NOSA Safety Element Checklist-1


1-00 Premises and housekeeping 1-11 Buildings, Floors and Mining Areas 1-12 Lighting: natural and artificial 1-13 Ventilation: natural and artificial 1-14 Amenities and Sanitation 1-15 Pollution: air, ground and water 1-21 Aisles, Storage In-Pit road & Section Demarcation 1-22 Good stacking and storage practices 1-23 Workshop, Yards, Storage and Mining Areas 1-24 Scrap and refuse bins: removal system 1-25 Colour coding 2-00 Mechanical, electrical and personal safeguarding 2-11 Machine guarding 2-12 Isolation of Plant and Equipment 2-13 Labelling of switches, isolators and valves 2-14 Ladders, stairs, walkways and scaffolding 2-15 Lifting gear and machinery 2-16 Compressed Gases and Pressure Vessels 2-17 Hazardous substances control 2-18 Mobile Equipment - Checklist and Licensing 2-21 Electric Equipment - Plug In 2-22 Electric Equipment - Earth Leakage Units (RCDs) 2-23 Electrical Eq, General Installation, Distribution Boards & Flameproof Eq 2-30 Hand tools 2-31 Ergonomics 2-41 Personal Protective Equipment - Head 2-42 Personal Protective Equipment - Eye and Face Protection 2-43 Personal Protective Equipment - Foot Protection 2-44 Personal Protective Equipment - Protective Clothing 2-45 Personal Protective Equipment - Respiratory Equipment 2-46 Personal Protective Equipment - Hearing Conservation 2-47 Personal Protective Equipment - Safety Harness 2-48 Personal Protective Equipment - Hand Protection 2-49 Personal Protective Equipment - Issue and Maintenance 2-50 Notices and Signs

20

NOSA Safety Element Checklist-2


3-00 Fire protection and prevention 3-01 Fire extinguishing equipment 3-02 Identification and Access 3-04 Maintenance of equipment 3-05 Storage of flammable and explosive material 3-06 Alarm system 3-07 Fire fighting/Rescue - Drill and Instruction 3-08 Security system 3-09 Emergency Preparation 3-10 Fire and Rescue Supervision

5-00 Health and safety organization 5,10 Chief Executive Officer responsible for health and safety 5-11 Person(s) made responsible for occupational health and safety co-ordination 5-12 Appointment of safety representatives 5-13 Health and Safety Committees 5-14 On-the-job health and safety communication 5-15 First-aider and facilities 5-16 First-aid training 5-21 Posters, bulletins, newsletters, safety films & internal competition 5-22 Injury experience and star grading board 5-23 Suggestion scheme 5-24 Health and safety reference library 5-25 Annual Report - Health and safety achievements 5-30 Induction and job health and safety 5-31 Health and safety training courses 5-32 Medical examinations 5-33 Selection and placement 5-40 Premises inspections

4-00 Incident/accident recording and investigation 4-11 Injury/diseases record and dressing book 4-12 Internal incident reporting and investigation (injury/diseases) 4-13 Injury/disease statistics 4-14 Internal accident reporting and investigation 4-22 Cost of risk: insurance costs 4-23 Incident recall

5-41 Bi-annual internal self audits 5-42 Health & safety design specifications 5-50 Written safe working procedures: and used 5-51 Planned task observations 5-52 Work permits 5-60 Off-the-job health and safety 5-61 Health and Safety policy

21

ISRS - International Safety Rating System


1.

Kepemimpinan dan administrasi 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. Peralatan pelindung diri Pengendalian kesehatan Sistem evaluasi program Pengendalian keselamatan dibidang teknik Komunikasi pribadi Rapat Kelompok Kenaikan jabatan yang umum Pemakaian dan penempatan tenaga kerja Kontrol pembelian Keselamatan dan kesehatan diluar kerja 22 Pelatihan Manajemen Inspeksi terencana Prosedur dan analisis tugas Investigasi kecelakaan/insiden Observasi tugas Kesiapan dalam keadaan darurat Peraturan-peraturan organisasi Analisis kecelakaan/Insiden

2. 3. 4. 5.

6. 7.

8.

9.

OHSAS 18001: 2007 Summary


General requirement OH&S policy Planning
Hazard identification, risk assessment and determining control Legal and other requirement Objectives and program(s)

Implementation
Resources, roles, responsibility, accountability and authority Competence, training and awareness Communication, participation and consultation
Communication Participation and consultation

Documentation Control document Operational control Emergency preparedness and response

Checking
Performance measurement and monitoring Evaluation of compliance Incident investigation, non conformity, corrective action and preventive action
Incident investigation Nonconformity, corrective action and preventive action

Control of records Internal audit

Management review

23

PROLOG

Karakteristik khusus Pertambangan : Padat Investasi Padat Teknologi Tingkat Resiko Kecelakaan Tinggi Akibat dari Kesadaran Karyawan terhadap K3 Rendah
24

Efisiensi dan Produktifitas Kerja Meningkat Perlu :


Jaminan / Kondisi K3 Karyawan dan Alat.

Tercapai, jika :
Melaksanakan Program K3 Melakukan Pengawasan K3 Tugas IT Mentaati Peraturan-Perundangan K3

25

Kepala Inspektur Tambang (KAIT) Inspektur Tambang (IT) Kepala Teknik Tambang (KTT) Buku Tambang Organisasi K3 Program K3 Pengawas Teknis dan Pengawas Operasional Komite K3

26

External & Internal Audit

Komite K3

Kepala Teknik Tambang Pengawas Teknis

Pengawas Operasional Manager K3

Program K3

No

Zero Accident

Yes
27

PELAKSANAAN PENGAWASAN K3
A. PENGAWASAN ADMINISTRATIF B. PENGAWASAN OPERASIONAL

28

PENGAWASAN BAHAN PELEDAK PENGAWASAN BAHAN BAKAR CAIR PENGAWASAN PERALATAN/PERMESINAN TAMBANG PENGAWASAN KECELAKAAN PENGAWASAN PERSETUJUAN DAN LAIN-LAIN

29

IZIN OPERASI KK

SLAG DUMP

PERALATAN

BAHAN PELEDAK

30

OPEN PIT PT FI

JENJANG PENAMBANGAN
31

TANKI BAHAN BAKAR CAIR


32

INSPEKSI KESELAMATAN KERJA INSPEKSI KESEHATAN KERJA PEMERIKSAAN/PENYELIDIKAN KECELAKAAN PENYELIDIKAN KEJADIAN BERBAHAYA PENGUJIAN PERALATAN PENGUJIAN KONDISI TEMPAT KERJA

33

KECELAKAAN

KEJADIAN BERBAHAYA

KONDISI TEMPAT KERJA

INSPEKSI PENAMBANGAN
34

EG-Subdit KP - DTMB

35

DESENTRALISASI PENGAWASAN K3
Melaksanakan Pengawasan K3 sebagaimana kewenanganya sebagai daerah otonom Berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku dan Juklak/juknis yang ditetapkan oleh pusat

36

DEKONSENTRASI PENGELOLAAN K3
A.

Kewenangan Pengelolaan K3 Daerah Dalam Dekonsentrasi Kewenagan Pengelolaan K3 Pemerintah Pedoman Pedoman

B.

C.

37

A. KEWENANGAN PENGELOLAAN K3 DAERAH DALAM DEKONSENTRASI


1. PENGANGKATAN Pengangkatan KAPIT dan PIT 2. PERIZINAN Operasi Kereta Gantung Operasi Derek Operasi Kapal Keruk (KK) Balast Tetap dalam Kompartemen KK Gudang Bahan Peledak Tangki Bahan Bakar Cair Kartu Izin Meledakkan (KIM)
38

3. PERSETUJUAN PENGESAHAN, DAN REKOMENDASI Undercutting front penambangan Tinggi ponton KK di atas air Lokasi gudang handak Pembangunan gudang handak Pemusnahan handak Lokasi tangki Bahan Bakar Cair (BBC) Pembangunan tangki BBC Lampu pekerja tambang Kepala Teknik Tambang Ruang P3K Pendidikan dan Latihan Pekerja
39

4. KEGIATAN RUTIN

Inspeksi K3

Pemeriksaan Kecelakaan Berat Pengujian untuk Izin Operasi/Persetujuan Pengujian Kondisi Tempat Kerja Pembinaan Kepala Teknik Tambang (KTT) Pembinaan PIT Kabupaten/Kota

40

B. KEWENANGAN PENGELOLAAN K3 PEMERINTAH


1. PERIZINAN Izin Baru Kereta Gantung Izin Baru Derek Penutupan Tambang

2. PERSETUJUAN PENGESAHAN DAN REKOMENDASI Jenjang Penambangan Sudut Kemiringan Kritis Kapal Keruk Perubahan Konstruksi Kapal Keruk Rancang Bangun Kabin (Cage) Derek/Kereta Gantung Modifikasi Alat Pemindah Tanah Hal-hal lain atas kajian tim
41

3. PEMERIKSAAN / PENGUJIAN

Kecelakaan berakibat mati

Kejadian berbahaya Dalam rangka Izin baru alat angkut orang Dalam rangka penutupan tambang

42

4. LAIN LAIN
Audit dan Penilaian K3 Nasional Supervisi Daerah Otonom Supervisi Daerah Provinsi Dalam Dekonsentrasi Hal-hal lain yang berdampak Nasional

43

C. PEDOMAN PEDOMAN
Inspeksi K3 Pemeriksaan Kecelakaan Laporan Inspeksi K3 dan Pemeriksaan Kecelakaan Pemeriksaan Kapal Keruk/Isap dan Tambang Semprot Pemeriksaan Gudang Bahan Peledak Pengangkatan Kepala Teknik Tambang dan PIT Pengelolaan Administrasi Kecelakaan Pengelolaan Salinan Buku Tambang Bentuk Buku Tambang dan Kartu Izin Meledakkan

44

Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor : 555.K/26/M.PE/1995, tanggal 22 Mei 1995. Segala aspek menyangkut K-3 Pertambangan Umum :
Pihak-pihak Program Kewajiban

penanggung jawab

dan manajemen K-3 melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi pekerja

tambang.
Tatacara Kondisi

inspeksi tambang oleh Pelaksana Inspeksi Tambang dan Kepala Teknik Tambang. kerja, peralatan kerja, rambu-rambu/tanda-tanda peringatan. menyusun Standard Operation Procedure (SOP).
Kewajiban Tatacara Tatacara Dimensi

pencegahan dan penanggulangan kemungkinan terjadinya bahaya dan kecelakaan. penanganan, penggunaan dan penyimpanan bahan peledak. tambang. pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja tambang. penggunaan alat angkut. pelaksanaan program K-3 alat-alat berputar.

Kewajiban

Aturan-aturan Pengamanan Beberapa

Pembiayaan-pembiayaan

hal lainnya dalam upaya pencegahan terjadinya kecelakaan

A-SEP - Adaro Safety, Health, Environmental & Production


No 1 2 3 4 5 6 7 8 Elemen Utama A-SEP Adaro Management, Involvement, Planning & Leadership Recruitment, Selection, Placement & Training Communication & Behavior Management Inspection, Audits, Review, Evaluation & Remedial Action Incident Reporting, Investigation & Analysis Risk Management, Emergency, Crisis Preparedness & Contingency Planning Management of Operational & SHEQ CSR & Off The Job Safety

46

Fatality Prevention Elements (FPE) - KPC

Pada tahun 2002 KPC mengembangkan FPE yang menyatu dengan sistem K3 KPC Prima Nirbhaya dan intinya memfokuskan pada pencegahan kecelakaan mematikan yang terdiri atas 69 elemen dengan 11 Elemen pencegahan kecelakaan mematikan Untuk mendukung fokus terhadap pencegahan kecelakaan mematikan, berberapa hal telah dikembangkan, diantaranya:
1. 11 Fatality Prevention Element (FPE) 2. Aturan Baku (Golden Rules) 3. Prosedure bekerja pada resiko tinggi 4. Codes of Practice 5. Induksi K3 6. Materi presentasi kepedulian dan promosi
47

Prima Nirbhaya Element (KPC)


No 1 2 3 4 Element Utama Prima Nhirbaya Premises and Mining Areas (kerapihan tempat kerja dan bagunan) Mechanical, Electrical and Personal safe guarding (perlindungan diri serta pengamanan peralatan mekanis dan elektrik) Fire Protection and Prevention (pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran) Incident/accident recording and investigation (pendataan dan investigasi kecelakaan) Health and Safety Organization (organisasi keselamatan & kesehatan kerja)
48

11 Fatality Prevention Elements KPC


1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Road Design, Construction & Maintenance Mine Slope Safety Isolation & Tagging Working at Heights Lifting & Supporting Loads Vehicle & Mobile Equipment Operations Vehicle & Mobile Equipment Condition Electrical Safety Explosives Handling & Use Confined Spaces Working Near Water

1. Harus mampu identifikasi Hazard 2. Pekerjaan harus disupervisi


49

Kebutuhan PPE

Representatif perusahaan bertanggung jawab untuk memastikan setiap karyawan yang bekerja dengan resiko atau yang didaerah yang wajib dilindungi dengan PPE berhak memiliki Personal Protective Equipment (PPD) yang sesuai dan ketika anda memasuki yang memerlukannya pastikan anda menggunakannya. Hal ini termasuk:
Safety Glasses Hard Hat Reflective vest (rompi) Steel Capped Boots Ear plugs or muffs

50

Kebutuhan PPE

51

Jatuh dari Ketinggian

52

Contoh Prosedur LV
Nomor lambung kendaraan harus reflective. Standard ukuran huruf & angka mengikuti standard Australia AS 1774 (min tinggi huruf 100 mm) Memakai style huruf imperial atau aerial ditulis tegak lurus Warna huruf, nomor & latar belakang harus kontras Nomor lambung kendaraan harus dipasang di pintu depan, kanan, kiri, belakang kendaraan. Bisa dibaca dengan jelas untuk jarak 30 m
53

Perlengkapan K3 Pada Dump Truck


Seat belt Fatigue Warning Devices AC Pulley Guards Battery Isolation lock-out on front of truck near access point. 2 Wheel Chocks to be mounted on front of truck Fire Suppression System 2 X 9kg Fire Extinguishers Handrails to cover access points at top of entry ladder Compressed air lines in cabs for cleaning
54

Ukuran roda terbesar

Tinggi Roda

55

Isolasi & energi berbahaya yang bila tidak dikendalikan dapat menjadi Lockout Terdapat berbagai
situasi berisiko cidera serius & kecelakaan mematikan. Pastikan bahwa karyawan tidak ditempatkan dalam situasi berisiko karena adanya energi-energi berbahaya yang lepas secara tidak terkendali.

Isolasi & Lockout berlaku untuk semua sumber energi berbahaya & meliputi:

Energi listrik> 32V; Energi yg tersimpan (pegas, baterai); Pneumatik (udara tekan); Energi hidrolik.

Energi potensial (karena sifatnya atau posisinya); Gravitasi (Counter Weight dari Conveyor).

Temperatur, yaitu panas (air panas dan uap); Energi kimia; Radiasi.

Untuk dapat bekerja pada daerah yg terisolasi maka personil tersebut merupakan orang yang dinilai kompeten dan telah mengikuti proses pelatihan tentang isolasi dan lockout.

Tujuan dari elemen ini adalah untuk memastikan bahwa semua pekerjaan pemasangan, pembangunan, inspeksi yang dilakukan pada alat dan instalasi yang berpotensi melepaskan energi berbahaya hanya dilakukan oleh orangorang yang kompeten dan berwenang dengan cara mengisolasi dan memasang kunci secara aman pada alat sedemikian rupa sehingga risiko kecelakaan
56

Contoh Proses Isolasi Mekan ik

Pemasangan isolasi pada setir

57

Contoh Proses Isolasi Penggunaan Bahan Peledak & Peledakan

58

Dimensi & Geometri Jalan

Super elevasi

59

KepMen PE No. 555.K/26/M.PE/1995 Pasal 241. Geometri teras harus dibuat dengan baik & aman untuk Kemiringan tinggi & lebar& Dimensi Jenjang keselamatan para
pekerja agar terhindar dari material atau benda jatuh. Tinggi jenjang untuk pekerjaan yang dilakukan pada lapisan yang mengandung pasir, tanah liat, kerikil dan material lepas lainnya harus:

Tidak boleh lebih dari 2,5 meter apabila dilakukan secara manual; Tidak boleh lebih dari 6 meter apabila dilakukan secara mekanik dan Tidak boleh lebih dari 20 meter apabila dilakukan dengan menggunakan clamshell, ragline, bucket wheel excavator atau alat sejenis kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.

Tinggi jenjang untuk pekerjaan yg dilakukan pada material kompak tidak boleh lebih dari 6 meter, apabila dilakukan secara manual. Dalam hal penggalian dilakukan sepenuhnya dengan alat mekanis yang dilengkapi dengan kabin pengaman yang kuat, maka tinggi jenjang maksimum untuk semua jenis material kompak 15 meter, kecuali mendapat persetujuan Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang. Studi kemantapan lereng harus dibuat apabila:

Tinggi jenjang keseluruhan pada sistem penambangan berjenjang lebih dari 15 meter dan Tinggi setiap jenjang lebih dari 15 meter.

Lebar lantai teras kerja sekurang-kurangnya 1,5 kali tinggi jenjang atau disesuaikan dengan alat-alat yang digunakan sehingga dapat bekerja dengan aman dan harus dilengkapi dengan tanggul pengaman (safety berm) pada tebing yang terbuka dan diperiksa pada setiap gilir kerja dari kemungkinan adanya rekahan atau tanda-tanda

60

Dimensi & Geometrik Lereng

Material Insitu

Material Timbunan
61

Ketidakstabilan Lereng

62

Material Promosi

63

Tugas Khusus

Lifting & Supporting Loads Awareness Fire Warden and Deputy Fire Warden Fire Hose Drill Course

Contoh Matriks Pelatihan

Darurat

Fire Extinguishers Fire & Rescue Advance First Aid First Aid (Refresher) First Aid Essentials (Revised) Hazard Identification Conducting Safety Talks

Praktek Umum K3

Manual Lifting Job Safety Analysis Safety Standard Practice Inspection Accident/Investigation Training Introduction to Accident Investigation Safety Behavior Observation - Audit Risk Assessment Facilitator Internal Auditor Course Safety System Administrator

Tugas Umum

Database Safety System Frequent Safety Management Awareness Document & Record Management Change Management General Induction

Topik Pelatihan vs. Tingkat Karyawan

Tradesperson Mechanical

Supervisor Maintenance

Tradesperson Mechanical

Tingkat

Supervisor Port

Div

No

Leading Hand Welder

64

Evaluasi K3

Daily toolbox talk untuk karyawan operasi Rapat koordinasi mingguan untuk superintendent K3 Rapat K3 bulanan untuk non-operasi Rapat bulanan untuk komite K3 Rapat quartalan dengan kontraktor

65

Tanggung Jawab Formal Implementasi Kesehatan & Keselamatan Kerja


LEVEL SAFETY MEETING Weekly Supervisor Foreman & General Foreman 3 Monthly 1 1 8/month 4/month 4/month 1/month 1/month Daily Stop Safety Inspection CPR Daily Check Safety Contact

Review and Review & Ensure One ensure The Program/mth check list/daily Review 1/Qtr -

Superintendent & General Superintendent

4/month

1/Qtr

Review & Audit Accountability Performance every Quarter Review Result of Audit In Every Semester
66

Managers & Vice President / General Manager

1/Qtr

2/month

1/Qtr

Inspeksi K3
Inspkesi K3 Menugaskan inspektor yang terlatih Definisikan formulir periksa untuk peralatan dan infrastruktur kritikal; seling-baja, scaffolding, pengelasan asetilin, tangga, aksesoris peralatan angkat (lifting hook, shackles) Dokumen Laporan Inspeksi disimpan dan direkam di Sistem K3 Database
67

Inspeksi House Keeping

Contoh

68

Inspeksi House Keeping

69

OSI 15-09-05 Pk 09.00-11.45

70

Perbedaan Inspeksi & Audit


Inspeksi K3
Identifikasi penyimpangan atau ketidak sesuaian Jangan melihat suatu sistem K3 secara umum Identifikasi hazard yang tampak

Audit K3
Identifikasi efektif system operasi daru suatu sistem K3 Bandingkan deviasi fisik terhadap sistem K3 dan standard Cari tahu apakah sistem K3 ada dan bekerja baik

Bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan atau difokuskan Apakah tim manajemen mengacu pada sebuah sistem pada suatu aktivitas, misal: alat angkat atau peralatan listrik Biasanya dilalkukan setiap bulan oleh seorang representatif ke di tempat kerja tsb atau spesialist Libatkan contoh sebuah inspkesi atau observasi fisik

Membuthkan waktu 1 5 jam tergantung luas daerah kerjanya Dilakukan secara internal

Memerlukan 1 5 hari tergantung kepada daerah cakupan Dilakukan: Eksternal: Pemerintah, & Badan Independent Internal: Tipe pekerjaan diaudit sebelum sebuah kontraktor diberi pekerjaan, Tindak lanjut audit harus dilakukan untuk perbaikan

71

ANALISA TEMPAT KERJA JOB SAFETY ANALYSIS JSA

72

Job Safety Analysis JSA

JSA sistem perencanaan suatu pekerjaan dengan keselamatan kerja sebagai prioritas utama. Tidak setiap orang mengetahui dengan pasti cara melakukan pekerjaannya dengan benar dan aman. Untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi suatu pekerjaan. Dapat menghasilkan suatu cara yang lebih baik dalam melakukan suatu pekerjaan. Mempunyai hubungan erat dengan sistem K3, yaitu untuk memastikan perbaikan tata cara dan prosedur kerja dengan aman. Harus dilakukan sebelum melakukan pekerjaan adalah keselamatan menjadi pertimbangan utama Dilakukan dengan 3 cara:

Pengamatan langsung Diskusi dalam suatu kelompok Ditetapkan dan diuji ulang
73

Faktor Penentuan Pembuatan JSA


1. 2.

Apa yang akan saya lakukan? Dengan bahan-bahan apa sajakah saya akan berkerja Peralatan dan perlengkapan apa yang saya gunakan? Kapan saya akan melakukan pekerjaan itu? Bagaimana pengaruh pekerjaan ini terhadap pekerjaan yang lain? Adakah pengaruh yang lain? Dimana pekerjaan ini dilakukan?
74

3.

4. 5.

6. 7.

Langkah Pembuatan JSA


Step 1. Identifikasi dan katagorikan pekerjaan Step 2. Pecah pekerjaan tersebut dalam langkah demi langkah Step 3. Identifikasi bahaya yang muncul Step 4. Menetapkan cara mengontrol bahaya Step 5. Catat JSA di Form dan periksa ulang

75

JSA Worksheet
Project: Team: Task: Sign off:__________________ Date: ___________________ Accepted: Yes / No

Task Steps 1.

Possible Hazards

Safety Controls

MISSING / SKIP / PART COMPLETE / CAUGHT (in/on/by/between) / STRUCK BY / CONTACT WITH / EXPOSURE / LAYOUT / TRAFFIC / TOOLS / EQUIPMENT / STRESS / STRAIN / FATIGUE / MANUAL HANDLING / LIGHTING / FIRE / SKILLS REQUIRED

76

Job Safety Analysis - JSA


Jenis Mesin milling dan copy mill APD
No

Google, gloves, masker, safety shoes, safety helmet


Tahapan pekerjaan Potensial bahaya Tindakan yang dianjurkan Pemasangan dengan hatihati

1. Pasang benda yang Tangan terjepit akan di bentuk/dikikis (milling) di penjepit 2. Pasang mata pisau Tangan terkena (modul) sesuai mata mata pisau kebutuhan (modul) 3. Nyalakan mesin, atur Tangan terkena kecepatan putaran mata pisau

Jangan memegang mata pisau (modul), gunakan sarung tangan Jaga jarak dengan mesin, jangan memegang mata pisau (modul), gunakan safety google

4. Matikan mesin setelah selesai memilling benda kerja

Tangan terkena Tunggu sampai modul mata pisau (modul) benar-benar berhenti berputar
77

MENEJEMEN RESIKO

78

Definisi

Hazard adalah potensi untuk harm Risk adalah peluang terjadinya harm:
Intrinsic risk: tingkat resiko yang berlaku tanpa adanya kontrol (prosedur & standard & PPE) Current risk: tingkat resiko berdasarkan kontrol yang sedang berlaku Residual risk: tingkat resiko sisa setelah ditambahkan kontrol baru

Risk terdiri dari dua komponen


Konsekuensi Peluang kejadian (likelihood)

79

Definisi Menejemen Resiko

Menejemen Resiko: sebuah metodologi logika dan sistematik yang dapat membantu proses pembuatan keputusan dan merupakan sebuah budaya, proses dan struktur yang diarahkan terhadap menejemen efektif dari potensi peluang-peluang dan dampak buruk (grasping opportunities and minimizing losses)

Menejemen Resiko adalah sekumpulan proses berikut: identifikasi analisis evaluasi perlakuan pemantauan dan mengkomunikasikan resiko yang berkaitan dengan aktivitas, fungsi atau proses dalam bentuk sebuah sehingga Perusahaan dapat mengurangi kehilangan dan meningkatkan peluang positif.
80

Resiko
"Risk comes from not knowing what you're doing" (Warren Buffet) Seringkali resiko timbul dari adanya suatu bahaya

Resiko Bisnis Ancaman suatu peristiwa mempengaruhi kemampuan perusahaan secara negatif

Implikasi dari definisi resiko Kerugian finansial: pencurian, penipuan, pergerakan nilai valuta dan suku bunga. Kerugian non-finansial: publisitas buruk menurunkan p reputasi perusahan.

BHP - Gorontalo BHP - Meruwai BP & Rio Tinto KPC PP Tambang Bawah Tanah

81

Proses Risk Assessment


1. Identifikasi Cakupan & Manfaat suatu Studi Risk Assessment 2. Membentuk Konteks 3. Identifikasi Hazard 4. Analisa Resiko & Evaluasi Resiko 5. Perlakuan Resiko

82

Mengukur - Menaksir Resiko


Contoh Resiko
Penurunan

harga komoditi

Bagaimana melakukan pengukuran/menaksir resiko Gunakan kriteria pengukuran yang dipakai Impact & Likelihood

Apakah penyebabnya?
Volatilitas Volatilitas Climate

finansial akibat paper trading harga minyak bumi

Change event in the world

Significant New

Technology

83

Mengukur Resiko
Menilai konsekuensi potensial yang dapat muncul apabila resiko tersebut terjadi (impact) Menilai frekuensi potensial dari kemungkinan terjadinya resiko tersebut (likelihood) Kriteria pengukuran adalah sebuah aspek penting dalam mendapatkan common risk language Mengukur resiko

Tingkat Resiko = Impact x Likelihood


Sumber: Australian / NZ Risk Management Standard (AS/NZ4360)

84

Mengukur Resiko
Berdasarkan

IMPACT - KONSEKUENSI
Besarnya kerugian

finansial/ non-finansial

Berapa besar kerugiannya? Berapa besar

kerusakan yang ditimbulkan?

pengalaman historis dan/ atau ekspektasi masa depan

Peluang Kejadian

Konsekuensi Insignificant 1 Minor 2 S S M L L Moderate 3 H S S M M Major Catastrophic 4 5 H H H S S H H H H S

The event is expected to occur in most circumstances

A (almost certain) B (likely)

S M L L L

The event will probably occur in most circumstances

C (moderate)
The event should occur at some time The event could occur at some time

D (unlikely) E (rare)

The event may occur only in exceptional circumstances


The number of categories should reflect the needs of the study

H = high risk; detailed research and management planning required at senior levels S = significant risk; senior management attention needed M = moderate risk; management responsibility must be specified L = low risk; manage by routine procedures

(Source: AS/NZS 4360:1995) 85

Parameter Kriteria Company Risk Assessment


Citra Ekonomi Nasional dan Global Gangguan Stop Operasional


Kesehatan & Keselamatan Kerja kecelakaan tambang Lingkungan Hidup Ekosistem Perencanaan short term vs. longterm OB Management Fleet Management Teknologi - teknikal Rekrutmen vs. kompetensi Sosial lokal & regional Keamanan

Finansial Aspek Hukum Politik


86

Matriks Konsekuensi & Peluang


Peluang Kejadian Probabilitas 1. Fatal 2. Kerusakan Aset >

Konsekuensi

1. Serious injury 1. Disabling Injury 1. Medical Treatment 1. Minor impact permanent 2. Kerusakan Aset > 2. Kerusakan Aset > 2. Kerusakan Aset USD 1 M 2. Kerusakan Aset > USD 50K USD 30K <USD 5K 3. Penundaan produksi USD 150K 3. Penundaan 3. Penundaan 3. Penundaan > 1 mg 3. Penundaan produksi 1 hari produksi 1 shift produksi shift produksi 2 hari

Harian Bulanan Tahunan 5 Tahunan > 25 Thn LOM

1 2 4 7 11

3 5 8 12 16

6 9 13 17 20

10 14 18 21 23

15 19 22 24 25

Resiko kritikal Resiko kritikal 1-5: Hentikan aktivitas Lakukan tindakan koreksi & preventif segera Hanya mulai jika kontrol terjadi Resiko rendah 18-25: Lakukan tindakan koreksi seperlunya

Resiko tinggi

Resiko menengah

Resiko rendah

Resiko tinggi 6-12: Lakukan tindakan koreksi & preventif segera Tindakan kontrol dikaji atau ditentukan oleh menejemen Resiko menengah 13-17: Lakukan koreksi dalam jangka waktu yang sesuai Tindakan kontrol dikaji seperlunya

87

Daerah Kerja Beresiko Tinggi Tambang Terbuka


Penunjang Tambang

Tambang
Interaksi AAB Stabilitas lereng Penangangan & pemakaian BP Jalur angkutan Peralatan mudah bakar

Interaksi kendaraan kecil Mesin bergerak Peralatan angkat Bekerja di ketinggian Isolasi peralatan bergerak Logistik BP Pengangkutan pegawai Pekerjaan dekat air Pekerjaan listrik Pekerjaan uap panas Pekerjaan bertekanan tinggi

88

Pemilihan Teknologi Penggalian

89 89

Pemilihan Teknologi Penambangan & Pengangkutan

90 90

Penanganan Resiko
Menerima Resiko - Resiko tersebut diterima dan tidak ada rencana penanganan Resiko lebih lanjut Mentransfer Resiko Memindahkan resiko kepada pihak ketiga yang independen dan memiliki kemampuan secara finansial (contoh: asuransi/outsourcing) Menghindari Resiko Menghindari eksposur terhadap kejadian-kejadian yang dapat memunculkan resiko tersebut Mengurangi Resiko Mengurangi resiko dengan memfokuskan pada usaha-usaha pengurangan Impact dan Likelihood.

TRANSFER AVOID ACCEPT REDUCE


91

LAPORAN INSIDEN

92

Statistik Kecelakaan K3

93

Statistik Insiden vs Usia

5.21%

0.00%

19.79%

27.08%

KPC
A<20

47.92% 20<A<30 30<A<40 40<A<50 A>50

BASED ON AGE <=20 26-30 44 36-40 28 46-50 10 16 79 19 75 48

ADARO

20

40

60

80

100

94

Statistik Kecelakaan Pertambangan di Indonesia


300

Ringan
250

Berat Mati Total

200

Korban

150

100

50

0 1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

Tahun

95

Ketentuan Melapor - Pasal 41 Pekerja tambang yang cedera akibat kecelakaan tambang yang bagaimanapun ringannya harus dilaporkan ke ruang pertolongan pertama pada kecelakaan atau tempat perawatan kesehatan untuk diperiksa atau diobati sebelum meninggalkan pekerjaan. Laporan kecelakaan dan pengobatannya sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) harus dicatat di dalam buku yang disediakan khusus untuk itu. Apabila terjadi kecelakaan berakibat cidera atau mati, KTT harus sesegera mungkin memberitahukan kepada KAPIT
96

KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.

KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.


Ketentuan Melapor - Pasal 42

Kecelakaan tambang harus di-investigasi oleh KTT atau orang yang ditunjuk dalam waktu tidak lebih dari 2 x 24 jam dan hasil investigasi tersebut dicatat dalam buku daftar kecelakaan.

Kecelakaan tambang harus dicatat dalam formulir dan dikrimkan kepada KAPIT
97

KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.

Pemberitahuan Kejadian Berbahaya Pasal 43

Kejadian berbahaya yg dapat membahayakan jiwa atau terhalangnya produksi harus diberitahukan dengan segera oleh KTT kepada KAPIT

KTT segera melakukan tindakan pengamanan terhadap kejadian berbahaya seperti dimaksud dalam Ayat (10) Pasal 43.

98

KepMen PE No. 555.K /26/ M.PE /95.

Penyelidikan Kecelakaan Tambang & Kejadian Berbahaya - Pasal 46

Untuk kepentingan penyelidikan KTT tidak boleh mengubah keadaan tempat dan atau kondisi perbaikan peralatan akibat kecelakaan atau kejadian berbahaya, kecuali untuk kepentingan pertolongan

Dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan kelangsungan pekerjaan, keadaan ditempat kecelakaan atau kejadian berbahaya hanya dapat diubah dengan persetujuan KAPIT
99

Investigasi Insiden /Eksiden

Semua kejadian/kecelakaan harus segera dilaporkan dan diinvestigasi apakah hal kecil atau serius Sistem K3 perusahaan harus mencamtumkan Standard Elements panduan tata cara investigasi Investigasi harus melalui Incident Cause Analysis Process sebagai alat perusahaan untuk investigasi kecelakaan. Semua investigasi kejadian/kecelakaan harus dilaporkan dalam Sistem Database Perusahaan.
100

Incident Recall
Tanggal : Jam : Lokasi : 1 March 2005 01.15 am Jalan angkut batubara

Departemen : Geologi Deskripsi: Ketika sedang bergerak dari kantor tambang ke Pit Lombong, LU209 dengan dua penumpang dan pengemudi terguling setelah menabrak safety berm ketika hendak menghindari sebuah compactor Kejadian ini mengakibatkan dua orang mengalami injuries & masuk dalam kategori LTI

101

Incident Recall
Tanggal: Jam: Lokasi: Perusahaan: Departemen: Deskripsi: 15-Februari-2005 12:59 pm Jln Layang Panel 8 Lombong PT. Tambang Batubara Coal Mining 603 sedang mengangkut batu-bara dari Lombong menuju ROM Area, ketika sampai di Jalan layang Panel 8 Lombong tiba-tiba 603 menabrak tanggul sebelah kiri di jalan tersebut. Kejadian tersebut mengakibatkan roda dump truck patah, tetapi tidak ada yang cedera.

102

Incident Notification
Tanggal: Jam: Lokasi: Departemen: Deskripsi: 10 Nov 2005 11 : 30 PM West Dump Kontraktor Operator HD-785 No. 3010 sedang dalam proses mundur untuk menumpahkan material di Waste Dump tetapi terjerambab. Material dimana truk parkir mundur mengalami subsiden sehingga truk mundur terjerembab hampir masuk kolam dibelakangnya. Tidak ada injury atau kerusakan pada alat

103

Incident Notification
Tanggal : Jam : Lokasi : Deskripsi: Rabu 30 Mei 2007 05.45am South Waste Dump 2 Sebuah DT 777A masuk ke South Waste Dump 2 dan berencana menumpahkan material ke bagian South Eastern Tetapi operatornya kemudian mundur di tanggul sebelah timur dan menaikan baknya sekitar 2 meter dan ternyata material disitu lunak sehingga DT berguling ke lantai bawah daerah bantingan Gagal melakukan barikade pada daerah yang dianggap tidak aman dan menumpahkan material bukan pada tempat yang diizinkan Gagal untuk patuh kepada peraturan yg berlaku utk tidak menumpahkan material pada sisi lereng yang tingginya >10 m Gagal mencatat instruksi verbal saat pengalihan shift kerja Melanggar Aturan Baku # 1-identify hazards & # 2-supervision of work Horizontal distance 35 m; Vertical distance 19 m; Slope distance 40 m; Gradient: 54%
104

Hasil Investigasi:

Incident Notification
Tanggal Jam Lokasi Tambang Batubara On Sunday morning, an incident occurred with a very high potential to cause fatal injuries to persons in a light vehicle. A Production Leading Hand pulled up directly in front of a CAT 777 D No. RDX 82. He then exited the parked vehicle and climbed on board the truck to check for an air pressure problem. In so checking, he ran over his own vehicle. The CAT 777 D was correctly parked for the Musang pit shift change along with other equipment. Investigation will determine why the Leading Hand did not park at the light tower not 30 metres away. 9 September, 2001

Deskripsi:

105

Incident Notificati on

106

Incident Notification
Tanggal Jam Lokasi 28 June 2004 13:00 pm Pit Keadilan

Departemen Kontraktor Dhinosaurus Deskripsi: A mechanic of Dhinosaurus was releasing teeth bucket excavator Hitachi 2500/3013. Whilst the mechanic hit the pin punch by using hammer suddenly a crumb of metal from hammer/pin punch/bucket hit one of the mechanic where standing near the bucket. This accident incurred crumb inside of his left leg.

107

Historis Kecelakaan Tambang Batubara Bawah Tanah Ombilin Kecelakaan (ledakan) Selasa, 16 Juni 2009, 10.00
WIB 3 kemungkinan penyebab ledakan:
arus pendek pada generator listrik yang dibawa penambang: penambang yg merokok; gesekkan besi dari lori atau alat tambang yang memercikkan api

Percikan api ditangkap gas metana yang kadarnya besar lalu meledak Ledakan ini terjadi di lubang tambang sedalam 100 m dan mengakibatkan adanya lemparan material hingga sejauh 150 meter dari mulut tambang, dan terlemparnya 14 orang yang berada pada jarak sekitar 50 meter dari mulut tambang Korban meninggal 33 orang Diperkirakan korban yang masih di dalam lubang tambang dan belum diketahui kondisinya, 1 orang.
108

MENEJEMEN KELELAHAN

109

Kelelahan

Tidak ada definisi universal yang dapat diterima Bukan semata-mata mengantuk tetapi lebih dari itu karena disebabkan oleh kombinasi dari karakteristik kerja dan kemampuan menanggungnya. Menurunnya kemampuan untuk bertahan kerja secara fisik dan mental atau hilangnya kewaspadaan & bisa berakhir dengan mengantuk atau disebut juga sebagai kehilangan kewaspadaan dan bekerja dengan aman akibat buruknya kualitas tidur atau bekerja bukan pada waktu yang bukan bioritmiknya sehingga perlu energi fisik dan mental lebih. Batas kemampuannya bervariasi untuk setiap orang sehingga merupakan isu kompleks. Di lingkungan kerja pertambangan sering dijumpai seseorang mengoperasikan & mengendalikan sebuah alat dalam waktu yang sangat lama, isolasi dan rutin bahaya serius Insiden apapun yang disebabkan oleh disfungsi sebuah alat atau tak terkontrol situasi dapat diklasifikasikan sebagai kecelakaan 110 kelelahan

Masalah Kelelahan vs. Faktor Kontribusi


Fatigue Related Problems In Coal & Metalliferrous Mines The contributing factors causing fatigue Corporate Psychology Services (2004) Operators falling asleep & disorders & driving off haul roads Individual characteristic, including age, fitness, chronic Illness, sleeping disorders Loss of situational awareness common among truck drivers Shift/Roster: night shift, hours worked, No consecutive night shift, rotation direction, breaks, cycle length Increased equipment damage towards the end of the shift Type of work, including mental load, physical load

Lapses in concentration and increased errors especially at Work culture, including work pressure, support for self low circadian point in the early morning management, work practices (job rotation, napping) Impairment of secondary task functions and reduced critical Environment, including temperature, noise, light level, humidity, decision-making capacities dust, chemical exposure Poor performance - work is very repetitive, & boring Increased absenteeism as a result of excessive overtime Commuting; daily, start/end cycle Sleeping environment, temperature, noise, light, inside toilet

Loss of experienced personnel and increased stress among Shift work, skill & knowledge, sleep habits, ability to nap, management alcohol & drug use, nutrition, stress management, & preparation for first night shift. Uncontrolled contractor hours Dissatisfaction balancing work & family responsibilities. 111 Private commitment, social activities, family, side jobs

Maenejemen Kelelahan

Kepedulian dimulai dengan meningkatnya kecelakaan dan tingkat keparahan kecelakaan. Isu ini berkembang desekitar operator dengan masalah yang tertidur pada saat gilir kerja malam kelelahan

Selanjutnya diperkenalkan menejemen kelelahan

112

Kecelakaan Fatal Sebab Kelelahan - 1


Date : 23 Januari 2007 Time : 0525 am Location : Panel 2 Pit Lombong Dept/Cont. : Contractor

Sebuah DT 785 Komatsu menabrak bagian belakang DT 3008 ketika kedua trcuk sedang berjalan dari arah Shovel 305 jalan utama di daerah Panel 2. Kejadian tersebut mengakibatkan kematian pada operator DT785

113

Kecelakaan Sebab Kelelahan - 2

114

Inisiatif Perbaikan Dalam Menejemen Kelelahan pelatihan menejemen gaya hidup bagi para Jalankan
pasangan operator/karyawan dengan moto bahwa kebugaran untuk bekerja selalu datang dari rumah.

Terapkan tindakan disiplin serius bagi mereka yang yang terlibat dengan kecelakaan yang terbukti akibat kelelahan. Terapkan prosedur kerja dimana karyawan yang letih harusberhenti bekerja mengoperasikan AAB atau alat lainnya. Laksanakan kebijakan penggunaan obat dan konsumsi alkohol Kunjungan kepada keluarga, tokoh masyarakat dan lingkungan disekitarnya untuk memberikan pemahaman untuk berperan serta dalam program kepedulian terhadap menejemen kelelahan Siarkan kampanye menejemen kelelahan melalui radio
115

Root Cause Analysis

116

Daftar Penyebab Komprehensif Alat Untuk Menganalisis Penyebab Dasar


DESKRIPSI INSIDEN Mencatat jenis/tingkat bahaya suatu peristiwa Meliputi siapa/apa/kapan/dimana/ bagaimana yang diketahui saat itu TAHAP PELAKSANAAN DAN RISET: PENGUMPULAN BUKTI-BUKTI Mengumpulkan bukti-bukti yang relevan Tahap Pelaksanaan = bukti langsung (tempat kejadian dan saksi mata) Tahap Riset = bukti tidak langsung (sumber-sumber tertulis) Mempertimbangkan Orang-orang/Peran/Kedudukan/Catatan TAHAP ANALISIS: IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENTING Mengelola semua bukti Memetakan bukti-bukti Mengidentifikasi faktor-faktor penting Menggunakan daftar sebab-sebab komprehensif untuk mengidentifikasi semua sebabsebab dasar dan sebab-sebab yang paling berdekatan 117

Kemungkinan Penyebab Langsung


Tindakan
1. Mengikuti Prosedur 2. Penggunaan Perkakas atau Peralatan 3. Penggunaan Metode Perlindungan 4. Tidak Memperhatikan/ Tidak Menyadari

Kondisi
1. Sistem Pengaman 2. Perkakas, Peralatan & Kendaraan 3. Pengaruh yg Mengenai Pekerjaan 4. Bahaya Tempat Kerja

118

Kemungkinan Penyebab Sistem


Faktor Manusia
1. Kemampuan Fisik 2. Kondisi Mental 3. Stres Mental 4. Perilaku 5. Tingkat Keterampilan

Faktor Pekerjaan
1. Pelatihan /Alih Pengetahuan 2. Kepemimpinan Manajemen / Supervisi / Karyawan 3. Seleksi dan Pengawasan Kontraktor 4. Rekayasa / Desain 5. Rencana Kerja 6. Pembelian, Penanganan Bahan & Kendali Bahan 7. Perkakas dan Peralatan 8. Peraturan/Kebijakan / Standar/Prosedur Kerja(PSP) 9. Komunikasi
119

MENEJEMEN DARURAT

120

Klasifikasi Keadaan Darurat


1.

Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya relatif kecil maka insiden bisa ditanggap oleh ERT (Emergency Response Team). Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi serius dan tidak dapat ditanggap oleh ERT, dan bisa berdampak kepada komunitas tapi tidak berdampak kepada reputasi bisnis perusahaan maka ditangani oleh EMT (Emergency Management Team), Insiden lingkungan, peralatan dan manusia. Bila dampaknya berpotensi merusak reputasi bisnis perusahaan dan menghentikan operasi, masalahnya harus ditangani oleh CMT (Crisis Management Team) yang dipimpin oleh pimpinan atas manajemen.
121

2.

3.

Tanggap Darurat

Keadaan darurat adalah situasi dimana ancaman serius kepada orang atau kerusakan besar kepada aset perusahaan Dalam Keadaan Darurat: 1. Telepone xxxx 2. Radio Channel 1A Mining & other defined areas. 3. Ketika darurat ucapkan may day,.. 3X untuk ancaman jiwa 4. Ucapkan Nama anda Nomor telepon anda Lokasi keadaan darurat Tipe keadaan darurat Jenis keperluan bantuan Jumlah yang cedera atau korban
122

Konsep Menejemen Keadaan Darurat

1. 2. 3. 4.

Pencegahan (prevention) Kesiapan (preparedness) Tindakan (response) Pemulihan (recovery)

123

124

Perkiraan Kerusakan

Inspeksi & pengujian Daftar peralatan yang harus diganti dan diperbaiki Daftar persiapan material dan personil Perkiraan kerugian Kerugian produksi & pengaruhnya terhadap pencapaian target

125

Merencana Tanggap Darurat Efektif & Efisien

Skenario peluang kecelakaan 2. Kemampuan & kompetensi orang 3. Peralatan Handal 4. Prosedure
1.

126

Tempat Berkumpul Darurat Gedung

127

Keanekaragaman Hayati

128

TERIMAKASIH

Atas Perhatian

Wassalamualaikum Wr Wb...
Sampai Jumpa !!!

You might also like