You are on page 1of 176

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BADAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA

LAPORAN TAHUNAN 2010 dan 2011

SEKRETARIAT BAKN DPR RI Gedung DPR RI Jl. Jend.DAFTAR ISI Gatot Subroto Senayan - Jakarta 10270 eMail : bakn@dpr-ri.go.id

BAKN-DPR RI | 1

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

hlm. Daftar isi.. ..................................................................................................................... Kata Pengantar Pimpinan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara........................................ Profil Badan Akuntabilitas Keuangan Negara ....................................................................... 2 3 5 9 11 11 150 150 167 168 173 174 175 177 177 178

KATA PENGANTAR
BAB I BAB II PENDAHULUAN....................................................................................... KINERJA BAKN TAHUN 2010 dan2011.. A. B. C. D. E. BAB III Penelaahan BAKN atas Temuan Hasil Pemeriksaan BPK RI. Koordinasi BAKN dengan Alat Kelengkapan DPR RI.. . Rapat Dengar Pendapat dan Kunjungan Kerja BAKN.. Konsultasi dan Koordinasi BAKN dengan BPK RI Rapat Internal, Audiensi, Kunker Luar Negeri dan Workshop..

AGENDA DAN TANTANGAN KE DEPAN. A. B. Optimalisasi Peran dan Fungsi BAKN.... Penguatan Institusi BAKN.....

BAB IV

PENUTUP.. A. B Kesimpulan.. Rekomendasi..

LAMPIRAN FOTO KEGIATAN KUNJUNGAN KERJA

PIMPINAN BADAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA DPR RI


BAKN-DPR RI | 2

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Dua tahun telah berlalu, sejak Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) terbentuk di negeri ini. Kiranya selama rentang waktu dua tahun itulah kami bersama dengan anggota BAKN lainnya, dengan dukungan moril dari Ketua DPR RI, tenaga ahli dan Sekretariat BAKN telah berkerja keras, dan berupaya sebaik mungkin mengemban amanah, mewujudkan cita-cita anak bangsa membangun suatu lembaga legislatif yang lebih profesional, transparan, akuntabel, dan terpercaya. Sebagaimana dimaklumi bahwa BAKN merupakan salah satu alat kelengkapan DPR RI yang bersifat tetap, apalagi keberadaannya relatif sangat muda, karena baru lahir dua tahun yang lalu, tepatnya 29 September 2009. Sudah tentu tugas kami, tidak saja menjalankan fungsi sebagai anggota BAKN, tetapi juga harus merintis, membangun, dan mengembangkan BAKN agar peranannya sebagai alat kelengkapan DPR RI benar-benar dapat berfungsi optimal. Namun demikian, kita patut berbesar hati, karena alat kelengkapan legislatif yang mempunyai fungsi sebagaimana BAKN, di dunia hanya terdapat di beberapa negara, yang salah satunya adalah di Indonesia. Pada awal menjalankan tugas dan kewenangan konstitusional, BAKN menghadapi berbagai kendala dan hambatan, dengan tidak mengurangi rasa hormat atas capaian kinerja saat ini, boleh dikatakan semuanya diawali dengan nol dan serba keterbatasan, namun sebagai lembaga legislatif yang pembentukannya diamanatkan oleh Undang-Undang No 27 Tahun 2009 harus segera menjalankan fungsi dan wewenangnya dengan handal. BAKN yang baru lahir tidak lagi merangkak, belajar berjalan, tetapi harus segera berdiri dan langsung berlari sehingga setara dengan alat kelengkapan DPR RI lainnya. Banyak sudah suka-duka dan jatuh-bangun yang kami alami dalam mengembangkan dan membangun BAKN, tetapi kami tetap bersemangat dengan selalu mengusung motto kami demi tugas negara tiada kata menyerah sebelum raga berkalang tanah. Penerbitan Laporan Tahunan BAKN Tahun 2010 dan 2011 ini bertujuan sebagai pertanggungjawaban BAKN kepada publik dan merupakan dokumentasi perjalanan BAKN selama dua tahun, yaitu sejak pertama kali berdiri sampai dengan bulan November 2011. Dalam laporan ini akan disajikan kinerja BAKN dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya untuk mewujudkan VISI dan MISI DPR RI. Meskipun belum semua fungsi BAKN dapat terekam secara lengkap, akan tetapi paparan dalam laporan ini mudah-mudahan dapat menggambarkan sebuah perjalanan singkat namun sarat dengan capaian, maupun hambatan dan kendala yang perlu mendapat perhatian kita bersama, untuk meraih kinerja BAKN lebih baik lagi BAKN adalah salah satu tempat kami mengabdikan diri, segala daya dan upaya, tenaga dan pikiran, telah kami curahkan untuk menggapai BAKN yang handal, sarat dengan karya dan inovasi. Sudah barang tentu masih banyak agenda besar yang masih harus diselesaikan, hal tersebut telah

BAKN-DPR RI | 3

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

menjadi catatan kami , dan harapan kami dapat dilanjutkan di tahun mendatang, dengan tidak lupa untuk terus belajar dari segala kekurangan dan kelemahan yang kita rasakan selama ini. Laporan Tahunan BAKN Tahun 2010 dan 2011 ini dapat disusun berkat dukungan dan kerja keras berbagai pihak, khususnya Ketua DPR RI, segenap anggota BAKN, Komisi, Tenaga Ahli dan Sekretariat BAKN. Untuk itu, kami sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga semua kerja keras, ketekunan, keikhlasan dan ketulusan hatinya dapat menjadi ladang amal kebaikan di hadapan ALLAH SWT. Akhir kata, semoga Laporan Tahunan BAKN Tahun 2010 dan 2011 dapat bermanfaat bagi bangsa, khususnya dalam upaya membangun lembaga legislatif yang lebih professional, transfaran, akuntabel, dan terpercaya.

Jakarta, Desember 2011 Pimpinan BAKN

Wakil Ketua,

Ketua BAKN,

Mayjen TNI (Pur) Yahya Sacawiria, S.IP,MM No. Anggota A-488

H. Ahmad Muzani No. Anggota A-21,

BAKN-DPR RI | 4

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

PROFIL BADAN AKUNTABILITAS KEUANGAN NEGARA DPR RI

A. Pendahuluan Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD disusun untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab lembaga permusyawaratan rakyat, lembaga perwakilan rakyat, lembaga perwakilan daerah, sesuai dengan amanat UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UU No. 27 Tahun 2009 mengatur secara komprehensif dimana tidak membatasi pengaturan yang hanya terbatas pada materi muatan susunan dan kedudukan lembaga, tetapi juga mengatur hal-hal lain yang lebih bersifat komprehensif. Berkaitan dengan penguatan dan pengefektifan kelembagaan DPR RI, terdapat penambahan alat kelengkapan dalam rangka mendukung fungsi serta tugas dan wewenang Dewan, yaitu Badan Akuntabilitas Keuangan Negara sebagai alat kelengkapan yang bersifat tetap, yang berfungsi untuk menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan BPK RI dalam hal pengawasan penggunaan keuangan negara sehingga diharapkan keberadaan BAKN ini berkontribusi positif dalam pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas penggunaan keuangan negara. Dalam rangka melaksanakan fungsi dan tugas serta wewenang BAKN DPR RI sebagai lembaga yang baru dibentuk, maka harus dapat menjaga kredibilitas atau kepercayaan publik/masyarakat dalam melaksanakan fungsi pengawasan dewan. B. Dasar Hukum 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945; UU No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara; UU No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara; UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara; UU No. 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan; UU No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik; UU No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD; Peraturan DPR RI No. 01/DPR RI/I/2009-2010 Tentang Tata Tertib; Keputusan DPR RI No. O7 A/DPR RI/IV/2009-2010 Tentang Tata Kerja Badan Akuntabilitas Keuangan Negara.

C. Kelembagaan Berdasarkan Pasal 61 ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta Pasal 4 ayat (1) dan (2) Peraturan DPR RI No. 01/DPR RI/I/2009-2010 Tentang Tata Tertib, dijelaskan bahwa DPR mempunyai fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan. Ketiga Fungsi tersebut dijalankan dalam rangka representasi rakyat. Selanjutnya berdasarkan Pasal 71 huruf (h) Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta Pasal 6 huruf (h) Peraturan DPR RI No. 01/DPR RI/I/2009-2010 Tentang Tata Tertib, dijelaskan bahwa DPR mempunyai tugas dan wewenang melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang dan APBN. Dalam rangka menunjang kelancaran tugas DPR RI dibantu oleh alat kelengkapan DPR sebagaimana Pasal Unddang-Undang No. 27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta Pasal 20 ayat (1) dan (2) Peraturan DPR RI No. 01/DPR RI/I/2009-2010 Tentang Tata Tertib. Adapun alat kelengkapan dimaksud terdiri dari : BAKN-DPR RI | 5

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.

Pimpinan; Badan Musyawarah; Komisi; Badan Legislasi; Badan Anggaran; Badan Akuntabililitas Keuangan Negara ( BAKN ) Badan Kehormatan; Badan Kerja Sama Antar Parlemen; Badan Urusan Rumah Tangga; Panitia Khusus, dan; Alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk oleh Rapat Paripurna.

Berdasarkan Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, menyebutkan bahwa : Pasal 110 Badan Akuntabilitas Keuangan Negara, yang selanjutnya disingkat BAKN dibentuk oleh DPR dan merupakan alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. Pasal 111 (1) DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BAKN pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang (2) Anggota BAKN berjumlah paling sdikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 9 (sembilan) orang atas usul fraksi DPR RI yang ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang Pasal 112 (1) Pimpinan BAKN merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial (2) Pimpinan BAKN terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 1 (satu) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BAKN berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi. (3) Pemilihan Pimpinan BAKN sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilakukan dalam rapat BAKN yang dipimpin oleh Pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan BAKN D. Keanggotaan BAKN Anggota BAKN berjumlah 9 (sembilan) orang terdiri dari semua unsur fraksi, ditetapkan oleh Wakil Ketua DPR RI : 1. H. Ahmad Muzani, No. Anggota A-21, Ketua dari Fraksi Partai Gerindra 2. Mayjen TNI (Purn.) Yahya Sacawiria, S.IP. MM., No. Anggota A-488, Wakil Ketua dari Fraksi Demokrat; 3. Ir. A. Edwin Kawilarang, No. Anggota A-274, Anggota dari Fraksi Partai Golkar; 4. Eva Kusuma Sundari, No. Anggota A-386, Anggota dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan; 5. Dr. M. Sohibul Iman, No. Anggota A-59, Anggota dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera; 6. Prof. Dr. Ismet Ahmad, No. Anggota A-137, Anggota dari Fraksi Partai Amanat Nasional; 7. Dr. AW Thalib, MSi, No. Anggota A-316 , Anggota dari Partai Persatuan Pembangunan; 8. Ir. Nur Yasin, MBA, No. Anggota A-164, Anggota dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa; 9. Drs. H.A. Fauzi Achmad, MBA, No. Anggota A-3, Anggota dari Fraksi Partai Hanura.

BAKN-DPR RI | 6

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Sesuai dengan Pasal 114 UU No.27 Tahun 2009, dalam rangka lebih meningkatkan kelancaran tugas BAKN sejak tahun 2009, BAKN dibantu 5(lima) orang tenaga ahli, dengan komposisi sebagai berikut: 1. DR. H. Eddy RS, MH. ( Koordinator Tenaga Ahli BAKN); 2. Wisnu Thaib, Ak, MBA. ( Anggota); 3. Achmad Zamroni, Ak, ME (Anggota) 4. DR. Adli, SE, MSi. (Anggota) 5. DR. Evi Noor Afifah, SE, MSi. (Anggota) E. TUGAS BAKN Sesuai yang diamanatkan dalam Pasal 113 UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, serta Pasal 70, 71 dan 72 Peraturan DPR RI No.01/DPR RI/I/2009-2010 Tentang Tata Tertib, dijelaskan bahwa BAKN bertugas: 1. Melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemerikaan BPK yang disampaikan pada DPR RI; (Pasal 70 huruf (a)) 2. Menyampaikan hasil penelahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) kepada komisi; (Pasal 70 huruf (b)) 3. Menindaklanjuti hasil pemeriksaan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK atas Permintaan komisi; (Pasal 70 huruf (c)) 4. Memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan; (Pasal 70 huruf (d)) 5. Mengadakan rapat untuk melakukan penelaahan atas laporan hasil pemeriksaan BPK; (Pasal 70 ayat (1) huruf (a)) 6. Menyampaikan hasil telaahan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) kepada komisi berupa ringkasan temuan beserta analisis kebijakan berdasarkan hasil pemeriksaan semester BPK dan hasil temuan pemeriksaan dengan tujuan tertentu setelah BPK menyerahkan hasil temuan kepada DPR; (Pasal 70 ayat (1) huruf (b)) 7. Dapat menyampaikan hasil telaahan sebagaimana dimaksud dalam huruf (b) kepada alat kelengkapan selain komisi; (Pasal 70 ayat (1) huruf (c)) 8. Mengadakan pemantauan atas tindak lanjut hasil telaahan yang disampaikan kepada komisi; (Pasal 70 ayat (1) huruf (d)) 9. Membuat evaluasi dan inventarisasi atas tindak lanjut yang dilaksanakan oleh komisi; (Pasal 70 ayat (1) huruf (e)) 10. Dapat mengadakan koordinasi dengan unsur pimpinan komisi untuk membicarakan hasil pembahasan komisi atas hasil temuan pemeriksaan BPK; (Pasal 70 ayat (2) huruf (a)) 11. Dapat mengadakan rapat dengan komisi yang meminta penelaahan lanjutan atas hasil temuan pemeriksaan BPK; (Pasal 70 ayat (2) huruf (b)) 12. Dapat meminta penjelasan kepada BPK untuk menindaklanjuti penelaahan sebagaimana dimaksud dalam huruf (a) dan huruf (b); (Pasal 70 ayat (2) huruf (c)) 13. Menyampaikan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c kepada pimpinan DPR dalam rapat paripurna setelah terlebih dahulu dibicarakan dengan komisi; (Pasal 70 ayat (2) huruf (d)) 14. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf d, BAKN menginventarisasi permasalahan keuangan negara; (Pasal 71 ayat (3)) 15. Hasil kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 huruf a, huruf b, dan huruf d disampaikan kepada pimpinan DPR dalam rapat paripurna secara berkala. (Pasal 72). F. Hubungan antara BAKN dengan BPK RI 1. Penyampaian laporan hasil pemeriksaan (LHP) BPK RI, baik melalui rapat paripurna maupun melalui Pimpinan Dewan; 2. Mengundang dalam rangka meminta penjelasan BPK mengenai temuan dan tindak lanjut. BAKN-DPR RI | 7

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

3. Memberikan masukan kepada BPK dalam hal memberikan usulan mengenai objek pemeriksaan yang dianggap perlu untuk diperiksa oleh BPK, rencana kerja pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan serta penyajian dan kualitas laporan. G. Hubungan antara BAKN dengan Badan Anggaran 1. Penyampaian pokok-pokok temuan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dalam rangka pembahasan RUU Pertanggungjawaban atas Pelakanaan APBN 2. Penyampaian temuan-temuan K/L sebagai referensi dalam pembahasan APBN Induk dalam rangka rencana pelaksanaan sistem reward and punishment. H. Hubungan antara BAKN dengan Komisi 1. Penyampaian hasil telaahan BAKN terhadap Hasil Pemeriksaan Semester (Hapsem) I dan II BPK RI. 2. Melakukan rapat konsultasi dengan Pimpinan Komisi terhadap hasil telaahan BAKN atas temuan pemeriksaan BPK RI. 3. Melakukan pemantauan terhadap tindaklanjut Komisi atas temuan pemeriksaan BPK RI. 4. Penyampaian hasil penelaahan mengenai isu-isu keuangan negara yang krusial. 5. Memberikan usulan kepada Komisi untuk tindak lanjut atas temuan-temuan yang dianggap penting oleh BAKN. 6. Menginventarisasi tindak lanjut yang dilaksanakan oleh Komisi. I. Hubungan antara BAKN dengan Pimpinan DPR Menyampaikan laporan hasil kerja (ringkasan dan telaahan) atas laporan hasil pemeriksaan BPK beserta laporan tindak lanjutnya kepada Pimpinan DPR dalam rapat paripurna secara berkala. Pimpinan DPR RI Hasil kerja BAKN disampaikan kepada pimpinan DPR RI dalam rapat paripurna secara berkala.

J.

K. Press Release Pelaksanaan Press Release terhadap temuan hasil pemeriksaan yang telah ditelaah oleh BAKN.

BAKN-DPR RI | 8

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

BAB I PENDAHULUAN
Dalam era reformasi saat ini sangat diperlukan transparasi dan akuntabilitas pemerintah. Akuntabilitas dapat diartikan bahwa seluruh organ Pemerintah bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan secara efisien dan efektif. Akuntabilitas sangat diperlukan dimana masyarakat dapat memperoleh gambaran secara jelas dan transparan setiap program Pemerintah. Perbaikan transparasi dan akuntabilitas keuangan Negara merupakan bagian terpenting dari penegakan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Good governance memiliki pengertian sebagai suatu rangkaian proses, kebijakan, perundang-undangan dan peraturan yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan pemerintah. Pengertian good governance memiliki dua perspektif yaitu akuntabilitas dan kesesuaian antara kebijakan yang dibuat dan pelaksanaannya, yang dalam hal ini perlu menilai ekonomis, efesiensi dan efektif atas semua pelaksanaan kegiatan Pemerintah. Kewenangan DPR RI untuk melakukan pengawasan terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara (APBN) bila diperhatikan merupakan konsekuensi logis diberikannya otorisasi parlementer kepada pemerintah, dengan kewenangan tersebut DPR RI dapat melakukan verifikasi apakah pemerintah benar-benar telah melakukan amanah rakyat yang diberikan melalui para wakilnya di DPR RI. Pada dasarnya pengawasan DPR terhadap Keuangan Negara dimulai dari tahap penyusunan anggaran sesuai dengan pasal 23 UUD 1945 dan pasal 15 UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Tetapi pengawasan terhadap akuntabilitas dan tanggung jawab Keuangan dilaksanakan setelah BPK RI menyampaikan laporan hasil pemeriksaan kepada DPR RI sesuai dengan Pasal 17 UU NO 15 Tahun 2004 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Dalam rangka meningkatkan fungsi pengawasan DPR terhadap pertanggung jawaban Keuangan Negara maka dalam UU No 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD dibentuk Badan Akuntabilitas Keuangan Negara ( BAKN ) sebagai alat kelengkapan DPR yang bersifat tetap. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD serta peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Tata-Tertib antara lain menetapkan bahwa Badan Akuntabilitas Keuangan Negara bertugas antara lain: (a) melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang disampaikan kepada DPR; (b) menyampaikan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud dalam butir (a) kepada Komisi; (c) menindaklanjuti hasil pembahasan Komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK atas permintaan Komisi; (d) memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan, serta penyajian dan kualitas laporan. Dalam kurun waktu 2 ( dua ) tahun setelah terbentuknya BAKN, telah cukup banyak dirasakan manfaat fungsi pengawasan DPR terhadap Akuntabilitas Keuangan Negara yang dapat dilihat dari tindak lanjut rekomendasi hasil Pemeriksaan BPK yang telah dilaksanakan oleh Kementrian /Lembaga dan Pemerintah Daerah. Namun dari hasil pendalaman temuan BPK RI yang dilakukan oleh BAKN melalui Rapat Dengar Pendapat, Rapat Dengar Pendapat Umum, dan Kunjungan Kerja masih terdapat permasalahan-permasalahan yang dialami oleh Kementerian, Lembaga Negara, maupun Pemerintah Daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan negara. Permasalahan tersebut berasal dari peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan negara yang tidak sinkron antara satu dengan yang lainnya, misalnya antara Peraturan Menteri Keuangan dengan Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan Nasional dalam pengelolaan penerimaan negera bukan pajak (PNBP), penggunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Sosial (BANSOS). Sehingga seringkali menjadi kendala dalam pelaksanaan APBN/APBD di lain pihak kondisi-kondisi seperti menjadi temuan dalam pemeriksaan BPK RI. Oleh karena itu, BAKN melalui pimpinan DPR RI menyampaikan rekomendasi agar pemerintah melakukan sinkronisasi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan BAKN-DPR RI | 9

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

keuangan negara dan dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara serta mencegah terjadinya penyimpangan pengelolaan keuangan negara, maka perlu kiranya semua Penyelenggara Negara mentaati semua aturan yang terkait dengan keuangan negara dan melaksanakannya secara efisien, ekonomis dan efektif.

BAKN-DPR RI | 10

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

BAB II KINERJA BAKN DPR RI 2010 DAN 2011

A. PENELAAHAN BAKN ATAS TEMUAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI Pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara berdasarkan Pasal 23 ayat (1) E UUD 1945. Berkaitan dengan persyaratan profesional Pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional bagi para Pemeriksa dan organisasi, pelaksanaannya didasarkan pada Standar Pemeriksa Keuangan Negara (SPKN) atau disingkat dengan Standar Pemeriksaan yang ditetapkan dengan Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2007. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tentang SPKN ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Jo. Pasal 9 e Jo. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006. Tujuan Standar pemeriksaan ini adalah untuk menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. Sesuai dengan Undang-undang dan Peraturan tersebut diatas, jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI terdiri atas : 1. Pemeriksaan Keuangan; 2. Pemeriksaan Kinerja; dan 3. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT). Pemeriksaan Keuangan adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (Reasonable Assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia seperti standar akuntansi pemerintahan. Pemeriksaan Kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas. Dalam melakukan pemeriksaan kinerja, pemeriksa juga menguji kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundangundangan serta pengendalian intern. Pemeriksaan kinerja dilakukan secara obyektif dan sistematik terhadap berbagai macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja entitas atau program/kegiatan yang diperiksa. Pemeriksaan kinerja menghasilkan temuan, simpulan, dan rekomendasi. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat : eksaminasi (examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Pemeriksaan dengan tujuan tertentu meliputi antara lain pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Sejak dibentuknya BAKN pada bulan September 2009 berdasarkan UU No. 27 Tahun 2009 Pasal 113 ayat (1) huruf a dan b dan Peraturan DPR RI Nomor 1 Tahun 2009, BAKN melalui pimpinan DPR RI telah menerima laporan hasil pemeriksaan dari BPK RI dan telah dilakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK RI tersebut kemudian telah disampaikan kepada komisikomisi sesuai dengan bidangnya/mitra kerjanya, dengan penjelasaan sebagai berikut :

1. Penelaahan atas Hasil Pemeriksaan Periode Semester II Tahun 2009 a. Gambaran Umum Pemeriksaan Pada Semester II Tahun 2009, BPK melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, Bank BAKN-DPR RI | 11

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Indonesia, lembaga atau badan lain, badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), badan hukum milik negara (BHMN), dan badan layanan umum (BLU) yang seluruhnya berjumlah 769 obyek pemeriksaan, dengan fokus/sasaran pemeriksaan : 1) Pemeriksaan Keuangan, sebanyak 194 obyek pemeriksaan; 2) Pemeriksaan Kinerja, sebanyak 78 obyek pemeriksaan; dan 3) Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT), sebanyak 497 obyek pemeriksaan. Rincian obyek pemeriksaan adalah :
OBYEK PEMERIKSAAN Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah BUMN BUMD BHMN/BLU/Badan Lainnya JUMLAH FOKUS/SASARAN PEMERIKSAAN TUJUAN KEUANGAN KINERJA KHUSUS 18 126 190 55 312 1 1 23 1 3 35 2 1 1 194 78 497 JUMLAH 144 557 25 38 4 769

Disamping itu, dalam semester II Tahun 2009, BPK juga melakukan pemeriksaan yang bersifat investigasi atas kasus PT Bank Century Tbk, sesuai dengan permintaan DPR melalui surat No. PW/5487/DPR/DPRRI/IX/2009, kemudian hasil pemeriksaannya telah disampaikan oleh BPK kepada DPR dengan surat No.353/s/I/11/2009 tanggal 23 November 2009. Pemeriksaan Keuangan Pada Semester II Tahun 2009, telah dilakukan pemeriksaan keuangan terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) sebanyak 190 entitas, yaitu sebanyak 189 entitas Tahun 2008 dan 1 (satu) entitas Tahun 2007. Terhadap 189 LKPD Tahun 2008, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas 4 entitas, opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas 107 entitas, opini tidak wajar (TW) atas 11 entitas, dan opini tidak memberikan pendapat (TMP) atas 67 entitas. Opini WTP diberikan untuk Laporan Keuangan Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Pidie Jaya, Kota Langsa, dan Kota Sabang di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Hasil evaluasi terhadap sistem pengendalian intern (SPI) atas 189 LKPD, terdapat 1.649 kasus terdiri atas masalah kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan sebanyak 825 kasus, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja sebanyak 522 kasus,dan masalah kelemahan struktur pengendalian intern sebanyak 302 kasus. Pemeriksaan terhadap 189 LKPD Tahun 2008, ditemukan masalah ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan sebanyak 2.983 kasus senilai Rp 2,89 triliun, dengan rincian :
No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kelompok Temuan/Berakibat Kerugian Daerah Potensi Kerugian Daerah Kekurangan Penerimaaan Ketidakhematan/Pemborosan Ketidakefektifan Administrasi Jumlah Jumlah Kasus 870 233 572 121 206 981 2.983 Nilai (Rp Jutaan) 677.244,63 911.911,20 806.111,04 86.217,85 409.753,39 0,00 2.891.238,11

BAKN-DPR RI | 12

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Pemeriksaan Kinerja Pada Semester II Tahun 2009, BPK telah melaksanakan pemeriksaan kinerja atas 15 obyek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat, 44 obyek pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah, 15 RSUD, tiga perusahaan daerah air minum (PDAM), dan satu badan usaha milik negara (BUMN). Pemeriksaan kinerja pada Semester II Tahun 2009 dilakukan atas: a. Daerah Pemekaran Pemeriksaan kinerja daerah pemekaran dilakukan di Kementerian Dalam Negeri dan Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD), serta tiga provinsi yaitu Bengkulu, Kepulauan Riau dan Jawa Barat. Pemeriksaan tersebut bertujuan untuk menilai pemenuhan kewajiban pemerintah daerah hasil pemekaran selama masa transisi pemerintahan dan menilai efektivitas pencapaian tujuan pemekaran daerah. Hasil pemeriksaan atas kinerja daerah pemekaran menunjukkan bahwa dari delapan daerah otonom baru (DOB) yang diperiksa, hanya Pemerintah Kota Cimahi dan Kota Banjar yang dianggap cukup memenuhi kewajibannya selama masa transisi pemerintahan sesuai dengan UU pembentukannya dan PP No. 6 Tahun 2008. Sedangkan beberapa indikator kinerja Daerah Induk (DI) dan DOB yaitu seluruh komponen aspek kesejahteraan, belanja modal dan jumlah ketersediaan dokter ratarata tidak tercapai, karena masih di bawah rata-rata nasional seluruh kabupaten/kota di Indonesia b. Pengelolaan sarana dan prasarana serta tenaga pendidik pendidikan dasar dalam menunjang program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. BPK telah melakukan pemeriksaan kinerja atas pengelolaan sarana dan prasarana, serta tenaga pendidik pendidikan dasar dalam menunjang Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun (Program Wajar Dikdas 9 Tahun) pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan 31 pemerintah kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Pemeriksaan bertujuan untuk menilai aspek efektivitas pengelolaan sarana, prasarana dan tenaga pendidik pendidikan dasar dalam menunjang Program Wajar Dikdas 9 Tahun untuk Tahun 2008 dan Semester I Tahun 2009. Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa: - Lima pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pengelolaan sarana prasarana (sarpras) pendidikan dasar secara cukup efektif dan 27 pemerintah kabupaten/kota termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang efektif. - Satu pemerintah kabupaten telah mengelola tenaga pendidik pendidikan dasar secara cukup efektif, 29 pemerintah kabupaten/kota termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kurang efektif dan dua pemerintah kabupaten/kota tidak efektif. - Dua puluh empat pemerintah kabupaten/kota termasuk Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melakukan pengolahan data yang digunakan dalam menghitung angka partisipasi kasar (APK) dan angka partisipasi murni (APM) secara kurang efektif dan sebanyak delapan pemerintah kabupaten/kota tidak efektif. c. Pengelolaan Sampah Perkotaan Pemeriksaan kinerja atas pengelolaan sampah perkotaan dilaksanakan atas kegiatan pengelolaan sampah pada Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU), Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Bandung, Pemerintah Kota Bekasi, Pemerintah Kota Denpasar, dan Pemerintah Kabupaten Gianyar Tahun 2005 sampai dengan 2009. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa kebijakan dan pelaksanaan pelayanan persampahan belum efektif dalam mendukung pencapaian sasaran pembangunan BAKN-DPR RI | 13

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

persampahan nasional yang telah ditetapkan dalam RPJMN 2004-2009. Timbulan sampah yang tidak terangkut dan pengelolaan sampah yang tidak berwawasan lingkungan menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat, mengganggu kelestarian fungsi lingkungan (pemukiman, hutan, sungai, dan laut), dan melepaskan gas metana yang berkontribusi secara signifikan bagi perubahan iklim. d. Pengukuhan Kawasan Hutan Pemeriksaan kinerja atas Pelaksanaan Pengukuhan Kawasan Hutan TA 2005 s.d. 2009 (November 2009) dilaksanakan pada Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan Provinsi di Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Timur. Tujuan pemeriksaan pengukuhan kawasan hutan adalah untuk menilai apakah pengukuhan kawasan hutan telah dilaksanakan dengan ekonomis dan efektif. Hasil pemeriksaan BPK menyimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan pengukuhan kawasan hutan masih kurang ekonomis dan efektif karena adanya kelemahan dalam kebijakan dan pelaksanaan kegiatan pengukuhan kawasan hutan, serta ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan. e. Penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam pengelolaan situ di wilayah sungai ciliwung cisadane termasuk situ gintung. Pemeriksaan kinerja atas penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam pengelolaan situ di wilayah Sungai Ciliwung Cisadane termasuk Situ Gintung dilakukan pada Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU), Kementerian Kehutanan, Kementerian Dalam Negeri (Kementerian DN), Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan, serta instansi terkait lainnya. Pemeriksaan dilaksanakan bertujuan untuk menilai efektifitas penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam pengelolaan Situ Gintung dan situ lainnya di Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. Selain itu, pemeriksaan juga memiliki tujuan khusus, yaitu untuk menilai efektivitas: - Pencegahan bencana dalam pengelolaan Situ-Situ di wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. - Mitigasi bencana dalam pengelolaan Situ-Situ di wilayah Sungai Ciliwung Cisadane. - Tanggap darurat bencana situ gintung. - Rehabilitasi dan rekonstruksi bencana situ gintung. Hasil pemeriksaan atas penyelenggaraan penanggulangan bencana dalam pengelolaan situ di wilayah Sungai Ciliwung Cisadane termasuk Situ Gintung menunjukkan bahwa pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana tidak terencana, terpadu dan terintegrasi, sehingga cenderung menjadi tidak cepat, tepat, efisien dan efektif. Permasalahan tersebut ditinjau dari aspek kelembagaan, pencegahan, kejadian bencana Situ Gintung dan kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan. f. Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada 15 rumah sakit umum daerah (RSUD) kabupaten/kota bertujuan untuk: - Menilai efektivitas pengendalian intern terhadap kegiatan-kegiatan dalam pelayanan kesehatan;

BAKN-DPR RI | 14

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Menilai tingkat pencapaian kinerja pelayanan kesehatan berdasarkan indikatorindikator yang telah ditetapkan dan telah dilaksanakan secara ekonomis, efisien dan efektif; dan - Menilai apakah pengadaan sarana dan prasarana kesehatan telah memenuhi asas ekonomis sesuai ketentuan yang berlaku dan sesuai prasyarat yang ditetapkan, serta telah dimanfaatkan sesuai dengan peruntukkannya. Hasil pemeriksaan kinerja atas pelayanan kesehatan pada RSUD secara umum menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan pada RSUD belum optimal dan masih harus ditingkatkan. Hanya empat RSUD yang telah mencapai kategori pencapaian kinerja baik. g. PDAM Pemeriksaan kinerja atas Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) pada tiga PDAM bertujuan untuk: - Menilai apakah sistem pengendalian intern (SPI) telah dirancang dan dilaksanakan secara memadai untuk mencapai tujuan pengendalian; dan - Mengetahui dan menilai apakah perencanaan dan mekanisme pelayanan kepada pelanggan, upaya pengelolaan produksi, distribusi, serta evaluasi kinerja telah dilaksanakan secara efektif dan sesuai ketentuan yang berlaku. Hasil pemeriksaan kinerja atas PDAM secara umum menunjukkan bahwa perencanaan dan mekanisme pelayanan kepada pelanggan, upaya pengelolaan produksi, dan distribusi belum efektif. h. Kinerja Lainnya (7 entitas pusat dan 1 BUMN). Selain tema pemeriksaan kinerja di atas, BPK telah melaksanakan pemeriksaan kinerja pada delapan obyek pemeriksaan lainnya, yaitu tujuh obyek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat dan satu BUMN, dengan rincian sebagai berikut: - Perencanaan pinjaman luar negeri Tahun 2004 sampai dengan 2007 pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Kementerian PPN), serta entitas lainnya yang terkait. Temuan : Entitas tersebut belum efektif dalam melakukan proses perencanaan tas pinjaman luar negeri tahun 2004 s.d. 2007. - Kegiatan penagihan surat pemberitahuan kekurangan pembayaran bea masuk pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai (KPUBC) Tanjung Priok dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Tanjung Perak Surabaya. Temuan : Kedua entitas tersebut belum efektif dalam melakukan kegiatan penagihan surat pemberitahuan kekurangan pembayaran bea masuk (SPKPBM). - Pengelolaan pelatihan kerja berbasis kompetensi pada Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri (BBPLKLN) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Temuan : Entitas tersebut yang ada di Bekasi belum efektif mengelola kegiatan pelatihan kerja berbasis kompetensi baik diklat dasar instruktur, upgrading instruktur maupun pelatihan bagi pencari kerja. - Pelayanan jasa pengujian mutu barang pada Balai Pengujian Mutu Barang Ekspor dan Impor (BPMBEI) Direktorat Pengawasan dan Pengendalian Mutu Barang, Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan. Temuan : Entitas tersebut belum efektif dalam mengelola pelayanan jasa pengujian mutu barang. - Kegiatan perluasan (pencetakan) sawah dalam Program Peningkatan Ketahanan Pangan Tahun 2007 s.d. 2009 pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan BAKN-DPR RI | 15

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Air (PLA) Kementerian Pertanian, Dinas pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Temuan : Kedua entitas tersebut belum efektif dalam melaksanakan kegiatan pencetakan/perluasan areal persawahan dan masih perlu perbaikan. Manajemen penangkapan ikan pada Kantor Pusat Kementerian Kelautan dan Perikanan, unit pelaksana teknis (UPT) pelabuhan dan pengawasan dan pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan (P2SDKP), serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Sumatera Utara, Sulawesi Utara dan Maluku. Temuan : Ketiga entitas yang menjadi sampel pemeriksaan belum efektif dalam menetapkan kebijakan dan melaksanakan kegiatan pelayanan perijinan, pemungutan penerimaan Negara bukan pajak/pendapatan asli daerah (PNBP/PAD), pengolahan ikan, dan pengawasan penangkapan ikan yang menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Pelayanan Kantor Pertanahan Kota Jakarta Barat Tahun 2008 dan 2009 pada Badan Pertanahan Nasional. Temuan : Entitas tersebut belum efektif dalam mengelola pelayanan pertanahan khususnya pelayanan pendaftaran pertama kali. Kinerja PT Indonesia Power (IP). Temuan : Entitas tersebut dalam mengelola kegiatan pengaturan dan penggunaan bahan bakar pada operasi pembangkitan dan kegiatan pemeliharaan pada Unit Bisnis Pembangkit (UBP) Suralaya, UBP Semarang dan UBP Tanjung Priok belum optimal dan masih harus ditingkatkan, terlihat dari tidak tercapainya beberapa indikator kinerja yang berhubungan dengan fungsi pelayanan, peningkatan efisiensi, produktifitas, dan kualitas SDM, serta kegiatan pemeliharaan.

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu Pemeriksaan dengan tujuan tertentu (PDTT) pada semester II tahun 2009, antara lain dilakukan pada : - Pemeriksaan pendapatan negara di Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota di Jambi, PT. WKS, PT. RHM, dan PT. TMA tidak melaporkan hasil tebangan kayu sebanyak 4.300.332,51 m3 yang mengakibatkan kekurangan penerimaan negara berupa PSDH senilai Rp50,84 miliar dan sanksi denda pelanggaran eksploitasi hutan senilai Rp130,95 miliar. - Pemeriksaan pendapatan daerah di Kota Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, pendapatan atas bagian keuntungan PDAM Tirta Mukti senilai Rp5,00 miliar belum diterima. - Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban PNBP Perguruan Tinggi pada 12 perguruan tinggi, penggunaaan langsung PNBP senilai Rp147,33 miliar, diantaranya terjadi di Universitas Tanjungpura TA 2008 minimal senilai Rp23,57 miliar dan TA 2009 senilai Rp6,52 miliar. - Pemeriksaan belanja negara pada Kementerian Keuangan, perhitungan eskalasi harga kontrak pembangunan Gedung Sekretariat Jenderal Tower I kepada PT AK tidak sesuai ketentuan sehingga terdapat kelebihan pembayaran eskalasi harga senilai Rp18,27 miliar. - Pemeriksaan belanja daerah di Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, pelaksanaan pekerjaan peningkatan daya guna Waduk Benanga tidak sesuai kontrak mengakibatkan terjadi kelebihan pembayaran senilai Rp6,99 miliar. - Pemeriksaan manajemen aset di Provinsi Bengkulu, status kepemilikan tanah sebanyak 123 bidang seluas 2.073.233 m senilai Rp63,34 miliar belum jelas, sehingga rawan terhadap permasalahan/perselisihan hukum dan penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. BAKN-DPR RI | 16

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Pemeriksaan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Belum ada penjabaran lebih lanjut atas PP No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintah antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, khususnya terhadap urusan yang sifatnya concurrent (urusan bersama). Pemeriksaan pelaksanaan belanja bidang infrastruktur jalan dan jembatan di Provinsi Papua Barat, pelaksanaan pekerjaan pembangunan Jalan Ayawasi-Kebar TA 2008 dan TA 2009 tidak sesuai kontrak yang berakibat kekurangan volume pekerjaan, kelebihan pembayaran selain kekurangan volume pekerjaan, dan spesifikasi barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan kontrak yang merugikan keuangan daerah senilai Rp24,72 miliar. Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Pemeriksaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) Pada 16 kabupaten di delapan provinsi terdapat tunggakan pengembalian dana usaha ekonomi produktif (UEP) dan simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) senilai Rp11,70 miliar yang mengakibatkan dana tersebut tidak dapat segera dimanfaatkan untuk perguliran lebih lanjut. Pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan penyelenggaraan dan pelayanan kesehatan ibadah haji Tahun 1429/2008M di Departemen Agama. Terdapat pembayaran kompensasi biaya hidup kepada jemaah haji yang tinggal melebihi 39 hari akibat kesalahan Garuda belum dibagikan kepada jemaaah haji oleh Panitia Penyelenggara Ibadaha Haji (PPIH) senilai Rp480,25 juta. Pemeriksaan kegiatan penanganan bencana dan pengelolaan dana rehabilitasi serta rekonstruksi pasca bencana. Realisasi bantuan langsung masyarakat yang seharusnya digunakan untuk pembangunan kembali rumah yang rusak tetapi dibagikan kepada aparat desa/kecamatan dan tokoh masyarakat senilai Rp2,06 miliar. Pemeriksaan investigasi kasus PT Bank Century Tbk. Pemeriksaan kegiatan aparat pengawasan intern pemerintah. Pemeriksaan pelaksanaan kontrak kerja sama minyak dan gas bumi. Terdapat koreksi cost recovery pada kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) TI senilai Rp3,42 miliar, USD235,53 ribu, dan SGD5,30 ribu termasuk pengembalian untuk penggantian PPN atas barang kena pajak/jasa kena pajak yang tidak dapat di cost recovery. Pemeriksaan subsidi pemerintah. Pemeriksaan operasional BUMN. Pemeriksaan operasional RSUD, bank, dan PDAM.

b. Penyampaian Hasil Penelaahan BAKN Kepada Komisi Laporan-laporan hasil pemeriksaan BPK tersebut, oleh BAKN telah dilakukan penelaahan dan diselesaikan pada bulan Juli 2010 yang dikelompokkan sesuai dengan komisi DPR dan disampaikan pada komisi-komisi yang bersangkutan. Ringkasan temuan penting hasil pemeriksaan BPK yang perlu ditindak lanjuti oleh komisi adalah sebagai berikut : 1) Komisi I a) Hasil perbaikan suku cadang Pesawat MK-53 dan Pesawat Hawk 109/209 Tahun Anggaran 2007 di Dinas Aeronautika Angkatan Udara (DISAEROAU) senilai Rp 6.224.408.761,33 dan USD 1.250.663,80 tidak dapat mendukung kesiapan operasional pesawat mengakibatkan pemborosan Keuangan Negara. BAKN-DPR RI | 17

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b) Terdapat pemborosan Keuangan Negara senilai Rp 1.921.091.470,00 di lingkungan Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Departemen Pertahanan. 2) Komisi II a) Pengadaan sarana dan prasarana utama dan pendukung Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Tahun 2006 dan 2007 pada Ditjen Adminduk Departemen Dalam Negeri senilai Rp117.004.815.805,00 tidak terjamin kontinuitasnya diantaranya senilai Rp 2.159.906.200,00 tidak dimanfaatkan secara optimal. b) Terdapat pembayaran atas pengeluaran fiktif yang dilakukan oleh konsultan pada Ditjen Adminduk Departemen Dalam Negeri sebesar Rp 2.677.566.530,00 dan pengeluaran yang tidak dapat diyakini kebenarannya atas biaya tenaga ahli dan biaya non personil sebesar Rp2.305.598.150,00 pada pekerjaan Pengadaan Jasa Konsultan Penyajian Data Kependudukan dalam rangka Persiapan Pemilu 2009. 3) Komisi III a) Pembayaran atas kontrak pekerjaan Sewa/Langganan Telkom VPN IP TPI di Ditjen Imigrasi tidak sesuai ketentuan sebesar Rp 1.396.413.066,67 dan jaringan jang telah terpasang tidak dimanfaatkan senilai Rp 893.502.300,00. b) Pengadaan Tanah pada Ditjen Badan Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha diatas harga pasar sebesar Rp 1.318.460.000,00. 4) Komisi IV a) Perencanaan kegiatan pengembangan UPH Coco Biodiesel Tahun Anggaran 2007 Departemen Pertanian melalui Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian (P2HP) senilai Rp 1.683.927.500,00 kurang cermat. b) Pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan, PT. OPM (Ondop Perkasa Makmur) melakukan penebangan tanpa izin belum dikenakan denda sebesar Rp 7.640.518.545,00. 5) Komisi V Pekerjaan pemindahan terminal Bongkar Muat Batubara dari Stasiun Bekasi ke Stasiun Nambo tahap I di Direktur Prasarana Ditjen Perkerataapian Departemen Perhubungan tidak efektif dan memboroskan keuangan Negara Rp 11.207.460.000,00. 6) Komisi VI Biaya langsung non personil pekerjaan Jasa Konsultansi di Dekopin tahun anggaran 2007 dan 2008 senilai Rp 11.400.370.310,00 tidak didukung dengan bukti pembayaran dan tidak sesuai dengan ketentuan. 7) Komisi VII Pengeluaran biaya sebesar Rp3.152.600.100,00 untuk kegiatan Riset Insentif Kedirgantaraan di LAPAN tahun anggaran 2008 belum sepenuhnya efektif. 8) Komisi VIII Pembayaran honorarium Petugas Kesehatan Haji Tahun 1429H/ 2008M di Biro Umum Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan belum dipotong Pajak Penghasilan sebesar Rp 7.697.576.250,00. 9) Komisi IX BAKN-DPR RI | 18

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Jasa Giro Rekening Jamkesmas di .. (tidak jelas entitasnya) sebesar Rp 6.851.013.864,00 belum disetorkan ke Kas Negara. 10) Komisi X Prosedur pemberian Bantuan Pengembangan Pariwisata di Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata pada Departemen Kebudayaan dan Pariwisata tahun anggaran 2008 kepada Daerah senilai Rp 24.634.634.310,00 tidak sesuai ketentuan. 11) Komisi XI Kelemahan pemahaman Aspek Hukum petugas Pajak di Ditjen Pajak Departemen Keuangan berakibat pemberian imbalan bunga yang membebani Negara sebesar Rp 599.168.124.042,00

2. Penelaahan atas Hasil Pemeriksaan Semester I Tahun 2010 a. Gambaran Umum Pemeriksaan Pada Semester I Tahun 2010, BPK melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara pada pemerintah pusat, pemerintah daerah, Bank Indonesia, lembaga atau badan lain, badan usaha milik negara (BUMN), badan usaha milik daerah (BUMD), badan hukum milik negara (BHMN), dan badan layanan umum (BLU) yang seluruhnya berjumlah 528 obyek pemeriksaan, dengan fokus pemeriksaan : Pemeriksaan Keuangan, sebanyak 437 obyek pemeriksaan; Pemeriksaan Kinerja, sebanyak 7 obyek pemeriksaan; dan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT), sebanyak 84 obyek pemeriksaan. Rincian obyek pemeriksaan adalah :
FOKUS/SASARAN PEMERIKSAAN TUJUAN KEUANGAN KINERJA KHUSUS 79 4 27 350 27 3 3 22 1 5 7 437 7 84

OBYEK PEMERIKSAAN Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah BUMN BUMD BHMN/BLU/Badan Lainnya JUMLAH

JUMLAH 110 177 28 1 12 528

Pemeriksaan Keuangan Pada Semester I Tahun 2010, telah dilakukan pemeriksaan keuangan terhadap Laporan Keuangan : Pemerintah Pusat, terdiri atas 1 (satu) laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) Tahun 2009 dan 78 laporan keuangan kementerian/lembaga (LKKL) tahun 2009. Pemerintah Daerah, terdiri atas 348 laporan keuangan pemerintah daerah (LKPD) tahun 2009, 1 (satu) LKPD tahun 2007, dan 1 (satu) LKPD tahun 2008. BUMN, terdiri atas 2 (dua) laporan keuangan BUMN tahun 2009 dan 1 (satu) laporan keuangan BUMN tahun 2008. BUMD, terdiri atas 4 (empat) laporan keuangan badan lainnya tahun 2009 dan 1 (satu) laporan keuangan badan lainnya tahun 2008. Atas 78 LKKL tersebut meliputi neraca, laporan realisasi APBN (LRA), laporan arus kas (LAK), dan catatan atas laporan keuangan (CALK). Terhadap 78 LKKL Tahun 2009, BPK memberikan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) atas 44 KL, opini wajar dengan BAKN-DPR RI | 19

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

pengecualian (WDP) atas 26 KL, dan opini tidak memberikan pendapat (TMP) pada 8 KL. Perkembangan opini LKKL Tahun 2007 sampai dengan LKKL Tahun 2009 dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut ini. Pemeriksaan Kinerja Dalam Semester I Tahun 2010, BPK telah melaksanakan pemeriksaan kinerja atas empat objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat dan tiga objek pemeriksaan di lingkungan badan usaha milik negara (BUMN). Pemeriksaan kinerja tersebut dilakukan atas: - Pengembangan Sistem Informasi Kepegawaian pada BKN - Penagihan Piutang Pajak pada di lingkngan Kementerian Keuangan - Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap - Pemeriksaan Kinerja Lainnya Dalam Semester I Tahun 2010, BPK telah melaksanakan pemeriksaan kinerja pada dua objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat dan dua BUMN dengan rincian sebagai berikut : (1) Pengelolaan penerimaan dan penyaluran alat kontrasepsi pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat dan Provinsi Jawa Barat. (2) Pengadaan kapal pengawasan sumber daya kelautan (SDK) pada Direktorat Jenderal Pengawasan dan Pengendalian Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (Ditjen P2SDKP), Kementerian Kelautan dan Perikanan. (3) Kegiatan pengambilan bahan tambang, produksi sendiri bijih timah, dan penjualan logam timah pada PT Timah (Persero) Tbk. (4) Pengelolaan aset pada PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero). Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDTT) Dalam Semester I Tahun 2010, BPK telah melakukan PDTT atas 57 entitas yang terbagi dalam 84 objek pemeriksaan. Objek pemeriksaan tersebut terdiri dari 27 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah pusat, 27 objek pemeriksaan di lingkungan pemerintah daerah, 22 objek pemeriksaan di lingkungan BUMN, 1 objek pemeriksaan di lingkungan BUMD, dan 7 objek pemeriksaan di lingkungan BHMN/BLU/badan lainnya. Cakupan pemeriksaan atas 84 objek pemeriksaan tersebut adalah senilai Rp 413,45 triliun. Hasil pemeriksaan tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa tema sebagai berikut : - pelaksanaan belanja; - pengelolaan pendapatan negara; pengelolaan dana otonomi khusus dan dana bagi hasil; - pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi NAD-Nias; - pelaksanaan subsidi pemerintah; operasional BUMN; dan - selain tema pemeriksaan di atas terdapat delapan objek pemeriksaan dengan tujuan tertentu yang tidak bisa ditemakan sehingga dikelompokkan dalam bab pemeriksaan dengan tujuan tertentu lainnya. b. Penyampaian Hasil Penelaahan Kepada Komisi Laporan-laporan hasil pemeriksaan BPK tersebut, oleh BAKN telah dilakukan telaahan yang dikelompokkan sesuai dengan kelompok Mitra Kerja Kementerian/Lembaga pada masing-masing komis DPR dan disampaikan pada komisi-komisi yang bersangkutan. Ringkasan temuan penting hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada masingmasing komisi, adalah sebagai berikut : BAKN-DPR RI | 20

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

1) Komisi I a) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Kementerian Luar Negeri yang tertuang dalam akun kas pada Bendahara Penerimaan belum disetor ke Kas Negara dan terdapat ketidakjelasan penerimaan penyetoran dari perwakilan RI di Luar Negeri. b) Penghapusan Aset Tetap senilai Rp 11,9 miliar di Badan Intelijen Negara (BIN) tidak sesuai dengan ketentuan. c) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Kementerian Komunikasi dan Informatika, terdapat Biaya Hak Penyelenggaraan (BHP) Telekomunikasi dan Kontribusi Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KKPU/USO) yang belum dipungut sebesar Rp 15,8 miliar. 2) Komisi II a) Kementerian Sekretariat Negara membiayai pekerjaan Pengadaan Motor Penggerak Pintu Masuk Pesawat di Hanggar Pesawat VVIP Halim Perdanakusuma Jakarta Milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) sebesar Rp2.611.260.520,00 (yang dipermasalahkan tidak jelas). b) Kementerian Sekretariat Negara membiayai pekerjaan Pengadaan Peralatan Kesehatan Intensive Care Unit (ICU) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto Jakarta sebesar Rp 6.515.600.000,00. (yang dipermasalahkan tidak jelas). c) Aset Tetap Tanah sebesar Rp507,35 Miliar dan Bangunan sebesar Rp28,24 Miliar (dalam uraian nilai Tanah sebesar Rp6.955.152.165.320,00 dan bangunan sebesar Rp1.172.718.807.886,00) Milik Kementerian Sekretariat Negara digunakan untuk kepentingan Pihak Ketiga yang tidak sesuai Tugas Pokok serta Fungsi dan tidak memberikan kontribusi kepada Negara. d) Terdapat 3 (tiga) buah kendaraan milik Satker Sekretariat Wakil Presiden masih digunakan atau dikuasai oleh mantan pejabat Sekretariat Negara dan Sekretaris Jenderal Dewan Kerajinan Nasional. e) Pendapatan dan penerimaan Hibah pada Kementerian Dalam Negeri sebesar Rp 4.079.975.000,00 digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN. f) Bantuan Ormas sebesar Rp 4,9 miliar di Kementerian Dalam Negeri tidak sesuai Pedoman Pemberian Bantuan, sebesar Rp 1.850.000.000,00 tanpa penetapan Kemendagri, Proposal dan Laporan Kegiatan serta sebesar Rp 320 juta berada pada Bendahara Pengeluaran. 3) Komisi III a) Harga Kontrak Pengadaan Kendaraan Tahanan Kejaksaan Agung yang dilaksanakan secara Penunjukan Langsung lebih tinggi sebesar Rp 1.3 miliar. b) Barang Rampasan di Kejaksaan senilai Rp10,5 miliar dari Perkara Pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap ( Inkracht ) tidak dapat dilelang. c) Terdapat Aset Milik Negara di Kejaksaan senilai Rp 3,2 miliar berupa Tanah dan Kendaraan Operasional yang belum dilengkapi dengan bukti kepemilikan yang sah. d) Pengelolaan Dana Hibah di Badan Narkotika Nasional senilai Rp 1,3 miliar tidak sesuai ketentuan. e) Komisi Yudisial tidak melaporkan pendapatan Hibah Tahun 2009 kepada Direktur Jenderal Pengelolaan Utang sebesar Rp 1,7 miliar dan menggunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN.

BAKN-DPR RI | 21

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

4) Komisi IV a) Pemegang Izin pinjam pakai Kawasan Hutan tidak melakukan kewajibannya senilai Rp 2,1 miliar sesuai dengan Permenhut No.P. 56/Menhut-II/2008. b) Dana Pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti Kementerian Kehutanan senilai Rp 151,5 miliar dikelola di luar mekanisme APBN. c) Aset Tetap di Kementerian Kehutanan berupa Tanah seluas 3.444.022 m2 senilai Rp 33,7 miliar belum bersertifikat. d) Kegiatan Pembinaan Kelautan dan Perikanan di Kementerian Kelautan dan Perikanan sebesar Rp 211.625.000,00 fiktif. 5) Komisi V a) Aset Tanah di Kementerian Perhubungan seluas 293.134 m senilai Rp 41.699.628.046,00 belum bersertifikat/didukung bukti kepemilikan yang sah dan beberapa diantaranya masih dalam sengketa. b) Kendaraan Dinas di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal senilai Rp 1,1 miliar digunakan untuk kepentingan pribadi yang tidak sesuai dengan Tupoksi. c) Terdapat Bukti Tiket Pesawat di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika sebesar Rp 2,7 miliar tidak benar pada belanja perjalanan dinas BMKG. d) Bukti pertanggungjawaban realisasi belanja perjalanan di Kementerian Perumahan Rakyat senilai Rp 3,4 miliar tidak sesuai kenyataan. 6) Komisi VI a) Pengelolaan Hibah Proyek ITAP (Indonesia Trade Assistance Project) senilai Rp 27,1 miliar pada Kementerian Perdagangan tidak tertib. b) Prosedur penatausahaan beban representasi Direksi PT Taspen senilai Rp 1,9 miliar tidak sesuai dengan ketentuan. c) PT Indofarma (INAF) mengeluarkan biaya jasa bantuan hukum minimal sebesar Rp 2,6 miliar untuk kepentingan mantan direksi dan pegawai yang telah ditetapkan sebagai terdakwa dan/atau dijadikan saksi dalam perkara dugaan tindak pidana. 7) Komisi VII a) Pertanggungan Belanja Perjalanan Dinas di Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebesar Rp4,95 miliar tidak didukung dengan bukti yang valid. b) Kendaraan Dinas Roda Empat Milik LIPI yang digunakan untuk kepentingan pribadi belum dikembalikan kepada LIPI. 8) Komisi VIII a) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di lingkungan Kementerian Agama belum disetor ke Kas Negara per 31 Desember 2009 Sebesar Rp 11.577.622.183,01 di antaranya digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN sebesar Rp 4,98 miliar dan PNBP yang terlambat disetor ke Kas Negara sebesar Rp 33,81 miliar. b) Sisa Uang Persediaan (UP)/Tambahan Uang Persediaan (TUP) di Kementerian Agama sebesar Rp 1,4 miliar terlambat disetor ke Kas Negara. c) Terdapat PNBP Kementerian Agama dari UIN Alauddin Makassar Sebesar Rp 4,6 miliar yang digunakan langsung pada periode sebelum ditetapkan sebagai BLU. d) Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan untuk Belanja Barang Kegiatan Fasilitasi Stimulan Tahun 2009 sebesar Rp 6,02 miliar terlambat dan tidak dilaksanakan oleh Penerima Dana.
2

BAKN-DPR RI | 22

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

9) Komisi IX a) Terdapat Pungutan pada Kementerian Kesehatan Minimal sebesar Rp 15,7 miliar tidak ada dasar hukumnya dan sebesar Rp 10.963.501.688,00 digunakan langsung diluar mekanisme APBN. b) Hibah Bantuan Luar Negeri yang diterima langsung oleh Kemenkes selama TA 2009 senilai Rp 514,1 miliar sudah dipertanggungjawabkan kepada Pemberi Hibah, namun belum melalui mekanisme APBN. c) Beberapa Kendaraan Dinas Roda Empat Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Masih digunakan dan dikuasai oleh pejabat yang telah purnabakti dan terdapat pejabat yang menggunakan lebih dari satu kendaraan dinas. 10) Komisi X a) Pembayaran biaya langsung non personil pada kontrak konsultan di Kementerian Pendidikan Nasional tidak didukung bukti senilai Rp3,9 miliar. b) Dana bantuan sosial Kementerian Pemuda dan Olah Raga sebesar Rp10,8 miliar dipertanggungjawabkan oleh KONI dan KOI tidak memadai dan pungutan pajak sebesar Rp 1,6 miliar belum disetor ke Kas Negara. c) Aset Tetap senilai Rp 3,95 miliar di Kementerian Pemuda dan Olah Raga dihibahkan tanpa persetujuan Menteri Keuangan. 11) Komisi XI a) Realisasi Belanja Modal Akhir Tahun di Kementerian Keuangan sebesar Rp 11,78 miliar tidak didukung bukti yang valid. b) Realisasi pembayaran pembangunan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kotamobagu tidak sesuai dengan prestasi fisiknya sehingga terdapat indikasi kerugian Negara sebesar Rp 3,42 miliar. c) Terdapat dana pada rekening Bendahara Penerimaan di Kementerian Keuangan dari setoran tidak jelas minimal sebesar Rp 9,47 miliar. d) Penerimaan kerjasama antara BPKP dengan Pemda atau BUMD dikelola di luar mekanisme APBN minimal sebesar Rp 6,77 miliar. e) Realisasi belanja kegiatan Perjalanan Dinas di BPKP sebesar Rp 2,73 miliar tidak sesuai peruntukannya.

3. Penelaahan atas Hasil Pemeriksaan Pada LKPP Tahun 2010 Ringkasan hasil penelahaan BAKN atas hasil pemeriksaan BPK RI pada LKPP Tahun 2010 yang disampaikan kepada Komisi-Komisi adalah sebagai berikut : a. Opini Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2010, mendapatkan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) karena terdapat beberapa temuan yang mempengaruhi opini seperti dijelaskan dalam hasil pemeriksaan berikut. b. Temuan Pemeriksaan BPK Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) a) Realisasi Penerimaan Perpajakan untuk Tahun 2010 adalah sebesar Rp723,31 triliun. Penerimaan Perpajakan tersebut termasuk Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar Rp11,28 triliun dan Pajak Bumi dan Bangunan Minyak dan Gas (PBB Migas) sebesar Rp19,30 BAKN-DPR RI | 23

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b)

c)

triliun. Pengakuan, penagihan, dan pencatatan penerimaan perpajakan tersebut bermasalah sebagai berikut. : (1) Sistem pencatatan penerimaan perpajakan lemah (2) Direktorat Jenderal Pajak (DJP) tidak menggunakan dokumen yang sah sesuai UU PBB untuk menagih PBB Migas tahun 2010 sebesar Rp19,30 triliun. DJP juga menggunakan data dasar pengenaan pajak yang tidak valid sebagai berikut: (a) Data hasil produksi yang digunakan berbeda sebesar 56,78 juta barel dan 1.244,82 juta mscf dengan hasil produksi yang dilaporkan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS); (b) Luas 51 kabupaten/kota lebih besar 46.682 km2 dibanding luas wilayah administrasi kabupaten/kota yang ditetapkan Menteri Dalam Negeri, dan (c) Data wilayah kerja tidak mengecualikan wilayah yang bukan hak wilayah kerja pertambangan sesuai UU Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak Bumi dan Gas Bumi. Data yang ada tidak memungkinkan BPK untuk meyakini kewajaran dasar pengenaan PBB Migas. 3) Pemerintah melaporkan PPN DTP Tahun 2010 sebesar Rp11,28 triliun sebagai penerimaan perpajakan sekaligus belanja subsidi dalam LRA. Pengakuan pajak DTP tersebut berdasarkan UU Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara-Perubahan (APBN-P) Tahun 2010.BPK berpendapat, penyelesaian PPN melalui Pajak Ditanggung Pemerintah tidak sesuai dengan UU PPN pasal 16B yang menyatakan penyelesaian PPN melalui dibebaskan atau tidak dipungut sebagian/seluruhnya. Pemerintah mengungkapkan Piutang Pajak sebesar Rp70,95 triliun, diantaranya sebesar Rp54,01 triliun merupakan Piutang Pajak yang dikelola DJP. Sistem pencatatan Piutang Pajak di DJP masih menunjukkan kelemahan, yaitu (1) Penambahan piutang menurut data aplikasi piutang berbeda sebesar Rp2,51 triliun dengan dokumen sumbernya yaitu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Tagihan Pajak (STP) dan (2) Pengurangan Piutang PBB berbeda sebesar Rp1,03 triliun dengan penerimaannya. Data dan catatan yang ada tidak memungkinkan BPK untuk menguji kewajaran Piutang Pajak. Pemerintah mengungkapkan Aset Tetap sebesar Rp1.184,30 triliun yang merupakan nilai Aset Tetap berdasar Neraca Kementerian Negara/Lembaga (KL) dan Neraca BUN. Aset Tetap dinilai dengan menggunakan metode harga perolehan dan belum memperhitungkan penyusutan. Pemerintah telah melakukan Inventarisasi dan Penilaian (IP) atas Aset Tetap yang diperoleh sebelum Neraca Awal per 31 Desember 2004. IP dinyatakan selesai per 31 Maret 2010, tetapi masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaan dan pencatatan hasil IP sebagai berikut: (1) Nilai koreksi hasil IP berbeda dengan hasil koreksi pada Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara (SIMAK BMN) sebesar Rp12,95 triliun; (2) Aset Tetap dengan nilai perolehan sebesar Rp5,34 triliun pada delapan KL belum dilakukan IP; (3) Hasil IP pada empat KL senilai Rp56,42 triliun belum dibukukan; dan (4) IP tidak mencakup penilaian mengenai umur manfaat sehingga Pemerintah belum dapat melakukan penyusutan terhadap Aset Tetap. Nilai Aset Tetap yang dilaporkan bisa berbeda secara signifikan jika Pemerintah menyelesaikan IP, mencatat seluruh hasil IP, serta memberlakukan penyusutan. BAKN-DPR RI | 24

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Kelemahan Sistem Pengendalian Intern. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas LKPP diantaranya adalah sebagai berikut. 1) Penerimaan Perpajakan menurut SAU senilai Rp965,40 miliar belum dapat direkonsiliasi dengan Penerimaan menurut SAI dan transaksi pembatalan (reversal) Penerimaan Perpajakan senilai Rp3,39 triliun tidak dapat diyakini kewajarannya; 2) Pelaksanaan monitoring dan penagihan atas kewajiban PPh Migas tidak optimal sehingga selisih kewajiban PPh Migas sebesar Rp1,25 triliun tidak dipantau dan kekurangan PPh Migas sebesar Rp2,60 triliun belum ditagih; 3) Terdapat inkonsistensi penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PPh Migas dan perhitungan Bagi Hasil Migas sehingga Pemerintah kehilangan Penerimaan Negara minimal sebesar Rp1,43 triliun; 4) Penerimaan Hibah langsung minimal sebesar Rp868,43 miliar pada 18 KL belum dilaporkan kepada BUN dan dikelola diluar mekanisme APBN 5) Pengelompokan jenis Belanja pada saat penganggaran tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebesar Rp4,70 triliun; 6) Saldo dan klasifikasi akun Uang Muka dari Rekening BUN sebesar Rp1,88 triliun yang disajikan pada LKPP Tahun 2010 belum dapat diyakini kewajarannya; 7) Sistem pengendalian atas pencatatan Piutang Pajak oleh DJP tidak memadai; 8) Aset Tetap yang dilaporkan dalam LKPP Tahun 2010 belum seluruhnya dilakukan Inventarisasi dan Penilaian (IP), masih berbeda dengan Laporan Hasil IP, dan belum didukung dengan pencatatan Pengguna Barang yang memadai; 9) Status penitipan, pengelolaan, penggunaan, dan pertanggungjawaban potongan gaji PNS untuk Iuran Dana Pensiun masih belum diatur dengan jelas; dan 10) Saldo Anggaran Lebih (SAL) Tahun 2010 masih berbeda dengan rincian fisik kas. Kepatuhan Atas Peraturan Perundang Undangan Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan, kecurangan, dan ketidakpatutan : a. Penetapan, penagihan, dan pembayaran PBB Migas tidak sesuai dengan UU PBB dan UU Migas sehingga realisasi PBB Migas sebesar Rp19,30 triliun tidak diyakini kewajarannya; b. Penyelesaian PPN sebesar Rp11,28 triliun melalui mekanisme Pajak Ditanggung Pemerintah tidak sesuai dengan UU PPN; c. PNBP pada 41 KL minimal sebesar Rp368,97 miliar belum dan/atau terlambat disetor ke Kas Negara dan sebesar Rp213,75 miliar digunakan langsung di luar mekanisme APBN; d. Pengalokasian Dana Penyesuaian tidak berdasarkan kriteria dan aturan yang jelas; e. Realisasi Belanja Barang pada 44 KL sebesar Rp110,48 miliar dan USD63.45 ribu tidak dilaksanakan kegiatannya, dibayar ganda, tidak sesuai bukti pertanggungjawaban, dan tidak didukung bukti pertanggungjawaban. Telaahan Atas Pelaksanaan Transparansi Fiskal Pemerintah Pusat Tahun 2010 Jika dibandingkan dengan tahun 2009 pemenuhan kriteria transparansi fiskal untuk tahun 2010 mengalami penurunan. Hasil reviu pada tahun 2009 menunjukkan dari 45 kriteria yang ditetapkan, 24 kriteria sudah terpenuhi, 20 kriteria belum sepenuhnya terpenuhi, dan 1 kriteria belum terpenuhi. Sedangkan pada tahun 2010 dari 45 kriteria yang ditetapkan, 20 kriteria sudah terpenuhi, 24 kriteria belum sepenuhnya terpenuhi, dan 1 kriteria belum terpenuhi. BAKN-DPR RI | 25

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Permasalahan-permasalahan yang diungkapkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2006, 2007, 2008, dan 2009 sebagian masih ditemukan pada LKPP Tahun 2010. a. Kejelasan Peran Dan Tanggung Jawab Pemerintah. b. Proses Anggaran yang Terbuka c. Ketersediaan Informasi Bagi Publik

4. Penelaahan Atas Hasil Pemeriksaan Periode Semester II Tahun 2010 a. Gambaran Umum Pemeriksaan Dari hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2010 terhadap 734 objek pemeriksaan, BPK menemukan 6.355 kasus senilai Rp 6,46 triliyun dan USD 156,43 juta. b. Penyampaian Hasil Penelaahan Kepada Komisi Laporan-laporan hasil pemeriksaan BPK tersebut, oleh BAKN telah dilakukan penelaahan sesuai dengan kelompok Mitra Kerja Kementerian/Lembaga pada masing-masing komis DPR dan disampaikan pada komisi-komisi yang bersangkutan. Penyajian hasil penelaahan BAKN pada semester II Tahun 2010 mengalami beberapa perubahan dan berbeda dengan hasil telaahan semester sebelumnya. Ringkasan hasil penelahaan BAKN yang disampaikan kepada masing-masing komisi, adalah sebagai berikut : 1) KOMISI I Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi I DPR RI terdiri atas 16 objek pemeriksaan, 1 (satu) objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Kinerja dan 15 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) Pemeriksaan Kinerja Pusat Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pertahanan Kementerian Pertahanan Temuan : Hasil pemeriksaan BPK RI menunjukkan bahwa penyelenggaraan diklat pada Pusdiklat Jemenhan Badiklat Dephan telah dilaksanakan cukup efektif pada aspek pelaksanaan, namun belum dilaksanakan secara efektif pada aspek-aspek : perencanaan, pengawasan, pelaporan, dan evaluasi. yaitu : (1) Struktur Organisasi, Sumber Daya, dan Perencanaan (2) Sistem dan Prosedur Penyelenggaraan Diklat. (3) Pelaporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Diklat b) Pemeriksaan Belanja dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2009 dan 2010 pada Kedutaan RI Budapest di Hongaria. Temuan : (1) Pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pada Perwakilan RI Budapest Belum Tertib. (2) Terdapat Pembelian Barang Senilai US$207,469.94 Eq. Rp1.877.602.957,00 Yang Belum Diajukan Restitusi Pajaknya. (3) KBRI Budapest Belum Menyusun Laporan Keuangan Semester I Tahun 2010. BAKN-DPR RI | 26

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

c) Pemeriksaan Belanja dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2009 dan 2010 pada Kedutaan RI Kuala Lumpur di Malaysia. Temuan : (1) Terdapat Kasus Penggelapan Uang Sebesar USD1,192,691.84 dan RM99,997.68 yang Telah Diputus Pengadilan dengan Berkekuatan Hukum Tetap Masih Membebani Pembukuan KBRI Kuala Lumpur. (2) Dana Penyetoran Sisa UP KBRI Kuala Lumpur TA 2009 Tidak Sesuai Ketentuan (3) Terdapat Pembebanan Anggaran pada KBRI Kuala Lumpur yang Belum Terselesaikan. d) Pemeriksaan Belanja dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Tahun 2009 dan 2010 pada Kedutaan RI Moskow di Rusia. Temuan : (1) Pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pada Kedutaan Besar Republik Indonesia Di Moskow Belum Tertib. (2) Terdapat Saldo Pihak Ketiga Minus Senilai US$126,097.66 Eq. Rp1.141.183.823,00 Yang Belum Terselesaikan. (3) Penyetoran Sisa UP KBRI Moskow TA 2009 Senilai US$220,719.42 Eq. Rp2.102.352.475,50 Tidak Sesuai Ketentuan. e) Pemeriksaan Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan TA 2008 dan 2009 (Triwulan III) pada Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Surabaya. Temuan : Pengelolaan Dana Pendapatan Hasil Pemanfaatan Fasilitas Dinas (DPHP Fasdin) pada Lantamal V tahun anggaran 2008 dan 2009 Tidak Sesuai dengan Ketentuan f) Pemeriksaan Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan TA 2007, 2008 dan 2009 (Triwulan I) pada Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) di Jakarta. Temuan : (1) Pola Pertanggungjawaban Pengelolaan Anggaran dan Kegiatan Operasi di Lingkungan Koarmabar Belum Sepenuhnya Transparan dan Akuntabel (2) Pelaksanaan Pekerjaan Peningkatan Kemampuan Slipway Fasharkan Jakarta Berlarut-larut dan Terdapat Potensi Kelebihan Pembayaran senilai Rp603.466.863,00

g) Pemeriksaan Pelaksanaan Anggaran dan Kegiatan TA 2008 dan 2009 pada Komando Pemeliharaan Materil TNI AU (Koharmatau) dan Jajarannya serta Dinas Terkait di Bandung, Solo, Malang, dan Madiun. Temuan : Kerjasama Pemanfaatan Fasilitas Pemeliharaan di Depohar 10 dan Depohar 70 Belum Sesuai Ketentuan. h) Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja Lain-Lain (BA 999.06) TA 2009 dan Semester I 2010 pada Lembaga Penyiaran Publik RRI di Jakarta, Jogjakarta, Surakarta, Makasar, Surabaya, Malang, Denpasar, dan Singaraja. Temuan : a) Pertanggungjawaban Biaya Perjalanan Dinas Sebesar Rp133,27 Juta Fiktif dan Sebesar Rp190,81 Juta Tidak Dapat Diyakini Kebenarannya. b) Terdapat Pemecahan Kontrak atas Beberapa Pekerjaan Tahun Anggaran 2009 Sebesar Rp1.293,87 Juta dan Semester 1 Tahun 2010 Rp464,78 Juta. BAKN-DPR RI | 27

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2) KOMISI II Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi II DPR RI terdiri atas 13 objek pemeriksaan dengan jenis pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan TA 2009 dan 2010 pada Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri di Jakarta, NAD, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, NTB, dan Sulawesi Selatan, serta Instansi terkait lainnya.\ Temuan : (1) Pembayaran Honorarium sebesar Rp5.366.791.290,00 Boros, serta Pembayaran Biaya Non Personil sebesar Rp404.353.666,67 dan Perjalanan Dinas Minimal Sebesar Rp228.206.201,00 oleh Perusahaan Jasa Konsultan Berpotensi Merugikan Negara (2) Pengadaan Belanja Modal Minimal Senilai Rp837.300.000,00 Terindikasi Dipecah-Pecah Untuk Menghindari Proses Pelelangan, dan Tidak Ekonomis Sebesar Rp3.800.000,00, serta Tidak Ada Jaminan Pelaksanaan Sebesar Rp11.360.000,00 b) Pemeriksaan Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Partai Politik TA 2008 dan 2009 pada Ditjen KESBANGPOL Kementerian Dalam Negeri. Temuan : (1) Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Parpol di Provinsi D.I Yogyakarta dan Enam Kabupaten/Kota Tidak Sesuai Dengan Permendagri Nomor 25 Tahun 2006 dan Nomor 24 Tahun 2009 Sebesar Rp866.426.500,00. (2) Bukti Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Bantuan Parpol pada Delapan DPD/DPC Parpol Kota Medan dan Kabupaten Kulon Progo Tidak Memadai Sebesar Rp190.294.221,00. (3) Pemberian Bantuan Keuangan kepada DPD/DPW/DPC Parpol yang Tidak Mendapatkan Kursi di DPRD Sebesar Rp434.950.000,00 pada Empat Provinsi dan Sebesar Rp1.658.181.500,00 pada 34 Kabupaten/Kota. (4) Kelebihan Pemberian Bantuan Keuangan Kepada DPD/DPW/DPC Parpol Sebesar Rp13.258.282.527,00 pada Enam Provinsi dan 74 Kabupaten/Kota. c) Pemeriksaan Pengelolaan Penerimaan dan Belanja Kantor Pusat BPN RI TA 2009 dan 2010 pada BPN RI di Jakarta. Temuan : (1) Penetapan biaya langsung personel pada beberapa pekerjaan jasa konsultan sebesar Rp4.835.822.780,00 tidak berdasarkan persyaratan yang semestinya dan biaya non personil lebih dibayar sebesar Rp32.945.000,00. (2) Biaya diklat teknis sistem administrator komputerisasi kantor pertanahan (KKP) dan biaya diklat program Larasita tidak sesuai standar biaya umum sebesar Rp211.835.000,00 dan terjadi kelebihan bayar sebesar Rp30.202.126,00. d) Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 TA 2009 pada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jakarta. Temuan : (1) Realisasi anggaran BA 999.06 sebesar Rp 8.612.993.369,00 atau 94,67% dari anggaranuntuk Belanja Pegawai Tidak Sesuai Peruntukannya. BAKN-DPR RI | 28

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2) Pelaksanaan Kegiatan Penilaian Dokumen Usulan dan Persiapan Pelaksanaan Reformasi Birokrasi sebesar Rp1.250.000.000,00 atau 94,02% dari anggarantidak Sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku e) Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 TA 2009 pada Badan Pertanahan Nasional di Jakarta. Temuan : (1) Penganggaran BSBL dengan realisasi sebesar Rp129.040.529.449,00 atau 93,72% dari anggaranpada BPN tidak sesuai dengan peruntukan dan karakteristik BSBL. (2) Kapal Pendukung Program Larasitadirealisasikan sebesar Rp2.144.071.500,00 Tidak Didukung Dokumen dan Biaya Operasional Kapal f) Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 TA 2009 pada Lembaga Adminsitrasi Negara di Jakarta. Temuan : (1) Penggunaan anggaran BSBL (BA 999.06) untuk membiayai Pembangunan Gedung D Pusat Kajian dan pendidikan dan pelatihan Aparatur (PKP2A) I LAN Bandung tidak sesuai dengan karakteristik penggunaan BSBL sesuai dengan Peraturan menteri Keuangan (2) Aset yang berasal dari BA 999.06 pada kantor Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur (PKP2A) I LAN Bandung belum memiliki status kepemilikan yang jelas.

g) Pemeriksaan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 TA 2009 pada Badan Kepegawaian Negara di Jakarta. Temuan : Realisasi Anggaran Implementasi Sistim Biometric PNS Berbasis Elektronik yang berasal dari Bagian Anggaran 999.06 (Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) dengan realisasi sebesar Rp55.092.844.806,00 atau 93,74% dari anggaran tidak sesuai peruntukannya. 3) KOMISI III Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi III DPR RI terdiri atas 6 (enam) obyek pemeriksaan yaitu untuk Pemeriksaan Kinerja sebanyak 2 obyek pemeriksaan dan untuk Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu sebanyak 4 (empat) obyek pemeriksaan. a) Pelayanan merek dan paten pada direktorat merek dan direktorat paten direktorat jenderal hak kekayaan Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Di Tangerang. Temuan : Hasil pemeriksaan BPK RI menunjukkan pelayanan merek dan paten belum efektif. b) Kinerja Pelayanan SIM, STNK, BPKB (SSB) Pada Polda Lampung, Polda Banten dan Polda D.I. Yogyakarta di Bandar Lampung, Serang dan Yogyakarta. Temuan : Hasil pemeriksaan atas Kinerja Pelayanan SIM, STNK, BPKB (SSB) tahun 2008 dan 2009 pada Polda Lampung, Polda Banten Polda DI Yogyakarta dan jajaran terkait menunjukkan beberapa kelemahan, diantaranya hasil pengujian atas unsur BAKN-DPR RI | 29

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

pengendalian intern pada Polda Lampung, Polda Banten dan Polda DI Yogyakarta menunjukkan bahwa pelayanan SIM, STNK dan BPKB di lingkungan Ditlantas dan Satlantas Polda Banten, Polda DIY dan Polda Lampung masih belum memadai. c) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban PNBP Serta Penerimaan Penanganan Perkara Pada Kepaniteraan Mahkamah Agung dan Badan. Temuan : (1) Temuan tentang Kelemahan Sistem Pengendalian Intern (a) Pengelolaan biaya proses penyelesaian perkara pada Pengadilan Tingkat Banding dan Kepaniteraan belum tertib. (b) Pengelolaan dan pencatatan keuangan perkara pada Pengadilan Tingkat Pertama masih lemah. (2) Temuan tentang Pengelolaan PNBP (a) Pelaksanaan PP Nomor 53 tahun 2008 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang Berada di Bawahnya tidak dipahami dengan baik oleh Pengadilan Tingkat Pertama. (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak Redaksi di Kepaniteraan Mahkamah Agung terlambat disetor ke Kas Negara dan terdapat pungutan PNBP meskipun tidak ada kegiatannya. (3) Temuan tentang Pelaksanaan Penerimaan Penanganan Perkara a) Laporan Keuangan Perkara di Pengadilan Tingkat Banding tidak menggambarkan keadaan keuangan biaya proses secara riil yang dikelola oleh Pengadilan Tingkat Banding dan Buku Kas Umum yang disusun belum memenuhi kaidah penyusunan BKU. b) Kebijakan pengembalian sisa panjar biaya perkara di Pengadilan Tingkat Pertama tidak diikuti petunjuk dan pelaksanaan yang jelas. c) Terdapat ketidakseragaman Biaya Pemanggilan/ Pemberitahuan di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama dalam satu wilayah untuk pemanggilan/ pemberitahuan para pihak yang berada dalam satu zona wilayah yang sama. d) Pengadilan Agama Medan meminjam uang perkara perdata untuk membiayai kegiatan di luar penyelesaian perkara. d) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Barang Dan Belanja Modal Serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (Pnbp) Tahun Anggaran 2009 Dan 2010 Pada Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri di Lingkungan Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat di Padang. Temuan : (1) Temuan tentang Pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) (a) Uang Pengganti yang berasal dari perkara korupsi pada Kejari-kejari di Lingkungan Kejati Sumatera Barat belum tertagih sebesar Rp2.846.286.508,20. (b) Uang rampasan yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap terlambat penyelesaiannya. (c) Barang rampasan dari putusan pengadilan yang sudah lama memperoleh kekuatan hukum tetap terlambat penyelesaiannya. (d) Mekanisme penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas/tilang tidak sesuai dengan ketentuan. (2) Belanja Barang dan Belanja Modal BAKN-DPR RI | 30

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(a)

Pengelolaan keuangan negara oleh bendahara pengeluaran pada beberapa Kejari di Lingkungan Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat tidak tertib.

e) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Barang dan Belanja Modal serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (Pnbp) Ta 2009 Dan 2010 Pada Kejaksaan Tinggi Lampung di Bandar Lampung. Temuan : (1) Sistem Pengendalian Intern atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Barang dan Belanja Modal serta PNBP TA 2009 dan 2010 pada Kejati Lampung dan kejari-kejari di lingkungan Kejati Lampung masih belum memadai. f) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja Barang Dan Belanja Modal Serta Penerimaan Negara Bukan Pajak (Pnbp) Tahun Anggaran 2009 Dan 2010 Pada Kejaksaan Tinggi Dan Kejaksaan Negeri Di Lingkungan Kejaksaan Tinggi Kalimantan Barat Di Pontianak. Temuan : (1) Temuan-temuan pemeriksaan di Kejati Kalimantan Barat, adalah: (a) Penyelesaian Perkara Pelanggaran Lalu Lintas/Tilang Pada Kejari-Kejari di Lingkungan Kejati Kalimantan Barat Belum Sesuai Ketentuan (b) Uang Pengganti yang berasal dari perkara korupsi pada Kejari-Kejari di lingkungan Kejati Kalimantan Barat sampai dengan tanggal 30 Juni 2010 belum tertagih sebesar Rp2.300.019.164,53. (c) Uang Rampasan yang Telah Mempunyai Kekuatan Hukum Tetap Senilai Rp1.568.993.740,00 Terlambat Disetor dan Senilai Rp425.377.001,00 Belum Disetorkan Ke Kas Negara. (d) Pengelolaan Barang Bukti Berupa Uang dan Bilyet Giro Sebesar Rp4.201.490.520,00 Pada Kejari Mempawah, Bengkayang, Sanggau, Sintang, Pontianak, dan Cabjari Entikong Tidak Tertib. (e) Terdapat perkara perikanan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dengan denda sebesar Rp29.100.000.000,00 belum bisa dieksekusi pada Kejari Pontianak dan Sambas. (f) Barang rampasan dari putusan pengadilan yang sudah lama memperoleh kekuatan hukum tetap terlambat penyelesaiannya.Hal ini mengakibatkan negara terlambat memanfaatkan penerimaan yang berasal dari hasil lelang barang rampasan senilai Rp1.742.507.508,00 (Rp1.263.551.640,00 + Rp478.955.868,00), serta risiko kehilangan dan berkurangnya nilai jual barang rampasan tersebut yang berakibat penurunan penerimaan negara. (2) Temuan-temuan pemeriksaan di Kejati Kalimantan Barat, adalah: (a) Pengelolaan Keuangan Oleh Bendahara Pengeluaran Pada Kejati dan Beberapa Kejari Belum Sepenuhnya Sesuai Ketentuan (b) Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Pada Beberapa Kejari Belum Sepenuhnya Sesuai Ketentuan 4) KOMISI IV Hasil Pemeriksaan BPK semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi IV DPR RI terdiri atas 4 (empat) objek pemeriksaan, seluruhnya merupakan Pemeriksaan Kinerja. BAKN-DPR RI | 31

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a) Kinerja Atas Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pertanian Tahun 2009 Pada Kementerian Pertanian, Balai Embrio Ternak Cipelang, Balai Inseminasi Buatan Lembang, Dinas Pertanian dan Peternakan pada lingkungan Provinsi Provinsi/Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan Sulawesi. Temuan : (1) Temuan Terkait Kelemahan Kebijakan (a) Relokasi anggaran dan pemilihan program/kegiatan Stimulus Fiskal Kementerian Pertanian melalui mekanisme APBN P TA 2009 untuk belanja padat modal tidak tepat sasaran guna mendukung pencapaian tujuan program stimulus fiscal. (b) Pedoman teknis program bantuan sosial ke kelompok tani belum memadai sehingga efektivitas kegiatan belu m dapat dinilai. (c) Perencanaan , pelaksanaan, dan monitoring kegiatan pengadaan benih tidak memadai. (2) Temuan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran Dan Pemilihan Program/Kegiatan Stmulus Belanja Infrastruktur. (a) Pengalokasian anggaran Stimulus Fiskal untuk tambahan dana kontrak tahun jamak pada Badan Karantina Pertanian kurang efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja yang signifikan. (b) Alokasi anggaran belanja perjalanan dinas pada Ditjen Hortikultura tidak dirancang secara efektif untuk menunjang program utama stimulus fiscal. (3) Temuan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur. (a) Hasil pengadaan RMU 2 PASS pada Ditjen PPHP senilai Rp 783 420 000, 00 kurang efektif mendukung pencapaian tujuan program ketahanan pangan yaitu meningkatkan daya saing produk gabah , memperluas tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan petani/gapoktan. (b) Hasil pengadaan alat Global Positioning System (GPS) pada Setjen Kementan sebanyak 283 unit senilai Rp 3 799 275 000, 00 belum dimanfaatkan sehingga kurang efektif mendukung pencapaian tujuan tersedianya data luas lahan baku yang akurat. (c) Benih sebanyak 36 145 pohon senilai Rp 993 540 000,00 belum disalurkan serta rekanan terlambat melaksanakan Pengadaan Benih dan Peralatan Laboratorium belum dikenakan denda minimal sebesar Rp 242 644 130, 00 dan Hasil Pengadaan Peralatan Laboratorium Senilai Rp 1 041 625 000, 00 tidak sesuai Spesifikasi Teknis. b) Kinerja Atas Pengelolaan Kegiatan Pemanenan Hasil Hutan Kayu Tahun 2009 Dan 2010 Pada Kementerian Kehutanan, Dinas Kehutanan Provinsi Dan Kabupaten/Kota, Serta Perusahaan Di Sektor Kehutanan Di Wilayah Provinsi Papua Barat Di Jakarta Dan Papua Barat. Temuan : (1) Temuan Tekait Kebijakan Pengelolaan Kegiatan Pemanenan (a) Pengenaan tarif DR untuk kayu bulat belum memperhatikan asas keadilan dan kepatutan berpotensi penerimaan DR sebesar USD6,872,129.30 tidak terpungut yang lebih lanjut mengakibatkan hilangnya kesempatan untuk mereboisasi hutan dan/atau lahan seluas 5.188,29 ha, dan meningkatkan resiko percepatan kepunahan Kayu Merbau; dan BAKN-DPR RI | 32

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2)

(3)

(4)

(5)

(b) Kemenhut belum memiliki mekanisme pemantauan secara detail atas keberhasilan pertumbuhan tanaman pengayaan dan/atau rehabilitasi yang dilakukan Pemegang IUPHHK-HA mengakibatkan tujuan sistem TPTI untuk membentuk komposisi tegakan hutan alam tak seumur yang optimal dan lestari tidak dapat tercapai dan terukur dengan data yang akurat. Temuan Terkait Kegiatan Perencanaan Pemanenan (a) Pemberian areal IUPHHK-HA di Provinsi Papua Barat berindikasi berada dalam kawasan hutan lindung dan hutan konservasi mengakibatkan peningkatan potensi kerusakan kawasan hutan lindung dan konservasi yang berada di dalam areal konsesi; (b) Penetapan rencana produksi kayu bulat bagi pemegang IUPHHK-HA di Provinsi Papua Barat tidak realistis mengakibatkan meningkatnya potensi laju deforestasi pada pemanfaatan hutan alam produksi dan penetapan RKT bagi pemegang IUPHHK-HA over estimasi yang berdampak pada perencanaan penggunaan PNBP yang ditargetkan; dan Temuan Terkait Kegiatan Pelaksanaan Pemanenan (a) Dua Pemegang IUPHHK di Kabupaten Kaimana Provinsi Papua Barat tidak melakukan pengusahaan hutan mengakibatkan tidak adanya pihak yang mengawasi areal hutan tersebut sehingga potensi kerusakan hutan atas areal yang telah dibebani IUPHHK meningkat; (b) Penatausahaan hasil hutan kayu di Kabupaten Kaimana dan Kabupaten Fakfak tidak tertib mengakibatkan meningkatnya potensi peredaran kayu ilegal dan pengiriman kayu yang tidak sah keluar kawasan hutan sebesar 47.198,17 m3, hilangnya potensi penerimaan Negara atas PSDH dan DR kayu yang tidak dilaporkan, dan membuka peluang wajib bayar untuk menunggak pembayaran PSDH/DR; (c) Pemegang IUPHHK-HA melakukan penebangan di bawah limit diameter yang diizinkan sebanyak 1.494,76 m3 dan belum dikenakan denda mengakibatkan pengelolaan areal kerja IUPHHK-HA berpotensi tidak dapat dikelola secara lestari dan kekurangan PNBP dari denda pelanggaran eksploitasi hutan sebesar Rp1.419.601.590,00; (d) PT WKH (WANA KAYU HASILINDO) diindikasikan membuka JAK di dalam Hutan Lindung mengakibatkan peningkatan potensi kerusakan kawasan Hutan Lindung Sokua; dan (e) PT AI membuat jalan angkutan kayu di sempadan sungai (Kawasan Lindung) mengakibatkan kerusakan lingkungan pada kawasan lindung d.h.i. sempadan anak sungai tersebut. Temuan Terkait Kegiatan Pasca Pemanenan Pemegang IUPHHK-HA di Kabupaten Kaimana dan Fakfak tidak mengelola dan memanfaatkan limbah pembalakan, mengakibatkan potensi PSDH dan DR tidak terpungut atas kayu limbah pembalakan sebesar Rp930.597.220,00 dan USD75,967.12, lebih lanjut akan menghilangkan kesempatan untuk mereboisasi hutan dan/atau lahan seluas 57,35 ha. Temuan Terkait Penyelesaian Kewajiban Pembayaran PNBP Pemegang IUPHHK-HA (a) Pemegang IUPHHK-HA di Provinsi Papua Barat belum menyelesaikan kewajiban pembayaran IIUPH mengakibatkan kekurangan PNBP dari tunggakan IIUPH sebesar Rp10.477.290.625,00; (b) Pemegang IUPHHK-HA tidak melaporkan kayu hasil tebangan PWH atau pembuatan JAK mengakibatkan kekurangan PNBP atas PSDH dan DR masingmasing sebesar Rp3.338.887.943,00 dan USD435,139.50, lebih BAKN-DPR RI | 33

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

lanjut menghilangkan kesempatan untuk mereboisasi hutan dan/atau lahan seluas 328,52 ha; (c) PT AI tidak melaporkan potongan A atau potongan B atas hasil hutan kayu sebanyak 308,90 m3, mengakibatkan penerimaan negara dari PSDH dan DR masing-masing sebesar Rp29.405.574,00 dan USD4,001.26 tidak diterima, lebih lanjut menghilangkan kesempatan untuk mereboisasi hutan dan/atau lahan seluas 3,02 ha; dan c) Kinerja Atas Pengelolaan Hutan Mangrove TA 2005 s.d. 2010 (Semester I) Pada Kementerian Kehutanantermasuk Unit Pelaksana Teknis (Upt), Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten/Kota Serta Instansi Terkait Lainnya Di Jakarta (Pusat), Provinsi Sumatera Utara, Riau, Dan Kepulauan Riau Temuan : (1) Temuan Kelemahan Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove (a) Kebijakan pengelolaan tata ruang wilayah oleh Pemerintah Kota Batam kurangmempertimbangkan fungsi kawasan hutan, mengakibatkan penetapan proporsi luas kawasan hutan terhadap luas daerah aliran sungai (DAS) yang kurang dari 30% berpotensi terganggunya keseimbangan tata air seperti banjir, erosi, sedimentasi, dan kekurangan air serta rusaknya ekosistem mangrove di kawasan pesisir pantai; (b) Peraturan Menteri Kehutanan tentang status tanah timbul belum menjamin kepastian hokum, mengakibatkan areal yang berasal dari tanah timbul pada lokasi yang berbatasan dengan kawasan hutan tidak jelas status dan pengelolanya serta berpotensi terjadinya konflik; (c) Kebijakan pembangunan Kawasan Terpadu Pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan Riau di Pulau Dompak kurang memperhatikan fungsi kawasan hutan, mengakibatkan hilangnya kawasan hutan dan penetapan proporsi luas kawasan hutan terhadap luas DAS dan atau pulau yang kurang dari 30% berpotensi terganggunya keseimbangan tata air seperti banjir, erosi, sedimentasi, kekurangan air serta rusaknya ekosistem mangrove di kawasan pesisir pantai. (2) Temuan Pelaksanaan Pengelolaan Hutan Mangrove (a) Realisasi rehabilitasi hutan mangrove belum memenuhi target dalam rencana strategis 2005 2009 mengakibatkan tujuan rehabilitasi hutan mangrove untuk memulihkan dan meningkatkan fungsi hutan mangrove sebagai penyangga ekosistem pantai menjadi tidak tercapai; (b) Rancangan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove seluas 11.248 ha di Provinsi Sumatera Utara, Riau dan Kepulauan Riau tidak dimanfaatkan mengakibatkan tujuan rehabilitasi hutan mangrove seluas tersebut tidak tercapai serta terjadi pemborosan keuangan negara sebesar Rp1.330.770.888,21; (c) Pemberian HGB pada kawasan mangrove 1309,18 ha di kota Tanjung Pinang tidak sesuai ketentuan dan hilangnya hutan mangrove sebagai hutan lindung. (d) Usaha panglong arang di Kab. Indragiri Hilir, Langkat, Kota Dumai dan Batam menambah potensi kerusakan ekosistem mangrove. (e) Hutan mangrove di kawasan SUAKA MARGASATWA Karang Gading / Langkat Timur Laut +/- 6588ha dirambah masyarakat menjadi kebun kelapa sawit sehingga merusak ekosistem dan berindikasi kerugian ekonomis Rp 153 613 713 600,00.

BAKN-DPR RI | 34

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

d) Kinerja Atas Program Stimulus Fiskal Belanja Infrastruktur Bidang Perumahan Khusus Nelayan Tahun 2009 Pada Kementerian Kelautan Dan Perikanan , Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten/Kota Di Wilayah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, Dan Nusa Tenggara Timur Di Jakarta, Rembang, Pekalongan, Sikka, Dan Flores Timur Temuan : (1) Temuan Kelemahan Kebijakan Dirjen KP3K kurang memberikan panduan dalam penyusunan rencana anggaran biaya pembangunan rumah nelayan mengenai pembebasan PPN sehingga penggunaan dana stimulus fiskal sebesar Rp4.801.790.761,00 kurang efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja. (2) Temuan terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran dan Pemilihan Program/ Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Pemilihan lokasi 38 unit Rumah Nelayan Ramah Bencana (RNRB) tidak tepat karena dibangun di wilayah sempadan pantai dan sempadan sungai,sehingga penggunaan anggaran stimulus belanja infrastruktur senilai Rp1.424.849.182,76 kurang efektif mendukung strategi mitigasi bencana. (3) Temuan terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur (a) Pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pembangunan rumah khusus nelayan melalui dana stimulus fiskal 2009 kurang efektif; (b) Pengenaan Pajak Penghasilan Final Jasa Konstruksi pada 33 Kabupaten/Kota tidak sesuai ketentuan; (c) Pelelangan umum pembangunan Rumah Nelayan Ramah Bencana di Kabupaten Flores Timur menyalahi ketentuan. 5) KOMISI V Hasil Pemeriksaan BPK semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi V DPR RI terdiri atas 41 obyek pemeriksaan yang semuanya merupakan pemeriksaan kinerja, 5 (lima) obyek terkait dengan program stimulus belanja infrastruktur bidang perhubungan dan 36 obyek terkait dengan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum. a) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun 2009 pada Kementerian Perhubungan di Instansi Pusat, Provinsi Sumatera Utara, Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua Dan Provinsi Papua Barat. Temuan : (1) Kelemahan Kebijakan Tidak Ada Acuan Kriteria dari Kementerian Perhubungan terkait Pengukuran dan Pembayaran atas Pekerjaan Terpasang (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Bidang Infrastruktur (a) Pengalokasian Anggaran Stimulus Belanja Infrastruktur pada Kementerian Perhubungan tidak mempertimbangkan tingkat pengangguran wilayah/daerah, sehingga kurang mendukung upaya pencapaian tujuan stimulus fiskal; (b) Kebijakan Pengalokasian Anggaran Stimulus Belanja Infrastruktur sebagai Tambahan Dana Dua Kontrak Tahun Jamak Sebesar Rp100.000.000.000,00 pada Ditjen Perhubungan Udara Tidak Tepat; BAKN-DPR RI | 35

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Penetapan Target dan Perhitungan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Tidak Didasarkan atas Standar atau Pedoman yang Baku. (3) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur. (a) Program Stimulus Bidang Infrastruktur Tahun 2009 pada Provinsi DKI Jakarta dan Instansi Pusat yang dilaksanakan Satker Direktorat Bandar Udara pada Ditjen Perhubungan Udara dan Satker Palaihari Kalsel pada Ditjen Perhubungan Laut tidak dapat diselesaikan dalam Tahun 2009 sehingga pelaksanaan anggaran program sebesar Rp21.312.601.361,80 tidak optimal dan belum sepenuhnya mencapai target/sasaran; (b) Kualitas pekerjaan pada kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun 2009 pada satker Ditjen Perhubungan Udara dan Ditjen Perhubungan Laut di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat tidak memenuhi spesifikasi teknis dan tidak sesuai gambar rencana sehingga merugikan keuangan Negara sebesar Rp2.137.197.054,52; dan umur teknis konstruksi bangunan Negara berpotensi tidak sesuai dengan yang direncanakan; (c) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan pada 23 (Dua Puluh Tiga) Satker Tidak Mencapai Target Kegiatan yang Ditetapkan Sebesar Rp12.350.067.148,23 dengan Jumlah Tenaga Kerja yang Tidak Terserap Sebanyak 46.616,17 OH; (d) Ketidakhematan dalam Perhitungan Harga Perkiraan Sendiri pada 46 Kontrak Pekerjaan Stimulus Belanja Infrastruktur Sebesar Rp10.836.895.730,23 (e) Pertanggungjawaban Penggunaan Anggaran Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun 2009 Tidak Sesuai Ketentuan Sebesar Rp1.410.574.250,00 (f) Laporan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Tidak Akurat sehingga Tidak Dapat Digunakan sebagai Dasar Pengambilan Keputusan (g) Pelaporan dan Pertanggungjawaban Program Stimulus Fiskal Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun2009 Tidak Tertib (h) Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Fasilitas Bandar Udara dan Pelabuhan Laut di Maluku Utara Tidak Sesuai Ketentuan Berindikasi Merugikan Keuangan Negara sebesar Rp13.574.247.694,91 (i) Selain itu, ditemukan juga pelaksanaan pekerjaan yang tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan Negara sebesar Rp13.951.057.694,91 dan dua satker yang memerlukan pendalaman pemeriksaan. b) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun 2009 pada Satker Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya, Satker Pembangunan Jalur Ganda Tegal-Pekalongan Dan Satker Pembangunan Fasilitas Pelabuhan BatangRembang di Provinsi Jawa Tengah. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Fiskal Bidang Infrastruktur Pengalokasian Anggaran Program Stimulus Pembangunan Infrastruktur Tidak Sepenuhnya Sejalan Dengan Kriteria Stimulus Fiskal dan Terdapat Alokasi Anggaran Kegiatan yang Tidak Dapat Diserapsenilai Rp1.109.392.000,00 BAKN-DPR RI | 36

(c)

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2)

Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur (a) Laporan Realisasi Penyerapan Tenaga Tidak Akurat yaitu terkait adanya perbedaan perhitungan jumlah tenaga kerja menurut Laporan Mingguan, Laporan Bulanan dan Absensi Harian, data rencana penyerapan tenaga tidak didukung dengan data penetapan rencana. Selain itu terdapat ketidakseragaman metode perhitungan penyerapan tenaga kerja antara pekerjaan konstruksi dan pekerjaan supervisi.Sehingga Tidak Dapat Digunakan Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan (b) Ketidakhematan dalam Perhitungan Harga Perkiraan Sendiri pada Paket Pekerjaan Stimulus Belanja Infrastruktur Senilai Rp7.999.506.175,42 yang mengakibatkan ketidakhematan keuangan negara sebesar nilai tersebut. (c) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang perhubungan pada satker Kementerian Perhubungan di wilayah Provinsi Jateng atas 37 paket pekerjaan senilai Rp1.353.956.061,31 tidak mencapai target yang ditetapkan. (d) Pertanggungjawaban keuangan pekerjaan pengawasan/ supervisi pada Satker Pembangunan Jalur Ganda Cirebon-Kroya, Satker Pembangunan Jalur Ganda Tegal-Pekalongan, dan Satker Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Batang dan Rembang senilai Rp1.169.080.250,00 tidak lengkap.

c) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun 2009 pada Kantor Bandar Udara Sultan Babullah, Kantor Administrator Pelabuhan Ternate, Kantor Pelabuhan Sanana, Kantor Pelabuhan Gebe, Kantor Pelabuhan Buli Dan Kantor Pelabuhan Laiwui di Provinsi Maluku Utara. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur (a) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan pada Satker Kementerian Perhubungan di Wilayah Provinsi Maluku Utara Tidak Mencapai Target yang Ditetapkan Sebesar Rp2.809.099.006,60 dengan Jumlah Tenaga Kerja Yang Tidak Terserap Sebanyak 4.783 OH (b) Ketidakhematan Dalam Perhitungan Harga Perkiraan Sendiri pada Enam Paket Pekerjaan Stimulus Belanja Infrastruktur Sebesar Rp2.789.071.556,85 (c) Proses Pengadaan Pembangunan Fasilitas Bandar Udara Sultan Babullah Ternate Tidak Sesuai Ketentuan Berindikasi Merugikan Keuangan Negara Sebesar Rp10.998.470.192,62 (d) Proses Pengadaan Paket Pembangunan Fasilitas Pelabuhan (Faspel) Laut Sanana dan Bobong Tidak Sesuai Ketentuan Berindikasi Merugikan Keuangan Negara Sebesar Rp1.741.641.083,31 d) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan Tahun 2009 pada Satuan Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Dan Satuan Kerja Direktorat Jenderal Perhubungan Laut di Provinsi Sulawesi Selatan. Temuan : Temuan Pemeriksaan Terkait dengan Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur : BAKN-DPR RI | 37

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(1) Hasil Kegiatan Stimulus Belanja Bidang Infrastruktur Sebesar Rp4.861.903.000,00 Belum Dimanfaatkan (2) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan pada Satuan Kerja Kementerian Perhubungan di Wilayah Provinsi Sulawesi Selatan Tidak Mencapai Target yang Ditetapkan Sebesar Rp1.125.764.435,23 e) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perrhubungan Tahun 2009 pada Satuan Kerja Bandar Udara Sentani, Bandar Udara Mulia, Bandar Udara Sarmi, Bandar Udara Mopah, Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Pomako, Bandar Udara Domine Eduard Osok, Pembangunan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan Papua Barat, Pembangunan Fasilitas Pelabuhan Manokwari Provinsi Papua Dan Papua Barat di Jayapura, Mulia, Sarmi, Merauke, Timika, Sorong, Dan Manokwari. Temuan : (1) Temuan pemeriksaan terkait efektivitas pengalokasian anggaran, pemilihan program/kegiatan dan pencapaian tujuan program stimulus belanja infrastruktur Yaitu hasil kegiatan stimulus infrastruktur belum dimanfaatkan secara optimal. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil Pelaksanaan Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Perhubungan pada Satker Kementerian Perhubungan di Wilayah Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Tidak Mencapai Target yang Ditetapkan Sebesar Rp6.354.540.432,77 (b) Kualitas pekerjaan pada kegiatan stimulus fiskal belanja infrastruktur bidang perhubungan tahun 2009 tidak memenuhi spesifikasi teknis. (c) Keterlambatan pelaksanaan kontrak pekerjaan pada program stimulus fiskal belanja infrastruktur belum dikenakan denda sebesar Rp4.670.569.433,91. f) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Di Lingkungan Sekretaris Jenderal, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air dan Direktorat Jenderal Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum di Jakarta. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Kelemahan Kebijakan (a) Kebijakan Penganggaran Belanja Stimulus Fiskal untuk Pembangunan Infrastruktur Milik Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota pada Kementerian PU tidak Didukung oleh Peraturan PerundangUndangan. (b) Menteri PU Belum Menyusun dan Menetapkan Standar/Pedoman Mengenai Cara Penetapan dan Perhitungan Target dan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Pelaksanaan Kegiatan Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum (2) Temuan Pemeriksaan terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, dan Pemilihan Program/Kegiatan SF Belanja infrastruktur (a) Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Kurang Mendukung Pencapaian Tujuan Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja dan BAKN-DPR RI | 38

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(3)

Mengatasi PHK (b) Indikator keberhasilan program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Kementerian Pekerjaan Umum Belum Ditetapkan dan Terukur Untuk Menilai Keberhasilan Program Stimulus. Temuan terkait efektivitas pelaksanaan program/kegiatan stimulus belanja infrastruktur (a) Kegiatan pengadaan barang dan jasa stimulus belanja infrastruktur di Kementerian PU belum sepenuhnya dilaksanakan melalui EProcurement (b) Pengadaan jada konsultasi dana stimulus fiskal tahun 2009 pada satker pembinaan penataan ruang Kawasan Sangat Berkembang tidak sesuai ketentuan senilai Rp2.331.836.215,75 (c) Pertanggungjawaban belanja perjalanan dinas kegiatan stimulus belanja infrastruktur pada 9 satker pusat senilai Rp5.862.956.902,00 tidak didukung dengan bukti yang sah

g) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pembangunan Jalan dan Jembatan, Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, SNVT Preservasi Jalan dan Jembatan, Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum, Satker Pengembangan Kawasan Permukiman, dan Satuan Kerja Tugas Pembantuan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Pangkal Pinang. Temuan : (1) Temuan pemeriksaan terkait efektivitas pengalokasian anggaran, pemilihan program/kegiatan dan pencapaian tujuan program stimulus belanja infrastruktur (a) Program/kegiatan yang dilaksanakan dalam stimulus fiskal belum sepenuhnya sesuai dengan sasaran stimulus fiskal; (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan pemeriksaan terkait efektivitas pelaksanaan program/kegiatan stimulus belanja infrastruktur (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umumpada satuan kerja Kementerian PU di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.030.155.796,34 dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap sebanyak 508 OH; (b) Gambar/desain rencana pemasangan pipa PVC di Tanjungpandan tidak bisa digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan kontrak; (c) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) DIPA stimulus fiskal tahun 2009 Provinsi Kepulauan Babel tidak membuat laporan kinerja h) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada SNVT Pembangunan Jalan Dan Jembatan Provinsi Jawa Barat SNVT Perencanaan Dan Pengawasan Jalan Dan Jembatan Provinsi Jawa Barat Snvt Preservasi Jalan Dan Jembatan Provinsi Jawa Barat Snvt Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Citanduy SNVT Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Citarum SNVT Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Cimanuk-Cisanggarung SNVT Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Jawa Barat di Bandung. Temuan : BAKN-DPR RI | 39

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(1)

(2)

Temuan pemeriksaan terkait efektivitas pengalokasian anggaran, pemilihan program/kegiatan dan pencapaian tujuan program stimulus belanja infrastruktur. (a) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur sebagai Anggaran Biaya Tambahan (ABT) paket kontrak tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja; (b) Pemilihan paket pekerjaan tidak mendukung penyerapan tenaga kerja secara signifikan; dan (c) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. Temuan pemeriksaan terkait efektivitas pelaksanaan program/kegiatan stimulus belanja infrastruktur. (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada satuan kerja Kementerian PU di wilayah Provinsi Jawa Barat tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp4.737.510.851,96; dan (b) Pelaksanaan tiga paket pekerjaan stimulus belanja infrastruktur tidak sesuai spesifikasi dan mengurangi bangunan pelengkap sehingga berpotensi mengalami kerusakan

i)

Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada SNVT Pelaksana Pengelola Sumber Daya Air Bengawan Solo, SNVT Pelaksana Pengelola Sumber Daya Air Pemali Juana, SNVT Preservasi Dan Pembangunan Jalan Dan Jembatan Metropolitan Semarang, SNVT Perencanaan Dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Metro Semarang, SNVT Pembangunan Jalan Dan Jembatan. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Bidang Pekerjaan Umum. (a) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur sebagai Anggaran Biaya Tambahan (ABT) paket kontrak tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja; (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Bidang Pekerjaan Umum (a) Hasil kegiatan pembanguna jalan pada SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan Provinsi Jateng dan SKB Pembangunan Jalan Tol SoloKertosono belum dapat dimanfaatkan secara optimal; (b) Hasil pekerjaan rehabilitasi jaringan irigasi DI Pacal dan DI Gondang telah mengalami kerusakan pada masa pemeliharaan; (c) Lokasi pekerjaan parapet penanganan banjir DAS Kali Madiun dan Kali Grindulu (sumberdana stimulus 2009) tumpang tindih dengan Paket Pembuatan Tanggul Banjir dan Pelindung Tebing Kali Madiun (sumber dana reguler 2009) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Brantas, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Di Surabaya, SNVT BAKN-DPR RI | 40

j)

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Perencanaan Dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Timur, SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan, Provinsi Jawa Timur, SNVT Preservasi Jalan dan Jembatan Provinsi Jawa Timur, SNVT Preservasi dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan Surabaya, Snvt Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Jawa Timur di Surabaya. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur sebagai Anggaran Biaya Tambahan (ABT) paket kontrak tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja. (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Kementerian PU di wilayah Provinsi Jawa Timur tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.347.121.638,04. (b) Konstruksi bangunan melintang Jembatan Kali Widas kurang terjamin keamanannya. k) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Kalimantan Tengah, SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan (PJJ) Provinsi Kalimantan Tengah I, SNVT PJJ Provinsi Kalimantan Tengah II, SNVT Perencanaan Dan Pengawasan Jalan dan Jembatan, SNVT Preservasi Jalan Dan Jembatan, dan Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Kalimantan Tengah di Palangkaraya. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (b) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur sebagai Anggaran Biaya Tambahan (ABT) pada paket kontrak tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja; (c) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur untuk pembayaran klaim Paket Bereng Bengkel Km 35 (Pile Slab) tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada satuan kerja Kementerian PU di wilayah Provinsi Kalimantan Tengah tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.056.673.413,04; BAKN-DPR RI | 41

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Hasil Pelaksanaan pekerjaan pembangunan Jalan Kudangan - Batas Kalbar mengalami kerusakan; (c) Enerbitan jaminan pelaksanaan setelah addendum kontrak terlambat sehingga jaminan pelaksaan tidak dapat dicairkan bila terjadi peristiwa yang tidak terduga (wanprestasi) (d) Aset hasil pengadaan stimulus belanja infrastruktur tidak dikelola sesuai ketentuan dan belum dicatat sehingga kurang akuntabel. l) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air (PPSDA) Balai Wilayah Sungai (BWS) Kalimantan II, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII, SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan, SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan SNVT Preservasi Jalan dan Jembatan, Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Satuan Kerja Tugas Pembantuan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Selatan di Banjarmasin. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur untuk pembayaran retensi kontrak pekerjaan tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja; (b) Kegiatan Rehabilitasi/Peningkatan Jaringan Rawa Tambak pada SNVT Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya Air Kalimantan II Provinsi Kalimantan Selatan gagal dilaksanakan; (c) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Kualitas pekerjaan rigit beton dan pile salab pada SNVT pembangunan jalan dan jembatan Provinsi Kalsel berindikasi tidak memenuhi spesifikasi teknis; (b) Laporan monitoring dan evaluasi program stimulus fiskal 2009 pada satker PKPAM Provinsi Kalsel tidak akurat; (c) Pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan Pelaihari-Kampung AsamAsam I tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp1.070.039.369,10; (d) Pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan berkala jalan Amuntai-Ds. Rabur (Batas Kab. Tabalong)-Kalua tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan negara sebesar Rp2.423.979.763,00 (e) Pelaksanaan pekerjaan paket pemeliharaan Kelua-Tanjung tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp2.883.264.609,37.

m) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Maluku Utara di Sofifi. Temuan :

BAKN-DPR RI | 42

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (1) Hasil kegiatan penyediaan SPAM oleh Satuan Kerja PKPAM Provinsi Maluku Utara belum dapat dimanfaatkan secara optimal; (2) Proses pelelangan untuk kegiatan stimulus belanja infrastruktur di Satker PKPAM Provinsi Maluku Utara tidak sesuai ketentuan; (3) Pelaksanaan supervisi kegiatan SPAM Maluku Utara belum optimal, sehingga hasilnya belum sepenuhnya sesuai dengan target yang ditetapkan; dan n) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air (PPSDA) Provinsi Papua Barat, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional X Di Manokwari, SNVT Perencanaan Dan Pengawasan Jalan Dan Jembatan (P2JJ) Provinsi Papua Barat, SNVT Pembangunan Jalan Dan Jembatan (PJJ) Provinsi Papua Barat, SNVT PJJ Fak-Fak, SNVT PJJ Sorong Dan SNVT PKPAM Provinsi Papua Barat di Manokwari. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur sebagai Anggaran Biaya Tambahan (ABT) paket kontrak tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja; (b) Penetapan Target dan Perhitungan Realisasi Penyerapan Tenaga Kerja Tidak Didasarkan atas Standar atau Pedoman yang baku; (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja insfrastruktur bidang pekerjaan umum pada satuan kerja Kementerian PU di wilayah Provinsi Papua Barat tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.167.599.305,76 dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap sebanyak 340 OH; (b) Hasil pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan kegiatan stimulus fiskal mengalami kerusakan; (c) Pelaksanaan pekerjaan pemasangan bronjong pada kegiatan pembangunan jalan Bomberai-Hurimber tidak seuai spesifikasi; o) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu (SNVT) Pelaksana Pengelolaan Sumber Daya Air (PPSDA) Pompengan-Jeneberang, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI, SNVT Pembangunan Jalan Dan Jembatan, SNVT Perencanaan dan Pengawasan Jalan Dan Jembatan, SNVT Preservasi Dan Pembangunan Jalan dan Jembatan Metropolitan dan Satker Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: BAKN-DPR RI | 43

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(a) Pengalokasian anggaran program stimulus pembangunan infrastruktur sebagai Anggaran Biaya Tambahan (ABT) paket kontrak tahun jamak tidak efektif mendukung pencapaian tujuan penyerapan tenaga kerja. (b) Pengalokasian anggaran monitoring dan evaluasi kegiatan stimulus fiskal tahun 2009 pada Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Makassar tidak memperhatikan efektivitas penggunaan anggaran. (c) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada satuan kerja Kementerian PU di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp950.261.382,95. (b) Hasil kegiatan pembangunan 5 jembatan pada SNVT Pembangunan Jalan dan Jembatan dan pengadaan barang pada Satker PKPAM Provinsi Sulsel belum dapat dimanfaatkan secara optimal

p) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kegiatan Stimulus Daerah (SKPD KSD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Asahan di Kisaran . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Program/kegiatan yang dilaksanakan dalam stimulus fiskal belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria dalam SE-883/MK.02/2009 ; (b) Usulan pengalokasian kegiatan dana stimulus Kabupaten Asahan kurang memperhatikan skala prioritas dalam rencana kerja; dan (c) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah Kabupaten Asahan; (b) Saranan dan prasarana air minum belum dapat dimanfaatkan; (c) Penggunaan anggaran stimulus belanja infrastruktur bidang pengairan Kabupaten Asahan tidak sesuai dengan peruntukannya; (d) Analisa biaya pekerjaan pada konstruki lapis pondasi bawah pada penyusunan harga perkiraan sendiri memboroskan keuangan negara; dan q) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kegiatan Stimulus Daerah (SKPD KSD) Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, Dinas Bina Marga Dan Dinas Tata Ruang Permukiman Pertambangan dan Energi Kabupaten Simalungun di Pamatang Raya. Temuan : BAKN-DPR RI | 44

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(1)

(2)

Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Program/kegiatan yang dilaksanakan dalam stimulus fiskal belum sepenuhnya sesuai dengan kriteria dalam SE-883/MK.02/2009; (b) Usulan pengalokasian kegiatan dana stimulus Kabupaten Simalungun kurang memperhatikan skala prioritas dalam rencana kerja; dan (c) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas Tarukim Tamben tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp216.813.679,58 dan terdapat pekerjaan yang sudah rusak; (b) Perencanaan program/kegiatan stimulus fiscal yang dikelola oleh Dinas Tarukim Tamben kurang matang; (c) Pembayaran termin terakhir pekerjaan pemeliharaan berkala jalan bangun raya Lumpatnihirik Kecamatan Raya Kahean kepada kontraktor dikembalikan ke kas negara.

r) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kegiatan Stimulus Daerah (SKPD KSD) Dinas Pekerjaan Umum Dan Perumahan Kabupaten Merangin di Bangko Provinsi Jambi. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Data target dan realisasi penyerapan tenaga kerja pada Bidang Bina Marga dan Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Merangin tidak diketahui. (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Kabupaten Merangin tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp901.065.354,33, mengalami kerusakan dan belum berfungsi, serta hasil pekerjaan sia-sia (lost) (b) Pelaporan atas kegiatan stimulus fiscal tahun 2009 belum sesuai dengan PermenPU No. 09/PRT/M/2009. s) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kegiatan Stimulus Daerah (SKPD KSD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bungo di Muara Bungo. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: BAKN-DPR RI | 45

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bungo tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp834.270.545,55 dan mengalami kerusakan. (b) Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban KSD kurang cermat dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. t) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kegiatan Stimulus Daerah (SKPD KSD) Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepahiang di Kepahiang. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah Kabupaten Kepahiang. (b) Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban KSD kurang cermat dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. (c) Pembayaran biaya langsung personil dan biaya langsung non personil kontrak jasa konsultansi tidak didukung bukti-bukti yang memadai dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. (d) Proses lelang kegiatan stimulus fiscal pada Dinas PU Kab. Kepahiang tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp3.781.416.473,84.

u) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Mukomuko . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Kegiatan stimulus fiskal program pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum masih bermasalah dengan tanah. (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah Kabupaten Mukomuko. (b) Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban KSD kurang cermat dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. (c) Proses lelang 11 paket pekerjaan kegiatan Stimulus Fiskal tidak sesuai ketentuan. BAKN-DPR RI | 46

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(d) Biaya personil dan biaya non personil atas kegiatan jasa konsultan pada perencanaan dan pengawasan kegiatan yang didanao oleh dana stimulus tahun 2009 tidak didukung pertanggungjawaban berupa daftar gaji yang telah diperiksa (audited payroll) dan bukti pembayaran pajak. v) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Bogor di Cibinong . Temuan : Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (1) Pelaksanaan Kegiatan Paket Pekerjaan Ruas Jalan Cibinong - Bojong Gede Tidak Sesuai Ketentuan Berindikasi Merugikan Keuangan Negara Sebesar Rp 1.911.028.409,38; dan (2) Pelaksanaan Kegiatan Paket Pekerjaan Ruas Jalan Kandang Roda-Sentul (Jalur Lambat) Tidak Sesuai Ketentuan Berindikasi Merugikan Keuangan Negara Sebesar Rp1.528.189.648,46. w) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Pertambangan dan Energi (DPUPPE) Kabupaten Demak . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (b) Petunjuk operasional kegiatan Stimulus Fiskal bidang Pekerjaan Umum belum ditetapkan. (c) Perencanaan kegiatan rehabilitasi saluran irigasi Polder Batu pada SKPD KSD DPUPPE Demak kurang memperhatikan tujuan dan kriteria kegiatan Stimulus. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Prosedur pengendalian mutu pekerjaan belum dirancang dan dilaksanakan secara baik. (b) Prosedur pekerjaan tambah kurang tidak sesuai ketentuan. 4) Hasil pelaksanaan kegiatan Stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Dinas DPUPPE Kabupaten Demak tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp923.327.219,56. (c) Hasil kegiatan pembangunan rehabilitasi jaringan rawa/tambak Desa Wedung pada SKPD KSD DPUPPE Kab. Demak belum dimanfaatkan secara optimal. x) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas PU Bina Marga dan Dinas PU Pengairan Kabupaten Nganjuk . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi BAKN-DPR RI | 47

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah Kegiatan Stimulus Daerah (SKPD KSD) Kabupaten Nganjuk tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp940.508.853,83 dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap sebanyak 9.374,87 OH; (b) Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan oleh konsultan supervisi tidak efektif; (c) Pelaksanaan kegiatan di Dinas Pekerjaan Umum Pengairan yang didanai stimulus fiskal belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik. y) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD DPU BMCK Kabupaten Tulungagung . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku sehingga efektivitas pencapaian tujuan meningkatkan daya serap tenaga kerja dan mengatasi PHK tidak dapat diukur secara tepat dan akurat serta laporan target dan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi manajemen. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Aset hasil KSD Kabupaten Tulungagung belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah Pemerintah Kabupaten Tulungagung; (b) Penyampaian laporan pelaksanaan kegiatan stimulus fiscal tidak tertib; (c) Pengeluaran perjalanan dinas untuk biaya transport dan penginapan belum dipertanggungjawabkan sesuai biaya riil; (d) Pengeluaran untuk upah kerja dan biaya penggunaan alat walles pada 30 paket pekerjaan peningkatan jalan desa/dusun di SKPD KSD Kab. Tulungagung tahun 2009 tidak efisien; (e) Pekerjaan swakelola pemeliharaan jalan wilayah I, II, III dan IV diantaranya menyajikan RAB item pekerjaan lapen, burtu, buras, telford, batu tepi, urug pasir, berm dan pekerjaan galian tanah dengan harga satuan yang dirancang lebih tinggi daripada RAB pekerjaan sejenis secara kontraktual. z) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. BAKN-DPR RI | 48

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas Bina Marga dan Pengairan Kabupaten Trenggalek tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp953.902.483,04 dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap sebayak 251 OH. (b) Hasil kegiatan stimulus belanja bidang infrastruktur belum dimanfaatkan. (c) Pengendalian terhadap pelaksanaan pengumuman lelang tidak memadai. aa) Program stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Timur Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Usulan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum tidak berdasarkan analisa yang terukur untuk mencapai tujuan program; (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku; (c) Pekerjaan paket pemeliharaan berkala jalan Seba-Mesara TA 2009 dan paket pengawasan/supervisi tidak direalisasikan sehingga kurang mendukung penyerapan tenaga kerja secara signifikan. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Denda atas keterlambatan pekerjaan pemeliharaan berkala jalan SebaMesar tahun 2009 kurang dikenakan senilai Rp3.355.528,00 sehingga mengakibatkan kekurangan penerimaan negara dari denda keterlambatan yang kurang dipungut sebesar Rp Rp3.355.528,00; (b) Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban KSD kurang cermat dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan; (c) SKPD KSD tidak memiliki dokumen prosedur pedoman quality control sehingga tidak standardisasi pelaksanaan quality control pada tiap paket pekerjaan dan tidak didapatkan jaminan terpenuhinya kualitas (quality assurance). bb) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai Timur . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Usulan program dan kegiatan stimulus fiskal yang diajukan oleh SKPD KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai Timur ke Kementerian Pekerjaan Umum tidak didukung dengan perencanaan yang memadai; dan BAKN-DPR RI | 49

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2)

(b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan belanja stimulus infrastruktur bidang Pekerjaan Umum pada SKPD KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Manggarai Timur tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.116.681.205,34 dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap sebanyak 12.864 OH; (b) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai barang milik daerah Kab. Manggarai Timur; (c) Penyusunan dan penetapan HPS paket pekerjaan program stimulus fiscal di SKPD KSD DPU Kab. Manggarai Timur tidak sesuai ketentuan; (d) Seluruh paket pekerjaan kegiatan stimulus fiscal di SKPD KSD DPU Kab. Manggarai Timur belum dilaksanakan serah terima akhir pekerjaan atau FHO (final hand over).

cc) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Pada SKPD KSD Dinas Pekerjaan Umum Kota Palangka Raya Di Palangka Raya. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Kemahalan harga item pekerjaan pemindahan utilitas telekomunikasi pada paket pekerjaan kegiatan stimulus fiskal Jalan Mendawai; (b) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah; (c) Proses lelang 3 paket pekerjaan kegiatan stimulus fiscal tidak sesuai ketentuan; (d) Perencanaan pekerjaan Jalan Flamboyan Bawah lemah. dd) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Barito Kuala. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas PU Kabupaten Barito Kuala tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp253.753.066,70. (b) Jaminan pelaksanaan empat paket pekerjaan pada program stimulus daerah Kabupaten Barito Kuala tidak sesuai ketentuan. BAKN-DPR RI | 50

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

ee) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum dan Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Kabupaten Gowa. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang Pekerjaan Umum pada SKPD KSD Dinas PU dan Dinas PSDA Kabupaten Gowa tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.369.085.752,56. (b) Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban KSD kurang cermat dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. (c) Kegiatan quality control untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan kurang memadai.

ff) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Takalar . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah Kabupaten Takalar. (b) Kelebihan pembayaran pada pelaksanaan kegiatan belanja stimulus infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD PU bidang SDA Kabupaten Takalar sebesar Rp1.017.367.510,00. (c) Penyusunan laporan dan pertanggungjawaban KSD kurang cermat dan belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. (d) Kegiatan quality control untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan belum dijalankan pada Dinas PU Kab. Takalar. gg) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas PU Kabupaten Maros. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Penggunaan anggaran dana stimulus tidak tepat; (b) Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku; BAKN-DPR RI | 51

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2)

Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Pelaksanaan program/kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum tidak sesuai target yang ditetapkan; (b) Aset hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai barang milik daerah Kabupaten Maros; (c) Kegiatan quality control untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan kurang memadai; (d) Monitoring dan evaluasi program stimulus fiscal pada Dinas PU Kab. Maros tahun 2009 tidak optimal; (e) Petunjuk operasional kegiatan stimulus fiscal bidang pekerjaan umum belum ditetapkan; (f) Laporan mingguan yang dibuat oelh konsultan pengawas dan berita acara serah terima sementara pekerjaan (provisional hand over) pada SKPD-KSD sumberdaya air Dinas PU Ka. Maros tidak dapat diyakini kebenarannya;

hh) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kabupaten Pangkajene Kepulauan . Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Pelaksanaan program/kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum tidak sesuai target yang ditetapkan. (b) Realisasi KSD belanja infrastruktur Bidang Pengairan tidak sesuai dengan Usulan Daftar Rencana Definitif dan RKA-KL. (c) Kegiatan quality control untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan kurang memadai. (d) Pelaksanaan kegiatan pembangunan jaringan irigasi Tombolu tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp1.361.427.714,35 dengan jumlah tenaga kerja yang tidak terserap sebanyak 460 OH. ii) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Halmahera Timur. Temuan : Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (1) Kualitas Hasil Pekerjaan Rehabilitasi Jalan Tanah Ke Aspal (Hotmix) Lebar 4,5 m Ruas Jalan Lapter-Wayamli Berindikasi Tidak Memenuhi Spesifikasi Teknis; (2) Penyusunan Laporan dan Pertanggungjawaban Kegiatan Stimulus Daerah Kurang Cermat dan Belum Sepenuhnya Sesuai dengan Pedoman yang Ditetapkan; BAKN-DPR RI | 52

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(3) Dinas Pengelolaan Keuangan dan Kekayaan Daerah Kabupaten Halmahera Timur Belum Memungut Pajak Bahan Galian Golongan C dari Kontraktor Pelaksana Stimulus Daerah Senilai Rp1.434.636.665,42; (4) Proses pengadaan paket kenstruksi di Kabupaten Halmahera Timur tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara senilai Rp4.721.124.718,74; dan jj) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) KSD Dinas Kimpraswil Provinsi Maluku Utara. Temuan : Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (1) Pekerjaan Penanganan Jalan Saketa Matuting tidak efektif dan perhitungan pekerjaan tidak dapat diyakini kewajarannya; (2) Proses pelelangan untuk kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur di SKPD KSD Dinas Kimpraswil Provinsi Maluku Utara tidak sesuai ketentuan; dan (3) Pelaksanaan pekerjaan penanganan jalan Galela-Kedi tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp679.801.384,00. kk) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sorong. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku. (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Aset Hasil KSD belum dicatat dan dilaporkan sebagai Barang Milik Daerah Kabupaten Sorong; (b) Hasil pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan kegiatan Stimulus Fiskal mengalami kerusakan; dan (c) Pelaksanaan pekerjaan peningkatan jalan ruas Klamono-Segun tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan Keuangan Negara sebesar Rp1.268.125.514,60. ll) Program Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum pada Satuan Kerja Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sorong Selatan. Temuan : (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku; (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan kegiatan stimulus belanja infrastruktur bidang pekerjaan umum pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Sorong Selatan tidak mencapai target yang ditetapkan sebesar Rp1.487.883.574,38; BAKN-DPR RI | 53

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Hasil kegiatan pembangunan SPAM Wayer belum dimanfaatkan; (c) Kegiatan quality control untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan kurang memadai. mm) Program /Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Tahun 2009 pada SKPD KSD Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Teluk Bintuni. Temuan (1) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Belanja Infrastruktur: Penetapan target dan perhitungan realisasi penyerapan tenaga kerja tidak didasarkan atas standar atau pedoman yang baku; (2) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektifitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus Belanja Infrastruktur: (a) Hasil pelaksanaan belanja stimulus infrastruktur bidang pekerjaan umum pada SKPD KSD Dinas PU Kab. Teluk Bintuni tidak mencapai target sebesar Rp4.723.819.912,92; (b) Kegiatan quality control untuk menjamin kualitas hasil pekerjaan kurang memadai; (c) Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi saluran induk I di Tuaraisah tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp2.936.257.853,20; (d) Pelaksanaan pekerjaan rehabilitasi saluran induk II di Tuaraisah tidak sesuai ketentuan berindikasi merugikan keuangan negara sebesar Rp1.600.144.955,20. 6) KOMISI VI Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi VI DPR RI terdiri atas 11 objek pemeriksaan, 1 (satu) objek Pemeriksaan Keuangan, 3 (tiga) objek Pemeriksaan Kinerja dan 7 (tujuh) objek Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a. Pemeriksaan Keuangan atas PTPN (Persero) XII tahun 2009 di Surabaya. a) Opini Pemeriksaan: Laporan Keuangan memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). b) Temuan atas Sistem Pengendalian Intern : (a) Implementasi pengukuran dan pencatatan persediaan pupuk tidak dilakukan sesuai dengan kebijakan akuntansi yang telah ditetapkan yaitu metode rata-rata bergerak. Kondisi tersebut mengakibatkan saldo persediaan pupuk per 31 Desember 2008 dan 2009 masingmasing sebesar Rp7.292.384.640,00 dan Rp2.634.995.054,96 dan alokasi biaya persediaan pupuk ke beban pokok penjualan Rp54.621.352.341,00 dan aktiva tanaman Rp37.291.414.376,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. Praktik pencatatan dengan menambahkan nilai buku tanaman yang dikonversi ke nilai perolehan tanaman pengganti tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan mengindikasikan adanya kebijakan manajemen untuk menunda beban konversi. Kondisi BAKN-DPR RI | 54

(b)

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(c)

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

(i)

tersebut mengakibatkan aktiva tetap aneka kayu lebih saji sebesar Rp34.676.931.189,00 dan persediaan kayu lebih saji sebesar Rp19.238.493.490,00. Laporan Keuangan per 31 Desember 2008 dan 2009 tidak melaporkan akun material yaitu Piutang Ditjenbun dan penyisihannya sebesar Rp11.438.872.163,00. Selain itu Piutang tersebut dihapuskan dari pembukuan tahun 2009 tanpa ada persetujuan dari Dewan Komisaris. Program perawatan dan pengobatan pensiunan belum pernah diperhitungkan dalam menghitung estimasi atas kewajiban dan beban imbalan pasca kerja. Kondisi tersebut mengakibatkan nilai kewajiban dan beban imbalan pasca kerja tidak dapat diyakini kewajarannya. Pengakuan penyertaan modal PTPN XII kepada Yayasan Pengembangan Kepemimpinan BUMN tidak didukung bukti setoran modal. Terdapat beberapa pencatatan nama rekening aktiva tetap pada daftar transaksi belum sepenuhnya didasarkan pada Kode Rekening Pembukuan Bagian Akuntansi yang sudah ditetapkan Direksi tanggal 22 Desember 2008 sehingga masing-masing rekening tidak menggambarkan kondisi sebenarnya. Terdapat kewajiban kepada Pemerintah, Proyek dan Ness Cocoa dengan total sebesar Rp4.534.572.404,00 yang saldonya tidak bergerak sejak tahun 2006. Manajemen PTPN XII tidak berupaya untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban tersebut sehingga besarnya kewajiban tidak dapat diyakini. Pemeriksa juga tidak memperoleh dokumentasi perjanjian hutang-hutang tersebut karena Manajemen PTPN XII tidak memelihara dokumennya. Terdapat beberapa panitia pengadaan barang dan jasa yang mutasi dan pensiun sehingga tugas-tugas Panitia Pengadaan sesuai Surat Keputusan Direksi No. Kpts- 004/PTPN/UMUM/01/2008 tanggal 14 Januari 2008 tidak optimal. Selain itu Surat Keputusan Direksi tersebut sudah tidak berlaku lagi karena adanya revisi buku pedoman sehingga panitia pengadaan yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi tersebut tidak mempunyai dasar hukum. Hasil pemeriksaan atas kepemilikan PTPN XII dalam PT Maskapai Batoe Lempit Indonesia (MBLI) diketahui dokumen akta pendirian tidak ditemukan, Tidak memiliki organ perseroan sesuai ketentuan dan persyaratan sebagai Persero dan Manajemen tidak membuat membuat laporan keuangan anak perusahaan PT MBLI tetapi dibukukansebagai unit kebun.

c) Temuan atas Ketidakpatuhan terhadap Perundang Undangan : (a) Berdasarkan pemeriksaan atas kepatuhan terhadap ketentuan perpajakan diketahui pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 Jasa Dokter di Rumah Sakit Kaliwates serta PPh Pasal 21 dan Pasal 23 di unit kebun belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Pemeriksaan Kinerja PT Garuda Indonesia: Pengelolaan Layanan Reservasi Tiket Angkutan Penumpang Penerbangan Berjadwal Rute Domestik pada PT Garuda Indonesia Th 2008 dan Th 2009 di Cengkareng dan Jakarta. Temuan : BAKN-DPR RI | 55

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a) Uraian Tugas Senior Manager Revenue Support dan Manajer dibawahnya Belum ditetapkan Secara Formal dan Dituangkan dalam Manual Organisasi. b) Uraian Tugas Senior Manager Marketing and Sales Passenger dan PassengerReservation Manager Tidak Lengkap dan Belum Diformalkan c) Kebijakan Pengembangan Sistem Reservasi Tiket Penumpang Berjadwal Tidak memadai d) PT GA Belum Merancang dan Menetapkan Laporan Evaluasi Kinerja Layanan Reservasi Tiket Penumpang e) Service Manual yang Mengatur Tentang Pre Journey Service Belum Dimutakhirkan dan Disempurnakan Secara Memadai f) Sistem Reservasi Tiket Penumpang Belum Dilengkapi dengan Fitur Auto Removal ofDuplicate PNRs g) PT GA Belum Memanfaatkan Data-data List Booking Active (LBA) dan List BookingCancel (LBX) Off-line untuk Meningkatkan Layanan Reservasi Tiket h) Pelayanan Sistem Reservasi Tiket Penerbangan Berjadwal Belum Menunjang Program Direct Channel c. Pemeriksaan Kinerja pada PTPN II Th 2008-2009 di Tanjung Morawa, Medan. Temuan : a) Pemupukan TM di Kebun SWS dan TGP pada tahun 2009 tidak tepat jenis. b) Pemupukan di Kebun SWS dan TGP belum sepenuhnya tepat waktu. c) Informasi yang tercantum dalam dokumen pemupukan dan inventaris belum memadai d) Jumlah Populasi Tanaman Per Ha Tidak Sesuai Standar e) Produktifitas Pemanen Karyawan Sendiri dibawah Karyawan Lepas f) Formulir-Formulir Laporan Kegiatan Panen dan Produksi Kurang Informatif. g) Tonase Angkut Pemborong Melebihi Ketentuan Dalam Surat Perjanjian Pekerjaan. h) Realisasi Perawatan Manual Jalan TR Dan CR Di Kebun TGP Tidak Sesuai Rencana Sehingga Tidak Efektif Memperbaiki Kerusakan Jalan. i) Manajer Kebun SWS Tidak Mencantumkan Jumlah Tandan Yang Dikirim Ke PKS Dalam Surat Pengantar TBS j) Kegiatan sortasi di Loading Ramp belum berjalan efektif karena masih adanya petugassortasi tidak melakukan sortasi terhadap TBS yang datang setelah jam 18.00, pemindahan TBS ke loading ramp tidak dilaksanakan secara FIFO dan perlakuan hasil sortasi buah mentah tidak sesuai ketentuan. d. Pemeriksaan atas Efektifitas penyuelenggaraan Sarana dan Prasarana Promosi Investasi pada Deputi Promosi Penanaman Modal BKPM TA 2009 dan 2010. Temuan : a) Terdapat perangkapan tugas antara Bendahara Pengeluaran dan Pemegang Uang Muka Kerja dengan jabatan Kepala Seksi serta perangkapan fungsi pelaksanaan kegiatan dan fungsi evaluasi pada Seksi Penyelenggaraan dan Evaluasi, Sub Direktorat Pameran, Direktorat Pameran dan Sarana Promosi; b) Kegiatan Promosi Investasi pada DBPPM belum didukung dengan Survey Penilaian Kepuasan dari Calon Investor/Masyarakat; c) Kedudukan Kantor Investasi BKPM di luar negeri ((The Indonesian Investment Promotion Centre / IIPC) belum berada dalam suatu struktur organisasi yang jelas; d) Pendidikan dan pelatihan teknis terkait pelaksanaan Kegiatan Marketing BAKN-DPR RI | 56

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

e)

Investasibelum pernah diadakan oleh Pusat Pendidikan dan Pelatihan BKPM; Laporan pelaksanaan kegiatan Monitoring dan Evaluasi atas Kegiatan Promosi Investasi pada The Indonesian Investment Promotion Centre dan tiga Direktorat di lingkungan DBPPM Belum Memadai.

e. Pemeriksaan atas Pengelolaan Anggaran dan Realisasi Pendapatan dan Belanja KDEI Taipei dan ITPC Busan Belanja Modal Tahun 2009 dan 2010, dan Belanja Kementrian Perdagangan TA 2009 dan Semester I 2010 di Jakarta, Pontianak, Semarang, Makasar, dan Gowa. Temuan : a) Pengelolaan PNBP Jasa Imigrasi dan Jasa Administrasi pada KDEI belum tertib. Ketidaktertiban pengelolaan PNBP pada KDEI disebabkan belum adanya SOP yang mengatur batas waktu proses administrasi dan prosedur pencatatan PNBP, serta petugas yang kompeten dalam penatausahaan PNBP masih kurang. Penutupan Kas di Bendahara Pengeluaran KDEI Belum Dilakukan Dengan Tertib.Pencatatan dan Pelaporan Persediaan pada KDEI Belum Tertib Restitusi Biaya Pengobatan pada ITPC Busan TA 2009 dan 2010 Dibayarkan Lebih Besar Dari yang Seharusnya.

b) c)

f.

Pemeriksaan atas Subsidi Bunga Kredit Program yang Ditagihkan oleh Bank Indonesia Kepada Pemerintah Th 2007 s.d. 2009. Temuan : Jumlah subsidi yang ditagihkan BI periode T.A 1998/1999 s.d T.A 2002 sebesar Rp4.933.138.358.800,00 yang layak dibayarkan Pemerintah adalah sebesar Rp3.360.138.882.433,99.

g. Pemeriksaan atas Tambahan Penggantian Biaya BBM Th 2003 s.d. 2005 pada PT Pertamina (Persero), Jakarta. Temuan : a) PT Pertamina (Persero) lebih rendah menghitung biaya bunga Pertamina Hulu sebagai pengurang tambahan subsidi BBM Periode Tahun 2004 sebesar Rp10.374.914.738. b) PT Pertaminan (Persero) lebih tinggi menghitung biaya depresiasi aktiva tetap dalam tambahan subsidi BBM periode tahun 2003 s.d 2005 sebesar Rp235.246.797.501 c) PT Pertamina (Pesero) lebih tinggi menghitung biaya pengadaan crude/minyakmentah Inkind Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas dalam tambahansubsidi BBM tahun 2003 sebesar Rp1.108.679.729.514 d) PT Pertamina (Persero) lebih rendah menghitung biaya pengadaan crude/minyak mentah Pro-rata Pertamina dalam tambahan subsidi BBM Periode 17 September 2003 s.d. 31 Desember 2003 dan 1 Januari 2004 s.d. 31 Desember 2004 Total Sebesar Rp68.372.136.921 7) KOMISI VII Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi VI DPR RI terdiri atas 23 objek pemeriksaan, meliputi 2 (dua) objek Pemeriksaan Kinerja dan 21 objek Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). BAKN-DPR RI | 57

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a. Program stimulus Belanja Infra Struktur Bidang Energi Tahun 2009 pada Satker Ditjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Kementrian ESDM di Provinsi DKI, Banten, Jabar. DIY, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, Sulawesi Barat, NTB dan NTT. Temuan : a) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pengalokasian Anggaran, Pemilihan Program/Kegiatan dan Pencapaian Tujuan Program Stimulus Fiskal Belanja Infrastruktur (a) Pembangunan Transmisi, Jaringan dan Gardu Induk Belum Optimal Dalam Menyerap Tenaga Kerja Sesuai Tujuan Program Stimulus Fiskal (b) Program DME Berbasis BBN Tidak Sesuai Dengan Karakteristik Pembiayaan Dalam Program Stimulus Fiskal (c) Pemilihan lokasi Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) Leuwi Leksa Kabupaten Garut Tidak Tepat Sasaran (d) Pemilihan Lokasi Desa Mandiri Energi Tidak Melalui Tahap Identifikasi Potensi Terbarukan dan Identifikasi Kebutuhan Energi Masyarakat b) Temuan Pemeriksaan Terkait Efektivitas Pelaksanaan Program/Kegiatan Stimulus (a) Pelaksanaan Pembangunan Transmisi, Jaringan Dan Gardu Induk Tidak Sesuai Jadwal Waktu Sehingga Belum Dapat Dioperasikan (b) Hasil Pelaksanaan Pekerjaan yang Dibiayai dari Belanja Stimulus Infrastruktur Bidang Energi pada Ditjen LPE Tidak Mencapai Target yang Ditetapkan Sebesar Rp476.103.725,00 (c) Hasil Pelaksanaan Pekerjaan Belanja Stimulus Infrastruktur Bidang Energi pada Ditjen LPE Tidak Sesuai Spesifikasi Teknis (d) Hasil Pekerjaan PLTMH Way Nipah, Ciberang, Leuwi Leksa, Dan Sukalaksana Senilai Rp4.698.105.828,00 Belum Sepenuhnya Efektif Dalam Memenuhi Kebutuhan Listrik Perdesaan Dan Melengkapi Sistem Jaringan (e) Hasil Pekerjaan DME Bahan Bakar Nabati Senilai Rp19.647.190.970,00 Belum Sepenuhnya Efektif Dalam Mencapai Tujuan Penganekaragaman Sumber Energi Masyarakat (f) Hasil Pengadaan Peralatan Kegiatan Produktif Senilai Rp1.015.752.450,00 Belum Efektif Dalam Peningkatan Produktivitas Kegiatan Ekonomi Masyarakat Desa (g) Hasil Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Hybrid Angin Surya Belum Sepenuhnya Efektif Dalam Penyediaan Energi Sebagai Entry Point Dalam Pengembangan Ekonomi Pedesaan b. Kegiatan Pemeliharaan, Pemakaian Refinery Fuel dan Penurunan Refinery Loss Tahun 2008 dan 2009 semester I pada Pertamina (Persero) Dit. Pengolahan dan Refinery Unit IV dan V Jakarta, Cilacap dan Balikpapan. Temuan : a) Kegiatan Pemeliharaan (a) Manajemen persediaan RU IV belum maksimal dalam mengelola direct charge (DC) dan surplus, mengakibatkan DC minimal senilai Rp6.230.504.981,00 dan USD530,274.00 tidak termanfaatkan; sisa material minimal senilai Rp3.224.634.588,00 tidak termanfaatkan dan menumpuk di gudang; selain itu dalam laporan persediaan tidak mencerminkan jumlah dan nilai barang yang sebenarnya. BAKN-DPR RI | 58

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Proses inspeksi dan pengadaan perbaikan tangki 041T-122 di RU IV yang tidak memadai, mengakibatkan ketidakhematan senilai Rp76.152.873.378,00. Tangki 041Tiii 122 yang merupakan tempat penampungan slop wax mengalamikerusakannya. (c) Beberapa kegiatan pemeliharaan kilang RU V terlambat dilaksanakan, mengakibatkan ketidakefektifan pengadaan material direct charge (DC) senilai Rp14.642.927.167,00. (d) Sistem metering PKS Jetty 1,2,3 dan 4,5 Area TBL-Prod senilai Rp3.950.000.000,00belum bisa dioperasikan dan RU V kehilangan potensi pendapatan dari pencairan jaminan pelaksanaan senilai Rp197.500.000,00 b) Kegiatan Pemakaian RF (a) Program peningkatan efisiensi RF di RU IV belum sepenuhnya efektif menurunkan pemakaian RF pada tahun 2008 dan 2009 (semester 1). (b) Pemilihan HGO sebagai RF pada LOC-I dan LOC-II RU IV menimbulkan ketidakekonomisan senilai Rp57.084.843.964,39. (c) Kegiatan peningkatan kehandalan dan keakuratan peralatan serta sistem perhitungan yang terkait dengan RF RU IV belum sepenuhnya efektif. Pemeriksaan BPK RI menemukan bahwa RU IV belum menggunakan flow meter yang memiliki akurasi yang tinggi dan belum memperbaiki alat kalibrasi flow meter utama di area pemeliharaan IV. (d) Pemilihan RF belum sepenuhnya sesuai dengan Business Plan RU V 20062011mengakibatkan RU V kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan ekonomis senilai USD157,889,189,22. (e) Rumah dinas perusahaan (RDP) yang dimanfaatkan oleh pihak yang tidak berhak mengakibatkan pemborosan energi listrik sebesar 11.827.890 KWH atau setara Rp6.860.176.200,00. Hal tersebut disebabkan oleh pengelolaan RDP belum mempertimbangkan aspek ekonomi. (f) Penggunaan BSRF on crude sebagai pengukur pemakaian RF pada RU V tidak tepat karena tidak mencerminkan tingkat efisiensi yang sebenarnya. c) Kegiatan Penurunan RL (a) Kegiatan penurunan loss RU IV belum efektif mengakibatkan realisasi loss masih di atas target. Pada tahun 2008, RL ditargetkan sebesar 1.701.365,37 bbl sementara realisasinya adalah sebesar 1.767.740 bbl. Di tahun 2009, RL hingga bulan Juni ditargetkan sebesar 538.410,73 bbl sementara realisasinya adalah sebesar 818.076 bbl. (b) Flaring recovery system tidak berfungsi dengan baik sehingga RU IV kehilangan kesempatan untuk melakukan efisiensi RF senilai Rp57.818.503.821,13 pada periode 2008 s.d. 2009. (c) Unscheduled plant stop tahun 2008 mengkibatkan loss pada oil water separator melebihi target sebesar 127.316,24 bbl. Evaporasi pada tahun 2008 ditargetkan sebesar 61.021,76 bbl namun realisasnya sebesar 188.338,00 bbl (d) Kelemahan alat ukur mengakibatkan nilai RL tidak dapat diyakini kewajarannya

BAKN-DPR RI | 59

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

d) Terkait dengan Pengendalian Intern Pengawasan dan pengelolaan pemasok RU IV dalam bentuk vendor management belum memadai sehingga terindikasi adanya pelanggaran terhadap pedoman pengadaan barang/jasa dan logistik. c. Pemeriksaan Pengelolaan Pertambanghan Batubara Tiga belas Pemerintah Kabupaten/Kota, terdiri dari empat Pemerintah Kabupaten di Provinsi Jambi, tiga Pemerintah Kabupaten di Provinsi Riau, dua Pemerintah Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, dua Pemerintah Kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan, dan dua Pemerintah Kabupaten diProvinsi Kalimantan Timu. Temuan : a) Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pertambangan Batubara (a) Tatacara pengenaan, pemungutan dan penyetoran PNBP pada Kementerian ESDM yang seharusnya diatur oleh Menkeu setelah mendapat pertimbangan dari Menteri ESDM belum disusun. (b) Kebijakan Menteri ESDM memberikan konsesi lahan pada dua PKP2B yang realnya berada di kawasan hutan tidak mendukung upaya pencegahan kerusakan hutan dan lingkungan. (e) Dua Pemda belum menetapkan peraturan teknis tentang reklamasi dan penutupan tambang dan satu pemda sudah menetapkan peraturan teknis tentang reklamasi namun belum sesuai dengan ketentuan. (f) Duplikasi pungutan yang dibebankan kepada pemegang kuasa pertambangan atau izin usaha pertambangan atas produksi/penjualan batubara minimal sebesar Rp5.553.953.111,00. e) Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan yang Berlaku (a) Sembilan pemegang izin KP/IUP telah melakukan kegiatan penambangan di kawasan hutan tanpa izin pinjam pakai kawasan hutan. (b) Penggunaan jalan tambang oleh PT Arutmin Indonesia dari Tambang Satui ke Dermaga Muara Satui tidak sesuai ketentuan. (c) Lima Sub Kontraktor PT NTC telah melakukan kegiatan penambangan di kawasan hutan tanpa izin pinjam pakai kawasan hutan. (d) Tiga belas Sub Kontraktor PT Nusantara Termal Coal patut diduga melakukan kegiatan penambangan pada areal konsesi PKP2B PT Nusantara Termal Coal pada saat penghentian sementara kegiatan penambangan oleh Dirjen Minerbapabum melanggar ketentuan. (e) Empat ratus ratus tujuh belas Pemegang Kuasa Pertambangan (KP)/Izin Usaha Pertambangan (IUP) kurang membayar iuran tetap sebesar Rp6.135.994.366,38 dan tujuh puluh tujuh Pemegang Kuasa Pertambangan(KP)/Izin Usaha Pertambangan (IUP) kurang membayar royalti sebesar Rp145.476.670.785,84 dan USD14,767,995.36 (f) Sepuluh kontraktor PKP2B kurang membayar DHPB sebesar Rp22.930.336.253,83 dan USD14,493,554.30 (g) DBH SDA Tahun 2008 dan 2009 sebesar Rp1.059.212.417,28 belum diterima dalam penyaluran kepada tiga kabupaten (h) Pengelolaan Jaminan Reklamasi oleh PKP2B dan Pemegang KP/IUP Belum Sesuai Ketentuan d. Pemeriksaaan atas Pengadaan Barang dan Jasa di Kementrian ESDM dan BP Migas. BAKN-DPR RI | 60

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Temuan : a) Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Kebijakan Hasil Pekerjaan Implementasi Pengendalian Volume BBM Bersubsidi Secara Tertutup berupa Draf Regulasi dan Renstra belum ditindaklanjuti oleh BPH Migas dan sebagian pelaksanaan pekerjaan tidak optimal. b) Ketidakpatuhan Terhadap Ketentuan yang Berlaku Beberapa aktivitas pada pelaksanaan pekerjaan jasa pemborongan, pengadaan barang, dan jasa konsultansi tidak sesuai spesifikasi teknis dan persyaratan kontrak. e. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 TA 2009 pada BPPT Jakarta. Temuan : a) Pelaksanaan pembuatan Concrete Tower dan pengadaan software AVL pada Satker TIRBR serta beberapa pengadaan pada satker Sestama terlambat diselesaikan dan rekanan belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp24.147.178,00. Hal tersebut disebabkan ketidaktegasan Pejabat Pembuat Komitmen dalam melaksanakan ketentuan sebagaimana tercantum dalam SPK. b) HPS pekerjaan perbaikan ALS Channel Streamer yang disusun panitia memperhitungkan unsure PPh pasal 23 sebesar Rp33.000.000,00 sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran kepada CV-MDK. Hal ini disebabkan oleh Panitia Pengadaan Barang/Jasa dan Pejabat Pembuat Komitmen tidak cermat dalam melaksanakan tugasnya. f. Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 TA 2009 pada LAPAN Jakarta. Temuan : a) Alokasi BA 999.06 untuk membiayai kegiatan rutin tupoksi LAPAN sebesar Rp48.576,36 juta tidak sesuai dengan karakteristik belanja. Kondisi tersebut disebabkan penentuan anggaran Belanja Lain-lain tidak memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam PMK Nomor: 196/PMK.05/2008 Tahun 2008 serta tidak ada kriteria untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai keperluan mendesak dan dapat dibiayai dari BA BSBL. b) Pengadaan peralatan telemetri senilai Rp3.898,06 juta dan pembangunan gedung laboratorium AP senilai Rp2.088,30 juta belum dapat dimanfaatkan untuk penelitian pengembangan dan rekayasa teknologi roket tepat waktu. Kondisi tersebut disebabkan lemahnya koordinasi antar satuan kerja dalam perencanaan dan pelaksanaan pekerjaan. g. Pengadaan Paket Tabung Gas 3kg Th 2007 sd 2009 pada PT Pertamina (Persero). Temuan : a) Temuan yang terkait dengan penugasan Pemerintah kepada Pertamina (a) Pertamina melakukan pengadaan paket tabung LPG 3 kg tahun 2008 dan 2009 tanpa surat penugasan dari Menteri ESDM sebagaimana penugasan tahun 2007; BAKN-DPR RI | 61

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Kepmen ESDM No. 3175/K/12/MEM/2007 tentang Penugasan Pertamina dan Penetapan Daerah Tertentu Dalam Penyediaan dan Pendistribusian LPG Tabung 3 kg Tahun 2007 masih mengandung beberapa kelemahan. b) Temuan yang terkait dengan penetapan harga resmi (a) Terdapat harga pengadaan tabung LPG 3 kg dalam negeri tahun 2008 s.d 2009 yang masih melebihi preferensi harga yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 11/M-IND/PER/3/2006; (b) Harga pengadaan paket konversi oleh Pertamina tahun 2007 dan 2008 diantaranya ada yang lebih rendah jika dibandingkan dengan harga yang ditetapkan oleh Pemerintah melalui Peraturan Menteri Perindustrian; (c) Penunjukan langsung PT Tugu Pratama Indonesia (PT TPI) mengakibatkan biaya asuransi paket tabung LPG 3 kg tidak dapat diyakini kewajarannya. c) Temuan yang terkait dengan pelaksanaan/realisasi pengadaan (a) PT Topindo Raya Sejati tidak mampu memenuhi pengadaan regulator dan selang karet sebanyak 3.500.000 set sehingga Pemerintah harus membayar tambahan biaya sebesar Rp2.625.000.000; (b) Pertamina tidak memperhitungkan denda sebesar Rp10.769.103.855 untuk penagihan kepada Pemerintah tahun 2006-2008 dan terdapat potensi kelebihan penagihan sebesar Rp19.883.432.680; (c) Pertamina lebih bayar kepada pabrikan sebesar Rp1.377.709.368 sebagai akibat perbedaan tanggal pemberlakuan Permen Perindustrian No.102/MIND/PER/12/2008; d) Temuan yang terkait dengan proses penagihan kepada Pemerintah Pertamina belum menyertakan perhitungan tabung impor dalam tagihan paket tabung LPG 3 kg kepada Pemerintah. h. Pemeriksaaan atas Tambahan Penggantian Biaya BBM Th 2003 s.d. 2005 pada PT Pertamina (Persero), Jakarta. Temuan : a) PT Pertamina (Persero) lebih rendah menghitung selisih nilai persediaan awal dengan persediaan akhir produk Petrokimia Unit Pengolahan V Balikpapan sebagai pengurang tambahan subsidi BBM Periode Tahun 2003 sebesar Rp3.160.210.870. b) PT Pertamina (Persero) lebih rendah menghitung biaya bunga Pertamina Hulu sebagai pengurang tambahan subsidi BBM Periode Tahun 2004 sebesar Rp10.374.914.738. c) PT Pertamina (Pesero) lebih tinggi menghitung biaya pengadaan crude/minyak mentah Inkind Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas dalam tambahan subsidi BBM tahun 2003 sebesar Rp1.108.679.729.514. d) PT Pertamina (Persero) lebih rendah menghitung biaya pengadaan crude/minyak mentah Pro-rata Pertamina dalam tambahan subsidi BBM Periode 17 September 2003 s.d. 31 Desember 2003 dan 1 Januari 2004 s.d. 31 Desember 2004 Total Sebesar Rp68.372.136.921

BAKN-DPR RI | 62

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

8) KOMISI VIII Hasil Pemeriksaan BPK semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi VIII DPR RI terdiri atas 2 (dua) objek Pemeriksaan atas Laporan Keuangan, 1 (satu) objek Pemeriksaan Kinerja, dan 1 (satu) objek Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. a. Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan West Sumatera Earthquake Disaster Project (WSEDP) Pada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP)untuk periode yang berakhir pada 30 Juni 2010 di Jakarta. Temuan : a) Opini Atas Laporan Keuangan Laporan Keuangan WSEDP mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) . b) Hasil Pemeriksaan Atas Pengendalian Intern (a) Pengelolaan dana hibah dari ADB untuk West Sumatera Earthquake Disaster Project masih mengandung kelemahan, sehingga mengakibatkan kurang efektifnya pengendalian intern terhadap pengelolaan anggaran. Hal ini disebabkan BNPB tidak konsisten dalam melaksanakan tata kerja yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 tahun 2008 tentangOrganisasi dan Tata Kerja BNPB. (b) Proses penyerahan dan pengelolaan bantuan peralatan penanggulangan bencana kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Barat belum memadai, sehingga peralatanperalatan tersebut berisiko tidak dirawat secara optimal dan dapat mempengaruhi umur ekonomisnya, serta tidak dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan penanggulangan bencana. Hal ini disebabkan BNPB belum menetapkan secara jelas status kepemilikan barang bantuan yang dikirim ke pemerintah provinsi/kabupaten/kota sesuai ketentuan yang berlaku berikut pedoman pengelolaannya. c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan (a) Terdapat penggunaan dana sebesar USD2,385,732.00 untuk kepentingan di luar tujuan pembukaan rekening. (b) Pelaksanaan pengadaan peralatan komunikasi cepat, mobil dan motor rescue, mobilkomunikasi, perangkat komputer, dan peralatan penanggulangan bencana lainnya seluruhnya senilai Rp27.122.350.000,00 belum sesuai ketentuan. b. Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Penyelenggaraan Kemementerian Agama Tahun 1430h / 2009m. Temuan : a) Opini Atas Laporan Keuangan BPK tidak menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan PIH tahun 1430H/2009H antara lain karena hal-hal sebagai berikut : (a) Saldo Kas dan Setara Kas dan Setara Kas per 28 Februari 2010 dan per 31 Maret 2009 masing-masing disajikan sebesar Rp380,56 miliar dan Rp429,39 miliar; dalam Saldo Kas per 28 Febuari 2010 tersebut termasuk saldo Kas dan Bank Embarkasi sebesar Rp304,25 juta antara lain berasal dari pencatatan eliminasi saldo awal sebesar Rp1,29 miliar yang disajikan BAKN-DPR RI | 63 Ibadah Haji

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b)

(c)

(d)

(e)

dalam Laporan Keuangan PIH tahun 1429H/2008M yang tidak dapat dijelaskan keberadaan dan dasar pencatatan.Selain itu, ditemukan kas dan bank di embarkasi yang tidak jelas statusnya sebesar Rp820,92 juta. Saldo Setoran Awal BPIH Biasa tidak dapat dibandingkan dengan hasil perhitungan jumlah jamaah menurut data Siskohat dikali dengan tarif setoran awal per jamaah, sehingga saldo yang tersaji dalam laporan keuangan kurang sebesar Rp122,73 miliar. PIH menyajikan saldo Aset Tetap per 28 Februari 2010 dan 31 Maret 2009 masing-masing sebesar Rp643,41 miliar dan Rp626,20 miliar, termasuk aset tetap yang masih dinilai Rp1,00. Seharusnya aset tetap tersebut dinilai dengan harga perolehan. Dari saldo aset tetap yang disajikan dalam Laporan Keuangan PIH, diantaranya terdapat tanah senilai Rp75,00 miliar yang diatasnya dibangun RSHJ sebagai penyertaan modal Badan Pengelola-Dana Abadi Umat (BP-DAU). Terdapat Aset Tetap berupa 8 bidang tanah senilai Rp7,63 miliar belum didukung dengan bukti kepememilikan yang sah dan tanah senilai Rp2,98 miliar serta bangunan senilai Rp3,11 miliar yang diperoleh dari dana APBN, APBD dan DAU belum didukung dokumen serah terima. Saldo Hutang DAU (Dana Abadi Umat) per 28 Februari 2010 sebesar Rp16,17 miliar merupakan saldo yang terbawa dari saldo per 31 Maret 2009. Saldo tersebut belum dietapkan dasar pengakuan dan pengukuran Utang DAU sebagai implementasi dari ketentuan Pasal 25 Ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008.

b) Hasil Pemeriksaan Atas Pengendalian Intern (a) Penghapusbukuan Piutang kepada Anna for Development Sebesar SAR33.750.000,00 Belum Didukung Dengan Aspek Legal Yang Memadai. (b) Saldo Setoran Awal BPIH Biasa dalam Laporan Posisi Keuangan kurang sebesar Rp122.739.346.247,00 dibandingkan dengan data siskohat. (c) Pencatatan dan pengelolaan rekening BPIH khusus belum konsisten. (d) Aset Tetap Berupa 8 Bidang Tanah Senilai Rp7.628.310.002,00 Belum Didukung Dengan Bukti Kepememilikan yang Sah dan Tanah Senilai Rp2.984.320.001,00 serta Bangunan Senilai Rp3.108.262.000,00 di Asrama Haji yang Diperoleh dari Dana APBN, APBD dan DAU Belum Didukung Dokumen Serah Terima ke Penyelenggara Ibadah Haji (e) Kewajiban kepada jamaah haji atas pengembalian biaya paspor sebesar Rp7.017.160.000,00 belum dilaksanakan (f) Saldo Hutang Kepada Dana AbadiUmat (DAU) sebesar Rp16.175.566.942,00 tidak didukung dokumen sumber dan proses rekonsiliasi dengan BP-DAU c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan PerundangUndangan. (a) Kekurangan Pembayaran atas Beban Maslahat Ammah karena Tidak Didasarkan Data Jumlah Jamaah Yang Valid (b) Pemborosan Pembayaran Naqobah Untuk Pengangkutan Jamaah Haji Indonesia Sebesar SAR84.499,25 Ekuivalen Rp211.248.125,00 (SAR 1 = Rp2.500,00) (c) Penetapan Harga Satuan Biaya Katering di Armina Tidak Jelas Perhitungannya dan Terdapat Tumpang Tindih Pembayaran Kepada Muassasah Di Armina Dengan Pembayaran Beban Maslahat Ammah BAKN-DPR RI | 64

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(d)

(e)

(f)

(g)

(h)

Sebesar SAR11.472.480,00 equivalent Rp28.681.200.000,00 (SAR 1 = Rp2.500,00). Kontak Pengadaan Asuransi Jiwa Jemaah Haji dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1430 H/2009 M Tidak Mengatur Secara Jelas Beban-beban Yang Dapat Menjadi Pengurang Dalam Perhitungan Surplus Underwriting Yang Akan Dibagi Antara Perusahaan Asuransi Dengan Kementerian Agama Uang Muka Pembayaran Sewa Rumah Sebesar SAR119.700,00 Equivalent Rp299.250.000,00 (SAR1,00 = Rp2.500,00) Belum Dapat Ditarik Dari Pemilik Rumah. Dua Majmuah Yang Tidak Dapat Memenuhi Target Penempatan Jemaah Haji 75% di Markaziah Belum Dikenakan Sanksi Pemotongan Pembayaran Sebesar SAR1.495.950 Ekuivalen Rp3.739.875.000,00 (SAR1,00 = Rp2.500,00) Pendapatan Bunga Deposito Hasil Optimalisasi Setoran Awal BPIH Biasa Tahun 1430 H/2009 M Pada Tiga BPS Masih Terhutang Pajak Final Yang Belum Disetorkan ke Kas Negara Sebesar Rp3.611.219.917,67 Pembangunan Gedung Aula PIH Batam Sebesar Rp1.192.941.000,00 Tidak Berkaitan Langsung dengan Peningkatan Fasilitas Pelayanan Jamaah Haji

c. Pemeriksaan Kinerja Atas Penyelenggaraan Ibadah Haji Kementerian Agama Tahun 1430h/2009m. Temuan : a) Pelayanan pendaftaran, pelunasan dan pembatalan haji berpedoman pada Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 15 Tahun serta Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Haji belum sesuai dengan standar pelayanan publik untuk pelayanan prima yang ditetapkan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (Menpan). b) Standar pelayanan transportasi, yang memuat indikator-indikator pelayanan dan menjadi pedoman bagi penyedia jasa transportasi dan petugas haji dan Darat di Arab dalam melayani Jemaah Haji Indonesia, belum ditetapkan. c) Pola penyajian makanan secara prasmanan terbatas dan kebersihan lingkungan di Armina belum sepenuhnya memberikan kenyamanan bagi jemaah haji. d) Jemaah Haji Non Kuota yang tidak terdaftar sebagai Jemaah Haji Reguler dengan jumlah yang cukup tinggi, mengakibatkan Jemaah Haji Non Kuota terlantar; mengurangi kenyamanan dan kekhusuan Jemaah Haji Reguler . d. Pemeriksaan Atas Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun Anggaran 2009 Dan Semester I 2010 Pada Kementerian Sosial Serta Dinas Sosial Dan UPT PKH di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat Dan Jawa Timur. Temuan : a) Pelaksanaan penyaluran bantuan PKH dalam tiga tahun anggaran terakhir sebesar Rp2.257.805.052.236,00 tidak didasarkan perencanaan yang memadai, sehingga dana bantuan PKH yang diterima oleh peserta PKH menjadi tidak tepat guna sesuai dengan tujuan PKH. Hal tersebut disebabkan pengelolaan PKH oleh Direktorat Jaminan dan Kesejahteraan Sosial tidak mempedomani ketentuan yang telah ditetapkan dan lemahnya pengawasan langsung dari pejabat yang berwenang. BAKN-DPR RI | 65

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b) Dana bantuan PKH tahap III tahun 2009 senilai Rp1.388.999.000,00 yang ditalangi dan disalurkan oleh PT Pos melampaui pagu anggaran sehingga membebani Kemensos untuk membayar utang kepada PT Pos senilai Rp1.388.999.000,00; penyaluran dana kepada peserta PKH dilakukan secara rapel senilai Rp111.526.326.000,00 sehingga penyaluran bantuan menjadi tidak efektif; dan sisa pembayaran dana PKH tahap I dan II Tahun 2010 belum dikembalikan oleh PT Pos Indonesia sebesar Rp1.019.650.000,00. Hal tersebut disebabkan para pengelola keuangan PKH tidak mempedomani ketentuan yang berlaku serta pengawasan dan pengendalian dilakukan belum efektif. c) Kelebihan pembayaran sebesar Rp4.411.784.250,00 untuk pekerjaan pengambilan kembali (pick up) formulir verifikasi PKH yang tidak dilaksanakan oleh PT Pos, sehingga mengganggu kelancaran kegiatan PKH. Hal tersebut disebabkan Penanggungjawab PKH sekaligus sebagai Pejabat Pembuat Komitmen tidak mempedomani ketentuan dalam menetapkan pembayaran dan PT Pos Indonesia tidak sepenuhnya melaksanakan kesepakatan yang telah dibuat. d) Realisasi anggaran pengadaan formulir PKH senilai Rp69.992.426.773,00 dipertanggungjawabkan oleh PT Pos tidak sesuai dengan prestasi pekerjaan yang dilaksanakan dan PPh tidak dikenakan sebesar Rp252.603.627,00 sehingga pertanggungjawaban yang dibuat oleh PT Pos tidak sah dan terdapat kelebihan pencetakan formulir senilai Rp292.067.816,00. Hal tersebut disebabkan PPK dan Panitia Pemeriksa Barang/Jasa tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. 9) KOMISI IX Hasil Pemeriksaan BPK semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi IX DPR RI terdiri atas 1 (satu) objek Pemeriksaan Kinerja dan 3 (tiga) objek Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu. a. Pemeriksan kinerja atas penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri pada Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI, Balai Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan TKI,Dinas Tenaga Kerja Provinsi/Kabupaten/Kota Di DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur Dan Nusa Tenggara Barat serta Perwakilan RI di Kuala Lumpur, Hong Kong, Singapura, Jeddah, Riyadh dan Kuwait. Temuan : a) Rekruitmen TKI belum didukung proses yang valid dan transparan sehingga tidak ada jaminan kepastian, keadilan, dan perlindungan bagi TKI. b) Penyiapan tenaga kerja yang legal dan prosedural kurang didukung kebijakan yang tegas, sistem yang terintegrasi, serta penegakan aturan yang tegas dan konsisten. c) Data penempatan TKI tidak akurat, sehingga tidak membantu upaya perlindungan TKI di luar negeri. d) Evaluasi yang berkelanjutan terhadap data dan informasi masalah TKI tidak ditangani secara tuntas dan komprehensif. b. Pemeriksan atas Pelaksanaan Belanja Barang dan Belanja Modal TA 2009 dan Semester I TA 2010 pada Direktorat Jenderal Pembinaan Pengembangan BAKN-DPR RI | 66

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi (P2MKT) Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Jakarta. Temuan : a) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas tidak sesuai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sebenarnya, sehingga pembayaran biaya perjalanan dinas tersebut belum dipertanggungjawabkan senilai Rp1.125.611.300,00. b) Kontrak 15 pekerjaan TA 2009 pada Direktorat Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Masyarakat, Direktorat Pengembangan Usaha, dan Direktorat Penyerasian Lingkungan, terdapat kemahalan senilai Rp89.663.818,00 dan kelebihan bayar sebesar Rp6.821.580,60 yang harus ditarik kembali dan disetor ke Kas Negara.

c. Pemeriksan Atas Pengelolaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Negara Tahun 2009 Dan 2010 (S.D Triwulan Iii/2010) Pada Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Dalam Negeri (Bbplkdn). Temuan : a) Terdapat pegawai pensiun yang menempati rumah dinas di lingkungan BBPLKDN. b) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas tidak sesuai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sebenarnya sehingga pembayaran biaya perjalanan dinas tersebut belum dipertanggungjawabkan senilai Rp113.086.400,00. d. Pemeriksan Pemeriksaan Atas Pelaksanaan Anggaran Belanja TA 2009 Dan Semester I TA 2010 Pada Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah Di Semarang. Temuan : 1. 2. Dana bantuan modal usaha kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) pada BKKBN Provinsi Jateng yang seharusnya telah disetor ke Kas Negara, masih dikelola dan disalurkan kepada kelompok UPPKS oleh Badan Pengurus Daerah Asosiasi Kelompok UPPKS (BPD AKU) Provinsi Jateng sebesar Rp5.886,92 juta. Selain itu terdapat pengeluaran sebesar Rp756,26 juta tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban. Penagihan piutang dana bantuan modal usaha (dana bergulir) tidak lancar dan pengeluaran sebesar Rp756,26 juta rawan penyelewengan. 10) KOMISI IX Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi X DPR RI terdiri atas 4 objek pemeriksaan, 1 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Kinerja dan 3 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT a. Pemeriksan Kinerja Direktorat Jenderal Pemasaran Pariwisata (Ditjen Pemasaran Pariwisata) Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata. Temuan : 1. Kegiatan Pengelolaan Visit Indonesia Tourism Officer (VITO). a. Direktorat Promosi Luar Negeri tidak memiliki SDM yang memadai dan Job Description yang jelas untuk mengelola kegiatan Visit Indonesia BAKN-DPR RI | 67

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Tourism Officer (VITO), mengakibatkan tugas kesekretariatan VITO tidak dapat dilaksanakan secara optimal. b. Direktorat Promosi Luar Negeri tidak memiliki pengendalian yang memadai terhadap aktivitas VITO, mengakibatkan pengendalian Direktorat Promosi Luar Negeri terhadap aktivitas MKL lemah yang pada akhirnya pengelolaan VITO menjadi kurang optimal. 2. Kegiatan Partisipasi di Bursa Pariwisata Internasional. Penentuan Person In Charge (PIC) dalam kegiatan partisipasi di Bursa Pariwisata Internasional tidak didukung standar kompetensi yang baku, mengakibatkan penempatan personil tidak sesuai dengan kompetensinya, pelaksanaan kegiatan tidak optimal serta laporan kegiatan yang disusun PIC tidak akurat dan tidak memadai untuk bahan evaluasi. 3. Kegiatan Pengembangan Sarana Promosi Pariwisata a. Kegiatan inventarisasi, pengumpulan dan pengolahan dokumentasi potensi promosi pariwisata serta pendistribusian hasil-hasil dokumentasi potensi pariwisata tidak efektif untuk mendukung kegiatan promosi pariwisata. b. Pelaksanaan kegiatan promosi cetak di Sub Direktorat Promosi Cetak belum didukung Standar Operasional dan Prosedur yang baku, sehingga kegiatan pencetakan bahan promosi tidak dapat dinilai apakah efektif untuk mendukung kegiatan promosi pariwisata. b. Pemeriksan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional. Temuan : 1. Pengendalian atas kegiatan joint audit tahun 2009 pada Itjen Kemdiknas lemah mengakibatkan sekurang-kurangnya sisa dana joint audit sebesar Rp. 6.280.658.913,00 tidak disetorkan ke kas negara. 2. Pertanggungjawaban perjalanan dinas kegiatan joint audit tidak tertib mengkibatkan realisasi biaya perjalanan dinas sekurang-kurangnya sebesar Rp. 22.079.427.400,00 tidak dapat diyakini kewajarannya dan indikasi kerugian negara sekurangkurangnya senilai Rp. 2.254.393.200,00 3. Biaya akomodasi atas kegiatan penyusunan SOP pengawasan dan pemeriksaan dipertanggungjawabkan secara tidak benar mengakibatkan indikasi kerugian negara sebesar Rp1.774.819.100,00 4. Penggunaan sisa anggaran joint audit sebesar Rp. 22.287.132.600,00 dilakukan tanpa merevisi Petunjuk Operasional Kegiatan (POK). 5. Pemberian transport kabupaten/kota dalam kegiatan joint audit melebihi dari yang ditetapkan dalam Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Rp. 4.552.753.800,00 c. Pemeriksan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 (Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) atau BSBL Tahun Anggaran (TA) 2009 pada Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar).. Temuan : 1. Penganggaran dan Peruntukan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL/BA 999.06) pada Kemenbudpar tidak sesuai dengan ketentuan. Sifat dan karakteristik kegiatan yang dibiayai tidak sesuai dengan ketentuan. Alokasi anggaran BSBL/BA 999.06 pada Kemenbudpar (dalam hal ini Ditjen Pemasaran) belum menunjukkan kondisi kebutuhan yang sebenarnya. BAKN-DPR RI | 68

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Permasalahan tersebut terjadi karena para pengambil keputusan terkait dengan pengalokasian anggaran BA 999.06 tidak mengindahkan ketentuan yang berlaku. 2. Pencatatan dan Pelaporan Barang Milik Negara yang dibiayai Belanja Subsidi dan Belanja Lain lain (BSBL/BA 999.06) pada Kemenbudpar tidak memadai, sehingga saldo aset tetap sebesar Rp3.510.687.500,00 dan aset lainnya sebesar Rp3.540.000.000,00 tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya dan tidak dapat diyakini kewajarannya. Hal tersebut terjadi karena tidak adanya koordinasi antara bagian pengelola Barang Milik Negara (BMN) dengan unit teknis selaku pengguna BMN dalam melakukan pencatatan atas BMN, kurangnya pemahaman petugas yang bertanggung jawab atas pengelolaan BMN dalam mencatat dan melaporkan BMN sesuai ketentuan yang berlaku serta fungsi pengawasan oleh pimpinan Ditjen Pemasaran atas pengelolaan BMN masih lemah. d. Pemeriksan Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 (Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) atau BSBL Tahun Anggaran (TA) 2009 pada Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Temuan : 1. Penganggaran BA 999 pada Kemenpora tidak sesuai peruntukan dan karakteristik BSBL yang mengakibatkan ketidaktertiban dalam pelaksanaan anggaran. Hal ini disebabkan Kemenpora mengusulkan anggaran untuk kegiatan yang tidak sesuai peruntukan dan karakteristik BSBL dan Kementerian Keuangan memberikan persetujuan peruntukan anggaran BSBL tanpa mempedomani ketentuan perundang-undangan yang berlaku. 2. Pengadaan alat kesehatan dan jaringan sistem informasi kesehatan senilai Rp58,97 milyar dilakukan sebelum gedung rumah sakit selesai dibangun sehingga pengadaan aset senilai Rp58,97 milyar menjadi idle capacity dan berisiko tidak berfungsi. Permasalahan tersebut terjadi karena lemahnya pengendalian dan pengawasan dari KPA. 3. Pertanggungjawaban dana bantuan sosial sebesar Rp40,05 milyar tidak memadai sehingga realisasi penyaluran bantuan sosial senilai Rp40,05 milyar tidak dapat dievaluasi untuk bahan pengambilan keputusan pemerintah terkait efektifitas program-program bantuan sosial, yang disebabkan lemahnya pengendalian dari penanggung jawab program penyaluran bantuan sosial. 11) KOMISI XI Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi XI DPR RI terdiri atas 4 (empat) objek Pemeriksaan Kinerja dan 50 objek Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a. Pemeriksan Kinerja pengelolaan kepabeanan di bidang impor (kegiatan pelayanan dan penatausahaan atas pengeluaran barang impor di kawasan perdagangan dan pelabuhan bebas) pada Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai Tipe B Batam Tahun Anggaran 2008 - 2009. Temuan : 1. Kebijakan dan proseduratas importasi barang masih belum tepat. BAKN-DPR RI | 69

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Hasil pemeriksaan atas kebijakan dan prosedur diketahui, hal-hal sebagai berikut: (a) Pembatasan atas importasi barang non konsumsi pada kawasan bebas tidak efektif.PP No. 2 tahun 2009,menyatakan bahwa setiap importir harus membuat master list tentang jumlah dan jenis barang yang akan diimpor, untuk pembatasan kuota terhadap importasi barang-barang konsumsi maupun non konsumsi. Sedangkan menurut UU No.44 Tahun 2007 yang dibatasi adalah kuota importasi barang-barang konsumsi saja. Terhadap pembatasan barang-barang non konsumsi, DJBC tidak dapat melakukan pemeriksaan atas jumlah sisa kuota yang diizinkan untuk diimpor, terutama tehadap pemasukan barang yang dilakukan oleh importir produsen; (b) Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) melakukan penelitian tarif dan nilai pabean terhadap pemasukan barang dari LDP, sedangkan atas pemasukan barang dari LDP ke kawasan bebas tidak dikenakan pungutan bea masuk, PPN, dan PPh Pasal 22. 2. Implemantasi kebijakan dan prosedur masih lemah. Hasil pemeriksaan atas implemantasi kebijakan danprosedur diketahui halhal sebagai berikut: (a) Nota Pemberitahuan Barang Larangan (NPBL) dan Nota Pemberitahuan Penolakan (NPP) tidak pernah dilakukan sehingga proses penyelesaian dokumen PPFTZ memerlukan waktu lebih dari 30 hari; (b) Belum ada pemisahan tempat antara barang ekspor, barang impor dan barang antar pulau di Pelabuhan Batu Ampar sehingga menyulitkan proses pemeriksaan dan pengawasan arus masuk dan keluar barang. 3. Evaluasi dan pengukuran kinerja belum berjalan. Berdasarkan pemeriksaan atas evaluasi dan pengukuran kinerja diketahui bahwa Indikator Kinerja Utama (IKU) belum ditandasahkan oleh Kantor Pusat DJBC sebagai alat dan indikator kinerja formal guna mengukur kinerja unit kerja pada KPUBC Batam serta laporan evaluasi kinerja belum menyimpulkan kinerja masing-masing unit/bidang. b. Pemeriksan kinerja kegiatan pelayanan dan penatausahaan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Pabean Tanjung Emas Tahun Anggaran 2008 - 2009. Temuan : 1. Kegiatan pelayanan dan penatausahaan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean belum sepenuhnya didukung dengan kebijakan dan prosedur yang memadai, yaitu : a. Belum ada prosedur formal untuk menindaklanjuti Laporan Hasil Evaluasi dan Penilaian Kinerja sehingga tindak lanjutnya belum efektif dan tidak terpantau dengan baik; b. Perubahan organisasi KPPBC Tanjung Emas dari Tipe A1 menjadi Tipe Madya Pabean belum ditindaklanjuti dengan penyesuaian peringkat jabatan, Tunjangan Khusus Pembinaan Keuangan Negara (TKPKN) dan Tunjangan Kegiatan Tambahan (TKT) pegawai sehingga dapat mempengaruhi motivasi kerja pegawai. 2. Kebijakan dan prosedur terkait pelayanan dan penatausahaan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean belum sepenuhnya diimplementasikan, yaitu : a. Ketidakkonsistenan penetapan klasifikasi/HS suatu barang impor sehingga menimbulkan risiko adanya potensi penerimaan negara yang tidak dipungut; BAKN-DPR RI | 70

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b. Penatausahaan inward manifest di KPPBC Tanjung Emas tidak sesuai ketentuan berlaku, antara lain status barang yang sudah keluar masih terbuka; c. Penerimaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) dan Pajak Dalam rangka Impor (PDRI) sebesar Rp2.102.060.943,00 belum dilaporkan sehingga kinerja penerimaan negara belum menggambarkan keadaan yang sebenarnya; d. Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) dan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) atas impor Hot Rolled Coil, BOPP Film dan Paku belum dipungut minimal sebesar Rp6.716.200.256,00. 3. Sistem informasi yang digunakan belum sepenuhnya mendukung kegiatan pelayanan dan penatausahaan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean, yaitu : 1. Perubahan sistem aplikasi impor dan manifest tidak pernah didokumentasikan sehingga menimbulkan risiko ketergantungan pada operator; 2. Sistem aplikasi impor tidak menolak data beberapa PIB yang identitas manifestnya tidak diisi atau tidak valid dan tidak dapat mengakomodasi penyelesaian impor lewat pelabuhan udara dan kantor pos sehingga informasi yang dihasilkan tidak lengkap dan akurat. 4. Sumber daya manusia, sarana dan prasarananya telah dikelola dengan memadai, namun masih terdapat personil yang belum melakukan tugasnya dengan baik, yaitu adanya petugas gate tidak melakukan perekaman data SPPB pada aplikasi impor atas barang yang keluar sehingga kegiatan operasional pengeluaran barang impor tidak terpantau dengan baik. 5. Evaluasi dan pengukuran kinerja atas kegiatan pelayanan dan penatausahaan pengeluaran barang impor telah dilakukan, namun evaluasi kinerja terkait kinerja Pejabat Fungsional Pemeriksa Dokumen (PFPD) dalam pemeriksaan dokumen jalur merah tidak akurat. c. Pemeriksan atas program stimulus belanja infrastruktur pada Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. Temuan : 1. Peraturan Perundangan Yang Mengatur Penanganan Atau Penanggulangan Jika Terjadi Krisis Ekonomi Belum Dapat Menjamin Kepastian Hukum. Pada saat terjadi krisis ekonomi global pada tahun 2009, Pemerintah Indonesia melaksanakan program stimulus fiskal dengan mengucurkan dana sebesar Rp 73,30 Triliun. Dana tersebut terdiri dari stimulus perpajakan dan kepabeanan sebesar Rp56,30 Triliun (76,81%) dan stimulus belanja negara sebesar Rp17,00 Triliun (23,19%). Dari jumlah stimulus belanja sebesar Rp17,00 triliun, dialokasikan sebagai stimulus belanja infrastruktur sebesar Rp12,20 triliun serta subsidi langsung dan subsidi energi sebesar Rp4,80 triliun. Dari jumlah Rp 12,20 triliun untuk belanja infrastruktur tersebut diantaranya sebesar Rp6,601 triliun merupakan alokasi untuk pembangunan infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum yang terdiri dari anggaran untuk kegiatan belanja infrastruktur yang menjadi kewenangan pemerintah pusat sebesar Rp3,617 triliun dan kegiatan belanja bidang infrastruktur yang menjadi kewenangan daerah sebesar Rp2,984 triliun. BAKN-DPR RI | 71

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2. Waktu Penganggaran Stimulus Fiskal Infrastruktur Kurang Mendukung Tercapainya Tujuan Stimulus Fiskal. 3. Penetapan Sanksi Bagi Kementerian yang Tidak Sepenuhnya Melaksanakan Belanja Stimulus Fiskal Infrastruktur Tidak Menggunakan Dasar Tujuan Penyerapan Tenaga Kerja. d. Pemeriksan Pengelolaan Surat Berharga Negara Pada Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2010. Temuan : 1. Strategi Pengelolaan Utang Negara Jangka Menengah (Lima Tahunan) perlu ditetapkan tepat waktu; 2. Koordinansi internal antar unit kerja Eselon I pada Kementerian Keuangan dan koordinasi eksternal dengan instansi terkait lain atas pengelolaan Surat Berharga Negara perlu ditingkatkan efektivitasnya dengan penyusunan Prosedur Operasional Standar (SOP); 3. Transparansi strategi pengelolaan utang perlu ditingkatkan dengan mendokumentasikan metodologi dan asumsi-asumsi yang digunakan dalam menentukan target atau rekomendasi portofolio utang optimal dalam dokumen strategi pengelolaan utang; 4. Pengendalian atas rasio penerbitan SBN-Neto terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) perlu ditingkatkan efektivitasnya; e. Pemeriksan gabungan atas penerimaan pajak dan kegiatan operasionalnya pada 16 (enam belas) KPP Direktorat Jenderal Pajak Tahun Anggaran 2009 dan 2010 di Jakarta, Malang, Cibitung, Bandung, Batam, Gresik, Pematang Siantar, Parepare, dan Medan Temuan : 1. Importir yang memasukkan barang dari luar daerah pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor sebesar Rp2.101,51 milyar dan PPh Pasal 22 Impor sebesar Rp616 milyar; 2. Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi belum diterbitkan atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan sebanyak 3.677 transaksi dengan nilai Rp41,86 milyar dan atas keterlambatan penyampaian SPT sebesar Rp1,9 milyar; 3. Rasio penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) tidak mencapai target; 4. Wajib Pajak (WP) non Efektif (NE) belum dievaluasi; 5. Penyelesaian penugasan pemeriksaan pajak tidak sesuai dengan strategi dan jadwal yang telah ditetapkan; f. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. PPN Impor diindikasikan belum dipungut terkait transaksi atas PPnBM Impor; 2. KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan; 3. Importir yang memasukkan barang dari luar daerah pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor dan PPh Pasal 22 Impor; BAKN-DPR RI | 72

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

4. Pemungut Pajak diindikasikan belum menyetor PPN dan PPh Pasal 22 yang telah dipungut; 5. Tahapan penagihan aktif belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. g. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Jakarta Menteng Satu dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Terdapat perbedaan jumlah penerimaan pajak yang dilaporkan dalam Laporan Keuangan, daftar realisasi penerimaan dan data MPN. 2. SPT Wajib Pajak belum Seluruhnya Dilakukan Perekaman oleh KPP Pratama Jakarta Menteng Satu. 3. Importir Yang Memasukkan Barang Dari Luar Daerah Pabean Diindikasikan Belum Membayar PPN Impor dan PPh Pasal 22 Impor. 4. Pemberian Imbalan Bunga kepada Wajib Pajak sebesar Rp 1.734.197.682,00 Tidak Dapat Diyakini Kebenaran dan Kewajarannya. 5. Potensi Tidak Tertagihnya Tunggakan Pajak Atas Tunggakan Yang Sudah Daluarsa Senilai Maksimal Rp7.033.592.575,00. h. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu. Temuan : 1. KPP Pratama Jakarta Cakung Satu Belum Menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Pembayaran Pajak Masa; 2. KPP Pratama Jakarta Cakung Satu Belum Sepenuhnya Melaksanakan SOP atas Kegiatan Ekualisasi Data Pajak Sehingga Terdapat Indikasi Pajak Yang Belum Diterima Negara Sebesar Rp870,04 juta; 3. Pengelolaan Piutang Pajak yang Tidak Tertib pada KPP Pratama Jakarta Cakung Satu. i. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak secara Masa/Bulanan dan Tahunan sehingga mengakibatkan penerimaan negara atas sanksi keterlambatan pembayaran sebesar Rp3.789,86 juta belum terealisasi; 2. Pemeriksaan pajak tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku yang mengakibatkan tujuan yang ingin dicapai oleh manajemen dengan penyusunan kebijakan jangka waktu pemeriksaan tidak dapat tercapai dan upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak dan memberikan kepastian hukum bagi WP melalui pemeriksaan menjadi lambat; j. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Jakarta Pluit dan instansi terkait lainnya. BAKN-DPR RI | 73

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Temuan : 1. SPT wajib pajak belum seluruhnya dilakukan perekaman oleh KPP Pratama Jakarta Pluit sehingga informasi dan data yang disampaikan oleh WP dalam SPT belum dapat segera dimanfaatkan lebih lanjut untuk mendukung proses atau tahapan perpajakan selanjutnya dan tidak mencerminkan dukungan pelayanan administrasi dan pengelolaan data yang baik; 2. Pemanfaatan data wajib pajak yang melakukan kegiatan membangun sendiri, pengalihan hak tanah/bangunan serta persewaan tanah dan/atau bangunan belum optimal sehingga KPP Pratama Jakarta Pluit mengalami kesulitan dalam meningkatkan penerimaan pajak dari wajib bayar yang belum ditetapkan NPWP-nya dan kegiatan ekstensifikasi menjadi kurang efektif; 3. Tahapan penagihan pajak pada KPP Pratama Jakarta Pluit belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai ketentuan sehingga potensi penerimaan negara terlambat direalisasikan dan terdapat potensi piutang pajak yang menjadi daluarsa. k. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP PMA Satu dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Keterlambatan Pembayaran Pajak Masa Di KPP Penanaman Modal Asing Satu Belum Diketahui Penerbitan STP-nya 2. Importir Yang Memasukkan Barang Dari Luar Daerah Pabean Diindikasikan Belum Membayar PPN Impor Dan PPh Pasal 22 Impor 3. Pengeluaran Negara dari SPMKP dan SPMIB Sebesar Rp2.849.707,77 juta Tidak Dapat Diyakini Kebenaran dan Kewajarannya 4. Pelaksanaan Tahapan Penagihan Pajak Belum Efektif l. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP PMA Lima.. Temuan : 1. KPP Penanaman Modal Asing Lima belum mengelola seluruh Wajib Pajak terdaftarnya dengan optimal terkait kepatuhan dalam penyampaian SPT Tahunan; 2. KPP PMA Lima belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) atas keterlambatan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) sehingga penerimaan negara dari STP jadi tertunda; 3. KPP PMA Lima belum menyelesaikan perekaman atas Surat Pemberitahuan (SPT) tahun pajak 2009 dan 2010 sehingga informasi dan data yang disampaikan oleh WP dalam SPT tersebut belum dapat segera dimanfaatkan; 4. KPP Penanaman Modal Asing Lima belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan sehingga mengakibatkan penerimaan negara atas sanksi keterlambatan pembayaran sebesar Rp770.022.031,00 belum terealisasi; 5. Saldo piutang pajak yang disajikan dalam Laporan Keuangan Tahun 2010 semester I pada KPP PMA Lima tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya sehingga tidak dapat digunakan sebagai informasi yang akurat dan tepat; BAKN-DPR RI | 74

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

6. Tahapan penagihan aktif belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan. sehingga potensi penerimaan dari pencairan tunggakan menjadi tertunda bahkan tidak tertagih. m. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Perusahaan Masuk Bursadan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Terdapat perbedaan penyajian nilai penerimaan pajak antara Laporan Keuangan, Rekapitulasi Data yang disajikan oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi serta Modul Penerimaan Negara dari Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan; 2. KPP Perusahaan Masuk Bursa belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan; 3. PPN Impor diindikasikan belum dipungut terkait transaksi atas PPnBM Impor; 4. Terdapat Importir yang memasukkan barang dari Luar Daerah Pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor dan PPh Pasal 22 Impor; 5. Potensi tidak tertagihnya piutang pajak dengan kriteria macet sebesar Rp10.157.103.982,00 dan potensi tertundanya Penerimaan Negara atas Piutang Pajak Kriteria Kurang Lancar sebesar Rp5.269.979.328,00. n. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Batu di Malang dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Wajib Pajak selama tiga tahun (2007 s.d. 2009) berturut-turut tidak menyampaikan SPT Tahunan sebanyak 3.612 SPT, namun belum diusulkan menjadi Wajib Pajak Non Efektif; 2. KPP Pratama Batu belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan; 3. Pemungut Pajak diindikasikan belum menyetor PPN dan PPh Pasal 22 yang telah dipungut; 4. Importir yang memasukkan barang dari luar daerah pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor; 5. PTahapan kegiatan penagihan pajak pada KPP Pratama Batu belum optimal. o. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Cibitung dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. SPT wajib pajak belum seluruhnya dilakukan perekaman oleh KPP Pratama Cibitung sehingga informasi dan data yang disampaikan oleh WP dalam SPT belum dapat segera 2. dimanfaatkan lebih lanjut untuk mendukung proses atau tahapan perpajakan selanjutnya dan tidak mencerminkan dukungan pelayanan administrasi dan pengelolaan data yang baik; 3. KPP Pratama Cibitung belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT tahunan BAKN-DPR RI | 75

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

sehingga penerimaan negara atas sanksi administrasi sebesar Rp216,00 juta belum terealisasi; 4. KPP belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa/bulanan dan tahunan sehingga penerimaan negara atas sanksi administrasi keterlambatan pembayaran pajak masa/bulanan dan tahunan minimal sebesar Rp1.180,67 juta belum terealisasi; p. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Tegallega dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Terdapat perbedaan jumlah penerimaan pajak yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan data MPN. 2. SPT Wajib Pajak belum seluruhnya dilakukan perekaman oleh KPP Pratama Bandung Tegallega. 3. Importir yang memasukkan barang dari luar daerah pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor dan PPh pasal 22 Impor. 4. Pemanfaatan data Wajib Pajak yang melakukan kegiatan atau transaksi yang berhubungan dengan tanah dan/atau bangunan belum optimal. 5. KPP Pratama Bandung Tegallega belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) Sanksi Administrasi atas keterlambatan pembayaran Pajak Masa dan Tahunan. 6. Potensi tidak tertagihnya tunggakan pajak atas tunggakan yang sudah daluarsa senilai maksimal Rp3.436.636.017,00. q. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Batam dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. KPP Pratama Batam belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa/bulanan dan tahunan yang mengakibatkan potensi penerimaan negara atas sanksi administrasi belum terealisasi sebesar Rp2.495,78 juta 2. Nilai piutang pajak pada KPP Pratama Batam tidak dapat diyakini kewajarannya yang mengakibatkan nilai piutang pajak dalam Laporan Keuangan KPP Pratama Batam belum menunjukkan nilai piutang yang sebenarnya dan tidak dapat digunakan sebagai informasi yang akurat dan tepat. 3. Pengelolaan Data dan Dokumen Perpajakan pada KPP Pratama Batam dalam rangka modernisasi kurang tertib mengakibatkan data perpajakan KPP Pratama Batam kuarang dapat dipertanggungjawabkan sehingga pemantauan dan evaluasi tidak dapat dilaksanakan secara optimal dan potensi ketidakakuratan hasil pemeriksaan pajak atas SPTLB karena pendeknya waktu pemeriksaan. r. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Gresik Utara dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Terdapat perbedaan jumlah penerimaan pajak yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan data MPN. BAKN-DPR RI | 76

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2. SPT Wajib Pajak belum seluruhnya dilakukan perekaman oleh KPP Pratama Bandung Tegallega. 3. Importir yang memasukkan barang dari luar daerah pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor dan PPh pasal 22 Impor. 4. Pembayaran pajak dilakukan oleh Wajib Pajak dengan status Non Efektif dan Wajib Pajak yang telah dicabut NPWPnya. 5. Pemeriksaan pajak tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku. 6. Potensi tidak tertagihnya tunggakan pajak atas tunggakan yang sudah daluarsa senilai maksimal Rp3.436.636.017,00. s. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Pematang Siantar dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Rasio Kepatuhan Penyampaian SPT Tahunan PPh Pada Tahun 2009 KPP Pratama Pematang Siantar Tidak Mencapai Target yang mengakibatkan KPI KPP Pratama Pematang Siantar tidak tercapai dan kepatuhan Wajib Pajak untuk menyampaikan SPT Tahunan rendah. 2. KPP belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan yang mengakibatkan penerimaan negara atas sanksi administrasi keterlambatan pembayaran pajak atas SPT Masa dan SPT Tahunan belum terealisasi. 3. Importir Yang Memasukkan Barang Dari Luar Daerah Pabean Diindikasikan Belum Membayar PPN Impor dan PPh Pasal 22 Impor yang mengakibatkan adanya potensi kekurangan penerimaan negara minimal sebesar Rp4.350,54 juta. 4. Tahapan Penagihan Pajak Belum Sepenuhnya Dilaksanakan Sesuai Ketentuan yang mengakibatkan potensi penerimaan negara terlambat direalisasikan dan terdapat potensi piutang pajak yang menjadi daluarsa. t. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Parepare dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. KPP Pratama Parepare belum menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sanksi administrasi atas keterlambatan pembayaran pajak masa dan tahunan sehingga mengakibatkan penerimaan negara atas sanksi keterlambatan pembayaran sebesar Rp209,87 juta belum terealisasi; 2. KPP Pratama Parepare belum menyelesaikan perekaman atas Surat Pemberitahuan (SPT) tahunan tahun pajak 2007, 2008, dan 2009 sehingga informasi dan data yang disampaikan oleh WP dalam SPT tersebut belum dapat segera dimanfaatkan untuk mendukung proses atau tahapan perpajakan selanjutnya; 3. Saldo piutang pajak yang disajikan pada laporan keuangan tahun 2009 dan semester I tahun 2010 pada KPP Pratama Parepare tidak menunjukkan kondisi yang sebenarnya sehingga tidak dapat digunakan sebagai informasi yang akurat dan tepat; 4. Pengelompokan tunggakan pajak berdasarkan kualitas tunggakan belum dilakukan dengan benar sehingga tunggakan pajak senilai Rp5.520,99 juta sulit untuk diidentifikasikan dan pencairannya sulit untuk dilakukan. BAKN-DPR RI | 77

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

u. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Medan Barat dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Terdapat perbedaan penyajian nilai penerimaan pajak antara laporan keuangan dengan rekapitulasi data dari Seksi Pengolahan Data KPP Pratama Medan Barat dan data Modul Penerimaan Negara dari Direktorat Teknologi Informasi Perpajakan; 2. KPP Pratama Medan Barat tidak optimal dalam meningkatkan kepatuhan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh; 3. Perekaman SPT Masa dan Tahunan tahun pajak 2009 dan 2010 pada KPP Pratama Medan Barat belum dilakukan secara menyeluruh; 4. Piutang Pajak Sebesar 94,62% atau sebesar Rp66,82 miliar termasuk dalam kriteria macet dan berpotensi tidak dapat ditagih akibat tidak efektifnya proses penagihan pajak; 5. Tidak efektifnya penatausahaan piutang pajak berakibat pada tidak akuratnya nilai piutang pajak KPP Pratama Medan Barat. v. Pemeriksan Penerimaan Pajak Dan Kegiatan Operasionalnya Pada KPP Pratama Tegallega dan instansi terkait lainnya. Temuan : 1. Terdapat perbedaan jumlah penerimaan pajak yang dilaporkan dalam laporan keuangan dan data MPN. 2. SPT Wajib Pajak belum seluruhnya dilakukan perekaman oleh KPP Pratama Bandung Tegallega. 3. Importir yang memasukkan barang dari luar daerah pabean diindikasikan belum membayar PPN Impor dan PPh pasal 22 Impor. 4. Pemanfaatan data Wajib Pajak yang melakukan kegiatan atau transaksi yang berhubungan dengan tanah dan/atau bangunan belum optimal. 5. Tahapan penagihan aktif belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai ketentuan. 6. Potensi tidak tertagihnya tunggakan pajak atas tunggakan yang sudah daluarsa senilai maksimal Rp3.436.636.017,00. w. Pemeriksan Gabungan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Dua Bank BUMN dan Delapan Bank BUMD Tahun Pajak 2009. Temuan : 1. Pengendalian intern terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan kurang memadai; 2. Terdapat biaya yang belum dikoreksi fiskal dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2009 sebesar Rp760.578,59 juta dan menambah potensi penerimaan negara sebesar Rp193.341,94 juta; 3. Pemungutan PPh Pasal 22 pada Bank Sumsel Babel sebesar Rp597,89 juta dan Bank Sulsel sebesar Rp17,53 juta tidak sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku; 4. Pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp947,19 juta pada satu bank BUMN dan lima bank BUMD kurang memadai; 5. Terdapat keterlambatan pelimpahan penerimaan pajak oleh Bank Jateng dan Bank Sumut sebesar Rp32.314,4 juta; BAKN-DPR RI | 78

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

6. Selisih nilai penerimaan negara antara MPN dan SISPEN pada Bank Sulsel sebanyak 293 records sebesar Rp2.313,85 juta dan pada Bank Sumsel Babel sebanyak 540 records sebesar Rp4.735,73 juta; 7. Temuan lain-lain yang menyangkut tahun pajak selain tahun pajak 2009. x. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Mandiri. Temuan : 1. Bank Mandiri belum melakukan koreksi fiskal PPh Badan tahun pajak 2009 sebesar Rp23.258,95 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp6.512,5 juta 2. Pendapatan Non Operasional (PNO) Hasil Sewa Gedung pada Laporan Keuangan Bank Mandiri sebesar Rp6.323,48 juta belum dipotong PPh Pasal 4 ayat 2. 3. Bank Mandiri belum melaporkan Penyerahan BKP dan/atau JKP dalam SPT Masa Januari sampai dengan Desember 2009 sebesar Rp 8.470,83juta. y. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Rakyat Indonesia (BRI). Temuan : 1. BRI belum melakukan koreksi fiskal sebesar Rp387.889,35 juta dalam perhitungan PPh Badan tahun pajak 2009 yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp89.214.55 juta 2. BRI tidak memotong PPh Pasal 4 ayat (2) sebesar Rp31.659,71 juta terhadap bunga atas giro, tabungan dan. z. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank DKI. Temuan : 1. Pengendalian intern terhadap pengelolaan perpajakan Bank Bank bjb belum memadai dan Bank bjb tidak menyajikan laporan keuangan unaudited; 2. Bank bjb belum melakukan koreksi fiskal sebesar Rp54.067,16 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp15.138,80 juta; 3. Pelaksanaan kewajiban Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23/26 Bank bjb tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dan berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp11,08 juta dan terdapat perbedaan pembayaran PPh Pasal 23 dengan data yang tercantum dalam MPN sebesar Rp925,99 juta; 4. Selain itu, Pelaksanaan kewajiban PPN Bank bjb Tahun 2009 tidak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku; aa. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Sumsel Babel. Temuan : 1. Bank Sumsel Babel belum melakukan koreksi fiskal Pajak Penghasilan (PPh) Badan tahun pajak 2009 sebesar Rp6.088,16 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp1.704,68 juta; BAKN-DPR RI | 79

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2. Selisih nilai penerimaan negara antara MPN dan SISPEN pada Bank Sumsel Babel tahun 2009 sebanyak 540 records sebesar Rp4.735,73 juta; 3. Bank Sumsel Babel belum melakukan koreksi fiskal PPh Badan tahun pajak 2008 sebesar Rp6.257,34 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp1.877,20 juta; dan bb. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Sumut. Temuan : 1. Pengendalian intern terhadap pengelolaan pajak pada PT Bank Sumut kurang memadai; 2. PT Bank Sumut belum melakukan koreksi fiskal Pajak Penghasilan (PPh) Badan tahun pajak 2008 sebesar Rp2.476,37 juta dan tahun pajak 2009 sebesar Rp61.445,68 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp742,91 juta dan Rp17.204,79 juta; 3. Penerimaan pajak sebesar Rp29.594,97 juta melalui PT Bank Sumut terlambat dilimpahkan ke Kas Negara mengakibatkan timbulnya denda sebesar Rp333,84 juta; dan 4. Pembebanan penyisihan properti terbengkalai sebesar Rp7.330,88 juta sebagai pengurang penghasilan mengakibatkan kekurangan pembayaran PPh Badan tahun 2006 sebesar Rp2.199,26 juta. cc. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Jateng. Temuan : 1. Bank Jateng belum melakukan koreksi fiskal sebesar Rp59.682,87 juta dalam perhitungan PPh Badan tahun pajak 2009 yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp16.711,20 juta; 2. Terdapat kesalahan kode Mata Anggaran Penerimaan (MAP) dalam penyetoran PPh Pasal 4 ayat (2) atas bunga simpanan nasabah pada empat kantor cabang; 3. Pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 4 ayat (2) pada lima kantor cabang belum sepenuhnya sesuai dengan ketentuan; dan 4. Keterlambatan pelimpahan penerimaan pajak oleh Kantor Cabang Slawi sebesar Rp2.719,45 juta belum dikenakan denda sebesar Rp19,96 juta. dd. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Jatim. Temuan : 1. Rekonsiliasi antara data penerimaan pajak tahun 2009 belum efektif sehingga masih terdapat selisih data penerimaan negara antara Data SISPEN, MPNP, dan THSPN Bank Jatim; 2. Bank Jatim belum melakukan koreksi fiskal sebesar Rp31.876,85 juta dalam perhitungan PPh Badan tahun 2009 yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp8.925,52 juta; 3. Bank Jatim belum memungut PPN sebesar Rp6,53 juta atas jasa layanan Safe Deposit Box.

BAKN-DPR RI | 80

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

ee. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Kaltim. Temuan : 1. Pengendalian intern terhadap pengelolaan pajak di BPD Kaltim kurang memadai; 2. BPD Kaltim belum melakukan koreksi fiskal PPh Badan tahun 2009 sebesar Rp43.962,47 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp12.309,49 juta; 3. Pembentukan dana cadangan PPAP non kredit sebesar Rp28.196,51 juta belum dikoreksi positif dalam SPT Tahunan PPh Badan tahun pajak 2009 BPD Kaltim yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp7.895,02 juta; 4. Pemungutan PPN atas penyerahan jasa sewa ruangan dan rooftop/atap gedung Kantor Pusat BPD Kaltim kurang memadai yang mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai belum dipungut dan disetor sebesar Rp22,88 juta. ff. Pemeriksan atas Kepatuhan Kewajiban Perpajakan Tahun Pajak 2009 pada Bank Sulsel. Temuan : 1. Pengendalian intern terhadap pengelolaan pajak pada PT Bank Sulsel kurang memadai, 2. PT Bank Sulsel belum melakukan koreksi fiskal Pajak Penghasilan (PPh) Badan tahun pajak 2009 senilai Rp16.566,84 juta yang berpotensi menambah penerimaan negara sebesar Rp4.638,72 juta, 3. PT Bank Sulsel tidak melakukan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas Pemanfaatan Layanan Penerimaan Pembayaran Jasa Telekomunikasi Tahun 2009, 4. Terdapat selisih jumlah transaksi penerimaan negara Tahun 2009 antara data dalam Sistem MPN PT Bank Sulsel dengan data dalam SISPEN KPPN Makassar I dan Ditjen Perbendaharaan sebanyak 293 records dengan nilai sebesar Rp2.313,85 juta, dan 5. Pelaksanaan penerimaan negara melalui Bank Persepsi pada PT Bank Sulsel Tahun Buku 2009 tidak sesuai dengan Perjanjian Jasa Pelayanan Perbankan sebagai Bank Persepsi/Devisa Persepsi antara Ditjen Perbendaharaan Negara dengan PT Bank Sulsel. gg. Pemeriksan atas Pengadaan barang dan jasa pemerintah pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Kantor Wilayah (Kanwil) DJBC Kalimantan Bagian Barat, Kanwil DJBC Sulawesi dan Kanwil DJBC Jawa Barat Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2009 dan 2010. Temuan : 1. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan yang mengakibatkan : a. potensi kerugian negara sebesar Rp25.699.000,00 karena beberapa barang hasil pengadaan yang tidak diketahui keberadaan fisiknya di KPPBC Bandung sebesar Rp7.139.000,00 dan KPPBC Bogor sebesar Rp18.560.000,00; BAKN-DPR RI | 81

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b. denda keterlambatan yang belum dikenakan sebesar Rp662.097.551,17; c. secara administratif, yaitu proses pengadaan barang dan jasa dengan pemecahan kontrak pada Kantor Pusat DJBC dan Kanwil DJBC Kalimantan Barat; 2. Kelemahan sistem pengendalian intern, yaitu barang hasil pengadaan barang dan jasa yang belum dicatat sebagai aset tetap pada Pangsarop Pantolan sebesar Rp545.997.500,00 dan Rp1.018.763.200,00, kelebihan penyajian nilai aset dalam laporan keuangan pada Kanwil DJBC Kalimantan Bagian Barat sebesar Rp643.940.769,00, perencanaan pengadaan barang pada Kantor Pusat DJBC belum memadai dan indikasi persaingan usaha tidak sehat dalam pengadaan jasa pada Pangsarop Pantoloan; 3. Ketidakhematan atas pengadaan barang dan jasa sebesar Rp4.406.355.590,44 yaitu pada Pangsarop Pantoloan sebesar Rp. 2.110.573.770,44 pada KPPBC Bandung sebesar Rp. 1.986.375.000,00 pada KPPBC Bogor sebesar Rp. 235.616.820,00 dan pada Kantor Pusar DJBC sebesar Rp. 73.790.000,00 hh. Pemeriksan atas pengadaan barang dan jasa pemerintah TA 2009 pada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dan TA 2008 dan 2009 pada lima Kantor Wilayah (Kanwil) DJP dan instansi vertikal dibawahnya, yaitu: Kanwil DJP Sumatera Barat dan Jambi, Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung, Kanwil DJP Jawa Barat I, Kanwil DJP Jawa Barat II serta Kanwil DJP Jawa Tengah II. Temuan : 1. Rekanan tidak melakukan pekerjaan Jasa Pemeliharaan Sistem Monitoring Pembayaran KPDJP TA 2009 sesuai dengan kontrak berupa penanganan transaksi back office dan pekerjaan pemeliharaan tersebut melanggar UU KUP karena memungkinkan rekanan melihat data wajib pajak meskipun tidak memiliki ijin dari Menteri Keuangan; 2. Pemecahan kontrak atas 109 paket pengadaan barang untuk Tahun Anggaran 2008 dan 2009 sebesar total Rp9.126.307.884,00 yang terjadi di enam entitas yang diperiksa; 3. Terdapat kemahalan dan ketidakwajaran harga sebesar Rp983.846.856,41 pada pekerjaan; a. perpanjangan sewa internet broadband pada KPDJP; b. pekerjaan jasa konsultan perencana dan pengawas serta pekerjaan pembangunan gedung Kanwil Bengkulu dan Lampung tahap IV pada Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung. 4. Proses pengadaan barang/jasa atas lima paket pengadaan dengan total nilai pengadaan Rp18.885.244.400,00 dilakukan dengan cara penunjukan langsung yang terjadi pada KPDJP. 5. Tidak ditandatanganinya pakta integritas oleh Panitia Pengadaan, PPK dan rekanan di Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung; 6. Penatausahaan dokumen perencanaan dan penganggaran yang tidak memadai menyebabkan kesulitan pengujian kewajaran pelaksanaan anggaran pada Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung, Kanwil DJP Jawa Barat I serta Kanwil DJP Jawa Barat II; dan 7. Surat keterangan bank yang diserahkan oleh rekanan Kanwil DJP Jawa Tengah II tidak pernah dikeluarkan oleh bank. BAKN-DPR RI | 82

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

ii. Pemeriksan atas pengadaan barang dan jasa pemerintah TA 2008 dan 2009 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Sumatera Barat dan Jambi dan instansi vertikal dibawahnya. Temuan : 1. Pemecahan kontrak atas pengadaan barang dan jasa terhadap 51 paket pengadaan dengan total nilai sebesar Rp2.495.161.700,00; 2. Pelaksanaan pengadaan barang/jasa tanpa Harga Perkiraan Sendiri (HPS) dan Pakta Integritas pada 66 kegiatan pengadaan pengeluaran negara tidak dapat diyakini kewajarannya. 3. Indikasi praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat atas beberapa pengadaan barang dan jasa. 4. Konsultan pengawas pekerjaan renovasi gedung kantor untuk DPC diindikasikan membuat laporan tidak benar jj. Pemeriksan atas pengadaan barang dan jasa pemerintah TA 2008 dan 2009 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Bengkulu dan Lampung dan instansi vertikal dibawahnya. Temuan : 1. Adanya pemecahan kontrak pengadaan barang Tahun Anggaran 2008 dan 2009 untuk beberapa paket pekerjaan senilai Rp4.196,09 juta dan pelaksanaannya tanpa didukung Harga Perkiraan Sendiri (HPS). 2. Sisa Partisi Hasil Pengadaan Tahun Anggaran 2008 Pada KPP Pratama Teluk Betung yang Tidak Digunakan Senilai Rp637,47 juta; 3. Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri untuk Pembangunan Gedung Kanwil Tahap IV Tidak Sesuai Ketentuan; 4. Kelebihan Bayar Untuk Pembangunan Gedung Kanwil DJP Bengkulu dan Lampung Sebesar Rp225,84 juta. kk. Pemeriksan atas pengadaan barang dan jasa pemerintah TA 2008 dan 2009 pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jabar I dan instansi vertikal dibawahnya. Temuan : 1. Terdapat indikasi monopoli dalam proses pengadaan pencetakan formulir SPT tahunan PPh Pasal 21 beserta kelengkapannya Tahun Anggaran 2008; 2. Terdapat pemecahan pengadaan barang/ jasa sebesar Rp536,13 juta pada Kanwil DJP Jawa Barat I Tahun Anggaran 2008 dan 2009; 3. Terdapat pekerjaan yang tidak terealisasi dalam pembangunan gedung KPP Pratama Ciamis. ll. Pemeriksan Penelitian atas Subsidi Bunga Kredit Program yang ditagihkan oleh Bank Indonesia (BI) kepada Pemerintah Tahun Anggaran (TA) 2007 s.d. 2009. Temuan : 1. Biaya langsung personil pada pengadaan jasa konsultansi perencanaan dan pengawasan pembangunan gedung kantor tidak didasarkan pada Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2007. BAKN-DPR RI | 83

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2. Terdapat indikasi pemecahan kontrak atas sembilan paket pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kanwil DJP Jawa Barat II Tahun Anggaran 2008 dan 2009 dengan total nilai Rp747,09 juta. 3. Terdapat 14 kegiatan pengadaan barang dan jasa pada Kanwil DJP Jabar II dan KPP Pratama Cibitung tidak didukung HPS yang lengkap dengan total nilai Rp. 1.753, 81 juta. mm. Pemeriksan Penelitian atas Subsidi Bunga Kredit Program yang ditagihkan oleh Bank Indonesia (BI) kepada Pemerintah Tahun Anggaran (TA) 2007 s.d. 2009. Temuan : 1. Pemecahan kontrak atas pengadaan barang dan jasa terhadap 15 (lima belas) paket pengadaan dengan total nilai Rp742,64 juta; 2. Perjanjian kontrak tidak mematuhi klausul kontrak sesuai ketentuan Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2007 masih terjadi di lingkungan Kanwil DJP Jawa Tengah II; 3. Surat keterangan Bank yang diserahkan oleh Rekanan Kanwil DJP Jawa Tengah II tidak pernah dikeluarkan oleh Bank. nn. Pemeriksan Penelitian atas Subsidi Bunga Kredit Program yang ditagihkan oleh Bank Indonesia (BI) kepada Pemerintah Tahun Anggaran (TA) 2007 s.d. 2009. Temuan : Jumlah subsidi yang ditagihkan oleh BI sebesar Rp144.367.787.469,92, yang seharusnya dibayar oleh Pemerintah adalah sebesar Rp144.542.982.190,05 sehingga terdapat selisih sebesar Rp175.194.720,13. oo. Pemeriksan Penelitian atas Nilai Tunggakan KUT Tahun Penyediaan (TP) 1998/1999 Pola Channeling dalam rangka Risk Sharing antara Pemerintah, Bank Indonesia, dan Perum Jamkrindo. Temuan : 1. Program KUT TP 1998/1999 Pola Channeling mengandung beberapa kelemahan sistem pengendalian manajemen baik dari segi desain dan implementasinya, yang meliputi kebijakan, organisasi, mekanisme penyaluran dan pelunasan KUT, pelaporan, pendokumentasian, dan pengawasan 2. Dari nilai tunggakan KUT TP 1998/1999 Pola Channeling per 31 Desember 2009 sebesar Rp5.708.469.424.660,18, ditemukan hal-hal sebagai berikut: a. Ketidaklengkapan dokumen penyaluran KUT di bank pelaksana dengan nilai tunggakan sebesar Rp1.539.052.034.110,09. b. Ketidaksesuaian RDKK dengan ketentuan yang berlaku dengan nilai tunggakan sebesar Rp510.225.568.235,53 yang terdiri dari: 1) komoditas tidak sesuai ketentuan sebesar Rp67.426.375.476,76 dan 2) kelebihan biaya per hektar sebesar Rp442.799.192.758,77. c. Saldo rekening milik Pemda pada bank pelaksana untuk menampung pelunasan KUT sebesar Rp2.880.095.825,98. d. Tunggakan tanpa ada sertifikat penjaminan Perum Jamkrindo sebesar Rp1.923.450.270.023,16. BAKN-DPR RI | 84

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

e. Tabungan beku per 31 Desember 2009 di bank pelaksana yang disampling sebesar Rp266.869.137.266,46. pp. Pemeriksan atas Operasional Bank Pembangunan Daerah (BPD) Sumatera Barat Tahun Buku 2009 2010. Temuan : 1. Pembukaan rekening giro perusahaan pada PT. BPD Sumatera Barat belum sesuai ketentuan; 2. PT BPD Sumatera Barat belum menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principles) untuk Nasabah yang mempunyai risiko tinggi; 3. Pemberian Suku Bunga deposito PT BPD Sumatera Barat yang melebihi ketetapan Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) belum disertai dengan transparansi Informasi Risiko kepada Nasabah; 4. Transaksi Penempatan Dana oleh Dealer melebihi Kewenangan tanpa Persetujuan Direksi sebesar Rp. 130.000.000.000,00; 5. Penatausahaan penerimaan setoran pajak dan bukan pajak pada PT BPD Sumatera Barat belum sepenuhnya sesuai ketentuan yang berlaku; 6. Pembukaan rekening titipan pada PT BPD Sumatera Barat Cabang Pasaraya tidak sesuai ketentuan; 7. Terdapat negosiasi bunga deposito pad PT BPD Sumatera Barat kantor cabang bukit tinggi yang melebihi kewenangan divisi Treasury tanpa persetujuan Direksi; 8. Pemberian kredit belum berpedoman pada kebijaksanaan Perkreditan Bank; 9. Pemberian fasilitas Kredit pada cabang pasaraya tidak sesuai ketentuan; 10. Keputusan Direksi Mengenai Asuransi Agunan Belum Berpedoman pada PBI Nomor 7/2/PBI/2005 tentang penilaian kualitas aktiva bank umum; 11. Denda kredit dengan kolektibilitas non lancar untuk 4.607 debitur belum diperhitungkan dalam Data On Line Banking System (OliBS); 12. Rating kredit belum sepunuhnya digunakan sebagai Identifikasi Awal Resiko Kredit; 13. PT BPD Sumatera Barat cabang Periaman mengenakan suku bunga Kredit kepada Nasabah Debitur belum sepenuhnya sesuai ketentuan. qq. Pemeriksan atas Operasional PD BPR Tanggo Rajo TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Proses penghapusbukuan kredit macet tidak tepat; 2. Sisa kredit harian dan mingguan kepada nasabah yang digunakan untuk kepentingan pribadi Account Officer (AO) sebesar Rp90.863.000,00; dan 3. Pemberian pinjaman sebesar Rp235.000.000,00 tanpa perjanjian kredit. rr. Pemeriksan atas Operasional Bank Jateng TA 2009 dan Semester I TA 2010 Temuan : 1. Bank Jateng Tidak Tegas dalam Menyelesaikan Kredit Macet yang Telah Dihapusbukukan Atas Nama Ny. B dan Berpotensi Tidak Tertagih Sebesar Rp2.601.493.738,00 2. Jaminan Kredit yang Diserahkan oleh CV IN Atas Kredit Rekening Koran (RC) Dengan Plafond Sebesar Rp300.000.000,00 Tidak Sesuai Ketentuan BAKN-DPR RI | 85

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

3. Pemberian Kredit Kepada Seorang Direksi dan 3 (tiga) orang Staf Komisaris Tidak Sesuai Ketentuan dengan Jumlah Seluruhnya Sebesar Rp946.000.000,00 4. Pemberian Fasilitas Kendaraan Dinas Kepada Dewan Komisaris dan DireksiBank Jateng Belum Sesuai Ketentuan 5. Penyelesaian Pembangunan Gedung Kantor Bank Jateng Cabang Slawi dengan Nilai Kontrak Sebesar Rp7.091.416.000,00 Terlambat dari Waktu yangTelah Ditetapkan. 6. Pembayaran Termin Pengadaan Sistem Aplikasi Perbankan dengan Nilai Sebesar Rp31.937.730.000,00 Tidak Sesuai Kontrak dan Tidak Dapat Diselesaikan Sampai Kontraknya Berakhir. ss. Pemeriksan atas Operasional PD BPR Bank Bantul TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Persetujuan kredit tidak berdasarkan prosedur pemberian kredit dan ketentuan yang berlaku; 2. Pembaharuan kredit kepada sdri. NDS tidak sesuai ketentuan; 3. Prosedur penghapusan piutang macet pada PD. BPR Bank Bantul Tahun Buku 2009 dilaksanakan tidak melalui prosedur analisa yang memadai 4. Pemberian kredit tidak sesuai dengan skema kredit yang diatur dalam SK Direksi tentang penetapan peraturan pemberian kredit; 5. Pemberian tunjangan hari raya kepada Dewan Pengawas tidak diatur dengan Peraturan Daerah BPR Kabupaten Bantul tt. Pemeriksan atas Operasional PD BPR Bank Sleman TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Meninjau kembali kebijakan yang tidak sesuai Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2008 dan Permendagri No. 22 Tahun 2006; 2. Menetapkan honorarium Dewan Pengawas sesuai ketentuan yang berlaku; 3. Menghitung kembali seluruh kewajiban PPh Pasal 23 tahun 2009 dan 2010 yang tidak dipungut; 4. Menyetorkan kewajiban PPh Pasal 23 yang tidak dipungut ke Kas Negara; 5. Melaporkan kewajiban PPh Pasal 23 yang telah disetorkan ke Direktorat Jenderal Pajak, Departemen Keuangan Republik Indonesia; 6. Setiap pelaksanaan dan pembayaran pengadaan barang/jasa didasarkan pada kontrak perjanjian; 7. Memerintahkan Kepala Divisi Operasional untuk membuat Surat Pernyataan merencanakan kegiatan dalam RKT. uu. Pemeriksan atas Operasional Bank NTB TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Standar Operasional dan Prosedur Pelaksanaan Kredit Serba Guna (KSG) PT. Bank NTB tidak mampu meminimalkan potensi kerugian 2. Pelaksanaan Penghapusbukuan Kredit Macet tidak sesuai SOP 3. Aplikasi Sistem Olibs pada PT. Bank NTB kurang sempurna dalam penilaian kualitas kredit dan penghitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) BAKN-DPR RI | 86

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

4. PT.Bank NTB belum melaksanakan kegiatan pemantauan dan tindakan koreksi penyimpangan sesuai ketentuan 5. Kegiatan penatausahaan atas Agunan pada PT. Bank NTB Cabang Bima tidak memberikan informasi agunan yang lengkap 6. PT.Bank NTB tidak memiliki pedoman penatausahaan Asuransi 7. Mekanisme pencairan dan pelaporan penggunaan Dana Peduli Sosial Kemasyarakatan Tahun 2009 dan Semester I 2010 belum diatur secara rinci dan jelas 8. Kebijakan Asuransi Kredit sesuai Surat Direksi Nomor SB.01/17/27/64/0016/2006 berseberangan dengan Surat Edaran Nomor SB.01/17/27/64/0001.A/2007 9. Desk Penyelamatan Kredit tidak melaksanakan langkah restrukturisasi terhadap kredit yang bermasalah vv. Pemeriksan atas Operasional Bank Kalteng TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Pemberian Bunga dengan Special Rate atas Simpanan Deposito Berjangka Satu Tahun senilai Rp71.000.000.000,00 belum sepenuhnya sesuai ketentuan; 2. Pekerjaan pembangunan Gedung Kantor Cabang PT BPD NTT Cabang Kalabahi senilai Rp2.244.462.000,00 belum dapat diselesaikan; 3. Pembagian Laba Tahun Buku 2008 sebesar Rp94.890.411.501,00 dan Tahun Buku 2009 sebesar Rp121.445.710.369,00 belum berdasarkan kriteria yang jelas dan tertulis; 4. Pembagian Laba PT BPD NTT untuk Dana Kesejahteraan Karyawan PT BPD NTT sebesar Rp40.186.345.157,28 tidak berdasarkan alasan dan kriteria yang jelas dan tertulis; 5. Pelaksanaan Emisi Obligasi Tahap I PT BPD NTT senilai Rp500.000.000.000,00 belum mencapai target dan menimbulkan beban bank sebesar Rp1.086.950.000,00; 6. Peraturan Direksi PT. BPD NTT Nomor 01 Tahun 1984 dan Keputusan Komisari PT. BPD NTT Nomor 04 Tahun 2006 yang membebankan Pajak Penghasilan atas Jasa Produksi dan Tantiem sebagai beban bank tidak tepat sehingga menambah beban bank Tahun 2009 dan 2010 sebesar Rp.6.578.450.617,75; 7. Kinerja Kantor Cabang PT BPD NTT di Surabaya tidak mencapai target, dan Tahun Buku 2010 (s.d. 31 Agustus 2010) rugi sebesar Rp.2.521.255.729,54; 8. Analisis dan Persetujuan Kredit Investasi, kredit modal kerja, dan bank garansi dengan plaforn seluruhnya senilai Rp74.000.000.000,00 kepada Debitur PT.AMB kurang mencerminkan prinsip kehati-hatian dan nilai/kualitas agunan tidak memadai; dan 9. Pemberian kredit kepada PT SGO dengan plafon sebesar Rp7.500.000.000,00 belum memperhatikan prinsip kehati-hatian dan taksasi agunan dinilai belum menggambarkan kondisi yang sebenarnya. ww. Pemeriksan atas Operasional Bank Kalteng TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Analisis pemberian fasilitas kredit pada PT. Bank Kalteng belum sepenuhnya memperhatikan prinsip kehati-hatian; BAKN-DPR RI | 87

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2. PT. Bank Kalteng belum mempertimbangkan agunan sebagai pengurang dalam pembentukan PPAP kredit; 3. PT. Bank Kalteng Kantor Cabang Utama Palangka Raya belum tegas dalam upaya penyelesaian Kredit Macet ; 4. Upaya penagihan Kredit Hapus Buku atas nama PT. PP pada Kantor Cabang Kuala Kapuas kurang optimal; 5. Terdapat perbedaan pencatatan nilai hutang debitur pada Daftar Nominatif Ekstrakomtabel dengan pencatatan pada KPKNL; 6. Pemberian Tingkat Suku Bunga Special Rate untuk Deposito dengan nominal di bawah Rp5.000.000.000,00 tidak sesuai Surat Edaran Tarif Bunga; 7. Realisasi perjalanan dinas berupa penggantian perjalanan (Transport) pada PT. Bank Kalteng Kantor Cabang Kuala Kapuas dan Kantor Cabang Kuala Kurun tidak sesuai tarif dan tidak didukung bukti dari sarana transportasi yang digunakan; 8. Pembagian Jasa Produksi sebesar 17% untuk Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Belum Sesuai dengan Undang-undang Perseroan Terbatas; 9. Penghasilan Direksi dan Dewan Komisaris belum diungkap secara memadai dalam Laporan yang disampaikan kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) setiap tahun. xx. Pemeriksan atas Operasional BPD Bank Sulut TA 2009 dan Semester I TA 2010. Temuan : 1. Pengendalian risiko kerugian dalam penyaluran kredit melalui agunan dan perlindungan asuransi tidak sesuai dengan Surat Persetujuan Pemberian Kredit dan Syarat-syarat Umum Pemberian Kredit yang mengakibatkan risiko kerugian dalam penyaluran kredit PT Bank Sulut. 2. Pendapatan dari biaya administrasi atas penerbitan garansi bank yang diatur dalam perjanjian kerjasama dengan perusahaan asuransi tidak diterapkan secara konsisten di seluruh kantor cabang PT Bank Sulut yang berakibat ketidakseragaman biaya administrasi penerbitan garansi bank. 3. Pengamanan atas dokumen jaminan kredit belum memadai sehingga menimbulkan risiko pengeluaran biaya pengurusan sertifikat hak milik apabila dokumen jaminan tersebut hilang/tercecer dan/atau tuntutan hukum karena hilangnya berkas kepegawaian debitur. 4. Proses pensertifikatan atas berkas akta jual beli menjadi sertifikat hak atas tanah perumahan PNS Minahasa Utara dengan fasilitas KPR PT Bank Sulut terhambat sehingga menimbulkan risiko hukum berupa tuntutan hukum dari debitur karena tidak adanya sertifikat kepemilikan atas tanah dan bangunan yang dicicil melalui fasilitas KPR dan PT Bank Sulut tidak memiliki dokumen hukum yang kuat atas 43 unit jaminan kredit kepemilikan rumah. 5. Pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) kredit tidak mempertimbangkan agunan sebagai pengurang sehingga pembebanan PPAP dalam laporan keuangan tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya. 6. Penempatan deposito pada Bank Mandiri melanggar ketentuan Batas Maksimum Pemberian Kredit sehingga PT Bank Sulut dikenakan denda yang membebani keuangan PT Bank Sulut sebesar Rp500.000.000,00. 7. Pelaksanaan pembangunan gedung kantor PT Bank Sulut tidak sesuai kontrak yang berakibat kekurangan penerimaan negara dari denda keterlambatan yang tidak dipungut sebesar Rp209.495.000,00 dan kerugian karena kekurangan fisik pekerjaan sebesar Rp775.980.000,00. BAKN-DPR RI | 88

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

8. Pembangunan rumah ATM pada kantor cabang Kotamobagu dimasukkan sebagai komponen biaya perbaikan sehingga mengakibatkan biaya Tahun Buku 2009 dicatat terlalu tinggi. 9. Pajak penghasilan atas premi asuransi purnajabatan kepada Direksi dan Dewan Komisaris belum diperhitungkan dan disetorkan ke Kas Negara sehinggamengakibatkan kekurangan penerimaan negara dari Pajak Penghasilan sebesar Rp. 1.641.000.000,00 10. Bank Sulut belum sepenuhnya menjalankan kewajibannya selaku bank persepsi sehingga Bank Sulut berpotensi dikenakan denda atas keterlambatan pelimpahan pajak ke Kas Negara. yy. Pemeriksan atas Operasional Bank Sulteng TA 2009 dan Semester I TA 201 Temuan : 1) Pemberian kredit kepada tujuh debitur sebesar Rp1.358.241.425,81 tidak sesuai dengan ketentuan; 2) Pemberian kredit kepada Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong pada Tahun 2009 sebesar Rp16.800.000.000,00 tidak sesuai dengan ketentuan; 3) Jaminan kredit tidak dalam penguasaan PT Bank Sulteng atas fasilitas kredit sebesar Rp3.461.732.921,78; 4) Penempatan dana pada bank lain oleh kantor cabang/cabang pembantu PT Bank Sulteng tidak sesuai dengan ketentuan; 5) Dana Alokasi Khusus Bidang Pendidikan Kabupaten Parigi Moutong TA 2009 disajikan dalam akun kewajiban segera pada rekening titipan pihak ketiga sebesar Rp10.759.162.000,00 tidak sesuai dengan ketentuan; 6) Pengelolaan dan pertanggungjawaban dana THT pada Yayasan Kesejahteraan Bank Sulteng tidak akuntabel. zz. Pemeriksan atas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Bagian Anggaran 999.06 (Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain) atau BSBL Tahun Anggaran (TA) 2009 pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP. Temuan : 1. Penganggaran dan pengelompokan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL) tidak sesuai peruntukan dan karakteristik BSBL mengakibatkan ketidaktertiban pelaksanaan anggaran dan pemanfaatan anggaran tidak efektif. Permasalahan tersebut terjadi karena Sekretaris Utama BPKP mengusulkan anggaran untuk kegiatan yang tidak sesuai peruntukan dan karakteristik BSBL dan Kementerian Keuangan yang memberi persetujuan atas peruntukan anggaran BSBL tanpa mempedomani ketentuan perundangundangan yang berlaku. 2. Pertanggungjawaban belanja perjalanan dinas sebesar Rp256,07 juta tidak dilampiri buktibukti lengkap, tidak dilampiri tiket dan kuitansi tidak ditandatangani oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara Pengeluaran serta sebagian bukti tiket pesawat terbang dinyatakan no confirm oleh maskapai penerbangan yang bersangkutan, sehingga tidak diyakini kebenarannya. Permasalahan tersebut disebabkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Bendahara pengeluaran lalai dalam memverifikasi tagihan belanja perjalanan dinas sesuai ketentuan yang berlaku;

BAKN-DPR RI | 89

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

5. Penelaahan Atas Hasil Pemeriksaan Periode Semester-I Tahun 2011 a. Temuan Hasil Pemeriksaan BPK RI Dari hasil Pemeriksaan Semester II Tahun 2010 terhadap 734 objek pemeriksaan, BPK menemukan 6.355 kasus senilai Rp 6,46 triliyun dan USD 156,43 juta, temuan tersebut dapat dikelompokan sebagai berikut : 1) KOMISI I Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi I DPR RI terdiri atas 28 objek pemeriksaan, 7 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Laporan Keuangan dan 21 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Kementerian Luar Negeri tanggal 31 Desember 2010 serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian Luar Negeri tanggal 31 Desember 2010 serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : Pelaksanaan Anggaran Berdasarkan Permenlu No. 04 Tahun 2009 Pada Kementerian Luar Negeri Tidak Sesuai Ketentuan. Dalam surat menyurat tersebut, sampai dengan pemeriksaan berakhir, tidak ada pembahasan mengenai Perwakilan RI di Luar Negeri yang tidak menerapkan Permenlu No. 04 Tahun 2009, mengingat dampak yang timbul dari surat Menkeu tersebut terdapat pengeluaran biaya yang disetujui dan tidak dimintakan pengembaliannya ke Kas Negara, sehingga atas pasal-pasal yang disetujui tersebut akan menimbulkan kecemburuan kepada perwakilan yang tidak menerapkan Permenlu No. 04 Tahun 2009. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Laporan keuangan yang disebut di atas menyajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, posisi keuangan Kementerian Pertahanan per 31 Desember 2010 dan Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : Tukar Menukar (Ruilslag) Aset Tanah Senilai Rp15.600.000.000,00 Pada Kodam XII/Tanjungpura Tidak Sesuai Ketentuan. c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERTAHANAN TAHUN 2010 BAKN-DPR RI | 90

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Opini Pemeriksaan : Neraca Kemkominfo tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kemkominfo tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : Kelebihan pembayaran perjalanan dinas sebesar Rp 99.601.625,00 dan indikasi perjalanan dinas tidak dilaksanakan sesuai bukti pertanggungjawaban Rp610.271.090,00. d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) BELANJA DAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 PADA KJRI SYDNEY AUSTRALIA Temuan : Saldo PNBP senilai USD114,481.05 eq. Rp1.028.612.234,25 Belum Ditransfer ke Rekening Bendahara Khusus Penerima Pusat Kementerian Luar Negeri untuk Selanjutnya Disetor ke Kas Negara. Permasalahan tersebut telah diselesaikan dengan disetorkannya PNBP KJRI Sydney senilai USD114,481.05 eq. Rp1.028.621.234,25 (kurs USD1.00 = Rp8.985,00) ke Rekening Bendahara Khusus Penerima Pusat di Jakarta melalui rekening PNBP Fungsional Kemlu sesuai bukti transfer nomor M10IMTS01365001 tanggal 17 Desember 2010 dan M10IMTS013685-01 tanggal 5 Januari 2011. e) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PELAKSANAAN ANGGARAN DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 PADA BADAN PEMBEKALAN (BABEK) TNI BESERTA JAJARANNYA DI JAKARTA, BANDUNG, SURABAYA, MAKASSAR, DAN ACEH Temuan : a) Terdapat Bekal Minyak dan Pelumas Senilai USD272,726.10 Ekuivalen Rp2.660.170.379,40 yang Diterima Tidak Sesuai dengan Spesifikasi Teknis dalam Kontrak b) Terdapat Kelebihan Pembayaran Uang Saku Tim Inspektor Produk BMP dan Palkomlek Sebesar USD27,475.00 Ekuivalen Rp263.128.250,00 c) Terdapat Hutang Beras TA 2006 sebesar Rp1.389.192.816,00 Kepada Perum Bulog yang Belum Dibayar f. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PELAKSANAAN ANGGARAN PEMBINAAN KESEHATAN UNIT ORGANISASI TNI AD TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 PADA KESDAM DAN RUMAH SAKIT DI LINGKUNGAN KODAM III/SILIWANGI DAN KODAM VI/ MULAWARMAN Temuan : Terdapat Piutang Bermasalah Pada Rumkit Tk. III Ciremai, Rumkit Tk. II Dustira dan Rumkit Tk. III dr. R. Hardjanto Minimal Sejumlah Rp1.393.039.541,00

BAKN-DPR RI | 91

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

g. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PELAKSANAAN ANGGARAN PEMBINAAN KESEHATAN UNIT ORGANISASI TNI AD TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 PADA KODAM IV/DIPONEGORO DAN KODAM VII/WIRABUANA Temuan : Terdapat Dana Pemeliharaan Kesehatan (DPK) TA 2009 dan 2010 (s.d. Maret) yang belum diterima Kodam IV/Diponegoro dan Kodam VII/Wirabuana masingmasing sebesar Rp5.317.022.458,00 dan Rp3.122.678.997,00. h. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PELAKSANAAN ANGGARAN DAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 PADA DIREKTORAT ZENI ANGKATAN DARAT (DITZIAD) Temuan : Pelaksanaan Pekerjaan Tambah atas Harbang, Bangfas dan Matzi TA 2009 dan 2010 Seluruhnya Sebesar Rp2.592.757.501,00 Tidak Sesuai Ketentuan i. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PELAKSANAAN ANGGARAN PEMBINAAN KESEHATAN UNIT ORGANISASI TNI AL TAHUN ANGGARAN 2009 DAN 2010 PADA DINAS KESEHATAN TNI AL, LEMBAGA FARMASI TNI AL Drs. MOCHAMAD KAMAL, RUMAH SAKIT Dr. RAMELAN DAN INSTANSI TERKAIT Temuan : Bagi Hasil Sisa Hasil Usaha atas Pengelolaan Apotek Askes Rawat Jalan dan Apotek Primkopal Rawat Inap Dikelola Tidak Sesuai Ketentuan dan Terdapat Sisa Hasil Usaha yang Belum Disetorkan kepada Bendahara Yanmasum. Pelaporan penerimaan Yanmasum Tahun 2009 kurang catat sebesar Rp2.602.115.193,00 dan tahun 2010 sebesar Rp1.638.282.146,00; Pelaporan pengeluaran Yanmasum Tahun 2009 kurang catat sebesar Rp1.210.051.976,00 dan tahun 2010 sebesar Rp1.592.989.690,00; dan Penerimaan yanmasum dari sisa hasil usaha atas pengelolaan Apotek Askes Rawat Jalan dan Apotek Primkopal Rawat kurang setor sebesar Rp1.081.657.673,00. j. LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN BELANJA TA 2009 DAN 2010 DI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA Temuan : a) Kelebihan pembayaran perjalanan dinas sebesar Rp 307.343.805,00 dan indikasi perjalanan dinas tidak dilaksanakan sesuai bukti pertanggungjawaban sebesar Rp215.356.000,00. b) Pemanfaatan Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan dan Pemanfaatan Penyediaan Pusat Layanan Jasa Akses Internet Kecamatan KPU/USO belum sepenuhnya optimal 2) KOMISI II Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi II DPR RI terdiri atas 17 objek pemeriksaan, 8 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Laporan Keuangan dan 9 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). BAKN-DPR RI | 92

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Kementerian Sekretariat Negara tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian Sekretariat Negara tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : Aset hanggar Pesawat VVIP di atas tanah milik TNI Angkatan Udara di Bandar Udara Halim Perdanakusuma sebesar Rp19.791,73 juta belum ditetapkan statusnya b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Kementerian Dalam Negeri tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian Dalam Negeri tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : a) Realisasi Belanja Barang pada Bagian Perencanaan Ditjen Kesbangpol Tidak Ada Bukti Pertanggungjawaban Sebesar Rp18.520.506.474,00 dan Tidak Akuntabel Sebesar Rp3.147.602.761,00 b) Kelebihan Pembayaran Belanja Jasa Konsultan dan Jasa Lainnya pada Tujuh Eselon I Sebesar Rp1.886.301.431,00 c) Kekurangan Volume Belanja Modal pada Empat Eselon I Sebesar Rp2.239.254.899,43 d) Kegiatan Kerja Sama antara Ditjen Kesbangpol dengan Organisasi Massa/Lembaga Swadaya Masyarakat/Lembaga Nirlaba Lainnya Tidak Sesuai Permendagri No. 44 Tahun 2009 Sebesar Rp5.850.000.000,00 c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PERTANAHAN NASIONAL TAHUN 2010 LAPORAN KEUANGAN BADAN

Opini Pemeriksaan : Neraca BPN tanggal 31 Desember 2010 dan Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan BPN tanggal 31 Desember 2010 dan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

BAKN-DPR RI | 93

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Temuan : Beberapa satuan kerja terlambat menyetor PNBP tahun 2010 sebesar Rp10.133,69 juta d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca KPU tanggal 31 Desember 2010 dan Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan KPU tanggal 31 Desember 2010 dan realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : a) Kendaraan Dinas Milik Negara Senilai Rp3.379.500.000,00 Dikuasai oleh Mantan Anggota KPU dan Pejabat yang Telah Purnabakti b) Aset Komisi Pemilihan Umum Hilang Senilai Rp622.747.500,00 e) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (ANRI) TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) tanggal 31 Desember 2010 dan 2009 serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan ANRI tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : a) Proses Pengadaan Peralatan Digitalisasi Khasanah Arsip Tidak Sesuai Ketentuan dan Terdapat Dugaan Kemahalan Harga Minimal Sebesar Rp1,80 Miliar b) Proses Pengadaan Peralatan Mikrofilm Arsip Tidak Sesuai Ketentuan dan Terdapat Dugaan Kemahalan Harga Minimal Sebesar Rp2,41 Miliar f) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN BELANJA LAINNYA (BA 999.08) TA 2010 PADA KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DI JAKARTA Temuan : Alokasi anggaran BA 999.08 untuk Belanja Pegawai tidak sesuai dengan karakteristik Belanja Lainnya. 3) KOMISI III Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi III DPR RI terdiri atas 14 objek pemeriksaan, 10 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Laporan Keuangan dan 4 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT. BAKN-DPR RI | 94

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN MAHKAMAH AGUNG TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Mahkamah Agung tanggal 31 Desember 2010, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan Mahkamah Agung tanggal 31 Desember 2010, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : a) Bukti Pertanggungjawaban Perjalanan Dinas Berupa 284 Tiket Penerbangan Senilai Rp445,38 Juta Berbeda dengan Database Perusahaan Penerbangan. b) Tanah Seluas 18.490m Senilai Rp37,59 Miliar Belum Memiliki Bukti Kepemilikan dan Seluas 3.776 m Senilai Rp2,24 Miliar Sertifikatnya Hilang. c) Pengelolaan Rumah Dinas di Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Belum Memadai dan Terdapat 13 Rumah Negara/Dinas Dihuni oleh Pihak yang Tidak Berhak. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Kejaksaan RI tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kejaksaan RI tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : Pelaksanaan kontrak Pengadaan Publikasi Pelaksanaan Tugastugas Kejaksaan RI Tahun 2010 tidak sesuai ketentuan dan terjadi indikasi kerugian negara senilai Rp2.195.403.430,00. c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Neraca Polri tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Polri tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : a) Pendapatan Minimal sebesar Rp38.757.225.683,00 Tidak Dilaporkan dan Digunakan Langsung Tanpa Melalui Mekanisme APBN. b) Penerimaan Hibah secara Langsung Berupa Uang Minimal sebesar Rp24.032.311.310,00 dan Berupa Barang Minimal senilai Rp7.793.124.200,00 Belum Dilaporkan kepada Kementerian Keuangan BAKN-DPR RI | 95

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

c) Kelebihan Pembayaran Kegiatan/Operasi dan Pengadaan Barang/Jasa sebesar Rp2.017.427.208,00. d) Duplikasi Pendanaan Satuan Tugas Unit Polisi Berseragam (Formed Police Unit/FPU) Berpotensi Merugikan Negara Sebesar Rp6.114.146.710,00 dan Rp16.372.586.515,00 4) KOMISI IV Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi IV DPR RI terdiri atas 3 (tiga) objek pemeriksaan.. a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN Opini Pemeriksaan : Laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (a) Dalam Piutang Bukan Pajak terdapat beberapa kelemahan dalam pencatatan dan pelaporan piutang Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan DR pada Dishut Provinsi, yaitu pelaporan piutang PSDH dan DR pada Dishut Provinsi belum didukung oleh dokumen sumber yang memadai sebesarRp166.326.135.252,89 dan tidak dilakukan rekonsiliasi atas piutang PSDH dan DR pada Dishut Provinsi berdasarkan pada dokumen sumber. (b) Terdapat persediaan senilai Rp7.905.829.024,00 pada sembilan satker tidak berdasarkan inventarisasi fisik (stock opname) per tanggal Neraca dan pencatatan pada kartu persediaan belum tertib serta belum memiliki buku pembantu untuk mencatat mutasi persediaan. (c) Didalam Belanja Barang per 31 Desember 2010 terdapat Belanja Jasa Konsultan sebesar Rp 17.502.089.700,00 tidak berdasarkan time sheet dan audited payroll untuk biaya personil serta bukti-bukti pengeluaran actual (at cost) untuk biaya non personol. b) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Penyajian estimasi pendapatan tidak berdasarkan sistem yang berjenjang; (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) satker Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat dan Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Gede Pangrango (GGP) terlambat disetorkan; (c) Pengelompokan jenis belanja pada saat penganggaran tidak sesuai kegiatan yang dilakukan; (d) Pembayaran biaya langsung non personil sebesar Rp17.502.089.700,00 untuk pengadaan jasa konsultansi tidak melalui proses verifikasi; (e) Penggunaan keuangan yang belum bisa dipertanggungjawabkan dan pemakaian oleh bendaharawan sebesar Rp615.311.013,00; (f) Sistem pengendalian pengamanan, pencatatan, penatausahaan, pengelolaan dan pelaporan kas, piutang, persediaan, dan asset tetap belum memadai. BAKN-DPR RI | 96

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan PerundangUndangan (a) Dana pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti (MWB) Kemenhut dikelola di luar mekanisme APBN; (b) Penerimaan sewa wisma tamu dan asrama pada Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Gede Pangrango (GGP) tidak disetorkan ke kas negara dan digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN; (c) Pengelolaan hibah luar negeri pada Kemenhut belum sepenuhnya mempedomani ketentuan perundang-undangan yang berlaku; (d) Pembayaran perjalanan dinas pada Kemenhut sebesar Rp7.953.303.730,00 tidak didukung bukti pertanggungjawaban yang sah; (e) Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp150.250.000,00 Atas Pengadaan Jasa Sewa Ruang Kelas dan Akomodasi Pada Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi Wilayah XVIII Manokwari. (f) Kelebihan Pembayaran Minimal Sebesar Rp5.534.446.145,45 Atas Kegiatan Pembangunan Markas Komando Satuan Polisi Reaksi Cepat Pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta Raya. (g) Terdapat Pemindahan Kas Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran Pembantu ke Rekening Pribadi. (h) Aset Tetap Berupa Tanah Seluas 35.991,00 m2 Senilai Rp4.925.659.812,00 Belum Bersertifikat. (i) Aktiva Tetap Masih Bermasalah Dengan Pihak Ketiga. (j) Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Pada Kemenhut Belum Dilakukan Sesuai dengan Ketentuan yang Berlaku. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERTANIAN Opini Pemeriksaan : Laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (a) Kementerian Pertanian menerima hibah luar negeri baik berupa kas, barang, dan jasa dengan total nilai hibah sebesar Rp20.802.540.092,00, USD64,092,994.00, AUD4,872,948.00, EUR1,326,395.00, CNY12,277,853.00 serta JPY1,032,648,000.00. Hibah tersebut dikelola di luar mekanisme DIPA APBN. (b) Nilai aset tetap per 31 Desember 2010 Rp13.947.182.423.574,00. Nilai tersebut termasuk aset tetap yang belum dilakukan penilaian kembali senilai Rp598.216.697.932,00, aset tetap yang belum dilakukan inventarisasi senilai Rp60.155.555.889,00 serta aset tetap yang tidak ditemukan senilai Rp76.685.065.363,00. b) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Sistem Aplikasi E-Plaq dan SIKAWAN QV untuk penerimaan jasa karantina tidak akurat; (b) Pengendalian atas pengelolaan jasa alih teknologi hasil penelitian di lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian belum memadai; BAKN-DPR RI | 97

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(c) Pengendalian atas kegiatan dana kerjasama penelitian pada satker lingkup Balitbang Pertanian belum memadai; (d) Sistem pencatatan dan pelaporan PNBP pada Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan belum memadai untuk memastikan kelengkapan dan keakuratan PNBP yang dilaporkan. (e) Pengelompokan jenis Belanja Barang sebesar Rp338.060.700,00 dan Belanja Modal sebesar Rp898.900.000,00 pada saat penganggaran tidak sesuai kegiatan yang dilakukan; (f) Inventarisasi asset Rp 60.155.555.889,00 dan penilaian aktiva tetap senilai Rp 598.216.697.932,00 sehingga belum dapat dijadikan dasar perbaikan penyajian akun asset tetapdi Neraca. Selain itu terdapat asset yang tidak ditemukan Rp 76.685.065.363,00. (g) Perbedaan saldo asset tetap per 31 Desember 2010 antara SAK dengan SIMAK BMN sebesar Rp 10.673.143.359,00 belum dapat dijelaskan. c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan PerundangUndangan (a) Penerimaan negara bukan pajak atas pemanfaatan aset kurang dipungut sebesar Rp1.362.177.485,00; (b) PNBP dari pemanfaatan aset tidak disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dan digunakan langsung sebesar Rp1.145.399.768,00; (c) PNBP dari jasa alih teknologi minimal sebesar Rp790.934.742,34 belum diterima Kas Negara; (d) Penerimaan hibah secara langsung pada Kementerian Pertanian tidak melalui mekanisme DIPA APBN 2010 senilai minimal Rp20.802.540.092,00; EUR1 ,326,395.00; USD 64,092,994.00; AUD 4,872,948.00; CNY 12,277,853.00 dan JPY 1,032,648,000.00; (e) Perjalanan Dinas Sebesar Rp2.334.380.572,00 Pada Kementerian Pertanian Tidak Didukung Dengan Bukti Yang Sah Serta Terdapat Kerugian Negara Sebesar Rp104.158.600,00 (f) Terdapat Kelebihan Penyaluran Dana Bansos BLM-PUAP Minimal Sebesar Rp2.400.000.000,00 (g) Pengadaan Bibit Sapi Potong Senilai Rp874.952.100,00 pada Loka Penelitian Sapi Potong Grati Pasuruan Tidak Sesuai Keppres 80/2003 (h) Aset Tetap Berupa Tanah Kementerian Pertanian Belum Dilengkapi Bukti Sertifikat dan Pada Beberapa Lokasi Diokupasi Masyarakat. (i) Pemanfaatan Aset Milik Kementan oleh PT Riset Perkebunan Nusantara Belum esuai Ketentuan dan Terdapat Potensi Penerimaan Minimal Sebesar Rp1.044.659.193,60 yang Belum Dapat Dipungut oleh Negara c) HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Opini Pemeriksaan : Laporan keuangan Kementerian Kehutanan tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Total asset tetap adalah Rp 7.299,77 miliar. Nilai tersebut termasuk asset tetap Rp.93,89 miliar yang belum dinilai kembali dan tidak termasuk asset BAKN-DPR RI | 98

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

tetap eks Kementerian Pertanian Rp.32,89 miliar yang belum selesai proses inventarisasinya. b) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian Kelautan dan Perikanan adalah sebagai berikut: (a) Pengelompokan jenis belanja pada saat penganggaran tidak sesuai kegiatan yang dilakukan senilai Rp1.875.281.560,00; (b) Penatausahaan kas di bendahara pengeluaran tidak memadai; (c) Inventarisasi dan penilaian aset belum optimal sehingga aset tetap senilai Rp93.887.586.261,15 belum dapat diyakini kewajaran nilainya; (d) Pencatatan aset eks deptan tidak memadai sehingga terdapat aset tetap senilai Rp32.898.058.827,90 belum dicatat dalam neraca; (e) Penambahan aset tetap Rp7.302.123.581,00 yang berasal dari serah terima aset DJPT ke PSDKP tidak dapat diyakini kewajarannya; (f) Kementerian Kelautan dan Perikanan belum menyajikan nilai investasi jangka panjang dari dana bergulir sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan. Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan (a) Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Terlambat Disetorkan ke Kas Negara (b) .Kelebihan Pembayaran Atas Pengadaan Jasa Konsultansi TA 2010 Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Sebesar Rp350.807.912,00 (c) Penetapan Biaya Langsung Personil Pada Pengadaan Jasa Konsultansi Tidak Didasarkan atas Audited Payroll (d) Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas Sebesar Rp1.850.438.717,00 dan US$340.20. (e) Tanah Pada Satker Balai Riset Perikanan Laut Seluas 2.189 m2 Belum Didukung Bukti Kepemilikan Yang Sah.

c)

5) KOMISI V Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi V DPR RI terdiri atas 8 objek pemeriksaan, 7 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Laporan Keuangan dan 1 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak tidak disajikannya Aset Tetap berupa Konstruksi Dalam Pengerjaan dan Piutang Bukan Pajak berupa jasa kenavigasian, jasa perkapalan dan jasa kepelabuhanan seperti yang diuraikan dalam paragraf di atas, Neraca Kementerian Perhubungan tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian Perhubungan tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggaltanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. BAKN-DPR RI | 99

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Temuan : Aset Tetap Digunakan untuk Kepentingan Pribadi/Pihak Ketiga yang Tidak Sesuai dengan Tupoksi. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK, kecuali untuk dampak persediaan dan aset tetap yang diuraikan dalam paragraph diatas, Neraca Kementerian PU tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta Laporan Realisasi Anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan Kementerian PU tanggal 31 Desember 2010 dan 2009, serta realisasi anggaran untuk tahun yang berakhir pada tanggal-tanggal tersebut, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Temuan : (1) Investor Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) Belum Melunasi Kewajiban kepada Badan Layanan Umum Badan Pengatur Jalan Tol (BLU-BPJT) Berupa Nilai Tambah dan Denda Keterlambatan per 31 Desember 2010 Sebesar Rp21.289.772.010,38. (2) Bukti Pertanggungjawaban Realisasi Belanja Kegiatan Perjalanan Dinas pada Satker Pusat Kajian Strategis Sebesar Rp2.012.684.800,00 Tidak Didukung dengan Bukti yang Sah. 6) KOMISI VI Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi VI DPR RI terdiri atas 12 objek pemeriksaan, 7 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Keuangan dan 5 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN BUMN Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian BUMN tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (1) Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian BUMN yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut: (a) Penyimpanan dokumen pertanggungjawaban Keuangan Negara di Kementerian BUMN belum tertib. (b) Perencanaan kegiatan pengadaan tidak dilaksanakan secara cermat. (c) Pengamanan aset Barang Milik Negara Kementerian BUMN masih belum memadai. (2) Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang Undangan

BAKN-DPR RI | 100

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

BPK menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundangundangan pada Kementerian BUMN karena belum selesai menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI tahun-tahun sebelumnya. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERDAGANGAN Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Perdagangan tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian (1) Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian Perdagangan yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut: (a) Pengelolaan dan pengendalian atas Kas di Bendahara Pengeluaran pada beberapa Satuan Kerja di Kementerian Perdagangan belum memadai. (b) Penatausahaan dan pelaporan Piutang Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Satker Bappebti tidak memadai. (c) Pengelolaan Persediaan pada beberapa Satker di lingkungan Kementerian Perdagangan belum tertib. (d) Pengelolaan dan penatausahaan BMN pada ITPC Budapest dan ITPC Hamburg belum tertib. (2) Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang Undangan Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan adalah sebagai berikut: 1) Pembayaran Tunjangan Luar Negeri Kepala ITPC Budapest tidak sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. 2) Perjalanan dinas senilai Rp1,93 miliar tidak didukung dengan bukti yang sah. 3) Pelaksanaan Kegiatan Pengadaan Peralatan Gudang Sistem Resi Gudang untuk 35 Gudang pada Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi tidak sepenuhnya sesuai dengan spesifikasi kontrak dan belum seluruhnya dimanfaatkan. 4) Aset Tanah Kementerian Perdagangan seluas 15.058 m2 belum memiliki bukti kepemilikan yang memadai dan Aset Tanah seluas 92.828 m2 belum disertifikatkan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 186 Tahun 2009. c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Perindustrian tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian a. Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Dari pengujian atas Sistem Pengendalian Intern yang ada, pemeriksa menjumpai klemahan sebagai berikut : 1) Pengklasifikasian Belanja Barang (MAK 52) dan Belanja Modal (MAK 53) masih terdapat beberapa kesalahan sehingga pnyajian Aset di Neraca berpotensi tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. BAKN-DPR RI | 101

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2) 3) 4)

Pengelolaan persediaan pada 4 (empat) Satker lemah, tidak membuat kartu persediaan sbagai alat bantu. Terdapat 21 paket bantuan hibah yang belum dibuatkan BAST sehingga ada ketidakjelasan posisi aktiva tersbut. Penatanausahaan BMN pada beberapa Satker masih belum tertib.

,c. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan 1) Biaya akodomasi Assesor dalam kegiatan jasa akreditasi di pusat standarisasi industri tidak dikelola melalui mekanisme APBN. 2) Tidak ada yang signifikan. d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Koperasi dan UKM tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 1) Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Dari pengujian atas Sistem Pengendalian Intern yang ada, pemeriksa menjumpai kelemahan sebagai berikut : (a) Pengklasifikasian Belanja Barang (MAK 52) dan Belanja Modal (MAK 53) masih terdapat beberapa kesalahan sehingga pnyajian Aset di Neraca berpotensi tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. (b) Penatana usahaan BMN belum sesuai ketentuan. (c) Penatusahaan dan Pencatatan Kas Bendaharawan Pengeluaran dan Kas Satker BLU belum memadai. (d) Penatausahaan PNBP pada BLU LLP KUKM belum memadai. (e) Penatauswahaan Piutang pada BLU LLP KUKM belum memadai. (f) Nilai dana bergulir pada KUMKM belum didasarkan pada system monitoring yang memadai. 2) Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang-Undangan BPK menemukan ketidakpatuhan, kecurangan, ketidakpaututan pada Kementerian Koperasi dan UKM yang dapat dijelaskan sebagai berikut : (a) Realiasi biaya perjalnanan dinas sebesar Rp1,13 Miliar tidak didukung bukti. (b) Tuntutan Ganti Rugi sebesar Rp154,3jt pada Satker BLU LLP KUKM macet. (c) Pengelolaan dana bergulir tidak sesuai ketentuan. e) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Badan Koordinasi Penanaman Modal tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualia a. Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Dari pengujian atas Sistem Pengendalian Intern yang ada, pemeriksa menjumpai kelemahan sebagai berikut : BAKN-DPR RI | 102

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

1) Pengklasifikasian Belanja Barang (MAK 52) dan Belanja Modal (MAK 53) masih terdapat beberapa kesalahan sehingga pnyajian Aset di Neraca berpotensi tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. 2) Pengelolaan persediaan pada 6 (empat) Satker lemah, tidak ada Berita Acara Pemeriksaan Fisik Akhir tahun. 3) Penatanausahaan BMN pada beberapa Satker masih belum tertib. f) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN STANDARDISASI INDONESIA Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Badan Standardisasi Nasional tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian a. Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Dari pengujian atas Sistem Pengendalian Intern yang ada, pemeriksa menjumpai kelemahan sebagai berikut : 1) Kelemahan dalam SOP PNBP , BKU ( Buku Kas Umum ) tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. 2) Penatanausahaan BMN pada beberapa Satker masih belum tertib. g) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Komisi Pengawas Persaingan Usahal tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian a. Pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern Dari pengujian atas Sistem Pengendalian Intern yang ada, pemeriksa menjumpai klemahan sebagai berikut : 1) Pengklasifikasian Belanja Barang (MAK 52) dan Belanja Modal (MAK 53) masih terdapat beberapa kesalahan sehingga pnyajian Aset di Neraca berpotensi tidak menunjukkan keadaan yang sebenarnya. 2) Penatausahaan Persediaan belum memadai 3) Penatauswahaan Piutang pada KPPU belum memadai. h) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU ATAS PENGELOLAAN SISA ASET EKS BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL (BPPN) Temuan Pemeriksaan a. Pengendalian dan Monitoring atas Aset Kredit Sisa Aset Eks BPPN yang Dikelola KPKNL Lemah b. Terdapat Aset Properti Eks BPPN Tidak Ditemukan Fisiknya dan Telah Dimanfaatkan Pihak Lain. c. Terdapat Kekurangan Penerimaan Hasil Lelang Aset Properti Tahun 2009 Sebesar Rp402.211.000,00 d. Terdapat Penetapan Status Penggunaan Aset Properti kepada Instansi Lain Belum Sesuai Ketentuan. BAKN-DPR RI | 103 (LHP) LAPORAN KEUANGAN BADAN

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

e. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan 1) Permasalahan Terkait Aset Nostro Hasil pemeriksaan atas dokumen aset Nostro yang dilakukan oleh Kementerian Keuangan, diketahui hal-hal permasalahan sebagai berikut: a) Terdapat perbedaan aset Nostro berdasarkan Catatan atas Laporan Aktiva bersih BPPN per 30 April 2004 dengan legal transfer tanggal 16 Februari 2004, yaitu menurut catatan atas laporan Aktiva Bersih BPPN sebesar Rp478.622.000.000,00 sedangkan berdasarkan legal transfer tanggal 16 Februari 2004 terdapat 88 rekening dari 26 bank dengan nilai sebesar Rp51.411.125.534,30. b) Berdasarkan inventarisasi yang dilakukan Kementerian Keuangan pada tanggal 19 22 Mei 2009 ditemukan salinan/copy Financial Due Dilligence (FDD) dari 10 (sepuluh) bank dan data giro bank lain dalam valuta asing dan 20 BBO-BBKU dengan 142 rekening pada 65 bank di seluruh dunia pada Sistem Aplikasi Pengganti Bunisys (SAPB). Kementerian Keuangan tidak dapat menjelaskan kepada Tim BPK-RI perbedaan jumlah dan nominal atas aset Nostro tersebut, 2) Permasalahan terkait Pengelolaan Saham oleh PT PPA PT PPA belum menerima keputusan Menteri Keuangan mengenai Nilai Aset dan Harga Dasar aset saham , sehingga proses divestasi tidak dapat dilaksanakan. Karena Harga Dasar belum ditetapkan, maka PT PPA tidak dapat melakukan langkah pengelolaan lebih lanjut atas ketiga aset saham sesuai dengan jadwal di rencana kerja.

i) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PT PELAYARAN NASIONAL INDONESIA (PERSERO)PERIODE TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2010 DI JAKARTA Temuan Pemeriksaan Hasil pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern PT Pelni menunjukkan hal-hal sebagai berikut. a. PT Pelni belum Menerapkan Manajemen Risiko b. Pengendalian atas Hasil Penjualan Tiket Penumpang Kapal Masih Lemah j) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU KEGIATAN PENGADAAN TAHUN BUKU 2009 DAN 2010 (SEMESTER I) PADA PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA Hasil Pemeriksaan Pengadaan Mesin Super Orlof Intaglio Produksi KBA Giori Tidak Sesuai ketentuan Perum Peruri. Pengadaan dilakukan dengan metode penunjukan langsung kepada KBA Giori dengan nilai pekerjaan belum termasuk pajak sebesar EUR22,981,932.00 atau sebesar Rp319.184.792.401,32 (kurs pada saat kontrak EUR1 = Rp13.888,51). k) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PT KAI (PERSERO) PERIODE TAHUN 2009 S.D. SEMESTER I TAHUN 2010 BAKN-DPR RI | 104

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Hasil Pemeriksaan 1. PT KAI Belum Sepenuhnya Menerapkan Key Performance Indicator (KPI) dan Pemberian Renumerasi Pegawai Tidak Berdasarkan Kinerja Individu. 2. PT KAI Belum Menetapkan Uraian Tugas Untuk Pegawai di Bawah Level Junior/ Assistant Manager. 3. PT KAI Belum Memiliki Pedoman Mengenai Pengambilan Kebijakan yang Menyimpang dari Ketentuan 4. Pengendalian atas Penjualan Tiket Penumpang Belum Sepenuhnya Memadai. 5. Penanggung jawab pelaporan pergerakan KRL sejak dibubarkan Divisi Jabotabek, tidak jelas. l) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU ATAS PERHITUNGAN SUBSIDI PUPUK DAN PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI TAHUN ANGGARAN 2010 PADA PT PUPUK KALIMANTAN TIMUR DI BONTANG, SURABAYA, MAKASSAR, MATARAM, DENPASAR DAN JAKARTA Hasil Pemeriksaan a. Perhitungan Subsidi Pupuk 1) Volume Penyaluran Pupuk Bersubsidi BPK RI telah mengusulkan koreksi positif atas volume penyaluran pupuk urea bersubsidi dan Zeorganik masing-masing sebesar 1.159,433 ton dan 56,040 ton dan koreksi negatif atas volume penyaluran pupuk NPK Pelangi sebesar 619,553 ton. 2) Harga Pokok Penjualan (HPP) Pupuk Bersubsidi PT PKT menghitung HPP pupuk urea bersubsidi lebih kecil sebesar Rp61.160.541.485,98, sedangkan HPP pupuk NPK Pelangi dan Zeorganik lebih besar masing-masing sebesar Rp1.332.730.224,03 dan Rp77.592.912,20 3) Jumlah Subsidi Pupuk BPK RI mengoreksi positif perhitungan subsidi pupuk sebesar Rp59.076.771.349,75. PT PKT menerima koreksi tersebut sehingga perhitungan subsidi pupuk PT PKT menjadi Rp1.958.580.747.887,11. b. Temuan Terkait Perhitungan Subsidi Pupuk TA 2010 dan Penyaluran Pupuk Bersubsidi 1. Asersi Manajemen PT PKT dalam Laporan Subsidi Pupuk TA 2010 Disajikan Belum Sepenuhnya Berdasar pada Informasi yang Objektif. 2. PT PKT mengoreksi biaya perhitungan Harga Pokok Penjualan pupuk bersubsidi dalam laporan subsidi pupuk TA 2010 belum berdasarkan kriteria yang jelas/baku 3. Volume penyaluran pupuk bersubsidi yang disajikan dalam laporan subsidi pupuk PT PKT tahun 2010 tidak menggunakan formula perhitungan yang sesuai dengan Ketentuan c. PT PKT dalam Menghitung Jumlah Produksi dan Pemakaian Utilitas/Produk Menggunakan Data yang Belum Sepenuhnya Dapat Ditelusuri dan Andal 1) Perhitungan produksi dan pemakaian utilitas/produk menggunakan data yang belum sepenuhnya dapat ditelusuri 2) Perhitungan jumlah produksi dan pemakaian utilitas/produk menggunakan data yang kurang andal.

BAKN-DPR RI | 105

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

d. e. f. g.

Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) antara Distributor dengan Pengecer di Kantor Pemasaran (KP) Jatim Tidak Mencantumkan Alokasi Penyaluran per Bulan. Beberapa Pengecer di Wilayah KP Bali Menyalurkan Pupuk Bersubsidi Melebihi Alokasi dalam Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB) Petani yang Memiliki Luas Lahan Lebih Dari 2 (Dua) Hektar Sesuai RDKK Masih Mendapat Alokasi Pupuk Bersubsidi Pengecer Mengadministrasikan Penyaluran Pupuk Bersubsidi Kurang Memadai.

7)

KOMISI VII Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi VII DPR RI terdiri atas 18 objek pemeriksaan, 10 yang meliputi Pemeriksaan atas Laporan Keuangan dan 8 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN ESDM Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian BUMN tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (1) Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian BUMN yang ditemukan BPK adalah sebagai 1) Pencatatan dan Pelaporan Penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber Daya Alam Pertambangan Umum (PNBP SDA PU) Belum Memadai. 2) Pengelompokkan Jenis Belanja pada saat Penganggaran Belum Sesuai Kegiatan yang Dilakukan 3) Aset belum dicatat dan dilaporkan secara memadai (2) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan PerundangUndangan (a) Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Biaya Akreditasi Lembaga Sertifikasi Kompetensi dan Biaya Registrasi Sertifikat Kompetensi Pada Komisi Akreditasi Kompetensi Ketenagalistrikan (KAKK) Digunakan Langsung Tanpa Melalui Mekanisme APBN. (b) PNBP Terlambat Disetorkan di Lingkungan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas Satuan Kerja Pusat Pendidikan dan Pelatihan Minyak dan Gas (Pusdiklat Migas) menyajikan realisasi pendapatan PNBP Lainnya dalam LRA per 31 Desember 2010 sebesar Rp72.418.610.264,00 atau 53,23% dari total estimasi sebesar Rp136.053.870.400,00. (c) Tujuh Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Minyak dan Gas Bumi Belum Menyerahkan Jaminan Pelaksanaan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Senilai USD11,720,000.00 (d) Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas Konsultan pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sebesar Rp2.825.692.700,00. (e) Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan pada Tiga Satker Belum Dikenakan Denda Sebesar Rp1.009.735.612,00

BAKN-DPR RI | 106

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(f) Tanah yang tercatat pada satker PPPTMGB LEMIGAS seluas 49.941,00 m2 dengan nilai minimal sebesar Rp36.316.825.484,45 belum memiliki sertifikat. (g) Aset tanah yang dimiliki Kementerian ESDM belum didukung dengan sertifikat;

b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian Lingkungan Hidup

Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Pengelompokan Jenis Belanja pada Saat Penganggaran Tidak Sesuai Kegiatan yang Dilakukan (b) Pembayaran atas Belanja Konsultan Sebesar Rp1.355.270.000,00 Tidak didukung Bukti-bukti Yang Cukup (c) Penatausahaan Kas kurang memadai (d) Penatausahaan Persediaan KLH dan Pengamanan Aset Lain-lain Per 31 Desember 2010 Kurang Memadai Pemeriksaan Atas Kepatuhan Perundang-undangan (a) PNBP pada Empat Satker Terlambat Disetorkan ke Kas Negara. (b) Panitia/Pejabat Pengadaan Barang dan Jasa pada Dua Satker Tidak Menyusun Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Sesuai Dengan Keppres Nomor 80 Tahun 2003 (c) Pembayaran atas Belanja Perjalanan Dinas Sebesar Rp2.662.519.578,00 Tidak Didukung Bukti Pertanggungjawaban yang Sah. (d) Penetapan Biaya Langsung Personil Sebesar Rp2.260.350.000,00 atas Dua Paket Pekerjaan Jasa Konsultansi pada Dua Satker Tidak Didasarkan pada Bukti Audited Payroll (e) Dana Bergulir Berpotensi Tidak Tertagih Sebesar Rp6.071.727.065,73

c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN RISTEK Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Ristektahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Pengelompokan jenis Belanja Barang pada saat penganggaran tidak sesuai kegiatan. (b) Pengelolaan dan penatausahaan Kas di Bendahara Pengeluaran tidak tertib. (c) Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) belum selesai mengevaluasi laporan pertanggungjawaban keuangan pelaksanaan program insentif untuk mengidentifikasi perolehan Aset Tetap dari pelaksanaan program tersebut. (d) Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) belum selesai mengidentifikasi dan belum menilai hasil-hasil penelitian yang berpotensi menjadi Aset Tak Berwujud, sehingga BAKN-DPR RI | 107

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

KRT tidak dapat mengetahui dengan pasti berapa jumlah dan nilai Aset Tak Berwujud berupa paten. (e) Kementerian Riset dan Teknologi (KRT) belum menghapus Aset Tetap yang kondisinya rusak berat atau fisiknya sudah tidak ada dan belum melelang Aset Tetap yang sudah ditetapkan SK Penghapusannya. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Perundang Undangan (a) Pencatatan dan penyetoran PNBP di beberapa satker Kementerian Riset dan Teknologi belum tertib (b) Bukti perjalanan dinas beberapa pegawai Kementerian Riset dan Teknologi sebesar Rp1.115,56 juta tidak sesuai kenyataan dan diantaranya tidak dilaksanakan senilai Rp917,89 juta. d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI TAHUN 2010 1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan BPPT Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian BUMN tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 2. Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern BPPT a. Pengelompokan jenis belanja pada saat penganggaran tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan. b. Pencatatan dan pelaporan persediaan beberapa satker kurang tertib c. Pencatatan dan pelaporan kas di bendahara pengeluaran kurang tertib. d. Hasil kajian dan penelitian serta hak kekayaan intelektual BPPT belum seluruhnya dinilai. 3. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang- Undangan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) 6 satker ke Kas Negara terlambat antara 1 hari s.d. 39 hari sebesar Rp11.510,90 juta. e) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA TAHUN 2010 1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan LIPI Tahun 2010 Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 2. Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern a. Realisasi belanja barang (MAK 52) sebesar Rp630,78 juta tidak sesuai dengan karakteristik belanjanya. b. Tanah dan Bangunan LIPI belum direvaluasi sehingga nilai Tanah dan Bangunan di Neraca Tahun 2010 tidak menunjukkan nilai yang wajar. c. Pengelolaan Peralatan dan Mesin tidak tertib. d. Hasil rekonsiliasi antara SAK dan SIMAK BMN LIPI Tahun 2010 menunjukkan selisih pada Aset Tetap Lainnya, e. Peralatan dan Mesin Puslit Oseanografi (P2O) senilai Rp6.388,21 juta berada di pihak lain dan kondisinya tidak jelas. f. Aset hasil pengadaan tahun 2010 belum dilabelisasi sesuai kodefikasi dalam aplikasi SIMAK BMN,

BAKN-DPR RI | 108

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

g. Pelaksanaan Program Pengembangan Kelembagaan tidak sesuai dengan Renstra


LIPI dan tidak didukung SOP. 3. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Perundang Undangan a. Tarif dan jenis penerimaan di beberapa Satuan Kerja LIPI tidak sesuai/tidak diatur dalam PP Nomor: 75 Tahun 2007 tentang jenis dan tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada LIPI, b. PNBP sebesar Rp841,50 juta di Satker Puslit SPMTP dan Pusat Inovasi terlambat disetorkan ke Kas Negara. c. PNBP di satker Puslit Metalurgi dan Puslit SMTP tidak sesuai prosedur

f)

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN PADA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL TAHUN 2010 1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan BATAN Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Bantan tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 2. Pemeriksaan Atas SPI Pada BATAN a. Pengelolaan Belanja Barang dan Belanja Modal Tahun Anggaran 2010 tidak tertib sehingga fungsi penganggaran yang merupakan salah satu alat pengendalian intern tidak efektif. b. Penatausahaan persediaan tidak tertib. c. Belum seluruh jenis barang persediaan mempunyai Nomor Kodefikasi, sehingga penkodefikasian persediaan yang tidak tertib melemahkan pengendalian intern. d. Pengelolaan BMN yang rusak berat belum tertib. e. Penatausahaan Barang Milik Negara di beberapa satuan kerja belum dilaksanakan dengan baik sehingga kurangnya informasi nilai barang KIB dalam aplikasi SIMAK BMN melemahkan pengendalian intern. 3. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang Undangan Tidak ada temuan yang signifikan

g) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN BAPETEN TAHUN 2010 1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan BAPETEN Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian BAPETEN tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 2. Pemeriksaan Atas SPI pada BAPETEN a. Pengelolaan dan pembukuan PNBP kurang efektif untuk mendukung pelaporan Piutang PNBP. b. Penatausahaan persediaan di lingkungan Bapeten belum tertib. c. Status pinjam pakai tanah dan bangunan Kantor Pusat Bapeten dari Kemsetneg sudah habis dan belum diperpanjang. h) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL TAHUN 2010

BAKN-DPR RI | 109

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional Tahun 2010 Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Badan Koordinasi Survei Dan Pemetaan Nasional tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 2. Pemeriksaan Atas SPI Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional Tahun 2010 Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Bakosurtanal yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut: a. Akun Pendapatan Pelunasan Piutang Non Bendahara belum diketahui dokumen sumbernya (Surat Setoran Bukan Pajak). b. Pengelolaan Kas di Bendahara Penerimaan kurang tertib. c. Penatausahaan persediaan kurang tertib, sehingga nilai persediaan disajikan tidak sesuai dengan yang sebenamya. d. Pencatatan Aset Tak Berwujud tidak sesuai dengan karakteristiknya dan nilainya sebagian sudah habis masa manfaatnya. 3. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang Undangan Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan, kecurangan dan ketidakpatutan adalah sebagai berikut: a. Beberapa pekerjaan di satker-satker Bakosurtanal terdapat kelebihan perhitungan biaya sebesar Rp2.176,90 juta, pemborosan sebesar Rp541,32 juta dan tidak dapat dinilai kewajarannya sebesar Rp1.850,90 juta. b. Pengeluaran belanja barang untuk pengadaan bahan operasional kapal survei dan bahan-bahan survei lepas pantai sebesar Rp2.050,93 juta fiktif. c. Pekerjaan stock opname persediaan peta sebesar Rp150,88 juta tidak dapat dipertanggungjawabkan dan prosedur lelang direkayasa. i) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN LAPAN 2010 1. Opini BPK Atas Laporan Keuangan LAPAN 2. Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian LAPAN tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian 3. Pemeriksaan atas SPI pada LAPAN Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Lapan yang ditemukan BPK adalah sebagai berikut: a. Potensi PNBP di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional belum seluruhnya Dimanfaatkan. b. Pengelolaan kas di bendahara pengeluaran di beberapa satker Lapan tidak tertib. c. Pencatatan dan pelaporan persediaan di beberapa satker Lapan belum tertib. 4. Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang Undangan BPK menemukan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang signifikan dalam pelaksanaan APBN Tahun Anggaran 2010 dan pengelolaan aset pada Lapan. a. Penunjukan langsung pekerjaan jasa sewa berlangganan koneksi internet sebesar Rp432,00 juta tidak sesuai ketentuan. b. Terdapat Barang Milik Negara berupa tanah dan gedung/bangunan belum memiliki bukti kepemilikan yang sah dan dikuasai pihak ketiga. BAKN-DPR RI | 110

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

c.
j)

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) belum memproses usulan penghapusan aset tetap yang tidak digunakan

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN BADAN PELAKSANA KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI (BP MIGAS) TAHUN 2010 Opini BPK Atas Laporan Keuangan BP MIGAS Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian

BP MIGAS tahun 2010

Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern a. Pencatatan dan pelaporan aset tetap kantor perwakilan tidak memadai. b. Penatausahaan persediaan perlengkapan kantor BPMIGAS tidak memadai. c. Pencatatan dan pelaporan akuntansi kantor perwakilan tidak memadai. k) Pemeriksaan Laporan Keuangan Bagian Anggaran (BA) 999.08 pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2010. a. Hasil Pemeriksaan Kepatuhan atas Peraturan Perundang-Undangan BPK menemukan adanya ketidakpatuhan dalam pengujian kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sebagai berikut : Belanja Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas Konsultan pada Belanja Lain-Lain Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Sebesar Rp107.703.600,00. l) Laporan Keuangan Bagian Anggaran (BA) 999.08 pada BPPT Tahun 2010 Hasil Pemeriksaan 1) Pelaksanaan Belanja Lain-Lain di satker UPT Hujan Buatan tidak tertib. 2) Jasa konsultansi penyiapan dokumen kajian pengadaan pesawat. Proses pengadaan dilakukan melalui seleksi langsung. 3) Pengadaan Pesawat Terbang (Ex-Used) untuk digunakan dalam penelitian atmosfir dan penyemaian awan (hujan buatan). m) Laporan Keuangan Pelaksanaan Belanja Barang Dan Belanja Modal LIPI Di Jakarta, Serpong, Cibinong dan Bandung Ta 2009 Dan Semester I Tahun 2010 Temuan tentang kelemahan pengendalian intern. Pengadaan Barang dan Jasa Tahun 2009 dan 2010 pada lima pekerjaan sebesar Rp2.119.739.330,00 tidak tertib, sehingga perhitungan nilai HPS tidak dapat dipertanggungjawabkan n) PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (BATAN) DI JAKARTA, SERPONG DAN BANDUNG TAHUN 2009 DAN TAHUN 2010 (S.D TRIWULAN III) 1) Kelemahan Pengendalian Intern dalam Proses Pengadaan Barang/Jasa 2) Perubahan pekerjaan perbaikan gedung I dan J Pusat Teknologi Bahan dan Radiometri tidak dilakukan dengan addendum. BAKN-DPR RI | 111

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

o) PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL (LAPAN) DI JAKARTA, BANDUNG, SERPONG DAN BOGOR TA 2009 DAN TRIWULAN III TAHUN 2010 a. Kelemahan Pengendalian Intern Perhitungan HPS tidak didukung data dan informasi lain yang dapat dipertanggungjawabkan, pemecahan kontrak menjadi beberapa paket pekerjaan dan pekerjaan disubkontrakkan. b. Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan 1) Hasil pengadaan barang senilai Rp1.142.530.000,00 belum dimanfaatkan 2) Kehilangan 2 (dua) buah brankas pada satker Pusat Teknologi Dirgantara Terapan yang mengakibatkan kerugian negara senilai Rp102.596.145,00. p) PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN SUBSIDI LISTRIK TAHUN 2010 Berdasarkan hasil pemeriksaan, nilai subsidi listrik tahun 2010 Rp 58.108.417.852.915 telah menyajikan perhitungan yang wajar sesuai dengan ketentuan : q) PEMERIKSAAN DENGAN TUJUAN TERTENTU ATAS LAPORAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA PT PERTAMINA (a) Pertemuan Antara Direksi dan Organisasi Serikat Pekerja Perusahaan Tidak dilakukan Secara Rutin (b) Terdapat Kekosongan Sebanyak 74 Pekerja pada Satuan Pengawasan Intern (SPI) (c) Direktorat Pengolahan mengalami Kekurangan Jumlah Pekerja dan Kompentensi Pekerja di Kilang Perlu Ditingkatkan (d) Kompetensi Sumber Daya Manusia Divisi Keuangan Hilir dan Direktorat Pemasaran & Niaga Pertamina Belum Sesuai Dengan yang Dipersyaratkan (e) Risk Register Belum Ditandatangani oleh Direktur/Pimpinan Fungsi Masing-masing (f) Risk Register Direktorat Sumber Daya Manusia Tidak Memuat Risiko Personil yang Kurang Kompeten dan Terlatih (g) Alat Ukur Penerimaan Minyak Mentah dan Produk Kilang di Pertamina Masih Belum Optimal. (h) Mekanisme Komunikasi Kepada Seluruh Pekerja atas Tindakan Pelanggaran Kode Etik di Pertamina Belum Ditetapkan. (i) Ketentuan Whistle Blowing System (WBS) pada Pertamina tidak mengatur tentang umpan balik antara pelapor dan penerima laporan (j) Corporate Shared Service (CSS) Belum Melakukan Pengujian Terhadap Media Backup Secara Periodik (k) Information and Communication Technology Master Plan (ICT Master Plan) Pertamina Belum Ditetapkan oleh Direksi 8) KOMISI VIII Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi VIII DPR RI terdiri atas 6 objek pemeriksaan. a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN AGAMA. BAKN-DPR RI | 112

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Agama tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan Pemeriksaan (1) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (a) Saldo Kas Pada BLU per 31 Desember 2010 adalah sebesar Rp. 132,24 miliar. Nilai tersaji tersebut didalam nya meliputi saldo kas sebesar Rp. 1,67 miliar pada Universitas Islam negeri (UIN) Maulan Malik Ibrahim Malang yang tidak didukung dengan keberadaan fisik kas dan bukti-bukti pengeluaran kas yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan. (b) Berkaitan dengan Pendapatan Negara dan Hibah, nilai PNBP TA 2010 disajikan sebesar Rp. 683,08 miliar. Nilai yang disajikan tersebut, tidak termasuk PNBP yang berasal dari penerimaan pada perguruan tinggi non BLU yang digunakan langsung di luar mekanisme APBN sebesar Rp. 1,90 miliar dan penerimaan perguruan tinggi BLU yang belum disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) sebesar Rp. 1,19 miliar. (c) Kesalahan klasifikasi pembebanan anggaran sebesar Rp. 40.95 miliar,. (2) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian Agama yang ditemukan adalah sebagai berikut : (a) Pengelolaan Kas Oleh Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran, dan Pengelolaan Kegiatan Belum Tertib. (b) Pengelolaan Barang Persediaan Belum Tertib dan Distribusi Barang Persediaan dari Satuan Kerja Pemberi Kepada Satuan Kerja Penerima Belum Seluruhnya Disertai Dengan Nilai Perolehan. (c) Terdapat Selisih Sebesar Rp. 38.227.358.765,88 Antara Nilai Koreksi Aset Tetap Berdasarkan Data Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Dengan Nilai Koreksi Yang Telah Terinput ke Dalam Aplikasi SIMAK BMN Kementerian Agama dan Pencatatan Aset Tetap Belum Tertib. (d) Penetapan Perhitungan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) Tidak Didasarkan Pada Data yang Memadai, Kontrak Pengadaan Tidak Menyebutkan Spesifikasi Teknis Secara Jelas, dan Penyedia Barang Tidak Menyerahkan Hasil Pekerjaan Sesuai Dengan Spesifikasi yang Termuat Dalam Kontrak. (e) Terdapat Pembayaran Tunjangan Kepada Guru Yang Tidak Memenuhi Kriteria dan Keterlambatan Penyaluran Tunjangan (f) Terdapat Pendapatan Satker BLU Sebesar Rp. 1.191.109.000,00 yang Belum Disahkan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara. (3) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan (a) Sisa Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan sebesar Rp. 1.827.577.162,00 terlambat disetor ke Kas Negara, 20 Rekening belum mendapat persetujuan dari BUN dan/atau KPPN, dan pendapatan jasa giro pada Rekening Bendahara Pengeluaran belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 10.997.139,00. (b) Pencatatan dan pelaporan Saldo Kas pada BLU belum memadai, Aset tetap yang dimiliki oleh Kementerian Agama belum didukung oleh bukti-bukti kepemilikan, (c) PNBP di lingkungan Kementerian Agama terlambat disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 18.420.346.683,00, belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 2.273.296.805,00 dan diantarnya digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN sebesar Rp. 1.897.375.000,00 BAKN-DPR RI | 113

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(d) Pengalokasian dan realisasi anggaran dalam kelompok belanja yang tidak sesuai substansi kegiatannya dan terdapat bantuan sosial diberikan kepada satuan kerja lainnya dilingkungan Kementerian Agama, (e) Terdapat kelebihan pembayaran atas kekuarangan volume pekerjaan sebesar Rp. 3.577.370.774,95 jaminan pelaksanaan belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 9.396.500,00, dan pembangunan talud tidak dapat diselesaikan untuk kedua kalinya (f) Perhitungan harga satuan Biaya Langsung Personil (Remuneration) sebesar Rp. 2.321.925.000,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. (g) Denda keterlambatan atas penyelesaian pekerjaan pembelian barang/ pemborongan pekerjaan senilai Rp. 3.514.705.550,00 belum dikenakan. (h) Terdapat ketidakhematan pengeluaran biaya atas kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh satuan kerja di lingkungan Kementerian Agama selama tahun 2010 Sebesar Rp. 2.054.607.104,00. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN SOSIAL Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Sosial tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan Pemeriksaan 1. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Realisasi belanja barang tahun 2010 sebesar Rp1.049.435.655.012,00, diantaranya untuk belanja perjalanan dinas sebesar Rp405.467.612.101,00 atau 38,64% dari realisasi belanja barang. Terdapat ketidakpatuhan dalam mencairkan biaya perjalanan dinas, yaitu tidak didukung dengan dokumen pertanggungjawaban yang sah sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam system pengendalian intern atas Laporan Keuangan Kementerian Sosial adalah sebagai berikut: a. Pengendalian atas pelaksanaan program Askesos lemah dan belum dilaporkan secara transparan, sehingga program Askesos sulit dievaluasi kinerja keuangannya dan pengelolaan sisa dana klaim oleh pelaksana yang sudah melewati masa pertanggungan 3 tahun berisiko disalahgunakan, serta belum tercermin secara transparan dalam laporan keuangan. b. Pengendalian atas pelaksanaan kegiatan rehabilitasi, rekonstruksi dan relokasi rumah korban bencana alam di sepuluh provinsi senilai Rp29.425,00 juta melalui kerja sama dengan Mabes TNI lemah dan pertanggungjawabannya tidak lengkap, sehingga tujuan merelokasi masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana belum tercapai dan dana bantuan rehabilitasi, rekonstruksi, dan relokasi rumah korban bencana alam tahun 2010 belum dipertanggungjawabkan secara transparan dan akuntabel. c. Penyaluran dana bantuan yang bersumber dari hibah dalam negeri sebesar Rp9.113,30 juta belum dipertanggungjawabkan, sehingga tidak dapat dievaluasi penggunaannya. d. Penatausahaan persediaan tahun 2010 di lingkungan Kementerian Sosial belum tertib 3. Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang- Undangan Pokok-pokok temuan ketidakpatuhan adalah sebagai berikut : BAKN-DPR RI | 114

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a. Pengelolaan PNBP belum tertib dan terdapat pungutan sebesar Rp712.499.322,00 belum ada dasar hukumnya dan digunakan langsung untuk operasional b. Pertanggungjawaban biaya belanja perjalanan dinas sebesar Rp10.278.447.770,00 tidak didukung dengan dokumen yang sah, c. Verifikasi tagihan pekerjaan pencetakan dan pengiriman kartu/formulir PKH dan imbal jasa penyaluran bantuan PKH belum optimal d. Aset Tetap tanah senilai Rp66.151.287.244,00 belum bersertifikat dan senilai Rp532.752.000,00 bersengketa dengan pihak lain c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H / 2010 M. Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Penyelenggaraan Ibadah Haji tahun 2010 dengan opini Tidak menyatakan pendapat (Disclaimer Opinion) Temuan Pemeriksaan 1. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan a. PIH tidak memiliki prosedur verifikasi dan rekonsiliasi yang dapat menjelaskan perbedaan cataatan dalam laporan keuangan dengan buku kas umum dan rekening koran Kanwil Kementerian Agama untuk memastikan hak Kementerian Agama atas asset tersebut terpenuhi. b. Saldo Kas dan Setara Kas-Terkait dan Pendapatan Ditangguhkan-Terikat per 31 Januari 2011 tidak dapat diyakini kebenarannya c. Aset Tetap yang dilaporkan tidak dapat diyakini kebenarannya karena belum termasuk Aset Tetap yang diperoleh dari BPIH, dikuasai, dimanfaatkan, dan dikelola oleh Kanwil dan Kantor TUH Jeddah yang dicatat dalam Daftar Inventaris Ruangan dan SIMAK BMN namun belum dilakukan pendaftaran ulang dan penilaian kembali. d. Pengakuan dan pengukuran Hutang DAU dilakukan oleh PIH tidak konsisten setiap tahunnya dan tanpa dasar perhitungan serta tidak didukung dokumentasi yang memadai. 2. Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Temuan Kelemahan Atas Sistem Pengendalian Intern : a. PIH Belum Memiliki Prosedur Baku yang Menjamin Seluruh Saldo Kas dan Setara Kas Tersaji dalam Laporan Posisi Keuangan dengan Benar. b. Pencataan Buku Kas Umum (BKU) oleh Bendahara Pengeluaran Pemegang uang Muka BPIH Tahun 1431 H/2010 M Provinsi Sumatera Utara tidak melalui Proses Verifikasi, Rekonsiliasi dan Tanpa Penomoran pada Bukti Pendukung. c. Nilai Saldo Setoran Awal yang Disajikan dalam Laporan Posisi Keuangan PIH Tahun 1431 H Lebih Tinggi Disajikan Sebesar Rp. 285.640.235.174,27 Dari Data Jemaah Tunggu (Waiting List) Menurut Data Siskohat. d. Pengelolaan Setoran Awal, Pelunasan dan Pembatalan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Biasa pada BPS Tidak Didukung Pengendalian Yang Memadai. e. Transaksi Setoran Awal BPIH 1431 H/ 2010 M pada Rekening Menteri Agama pada Bank Muamalat Indonesia dan Bank Syariah Mandiri Masing-Masing Sebanyak 3.189 dan 147 Transaksi Belum Dapat Diyakini Kewajarannya. f. Ketidaksesuaian Pencatatan Setoran Awal Haji Khusus antara Bank Mandiri dan SISKOHAT. BAKN-DPR RI | 115

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

3.

Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Ketentuan Peraturan Perundang Undangan Ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang material sebagai berikut : a. Pembayaran Selisih Pemondokan kepada Jemaah yang Tidak Berhak Sebesar SAR 905.400(Equivalen Rp. 2.181.985.027,20). b. Pembayaran kepada 64 Pemilik Rumah yang Tidak Sesuai dengan Pedoman Penyewaan Rumah (Tasrih) sebesar SAR. 5.879.762 (Equivalen Rp. 14.170.038.267,62) dan Pembayaran Sewa Rumah Sebesar SAR. 10.228.644,00 (Equivalen Rp. 24.650.704.723,39) Tidaj Ditempati Secara Maksimal. c. Perhitungan Harga Satuan biaya Konsumsi di Armina Tidak Jelas Perhitungannya dan Pembayaran kepada Muassasah di Armina Tumpang Tindih dengan Pembayaran beban Maslahat Ammah Sebesar Rp. 28.587.908.004,00. d. Besaran Ujrah (Management Fee) atas Penyelenggaraan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas haji Indonesia Tidak Ditetapkan dalam Kesepakatan (Akad Wakalah Bil Ujrah) dengan Kementerian Agama Direktorat jenderal Pelayanan Haji dan Umroh. e. Tanpa Didukung Berita Acara Pelaksanaan Rekonsiliasi PJP2U/PSC. f. Bukti Pertanggungjawaban Beban Pengeluaran Dalam Negeri pada Beberapa Kanwil Kemenag Tidak Dapat Diyakini Kebenarannya. g. Kekurangan Penerimaan Bunga Deposito Dana Setoran Awal dari Bank Mandiri Sebesar Rp. 1.175.022.137,00. h. Kementerian Agama Terlambat Menerima Hasil Optimalisasi Dana Setoran Awal BPS Sebesar Rp. 16.757.637.473,55 serta Belum Menerima Jasa Giro dan Bunga Deposito sebesar Rp. 333.093.396,00.

d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR SIDOARJO (BPLS). Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan Pemeriksaan 1. Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern a. Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) serta Sistem Pencatatan Transaksi Belum Mendukung Penyusunan Laporan Keuangan. b. Sistem Penyaluran, Pertanggungjawaban, dan Pelaporan Realisasi Belanja Bantuan Sosial Belum Menjamin Bantuan Mencapai Sasaran. c. Pengelompokan Jenis Belanja pada Saat Penganggaran Tidak Sesuai Kegiatan yang Dilakukan 2. Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Pokok temuan ketidakpatuhan adalah Jangka Waktu Kontrak Pekerjaan Pengaliran Lumpur Melebihi Satu Tahun Anggaran. e) LAPORAN KEUANGAN BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA Opini Pemeriksaan BAKN-DPR RI | 116

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Badan Nasional Penanggulanan Bencana tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan Pemeriksaan 1. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Nilai persediaan sebesar Rp110.093.374.723,00, dari jumlah tersebut di antaranya sebesar Rp45.038.051.244,00 berupa mobil rescue, motor trail, perahu karet, tenda, mobil komunikasi, dan peralatan komunikasi yang merupakan peralatan penanggulangan bencana dan telah dihibahkan ke daerah tetapi masih tercatat di Neraca BNPB karena belum mendapat persetujuan dari Menteri Keuangan. 2. Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Pokok-pokok kelemahan dalam system pengendalian intern atas Laporan Keuangan BNPB adalah sebagai berikut: a. Nilai persediaan dalam neraca belum sepenuhnya berdasarkan hasil stock opname, b. Pengelompokan jenis belanja pada saat penganggaran tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebesar Rp52.837.477.500,00. 3. Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan PerundangUndangan. Pokok-pokok ketidakpatuhan adalah sebagai berikut: a. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan, namun rekanan/ kontraktor belum dikenakan denda sehingga denda minimal sebesar Rp39.889.626,00 belum dipungut dan disetor ke kas negara. b. Pemungutan dan penyetoran pajak dan jasa giro atas kegiatan yang dibiayai dari dana hibah langsung tidak tertib. Pajak yang telah dipungut sebesar Rp44.713.976,00 dan jasa giro sebesar Rp16.538.035,00 belum disetor ke Kas Negara. c. Realisasi biaya perjalanan dinas diragukan kebenarannya sebesar Rp565.826.096,00 dan kelebihan pembayaran perjalanan dinas sebesar Rp236.583.000,00. f) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN (LHP) LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK (KPP dan PA). Opini Pemeriksaan Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Pemberdayaan perempuan dan Perlindungan Anak (KPP dan PA) Tahun Anggaran 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan Pemeriksaan 1. Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern Temuan atas Pengendalian Intern : a. KPP dan PA belum mencatat biaya-biaya pemeliharaan tahun 2010 yang dapat dikapitalisasi sebesar Rp. 156,30 juta dan belum melaporkan biaya-biaya yang dapat dikapitalisasi untuk renovasi gedung dan bangunan yang dipinjam dari Seketariat Negara (Setneg) sebesar Rp. 3.708,58 juta b. Pembebanan anggaran kegiatan sebesar Rp. 3.708,30 juta tidak sesuai dengan karakteristik belanjanya, c. Pengelolaan kas oleh bendahara pengeluaran di beberapa satker KPP dan PA belum tertib, d. KPP dan PA belum mengusulkan dan memproses penghapusan asset tetap yang sudah tidak digunakan sebesar Rp. 1.469,94 juta. BAKN-DPR RI | 117

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

2. Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Perundang Undangan Temuan adanya ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan ; a. Penganggaran, pencatatan dan pelaporan hibah luar negeri belum sesuai ketentuan b. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa tahun anggaran 2010 di lingkungan KPP dan PA belum sesuai dengan Keppres No. 80 Tahun 2003,. c. Pertanggung jawaban perjalanan dinas pada KPP dan PA tahun anggaran 2010 tidak sesuai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sebenarnya sebesar Rp. 517,97 juta d. Beberapa jenis barang hasil pengadaaan tahun 2010 belum dimanfaatkan sebesar Rp. 591,80 juta

9) KOMISI IX Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi IX DPR RI terdiri atas 5 objek pemeriksaan.. a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN KESEHATAN TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Kesehatan tahun 2010 dengan opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion). Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (a) Didalam realisasi Pendapatan BLU termasuk Pendapatan Jasa Pelayanan pada Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta sebesar Rp 613.477.549.344,00 tidak memiliki mekanisme pengendalian internal yang memadai (b) Didalam realisasi Belanja Pegawai (Bruto) termasuk belanja untuk pembayaran selisih kenaikan gaji dokter/bidan PTT, senilai Rp. 396.838.983.900,00 yang disimpan pada rekening PT Pos Indonesia. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, masih ada dana yang belum dibayarkan kepada pegawai yang berhak sebesar Rp. 73.120.330.866,00, sehingga gaji dokter/bidan PTT yang telah dilaporkan belum seluruhnya terjadi. Terhadap hal tersebut tidak memiliki sistem pengendalian yang memadai. (c) Didalam realisasi Belanja barang (Bruto) Rp. 8.8882.444.673.129,00. Permasalahan, terdapat : Belanja senilai Rp. 9.319.583.454,00 yang tidak disahkan dan/atau dilaporkan serta Belanja BLU RSCM sebesar Rp. 572.555.782.204,00 tidak dapat diyakini kewajarannya; Belanja dari kegiatan yang dananya bersumber dari penerimaan Hibah Langsung BLN yang dikelola di luar mekanisme APBN senilai Rp. 98.173.770.634,70; Belanja yang tidak didukung dengan bukti pertanggungjawaban senilai Rp. 213.570.000,00, bukti pertanggunjawabannya tidak lengkap senilai Rp. 6.763.270.150,00, dan pertanggungjawaban keuangan ragkap senilai Rp. 725.346.600,00, serta tidak dapat diyakini kewajarannya senilai Rp. 26.155.443.488,00. BAKN-DPR RI | 118

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(d) Pengadaan Alat Bantu Belajar Mengajar Pendidikan Dokter/Dokter Spesialis senilai Rp. 417.726.993.200,00 dan Pengadaan Alat Laboratorium Kesehatan Puskesmas dan Peralatan Rumah Sakit senilai Rp. 9.492.725.000,00, tidak cermat dalam menghitung HPS dan proses pengadaannya tidak melalui persaingan sehat. (e) Didalam saldo Persediaan per 31 Desember 2010 termasuk persediaanpersediaan yang cukup material belum sepenuhnya berdasarkan hasil stock opname. b) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Data SAI belum sepenuhnya dapat direkonsiliasi dengan data SAU serta Neraca SAK belum sepenuhnya dapat direkonsiliasi dengan Nerasa SIMAK BMN; (b) Sistem pencatatan dan pelaporan PNBP senilai Rp. 9.863.063.131,00 pada satkersatker di lingkungan Kemenkes belum memadai untuk memastikan keberadaaan, kelengkapan dan keakuratan PNBP yang dilaporkan; (c) Kebijakan pelaporan PNBP atas jasa giro dari rekening Jamkesmas tidak jelas; (d) Pencatatan atas pendapatan jasa pelayanan sebesar Rp. 613.477.549.344,00 BLU RSCM tidak dapat diyakini kewajarannya; (e) Kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan klasifikasi jenis belanja dalam DIPA sebesar Rp. 102.002.489.352,00; (f) Terdapat belanja dan pengembalian belanja sebesar Rp. 9.319.583.454,00 tidak dilaporkan; (g) Realisasi belanja BLU RSCM TA 2010 sebesar Rp. 572.555.782.204,00 tidak dapat diyakini kewajarannya; (h) Dana kekurangan gaji dan insentif dokter dan bidan Pegawai Tidak Tetap (PTT) tahun 2010 sebesar Rp. 396.838.983.900,00 terlambat disalurkan oleh PT Pos Indonesia (Persero) kepada yang berhak menerimanya; (i) Monitoring penyaluran dana Bansos di Lingkungan Ditjen Binkesmas belum maksimal sehingga Bansos sebesar RP. 141.916.081.970,00 belum diterima laporan pertanggungjawabannya; (j) Pencatatan dan pelaporan piutang sebesar Rp. 138.477.334.774,61 tidak cermat serta tidak ada kejelasan dokumen sumber terkait pelaporan piutang; (k) Nilai persediaan sebesar Rp. 86.068.332.533,00 yang dilaporkan dalam Neraca Kemenkes per 31 Desember 2010 tidak dapat diyakini kewajarannya; (l) Penatausahaan aset tetap belum memadai; dan (m) Terdapat hasil pengadaan seniali Rp. 65.902.406.650,00 belum dimanfaatkan. c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan (a) Pungutan sebesar Rp. 3.566.203.500,00 di lingkungan Kemenkes tanpa ada dasar hukum dan digunakan langsung di luar mekanisme APBN; (b) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) tidak disetor ke rekening BLU RSCM minimal sebesar Rp. 719.776.930,00 dan digunakan langsung sebesar Rp. 604.856.330,00; (c) PNBP pada Kemenkes minimal sebesar Rp. 1.527.326.398,00 belum disetor ke Kas Negara dan sebesar Rp. 2.893.300.000,00 belum dipungut serta sebesar Rp. 1.522.945.953,20 terlambat disetor ke Kas Negara; (d) Penerimaan dana Hibah yang dikelola Kemenkes belum dipertanggungjawabkan melalui mekanisme APBN sebesar Rp. 98.173.770.634,70; (e) Terdapat penerimaan Jasa Pelayanan Rumah Sakit di RSCM sebesar Rp. 32.963.944.503,00 belum disitribusikan dan sebesar Rp. 5.000.000.000,00 dimanfaatkan tidak sesuai dengan peruntukannya; BAKN-DPR RI | 119

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(f) Pemberian pelayanan RSUP Dr Moh. Hoesin Sebesar Rp. 19.926.780.963,81 tidak terbayar; (g) Denda atas keterlambatan penyelesaian pekerjaan sebesar Rp. 14.428.972.278,08 belum dikenakan kepada Penyedia Barang/Jasa; (h) Proses Addendum pengadaan Alkes dan Kalibrasi di Pusat Sarana Prasarana dan Peralatan Kesehatan tidak sesuai dengan Keppres 80 tahun 2003; (i) Terjadi kelebihan pembayaran terhadap Pembangunan Gedung sebesar Rp. 1.063.787.948,35; (j) Kelebihan pembayaran karena kekuarangan pekerjaan penayangan televisi sebesar Rp. 210.000.000,00 dan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis sebesar Rp. 100.572.544,47 yang berindikasi merugikan Keuangan Negara; (k) Perhitungan HPS tidak cermat mengakibatkan indikasi kemahalan harga sebesar Rp. 2.827.462.275,00; (l) Pengadaaan Alat Bantu Belajar Mengajar Pendidikan Dokter/Dokter Spesialis Di Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Rujukan TA 2010 sebesar Rp. 417.726.993.200,00 tidak dapat diyakini kewajaran harganya; (m) Pengadaan Alat Laboratorium Kesehatan Puskesmas dan Peralatan Rumah Sakit Dana TP Dinkes Provinsi Jambi sebesar Rp. 9.492.725.000,00 tidak dapat diyakini kewajarannya; (n) Terdapat realisasi perjalanan dinas belum dipertanggungjawabkan sebesar Rp. 1.686.980.118,00 dan perjalanan dinas sebesar Rp. 213.570.000,00 berindikasi fiktif; (o) Terdapat perjalanan dinas sebesar Rp. 6.763.270.150,00 tidak didukung dengan dokumen pertanggungjawaban yang sah dan lengkap; (p) Perjalanan dinas tidak didukung bukti yang valid mengakibatkan belanja perjalanan dinas minimal sebesar Rp. 13.090.077.966,00 berindikasi merugikan Negara; (q) Sisa pembayaran gaji dan insentif PTT terlambat dipertanggung-jawabkan sebesar Rp. 3.460.190.300,00 dan kehilangan kas yang dikelola Bendahara Penerimaan/Pengeluaran sebesar Rp. 497.270.500,00 serta selisih Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp, 250.905.600,00; (r) Aset Tetap belum bersertifikat atau belum didukung dengan bukti kepemilikan; (s) Tanah minimal senilai Rp. 13.253.833.547,00 milik Kemenkes dikuasai pihak lain dan seluas 65.000 m2 belum dapat ditelusuri keberadaannya; (t) Proses pemanfaatan lahan di lingkungan perkantoran Badan PPSDM Kesehatan belum dapat dilaksanakan disebabkan adanya sengketa atas kepemilikan lahan penghuni. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENAKERTRANS Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (a) Kemenakertrans belum menyusun kebijakan akuntansi atas asset berupa fasilitan perorangan untuk para transmigran. (b) Nilai peralatan dan mesin tersebut belum menggambarkan nilai yang sebenarnya karena adanya 2.849 unit barang bernilai negatif sebesar Rp. 2,50 miliar, peralatan dan mesin yang tidak ditemukan pada saat inventarisasi sebesar Rp. 12,69 miliar. BAKN-DPR RI | 120

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Penganggaran Belanja terkait Dana Operasional Menteri (DOM) dan dukungan kegiatan di Biro Keuangan Kemenakertrans tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. (b) Penatausahaan dan pelaporan persediaan peralatan fasilitas transmigran di Kemenakertrans belum memadai dan tidak konsisten. (c) Nilai peralatan dan mesin belum menggambarkan nilai yang nilai yang sebenarnya. (d) Nilai asset lain-lain belum sepenuhnya didasarkan pada hasil Inventarisasi dan nilai asset lain-lain sebesar Rp. 2,72 trilyun tidak dapat diyakini kewajarannya. (e) Nilai pengalihan asset dari Kemenakertrans kepada BNP2TKI berbeda antar nilai asset yang tercatat dalam neraca Kemenakertrans dengan nilai yang disetujui Kementrian Keuangan. (f) Penyusunan catatan dan Laporan Keuangan di lingkungan Kemenakertrans tahun 2010 belum sesuai ketentuan c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan (a) PNBP yang bersumber dari ijin kerja perpanjangan, sementara, dan mendesak bagi TKWNAP tahun 2010 pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Propinsi Jawa Timur disetorkan ke Kas Daerah. (b) Pengelolaan PNBP di 4 satker pusat Kemenakertrnas tidak sesuai mekanisme APBN. (c) Penguasaan BMN pada BLKI Surabaya oleh Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur tidak sesuai ketentuan. (d) Prosedur pengadaan barang dan jasa senilai Rp. 10.073,81 juta di 4 satker pusat dan 3 SKPD tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (e) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas dibeberapa satker tidak sesuai dengan ketentuan sebesar Rp. 4,75 . c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BKKBN Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan BKKBN tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : a. Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan (a) Selama tahun 2010 telah disetor ke Kas Negara angsuran dana bergulir sebesar Rp. 13,59 miliar yang tidak dapat dijelaskan dan jumlah piutang yang tertagih dan tidak tertagih, karena asal kelompok UPPKS penyetor tidak diketahui. (b) BKKBN telah melakukan koreksi atas hasil Inventarisai dan Penilaian kembali (IP) Aset Tetap, namun penyajiannya belum sesuai dengan nilai wajarnya, diantaranya ditemukan lebih catat sebesar Rp. 20,50 miliar dan kurang catat sebesar Rp. 14,15 miliar. b. Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Catatan atas Laporan keuangan tahun 2010 belum mengungkapkan informasi secara memadai, sehingga laporan tersebut tidak memberikan informasi yang memadai bagi penguna laporan keuangannya untuk mengambil keputusan,. BAKN-DPR RI | 121

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Pengelompokan jenis belanja di BKKBN TA 2010 tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebesar Rp. 2.293,92 juta, sehingga saldo belanja modal dan belanja barang yang disajikan pada LRA BKKBN periode 1 Januari s.d. 31 Desember 2010 tidak menggambarkan nilai yang sebenarnya dan fungsi penganggaran sebagai salah satu alat pengendalian intern tidak berjalan optimal. (c) Pengelolaan pembukuan dan pengadministrasian kas oleh Bendahara Pengeluaran dan Pemegang Uang Muka (PUMK/BPP) di beberapa Satker BKKBN Tahun 2010 tidak tertib, sehingga pencatatan dan laporan yang dibuat oleh Bendahara pengeluaran tidak dapat diyakini kehandalannya. (d) Sistem pencatatan piutang bukan pajak BKKBN belum memadai untuk menyakinkan kelengkapan dan keakuratan piutang yang dilaporkan, sehingga nilai piutang BKKBN yang tersaji dalam LK Tahun 2010 sebesar Rp. 6.080,43 juta tidak dapat memberikan gambaran tingkat kolektibilitas piutang dana bergulir dan rincian debitur yang terkait. (e) Pencatatan , pelaporan dan pengamanan Aset Tetap di beberapa Satker BKKBN belum memadai, sehingga tidak memiliki bukti legal formal, ketidakefektifan pengadaan barang/jasa yang dilakukan karena barang belum dimanfaatkan sepenuhnya, pemborosan pengadaan barang yang belum dimanfaatkan sampai masa kadaluarsa, tidak menjaminnya keamanan asset yang belum dibuatkan nomor inventaris dan kartu barangnya, dan aset tetap/BMN berpotensi disajikan dalam neraca dengan nilai yang tidak sebenarnya. (f) Selisih inventarisai dan penilaian Aset Tetap BKKBN belum dapat ditelusuri seluruhnya sehingga aset tetap hasil inventarisasi dan penilaian per 31 Desember 2010 belum dapat diyakini kewajarannya. d) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan (a) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Guest House Graha Kencana (GHGK) BKKBN sebesar Rp. 2.102,51 juta pada tahun 2010 tidak disetorkan ke Kas Negara, digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN, berakibat kurang disetorkan ke Kas Negara sebesar Rp. 2.102,51 juta. (b) PNBP Balai Latihan dan Pengembangan KB Nasional milik BKKBN tahun 2010 sebesar Rp. 5.903,40 juta tidak disetorkan ke Kas Negara, tidak dilaporkan dan digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN. (c) Penganggaran, pencatatan dan pelaporan penerimaan hibah secara langsung sebesar Rp. 5.530,10 juta belum dilaporkan kepada Bendahara Umum Negara dan belum melalui mekanisme APBN sebesar Rp, 2.656, 31 juta. (d) Pengelolaan administrasi pengadaan barang dan jasa Tahun Anggaran 2010 di Provinsi Jabar dan Kalimantan Selatan belum memadai. (e) Status tindak lanjut pengelolaan dana bantuan modal usaha UPPKS yang masih outstanding di SKPD KB kebupaten/kota belum jelas, tidak dapat diyakini kewajarannya. d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Badan Pengawas Obat dan Makanan tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Terdapat asset sebesar Rp. 13.953.302.500,00 yang tidak diketahui keberadaannya. BAKN-DPR RI | 122

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) Sistem Pencataatn PNBP BPOM TA 2010 Tidak Tertib; (b) Saldo Hibah per 31 Desember 2010 Sebesar Rp. 297.810.039,31 Tidak Dicatat Dalam LK BPOM TA 2010; (c) Pengelompokan Jenis Belanja Pada Saat Penganggaran Tidak Sesuai dengan Kegiatan yang Dilaksanakan; (d) Penatausahaan Aset Tetap di Lingkungan BPOM Sebesar Rp. 1.059.148.486.336,00 Belum Memadai; (e) Sebagian Aset Tetap di Lingkungan BPOM Sebesar Rp. 11.880.221.920,00 Belum Diberi Nomor Kode Register BMN; (f) Kapitalisasi atas Biaya yang Dikeluarkan untuk Renovasi dan Perbaikan Aset Tetap Sebesar Rp. 2.009.329.320,00 Belum Dilakukan. c) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang - Undangan (a) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tidak mengungkapkan jaminanjaminan bank yang dikelolanya minimal sebesar Rp. 2.506.218.250,00; (b) Kas per 31 Desember 2010 sebesar Rp. 3.434.355.400,00 belum dapat dipertanggungjawabkan dan disetorkan ke Kas Negara; (c) Penyelesaian pekerjaan pengadaaan barang/jasa tidak tepat waktu belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp. 1.225.989.487,00 dan terdapat ketidakhematan sebesar Rp. 1.239.296.000,00; (d) Aset Tetap senilai Rp. 1.308.908.179,00 belum dimanfaatkan;

e) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BNP2TKI TAHUN ANGGARAN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan BNP2TKI tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan : a) Hasil Pemeriksaan Atas Sistem Pengendalian Intern (a) SOP untuk pencatatan hutang kepada pihak ketiga belum ada, sehingga penatausahaan hutang kepada pihak ketiga belum dilakukan. (b) Pengalihan status asset Kemenakertrans yang dikuasai BNP2TKI belum dilaksanakan, sehingga BMN Kemenakertrans yang telah dikuasai oleh BNP2TKI tidak terjamin statusnya akibat proses pengalihan status yang berlarut-larut. b) Hasil Pemeriksaan Atas Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang Undangan (a) Terdapat kekurangan volume pada beberapa pekerjaan fisik dilingkungan BNP2TKI minimal sebesar Rp. 134,42 juta. (b) Terjadi ketidakhematan pada kegiatan pembuatan dan pengadaan perlengkapan gedung BNP2TKI akibat penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) yang tidak akurat sebesar Rp. 101,85 juta. 10) KOMISI X Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2010 yang terkait dengan Komisi X DPR RI terdiri atas 8 objek pemeriksaan, 4 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Keuangan dan 4 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). BAKN-DPR RI | 123

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 dengan opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan (a) PNBP yang dikelola di luar mekanisme APBN sebesar Rp25.833.675.795,00 dan tidak dapat dipertanggungjawabkan (b) Penerimaan yang bersumber dari dana APBN sebesar Rp7.409.648.416,00 yang belum dapat ditelusuri dokumen sumbernya pada Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Malang dilaporkan sebagai realisasi pendapatan (c) Kemdiknas belum mencatatkan hibah yang diperoleh melalui satker Universitas Lampung minimal sebesar Rp5.491.570.850,00. (d) Kemdiknas menyajikan realisasi belanja tahun anggaran 2010 sebesar Rp114.303.309.832,18 masih belum dapat diyakini kewajarannya. (e) Kemdiknas menyajikan akun Piutang dari kegiatan Operasional BLU sebesar Rp82.859.603.596,00 yang tidak dilaporkan. (f) Terdapat persediaan buku dan peralatan praktek yang tidak dilaporkan sebesar Rp60.822.340.800,00. (g) Saldo aset tetap sebesar Rp386.563.477.466,00 yang tidak dapat diyakini kewajarannya. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern 1. Proses Pengintegrasian Laporan Keuangan Satker PK-BLU Belum Memadai 2. Pengakuan Realisasi Belanja BLU Tidak Memperhatikan Cut Off 3. Pencatatan dan pelaporan PNBP Kemdiknas belum memadai untuk memastikan keakuratan PNBP yang dilaporkan. 4. Universitas Diponegoro Belum Dapat Mencatat Realisasi Belanja Hibah TA 2010 dari Islamic Development Bank (IDB) sebesar Rp26.040.976.887,50 5. Pekerjaan penggandaan/pencetakan buku Karakter Bangsa paket I s.d VII senilai Rp26.382.621.800,00 tidak sesuai dengan perencanaan serta membebani DIPA Kemdiknas TA 2011 sebesar Rp4.787.552.345,00. 6. Penambahan Nilai Aset Tetap Sebesar Rp5.966.189.924,63 Belum Dikapitalisasi 7. Sistem Pengendalian Intern atas Penatausahaan Aset Tetap pada Kementerian Pendidikan Nasional Belum Memadai 8. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) Belum Memberikan Informasi yang Memadai. (3) Hasil Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) PNBP/pungutan kementerian/lembaga (KL) yang tidak disetorkan ke Kas Negara, tidak dilaporkan dan digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN sebesar Rp25.833.675.795,00. (b) Hibah uang senilai Rp750.000.000,00 belum dicatat dan barang milik negara yang bersumber dari hibah Pemprov Lampung senilai Rp4.741.570.850,00 belum diproses hibah kepada DJPU. (c) Realisasi belanja negara senilai Rp130.526.000,00 berindikasi fiktif. BAKN-DPR RI | 124

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(d) Pengadaan barang/jasa pada tiga satker di lingkungan Kemdiknas tidak selesai dilaksanakan senilai Rp55.918.902.000,00. (e) Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp1.696.627.185,30 pada pekerjaan pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan Kemdiknas. (f) Kelebihan Pembayaran Pengadaan Barang dan Jasa Sebesar Rp1.262.028.978,99. (g) Pembayaran ganda atas belanja honorarium dan perjalanan dinas pada satker di lingkungan Kemdiknas sebesar Rp4.712.843.500,00 berindikasi kerugian negara dan sebesar Rp13.790.767.262,00 serta USD61.748,66 tidak diyakini kewajarannya. (h) Pelaksanaan Belanja Negara pada Satker di Lingkungan Kemdiknas Tidak Sesuai Ketentuan Sebesar Rp7.794.141.685,00 (i) Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan belum dikenakan dan belum disetor ke kas negara sebesar Rp5.291.951.393,85 (j) Instansi/Lembaga/Perorangan Penerima Bantuan Sosial Belum MenyampaikanLaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Bantuan (k) Sisa dana bantuan sosial yang tidak tersalurkan (mengendap di pihak ketiga) belum disetor ke kas negara senilai Rp69.330.450.472,80 (l) Pembayaran Belanja Bantuan Sosial pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Kopertis Wilayah VII Jawa Timur dan Politeknik Negeri Malang Melebihi Standar yang Ditetapkan. (m) Pertanggungjawaban Belanja Senilai Rp5.407.449.694,00 Tidak Lengkap (n) Tunjangan Profesi dan Tagihan Beasiswa Tahun 2010 Kurang Dibayar Sebesar Rp61.962.353.817,00 dan Rp17.871.200.000,00 (o) Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kemdiknas Belum Disalurkan Sebesar Rp2.939.545.200,00 (p) Harga Eceran Tertinggi atas Buku Teks Pelajaran Hasil Pengalihan Hak Cipta Belum Ditetapkan Sehingga Tidak Dapat Dimanfaatkan dan Berpotensi Pemborosan Sebesar Rp50.883.300.000,00 (q) Kementerian Pendidikan Nasional Menggunakan Rekening yang Tidak Memiliki Ijin Kementerian Keuangan Sebanyak 43 Rekening dengan Saldo per 31 Desember 2010 sebesar Rp26.438.107.089,00 (r) Kerjasama Unesa dan Unila dengan Yayasan Pembina Unesa dan Unila Tanpa Dasar Perikatan dan Belum Memberikan Kontribusi. (s) Tanah Milik Kemdiknas Belum Bersertifikat Seluas 2.613.942 m2 dan Dimanfaatkan oleh Pihak Lain Tanpa Kerjasama yang Memadai (t) Pemanfaatan Aset Tanah Seluas 198.843 m2 Senilai Rp137.079.171.000,00 dan Gedung dan Bangunan Seluas 3.807 m2 Senilai Rp2.931.841.000,00 Milik Universitas Negeri Malang oleh Sekolah Negeri Berpotensi Terjadi Sengketa (u) Tukar Menukar Aset Negara Antara Unhas dan Kodam VII Wirabuana Tidak Mengacu pada Prinsip Seimbang. b) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan (a) Nilai persediaan disajikan sebesar Rp18.152.944.711,00 tidak dapat diyakini kewajarannya. BAKN-DPR RI | 125

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Saldo hutang kepada pihak ketiga per 31 Desember 2010 sebesar Rp1.717.821.304,00 pada STP Bandung yang dikelola di luar mekanisme APBN (off budget) dan tidak didukung pencatatan, pelaporan dan pengungkapan yang memadai. (c) Pengelompokan jenis belanja yang tidak sesuai dengan kegiatan yang dibiayai sebesar Rp46.422.424.998,00. (2) Hasil Pemeriksaan Terhadap Kepatuhan Peraturan Perundang-undangan (a) Pertanggungjawaban realisasi belanja pemeliharaan sebesar Rp1.283.223.462,00 STP Bandung hanya formalitas untuk mencairkan anggaran, sehingga negara dirugikan sebesar Rp1.143.134.638,00 (setelah dikurangi pajak).. (b) Pelaksanaan pekerjaan pembangunan ruang konvensi STP Bandung senilai Rp3.810.610.000,00 tidak selesai ketentuan. (c) Pelaksanaan pekerjaan pembangunan sarana ibadah STP Bandung senilai Rp2.149.096.000,00 belum sesuai ketentuan. (d) Proses pengadaan pekerjaan penambahan daya listrik pada STP Bandung senilai Rp1.476.124.480,00 tidak sesuai ketentuan (e) Pekerjaan pengembangan dan operasional E-Kiosk lebih bayar sebesar Rp380.580.000,00.. (f) Pelaksanaan perjalanan dinas tidak didukung bukti pertanggungjawaban yang seharusnya (g) Penyerahan aset tetap dan aset tetap lainnya kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat sebesar Rp21.049.511.835,00 dilakukan tanpa persetujuan Menteri Keuangan. (h) Pemanfaatan Barang Milik Negara Kemenbudpar melalui mekanisme Bangun Guna Serah (BGS) dengan PT. Graha Lintas Properti tidak sesuai ketentuan. (3) Hasil Pemeriksaan Terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Proses penyusunan dan penyajian laporan keuangan Kemenbudpar belum sesuai ketentuan yang berlaku. (b) Pengelompokan jenis belanja dalam penganggaran tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebesar Rp46.422.424.998,00. (c) Penyaluran Bantuan Langsung Masyarakat PNPM Mandiri Bidang Pariwisata sebesar Rp4.328.250.000,00 belum dipertanggungjawabkan. (d) Pengelolaan Aset Bersejarah dan pengungkapan dalam Catatan atas Laporan Keuangan belum memadai. (e) Hutang kepada pihak ketiga sebesar Rp1.717.821.304,00 dilaksanakan diluar mekanisme APBN. c) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMUDA DAN OLAHRAGA TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Pemuda dan Olahraga tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan

BAKN-DPR RI | 126

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Realisasi penyaluran bantuan (block grant) kepada 1.155 penerima, sebanyak 556 penerima bantuan senilai Rp405.947.625.000,00 tidak menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana bantuannya. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Penerimaan negara sebesar Rp38.140.000,00 digunakan langsung tanpa mekanisme APBN. (b) Sisa dana bantuan sebesar Rp10.224.302.500,00 dan jasa giro sebesar Rp2.826.620.157,00 oleh penerima dana bantuan belum dilaporkan dan belum dikembalikan kepada Kemenpora untuk disetorkan ke Kas Negara. (c) Dana Dekonsentrasi 2010 di Propinsi Sumatera Selatan untuk membiayai program Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (SP3) sebesar Rp56.800.000,00 tidak sesuai ketentuan. (d) Bantuan sebesar Rp414.952.060,00 dari Kemenpora dipertanggungjawabkan oleh PSSI tidak sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati dan pajak penghasilan kurang setor sebesar Rp167.816.654,00. (e) Penggunaan dana bantuan Kemenpora sebesar Rp526.504.125,00 oleh KOI tidak sesuai ketentuan dan sisa dana bantuan 31 Desember 2010 sebesar Rp1.695.845.610,00 belum disetorkan ke Kas Negara. (f) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas sebesar Rp419.796.266,00 di lingkungan Kemenpora tidak sesuai dengan ketentuan. (3) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern Realisasi belanja barang tahun 2010 sebesar Rp1.061.921.472.266,00 digunakan untuk pemberian dana bantuan (block grant) dan diantaranya sebesar Rp405.947.625.000,00 belum dilaporkan realisasi penggunaannya oleh penerima bantuan. d) LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PERPUSTAKAAN NASIONAL TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Perpustakaan Nasional tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh sebelum tanggal 31 Desember 2004 dan aset tetap Perpustakaan Blitar masing-masing sebesar Rp213.994,48 juta dan Rp32.578,89 juta belum dilakukan inventarisasi dan penilaian kembali. (2) Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Penghapusan tarif pendaftaran Anggota Perpusnas oleh Kepala Perpusnas mengakibatkan hilangnya potensi PNBP sebesar Rp189,07 juta dari jasa keanggotaan Perpustakaan Tahun 2010. (b) Kelebihan pembayaran sebesar Rp14,62 juta dalam pelaksanaan pekerjaan bantuan fasilitas layanan Perpustakaan Terapung untuk dihibahkan ke Perpustakaan Propinsi dan Kabupaten/Kota. (c) Kelebihan pembayaran sebesar Rp33,00 juta dalam pelaksanaan pekerjaan pembuatan film dokumenter naskah kuno dan penayangan di media elektronik. BAKN-DPR RI | 127

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(3) Sistem Pengendalian Intern (a) Kesalahan penganggaran belanja barang sebesar Rp121,25 juta dan belanja modal sebesar Rp972,82 juta (b) Pengendalian pengelolaan, pencatatan dan pelaporan persediaan kurang memadai, sehingga tujuan pengendalian persediaan tidak tercapai, dan nilai persediaan dalam neraca tidak menyajikan saldo yang sebenarnya. e) Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu terhadap Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Alokasi Khusus (Dana Alokasi Khusus (DAK)) Bidang Pendidikan TA 2007 s.d. 2010(Triwulan III)

Temuan Pemeriksaan: (1) Penetapan alokasi DAK Bidang Pendidikan Tahun 2007 - 2009 tidak didukung data teknis yang valid dan mutakhir. (2) DAK Bidang Pendidikan TA 2010 minimal senilai Rp4.090.056.110.000,00 tidak dapat dilaksanakan pada Tahun 2010. (3) DAK yang telah disalurkan pada akhir tahun 2010 sebagian besar tidak digunakan dan masih mengendap di Kas Daerah sehingga berpotensi digunakan untuk keperluan lain diluar DAK Bidang Pendidikan. (4) Dari 39 kabupaten/kota, hanya 19 kepala daerah yang mengirimkan laporan realisasi DAK Bidang Pendidikan sehingga evaluasi atas pencapaian Program DAK Bidang Pendidikan tidak dapat dilakukan secara menyeluruh. (5) Penetapan kebijakan paket pekerjaan rehabilitasi gedung sekolah tidak mempertimbangkan tingkat kerusakan ruang kelas dan paket pengadaan buku/alat peraga pendidikan tidak memperhitungkan kebutuhan sekolah. (6) Alokasi Dana Pendamping pada 18 kabupaten/kota dan Biaya Administrasi Umum pada 66 kabupaten/kota untuk DAK Bidang Pendidikan Tahun 2007 s.d Tahun 2009 lebih kecil dari ketentuan. (7) Alokasi DAK Bidang Pendidikan Tahun 2007 s.d Tahun 2009 pada 39 kabupaten/kota tidak sepenuhnya tepat sasaran karena terdapat sekolah rusak yang tidak mendapat alokasi DAK Bidang Pendidikan, sebaliknya sekolah yang berkondisi baik mendapat alokasi DAK Bidang Pendidikan. (8) Penyaluran DAK Bidang Pendidikan Tahun 2007, 2008 dan 2009 dari Kas Daerah ke sekolah terlambat. (9) Penyaluran DAK Bidang Pendidikan ke sekolah pada beberapa kabupaten/kota tidak sesuai dengan SK Penetapan Kepala Daerah.

f) Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu terhadap Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Tunjangan Profesi, Tunjangan Fungsional dan Dana Tambahan Penghasilan Guru TA 2009 dan 2010 pada Kementerian Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Bogor dan Instansi Terkait Temuan Pemeriksaan: Sistem Pengendalian Intern (1) Organisasi pengelola program bantuan belum sepenuhnya didukung dengan komitmen, nilai integritas dan etika, serta jumlah pegawai yang memadai. (2) Hubungan kerja di antara organisasi pengelola program bantuan di setiap tingkatan belum sepenuhnya terkoordinasi. BAKN-DPR RI | 128

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(3) Kualitas sumber daya para pengelola program bantuan untuk memahami peraturan perundangan-undangan terkait subsidi tunjangan guru kurang memadai. (4) Kebijakan terkait pemberian subisidi tunjangan tidak mengacu pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan. (5) Belum seluruh dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan kabupaten/kota menyusun dan menyampaikan laporan realisasi pembayaran/rekonsiliasi tunjangan profesi dan tunjangan fungsional. Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (1) Sebanyak 120 guru yang telah lulus sertifikasi Tahun 2009, belum ditetapkan dalam SK Penetapan Guru Penerima Tunjangan Tahun 2010 dan terdapat 170 guru yang ditetapkan dalam SK Tahun 2009 dan 2010 tidak memenuhi persyaratan. (2) Penyaluran subsidi tunjangan kepada guru terlambat dan dibayarkan tunai. (3) Penyaluran ganda dana subsidi tunjangan guru TA 2009 dan 2010 masing-masing senilai Rp3.539.323.310,00 dan Rp616.399.851,00. (4) Guru PNSD penerima tunjangan profesi Tahun 2009 dan 2010 masing-masing senilai Rp3.944.050.320,00 dan senilai Rp874.022.775,00 menerima tunjangan profesi tidak sesuai dengan gaji pokok setelah perubahan. (5) Sisa dana subsidi tunjangan guru sebesar Rp. 27.291.120,00 masih tersimpan di rekening bendahara pengeluaran dan sebesar Rp. 1. 338.650.000,00 belum disetor ke kas negara. g) Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu terhadap Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Dana Pendidikan Sumber Dana APBN TA 2008, 2009 dan 2010 yang Terkait Dengan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) pada SMPN 1 Jambi, SMPN 7 Jambi, SMKN 3 Jambi, SMKN 4 Jambi Temuan Pemeriksaan: (1) Penyusunan RKAS dan RAPBS pada SMP Negeri 7 Jambi Tidak Tertib; (2) Pembagian Urusan Pemerintah Provinsidan Kota Jambi atas pengelolaan SMP RSBI Belum Jelas dan Alokasi APBD Provinsi dan Kota Jambi terhadap Program SMP RSBI di Kota Jambi Tidak Sesuai Dengan RKAS. (3) Pengadaan Beberapa Paket Kegiatan Pada SMP dan SMK RSBI di Kota Jambi Sebesar Rp1.264.145.909,00 Tidak Sesuai Ketentuan dan Terdapat Indikasi Kemahan Harga Sebesar Rp45.037.000,00, Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp17.724.294,70 Serta Sanksi Denda Keterlambatan Penyelesaian Pekerjaan Sebesar Rp1.076.000,00 Belum Dipungut; (4) Pengelolaan Aset/Barang Inventaris Hasil Pengadaan Dana RSBI Tahun 2008s.d.2010 Sebesar Rp1.073.083.557,23 Belum Memadai; h) Hasil Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu terhadap Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Belanja Lainnya (BA 999.08) Tahun 2010 pada Kementerian Pemuda dan Olah Raga di Jakarta. Temuan Pemeriksaan: (1) Dana Belanja Lain-Lain BA 999.08 TA 2010 sebesar Rp4.235.498.239,00 digunakan untuk kegiatan tahun 2011 dan pajak sebesar Rp471.101.517,41 belum disetor ke Kas Negara. (2) Saldo aset tetap dan persediaan eks dana BA 999.08 Kemenpora TA 2010 belum menggambarkan nilai yang sebenarnya. (3) Pengeluaran sebesar Rp562.244.800,00 yang dilaporkan sebagai realisasi BA 999.08 tidak dapat diyakini kebenarannya. BAKN-DPR RI | 129

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

11) KOMISI XI Pemeriksaan BPK Semester I Tahun 2011 yang terkait dengan Komisi XI DPR RI terdiri atas 25 objek pemeriksaan, 17 obyek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Keuangan, 5 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Kinerja, dan 3 objek pemeriksaan merupakan Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu (PDDT). a) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Keuangan Nasional Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Keuangan tahun 2010 dengan opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion). Temuan: (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan (a) Sistem pencatatan penerimaan perpajakan lemah sehingga terdapat transaksi pembatalan penerimaan (reversal) senilai Rp3,39 triliun yang tidak dapat diyakini data penggantinya. Transaksi pengganti memiliki perbedaan data yang signifikan dengan transaksi yang dibatalkan. (b) DJP tidak menggunakan dokumen yang sah sesuai dengan UU PBB untuk menagih PBB Migas tahun 2010 sebesar Rp19,29 triliun. (c) Pemerintah melaporkan PPN DTP Tahun 2010 Rp 11,28 triliun tidak sesuai dengan UU PPN. (d) Sistem Pencatatan piutang pajak masih menunjukkan kelemahan yaitu penambahan piutang menurut aplikasi piutang berbeda sebesar Rp2,51 triliun dengan dokumen sumbernya, yaitu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) atau Surat Tagihan Pajak (STP) dan pengurangan piutang PBB berbeda sebesar Rp1,03 triliun dengan penerimaanya. (2) Pengendalian Intern (a) Penerimaan Perpajakan menurut SAI senilai Rp645,20 miliar tidak dapat direkonsiliasi dengan penerimaan menurut SAU dan transaksi pembatalan Penerimaan Perpajakan senilai Rp3,39 triiiun tidak dapat diyakini kewajarannya. (b) Penerimaan Pajak yang berasal dari potongan SPM sebanyak 31.894 transaksi senilai Rp283,62 miliar tanpa NTPN tidak dapat diyakini kewajarannya. (c) Penerimaan Negara Bukan Pajak yang bersumber dari penjualan barang sitaanmasih disajikan secara neto. (d) Penatausahaan Kas di Bendahara Penerimaan pada KPPBC Madya Soekarno Hatta dan KPKNL Makassar belum tertib. (e) Pelaksanaan penatausahaan dan pencatatan barang persediaan pada KementerianKeuangan belum berjalan secara optimal. (f) Penatausahaan dan pengamanan Aset Tetap di lingkungan Kementerian Keuangan belum sepenuhnya memadai. (g) Pembangunan gedung sebesar Rp54,03 miliar di satker DJP dan GKN yang tidak terselesaikan berpotensi menimbulkan inefisiensi. (3) Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan.

BAKN-DPR RI | 130

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(a) Penyelesaian PPN sebesar Rp 11,28 triliun melalui mekanisme Pajak Ditanggung Pemerintah tidak sesuai dengan UU PPN. (b) Penetapan, penagihan, dan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan Minyak dan Gas Bumi (PBB Migas) tidak sesuai dengan Undang-undang PBB dan Undangundang Migas sehingga realisasi PBB Migas sebesar Rpl9,30 triiiun tidak diyakini kewajarannya. (c) isa dana Surat Perintah Pencairan Dana Langsung (SP2D LS) terlambat dipertanggungjawabkan dan disetor ke kas negara sebesar Rp1,08 miliar. b) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Kementerian Pembangunan Dan Perencanaan Nasional/Bappenas Tahun 2010\ Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Kementerian Pembangunan dan Perencanaan Nasional/Bappenas tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan (Tidak ada) (2) Sistem Pengendalian Intern (1) Sistem Pengendalian dalam proses penyusunan Laporan Realisasi Anggaran pada Kementerian PPN/Bappenas kurang memadai; (2) Aset tetap lainnya sebesar Rp. 741,80 juta tidak dapat diyakini kewajarannya. (3) Penatausahaan dan Pengamanan Aset Tetap di Lingkungan Kementerian PPN/Bappenas Belum Memadai. c) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Badan Pusat Statistik (BPS) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan BPS tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan (a) sistem pencatatan dan pelaporan Aset tetap lainnya berupa Buku-buku koleksi Perpustakaan sebesar Rp. 4,09 miliar tidak memadai karena belum seluruh BukuBuku tersebut disajikan dalam neraca. (b) Hasil Inventarisasi Buku-Buku Koleksi Perpustakaan sebanyak 480.605 eksemplar dengan nilai sebesar Rp. 30,32 miliar tidak didukung verifikasi dan validasi yang memadai. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Sistem pencatatan dan pengawasan PNBP penjualan publikasi /data pada beberapa satket belum memadai; (b) Pengelolaan Uang Persediaan dan Tambahan Uang Persediaan pada satker BPS Pusat, BPS Kota Medan, dan BPS Provinsi Sulawesi Selatan tidak tertib. (c) Sistem pengelolaan, pencatatan, dan pelaporan Persediaan Perlengkapan Sensus Penduduk Tahun 2010 pada BPS tidak dilaksanakan secara memadai. BAKN-DPR RI | 131

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(d) Terdapat aset tanah seluas 284.202 m2 dengan nilai sebesar Rp. 45,54 miliar pada BPS belum bersertifikasi /didukung dokumen kepemilikan; (3) Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Pengadaan generator set dan pemasangan instalasi untuk lima satker BPS Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan; (b) Pengadaan akomodasi, konsumsi, sewa ruangan, dan spanduk peserta pelatihan instruktur daerah/korlap Sensus Penduduk 2010 pada BPS Provinsi Sulawesi Tengah dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan; (c) Pengadaan meubelair gedung 6 pada BPS Pusat senilai Rp2,38 miliar dilakukan tidak sesuai dengan ketentuan; (d) BPS belum memperbarui Surat Keputusan Kepala BPS Nomor 79 Tahun 2000 mengenai Buku Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian Kerugian Negara sesuai ketentuan perundangan yang berlaku. d) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan BPKP tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan : (1) Sistem Pengendalian Intern (a) BPKP belum memiliki Standar Operasional dan Prosedur (SOP) Pengelolaan PNBP (b) Pengelolaan persediaan di Kantor Pusat BPKP belum tertib, tidak didukung dengan pengadministrasian yang baik. (c) Aset tetap yang sudah tidak digunakan dan dalam kondisi rusak berat senilai Rp654,98 juta masih disajikan sebagai aktiva tetap dan belum diproses sesuai ketentuan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN). (2) Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Kantor Pusat BPKP belum memperhitungkan biaya listrik terhadap ruang ATM yang digunakan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, mengakibatkan BPKP menanggung beban listrik ruang ATM yang digunakan oleh PT BRI. (b) Proses pengadaan layanan Solution for Enterprises Network (SEN) oleh PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk tidak sesuai dengan ketentuan dan terdapat kelebihan pembayaran sebesar Rp35,84 juta. (c) Tanah milik Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara belum didukung legalitas kepemilikan yang jelas. e) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) TAHUN 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan LKPP tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualian. Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern BAKN-DPR RI | 132

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(a) Pengelompokan jenis belanja pada saat penganggaran tidak sesuai kegiatan yang dilakukan. (b) Terdapat kelemahan sistem pengendalian intern pengelolaan kas di lingkungan LKPP. (c) Sistem pengendalian intern persediaan di LKPP belum memadai; (d) Pengelolaan dan penatausahaan aset tetap pada LKPP belum tertib. (2) Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Proses pengadaan dan pengadministrasian dokumen lelang pekerjaan IT Plan Pengadaan Nasional tidak tertib dan terdapat kelebihan pembayaran sebesar Rp250,31 juta; (b) Terdapat Aset Tetap Peralatan dan Mesin LKPP Perolehan Tahun 2010 Sebesar Rp342,72 Juta Belum Dimanfaatkan. f) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Bank Indonesia (BI) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan LKPP tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualian. Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan (a) Pelunasan obligasi bersumber dari surplus Bank Indonesia yang menjadi bagian Pemerintah dan dilakukan apabila rasio modal terhadap kewajiban moneter Bank Indonesia telah mencapai di atas 10%. Cara pelunasan seperti itu dapat menimbulkan adanya ketidakjelasan mengenai saat dan jumlah pelunasan obligasi tersebut oleh Pemerintah di masa mendatang. (b) Bank Indonesia mencatat biaya pelaksanaan percetakan uang sebesar Rp. 1,52 triliun diantaranya sebesar Rp. 1,30 triliun masih bersifat sementara dan belum dituangkan dalam suatu kontrak antara BI dan Perum Peruri. (2) Sistem Pengendalian Intern (a) Defisit pendanaan DAPENBI per 31 Desember 2009 sebesar Rp147.560,72 juta belum mencerminkan kewajiban BI yang sesungguhnya. (b) Pengendalian atas pembayaran biaya perjalanan dinas pegawai, mantan pegawai, dan Anggota Dewan Gubernur BI serta anggota supervisi Bank Indonesia belum memadai. (3) Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-undangan a) Kewajiban imbalan pasca kerja program Tunjangan Hari Tua (THT) tidak dicatat sesuai ketentuan dan terdapat risiko berkurangnya kekayaan pendanaan program tersebut di YKKBI b) Belum ada kejelasan mengenai status BI sebagai pengusaha kena pajak; c) Pembayaran penghasilan kepada Sdr. OHT dan Sdr. RS pada tahun 2009 dan 2010 tidak sesuai dengan ketentuan. d) Penghapusan kewajiban pengembalian biaya bantuan hukum bagi pelaksana tugas kedinasan BI yang dinyatakan bersalah oleh putusan hukum yang berkekuatan hukum tetap dalam PDG BI No.7/16/PDG/2005 dan PDG No.l 1/10/PDG/2009 tidak sesuai dengan asas kepatutan yang diatur dalam UU Keuangan Negara; e) BI belum menyetor pajak penghasilan (PPh) final sebesar Rp459,59 juta atas penerimaan sewa tanah dan bangunan. BAKN-DPR RI | 133

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

g) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan LPS tahun 2010 dengan opini Tidak Menyatakan Pendapat (Disclaimer Opinion). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan a. LPS mencatat Penyertaan Modal Sementara (PMS) pada Bank Mutiara Tbk sebesar harga perolehan yaitu Rp6.762.361.000 ribu posisi 31 Desember 2010, sehingga LPS tidak menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali (recoverable amount) dari nilai tercatat PMS pada neraca LPS, termasuk pengaruhnya terhadap laporan surplus defisit, Cadangan Khusus dan Cadangan Penjaminan pada Ekuitas LPS posisi 31 Desember 2010. b. Penyaluran dana PMS kepada BC setelah tanggal 18 Desember 2008, yaitu setelah Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 4 Tahun 2008 ditolak oleh DPR sebesar Rp2.886.221.000 ribu tidak memiliki dasar (2) Sistem Pengendalian Intern a. LPS belum memiliki mekanisme penanganan klaim simpanan layak bayar pasca berakhirnya pelaksanaan likuidasi. b. Belum ada tindak lanjut dari LPS terkait Piutang Denda Laporan Berkala BPR. c. LPS kurang optimal melakukan pengawasan terhadap Tim Likuidasi d. LPS belum memiliki kebijakan yang memadai terkait Piutang Denda yang masih ditanggung oleh Bank Dalam Likuidasi. e. Pengelolaan Arsip di lingkungan LPS belum dilaksanakan dengan baik f. Terdapat anggota Komite Informasi yang berasal dari Bank Umum peserta penjaminan. h) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan STAN tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualiaan( WTP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Pengadaan Aset Tetap Berupa Buku Literatur Senilai Rpl,73 Miliar Didanai Melalui Anggaran Belanja Barang (MAK 52) (b) Sistem Pengendalian atas Penerbitan Surat Perintah Membayar (SPM) Pengesahan STAN Belum Memadai (c) Penatausahaan Pembukuan oleh Bendahara BLU STAN Belum Sepenuhnya Tertib (d) Sistem Pengendalian Intern atas Pendapatan yang Berasal dari Kegiatan yang Dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Manajemen, Akuntansi dan Keuangan (LPMAK) Belum Memadai BAKN-DPR RI | 134

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(2) Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Proses pemilihan langsung terhadap belanja barang pemeliharaan gedung/bangunan dan peralatan/mesin senilai Rp276,41 juta diragukan keabsahannya. i) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Bendahara Umum Negara (BUN) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan BUN tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualiaan ( WDP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan . a. Pengakuan, penagihan, dan pencatatan penerimaan perpajakan sebesar Rp723,31 triliun termasuk penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar Rpl 1,28 triliun dan Pajak Bumi dan Bangunan Minyak dan Gas Bumi (PBB Migas) sebesar Rpl9,30 triliun bermasalah. b. Saldo Uang Muka dari Rekening BUN sebesar Rp1,88 triliun yang merupakan pembayaran pembiayaan pendahuluan dari Bendahara Umum Negara (BUN) dalam rangka penarikan pinjaman luar negeri yang belum ada penggantian dari pemberi pinjaman. c. Nilai Aset Tetap yang disajikan per 31 Desember 2010 sebesar Rp15,76 triliun termasuk Aset Tetap yang dikelola oleh LPP TVRI dan LPP RRI selaku Kuasa Pengguna Anggaran BA Belanja Lainnya (BA 999.08) masing-masing sebesar Rp2,96 triliun dan Rp3,74 triliun belum seluruhnya diinventarisasi dan direvaluasi sehingga nilai yang dicatat belum mencerminkan nilai wajar. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Penerimaan perpajakan menurut SAU senilai Rp965,40 miliar belum dapat direkonsiliasi dengan penerimaan menurut SAI dan transaksi pembatalan (reversal) penerimaan perpajakan senilai Rp3,39 triliun tidak dapat diyakini kewajarannya; (b) Pelaksanaan monitoring dan penagihan atas kewajiban PPh Migas tidak optimal sehingga selisih kewajiban PPh Migas sebesar Rp1,25 triliun tidak dipantau dan kekurangan PPh Migas sebesar Rp2,60 triliun belum ditagih. (c) Terdapat inkonsistensi penggunaan tarif pajak dalam perhitungan PPh Migas danperhitungan bagi hasil Migas sehingga pemerintah kehilangan penerimaan negara minimal sebesar Rp 1,43 triliun; (d) Penerimaan Hibah langsung minimal sebesar Rp868,43 miliar pada 18 KL belum dilaporkan kepada BUN dan dikelola diluar mekanisme APBN; (e) Uang Muka dari Rekening BUN sebesar Rp1,83 triliun yang disajikan pada LKBUN Tahun 2010 belum dapat diyakini kewajarannya; (3) Hasil Pemeriksaan terhadap Kepatuhan terhadap Peraturan Perundang-undangan (a) Penetapan, penagihan, dan pembayaran pajak bumi dan bangunan minyak dan gas bumi (PBB Migas) tidak sesuai dengan UU PBB dan UU Migas sehingga realisasi PBB Migas sebesar Rp19,30 triliun tidak diyakini kewajarannya; (b) Penyelesaian PPN sebesar Rp11,28 triliun melalui pajak ditanggung pemerintah (DTP) tidak sesuai dengan UU PPN; BAKN-DPR RI | 135

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(c) Terdapat aset eks Pertamina yang dipakai pihak ketiga tanpa didukung perjanjian sewa menyewa sehingga penerimaan negara bukan pajak (PNBP) atas sewa belum dapat direalisasikan. j) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pengelolaan Utang (BA 999.01) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Pengelolaan Utang (BA 999.01) tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualiaan ( WTP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Aplikasi Sistem Akuntansi Utang Pemerintah (SAUP) dan aplikasi pendukungnya dalam penyusunan Laporan Keuangan BA 999.01 Tahun 2010 mengandung kelemahan. (b) Notice of Disbursement (NoD) senilai Rp428,58 milyar belum didukung dengan Withdrawal Application (WA) dan/atau nota disposisi dari Bank Indonesia. (c) Pengembalian penarikan pinjaman proyek belum sepenuhnya didukung dengan dokumen sumber yang valid. k) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Hibah (BA 999.02) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Hibah (BA 999.02) tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualiaan ( WDP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Pendapatan hibah langsung yang diterima Kementerian Negara/Lembaga (KL) sebesar Rp868,43 miliar belum dilaporkan dan dimintakan pengesahannya. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Sistem pengendalian intern atas pencatatan penerimaan, belanja, dan pengembalian hibah belum sepenuhnya memadai. (b) Penerimaan hibah langsung oleh KL sebesar Rp864,79 miliar dalam LRA BA 999.02 tahun 2010 belum dapat diyakini kelengkapannya. (c) Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan belum melakukan monitoring atas penyaluran dana hibah sebesar Rp70,01 miliar kepada pemerintah daerah (pemda). l) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Investasi Pemerintah (BA.999.03) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Investasi Pemerintah (BA 999.03) tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualiaan ( WTP). Temuan : BAKN-DPR RI | 136

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(1) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Administrasi kepemilikan penyertaaan modal negara pada BUMN dan Non-BUMN sebesar Rp515,19 Triliun belum didokumentasikan secara lengkap; (b) PMK 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat tidak secara konsisten mengatur pelaporan penerimaan yang bersumber dari laba BUMN; (c) DJKN selaku pengguna anggaran tidak sepenuhnya dilibatkan dalam proses perencanaan atas Investasi Pemerintah. m) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Pemerintah (BA 999.04) Tahun 2010 - Penerusan Pinjaman Investasi

Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Penerusan Pinjaman Investasi Pemerintah (BA 999.04) tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualiaan ( WDP).

Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Realisasi penerimaan PNBP yang berasal dari pengembalian pinjaman di muka sebesar Rp33,97 miliar dan setoran saldo awal RDI/RPD/SLA Tahun 2010 sebesar Rp1,63 triliun seharusnya tidak dicatat seluruhnya sebagai PNBP. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Penyusunan Laporan Keuangan BA 999.04 Tahun 2010 Belum Didukung Dokumen Sumber yang Memadai dan dan Sistem yang Terintegrasi (b) Rekonsiliasi dalam Proses Penyusunan LK BA 999.04 Tahun 2010 Belum Berjalan Efektif (3) Hasil Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (a) Penerimaan atas pembayaran angsuran pokok dan pendapatan bunga Kredit Program belum disetorkan ke Rekening Kas Umum Negara sebesar Rp794,77 miliar; (b) Realisasi anggaran penerusan pinjaman Tahun 2010 relatif rendah. n) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Bagian Anggaran Transfer Ke Daerah (BA 999.05) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Bagian Anggaran Transfer ke Daerah (BA 999.05) tahun 2010 dengan opini Wajar Tanpa Pengecualiaan ( WTP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan BPK menambahkan paragraf penjelasan mengenai rincian Dana Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan (DBH PBB) dan DBH Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (DBH BPHTB) bagian daerah per daerah penerima. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Sistem pencatatan dan pelaporan atas PNBP yang berasal dari setoran tunai Pemdabelum memadai. BAKN-DPR RI | 137

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(b) Pencatatan DBH PBB dan BPHTB bagian daerah menggambarkanrealisasi yang diterima masing-masing daerah.

belum

sepenuhnya

(3) Hasil Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (a) Penetapan alokasi dan penyaluran DBH Pajak TA 2010 mengalami keterlambatan. (b) Pengalokasian Dana Penyesuaian tidak berdasarkan kriteria dan aturan yang jelas. o) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Bagian Anggaran Belanja Subsidi (BA 999.07) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Bagian Anggaran Transfer ke Daerah (BA 999.05) tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualiaan ( WDP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Belanja subsidi Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) sebesar Rp 11,28 triliun belum sesuai UU PPN (2) Sistem Pengendalian Intern (a) Sistem pencatatan dan pelaporan utang subsidi kredit program pada kementerian keuangan belum memadai. (b) Realisasi subsidi pangan/beras tahun anggaran 2008 - 2010 belum diaudit sehingga belum ditetapkan nilai finalnya. (c) Penempatan dana di rekening dana cadangan belum berdasarkan perkiraan yang handal (3) Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Penyelesaian PPN sebesar Rp 11,28 triliun melalui Mekanisme Pajak Ditanggung Pemerintah tidak sesuai dengan UU PPN p) Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Laporan Keuangan Bagian Anggaran Belanja Lainnya (BA 999.08) Tahun 2010 Opini Pemeriksaan : Menurut pendapat BPK RI, Laporan keuangan Bagian Anggaran Belanja Lainnya (BA 999.08) tahun 2010 dengan opini Wajar Dengan Pengecualiaan ( WDP). Temuan : (1) Hasil Pemeriksaan terhadap Laporan Keuangan Aset Tetap yang dikelola oleh LPP TVRI dan LPP RRI masing-masing sebesar Rp6,69 triliun dan Rp4,90 triliun belum ada kejelasan status kepemilikan aset dan belum seluruhnya diinventarisasi dan direvaluasi sehingga nilai yang dicatat belum mencerminkan nilai wajar. (2) Hasil Pemeriksaan terhadap Sistem Pengendalian Intern (a) Terdapat alokasi biaya dari anggaran Belanja Lain-lain yang tidak sesuai dengan Nature of Account Belanja Lain-lain. (b) Terdapat alokasi anggaran setiap tahun dari Belanja Lain-lain untuk biaya operasional entitas yang belum jelas statusnya dan terdapat aset tetap pada entitas tersebut yang disajikan dalam Neraca LK BA BUN 999.08 belum jelas status kepemilikannya serta belum seluruhnya dilakukan inventarisasi dan penilaian. (c) Sisa UP/TUP TA 2010 sebesar Rp5,72 miliar dari 15 kementerian negara dan Iembaga belum disetor ke kas negara per 31 Desember 2010; BAKN-DPR RI | 138

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

(3) Hasil Pemeriksaan terhadap Kepatuhan Terhadap Peraturan Perundang-Undangan (a) Terdapat dokumen audited payroll yang berindikasi palsu sehingga biaya langsung personil sebesar Rp3,95 miliar tidak dapat diyakini kewajarannya dan penggunaan dokumen pendukung yang tidak sah sehingga biaya perjalanan dinas sebesar R1,85 miliar dan biaya kegiatan lainnya sebesar Rp21,91 juta tidak dapat dipertanggungjawabkan. (b) Pengadaan barang dan jasa pada tujuh Kementerian/Lembaga tidak sesuai dengan ketentuan. (c) Terdapat Kelebihan Pembayaran Sebesar Rp214,07 Juta karena Penggunaan Satuan Harga yang Tidak Sesuai dengan Standar Biaya Umum dan Kesalahan Perhitungan Pembayaran Rapel Tunjangan Kinerja.

b. REKOMENDASI BAKN 1) MITRA KERJA KOMISI I BAKN telah melakukan rapat konsultasi pembahasan dan pendalaman dengan BPK RI dan merekomendasikan sebagai berikut: a. Berkaitan dengan pelaksanaan anggaran berdasarkan Permenlu No. 4 Tahun 2009 yang tidak sesuai dengan ketentuan, BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi I DPR RI: a) Agar melakukan penelitian atas terbitnya Peraturan Menteri Luar Negeri No. 4 Tahun 2009 tersebut, apakah ada yang bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan yang ada. b) Untuk meminta penjelasan kepada Kementerian Luar Negeri, mengapa Menteri Keuangan menolak penerapan pasal-pasal yang ada dalam Permenlu No. 4 Tahun 2009. c) Untuk meminta penjelasan kepada Kementerian Luar Negeri, sehubungan dengan rekomendasi BPK yang meminta Kemenlu mengembalikan kelebihan penggunaan anggaran karena penerapan Permenlu No. 4 Tahun 2009. b. Berkaitan dengan transaksi tukar menukar (ruilslag) tanah milik TNI AD dengan PT. Mahkota Niaga Nusantara, BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi I DPR RI: a) Meminta penjelasan kepada Kementerian Pertahanan tentang status tanah yang di ruilslag, apakah milik Yayasan Gadjah Mada atau Kementerian Pertahanan. Hal ini karena sesuai bukti kepemilikan, tanah tersebut telah bersertifikat Hak Pakai No. 188 Tahun 1982 atas nama Dephan RI. Semantara menurut penjelasan TNI AD tanah tersebut adalah milik Yayasan Gadjah Mada. b) Meminta penjelasan kepada Kementerian Pertahanan mengapa aset tanah yang tukar tambah (ruilslag) tidak terdaftar dalam SIMAK BMN Kementerian Pertahanan. c) Meminta Kementerian Pertahanan untuk melakukan Inventarisasi Aset-Aset yang dimiliki, menentukan statusnya apakah milik Yayasan atau pihak lain, kemudian mengelompokkan berdasarkan status kepemilikannya tersebut. c. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi I DPR RI untuk mengevaluasi program Penyediaan Jasa Akses Telekomunikasi dan Informatika Perdesaan dan Penyediaan Pusat Layanan Jasa Akses Internet Kecamatan (PLIK) di Kementerian Komunikasi dan Informatika. Kedua proyek ini menggunakan anggaran Negara BAKN-DPR RI | 139

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

yang besar Tahun 2009 dan Tahun 2010, dalam implementasinya berdasarkan hasil uji petik pemeriksaan BPK RI berindikasi banyak masalah dan tidak sesuai dengan kinerja yang diharapkan. d. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi I DPR RI untuk melakukan pengawasan terhadap praktek Perjalanan Dinas Fiktif di setiap Kementerian dan Lembaga negara yang ada. Penyalahgunaan anggaran perjalanan dinas adalah modus yang selalu menjadi temuan audit BPK diberbagai Kementerian dan Lembaga Negara. 2) MITRA KERJA KOMISI II BAKN telah melakukan rapat konsultasi pembahasan dan pendalaman dengan BPK RI dan merekomendasikan sebagai berikut: a. Berkaitan dengan Kegiatan Kerja Sama antara Ditjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri dengan Ormas/LSM/Lembaga Nirlaba lainnya. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi II DPR RI: a) Melakukan pengawasan atas pengelolaan dana bantuan Kesbangpol terhadap Ormas/LSM/Lembaga Nirlaba lainnya. Berdasarkan hasil pemeriksaan BPK RI praktek bantuan Ormas/LSM/Organisasi Nirlaba oleh Ditjen Kesbangpol ini sarat dengan berbagai penyimpangan. b) Mengevaluasi efektivitas program Kerjasama antara Ditjen Kesbangpol kementerian Dalam Negeri dengan Ormas/LSM/Organisasi Nirlaba Lainnya, karena berdasarkan hasil pemeriksaan BPK program ini tidak mencapai kinerja yang diharapkan. b. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi II DPR RI untuk menindaklanjuti adanya Kendaraan Dinas Milik Negara senilai Rp3,38 miliar yang dikuasai oleh angota KPU dan Pejabat yang sudah purna bakti. BAKN DPR RI mengharapkan Komisi II DPR RI segera meminta KPU untuk mengembalikan Kendaraan Dinas tersebut kepada Negara. 3) MITRA KERJA KOMISI III BAKN telah melakukan rapat konsultasi pembahasan dan pendalaman dengan BPK RI dan merekomendasikan sebagai berikut: a. Berkaitan dengan Pengelolaan Rumah Dinas di Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung (MA). BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi III DPR RI: a) Meminta MA untuk memperbaiki manajemen pengelolaan rumah dinas dan melakukan inventarisasi atas aset-aset negara dilingkungan Mahkamah Agung. b) Meminta MA untuk mengambil kembali aset-aset negara yang dikuasai oleh pihak lain yang tidak berhak. b. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi III DPR RI untuk melakukan pengawasan terhadap praktek Perjalanan Dinas Fiktif di setiap Kementerian dan Lembaga negara yang ada. Penyalahgunaan anggaran perjalanan dinas adalah modus yang selalu menjadi temuan audit BPK diberbagai Kementerian dan Lembaga Negara. BAKN-DPR RI | 140

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

c. Berkaitan dengan Pengelolaan PNBP khususnya pengelolaan dana Pengamanan Obyak Vital Nasional. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi III DPR RI: a. Meminta penjelasan Kepolisian RI atas sumber dan penggunaan dana Pengamanan Obyek Vital Nasional, baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak swasta. b. Meminta Kepolisian RI untuk menyiapkan SOP atas Penerimaan dan Pengelolaan Dana yang bersumber dari Pengamanan Obyek Vital Nasional. Berdasarkan hasil uji petik pemeriksaan BPK, dana Pengamanan Obyek Vital Nasional rawan penyimpangan. 4) MITRA KERJA KOMISI IV BAKN telah melakukan rapat konsultasi, pembahasan dan pendalaman dengan BPK yang merekomendasikan sebagai berikut : a. Kementerian Kehutanan Meminta Menteri Kehutanan untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Dana pengelolaan Gedung Manggala Wanabakti (MWB) Kemenhut dikelola di luar mekanisme APBN; b) Penerimaan sewa wisma tamu dan asrama pada Balai Besar Taman Nasional (BBTN) Gunung Gede Pangrango (GGP) tidak disetorkan ke kas negara dan digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN; c) Pengelolaan hibah luar negeri pada Kemenhut belum sepenuhnya mempedomani ketentuan perundang-undangan yang berlaku; d) Pembayaran perjalanan dinas pada Kemenhut sebesar Rp7.953.303.730,00 tidak didukung bukti pertanggungjawaban yang sah; e) Kelebihan Pembayaran Minimal Sebesar Rp5.534.446.145,45 Atas Kegiatan Pembangunan Markas Komando Satuan Polisi Reaksi Cepat Pada Balai Konservasi Sumber Daya Alam DKI Jakarta Raya f) Aset Tetap Berupa Tanah Seluas 35.991,00 m2 Senilai Rp4.925.659.812,00 Belum Bersertifikat b. Kementerian Pertanian Meminta Menteri Pertanian untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Penerimaan negara bukan pajak atas pemanfaatan aset kurang dipungut sebesar Rp1.362.177.485,00; b) PNBP dari pemanfaatan aset tidak disetorkan seluruhnya ke Kas Negara dan digunakan langsung sebesar Rp1.145.399.768,00; c) Penerimaan hibah secara langsung pada Kementerian Pertanian tidak melalui mekanisme DIPA APBN 2010 senilai minimal Rp20.802.540.092,00; EUR1,326,395.00; USD64,092,994.00; AUD4,872,948.00; CNY12,277,853.00 dan JPY1,032,648,000.00; d) Keterlambatan Pelaksanaan Tiga Paket Pekerjaan Pengadaan Belum Dikenakan Denda Minimal Sebesar Rp671.994.516,00 e) Kelebihan Pembayaran pada Kegiatan Rehabilitasi Gedung Kantor, Pembayaran Honor, dan Pelatihan Sebesar Rp807.179.722,05 f) Perjalanan Dinas Sebesar Rp2.334.380.572,00 Pada Kementerian Pertanian Tidak Didukung Dengan Bukti Yang Sah. g) Kelebihan Penyaluran Dana Bansos BLM-PUAP Minimal Sebesar Rp2.400.000.000,00. BAKN-DPR RI | 141

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

h) i)

Aset Tetap Berupa Tanah Kementerian Pertanian Belum Dilengkapi Bukti Sertifikat dan Pada Beberapa Lokasi Diokupasi Masyarakat. Inventarisasi dan penilaian aset belum optimal sehingga aset tetap senilai Rp93.887.586.261,15 belum dapat diyakini kewajaran nilainya.

c. Kementerian Kelautan Dan Perikanan. Meminta Menteri Pertanian untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Terlambat Disetorkan ke Kas Negara b) Kelebihan Pembayaran Atas Pengadaan Jasa Konsultansi TA 2010 Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Sebesar Rp350.807.912,00 c) Kelebihan Pembayaran Atas Pekerjaan Konstruksi TA 2010 Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Senilai Rp257.594.852,18 d) Denda Keterlambatan atas Empat Paket Pekerjaan TA 2010 Pada Kementerian Kelautan dan Perikanan Belum Dikenakan Senilai Rp213.776.250,00 e) Kelebihan Pembayaran Perjalanan Dinas Sebesar Rp1.850.438.717,00 dan US$340.20 f) Tanah Pada Satker Balai Riset Perikanan Laut Seluas 2.189 m2 Belum Didukung Bukti Kepemilikan Yang Sah. g) Inventarisasi dan penilaian aset belum optimal sehingga aset tetap senilai Rp93.887.586.261,15 belum dapat diyakini kewajaran nilainya. 5) MITRA KERJA KOMISI V BAKN telah melakukan rapat konsultasi pembahasan dan pendalaman dengan BPK RI dan merekomendasikan sebagai berikut: a. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi V DPR RI untuk melakukan pengawasan terhadap praktek Perjalanan Dinas Fiktif di setiap Kementerian dan Lembaga negara yang ada. Penyalahgunaan anggaran perjalanan dinas adalah modus yang selalu menjadi temuan audit BPK diberbagai Kementerian dan Lembaga Negara. b. BAKN DPR RI merekomendasikan kepada Komisi V DPR RI untuk menindaklanjuti adanya Aset Tetap yang digunakan untuk kepentingan pribadi/pihak ketiga yang tidak sesuai Tupoksi di lingkungan Kementerian Perhubungan. BAKN DPR RI mengharapkan Komisi V DPR RI segera meminta Kementerian Perhubungan untuk mengembalikan aset tetap yang dikuasai pihak lain tersebut kepada Negara.

6)

MITRA KERJA KOMISI VI BAKN telah melakukan rapat konsultasi dan pendalaman dengan BPK yang merekomendasikan sebagai berikut :

a. Kementrian Perdagangan
Harus tegas dalam penegakan aturan dalam masalah Belanja Perjalanan Dinas (baik rutin maupun proyek seperti Belanja perjalanan Dinas untuk Konsultan), sehingga tidak menjadi wilayah yang samar (grey area) jika tidak dapat dibuktikan dan menyalahi aturan yang berlaku maka harus dikembalikan ke Negara. BAKN-DPR RI | 142

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b. Kementerian Keuangan
a) Segera melakukan inventarisasi atas semua aset eks BPPN tersebut dan melakukan pembenahan yang menyeluruh atas system pengendalian, dalam penatausahaan aset eks BPPN. b) Membentuk Tim untuk menilai kewajaran transaksi penjualan aset Bintan dan penyelesaian selisih pencatatan aset Nostro.

c. Kementerian BUMN
Menginstruksikan kepada Direksi PT Perum Peruri untuk menjelaskan dan menuntaskan masalah pengadaan barang di BUMN tersebut dengan menjatuhkan sanksi kepada pejabat-pejabat yang bertanggungjawab.

7)

MITRA KERJA KOMISI VII BAKN telah melakukan rapat konsultasi dan pendalaman dengan BPK yang merekomendasikan berikut :

a. Kementrian ESDM
Atas selisih antara SAU dengan SAI pada Kementerian ESDM dan Kementerian Keuangan harus membentuk Tim Terpadu untuk penyelesaian selisih yang sangat signifikan tersebut, sehingga ke depan hanya ada satu sistem pencatatan atau dua sistem yang bisa langsung real time direkonsiliasi. Atas pengelolaan PNBP di Kementrian ESDM perlu audit khusus pengelolaan (penatausahaan)-nya dan optimaliasi penerimaan PNBP-nya mengingat potensi yang cukup besar menambah penerimaan negara. Atas masalah Biaya Perjalanan Dinas Kementrian Harus tegas dalam penegakan aturan dalam masalah Belanja Perjalanan Dinas (baik rutin maupun proyek seperti Belanja perjalanan Dinas untuk Konsultan), sehingga tidak menjadi wilayah yang samar (grey area) jika tidak dapat dibuktikan dan menyalahi aturan yang berlaku maka harus dikembalikan ke Negara. Kementrian EDM perlu segera menuntaskan masalah Aset (Barang Milik Negara ) dengan membentuk Tim Inventarisasi yang melibatkan Lembaga eskternal seperti BPKP sehingga Masalah Aset tidak menjadi masalah yang berlarut-larut.

b. Kementerian Lingkungan Hidup


Harus tegas dalam penegakan aturan dalam masalah Belanja Perjalanan Dinas (baik rutin maupun proyek seperti Belanja perjalanan Dinas untuk Konsultan), sehingga tidak menjadi wilayah yang samar (grey area) jika tidak dapat dibuktikan dan menyalahi aturan yang berlaku maka harus dikembalikan ke Negara. Perlu mekanisme pengawasan yang lebih akuntabel atas Dana Bergulir di Kementrian LH.

BAKN-DPR RI | 143

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

8)

MITRA KERJA KOMISI VIII BAKN telah melakukan rapat konsultasi, pembahasan dan pendalaman dengan BPK yang merekomendasikan sebagai berikut :

a. Kementerian Sosial
Meminta Menteri Sosial untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Pengendalian atas pelaksanaan kegiatan rehabilitasi, rekonstruksi dan relokasi rumah korban bencana alam di sepuluh provinsi senilai Rp29.425,00 juta melalui kerja sama dengan Mabes TNI lemah dan pertanggungjawabannya tidak lengkap b) Penyaluran dana bantuan yang bersumber dari hibah dalam negeri sebesar Rp9.113,30 juta belum dipertanggungjawabkan, sehingga tidak dapat dievaluasi penggunaannya. c) Pengelolaan PNBP belum tertib dan terdapat pungutan sebesar Rp712.499.322,00 belum ada dasar hukumnya dan digunakan langsung untuk operasional. d) Pertanggungjawaban biaya belanja perjalanan dinas sebesar Rp10.278.447.770,00 tidak didukung dengan dokumen yang sah, sehingga berisiko terjadi penyimpangan dan tidak dapat diyakini kewajarannya. Dari jumlah tersebut diantaranya sebesar Rp1.444.821.000,00 telah diakui tidak dilaksanakan. Hal ini disebabkan pencairan belanja perjalanan dinas tidak menggunakan dokumen sebenarnya sesuai ketentuan yang berlaku, Pejabat Pembuat Komitmen dan bendahara pada masing-masing satker tidak cermat meneliti bukti-bukti pertangungjawaban sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, serta pengendalian dan pengawasan oleh atasan langsung terhadap kegiatan perjalanan dinas di masing-masing satker belum efektif. e) Aset Tetap tanah senilai Rp66.151.287.244,00 belum bersertifikat dan senilai Rp532.752.000,00 bersengketa dengan pihak lain, sehingga berpotensi menjadi bermasalah di masa mendatang dan terdapat potensi penerimaan negara yang tidak dapat diperoleh dari pemanfaatan pihak lain untuk kepentingan komersial. Hal tersebut disebabkan penatausahaan aset tetap terkait dengan bukti kepemilikan dan pemanfaatan oleh pihak lain, serta penyelesaian aset-aset yang bersengketa pihak lain belum optimal.

b. Kementerian Agama
Meminta Menteri Agama untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut a) Aset tetap yang dimiliki oleh Kementerian Agama belum didukung oleh buktibukti kepemilikan, yaitu terdiri dari tanah wakaf seluas 65.183 m2 senilai Rp. 9.809.578.946,00 belum didukung oleh dokumen Akte Ikrar Wakaf, tanah atas nama Kementerian Agama Seluas 1.212.465 m2 senilai Rp. 156.157.887.640,00 belum didukung oleh kepemilikan dan 291 unit kendaraan bermotor senilai Rp. 4.994.088.299 belum didukung oleh bukti kepemilikan. b) PNBP di lingkungan Kementerian Agama terlambat disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 18.420.346.683,00, belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 2.273.296.805,00 dan diantarnya digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN sebesar Rp. 1.897.375.000,00 c) Terdapat kelebihan pembayaran atas kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp. 3.577.370.774,95, jaminan pelaksanaan belum disetor ke Kas Negara sebesar Rp. 9.396.500,00, dan pembangunan talud tidak dapat diselesaikan untuk kedua kalinya BAKN-DPR RI | 144

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

d) Denda keterlambatan atas penyelesaian pekerjaan pembelian barang/pemborongan pekerjaan senilai Rp. 3.514.705.550,00 belum dikenakan.

c. Badan Nasional Penanggulangan Bencana


Meminta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk meyelesaikan Realisasi biaya perjalanan dinas diragukan kebenarannya sebesar Rp565.826.096,00 dan kelebihan pembayaran perjalanan dinas sebesar Rp236.583.000,00.

d. Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (Kpp Dan Pa)


Meminta Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak (KPP dan PA)untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Pertanggung jawaban perjalanan dinas pada KPP dan PA tahun anggaran 2010 tidak sesuai dengan bukti-bukti pengeluaran yang sebenarnya sebesar Rp. 517,97 juta, sehingga pembayaran biaya perjalan dinas tersebut tidak sah dan harus disetorkan oleh pegawai yang bersangkutan ke kas Negara dengan jumlah keseluruhan KPP dan PA sebesar Rp. 224,87 juta . b) Beberapa jenis barang hasil pengadaaan tahun 2010 belum dimanfaatkan sebesar Rp. 591,80 juta sehingga asset tak berwujud (berupa software dan aplikasi) dan peralatan dan mesin hasil pengadaan tahun 2010 belum memberikan manfaat yang optimal.

9)

MITRA KERJA KOMISI IX BAKN telah melakukan rapat konsultasi, pembahasan dan pendalaman dengan BPK yang merekomendasikan sebagai berikut : a. Kementerian Kesehatan Meminta Menteri Kesehatan untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Pungutan sebesar Rp.3.566.203.500,00 di lingkungan Kemenkes tanpa ada dasar hukum dan digunakan langsung di luar mekanisme APBN; b) Penerimaan dana Hibah yang dikelola Kemenkes belum dipertanggungjawabkan melalui mekanisme APBN sebesar Rp. 98.173.770.634,70 c) Pengadaaan Alat Bantu Belajar Mengajar Pendidikan Dokter/Dokter Spesialis Di Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit Rujukan TA 2010 sebesar Rp. 417.726.993.200,00 tidak dapat diyakini kewajaran harganya; d) Perjalanan dinas tidak didukung bukti yang valid mengakibatkan belanja perjalanan dinas minimal sebesar Rp. 13.090.077.966,00 berindikasi merugikan Negara e) Aset Tetap belum bersertifikat atau belum didukung dengan bukti kepemilikan b. Kemenakertrans Meminta Menteri Kesehatan untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Prosedur pengadaan barang dan jasa senilai Rp. 10.073,81 juta di 4 satker pusat dan 3 SKPD tidak sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan b) Pertanggungjawaban biaya perjalanan dinas dibeberapa satker tidak sesuai dengan ketentuan sebesar Rp. 4,75 miliar c) PNBP yang bersumber dari ijin kerja perpanjangan, sementara, dan mendesak bagi TKWNAP tahun 2010 pada Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Kependudukan Propinsi Jawa Timur disetorkan ke Kas Daerah, sehingga BAKN-DPR RI | 145

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

mengakibatkan kekuranagn PNBP Kemenakertrans tahun 2010 sebesar Rp. 14,68 milar. d) Pencataan dan pelaporan asset belum memadai sehingga nilai asset per 31 Desember 2010 belum menggambarkan nilai yang sebenarnya. c. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Meminta Kepala BKKBN untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Pencatatan , pelaporan dan pengamanan Aset Tetap BKKBN belum memadai, sehingga Aset Tetap/BMN tidak memiliki bukti legal formal sebagai aset BKKBN dan berpotensi hilang atau menjadi sengketa/bermasalah dimasa mendatang, ketidakefektifan pengadaan barang/jasa yang dilakukan karena barang belum dimanfaatkan sepenuhnya b) PNBP Balai Latihan dan Pengembangan KB Nasional milik BKKBN tahun 2010 sebesar Rp. 5.903,40 juta tidak disetorkan ke Kas Negara tidak dilaporkan dan digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN. c) Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Guest House Graha Kencana (GHGK) BKKBN sebesar Rp. 2.102,51 juta pada tahun 2010 tidak disetorkan ke Kas Negara, digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN d) Penganggaran, pencatatan dan pelaporan penerimaan hibah secara langsung di BKKBN sebesar Rp. 5.530,10 juta belum dilaporkan kepada Bendahara Umum Negara dan belum melalui mekanisme APBN e) Biaya perjalanan dinas pada BKKBN sebesar Rp. 665,81 juta tidak didukung bukti pertanggung jawaban yang sah f) pelaksana kegiatan pengadaan barang dan jasa di lingkungan BKKBN kurang teliti dan cermat dalam memahami serta melaksanakan ketentuan tentang pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang berlaku dan kurang optimalnya pengawasan d. Badan Pengawas Obat Dan Makan (BPOM) Meminta Kepala BPOM untuk meyelesaikan hal-hal sebagai berikut: a) Penyelesaian pekerjaan pengadaaan barang/jasa tidak tepat waktu belum dikenakan denda keterlambatan sebesar Rp. 1.225.989.487,00 dan terdapat ketidakhematan sebesar Rp. 1.239.296.000,00 b) Penatausahaan Aset Tetap di Lingkungan BPOM Sebesar Rp.1.059.148.486.336,00 Belum Memadai c) Pertanggungjawaban perjalanan dinas berupa tiket tidak valid sekurangkurangnya Rp. 451.496.700,00 d) Pertanggungjawaban perjalanan dinas berupa tiket tidak valid sekurangkurangnya Rp. 451.496.700,00 e) Sistem Pencataatn PNBP BPOM TA 2010 Tidak Tertib e. BNP2TKI Meminta Kepala BNP2TKI untuk meyelesaikan kekurangan kekurangan volume pada beberapa pekerjaan fisik dilingkungan BNP2TKI minimal sebesar Rp. 134,42 juta

10) MITRA KERJA KOMISI X BAKN telah melakukan rapat konsultasi, pembahasan dan pendalaman dengan BPK dan merekomendasikan sebagai berikut : BAKN-DPR RI | 146

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

a. Kementerian Pendidikan Nasional Meminta agar Menteri pendidikan untuk : a) Memperbaiki Laporan Keuangannya karena dalam beberapa tahun terakhir BPK memberikan peilaian Disclaimer (Tidak Memberikan Pendapat) dan menindak pejabat-pejabat yang bertanggungjawab terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan sehingga menimbulkan potensi kerugian negara sbb. : PNBP/pungutan kementerian/lembaga (KL) yang tidak disetorkan ke Kas Negara, tidak dilaporkan dan digunakan langsung tanpa melalui mekanisme APBN sebesar Rp25.833.675.795,00. Penerimaan Jasa Giro Sebesar Rp501.647.165,26 dan Pendapatan Sebesar Rp832.535.048,00 Terlambat Diterima Hibah uang senilai Rp750.000.000,00 belum dicatat dan barang milik negara yang bersumber dari hibah Pemprov Lampung senilai Rp4.741.570.850,00 belum diproses hibah kepada DJPU. Realisasi belanja negara senilai Rp130.526.000,00 berindikasi fiktif. Pengadaan barang/jasa pada tiga satker di lingkungan Kemdiknas tidak selesai dilaksanakan senilai Rp55.918.902.000,00. Kekurangan volume pekerjaan sebesar Rp1.696.627.185,30 pada pekerjaan pengadaan barang dan/atau jasa di lingkungan Kemdiknas Kelebihan Pembayaran Pengadaan Barang dan Jasa Sebesar Rp1.262.028.978,99. Pembayaran ganda atas belanja honorarium dan perjalanan dinas pada satker di lingkungan Kemdiknas sebesar Rp4.712.843.500,00 berindikasi kerugian negara dan sebesar Rp13.790.767.262,00 serta USD61.748,66 tidak diyakini kewajarannya. Pelaksanaan Belanja Negara pada Satker di Lingkungan Kemdiknas Tidak Sesuai Ketentuan Sebesar Rp7.794.141.685,00 Penyusunan HPS Lebih Tinggi dari Harga Pasar/Wajar Senilai Rp306.776.580,00 Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan belum dikenakan dan belum disetor ke kas negara sebesar Rp5.291.951.393,85 Instansi/Lembaga/Perorangan Penerima Bantuan Sosial Belum MenyampaikanLaporan Pertanggungjawaban Penggunaan Dana Bantuan. Sisa dana bantuan sosial yang tidak tersalurkan (mengendap di pihak ketiga) belum disetor ke kas negara senilai Rp69.330.450.472,80 Penyaluran Bantuan Sosial Tidak Sesuai Peruntukannya atau Tidak Tepat Sasaran Senilai Rp438.672.367,00 Pembayaran Belanja Bantuan Sosial pada Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Kopertis Wilayah VII Jawa Timur dan Politeknik Negeri Malang Melebihi Standar yang Ditetapkan Pertanggungjawaban Belanja Senilai Rp5.407.449.694,00 Tidak Lengkap Tunjangan Profesi dan Tagihan Beasiswa Tahun 2010 Kurang Dibayar Sebesar Rp61.962.353.817,00 dan Rp17.871.200.000,00 Belanja Bantuan Sosial di Lingkungan Kemdiknas Belum Disalurkan Sebesar Rp2.939.545.200,00 Harga Eceran Tertinggi atas Buku Teks Pelajaran Hasil Pengalihan Hak Cipta Belum Ditetapkan Sehingga Tidak Dapat Dimanfaatkan dan Berpotensi Pemborosan Sebesar Rp50.883.300.000,00 BAKN-DPR RI | 147

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Kementerian Pendidikan Nasional Menggunakan Rekening yang Tidak Memiliki Ijin Kementerian Keuangan Sebanyak 43 Rekening dengan Saldo per 31 Desember 2010 sebesar Rp26.438.107.089,00 Kerjasama Pemanfaatan Aset dengan Pihak Ketiga Tidak Memiliki Perikatan yang Jelas dan Tidak Memberikan Kontribusi Kepada Penerimaan Negara Kerjasama Unesa dan Unila dengan Yayasan Pembina Unesa dan Unila Tanpa Dasar Perikatan dan Belum Memberikan Kontribusi Penghapusan Aset Negara Tanpa Persetujuan Menteri Keuangan Tanah Milik Kemdiknas Belum Bersertifikat Seluas 2.613.942 m2 dan Dimanfaatkan oleh Pihak Lain Tanpa Kerjasama yang Memadai Pemanfaatan Aset Tanah Seluas 198.843 m2 Senilai Rp137.079.171.000,00 dan Gedung dan Bangunan Seluas 3.807 m2 Senilai Rp2.931.841.000,00 Milik Universitas Negeri Malang oleh Sekolah Negeri Berpotensi Terjadi Sengketa BMN Kemdiknas Hasil Pengadaan Tahun 2010 Belum Dimanfaatkan Tukar Menukar Aset Negara Antara Unhas dan Kodam VII Wirabuana Tidak Mengacu pada Prinsip Seimbang.

b) Mempertanggungjawabkan subsidi Tunjangan Profesi sebesar Rp.3.224.840.200,00. c) Mempertanggungjawabkan pembayaran ganda dana subsidi tunjangan guru tahun 2009 sebesar Rp.3.539.323.310,00 dan tahun 2010 sebesar Rp.616.399.851,00. d) Mempertanggungjawabkan 210 guru yang telah lulus sertifikat tetapi tidak memenuhi persyaratan. b. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Meminta Menteri Kebudayaan dan Pariwisata untuk meyempurnakan pencatatan persediaan di Laporan Keuangan sebesar Rp18.152.944.711,00 karena Nilai tersebut tidak dapat diyakini kewajarannya. c. Kementerian Pemuda dan Olahraga Meminta agar Menpora untuk mempertanggungjawabkan penyaluran bantuan block grant sebesar Rp4.235.498.239,00. d. Perpustakaan Nasional Menyelesaikan Inventarisasi dan revaluasi asset aset tetap Perpustakaan masingmasing sebesar Rp213.994,48 juta untuk tahun 2009 dan Rp32.578,89 juta tahun 2010.

11) MITRA KERJA KOMISI XI BAKN telah melakukan rapat konsultasi pembahasan dan pendalaman dengan BPK RI dan merekomendasikan sebagai berikut: a. Kementerian Keuangan Meminta agar Menteri Keuangan untuk : a) menyempurnakan pencatatan penerimaan pajak yang akuntabel sehingga bisa diyakini kebenaran jumlah penerimaan pajak yang sebenarnya. BAKN-DPR RI | 148

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Menggunakan dokumen yang sesuai dengan UU PBB dalam menagih PBB Migas sehingga penerimaan PBB Migas senilai Rp19,29 triliun mempunyai dasar hukum yang benar. b. Kementerian Pembangunan dan Perencanaan Nasional/Bappenas Meminta Menteri PPN/Kepala Bappenas menyelesaikan asset-aset kementerian senilai Rp2.199,14 juta karena tidak bisa ditelesuri kewajarannya. c. Badan Pusat Statistik Meminta Kepala BPS menyelesaikan pencatatan bukti-bukti kepemilikan dan asset BPS sebesar Rp 4,09 miliar. d. Bank Indonesia Meminta Gubernur BI untuk : a) Menyelesaikan ketidakjelasan jumlah pelunasan obligasi Pemerintah sebesar Rp 126,7 triliun b) Menyelesaikan biaya percetakan uang dengan Perum Peruri sebesar Rp1,52 triliun c) Menyelesaikan deficit dana Pensiun dengan saham PT IPI sebesar Rp147.560,72 juta e. Lembaga Penjamin Simpanan Meminta kepala LPS menyelesaikan masalah penyertaan modal sementara pada Bank Mutiara Tbk sebesar Rp. 6,762 triliun Bendahara Umum Nasional Meminta Menteri Keuangan sebagai Bendaharawan Umum Nasional menyelesaikan dan menyempurnaan Laporan Keuangan BUN terutama : a) PPN ditanggung pemerintah senilai Rp 11,28 triliun b) PBB Migas sebesar 19,30 triliun c) Pembatalan Pajak seniali Rp3,39 triliun d) Uang muka rekening BUN senilai Rp1,88 triliun Khusus untuk Anggaran 999.01, 999.02, 999.03, 999.04, 999.05, 999.07, 999.08 diminta Menteri Keuangan memperbaiki dan menyempurnakan Sistem Pengendalian Intern karena pencatatan dan pembukuan tidak didukung dengan bukti-bukti yang sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan perlu kiranya Menteri Keuangan memberi perhatian khusus terhadap masalah-masalah ini untuk mencegah terjadi masalah yang berulang kali, antara lain: a) Notice of Disbursement sebesar Rp428,58 miliar b) Pendapatan Hibah sebesar Rp863,43 miliar c) Pengembalian Pinjaman di muka sebesar Rp33,97 miliar dan saldo awal RDI/RPD/SLA sebesar Rp1,63 triliun d) Penerimaan pembayaran angsuran pokok dan pendapatan bunga sebesar Rp794,77 miliar e) Penyelesaian PPN ditanggung Pemerintah sebesar Rp1,28 triliun

b)

f.

g.

Perlu kami sampaikan bahwa apabila dalam 14 (empat belas) hari kerja Komisi XI tidak menindaklanjuti, maka BAKN akan menindaklanjuti dengan Kementerian dan Lembaga terkait, hal ini sesuai dengan Keputusan Pimpinan DPR RI Nomor 07A/DPR RI/IV/2010-2011 Tentang Tata Kerja BAKN DPR RI. Dan apabila Komisi telah menindaklanjuti, mohon kiranya menginformasikan atau memberitahukan kepada BAKN.

BAKN-DPR RI | 149

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

B. KOORDINASI BAKN DENGAN KOMISI DAN ALAT KELENGKAPAN DPR RI Sebagaimana yang dikemukakan dalam UU No. 27 Tahun 2009 Pasal 113, yaitu : - dalam ayat (1) huruf c, bahwa BAKN bertugas menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK atas permintaan komisi, selanjutnya - dalam ayat (3) bahwa BAKN dapat mengusulkan kepada komisi agar BPK melakukan pemeriksaan lanjutan. Sejak periode semester II tahun 2009 sampai dengan semester II tahun 2010, setelah hasil telaahan BAKN disampaikan kepada komisi, koordinasi dengan komisi sebagaimana yang diamanatkan dalam undang-undang tersebut sebagian besar belum terlaksana, antara lain : - Komisi belum pernah meminta kepada BAKN untuk menindak lanjuti hasil pembahasan komisi, - Belum pernah BAKN mengusulkan kepada komisi agar BPK melakukan pemeriksaan lanjutan. Koordinasi yang selama ini dilakukan hanya berupa : - Penyampaian Memo dari BAKN kepada Komisi atas hasil telaahan BAKN atas temuan hasil pemeriksaan BPK RI. - Penyampaian Memo dari Komisi kepada BAKN atas hasil tindak lanjut yang telah dilakukan oleh beberapa Mitra Kerja Komisi berdasarkan Rapet Kerja yang telah dilakukan Komisi dengan Mitra Kerjanya.

C. KUNJUNGAN KERJA DAN RAPAT DENGAR PENDAPAT (RDP) BAKN DPR RI Sejalan dengan amanat Pasal 113 UU No.27 Tahun 2009 Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, serta Pasal 70 Peraturan DPR RI No.01/DPR RI/I/2009-2010 berikut Lampiran Keputusan DPR RI No.07A/DPR RI/IV/2010-2011, sampai dengan bulan November 2011 BAKN telah melaksanakan Kunjungan Kerja dan sekaligus Rapat Dengar Pendapat (RDP) yang merupakan upaya pendalaman materi dan tindak lanjut atas hasil telaahan atas Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI, dan yang telah disampaikan kepada Komisi. Kunjungan Kerja dan Rapat Dengar Pendapat tersebut dimaksudkan untuk meminta tanggapan dan komentar langsung dari pihak-pihak terkait untuk memperoleh informasi yang akurat yang akan digunakan sebagai bahan analisis guna mendapatkan rekomendasi yang akuntabel. 1. Kunjungan Kerja dan Rapat Dengar Pendapat ke Provinsi Jawa Barat Kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 16 s.d 19 Desember 2009 yang di ikuti oleh sebanyak 12 orang yang terdiri dari : 8 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Dalam kunjungan kerja tersebut juga sekaligus dilakukan pertemuan dan Rapat Dengar Pendapat dengan Gubernur, Muspida, DPRD, Kapolda, Perwakilan BPK Provinsi Jawa Barat , Irwilprov., serta Instansi terkait. Pemerintah Daerah yang dikunjungi adalah: a. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat b. Pemerintah Daerah Kota Bandung c. Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung Dalam Kunjungan Kerja tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Kunjungan kerja BAKN Masa Persidangan I Tahun Sidang 2009-2010 dalam rangka penguatan kelembagaan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR RI dan menjelaskan ruang lingkup tugas BAKN DPR RI dan diharapkan dapat bermanfaat untuk Pemda Jawa Barat. BAKN-DPR RI | 150

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

b. Berdasarkan UU 27 tentang MD.3 Pasal 353 ayat 1 huruf g antara lain berbunyi Alat kelengkapan DPRD Kabupaten kota terdiri dari Pimpinan, Badan Musyawarah, Komisi, Badan Legislasi Daerah, Badan Anggaran, Badan Kehormatan dan yang paling penting disebutkan alat kelengkapan lain yang diperlukan dan dibentuk dalam Rapat Paripurna. c. Didaerah banyak sekali terjadi kebocoran yang disebabkan oleh pelanggaran administrasi yaitu sistem dan prosedur, dan pelanggaran terhadap undang undang yang implikasinya pidana. Pelanggaran terhadap undang undang terjadi karena tidak ada sistem dan prosedurnya. Daerah diharapkan memperbaiki sistem dan prosedur. d. Asset daerah ada tetapi dokumen hukumnya tidak ada sehingga hal ini diangkat terus oleh BPK. Dan harus ada terobosan untuk mengamankan asset daerah secara hukum. e. BPK dan BPKP ada kerja overlap yang dapat mengganggu kerja pemda. Mungkin ada baiknya BPK membuat potret terhadap keuangan daerah, BPKP melaksanakan audit untuk melihat azas manfaat daripada melihat pemanfaatan keuangan. f. Di daerah sering terjadi permasalahan yang overlaping. Basis dari keuangan adalah sistem, yang merupakan kesepakatan didalam pelaku-pelaku keuangan siapa yang bertanggung jawab in out keuangan. g. BPKP adalah internal kontrol pemerintah dalam mengawal sistem yang diterapkan pemerintah. BPK adalah auditing atau pemeriksa yang dilakukan sesuai dengan sistem. Penyimpangan itu terjadi umumnya bila sesuatu hal atau subyek diintervensi oleh suatu kepentingan pihak. h. BAKN akan menindak lanjuti temuan BPK, fungsi BAKN nanti menjadi tulang punggung legislatif apakah itu di pusat, provinsi maupun kabupaten. Target kita mudah-mudahan periode besok seluruh provinsi sudah ada BAKNnya. i. Mengenai tumpang tindih aturan itu, melalui Komisi XI sudah mengajukan prioritas amandemen Undang Undang 17, otonomi pengelolaan keuangan jangan lagi dikuasai Departemen keuangan. j. Masalah asset, Departemen Keuangan pun belum beres, seharusnya sebuah kantor apakah itu kantor Gubernur, Bupati memiliki safety boks yang besar untuk keamanan surat-surat berharga. Untuk lima tahun kedepan setiap instansi punya neraca awal. 2. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Sumatera Utara Kunjungan kerja ke Sumatera Utara dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 25 April 2010. Dalam kunjungan kerja ini dilakukan pertemuan dan sekaligus RDP dengan Gubernur dan Pemda setempat, Muspida, DPRD, Kapolda, BPK Perwakilan Sumatera Utara, BPKP Perwakilan Sumatera Utara, Itwil Prov/Kab/Kota dan instansi terkait. Kunjungan kerja ini diikuti sebanyak 11 orang yang terdiri dari : 7 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah yang dikunjungi adalah: a. Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara b. Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli c. Pemerintah Daerah Kota Binjai Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara 1) Hati-hati dengan angka-angka temuan audit yang dipublikasi di Hapsem, karena bisa menimbulkan bermacam interpretasi oleh masyarakat. 2) Diperlukan forum untuk klarifikasi atas tindaklanjut hasil audit, agar tidak berulang terjadi temuan yang sama dan agar tidak berlarut-larut. 3) Diperlukan tinjauan aspek teknis dalam angka-angka temuan audit, bisa jadi dalam pandangan teknis pekerjaan temuan audit bukan permasalahan. BAKN-DPR RI | 151

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

4) Diperlukan perhatian besar terhadap pengelolaan aset, kas daerah yang lebih akuntabel dan pengelolaan dokumen Negara yang lebih baik. b. Pemerintah Daerah Kabupaten Tapanuli 1) Dari 5 (lima) temuan pemeriksaan BPK RI, Kabupaten Tapanuli Tengah telah melakukan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi BPK. 2) Opini pemeriksaan BPK atas LKPD Tapanuli Tengah adalah Wajar Dengan Pengecualian (WDP). Hal yang dikecualikan adalah Revaluasi Aset. Saat ini Kabupaten Tapanuli Tengah menggunakan konsultan untuk Revaluasi Aset agar sesuai dengan ketentuan akuntansi. 3) Untuk lebih meningkatkan akuntabilitas keuangan daerah, Kabupaten Tapanuli Tengah disarankan untuk mendirikan Panitia Akuntabilitas Keuangan Daerah (PAKD), konsep pendiriannya telah dimulai oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. c. Pemerintah Daerah Kota Binjai 1) Diharapkan pemerintah daerah lebih berhati-hati dalam pengelolaan keuangan daerah dengan lebih mengedepankan akuntabilitas dalam penggunaan keuangan negara. Jangan berspekulasi dalam celah-celah ketentuan perundang-undangan yang multi tafsir, karena hal itu hanya akan menimbulakan masalah di masa yang akan datang. 2) Dalam rangka menciptakan good government dan clean government, diharapkan pemerintah daerah dapat menciptakan sistem pengendalian internal yang dapat mencegah penyimpangan keuangan dalam pengadaan barang daerah 3) Diperlukan pengelolaan dan revaluasi aset daerah yang lebih baik di masa yang akan datang, agar opini pemeriksaan wajar tanpa pengecualian (WTP) dapat diperoleh di Kota Binjai. 4) Diperlukan upaya penyelesaian yang lebih baik atas temuan-temuan BPK menyangkut honorarium, listrik, dll di DPRD karena terjadinya perubahan aturan perundang-undangan. 3. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Kalimantan Barat Kunjungan kerja BAKN ke Provinsi Kalimantan Barat dilaksanakan pada tanggal 13 s.d. 16 Juni 2010. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan Pemerintah Daerah setempat, DPRD, Perwakilan BPK RI, Perwakilan BPKP, dan Bawasda. Kunjungan kerja tersebut diikuti oleh sebanyak 13 orang yang terdiri dari : 9 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Diperlukan forum untuk klarifikasi atas tindaklanjut hasil audit, agar tidak berulang terjadi temuan yang sama dan agar tidak berlarut-larut. b. Diperlukan tinjauan aspek teknis dalam angka-angka hasil temuan audit BPK, karena bisa saja terjadi dalam pandangan teknis pekerjaan hasil temuan audit BPK bukan permasalahan; c. Diperlukan pengelolaan dan revaluasi aset daerah yang lebih baik di masa yang akan datang, sehingga permasalahan aset daerah tidak menjadi penghambat penilaian opini pemeriksaan wajar tanpa pengecualian (WTP); d. Diperlukan pengelolaan kas daerah lebih akuntabel pengelolaan dokumen yang lebih baik; e. Untuk lebih meningkatkan akuntabilitas keuangan daerah, disarankan untuk membentuk Panitia Akuntabilitas Keuangan Daerah (PAKD), konsep pendiriannya telah dimulai oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta. BAKN-DPR RI | 152

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

f. Dalam rangka menciptakan good government dan clean government diharapkan pemerintah daerah dapat menciptakan sistem pengendalian internal yang dapat mencegah penyimpangan keuangan dalam pengadaan barang daerah. 4. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Jawa Timur Kunjungan kerja ke Jawa Timur dilaksanakan pada tanggal 27 sampai dengan 30 Juni 2010. Dalam kunjungan kerja ini dilakukan pertemuan dan Rapat Dengar Pendapat dengan Gubernur, Muspida, DPRD, Kapolda, Pemerintah Daerah setempat, BPK Perwakilan Jawa Timur, BPKP Perwakilan Jawa Timur, Itwil Prov/Kab. Yang mengikuti kunjungan kerja adalah sebanyak 13 orang yang terdiri dari : 9 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah dan instansi yang dikunjungi adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur b. Pemerintah Daerah Kabupaten Malang c. Perwakilan BPK di Provinsi Jawa Timur d. Kejaksaan Tinggi Jawa Timur e. Direksi Bank Jatim. Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Timur Antara lain : 1) Terdapat perbedaan persepsi penganggaran dimana belanja yang tidak menambah nilai aset dianggarkan pada belanja modal, seharusnya kegiatan tersebut dianggarkan pada belanja barang dan jasa; 2) Pengeluaran biaya narasumber menambah beban pada kegiatan reses anggota DPRD sebesar Rp2.048.000.000,00 sehingga bertentangan dengan ketentuan yang berlaku; 3) Pengadaan obat-obatan dan bahan kimia/laboratorium pada Sekretariat DPRD dipecah beberapa paket kegiatan sehingga tidak sesuai ketentuan yang berlaku dan tidak diperoleh harga yang bersaing. Hal ini disebabkan pengadaan obat-obatan dan bahan kimia/laboratorium di Sekretariat DPRD Jawa Timur dilaksanakan sesuai kebutuhan dan berdasarkan anggaran per triwulan sehingga terkesan dipecah dalam beberapa paket kegiatan. b. Pemerintah Daerah Kabupaten Malang 1) Penerimaan Pajak Hiburan kurang diterima sebesar Rp.285.934.110,00 , hal ini disebabkan Kelalaian seksi pajak yang tidak menggunakan hasil pemantauan lapangan yang dilakukan oleh UPTD dalam memeriksa kelengkapan dan kebenaran SPTPD yang diisi oleh wajib pajak. 2) Pemungutan retribusi atas izin hak pakai ruangan pasar belum optimal , hal ini disebabkan kesengajaan dari pemakai kios, bedak dan los yang tidak mengurus izin hak pakai ruangan pasar, dan Unit Pengelolaan Pasar Daerah (UPPD) kurang optimal dalam melakukan pengelolaan pasar. 3) Pembayaran retribusi pelayanan Pasar sistem bulanan sebesar Rp.2.819.928.419,00 tidak sesuai dengan Peraturan Daerah 4) Retribusi Pelayanan Pasar dan Retribusi Pelayanan Perijinan Bidang Kesehatan terlambat disetor ke Kas Daerah 5) Pendapatan dari Klaim Askes tahun 2009 belum diterima sebesar Rp. 1,535.913.182,00 dan Pengajuan Klaim Kepada PT. Askes (Persero) Cabang Malang terlambat.

BAKN-DPR RI | 153

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

6) Penerimaan daerah dari Klaim Kapitasi dan Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP) Askes TA 2008 dan 2009 sebesar Rp. 1.890.127.000,00 tidak disetorkan ke Kas Daerah dan digunakan langsung oleh Dinas Kesehatan dan Puskesmas. 7) Pendapatan obat pada Instalasi Farmasi RSUD Kanjuruhan Malang TA 2008 dan 2009 sebesar Rp.114.319.300,00 tidak didukung Perda dan disetor secara Netto ke Bendahara RSUD.

c. Pertemuan dengan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur beserta jajarannya a. Beberapa Kerjaan di Lingkungan KEJATI Jawa Timur belum menyelesaikan masalah uang titipan dan sisa uang titipan denda uang pada BRI (Bank Rakyat Indonesia) wilayah Jawa Timur senilai Rp. 1.835.808.561,36,b. Terdapat barang bukti yang dikembalikan kepada pemilik dan belum diambil serta barang bukti yang tidak tercantum dalam putusan Pengadiian pada Kejaksaan Negeri Kediri belum diselesaikan sesuai ketentuan c. Pengelolaan barang bukti berupa uang tidak sesuai ketentuan dan basil eksekusi uang pengganti tidak segera disetorkan kepada pihak yang berhak. d. Terdapat kelebihan perhitungan harga satuan sebesar Rp. 32.498.500, -dan perhitungan biaya yang tidak dapat diniali kewajarannya sebesar Rp. 708.822.750,dalam kotrak pelaksanaan pembangunan gedung kntor tahap II Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. 5. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Kepulauan Riau Kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Riau dilaksanakan pada tanggal 1 s.d 4 September 2010. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan pertemuan dan RDP dengan Gubernur, Muspida, DPRD, Bupati, Walikota, BPK Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau, BPKP Perwakilan Kepulauan Riau, Itwil Prov/Kab, Badan Pengusahaan Batam. Kunjungan kerja ini diikuti oleh 10 orang yang terdiri dari : 6 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah dan instansi yang dikunjungi adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau b. Pemerintah Kota Batam c. Badan Pengusahaan Batam Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Riau 5) Perlu kerjasama dengan BPN untuk memberikan catatan atas asset-asset properti yang diperlukan untuk sertifikasi aset pemerintah daerah harus sudah disepakati bersama antara BPN dengan Pemda yang nantinya akan mendapat persetujuan dari DPRD. 6) Perlu dipikirkan untuk memanfaatkan jasa appraisal pemerintah atau swasta untuk menaksir nilai asset, sehingga akan mempermudah pembuatan neraca pemerintah daerah. 7) Perlu ditingkatkan kemampuan SDM di dalam pengelolaan Sistem informasi akuntasi, sehingga akan dapat mempermudah pemanfaatan dan efektivitas asset-asset yang dimiliki oleh Pemda. 8) Dalam membuat laporan keuangan, perlu segera dipikirkan mekanisme peningkatan sumberdaya manusia dalam pengelolaan keuangan daerah dan terobosan ini dapat dilakukan dengan pemanfaatan kemampuan yang dimiliki oleh BPKP atau mengirimkan tenaga pengelolaan keuangan daerah di Balai Diklat Depkeu untuk di didik sebagai sebuah alternatif. BAKN-DPR RI | 154

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

9) Dalam kondisi pengelolaan keuangan masih belum sempurna, pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dapat dijadikan sebagai sebuah pelajaran dan pembelajaran untuk tetap meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan keuangan daerah yang lebih baik lagi. b. Pemerintah Daerah Kota Batam 1) Terdapat 755 rekening dengan total dana sebesar Rp.260.015.282,67 pada Pemerintah Kota Batam yang tidak tercatat dalam laporan keuangan Pemda Kota Batam. 2) Terdapat piutang macet yang merupakan dana bergulir yang dikelola oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pasar, koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (PMPKUKM) Kota Batam sebesar Rp.6.136.586.656,00. Berdasarkan hasil pemantauan BPK Batam, belum dilaksanakan tindaklanjutnya. 3) Realisasi belanja modal pembangunan ruang kelas baru tidak sesuai dengan prestasi fisik sebesar Rp.34.700.700,00 dan terdapat fisik pekerjaan yang tidak sesuai kontrak sebesar Rp.9.148.661,70 serta kurang dikenakan denda sebesar Rp.12.254.694,00. Berdasarkan hasil pemantauan BPK Batam, belum dilaksanakan tindaklanjutnya 4) Pelaksanaan fisik pekerjaan pembangunan unit sekolah baru SDN Taman Lestari tidak sesuai dengan kontrak sebesar Rp.42.949.348,50. Berdasarkan hasil pemantauan tindaklanjut oleh BPK Batam: Berdasarkan hasil pemantauan BPK Batam, belum dilaksanakan tindaklanjutnya 5) Kerjasama operasi pengelolaan Pasar Induk Jodoh dengan PT Golden Tirta Asia (GTA) tidak menguntungkan. - Profit sharing yang masih belum dibayarkan oleh PT GTA minimal sebesar Rp.24.295.173,05 - PT GTA belum menyerahkan bank garansi sebesar Rp.500.000.000,00. 6) Tunjangan komunikasi intensif dan dana operasional bagi pimpinan dan anggota DPRD Kota Batam sebesar Rp.2.328.593.000,00, dari sejumlah Rp.2.765.167.000,00, belum disetor ke kas umum daerah termasuk tunjangan komunikasi intensif 7 anggota DPRD yang berhenti karena PAW sebesar Rp.404.802.000,00 c. Badan Pengusahaan Batam (BP Batam) 1) Pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan belum sepenuhnya sesuai dengan rekomendasi hasil pemeriksaan, sehingga sangat diperlukan konsultasi yang lebih intensif dengan BPK dalam melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan. 2) Adanya temuan-temuan yang berulang sehingga perlu sanksi yang lebih tegas agar hal tersebut tidak terulang kembali. 3) Penyusunan laporan keuangan belum sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga kemampuan SDM perlu ditingkatkan, dimungkinkan juga bekerjasama dengan BPKP untuk mendidik SDM bidang keuangan publik. 4) Sistem pelaporan administrasi pertanahan yang belum optimal. Hal ini diperbaiki dengan sistem online, SOP yang tegas dan jelas. 5) Perlu ada perhatian khusus terhadap pelaporan penerimaan dari pengelolaan Otorita Batam sangat disayangkan bahwa Otorita Batam yang diharapkan menjadi tujuan investasi utama namun belum terkelola dengan baik. 6) Perlu inventarisasi keunggulan-keunggulan dan kendala-kendala yang dimiliki dalam pengembangan Otorita Batam, sehingga Batam kembali menjadi kawasan penuh harapan. 6. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Sulawesi Utara Kunjungan kerja ke Sulawesi Utara dilaksanakan pada tanggal 1 s.d 4 Desember 2010. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan Gubernur, Muspida, DPRD, Kapolda, BAKN-DPR RI | 155

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, Perwakilan BPK RI, Bawasda, Itwilprov, Itwilkab serta Perwakilan BPKP. Yang mengikuti kunjungan kerja adalah sebanyak 11 orang yang terdiri dari : 7 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara; b. Pemerintah Daerah Kabupaten Minahasa; c. Pemerintah Daerah Kota Manado. Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemda Propinsi Sulawesi Utara diharapkan lebih berhati-hati dalam setiap penggunaan dana APBD, agar tidak menimbulkan persoalan hukum dikemudian hari. Setiap rupiah penggunaan dana APBD harus dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. b. Pemda Provinsi Sulawesi Utara diharapkan lebih serius dalam inventarisasi dan penilaian aset tetap yang dimiliki. Penguasaan pihak ketiga atas aset-aset pemerintah daerah dan berpindahnya secara hukum penguasaan atas aset daerah dikemudian hari dapat dihindari. c. Pemda Propinsi Sulawesi Utara diharapkan lebih serius dalam menindaklanjuti temuan-temuan audit BPK dan segera mengambil langkah-langkah strategis atas temuan-temuan audit tersebut. Sehingga penyelesaian atas temuan-temuan audit tersebut tidak berlarut-larut dan tidak terjadi pengulangan di masa yang akan datang. d. Diperlukan kerja sama yang kuat antara Pemda Propinsi Sulawesi Utara dengan BPK Propinsi SULUT dan BPKP, agar pengelolaan keuangan daerah semakin transparan dan akuntabel dimasa yang akan datang; e. Pemda Kabupaten Minahasa diharapkan lebih hati-hati dalam proses administrasi atas penerimaan daerah. Sehingga kesalahan administrasi, pencatatan dan pelaporan atas pendapatan daerah dapat dihindari dimasa yang akan datang. f. Pemda Kabupaten Minahasa diharapkan lebih proaktif dan kreatif dalam pemungutan pendapatan daearah baik dari pajak maupun distribusi daerah. Dengan hal ini seluruh potensi penerimaan pajak dan restribusi daerah di Kabupaten Minahasa dapat di optimalkan penerimaannya. g. Diperlukan kerja sama yang kuat antara Pemda Kabupaten Minahasa dengan BPK Propinsi SULUT dan BPKP, agar pengelolaan keuangan daerah semakin transparan dan akuntabel dimasa yang akan datang. h. Badan Akuntabilitas Keuangan Negara DPR RI memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemda Kota Manado atas baiknya pengelolaan keuangan daerah dari Kota Manado. Diharapkan dimasa yang akan datang Pemda Kota Manado dapat lebih meningkatkan transparansi dan akuntabiltas dalam pengelolaan keuangan daerah. i. Pemda Kota Manado diharapkan lebih serius dalam inventarisasi dan penilaian aset tetap yang dimiliki. Penguasaan pihak ketiga atas aset-aset pemerintah daerah dan berpindahnya secara hukum penguasaan atas aset daerah dikemudian hari dapat dihindari. 7. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Bangka Belitung Kunjungan kerja ke Provinsi Bangka Belitung dilaksanakan pada tanggal 23 sampai dengan 25 Februari 2011. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan Gubernur, Muspida, Ketua DPRD, Kapolda, DPRD, Pemerintah Daerah setempat, BPK Perwakilan Daerah, BPKP Perwakilan Daerah., Itwil Prov/Bak/Kota. Yang mengikuti kunjungan kerja BAKN-DPR RI | 156

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

adalah sebanyak 11 orang yang terdiri dari : 7 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah dan instansi yang dikunjungi adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Bangka Belitung b. Pemerintah Daerah Kota Pangkal Pinang c. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Bangka Belitung 1) Pemda Prov. Babel telah mengambil langkah-langkah dan tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK, namun masih diperlukan tindakan-tindakan pencegahan terjadinya kembali permasalahan yang sama untuk masa yang akan datang. 2) Peningkatan pengawasan untuk penggunaan dana bantuan/ Hibah dan membuat pertanggungjawaban penggunaan bantuan atau hibah tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3) Perlu peningkatan penertiban aset-aset milik pemerintah baik tertib penggunaan maupun tertib administrasi. 4) Perlu peningkatan SDM yang mengelola keuangan negara sehingga dapat menyusun satu laporan keuangan yang akuntabel. b. Pemerintah Daerah Kota Pangkal Pinang 1) Pemerintah Kota Pangkal Pinang telah melakukan tindaklanjut rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK, namun yang lebih penting lagi Pemerintah Kota Pangkalpinang mencegah terjadinya kembali masalah yang sama dimasa yang akan datang. 2) Pemerintah Kota Pangkalpinang diharapkan dapat menyelesaikan kelengkapan bukti kepemilikan aset-aset pemerintah, sehingga Laporan Keuangan Tahun yang akan datang dapat diyakini keberadaannya. 3) Perlunya seluruh SKPD menyelenggarakan pembukuan secara tertib dan meningkatkan kemampuan SDM yang mengelola keuangan. 4) Perlunya meningkatkan fungsi pengawasan internal dilingkungan Pemda, untuk mencegah terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan negara. Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka 1) Pemerintah Kabupaten Bangka telah menindaklanjuti hasil rekomendasi BPK, namun masih terdapat beberapa temuan yang sedang ditindaklanjuti diharapkan Pemda kab. Bangka lebih meningkatkan pengawasan Internal untuk mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan keuangan negara. 2) Masih terdapat beberapa pengeluaran-pengeluaran belanja yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku diharpkan Pemda Kab. Bangka memperhatikan dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum yang berakhir kepada tindak pidana korupsi. 3) Masih banyak terdapat kesalahan-kesalahan administarasi dalam pencatatan dan akuntansi sehingga laporan keuangan Pemda Kab. Bangka masih belum dapat diyakini kebenarannya. Oleh karena itu perlu meningkatkan kemampuan SDM yang mengelola Keuangan Negara. 4) Pengelolaan dana hibah masih harus menjadi perhatian, untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan dana tsb.

c.

BAKN-DPR RI | 157

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

8. Kunjungan BAKN ke Provinsi Kalimantan Tengah Kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Tengah dilaksanakan pada tanggal 4 sampai dengan 7 April 2011. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan Gubernur, Muspida, DPRD, Kapolda, Pemda setempat, BPK Perwakilan Daerah, BPKP Perwakilan Daerah., Itwil Prov/Bak/Kota. Yang mengikuti kunjungan kerja adalah sebanyak 12 orang yang terdiri dari : 8 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah yang dikunjungi adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah. b. Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan. c. Pemerintah Daerah Kabupaten Pulang Pisau. d. Pemerintah Daerah Kota Palangkaraya. Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah 1) Melihat kepada hasil opini audit BPK atas Provinsi Kalteng beberapa tahun terakhir adalah Tidak Wajar, BAKN DPR RI mengharapkan semua pihak terutama SKPDSKPD di lingkungan Pemda Provinsi Kalimantan Tengah agar lebih bersungguhsungguh dalam memperbaiki Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah, sehingga akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah di Kalteng dapat ditingkatkan dimasa yang akan datang. 2) Terkait dengan banyaknya temuan audit BPK terkait Aset Daerah di Provinsi Kalimantan Tengah, BAKN DPR RI mengharapkan kesungguhan SKPD-SKPD untuk sesegera mungkin menyelesaikan Inventarisasi dan Penilaian Aset Daerah. Kerja sama yang baik antara SKPD, BPKP dan BPK dapat mendorong penyelesaian berbagai kasus-kasus aset daerah di provinsi Kalteng. 3) Berkaitan dengan banyaknya temuan audit BPK yang belum ditindaklanjuti oleh Pemda Provinsi Kalimantan Tengah atau sudah ditindaklanjuti tapi belum sesuai dengan yang di rekomendasi oleh BPK, BAKN DPR RI memberikan apresiasi kepada Gubernur Kalteng yang telah menyiapkan Action Plan untuk penyelesaian tindak lanjut tersebut. Kemudian BAKN DPR RI mengharapkan komitmen penuh dari seluruh SKPD untuk menjabarkan action Plan yang telah disiapkan oleh gubernur kedalam tindakan-tindakan nyata, sehingga penyelesaian atas temuan audit BPK tidak berlarut-larut dan dapat segera diselesaikan. 4) Dalam rangka percepatan dalam perbaikan sistem pengelolaan keuangan daerah di Pemda Provinsi Kalimantan Tengah, BAKN mengharapkan adanya upaya peningkatan kapasitas SDM bagi SKPD-SKPD di lingkungan Pemda Provinsi Kalimantan Tengah, terutama pemahaman atas berbagai peraturan perundangundangan tentang keuangan Negara/Daerah dan sistem dan prosedur Akuntansi Keuangan daerah, sehingga kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan keuangan daerah tidak terjadi lagi dimasa yang akan datang. b. Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan 1) BAKN DPR RI memberikan apresiasi kepada Pemda Kabupaten Katingan, sebagai satu dari dua Kabupaten di Kalteng yang memperoleh Opini Audit WDP. BAKN DPR RI mengharapkan kerja keras lagi, terutama SKPD-SKPD di lingkungan Kabupaten Katengan, agar Opini Audit BPIK dapat ditingkatkan lagi dimasa yang akan datang menjadi WTP. 2) BAKN DPR RI mengharapkan kerjasama dan koordinasi yang lebih intensif antara Pemda Kabupaten Katingan, BPKP dan BPK. Dengan kerjasama yang baik, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dapat ditingkatkan, sekaligus masalahmasalah internal seperti kurangnya SDM akan dapat diatasi. BAKN-DPR RI | 158

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

3) BAKN mengharapkan Pemda Kabupaten Katingan untuk sesegera mungkin melakukan inventarisasi dan penilaian atas aset-aset daerah, sehingga persoalan aset daerah di masa yang akan datang tidak menimbulkan masalah serius dan mempengaruhi opini audit BPK. 4) BAKN DPR RI mengharapkan Pemda Kabupaten Katingan, kedepannya lebih berhati-hati dalam menggunakan keuangan negara. Kesalahan yang dilakukan akan dapat menyebabkan pelanggaran terhadap peraturan perundangan. Pemahaman yang baik atas peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara dan ketaatan dalam sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah adalah kunci keberhasilan dalam pengelolaan keuangan negara (daerah). c. Pemerintah Daerah Kabupaten Pulang Pisau 1) Melihat kepada hasil opini audit BPK beberapa tahun terakhir di Kabupaten Pulang Pisau yang berindikasi kurang baik. BAKN DPR RI mengharapkan semua pihak terutama SKPD-SKPD untuk lebih bersungguh-sungguh memperbaiki Sistem dan prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah antara lain cara mematuhi seluruh ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan menjalankan Sistem dan prosedur Akuntansi Keuangan Daerah. 2) Masih banyaknya temuan audit BPK yang belum ditindaklanjuti oleh Pemda Kabupaten Pulang Pisau. BAKN DPR RI mengharapkan semua pihak di Pemda Kab. Pulang Pisau, untuk menyiapkan action plan yang terukur untuk penyelesaian seluruh tindak lanjut tersebut. 3) BAKN DPR RI mengharapkan adanya upaya-upaya serius untuk peningkatan kapasitas SDM terutama bagi SKPD-SKPD di lingkungan Kab. Pulang Pisau. Pemahaman yang baik atas peraturan perundang-undangan tentang keuangan negara, sistem pengelolaan keuangan daerah, dan sistem dan prosedur akuntansi keuangan daerah, akan mendorong perbaikan akuntabilitas pengelolaan keuangan dimasa yang akan datang. 4) Terkait dengan banyaknya temuan audit BPK terkait Aset Daerah yang sangat mempengaruhi Opini Audit BPK. BAKN DPR RI mengharapkan seluruh SKPD di lingkungan Pemda Kabupaten Pulang Pisau untuk sesegera menyelesaikan Inventarisasi dan penilaian aset. Kerjasama dan koordinasi dengan BPKP, BPK dan BPN dapat mempercepat proses penyelesaian kasus-kasus aset daerah tersebut. 5) Melihat kepada banyaknya temuan audit yang mengarah kepada penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan negara, BAKN DPR RI mengharapkan kepada seluruh jajaran Pemerintah Daerah Kab. Pulang Pisau, untuk lebih berhati-hati dalam menggunakan keuangan daerah. Undang-Undangan Keuangan Negara mengisyaratkan bahwa setiap rupiah uang yang digunakan memiliki konsekuensi pertanggungjawaban di depan hukum. Dengan sikap kehati-hatian ini, BAKN DPR RI berharap agar kasus-kasus hukum berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah tidak terjadi dimasa yang akan datang. d. Pemerintah Daerah Kota Palangka Raya 1) Opini audit BPK Kota Palangka Raya tahun 2006, 2007 dan 2008 adalah WDP dan tahun 2009 Tidak Wajar (TW). BAKN DPR RI mengharapkan semua pihak di Pemda Kota Palangka Raya, khususnya SKPD-SKPD, untuk lebih bersungguh-sungguh melakukan perbaikan atas Sistem dan prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, sehingga perbaikan Opini audit di Kota Palangkaraya dimasa yang akan datang dapat dicapai. 2) Dengan masih banyaknya temuan audit yang belum di tindaklanjuti, atau sudah ditindaklanjuti tapi belum sesuai dengan rekomendasi BPK di Pemda Kota Palangkaraya. BAKN DPR RI mengharapkan semua pihak di Pemda Kota Palangka BAKN-DPR RI | 159

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Raya, untuk segera membuat action plan yang terukur, sehingga penyelesaian tindak lanjut audit BPK tidak berlarut-larut. 3) Melihat kepada banyaknya temuan audit berkaitan dengan aset daerah yang mempengaruhi Opini Audit selama ini untuk Kota Palangka Raya. BAKN DPR RI mengharapkan seluruh SKPD-SKPD untuk sesegera menyelesaikan inventarisasi dan penilaian aset daerah.Kerjasama dengan berbagai pihak, antara lain: BPKP, BPK, BPN dan Pemda-Pemda lain, akan dapat mendorong penyelesaian kasus-kasus aset daerah di Kota Palangka Raya. 4) BAKN DPR RI mengharapkan Pemda Kota Palangka Raya dapat meningkatkan Kapasitas SDM, khususnya SDM di bidang Akuntansi dan Keuangan Daerah dilingkungan SKPD-SKPD Kota Palangka Raya, sehingga dimasa yang akan datang, pengelolaan Keuangan Daerah dapat menjadi lebih baik. 5) BAKN DPR RI mengharapkan Pemda Kota Palangka Raya, untuk meningkatkan Fungsi Kontrol Organisasi. Walikota dan Wakil Walikota serta Inspektorat agar lebih sering melakukan inspeksi ke SKPD-SKPD agar pengendalian atas penggunaan anggaran di tingkat SKPD dapat menjadi lebih baik. 9. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Lampung Kunjungan kerja ke Provinsi Lampung dilaksanakan pada tanggal 30 Mei 2011 sampai dengan 2 Juni 2011. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan Wakil Gubernur, Muspida, Kapolda, Dandim, DPRD, Pemda terkait, Kepala Perwakilan BPK Daerah, Kepala BPKP Daerah, Bawasda, Itwilprov dan Itwilkab. Kunjungan kerja ini diikuti oleh sebanyak 11 orang yang terdiri dari : 6 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah yang dikunjungi adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung; b. Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung; c. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang. d. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Lampung BPK RI telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas LKPD Provinsi Lampung tahun 2009 yang memuat opini Wajar dengan Pengecualian dengan Nomor 27A/HP/XVIII.BLP/06/2010, tanggal 9 junii 2010 dan laporan atas kepatuhan dengan nomor 27B/HP/XVIII.BLP/06/2010, tanggal 9 Juni 2010; b. Pemerintah Daerah Kota Bandar Lampung BPK RI telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan atas LKPD Pemerintah Kota Bandar Lampung Tahun 2009 yang memuat opini wajar dengan pengecualian dengan nomor 23a/HP/XVIII.BLP/06/2010 tanggal 1 Juni 2010 dan Laporan atas Sistm Pengendalian Intern dengan nomor 23c/HP/XVIII.BLP/06/2010 tanggal 1 juni 2010. c. Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang 1) Penata Usahaan dan pengelolaan Keuangan Daerah Tidak Sesuai dengan ketentuan 2) Pengelolaan rekening Kas Daerah Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang tidak sesuai ketentuan. 3) Aset Tetap Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang Diragukan Kewajaran Nilainya 4) Penganggaran dan Realisasi Asuransi Kendaraan Bermotor Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tidak Sesuai Ketentuan Sebesar Rp. 956.471.000,00 5) Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK RI Periode Sebelumnya Belum Sepenuhnya Ditindaklanjuti.

BAKN-DPR RI | 160

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

d. Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan: 1) Bupati Lampung selatan sesuai dengan kewenangannya telah menginstruksikan/ memerintahkan kepada para pejabat yang mengelola keuangan negara agar berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku. 2) Melakukan kegiatan pengawasan dan pengendalian sesuai dengan fungsi dan kewenangannnya masing-masing agar pengelolaan keuangan dari tahap perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 3) Bupati Lampung selatan menerbitkan Perbub tentang Belanja Hibah dan Belanja Bantuan Keuangan di Lingkungan Pemda Kab. Lamsel. 4) Panitia anggaran untuk bekerja lebih cermat dan menganggarkan kegiatan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 5) Mendayagunakan dan mengoptimalkan fungsi pengawasan entern oleh Inspektorat melalui pengawasan reguler, pengawasan atas pengaduan masyarakat dan menindaklanjuti Pengawasan masyarakat yang dilimpahkan dari pemerintah yang lebih tinggi. 6) Menyusun APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban APBD sesuai dengan peraturan perudangan yang berlaku. 7) Memberikan sangsi disiplin bagi Pejabat yang mengelola keuangan Daerah apabila dalam melaksanakan tugasnya melanggar peraturan yang berlaku. 10. Kunjungan Kerja BAKN ke Provinsi Jawa Barat Kunjungan kerja ke Provinsi Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 21 sampai dengan 25 Juni 2011. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan Wakil Gubernur, Muspida, DPRD, Kapolda,DPRD, Pemerintah Daerah setempat, BPK Perwakilan Daerah, BPKP Perwakilan Daerah., Itwil Prov/Kab. Yang mengikuti kunjungan kerja adalah sebanyak 11 orang yang terdiri dari : 7 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. Pemerintah Daerah dan instansi yang dikunjungi adalah : a. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. b. Pemerintah Daerah Kabupaten Garut. c. Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis d. Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan e. Pemerintah Daerah Kota Cirebon. Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat 1) BAKN DPR RI memberi apresiasi yang tinggi terhadap DPRD Jabar dan Pemda Provinsi Jabar, yang telah bersikap proaktif atas berbagai temuan Audit BPK. BAKN DPR RI berharap proses tindak lanjut temuan BPK dapat segera diselesaikan dan tidak berlarut-larut dimasa yang akan datang. 2) Masih banyaknya persoalan inventarisasi dan penilaian aset di Pemda Provinsi Jabar yang berpengaruh terhadap opini audit BPK WDP yang ada di Pemda Jabar beberapa tahun terakhir. BAKN DPR RI berharap adanya sinergi yang kuat antara DPRD, Pemprov, BPK dan BPKP untuk menyelesaikan persolan inventarisasi dan penilaian aset daerah tersebut. 3) Meskipun secara umum pengelolaan keuangan daerah sudah cukup baik di provinsi Jabar. BAKN DPR RI melihat masih adanya persoalan keuangan daerah yang masih memerlukan perhatian khusus dimasa yang akan datang. BAKN DPR RI berharap masalah aset, piutang yang belum ditagih, realisasi belanja yang tidak sesuai ketentuan, rekening yang belum dilaporkan, hibah BAKN-DPR RI | 161

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

4)

aset, bansos, dan lain-lain segera dicarikan penyelesaiannya, sehingga tidak berpotensi menimbulkan masalah dimasa yang akan datang. Mengingat bahwa akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah memerlukan pemahaman yang baik atas Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Peraturan Perundang-Undangan Keuangan Negara. BAKN DPR RI berharap Pemda Provinsi Jabar melakukan updating berkelanjutan atas SDM yang dimiliki di SKPD-SKPD yang ada, sehingga berbagai tantangan pengelolaan keuangan daerah di masa yang akan datang dapat dihadapi.

b.

Pemerintah Daerah Kabupaten Garut a) Masalah Inventarisasi dan Penilaian aset yang mempengaruhi opini audit di Kabupaten Garut. BAKN DPR RI mengharapkan sinergi yang kuat berbagai pihak antara lain DPRD, Pemda Kab. Garut, Pemda Provinsi, BPN, BPK dan BPKP, sehingga penyelesaian persoalan aset daerah di Kab Garut dapat segera diselesaikan. b) Masih banyaknya temuan audit BPK yang belum ditindaklanjuti oleh Pemda Kab. Garut. BAKN DPR RI berharap kepada semua pihak di Pemda Kab Garut, khususnya SKPD-SKPD untuk secara bersungguh-sungguh melaksanakan Action plan yang telah dicanangkan, kedalam tindakan-tindakan nyata, sehingga persoalan tindak lanjut dapat segera diselesaikan dan tidak berlarut-larut. c) Keberhasilan dalam pengelolaan keuangan daerah sangat ditentukan oleh SDM dibidang akuntansi dan keuangan. BAKN DPR RI berharap Pemda Kab. Garut dapat secara sistematis meningkatkan kemampuan SDM, khususnya SDM dilingkungan SKPD-SKPD, sehingga perbaikan akuntabilitas keuangan daerah dimasa yang akan datang dapat dicapai. d) Masih berulangnya temuan audit tentang kekurangan volume pekerjaan di Kab. Garut. BAKN DPR RI berharap Pemda Kab. Garut untuk lebih selektif dalam menentukan rekenan kerja dimasa yang akan datang, sehingga temuan ini tidak lagi berulang dimasa yang akan datang. Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan a) Opini Audit BPK RI terhadap Kabupaten Kuningan beberapa tahun terakhir yaitu WDP/Wajar Dengan Pengecualian. BAKN DPR RI berharap Kab. Kuningan tidak berpuas diri dengan Opini ini, dan diharapkan untuk bersungguh-sungguh menyusun Action Plan disertai tindakan nyata untuk mencapai WTP dimasa yang akan datang. b) Masih banyak temuan audit krusial di Kab. Kuningan seperti Inventarisasi dan penilaian aset, penatausahaan Barang Daerah, Dana Bergulir, Perjalanan Dinas, dan kekurangan volume pekerjaan berbagai proyek pembangunan. BAKN DPR RI berharap Pemda Kab. Kuningan lebih berhati-hati atas permasalahan ini dan lebih bersungguh-sungguh untuk melaksanakan tindak lanjut sesuai rekomendasi BPK. c) Faktor kunci keberhasilan pengelolaan keuangan daerah ditentukan oleh Ketertiban menjalankan sistem akuntansi dan regulasi pengelolaan keuangan negara. BAKN DPR RI berharap Kab. Kuningan dapat secara berkelanjutan meningkatkan SDM bidang akuntansi dan keuangan daerah. Kerjasama strategis dengan BPKP dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. d) BAKN DPR RI berhadap, kedepan adanya komitmen bersama seluruh jajaran di Pemda Kab. Kuningan khususnya SKPD-SKPD, dan menjadikan Isu BAKN-DPR RI | 162

c.

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Akuntabilitas sebagai bagian penting dalam menjalankan tugas dan fungsi kita sebagai pejabat negara. d. Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis a) BAKN DPR RI memberikan apresiasi kepada Pemda Kab. Ciamis yang telah merespon dengan cepat berbagai temuan audit BPK. BAKN DPR RI berharap sikap positif ini dapat dipertahankan untuk peningkatan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah dimasa yang akan datang. b) Masih banyaknya temuan-temuan audit BPK tentang Kelebihan volume pekerjaan pada pekerjaan proyek pembangunan di Kab. Ciamis. BAKN DPR RI berharap Pemda Kab. Ciamis segera menyelesaikan persoalan ini, sehingga lebih bersih dimasa yang akan datang. c) BAKN DPR RI berharap Pemda Kab.Ciamis dapat secara berkelanjutan meningkatkan kapasitas SDM, khususnya bidang akuntansi dan keuangan daerah. Dengan peningkatan SDM, upaya untuk mendapatkan opini WTP dapat dicapai dimasa yang akan datang. d) Masalah Inventarisasi dan penilaian asset menjadi kendala dalam perolehan opini WTP selama ini. BAKN DPR RI berharap Pemda Kab. Ciamis untuk sesegera mungkin melaksanakan inventarisasi dan penilaian aset. Kerjasama yang konstruktif dapat dilakukan dengan BPK, BPKP, BPN untuk penyelesaian masalah ini. Pemerintah Daerah Kota Cirebon a) Ada persoalan dalam implementasi Bantuan Operasional Sekolah di Dinas Pendidikan, dimana ada perbedaan substansi antara Permendagri dengan Permendiknas, dimana menurut permendagri pencairan dana bantuan operasional sekolah dilakukan per 6 bulan sekali, sedangkan menurut Permendiknas pencairan dana bantuan operasional pendidikan dilakukan per bulan. Dalam prakteknya, Pemda Kota Cirebon mengalami kebingunangan apakah akan mengikuti Permendagri atau Permendiknas. b) Berkaitan dengan pengelolaan asset-aset daerah, Pemda Kota Cirebon mengalami banyak permasalahan antara lain adanya aset-aset Pemda Kota Cirebon yang dikuasai oleh Badan Usaha Milik Daerah dan Pemda Kabupaten Cirebon. Sampai saat ini persoalan aset ini belum ada penyelesaian, hal ini disebabkan oleh adanya Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat yang kontradiktif. c) Pemda Kota Cirebon juga menghadapi permasalahan utama tentang Luas Wilayah. Sampai saat ini luas wilayah Kota Cirebon hanya sebesar 37 KM persegi. Menurut Pemda Kota Cirebon luas wilayah tersebut sangat tidak mencukupi dan tidak layak untuk sebuah Kota yang sangat pesat perkembangan daerahnya. Beberapa upaya telah dilakukan melalui negosiasi dengan Pemda Kabupaten Cirebon untuk membagi beberapa wilayah kabupaten untuk dijadikan wilayah Kota Cirebon. Sampai saat ini belum ada penyelesaian atas luas wilayah tersebut. d) Pemda Kota Cirebon juga mengalami persoalan klasik yang belum ada titik terang penyelesaian sampai saat ini, yaitu masalah Taman Kota yang dulunya merupakan kerjasama antara Polisi Wilayah dengan Pemda Kota Cirebon. Berbagai upaya juga telah dilakukan dengan Polda Jawabarat untuk penyelesaian kasus ini, tapi sampai saat ini belum ada titik terang dalam penyelesaiannya. e) Dilihat dari temuan-temuan audit BPK di Kota Cirebon, terlihat bahwa masih adanya masalah aset pada OPD-OPD besar seperti Dinas Pendidikan, Dinas BAKN-DPR RI | 163

e.

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Kesehatan, dan Bina Marga. Jumlah nya mencapai 40 s/d 60 persen dari total temuan aset di Kota Cirebon. f) Pengelolaan Rumah sakit Umum Daerah di Kota Cirebon juga menjadi persoalan bagi Kota Cirebon, dimana RSUD Kota Cirebon seringkali menerima rujukan pasien dari berbagai kabupaten di sekitar Kota Cirebon, tapi sampai saat ini kontribusi dari berbagai kabupaten dan provinsi Jawa Barat belum seimbang dengan kebutuhan. g) Pemda Kota Cirebon juga mengalami banyak komplain dari sekolah-sekolah, dimana menurut edaran Dinas Pendidikan SP2D harus dibuat oleh sekolah dan harus ditandatangani oleh Bendahara di Dinas. Hal ini menjadi kendala bagi sekolah-sekolah untuk melakukannya. 11. Kunjungan Kerja BAKN ke BUMN di Jawa Barat Kunjungan kerja ke BUMN di Jawa Barat dilaksanakan pada tanggal 12 sampai dengan 15 Oktober 2011. Dalam kunjungan kerja ini sekaligus dilakukan RDP dengan TORTAMA BPK RI, Perwakilan BPKP Jawa Barat, PT. Kereta Api Indonesia (PT KAI), PT Dirgantara Indonesia (PT.DI), PT. Bio Farma dan PT. Pos Indonesia. Yang mengikuti kunjungan kerja adalah sebanyak 10 orang yang terdiri dari : 6 anggota BAKN, 2 orang tenaga ahli dan 2 orang sekretaris BAKN. BUMN yang dikunjungi adalah : Dari hasil Rapat Dengar Pendapat tersebut, BAKN menyampaikan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu : a. Pertemuan dengan PT Kereta Api Indonesia, Tortama BPK, dan Perwakilan BPKP Jawa Barat 1) Banyak permasalahan di PT KAI yang memerlukan tanggung jawab bersama antara Perusahaan dan Pemerintah. 2) Dari beberapa temuan BPK atas Sistem Pengendalian Intern, PT KAI telah menindaklanjuti tetapi memang masih memerlukan waktu untuk menjadi lebih baik (Renstra). 3) PT KAI perlu mengubah Mindset dari Pegawai Pemerintah menjadi Perusahaan Modern (Reformasi Kultur). 4) BAKN DPR RI akan memberikan masukan kepada Komisi V, Komisi VI, dan Komisi XI dari hasil Klarifikasi masalah-masalah yang dibahas hari ini b. Pertemuan dengan PT. Dirgantara Indonesia, Tortama BPK, dan Perwakilan BPKP Jawa Barat 1) PT DI telah melaksanakan sebagian Rekomendasi BPK atas Temuan-temuan Audit, dan telah dilaporkan dalam RUPS pada tanggal 1 Juli 2011. 2) Masih terdapat beberapa permasalahan yang belum dapat ditindaklanjuti PT DI karena memerlukan bantuan Pemerintah. 3) PT DI diharapkan meningkatkan Kinerja lebih baik lagi dengan adanya Tambahan Penyertaan Modal Negara. 4) Dari hasil klarifikasi masalah-masalah ini, BAKN DPR RI akan memberikan rekomendasi kepada Komisi-komisi terkait untuk ditindaklanjuti. c. Pertemuan dengan PT. Bio Farma, Tortama BPK, dan Perwakilan BPKP Jawa Barat 1) BAKN DPR RI mengharapkan permasalahan-permasalahan yang ditemukan BPK tidak terjadi lagi karena PT Bio Farma sudah berdiri lama dan telah dikelola secara baik. 2) BAKN DPR RI meminta agar PT Bio Farma memperhatikan kaedah-kaedah Hukum Internasional, karena sebagian besar produk PT Bio Farma di ekspor ke Luar Negeri dan juga perlu membuat Hak Paten atas seluruh produk PT Bio Farma. BAKN-DPR RI | 164

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

3)

4)

Khusus untuk Vaksin Flu Burung yang proyeknya didanai oleh Kementerian Kesehatan dengan nilai + Rp. 1,3 trilyun agar segera diselesaikan dan BAKN DPR RI akan memberi masukan kepada Komisi IX untuk membicarakannya dengan Menteri Kesehatan. PT Bio Farma juga harus memperhatikan Vaksin yang dibutuhkan dalam negeri terutama untuk keperluan Haji, oleh karena itu PT Bio Farma diminta mengajukan perlakuan khusus terhadap pengadaan bahan baku importnya.

d.

Pertemuan dengan PT. Pos Indonesia, Tortama BPK, dan Perwakilan BPKP Jawa Barat 1) Dalam melaksanakan tindak lanjut Hasil Pemeriksaan BPK, PT Pos telah menyempurnakan produk dan Sistem Pengendalian Intern. 2) PT Pos perlu melakukan pengembangan Bisnisnya dengan melakukan kerja sama dengan pihak-pihak swasta baik Nasional maupun Internasional. 3) PT Pos diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan atas pembayaran tunjangan pensiun pegawai yang menjadi tuntutan pensiunan pegawai PT Pos. 4) PT Pos perlu meningkatkan fungsi Satuan Pengawasan Intern dan Manajemen Resiko. 5) BAKN DPR RI akan memberikan masukan dan rekomendasi kepada Komisi terkait sehubungan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh PT Pos Indonesia.

D. KONSULTASI DAN KOORDINASI BAKN DENGAN BPK RI Rapat Konsultasi dan Koordinasi BAKN dengan BPK RI dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2010. Rapa ini dihadiri oleh 6 (enam) anggota BAKN, 5 (lima) orang tenaga ahli, 4 (empat) orang sekretariat BAKN dan dari pihak BPK RI hadir Ketua, Wakil Ketua dan anggota BPK RI beserta jajarannya Hal-hal yang diperoleh dari pertemuan tersebut dan yang perlu mendapat perhatian, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Pertemuan ini adalah dalam rangka meningkatkan koordinasi antara BAKN-DPR RI dengan BPK RI, dengan maksud agar dapat terrcipta hubungan kerja yang lebih baik, sehingga pengawasan dapat dilaksanakan secara efektif ; 2. Mendapatkan masukan-masukan dari BPK RI agar diperoleh pandangan dan kesamaan persepsi, sehingga proses tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan BPK dapat berjalan dengan baik; 3. Penegasan kewenangan BAKN-DPR RI untuk meminta BPK melakukan audit investigasi( pemeriksaan dengan tujuan tertentu);. 4. Diperlukan diskusi dalam rangka menyusun MoU antara DPR RI dengan BPK RI yang meliputi tata kerja, protokoler, rekomendasi BAKN kepada BPK walaupun saat ini MoU dimaksud telah disampaikan oleh Sekretaris Jenderal BPK RI kepada Sekretariat Jenderal DPR RI namun perlu diadakan addendum mengingat bahwa saat disusun draf MoU tersebut BAKN belum ada. Dalam draft MoU ini perlu ditambahkan lingkup dan tugas kegiatan, tata kerja/ hubungan kerja antara DPR RI dengan BPK RI, atau lebih tehnis lagi siapa yang akan menjadi counterpart (PIC); 5. Sebagai kelanjutan tugas BAKN khususnya menyangkut hasil telaahan pemeriksaan BPK yang disampaikan BAKN kepada komisi, perlu dipikirkan adanya semacam MoU antara BAKN dengan komisi-komisi terkait khususnya mengenai mekanisme kerjanya. Hal ini agar dipertimbangkan apakah dalam Tartib sudah ada atau belum ; 6. Bagaimana upaya BAKN dalam menindak lanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK, dan kaitannya dalam memberikan masukan kepada BPK atas rencana BAKN-DPR RI | 165

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

7.

8.

9. 10.

11.

12.

kerja pemeriksaan, hambatan pemeriksaan serta penyajian dan kualitas laporan. Hal ini pula yang perlu menjadi salah satu masukan substansi MoU antara BAKN dengan BPK RI; Dalam melaksanakan tugas BAKN untuk meminta penjelasan dari BPK, Pemerintah, Pemerintah Daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, BUMD dan lembaga atau badan lainnya yang mengelola keuangan negara perlu dipikirkan adanya tata cara/ sistim dan prosedur pemanggilan rapat bagi unit-unit terkait/ para auditee ;. Setelah laporan hasil pemeriksaan BPK diterima DPR RI cq. BAKN, BAKN dapat mengundang BPK RI untuk membahas hasil temuan BPK lebih detail, sehingga BAKN paham betul materi dari laporan itu, setelah itu baru mengundang auditee untuk dibahas secara terbuka; Dibahas pula apa tindak lanjut hasil temuan BPK RI dan kapan harus selesai. Sehingga betulbetul fungsi DPR dalam melakukan pengawasan menjadi efektif; Tindak lanjut temuan hasil pemeriksaan BPK yang dilakukan oleh DPR dalam hal ini BAKN, pada hakekatnya tidak terlepas dari fungsi pengawasan DPR dalam menjalankan fungsi pengawasannya. Artinya adalah apabila dari hasil pemeriksaan BPK ditemukan adanya indikasi kelemahan-kelemahan yang terkait dengan kebijakan atau peraturan perundangundangan yang tidak jelas atau tidak dilaksanakan, maka DPR harus mendorong pemerintah untuk melakukan tidaklanjut dengan mengadakan perbaikan-perbaikan atas hal-hal tersebut. Tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK agar dapat efektif dan dilaksanakan secara cepat, antara lain berupa pemberian masukan kepada Badan Anggaran agar laporan-laporan keuangan, kementerian/lembaga maupun daerah yang mendapatkan opini disclaimer itu supaya ada sanksi. Kalau tidak ada sanksi maka tidak akan ada perbaikan; Perlu dipikirkan agar staf ahli BAKN mempunyai akses berdiskusi dengan staf ahli/auditor BPK RI. Hal ini penting untuk klarifikasi dan pemahaman suatu masalah/ penyamaan persepsi karena tidak semua yang tersurat dalam LHP bisa disimak sesuai dengan substansi realnya. Mekanismenya agar diatur lebih lanjut yaitu bagi tenaga ahli BAKN harus ditunjuk/ atas ijin Ketua BAKN, dan dari BPK harus ditunjuk/ atas ijin dari pejabat berwenang di BPK RI.

E. RAPAT INTERNAL, AUDIENSI, KUNKER LUAR NEGERI DAN WORKSHOP 1. Rapat Internal a. Tahun Sidang 2009 2010 Pada masa persidangan I tahun 2009-2010 yang berlangsung mulai bulan Oktober 2009 s.d Desember 2009, BAKN telah melaksanakan 10 (sepuluh) kali rapat internal yang diawali dengan rapat pada tanggal 21 Oktober 2009 dengan agenda rapat berupa Pemilihan dan Penetapan Pimpinan BAKN DPR RI . Selanjutnya rapat-rapat internal berikutnya pada masa sidang tersebut membahas mekanisme tugas, fungsi, tata kerja dan program kerja BAKN serta rencana rekruitmen Tenaga Ahli. Untuk mendapatkan masukan dan mendiskusikan mekanisme tugas dan fungsi BAKN telah diundang Bp. Anwar Nasution, Bp. Nurul Falakh dan Bp. Darul Siska sebagai narasumber. Dilakukan pula pembahasan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK terhadap Bank Century TBK dengan calon Tenaga Ahli, sekaligus menyusun tim dan mekanisme kerjanya. Hasil rapat internal pada masa persidangan I tahun 2009-2010 tersebut selain menetapkan Pimpinan BAKN yaitu H. Ahmad Muzani (A-21)/Fraksi Partai Gerindra sebagai Ketua BAKN dan Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S. IP, MM (A-488)/ Fraksi Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua BAKN juga merumuskan tugas, fungsi dan kelembagaan BAKN DPR RI; rencana pelaksanakan penelaahan Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK terhadap PT. Bank Century, TBk.; menerima audiensi dan dialog dengan DPRD Kabupaten BAKN-DPR RI | 166

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Kendari dan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara terkait terbentuknya BAKN sebagai salah satu Alat Kelengkapan DPR RI. Pada masa persidangan II tahun 2009-2010 yang berlangsung pada bulan Januari 2010 s.d Maret 2010, BAKN telah mengadakan rapat internal sebanyak 11 (sebelas) kali berupa pembahasan atas program kerja BAKN DPR RI tahun 2010, pembahasan Laporan Hasil Telaahan BAKN atas Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK atas kasus PT. Bank Century, TBK., pembahasan persiapan penyusunan SOP, telaahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun anggaran 2008, persiapan kunjungan kerja BAKN ke BPK dan BPKP, pemaparan oleh Tenaga Ahli dan diskusi mengenai konsep SOP dan mekanisme kerja BAKN, dan rapat koordinasi BAKN serta persiapan kunjungan ke luar negeri. Hasil rapat internal tersebut antara lain berupa Laporan Hasil Telaahan atas Laporan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK atas kasus PT. Bank Century, TBk dan penyampaiannya kepada Ketua DPR RI, Pimpinan Komisi III dan Komisi XI DPR RI; melakukan telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP tahun 2008 dan penyampaian laporan hasil telaahannya kepada Pimpinan Badan Anggaran; melakukan pertemuan dengan BPK dalam rangka mencari masukan tentang mekanisme kerja dan keprotokolan BAKN. Masa persidangan III tahun 2009-1010 berlangsung pada bulan Maret 2010 s.d Juni 2010. Rapat internal yang diadakan pada masa persidangan tersebut sebanyak 12 (duabelas) kali dengan agenda sidang berupa persiapan pembahasan SOP BAKN, pemaparan Tenaga Ahli tentang SOP BAKN, pembahasan rencana kunjungan kerja ke Provinsi Sumut, Provinsi Kalbar dan luar negeri, pembahasan anggaran BAKN tahun 2011, persiapan penelaahan hasil pemeriksaaan BPK semester II tahun 2009 dan penyusunan press-release BAKN. Berdasarkan hasil rapat internal tersebut BAKN melaksanakan konsinyering pembahasan SOP BAKN dan penelaahan Hapsem II tahun 2009; melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Kalimantan Barat untuk memperoleh masukan terkait dengan hasil audit BPK. Sedangkan kegiatan rapat internal pada masa persidangan IV tahun 2009-2010 yang berlangsung sepanjang bulan Juli 2010 telah diadakan sebanyak 5 (lima) kali. Agenda rapat internal antara lain adalah berupa persiapan menghadapi rapatrapat BAKN pada masa persidangan IV tahun 2009-2010, rencana kunjungan di dalam negeri dan luar negeri, pembahasan LKPP tahun 2009. Hasil rapat internal tersebut berupa kesepakatan untuk melakukan kunjungan kerja di dalam negeri ke Provinsi Jawa Timur dan kunjungan kerja di luar negeri ke Spanyol dan Belanda; kesepakatan atas Laporan Hasil Penelaahan BAKN DPR RI terhadap Hapsem II tahun 2009 untuk disampaikan kepada Pimpinan DPR RI dan Pimpinan Komisi I s.d XI DPR RI; melakukan konsinyering pembahasan telaahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas LKPP tahun 2009 dan penyampaian hasil telaahannya kepada Pimpinan Badan Anggaran DPR RI sebagai bahan masukan pembahasan RUU tentang Pertanggungjawaban Atas Pelaksanaan APBN tahun anggaran 2009. b. Tahun Sidang 2010 2011 Rapat internal BAKN masa persidangan I tahun 2010 2011 berlangsung pada bulan Agustus s.d Oktober 2010 dengan jumlah 9 (sembilan) kali rapat. Agenda rapat internal berupa penetapan Pimpinan BAKN DPR RI, rencana kunjungan kerja ke Provinsi Kepulauan Riau dan Provinsi Nusa Tenggara Barat, persiapan kunjungan kerja ke Spanyol dan Belanda, persiapan penyusunan dan penyampaian SOP BAKN, pembahasan Hapsem I tahun 2010 dan rencana workshop BAKN. Dari rapat internal tersebut diperoleh ketetapan Pimpinan BAKN yaitu H. Ahmad Muzani(A-21)/Fraksi Partai Gerindra sebagai Ketua BAKN dan Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, S. IP, MM (A-488)/ Fraksi Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua BAKN. Selanjutnya berdasarkan hasil rapat internal telah dilaksanakan kunjungan kerja ke Kepulauan Riau pada BAKN-DPR RI | 167

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

tanggal 1 s.d 4 September 2010 dan ke Provinsi Nusa Tenggara Barat pada tanggal 14 s.d 17 September 2010. Sedangkan kunjungan kerja ke Spanyol dilaksanakan pada tanggal 24 s.d 30 September 2010. Hasil rapat internal lainnya berupa pertemuan dengan Pimpinan DPR RI, Pimpinan Komisi I s.d XI dan Badan Anggaran DPR RI membahas SOP BAKN dan tindaklanjutnya sebagai acuan standar dalam proses kerja BAKN, dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 2010. Pada masa persidangan II tahun 2010 2011 yang dilangsungkan pada bulan November dan Desember 2010 telah diadakan rapat internal sebanyak 8 (delapan) kali, dengan agenda berupa konsinyering dalam rangka pembahasan lanjutan Hapsem I Tahun 2010, seminar tentang Transparansi Bagian Anggaran Penerusan Pinjaman (BA.999.04), persiapan kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Utara dan Provinsi Kalimantan Selatan, membahas surat undangan dari Centre for Democratic Institutions (CDI) - Australia, membahas finalisasi Hapsem I tahun 2010 dan evaluasi kegiatan tahun 2010. Hasil rapat internal BAKN pada masa persidangan II tahun 2010 2011 berupa kunjungan kerja ke Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 1 s.d 4 Desember 2010 dan ke Provinsi Kalimantan Selatan pada tanggal 9 s.d 12 September 2010 dalam rangka melakukan klarifikasi terhadap hasil pemeriksaan BPK RI; menyepakati untuk menghadiri undangan dari CDI ke Australia; menyepakati Laporan Hasil Telaahan terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI semester I tahun 2010 untuk diserahkan kepada Pimpinan DPR RI dan Pimpinan Komisi I s.d XI DPR RI. Pada masa persidangan III tahun 2010 2011 yang berlangsung pada bulan Januari hingga April 2011 dengan 16 (enam belas) kali rapat internal, agenda rapat internal berupa menyusun jadwal kegiatan BAKN masa persidangan III tahun 2010 2011, persiapan pertemuan konsultasi dengan BPK RI, persentasi Tenaga Ahli terkait telaahan 6 wajib pajak, persiapan kunjungan kerja ke Australia, rencana kunjungan kerja dalam negeri, pertemuan koordinasi antara Sekretariat BAKN dengan sekretariat Komisi-Komisi terkait tindaklanjut Hasil Telaahan BAKN, finalisasi hasil telaahan BAKN terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas BPN dan KLH. Hasil keputusan rapat internal antara lain melakukan diskusi dengan Bp. Anwar Nasution dan Bp. Drs. I Agung Gusti Made Rai, Ak, MA untuk mendapatkan masukan tentang peningkatan kerja BPK RI; menerima audensi Ketua Fraksi dan para Ketua Komisi DPRD Provinsi Jawa Barat; menghadiri undangan CDI ke Australia tanggal 6 s.d 12 Pebruari 2011; pertemuan konsultasi dengan BPK RI untuk memberikan masukan kepada BPK RI tentang peningkatan pemeriksaan, temuan pemeriksaan dan peningkatan kualitas laporan; kunjungan kerja ke Provinsi Bangka Belitung dalam rangka melakukan klarifikasi hasil temuan BPK RI. Pada masa persidangan IV tahun 2010 2011 yang diadakan pada bulan Mei s.d Juli 2011 telah berlangsung 14 (empat belas) kali rapat internal dengan agenda konsinyering dalam rangka pembahasan Hapsem II Tahun 2010, persiapan kunjungan kerja ke Provinsi Lampung dan Provinsi Jawa Barat, finalisasi laporan Hapsem II tahun 2010, rencana pembahasan LKPP 2010. Hasil keputusan rapat internal tersebut antara lain menyepakati Laporan Hasil Telaahan BAKN terhadap Hapsem II tahun 2010 untuk disampaikan kepada Pimpinan DPR RI dan Pimpinan Komisi I s.d XI, kunjungan kerja di Provinsi Lampung tanggal 30 Mei s.d 2 Juni 2011 dan ke Provinsi Jawa Barat pada tanggal 21 s.d 25 Juni 2011; dilakukan konsinyering pembahasan telaahan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas LKPP tahun 2010 pada tanggal 17 s.d 19 Juni 2011; penundaan kunjungan kerja ke luar negeri; pertemuan konsultasi dengan Pimpinan DPR/Wk Ketua Bidang Korekku tentang SOP BAKN DPR RI dan penyampaian Laporan Hasil Telaahan BAKN terhadap Laporan Hasil Pemeriksaan BPK RI atas LKPP tahun 2010.

BAKN-DPR RI | 168

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

c. Tahun Sidang 2011 2012 Pada masa persidangan I tahun 2011 2012 (Agustus Oktober 2011), telah diadakan rapat internal sebanyak 11 (sebelas) kali, dengan agenda antara lain berupa penetapan Pimpinan BAKN DPR RI; Rapat Dengar Pendapat dengan BPKP, Dirjen Pajak dan Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan, BP Migas dan Dirjen Migas Kementerian ESDM; pembahasan Laporan Hasil Pemeriksaan BPK atas Laporan Keuangan Proyek ADB TA 2010 yang dikelola oleh Pemerintah Indonesia, persiapan kunjungan kerja dan rencana pembahasan Hapsem I tahun 2011. Hasil keputusan rapat internal antara lain adalah ditetapkannya H. Ahmad Muzani (A21)/Fraksi Partai Gerindra sebagai Ketua BAKN dan Mayjen TNI (Purn) Yahya Sacawiria, SI.P, MM (A-488)/ Fraksi Partai Demokrat sebagai Wakil Ketua BAKN; Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kepala BPKP, Dirjen Pajak dan Dirjen Anggaran Kementerian Keuangan dengan acara klarifikasi tentang Hutang Pajak Kontraktor Kontrak Kerjasama (KKKS) Migas dan Cost Recovery pada tanggal 22 September 2011; RDP dengan Dirjen Migas Kementerian ESDM dan Kepala BP Migas dengan acara klarifikasi tentang Hutang PPh/BPDR Migas dan Cost Recovery perusahaan Kontraktor Minyak Asing, pada tanggal 27 September 2011; kunjungan kerja ke beberapa BUMN di Bandung, Jawa Barat dan diskusi tentang penguatan dan pengembangan BAKN dengan CDI di Bandung ; pertemuan konsultasi dengan Ketua dan Anggota BPK terkait Laporan Hasil Pemeriksaan BPK semester I tahun 2011; kerjasama dengan Program Representasi (Prorep) melaksanakan workshop sehari tentang Optimalisasi Peran dan Fungsi BAKN dalam Pengawasan Parlemen terhadap Keuangan Negara pada tanggal 25 Oktober 2011. 2. Audiensi Kegiatan lainnya yang dilaksanakan oleh BAKN berupa mengadakan audensi dalam rangka menerima masukan atau menampung aspirasi/pengaduan dari masyarakat. Pada tahun sidang 2009 2010, BAKN menerima audiensi DPRD Kabupaten Kendari dan DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara sehubungan dengan terbentuknya BAKN sebagai salah satu Alat Kelengkapan DPR RI. Sedangkan pada tahun sidang 2010 2011 BAKN menerima audensi Ketua Fraksi dan para Ketua Komisi DPRD Provinsi Jawa Barat. Sebagai Alat Kelengkapan DPR RI yang baru, BAKN perlu untuk merumuskan mekanisme tugas, fungsi dan kelembagaannya agar terlaksana fungsi pengawasan DPR RI secara optimal dalam mewujudkan akuntabilitas keuangan Negara. Untuk mendapatkan masukan-masukan yang diperlukan, BAKN telah mengadakan diskusi dengan Bp. Anwar Nasution, Bp Darul Siska dan Bp Nurul Falakh dan juga melakukan pertemuan dengan BPK RI untuk mendapatkan masukan tentang mekanisme kerja dan keprotokolan BAKN, sehingga proses pelaksanaan menindaklanjuti temuan hasil pemeriksaan BPK RI akan berjalan dengan baik. Dalam upaya untuk meningkatkan kinerja BAKN, pada masa persidangan III tahun 2010 2011, BAKN mengadakan diskusi lanjutan dengan Bp. Anwar Nasution dan Bp. I Gusti Agung Made Rai, Ak, MA guna mendapatkan masukan yang diperlukan. 3. Kunjungan Kerja Keluar Negeri Telah dilakukan pula kunjungan kerja keluar negeri khususnya ke negara yang parlemennya telah memiliki lembaga sejenis yaitu Spanyol dan Australia, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran dan mempelajari tentang tatakerja dan kegiatan lembaga tersebut yang mungkin dapat diterapkan dalam menjalankan tugas dan fungsi BAKN. Dalam kunjungan kerja ke Spanyol pada tanggal 24 s.d 30 September 2010, BAKN mengunjungi Tribunal De Cuentas (TC) yang merupakan Badan Pemeriksa Keuangan Spanyol dan Intervencion General De La Administracion Del Estado (IGAE) yang merupakan unit BAKN-DPR RI | 169

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

pengendalian internal pengelolaan ekonomi dan keuangan sektor publik. Dari kunjungan tersebut BAKN memperoleh gambaran tentang profil dan cara kerja lembaga negara Spanyol tersebut . Pada tanggal 6 s.d 12 Februari 2011, BAKN mengunjungi Australia dalam rangka menghadiri undangan Centre for Democratic Institutions (CDI) untuk ikut serta dalam acara The Sixth Annual Summer Residency Program for Public Accounts Commitees. Dari pengalaman di beberapa Negara dapat disimpulkan bahwa : a. Peranan BAKN masih lemah, karena secara perundang-undangan belum memberikan kewenangan kepada BAKN terhadap proses penganggaran dan tindak lanjut atas temuan hasil pemeriksaan BPK. Selain itu masih lemahnya dukungan dan kepedulian dari partai politik, komisi maupun alat kelengkapan lainnya, dan masih lemahnya partisipasi public dan media. b. BAKN mendapat pemahaman tentang pengawasan keuangan negara oleh Public Accounts Committee (PAC) di Negara-negara Commenwelth serta bagaimana system pendukungnya. Di samping itu juga memperoleh pemahaman tentang model-model keterlibatan PAC dalam proses penganggaran, yaitu ex-post dan ex-ante. Dalam sistem ex-post, PAC terlibat lebih banyak pada sisi pengawasan pelaksanaan anggaran, sebagaimana dalam sistem Westminster. Sedangkan dalam sistem ex-ante, PAC terlibat secara mendalam dalam perumusan anggaran sebelum disahkan, seperti dalam sistem Washington. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh BAKN antara lain adalah : a. Memotori adanya kerjasama dan koordinasi antara BAKN dengan BPK RI, DPD, DPRD, staf pendukung dan tenaga ahli untuk membangun pengawasan keuangan Negara yang transparan dan akuntabel b. Pada masa mendatang diharapkan akan terbentuk organisasi semacam Canadian Council of Public Accounts Committee (CCPAC) yang sangat efektif dalam memperkuat pengawasan keuangan publik karena pada setiap wilayah hukum dalam CCPAC memiliki auditor independen. 4. Workshop Untuk meningkatkan kinerja BAKN selain kegiatan-kegiatan di atas, telah dilaksanakan pula kegiatan lainnya berupa workshop dengan beberapa instansi terkait dan diskusi-diskusi serta kerjasama dengan pihak-pihak yang peduli dengan keberadaan BAKN. a. Pada tanggal 25 Oktober 2011 telah diselenggarakan Workshop sehari tentang Optimalisasi Peran dan Fungsi BAKN dalam Pengawasan Parlemen terhadap Keuangan Negara diadakan atas kerjasama BAKN dengan Program Representasi (Prorep), yang membahas : 1) Evaluasi dan Optimalisasi BAKN DPR RI 2) Proses dan Penyusunan Anggaran Negara 3) Hubungan Kelembagaan antara BAKN dengan BPK dalam Pengawasan Parlementer di Bidang Keuangan Negara 4) Mekanisme dan Proses Penetapan APBN di DPR b. Pada tanggal 6 s.d 12 Pebruari 2011 melakukan workshop penguatan dan pengembangan BAKN bekerjasama dengan CDI Australia di Bandung.

BAKN-DPR RI | 170

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

BAB III AGENDA DAN TANTANGAN KE DEPAN


A. PENDAHULUAN Tugas dan kegiatan utama BAKN sebagaimana dalam UU No. 27 Pasal 113 ayat : 1. BAKN bertugas : a. Melakukan penelaahan terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR. b. Menyampaikan hasil penelaahan sebagaimana dimaksud huruf (a) kepada komisi c. Menindaklanjuti hasil pembahasan komisi terhadap temuan hasil pemeriksaan BPK atas permintaan komisi; dan d. Memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan, hambatan pemeriksaan serta penyajian dan kualitas laporan 2. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf (c), BAKN dapat meminta penjelasan dari BPK, Pemerintah, Pemda, lembaga negara lainnya, BI, BUMN, BLU, BUMD, atau badan lain yg mengelola keuangan negara 3. BAKN dapat mengusulkan kepada komisi agar BPK melakukan pemeriksaan lanjutan 4. Hasil kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf d, disampaikan kepada pimpinan DPR dlm rapat paripurna secara berkala. Sebagaimana yang diketahui, bahwa laporan-laporan hasil pemeriksan yang diterima dari BPK RI melalui Pimpinan DPR RI yang kemudian diserahkan kepada BAKN, adalah : 1. Ditinjau dari jenisnya, terdiri atas : a. Pemeriksaan Keuangan; b. Pemeriksaan Kinerja; dan c. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu 2. Ditinjau dari ruang lingkup entitasnya pemeriksaannya, meliputi : a. Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota); c. Kementrian / Lembaga Tinggi Negara; dan d. BUMN serta BUMD. Sesuai dengan UU No. 27 Tahun 2009 pasal 111, ayat : 1. DPR menetapkan susunan dan keanggotaan BAKN pada permulaan masa keanggotaan DPRdan permulaan tahun siding. 2. Anggota BAKN berjumlah paling sedikit 7 (tujuh) orang dan paling banyak 9 (Sembilan) orang atas usul fraksi DPR yang ditetapkan dalam rapat paripurna pada permulaan masa keanggotaan DPR dan permulaan tahun sidang. Selanjutnya dalam pasal 114, disebutkan bahwa : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 113 ayat (1), BAKN dibantu oleh akuntan, ahli, analis keuangan, dan/atau peneliti. Pada saat sekarang, jumlah anggota BAKN yang ada sebanyak 9 (Sembilan) orang dibantu oleh Tenaga Ahli sebanyak 5 (lima) orang dan dibantu oleh beberapa orang dalam Kesekretariatan BAKN. Untuk memenuhi amanat dalam UU No. 27 pasal 113 terkait dengan laporan hasil pemeriksaan terhadap pengelolaan Keuangan Negara yang telah dilakukan oleh BPK RI dengan jumlah yang cukup banyak serta permasalahan yang ditemukan semakin komprehensif, untuk masa depan BAKN mendapatkan tantangan yang cukup besar dan seharusnya mempunyai agenda khusus, sehingga keberadaan BAKN yang merupakan salah satu Alat Kelengkapan Dewan (AKD) di DPR RI BAKN-DPR RI | 171

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

dapat lebih bermanfaat dan berbobot sebagaimana yang diharapkan oleh Dewan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat. B. Optimalisasi Peran dan Fungsi BAKN Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 27 ayat (1) huruf a dan b, bahwa temuan hasil pemeriksaan BPK yang disampaikan kepada DPR harus dilakukan penelaahan oleh BAKN, kemudian hasil telaahan tersebut disampaikan kepada Komisi-Komisi di DPR. Pelaksanaan tugas penelaahan tersebut merupakan suatu proses pemahaman terhadap isi/maksud yang dilaporkan oleh BPK, kemudian dilanjutkan dengan proses menganalisa yang dipermasalahkan/ditemukan oleh BPK, kemudian melakukan proses mengkaitkan dengan kebijakan dan anggaran/dana yang telah ditetapkan sebelumnya dan akhirnya melakukan proses pemilahan sesuai dengan mitra kerja komisi-komisi. Dengan demikian, BAKN diharapkan dapat melaksanakan tugas penelaahan secara sistematik sehingga dapat menyajikan hasil telaahan yang efisien (berdaya guna) dan efektif (berhasil guna) yang akan disampaikan kepada masing-masing Komisi sesuai dengan bidangnya. Sehingga Komisi yang menerima hasil telaahan dari BAKN, dapat lebih tanggap dan konstruktif sebagai bahan utama dalam melakukan tindak lanjut dan/atau pembahasan dengan para mitra kerjanya masing-masing. Rangkuman penelaahan oleh BAKN harus lebih selektif dalam arti tidak semua temuan harus dirangkum untuk disampaikan kepada Komisi, temuan atau permasalahan yang diprioritaskan dirangkum tersebut harus cukup material (dari segi kepentingan dan dari segi jumlahnya), antara lain: Temuan/permasalahan yang menyangkut atau berdampak memperoleh perhatian masyarakat banyak/luas. Temuan/permasalahan yang perlu segera diselesaikan, karena kemungkinan keterbatasan waktu dan anggaran. Temuan/permasalahan yang relatif jumlahnya sangat merugikan Negara/Daerah. Temuan/permasalahan yang cenderung terjadi berulang-ulang karena kurangnya perhatian/tanggap dari para pengelola keuangan/kebijakan. Kemungkinan dapat terjadi, bahwa beberapa temuan hasil pemeriksaan oleh BPK tidak sesuai dengan pandangan DPR RI sebagaimana informasi atau data yang diperoleh sendiri oleh DPR RI dari masyarakat atau sumber lain, sehingga diperlukan presepsi yang sama terhadap suatu permasalahan/temuan meskipun dengan cara pandang yang berbeda, namun hal tersebut semuanya demi untuk kepentingan umum atau masayarakat. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan tindak lanjut dengan melakukan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan pihak pemeriksa yang dalam hal ini adalah BPK RI, dan melakukan RDP dengan obyek yang diperiksa sebagaimana yang dipermasalahkan. Selanjutnya dalam UU No 27 tahun 2009 pasal (1) huruf c dan ayat (2) dikemukakan, bahwa BAKN harus menindaklanjuti hasil pembahasan dengan Komisi atas permintaan Komisi, antara lain dapat meminta penjelasan dari BPK, Pemerintah, Pemda, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, BLU, BUMD dan lembaga atau badan lain yang mengelola Keuangan Negara. Pelaksanaan menindaklanjuti mempunyai pengertian pendalaman atau investigasi terhadap temuan/permasalahan, bukan berarti melakukan pemeriksaan sebagaimana lazimnya, dengan maksud agar temuan/permasalahan tersebut lebih jelas dan terarah sehingga dapat diselesaikan atau dikembangkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagaimana peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya dalam UU No. 27 tahun 2009 pasal (1) huruf d dan ayat (3) dikemukakan, bahwa BAKN memberikan masukan kepada BPK dalam hal rencana kerja pemeriksaan tahunan (RKPT), hambatan pemeriksaan serta penyajian dan kualitas laporan, dan melalui Komisi dapat mengusulkan agar BPK melakukan pemeriksaan lanjutan. BAKN-DPR RI | 172

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

Pengertian masukan dan mengusulkan kepada BPK tersebut bermakna rekomendasi kepada BPK, sehingga BAKN diharapkan menjadi suatu entitas yang lebih dapat dipercaya untuk memperbaiki kinerja BPK dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sehingga dapat menghasilkan laporan hasil pemeriksaan yang lebih optimal. Temuan hasil pemeriksaan BPK RI atas pengelolaan Keuangan Negara merupakan salah satu dokumen penting bagi Negara, namun juga terbuka umum bagi masyarakat sebagaimana yang berlaku dibeberapa Negara. Dengan demikian diharapkan : Temuan hasil pemeriksaan BPK dapat diakses oleh masyarakat, lebih jelas (transparant) dan mudah dipahami, sehingga dapat memberi dorongan masyarakat untuk memberikan masukan kepada DPR/BAKN apabila ditemukan beberapa kasus yang sama atau mirip dengan kasus yang telah dilaporkan oleh BPK RI. BAKN dapat lebih aktif berkoordinasi dengan Komisi dan/atau Alat Kelengkapan Dewan lainnya, sehingga hasil pemeriksaan BPK RI dapat lebih dioptimalkan dan bermanfaat bagi Negara dan Masyarakat. BAKN perlu diperkuat dan mendapat dukungan publik dalam menjalankan tugasnya sebagai penelaah laporan hasil pemeriksaan keuangan dan tugasnya melakukan pengawasan secara mandiri. C. Penguatan Institusi BAKN tenaga ahli yang kompeten dalam bidang Pemeriksa kewenangan BAKN untuk melakukan pengawasan legislative secara mandiri

Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam paragraph sebelumnya, bahwa peran BAKN, baik dalam DPR RI sebagai salah satu Alat Kelengkapan Dewan , penguatan baik dari segi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Peralatan (SDP) maupun dari segi kewenangannya dalam melakukan pengawasan. Dalam UU No. 27 pasal 111 ayat (1) dan (2) dikemukakan, bahwa susunan dan keanggotaan BAKN ditetapkan oleh DPR pada saat permulaan masa keanggotaan dan permulaan tahun sidang dengan jumlah antara 7 (tujuh) orang sampai dengan 9 (Sembilan) orang. Selanjutnya dalam pasal 114 dikemukakan, bahwa untuk melaksanakan tugas, BAKN dapat dibantu oleh tenaga akuntan, ahli, analis keuangan, dan/atau peneliti dengan tidak menentukan jumlah orangnya. Apabila dikaitkan dengan jumlah laporan yang diterima dari BPK RI relatip cukup banyak dan bervariasi pada setiap semester tahunan dibandingkan dengan SDM yang ada sekarang, yaitu Anggota Dewan sebanyak 9 (Sembilan) orang dibantu dengan Tenaga Ahli sebanyak 5 (lima) orang, hal ini masih perlu dipertimbangkan karena kurang memadai untuk menghasilkan telaahan yang berkualitas dan tepat waktu. Sebagai contoh, apabila pembagiannya/ distribusinya sesuai dengan mitra kerja sebanyak 11 Komisi : Untuk Anggota BAKN, apabila untuk penyiapan telaahan masing-masing Komisi diperlukan 2 (dua) orang, maka untuk 11 Komisi diperlukan sebanyak 22 orang. Untuk Tenaga Ahli, apabila diperlukan 1 (satu) orang untuk masing-masing Komisi, maka untuk untuk 11 Komisi diperlukan sebanyak 11 orang ditambah 1 (satu) orang sebagai koordinator. Apabila dikaitkan dengan berbagai temuan/permasalahan yang dilaporkan dalam hasil pemeriksaan BPK sangat bervariasi, maka BAKN memerlukan tenaga yang kompeten, misalnya : Tenaga Akuntan untuk memahami laporan hasil pemeriksaan; Tenaga Displin ilmu lainnya untuk memahami beberapa hasil pemeriksaan yang bersifat teknis. Selain dari penguatan SDM sebagaimana diatas, perlu didukung penguatan terhadap system kinerja atau Standar Prosedur Operasional (SOP), terutama yang menyangkut : BAKN-DPR RI | 173

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

SOP Penelaahan Laporan Hasil Pemeriksaan; SOP Tindaklanjut Temuan Hasil Pemeriksaan. SOP Administrasi dan Pelaporan Hasil Penelaaahan dan Pelaporan Hasil Tindak Lanjut. SOP Laporan Semester dan Laporan Tahunan BAKN. SOP Pengarsipan Dokumen/Berkas BAKN.

Peningkatan penguatan SOP harus pula didukung dengan penguatan Sumber Daya Peralatan (SDP) yang akan digunakan oleh SDM yang ada di BAKN, misalnya Komputer dan jaringannya serta program terapan (software) yang akan digunakan.

BAKN-DPR RI | 174

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN Lembaga pemeriksaan sektor publik menghendaki adanya faktor-faktor kunci untuk menciptakan sektor publik yang efisien dan efektif. Hal tersebut meliputi suatu kerangka lembaga dan perundang-undangan yang kuat, kapasitas yang cukup dalam kelembagaan sesuai dengan mandatnya, alokasi sumber daya yang efisien antar lembaga, pengawasan yang efektif oleh parlemen dan tindak lanjut oleh lembaga eksekutif dan transparansi atas proses pemeriksaan dan hasilnya. Meskipun Indonesia telah memiliki pengalaman dalam audit sektor publik selama beberapa dekade, masih terjadi buruknya sistem dari ketidakjelasan akuntabilitas, sebagaimana tercermin dalam masalah substansi dan kualitas lembaga pemeriksaan yang kritis. Baik dalam skala domestik maupun internasional, Indonesia dianggap sebagai Negara dengan tingkat korupsi yang masih meluas - ketidakjelasan demokrasi, masalah transparansi yang semakin membaik, dan upaya serius untuk meletakkan kerangka akuntabilitas lembaga - dampak akuntabilitas yang masih lemah. Tanggung jawab atas kegagalan ini sebagian terletak pada fungsi sektor audit publik yang tidak dapat memenuhi mandatnya. Lembaga pemeriksaan intern di kementerian maupuan daerah pada umumnya lemah. Akibatnya, dengan akuntabilitas lembaga audit di pusat dan daerah yang lemah, sangat menghambat pelaksanaan efektifitas tata pemerintahan yang baik (good governanace). Dari 2007 sampai 2010, Sekretariat DPR telah menghasilkan laporan analisis hasil audit BPK (tiga laporan di tahun 2007, sembilan laporan di tahun 2008, empat belas laporan di tahun 2009, dan lima puluh laporan di tahun 2010) dan telah dipresentasikan kepada Parlemen. Laporan ini telah membantu anggota dewan dalam memahami hasil audit BPK secara lebih baik dan lebih mudah. Terdapat bukti bahwa laporan analisis secara rutin telah digunakan oleh anggota dewan sebagai referensi untuk diskusi dengan Pemerintah tentang persiapan penyusunan anggaran negara dan perubahannya dan isu khusus nasional lainnya. Sebagai hasil dari kelanjutan upaya BPK dalam mempromosikan pentingnya tindak lanjut oleh parlemen atas temuan audit BPK, Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) telah didirikan di Parlemen. Pembentukan BAKN, yang diposisikan untuk memiliki tingkat yang sama sebagai Komisi DPR dan memiliki tugas utama untuk menindaklanjuti temuan audit BPK, merupakan indikasi dari kesediaan DPR untuk meningkatkan kemampuan pengawasan. Sekretariat DPR telah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) yang telah ditetapkan sebagai pedoman operasinal harian bagi BAKN. Laporan hasil pemeriksaan semesteran (Hapsem) yang dihimpun oleh BPK dan disampaikan kepada DPR, misalnya, pada hakekatnya, merupakan himpunan hasil kerja BPK dalam suatu semester sesuai dengan program kerja BPK. Bukan laporan semester tahun anggaran berjalan yang diharapkan oleh DPR yang dapat digunakan untuk melakukan koreksi dalam rangka pengawasan legislatif, antara lain, untuk penyusunan anggaran perubahan bersama pemerintah. Walaupun, kini dengan lahirnya Undang-undang Keuangan Negara telah dilakukan perubahan terhadap laporan jenis ini, baik dari materi maupun bentuknya. Sementara itu, laporan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan pemerintah, lebih terfokus pada sisi analisis keuangan mengikuti sistem akuntansi (to satisfy the accounting analysis). Padahal, harapan DPR, laporan BPK yang disampaikan kepada DPR akan mampu menggambarkan bagaimana hasil kerja pemerintah dalam melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh lembaga legislatif. Dalam situasi seperti tersebut di atas, lahirnya Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) sebagai institusi kelengkapan DPR dirasakan sangat penting artinya. Namun demikian, harus dihindarkan adanya pemikiran bahwa lahirnya BAKN akan diarahkan sebagai alat untuk memuaskan DPR memenuhi keinginannya untuk memperoleh informasi yang selama ini dibutuhkan. Artinya, BAKN-DPR RI | 175

LAPORAN TAHUNAN 2010 DAN 2011

BAKN akan diarahkan untuk melakukan langkah-langkah teknis-operasional dalam rangka mendukung peran pengawasan DPR. Atau lebih konkritnya, BAKN yang didukung oleh tenaga-tenaga ahli, khususnya dalam bidang akuntansi, akan diharapkan melakukan audit terhadap pelaksanaan kegiatan keuangan Negara. Lembaga BAKN harus diposisikan sebagai ujung tombak (focal point) DPR dalam usaha memahami masalah-masalah keuangan Negara yang diinformasikan oleh BPK ataupun berbagai pihak lainnya. BAKN diharapkan mampu menjadi interface dalam hubungan antara DPR dan BPK. Dalam kedudukannya yang demikian BAKN diharapkan mampu melakukan pendekatan dan mendorong BPK untuk menyajikan informasi sesuai kebutuhan DPR. Bukan sekedar memenuhi kaidah-kaidah atau sesuai analisis akuntansi pemerintah. Hal ini penting artinya agar informasi/ laporan BPK benar-benar bermanfaat untuk digunakan sebagai sarana pengawasan DPR sesuai keinginan Undang-undang Dasar 45. Dapat dismpulkan beberapa hal dalam laporan tahunan ini : 1. Lembaga legislatif merupakan lembaga penetap kebijakan (organe deliberante). 2. Terkait dengan itu, lembaga tersebut harus memiliki sikap pikir yang berorientasi makrostrategis, bukan berorientasi pada mikro-teknis. 3. Oleh karena itu, dalam melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan Negara, lembaga legislatif memerlukan bantuan lembaga audit independen. 4. Informasi/ laporan yang disajikan oleh BPK hingga saat ini masih belum memenuhi kebutuhan DPR untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan yang tercermin dalam pelaksanaan Keuangan Negara. 5. Lahirnya BAKN sangat penting artinya dalam rangka menjembatani atau sebagai interface dalam hubungan antara DPR dan BPK sebagai lembaga politik. B. REKOMENDASI 1. Dalam hal melaksanakan fungsi pengawasan keuangan negara, BAKN harus dapat menjaga kredibilitas atau kepercayaan publik/masyarakat. 2. BAKN perlu memperbanyak investigasi terhadap temuan BPK RI yang krusial dan mendapat perhatian masyarakat agar lebih jelas dan terarah sehingga dapat ditindak lanjuti oleh pihakpihak yang terkait sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Dalam memberikan masukan kepada BPK RI, BAKN harus memperhatikan hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dan mempunyai risiko yang tinggi dalam penyelenggaraan keuangan negara. 4. BAKN lebih aktif berkoordinasi dengan Komisi dan/atau Alat Kelengkapan Dewan lainnya dalam rangka mengoptimalkan temuan hasil pemeriksaan BPK RI untuk ditindaklanjuti oleh pihak-pihak terkait. 5. BAKN perlu diperkuat dan mendapat dukungan publik dalam menjalankan fungsinya mengawasi tindak lanjut hasil pemeriksaan BPK RI. 6. Perlu melakukan penyempurnaan terhadap UU No. 27 tahun 2009 tentang MD3 khususnya yang menyangkut wewenang, fungsi dan tugas BAKN dalam melakukan pengawasan legislatif terhadap akuntabilitas keuangan Negara.

BAKN-DPR RI | 176

You might also like