You are on page 1of 20

Menguras Indonesia

Wisnu Adhi

Koridor Ekonomi Indonesia di peta dunia

Menurut BKPM, (Badan Koordinasi Penanaman Modal) saat ini ada 3 bidang usaha yang sangat dibuka untuk penanaman modal, yakni: (1) pangan dan pertanian; (2) energi; dan (3) infrastruktur (www.bkpm.go.id)

Tuntutan pokok dari investor kepada pemerintah Indonesia adalah kemudahan dan kepastian hukum dalam proses transfer hak atas tanah. Keppres No. 35 tahun 1996 tentang Pembebasan Tanah untuk Kegiatan Pembangunan Pasca Infrastructure Summit 2004, pemerintahan SBY-JK mengubah Keppres 35/1996 menjadi Peraturan Presiden (Perpres) No. 36/2005 untuk meningkatkan kapasitas hukum dari peraturan yang akan digunakan dalam rangka menunjang proyek-proyek pengadaan infrastruktur di Indonesia Perpres No. 65 tahun 2006 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum dan Pembangunan Kepastian hukum dalam penyediaan tanah membutuhkan undang-undang khusus. Tuntutan dalam National Summit 2009 dipenuhi dengan disyahkannya UU Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum pada akhir Desember 2011.

Peta Koridor Ekonomi Indonesia

Tema pembangunan koridor ekonomi Indonesia

BKPM menargetkan nilai penanaman modal secara nasional dalam lima tahun ke depan (2011-2015) dapat mencapai sekitar 300 triliun rupiah per bulan (Kompas 11 Oktober 2010). Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas menyatakan Indonesia memerlukan tidak kurang dari sekitar 2.565 triliun rupiah (atau sekitar 285 miliar USD) per tahun untuk mendukung keinginan pemerintah dalam mengembangan koridor-koridor ekonomi di atas selama 14 tahun ke depan. Ada 44 proyek yang ditawarkan kepada para investor untuk periode 2010-2014 dan 65 proyek lainnya untuk periode 2015-2025. Ada sembilan kelompok proyek yang akan dibangun, yakni proyek pengembangan transportasi udara (tiga proyek); transportasi darat (termasuk angkutan bus, kargo, dan terminal ferry) sebanyak tiga proyek; dan transportasi laut (14 proyek). Selain itu, proyek jalan tol sebanyak 18 proyek; jalur kereta api (13 proyek); jembatan (satu proyek); pembangkit listrik (delapan proyek); sanitasi (18 proyek); dan air bersih (lima proyek) Semua proyek tersebut adalah proyek yang sangat lapar lahan

V. Sumatra Economic Corridor

Koridor Ekonomi Jawa

Koridor Ekonomi Kalimantan

Coal, Bauxite & Forest in Kalimantan

Koridor Ekonomi Sulawesi

Koridor Ekonomi Nusa Tenggara

X. Papua and Maluku Islands Economic Corridor

Pengembangan MIFEE dialokasikan seluas 1,2 juta Ha yang terdiri dari 10 Klaster Sentra Produksi Pertanian (KSPP)

Potensi konflik dalam pelaksanaan MP3EI


Pada masa Orde Baru, industri pertambangan, agroindustri dan kehutanan, energi, kawasan wisata, perumahan dan pembangunan pabrik-parik yang pada dasarnya memerlukan penguasaan lahan dalam skala besar telah menimbulkan menciptakan konflik agraria yang berkepanjangan di sejumlah daerah di Indonesia. Konsepsi pembangunan koridor ekonomi dengan peningkatan intensitas dan perluasan ekstraksi sumber daya alamnya dapat menjadi dasar baru munculnya gelombang konflik agraria selanjutnya. Selain konflik-konflik akan bermunculan akibat perluasan industri pertanian dan perkebunan, pertambangan, energi, pariwisata, pengolahan bahan baku dan pengembangan kawasan-kawasan industri, maka intensitas pembangunan infrastruktur yang lebih banyak diabdikan untuk mendukung aktivitas industri-industri tersebut dalam kerangka pembangunan koridor ekonomi juga berpotensi sangat besar menimbulkan konflik-konflik agraria yang baru.

Epilog
Landasan pembangunan Indonesia saat ini masih menggunakan landasan yang memicu semakin banyaknya konflik agraria di Indonesia. Masih terlena dalam skema pembangunan yang dikendalikan segelintir negara di dunia.

You might also like