You are on page 1of 17

MAKALAH ips

dekadensi moral dan upaya penanggulangannya

Novia ramli mawarni citra pratiwi puang pulana

(104704363) (104704374) (104704385) (104704370)

[Year]

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah_Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini memuat tentang Dekadensi Moral Dan Upaya Penanggulangannya . Makalah ini disusun dengan berbagai rintangan, baik yang datang dari diri kami masingmasing maupun yang datang dari luar. Namun, dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua teman-teman yang telah memberikan masukan dan berpartisipasi penuh dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang lebih luas kepada pembaca walaupun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami memohon kritik dan sarannya yang bersifat membangun, demi kesempurnaan makalah ini. Terima kasih.

Parepare, 10 Desember 2011

Penyusun, Kelompok 5

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................... i DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang ............................................................................................................. 1 b. Rumusan Masalah ...................................................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN a. b. c. d. Dekadensi moral ......................................................................................................... Kekuasaan dan politik global ................................................................................. Dekadensi moral dan akar ideologisnya............................................................ Upaya penanggulangan dekadensi moral ......................................................... 2 4 5 9

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan................................................................................................................... 13 b. Saran ............................................................................................................................... 13 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejak perang dunia II, suatu penataan ulang kekuatan-kekuatan di dunia ( dinamakan geopolitik ) telah menyebabkan terbentuknya suatu triad dalam dunia: Timur yang berpusat di Jepang, Eropa yang berpusat di Jerman, dan belahan bumi Barat yang berpusat di Amerika Serikat. Ketiga kekuatan ini, bersama dengan lima kekuatan lebih kecil yaitu, Kanada, Prancis, Inggris, Italia, dan Rusia sekarang mendominasi dunia. Pada awalnya, mereka menyebut diri mereka G-7, yang berarti Group Of 7 . Raksasa-raksasa industry ini menyelenggarakan pertemuan tahunan dimana mereka menentukan cara mereka membagi pasar dunia dan mengatur kebijakan ekonomi global, seperti suku bunga, tarif, dan pertukaran mata uang. Tujuan mereka adalah mengabadikan dominasi global mereka. Tidak hanya itu, di Negaranegara barat khususnya, dengan mengandalkan dominasi mereka, mereka dengan mudah dan bebasnya mempengaruhi Negara-negara kecil, seperti yang telah kita bahas di atas, yaitu Negara yang tidak berindustrialisasi. Begitu bebasnya mereka memasukkan budaya-budaya yang tentu dengan hal itu, membawa dampak negative bagi bangsa yang terdominasi, termasuk bangsa kita bangsa Indonesia. Hal itu sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan bangsa kita, begitu banyak perubahan yang terjadi di Negara kita, dengan masuknya budaya-budaya barat di Indonesia, salah satunya adalah adanya perubahan moral atau dekadensi moral. Tentunya mereka mempunyai tujuan tersendiri terutama agar predikat mereka sebagai bangsa yang mempunyai kekuasaan tidak tergeser dan pastinya selalu mengalami peningkatan, maka dengan berbagai cara diluncurkan agar misi mereka dapat tercapai. B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana Itu Dekadensi Moral? 2. Bagaimana itu Kekuasaan dan politik global? 3. Bagaimana itu Dekadensi moral dan akar ideologisnya? 4. Bagaimana Upaya penanggulangan dekadensi moral?

BAB II PEMBAHASAN 1. DEKADENSI MORAL Salah satu akibat terbesar pada hidup dan kehidupan manusia serta masyarakat, yang tidak peduli pada agama [dan TUHAN] adalah adanya suatu kondisi yang oleh para praktisi pendidikan, sosiolog, dan kaum agamawan sebut sebagai dekadensi moral. Dekadensi berasal dari kata dekaden [keadaan merosot dan mundur] dan moral atau akhlak. Dengan demikian, dekadensi moral merupakan atau bermakna kondisi moral yang merosot [jatuh] atau sementara mengalami [dalam keadaan] mundur atapun kemunduran; kemunduran dan kemorosatan yang terus menerus [sengaja atapun tidak sengaja] terjadi serta sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnnya. Di samping ketidakpedulian pada agama, kondisi sosia-kultural masyarakat yang buruk; motivasi agar memperoleh kepuasan melalui banyak [adanya] harta benda; serta berbagai faktor dan kejahatan lainnya, mempunyai andil besar pada dekadensi moral masyarakat di banyak tempat dan pada berbagai bangsa. Karena paduan kondisi yang buruk dan upaya mencapai semua keinginan hati, biasa membangun motivasi untuk memenuhinya dengan berbagai cara. Jika upaya pemenuhan itu tidak tercapai dengan hal-hal wajar, normal, baik dan benar, maka akan beralih melalui pelanggaran hukum, norma, etika, dan seterusnya. Dan ketika seseorang memasuki peralihan tersebut, maka ia telah terjerumus ke dalam dekadensi moral. Dekadensi moral bukan lingkaran kekuatan ataupun lingkungan yang membentuk manusia agar bertindak negatif serta menabrak nilai-nilai standar kebaikan hidup dan kehidupan. Tetapi, sifat dan sikap negatif manusia lah yang menciptakan atau memperlihatkan dekadensi moral. Pada kondisi tersebut, manusia telah menciptakan ketidakteraturan dengan cara mematahkan rambu-rambu moral dan teguran suci suara harinya, sehingga berdampak pada kerusakan sistem sosial-kultural dan hukum serta norma-norma, dan lain sebagainya yang

berlaku dalam komunitas masyarakat. Akibatnya, hampir semua sistem dalam komunitas tersebut menjadi rusak dan mengalami degradasi serta dekadensi. Dan dalam kondisi yang rusak tersebut, orang-orang berinteraksi di dalamnya, karena berbagai kepentingan, dipaksa dan terpaksa untuk mengikuti atau ikut terjerumus pada arus kerusakan. Mereka, secara bersama ataupun sendiri-sendiri, akan bersikap dan berperilaku yang sama; sama-sama memelihara kerusakan, pelanggaran norma, peraturan, dan undangundang, serta ketidakteraturan lainnya agar dapat mencapai keuntungan lalu mampu memenuhi semua keinginan hatinya. Realitas hidup dan kehidupan manusia yang mencerminkan dekadensi moral dapat terlihat pada kata dan perilakunya sehari-hari. Dekadensi moral dapat dan mudah terjadi pada orang-orang tertentu, manusia secara individu, kelompok atau komunitas masyarakat, kumpulan ataupun institusi sosial, pemeritah, maupun keagamaan. Hal-hal itu, tercermin dengan adanya ketidaksidiplin, pelanggaran HAM, KKN, berbagai tindak manipulasi, penyalahgunaan kekuasaan dan jabatan, perselingkuhan, pelacuran, perampokan,

pembunuhan, kriminalitas, serta berbagai kejahatan dan penyimpangan lainnya. Dekadensi moral ada pada masyarakat maju dan berpendidikan di perkotaan; namun bisa muncul pula pada masyarakat yang belum maju di pedesaan. Terjadi pada lingkungan rakyat biasa; ada juga pada tataran birokrat, politisi, pemegang kekuasaan, pemangku jabatan struktural maupun fungsional, bahkan keagamaan. Hal tersebut, juga bermakna bahwa setiap orang [dalam jabatan dan fungsional apapun] berpeluang terjerumus ke dalam sikon dekadensi moral. Dengan itu, dapat dipahami bahwa tidak sedikit tokoh-tokoh terkenal ataupun pemimpin yang mempunyai tampilan diri ganda, yang sebetulnya merupakan suatu kemunafikan. Pada satu sisi, ia adalah sosok idola yang bersih, ramah-tamah, baik hati, suku menolong, dan lain sebagainya. Namun, di sisi lain, ia mempunyai sikap serta tindakan dan perilaku moral yang jauh dari kejujuran, kesetiaan dan ketaatan kepada TUHAN, ia penuh dengan kemunafikan, dan lain-lain. Manusia berwajah ganda seperti itu, ada di mana-mana;

mereka menderita penyakit moral yang menyerang seluruh ekssitensi hidup dan kehidupannya, serta mudah menjangkiti orang lain. 2. KEKUASAAN DAN POLITIK GLOBAL Dengan semua perubahan yang terjadi di sekeliling kita, tidaklah mungkin menunjukkan perubahan yang paling penting. Namun diantara perubahan-perubahan tersebut, terdapat perubahan yang sering tidak kita sadari, pengaturan kekuasaan antar bangsa. Pada abad ke-16, pembagian global masa kini telah mulai muncul. Bangsa yang memiliki teknologi paling maju menjadi kaya dengan menaklukan bangsa lain dan mengeksploitasi sumber dayanya. Kemudian, setelah kapitalisme muncul, beberapa bangsa berindustrialisasi. Bangsa yang baru berindustrialisasi mengeksploitasi sumber daya bangsa yang tidak berindustrialisasi. Menurut teori system dunia, ini menjadikan bangsa yang tidak berindustrialisasi menjadi tergantung dan tidak mampu mengembangkan sumber daya mereka sendiri. Bangsa yang membuat kemajuan tercepat dan paling bermakna dalam bidang-bidang teknologi ditakdirkan untuk menjadi yang lebih dominan. Ini jelas merupakan dominasi bangsa paling berindustrialisasi. Sejak perang dunia II, suatu penataan ulang kekuatan-kekuatan di dunia ( dinamakan geopolitik ) telah menyebabkan terbentuknya suatu triad dalam dunia: Timur yang berpusat di Jepang, Eropa yang berpusat di Jerman, dan belahan bumi Barat yang berpusat di Amerika Serikat. Ketiga kekuatan ini, bersama dengan lima kekuatan lebih kecil yaitu, Kanada, Prancis, Inggris, Italia, dan Rusia sekarang mendominasi dunia. Pada awalnya, mereka menyebut diri mereka G-7, yang berarti Group Of 7 . Raksasa-raksasa industry ini menyelenggarakan pertemuan tahunan dimana mereka menentukan cara mereka membagi pasar dunia dan mengatur kebijakan ekonomi global, seperti suku bunga, tarif, dan pertukaran mata uang. Tujuan mereka adalah mengabadikan dominasi global mereka. Tidak hanya itu, di Negara-negara barat khususnya, dengan mengandalkan dominasi mereka, mereka dengan mudah dan bebasnya mempengaruhi Negaranegara kecil, seperti yang telah kita bahas di atas, yaitu Negara yang tidak berindustrialisasi. Begitu bebasnya mereka memasukkan budaya-budaya yang tentu dengan hal itu, membawa

dampak negative bagi bangsa yang terdominasi, termasuk bangsa kita bangsa Indonesia. Hal itu sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan bangsa kita, begitu banyak perubahan yang terjadi di Negara kita, dengan masuknya budaya-budaya barat di Indonesia, salah satunya adalah adanya perubahan moral atau dekadensi moral. Tentunya mereka mempunyai tujuan tersendiri terutama agar predikat mereka sebagai bangsa yang mempunyai kekuasaan tidak tergeser dan pastinya selalu mengalami peningkatan, maka dengan berbagai cara diluncurkan agar misi mereka dapat tercapai. 3. DEKADENSI MORAL DAN AKAR IDEOLOGISNYA Gaya hidup masyarakat barat yang hedonis telah lama di kritik oleh para pemikir mereka sendiri, diantaranya John Schetineck, seorang penulis cerita besar Amerika( Yusuf Qordhowi,Islam Peradaban Masa Depan) : Problem yang dihadapi Amerika justru kekayaan negeri ini memiliki segalanya dalam jumlah melimpah, akan tetapi tidak memiliki ruhani yang cukup. Seandainya saya ingin menghancurkan suatu bangsa saya akan memberinya sesuatu yang lebih banyak dari yang ia butuhkan kekayaan yang melimpah ini membuatnya rakus, tak berdaya, dan sakit. bangsa kita tidak mungkin dapat hidup lebih lama dengan prinsip prinsip yang dianutnya Kemajuan science, peradaban materi, yang dicapai barat dan selalu mereka banggabanggakan ternyata tak mampu sedikitpun meredam kegelisahan yang menerpa jiwa-jiwa yang berusaha menolak fitrahnya untuk senantiasa beribadat kepada penciptanya, Allah SWT. Sehingga penyakit kejiwaan di masyarakat barat menjadi merajalela dan semakin menunjukkan trend yang beraneka ragam. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya istilah-istilah dan terminologi baru tentang penyakit jiwa yang tak pernah dibayangkan oleh manusia sebelumnya. Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka sehingga apabila mereka telah bergembira ria dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. maka orang orang zalim itu

dibinasakan sampai ke akar-akarnya, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam (QS. Al Anam: 44-45) A. Ideologi Hippies, Akar Budaya Kerusakan Moral Gaya hidup hedonis, seks bebas dan pengunaan obat-obatan penenang yang marak di kalangan artis dan masyarakat barat, dapat ditelusuri sejak kemunculan kaum muda yang menamakan diri mereka, kaum hippies. Mereka muncul di Amerika sekitar awal tahun 60-an yang dilatar belakangi oleh protes kaum muda terhadap perlombaan bom nuklir di era perang dingin antara dua blok penguasa dunia pada waktu itu, yaitu kapitalis Amerika dan komunis Soviet.. Mereka juga memprotes keikutsertaan AS dalam petualangan perang di Vietnam. Lebih lanjut, kaum muda tersebut membentuk sebuah gerakan yang dikenal sebagai hippies atau flower generation. Mereka membentuk ideologi tersendiri untuk mencapai tujuan perdamaian yang mereka inginkan. Ideologi mereka kemudian dikenal bertumpu pada tiga hal yang saling berkaitan, yaitu music, love and drugs. Ideologi mereka menunjukkan eksistensinya ketika digelar Woodstock Festival tahun 1969, di mana lebih dari 500.000 kaum muda datang untuk berkumpul dan menggelar konser musi bersama musisi penganut ideologi hippies pada era tersebut, diantaranya: Carlos Santana, The Who, Jimy Hendrix, dan Janis Joplin. Melalui musik mereka menyuarakan tujuannya, yaitu perdamaian dunia. Tema-tema musik mereka selain perdamaian adalah menyeru kepada dunia tentang pesan-pesan cinta atau ideologi love. Namun perlu digaris bawahi, love disini lebih cenderung dalam pengertian sebagai seks bebas. Ide mereka ini selanjutnya dikenal sebagai sexual revolution. Mereka menolak tatanan masyarakat barat tentang kesucian seks yang harus di dapat melalui lembaga perkawinan. Bagi mereka seharusnya seks secara bebas didapatkan tanpa perlu ikatan perkawinan. Ide ini kemudian di populerkan oleh John Lennon, salah seorang personel band The Beatles dengan ungkapan make a love not a war. Lennon mengkampanyekan ide ini dengan cara cukup aneh, yaitu di tempat tidur dengan pakaian tidur

bersama istrinya, Yoko Ono. Selain itu The Beatles pun menciptakan lagu yang kemudian menjadi credo bagi kaum hippies yaitu All you needed is love. Di Woodstock para hippies mempopulerkan penggunaan zat-zat penenang dan minuman keras seperti cannabis (marijuana), LSD dan alkohol, untuk dikonsumsi sebagai bentuk protes terhadap perang dunia dan bentuk pelarian dari ketakutan terhadap perlombaan senjata. Pada awalnya ideologi hippies ini mendapat tantangan keras dari masyarakat barat yang masih memegang moral kristiani. Sebelum era hippies ini masyarakat barat adalah pemegang teguh moral kristiani yang diantaranya melarang seks bebas dan menghormati institusi keluarga. Ditahun 30-an film film holliwood bisa dikatakan tak berani menampilkan adegan adegan seks secara vulgar. Namun kini nampaknya ideologi hippies ini telah diterima luas bukan hanya di amerika namun merata diseluruh dunia. Hal ini ditandai ideologi hippies telah menjadi indrustri tersendiri yang menguntungkan. Kita bisa melihat bahwa grup grup band liar malah menjadi grup band terkenal dan berubah menjadi mesin penghasil uang. Kita bisa lihat pada grup musik Guns N roses, nirvana, linkin park dll. Semua lagu mereka rata rata berisi syair jorok, memuja syahwat, dan kebencian. Begitu juga dengan michael jackson yang lagu lagunya tak jauh dari memuja syahwat dan perdamaian dunia telah menjadi icon tersendiri bagi indrustri musik. B. Kita Dan Ideologi Hippies Sesungguhnya negara Indonesia sejak awal Orde Baru telah menjadi laboratorium percobaan sekulerisme dan permisivefisme. Budaya hippies ini dapat dikatakan masuk tanpa hambatan berarti dari pemerintah Orde Baru. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya ijin secara mudah atas konser grup rock bercirikan hipppies, Deep Purple, di Indonesia pada era 70-an. Satu hal yang sebenarnya aneh bagi iklim politik Indonesia pada saat itu. Karena regime Orde Baru di tahun 70-an menerapkan kebijakan politik yang represif terhadap setiap pertunjukan, sehingga untuk bisa tampil harus mendapatkan ijin yang panjang

dan harus melalui screening institusi ABRI. Sehingga dapat disimpulkan bahwa regime Orde Barulah yang paling tahu dan bertanggung jawab terhadap derasnya arus liberalisasi dan ideologi hippies ini. Sejak saat itulah bangsa ini, terutama para pelajar dan mahasiswa akrab dengan ideologi dan kebudayaan barat terutama ideologi hippies yang sedang trend pada masa tersebut. Kaum muda kita mulai akrab sedikit demi sedikit dengan gaya hidup hippies seperti seks bebas, drugs, clubbing, disko dan acara maksiat lainnya. Kampus-kampus mulai akrab dengan pertunjukkan musik yang memang didukung oleh pemerintah Orde Baru dan sponsor dari perusahaan-perusahaan kapitalis. Seks bebas, clubbing, disko dan drugs perlahan telah menjadi ukuran kemodernan kaum muda kita. Kemudian muncullah grup-grup musik yang berciri hippies, yaitu lagu bertema cinta yang mendayu-dayu dan tentang perdamaian dunia. Kemudian semakin berkembang sejak reformasi melanda negeri ini dimana kemunculan grup band layaknya seperti cendawan yang tumbuh dimusim hujan. Dan perlu dicatat, grup-grup musik tersebut rata-rata menjadikan cinta sebagai tema dalam lagu-lagunya, dan hal ini secara langsung maupun tidak langsung merupakan pengaruh ideologi hippies Bukan hanya lagu yang terpengaruh gaya hippies, bahkan dalam perilaku keseharian pun tidak bisa lepas dari gaya-gaya generation flower ini. Kawin cerai, perselingkuhan, pamer aurat, clubbing, drugs adalah cerita yang selalu di tampilkan para artis di acara gossip di televisi. Di lapisan masyarakatpun budaya seks bebas semakin merajalela. Seks bebas pun tidak hanya terjadi pada kalangan mahasiswa namun juga sudah ke remaja SMP. Bahkan yang lebih mengerikan adalah munculnya budaya merekam adegan zinah. Sekarang banyak beredar rekaman adegan zinah remaja melalui handphone dan internet. Tampaknya remaja sekarang sudah beranjak dari zinah sembunyi-sembunyi menuju zinah secara terang terangan.

4. UPAYA PENANGGULANGAN DEKADENSI MORAL

Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyimpang dikalangan para remaja. Diantaranya adalah sebagai berikut: Pertama, longgarnya pegangan terhadap agama. Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi tidak akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran-pelanggaran yang sama. Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguhsungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin besar peluang untuk melakukan hal-hal yang menyimpang. Memantapkan Iman Dan Mengukuhkan Jati diri Keimanan dan
kepribadian yang tinggi adalah benteng yang paling ampuh untuk memberantas gejala keruntuhan moral. Keruntuhan akhlak dikalangan remaja hari ini dilihat tidak mempunyai keutuhan moral. Dan langkah pertama untuk membentuk keutuhan moral AKHLAK.

Masalah kenakalan remaja dewasa ini menunjukkan kecenderungan meningkat secara kuantitatif bahkan secara kualitatif, sehingga perlu diambil langkah-langkah positif dan lebih terarah. Jika masalah kenakalan remaja ini tidak segera ditanggulangi, dikhawatirkan akan mengakibatkan meluasnya dekadensi moral remaja. Lebih jauh lagi, masalah kenakalan remaja menyangkut nasib dan harapan remaja sekarang dan hari depan generasi muda dalam rangka kepentingan nasional. Oleh karena itu, masalah kenakalan remaja harus ditanggapi dan ditanggulangi secara nasional dan dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua lapisan masyarakat. Kalau masalah ini dibiarkan begitu saja, akan menimbulkan kehidupan remaja yang

tidak tertib, keamanan dan ketertiban umum terganggu dan selanjutnya akan menimbulkan gangguan dan bahaya terhadap kondisi nasional. Upaya penanggulangan kenakalan remaja menurut Tim sosiologi (1990:109 110) dalam buku Panduan Belajar Sosiologi, dibedakan kedalam tiga upaya, yaitu preventif (pencegahan), upaya represif (pemberian hukuman) dan upaya kuratif (penyembuhan). A. Upaya preventif yang dapat dilakukan dalam rangka mencegah timbulnya kenakalan remaja di antaranya: 1. Peningkatan kesejahteraan keluarga; 2. Mendirikan klinik bimbingan psikologi dan edukatif untuk memperbaiki tingkah laku dan membantu kesulitan mereka; 3. Mendirikan lembaga rehabilitasi untuk memberikan latihan kreativitas kepada anakanak dan para remaja yang membutuhkan; 4. Membuat badan supervisi dan pengontrol terhadap kegiatan remaja (remaja yang nakal), disertai program yang korektif; 5. Mendirikan badan pengadilan khusus anak dan remaja; 6. Menyelenggrarakan diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk usaha membangun kontrak manusiawi di antara para remaja dengan masyarakat luar, sehingga kita dapat memahami jenis kesulitan dan gangguan pada diri remaja; B. Tindakan represif (hukuman) yang dapat diberikan kepada para remaja dilakukan dengan cara menerapkan hukuman yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Tujuan pemberian hukuman itu adalah agar timbul efek jera serta pengaruhnya dapat menggugah hati nurani remaja tersebut untuk hidup mandiri, layak, dan terhormat. C. Jika seorang remaja sudah terlanjur melakukan tindakan kenakalan, maka perlu diadakan upaya kuratif (penyembuhan). Upaya kuratif yang dapat dilakukan di antaranya:

1. Menghilangkan sebab musabab timbulnya kejahatan remaja, baik yang bersifat pribadi, keluarga, masyarakat, ekonomi dan adat-istiadat atau budaya; 1. Memindahkan anak-anak atau remaja nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah lingkungan sosial yang baik; 2. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib dan disiplin; 3. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan keterampilan (vokasional) untuk mempersiapkan anak remaja itu bagi pasaran kerja dan hidup di tengah masyarakat; 4. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan pembangunan; 5. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik emosional dan gangguan kejiwaan lainnya.

Peranan orang tua adalah amat penting dalam memberikan perhatian yang serius terhadap anak-anak mereka. Orang tua mestilah memperhatikan setiap gerak-gerik atau pergerakan anak-anak mereka. Orang tua hendaklah sentiasa mengetahui dan mengenal pasti masalah yang dihadapi oleh anak mereka serta sanggup meluangkan waktu untuk mengatasai masalah tersebut. Orang tua juga seharusnya mengetahui rekan-rekan anak mereka dan sentiasa memastikan anak-anak mereka berkawan dan bergaul dengan mereka yang mempunyai kedudukkan moral yang baik. Selain itu orang tua hendaklah menghabiskan sebahagian daripada masa seharian bersama anak-anak mereka dengan memberikan keyakinan, keberanian, mewujudkan sikap positif terhadap masalah, emosi dan keputusan. Selain itu tingkatkan penghayatan anak-anak terhadap agama, nilai-nilai murni, motivasi, melatih anak cara bersopan, tepati janji, berketerampilan, menunjukkan keperibadian yang mulia, amanah, sanggup menerima kelemahan diri serta menggali potensi anak. Keluarga mempunyai tugas menanamkan sifat keberagamaan, moral, dan sosial yang harus ditunaikan sebaik-baiknya dalam rangka memperoleh kehidupan yang mulia, sehat,

penuh dengan kebijaksanaan, akal dan logika, rasa sosial yang sehat, penyesuaian psikologis dengan diri sendiri dan orang lain, serta cinta tanah air (Imi Khuzami, 2004:29). Setelah terwujud suasana keluarga yang harmonis dan orang tua mampu memberikan bimbingan maupun pengawasan yang kuat terhadap anak, maka lingkungan sosial pun perlu memberikan kontribusi yang nyata terhadap pencegahan kenakalan remaja. Masyarakat dapat berperan serta dengan menciptakan kondisi sosial yang religius. Penciptaan kondisi sosial tersebut dapat berupa adanya pengajian-pengajian khusus remaja atau pendirian lembagalembaga keagamaan yang melibatkan seluruh kalangan masyarakat. Dengan terciptanya kondisi sosial yang religius, maka kecil kemungkinan para remaja untuk melakukan perbuatan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku di masyarakat. Pihak yang turut berperan dalam upaya pencegahan kenakalan remaja selain keluarga dan masyarakat yaitu lembaga-lembaga pendidikan baik formal maupun nonformal. Institusi pendidikan seperti sekolah dapat mereduksi tingkat kenakalan remaja dengan cara meningkatkan efektivitas maupun intensitas pendidikan yang berorientasi pada moral dan etika. Hal tersebut dapat dilakukan baik pada waktu jam belajar maupun di luar jam belajar. Usaha yang dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan kegiatan ekstra kurikuler keagamaan baik yang bersifat rutin maupun tahunan seperti penyelenggaraan pesantren kilat setiap bulan Ramadhan atau penyediaan jam pelajaran khusus untuk bimbingan kepribadian siswa. Upaya pencegahan kenakalan remaja memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan komitmen bersama antara keluarga, masyarakat, dan sekolah maka setidaknya diharapkan akan mampu mencegah meluasnya permasalahan kenakalan remaja.

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Dekadensi berasal dari kata dekaden [keadaan merosot dan mundur] dan moral atau akhlak. Dengan demikian, dekadensi moral merupakan atau bermakna kondisi moral yang merosot [jatuh] atau sementara mengalami [dalam keadaan] mundur atapun kemunduran; kemunduran dan kemorosatan yang terus menerus [sengaja atapun tidak sengaja] terjadi serta sulit untuk diangkat atau diarahkan menjadi seperti keadaan semula atau sebelumnnya. Upaya pencegahan kenakalan remaja memerlukan kerjasama dari berbagai pihak. Dengan komitmen bersama antara keluarga, masyarakat, dan sekolah maka setidaknya diharapkan akan mampu mencegah meluasnya permasalahan kenakalan remaja.
B. SARAN

Jika kita melihat realita sekarang tentunya di Negara kita ini, sangatlah memprihatinkan. Kemerosotan moral yang dialami oleh bangsa ini sudah sepantasnya lah mendapat perhatian khusus dari pemerintah karena hal ini menyangkut masalah kehidupan manusia, dan tentunya kehidupan yang dimaksudkan adalah kehidupan yang sejahtera, damai, dan religius. Masalah dekadensi moral ini, bisa saja diatasi atau paling tidak diminimalisir oleh pemerintah dengan memberikan tugas atau mengamanahkan kepada para guru dalam mendidik atau menanamkan sikap moral yang baik kepada para pelajar tentunya. Tetapi tidak lepas dari hal itu, peran orang tua disini pun sangat berpengaruh terhadap bagaimana karakter daripada anak, karena ajaran-ajaran moral yang paling pertama diterima oleh anak adalah dari lingkungan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Magnis Frans-Suseno, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral, Jakarta 1985 M.Henslin, James, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi, Erlangga 2006 Al-Quran Dan Terjemahannya, Al-Hikmah Ahmadi Abu, Drs, Sosiologi Pendidikan, Jakarta Rineka Cipta 2007
http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2011/06/20/dekadensi-moral/ http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/muhammad-herry-karyawan-swastadekoadensi-moral-dan-akar-ideologisnya.htm

You might also like