You are on page 1of 8

UJI TOKSISITAS EKSTRAK KASAR KUNYIT TERHADAP LARVA UDANG

Percobaan 8 Praktikum Kimia Bahan Alam (KIM 455)

ELVI RAHAYU (G44080008) Kelompok A Siang

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

PENDAHULUAN
Bahan alam tumbuhan telah banyak digunakan sebagai obat maupun bahan obat walaupun obat modern tersedia di pasaran. Obat dari bahan alam dipercaya aman bagi tubuh dan penggunaannya telah didukung oleh beberapa penelitian mampu meringankan beberapa penyakit. Salah satu penyakit yang sering dialami oleh penduduk di negara maju dan berkembang ialah kanker. Kanker atau karsinoma merupakan penyakit yang disebabkan oleh rusaknya mekanisme pengaturan dasar perilaku sel, khususnya mekanisme pertumbuhan dan perubahan sel yang diatur oleh gen. Sel-sel jaringan tubuh baru tumbuh secara abnormal akibat mutasi genetis sel, menginvasi jaringan sekitar, dan metastasis (menyebar) ke tapak yang jauh (Winarto 2007). Berbagai usaha telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit ini seperti kemoterapi, radioterapi, pembedahan, dan imunoterapi, namun belum dapat mengatasi penyakit kanker dengan memuaskan. Pencarian obat kanker yang lebih spesifik saat ini banyak dilakukan dari bahan alam. Salah satunya ialah penelitian terhadap kurkumin (Gambar 1) sebagai kandungan utama dari kunyit (Curcuma longa L.). Mehta et al. (1997) melaporkan bahwa kurkumin memiliki efek antiproliferatif terhadap turunan sel tumor payudara manusia. Senyawa turunan kurkumin yang dimodifikasi pada kedua cincin aromatis (Nurfina et al. 1994) kemungkinan juga berkhasiat sebagai antikanker.

Gambar 1 Struktur kimia kurkumin (Cikrici et al. 2003). Metode brine shrimp lethality test (BSLT) dengan menggunakan larva udang Artemia salina Leach sebagai hewan uji merupakan salah satu metode yang banyak digunakan untuk pencarian senyawa antikanker baru yang berasal dari tanaman karena murah, cepat, dan dapat dipercaya. Prinsip uji toksisitas adalah bahwa komponen bioaktif selalu bersifat toksik dalam dosis tinggi dan menjadi obat pada dosis rendah. Hasil uji toksisitas dengan metode ini telah terbukti

memiliki korelasi dengan daya sitotoksis senyawa anti kanker (Meyer et al. 1982). Larva udang memiliki kulit yang tipis dan peka terhadap lingkungannya sehingga banyak digunakan dalam uji toksisitas. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan terserap ke dalam tubuh secara difusi dan langsung mempengaruhi kehidupannya. Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau senyawa asing tersebut bersifat toksik (Hamburger & Hastettman 1991).

Gambar 2 Morfologi naplius Artemia (Benijts et al. 1975). Uji toksisitas dengan metode BSLT ini merupakan uji toksisitas akut dimana efek toksik dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat setelah pemberian dosis uji. Toksisitas ditentukan dengan menghitung nilai LC 50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia salina Leach, yaitu konsentrasi ekstrak selama 24 jam yang dapat mematikan 50% populasi larva udang total sebagai hewan uji (Frank 1995). Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BSLT jika harga LC50 < 1000 g/ml (McLaughlin & Rogers 1998). Metode BSLT dapat dipercaya untuk menguji aktivitas toksikologi dari bahan-bahan alami. Percobaan ini bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak kurkumin dengan konsentrasi berbeda terhadap kematian larva udang. Hasil uji toksisitas diketahui dari nilai LC50.

METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam percobaan adalah pipet mikro, tip pipet mikro, pelat pengujian toksisitas terhadap larva udang, labu takar 25 ml, dan pipet Mohr. Bahan-bahan yang digunakan adalah larva udang, ekstrak kurkumin dari kunyit, air laut, dan metanol.

Prosedur Ekstrak kurkumin dari kunyit ditimbang sebanyak 0,5 g, yaitu 0,5009 g dan ditambahkan 1 tetes metanol untuk meningkatkan kelarutan. Setelah itu, ekstrak dilarutkan dengan air laut dalam labu takar 25 ml sehingga diperoleh larutan stok ekstrak dengan konsentrasi 20000 ppm. Sebanyak 10 ekor larva udang dan larutan ekstrak dimasukkan ke dalam pelat pengujian hingga diperoleh konsentrasi 10, 100, 1000, dan 10000 ppm ekstrak di dalam pelat (masing-masing tiga kali ulangan). Blanko dipersiapkan tanpa penambahan ekstrak. Larva udang diinkubasi selama 24 jam. Jumlah larva udang yang mati dihitung dan ditentukan rerata jumlah larva yang mati dari tiga kali ulangan yang dilakukan. Setelah itu, dibuat kurva hubungan antara konsentrasi ekstrak kurkumin kunyit sebagai sumbu X dengan rerata persen kematian larva udang sebagai \sumbu Y untuk mendapatkan nilai LC50.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Ekstrak kasar kunyit yang digunakan pada percobaan ialah hasil ekstraksi yang diperoleh pada percobaan sebelumnya. Ekstrak kunyit telah dibuktikan mengandung kurkumin sekitar 2,56%. Ekstrak kurkumin dipercaya berkhasiat sebagai antikanker karena Mehta eta al. (1997) menyebutkan bahwa kurkumin memiliki efek antiproliferatif terhadap turunan sel tumor. Hal ini berarti pula bahwa ekstrak kurkumin yang digunakan pada percobaan akan mampu mematikan larva udang. Pembuatan dengan konsentrasi yang berbeda yaitu 10, 100, 1000, dan 10000 ppm bertujuan untuk melihat pengaruh ekstrak tersebut terhadap kematian larva udang. Pertimbangan pemilihan larva udang sebagai hewan uji didasarkan karena telur Artemia memiliki daya tahan yang lama (dapat tetap hidup dalam kondisi kering, selama beberapa tahun). Selain itu, telur Artemia lebih cepat dan mudah menetas dalam waktu 48 jam, sehingga dapat dihasilkan naupli dalam jumlah besar yang siap untuk diuji. Larva udang juga memiliki kemampuan untuk mengatasi perubahan tekanan osmotik dan regulasi ionik yang tinggi (Croghan 1957). Alasan lain yang menyebabkan dipilihnya larva udang (naupli) sebagai hewan uji ialah karena larva udang memiliki membran kulit yang tipis, sehingga kematian suatu larva akibat efek sitotoksik dari senyawa bioaktif dapat dianalogikan dengan kematian sebuah sel dalam organisme (Fenton 2002; Gad 2007). Larva udang yang digunakan berumur 48 jam dan digunakan 10 ekor larva udang pada masing-masing konsentrasi ekstrak maupun blanko. Salah satu metode analisis statistika yang digunakan untuk menghitung nilai LC50 ialah analisis probit. Analisis tersebut diperkenalkan oleh Finney pada tahun 1971. Metode regresi linier digunakan untuk mendapatkan grafik garis lurus apabila probit kematian ditransformasikan terhadap konsentrasi. Konsentrasi yang dapat mengakibatkan 50% kematian populasi hewan diperoleh dengan menarik garis dari 50% probit kematian (Finney 1971). Grafik penentuan nilai LC50 dapat dilihat pada Gambar 3. Kurva regresi linier menunjukkan hubungan antara logaritma konsentrasi ekstrak kurkumin yang digunakan (dalam ppm) sebagai sumbu x dan persen kematian larva udang sebagai sumbu y. Bila persamaan garis

regresi linier yang diperoleh ialah y = a + bx dengan a menunjukkan konstanta persamaan dan b menunjukkan kemiringan (slope), maka nilai LC50 merupakan nilai anti-logaritma dari x saat nilai y yang dimasukkan ke persamaan garis sebesar 50.
% Kematian larva udang

y = a+bx

50

Log konsentrasi ekstrak

Gambar 3 Kurva penentuan LC50. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, semua larva udang mati pada semua konsentrasi ekstrak yang digunakan setelah inkubasi selama 24 jam. Kematian semua larva udang ini juga terjadi pada blanko. Hasil yang tidak diharapkan ini menyebabkan penentuan LC50 tidak bisa ditentukan. Kesalahan pada percobaan bisa saja terjadi. Larva udang memiliki toleransi yang tinggi terhadap selang salinitas yang luas, mulai dari air tawar hingga air yang bersifat jenuh garam. Oleh karena itu, kesalahan mungkin terletak pada air laut yang digunakan pada percobaan, bukan karena tingkat salinitas air laut, tetapi karena kemungkinan mengandung senyawa lain berpengaruh pada kehidupan larva. Larva udang dengan kulit yang sensitif langsung dipengaruhi kehidupannya oleh zat asing dari air laut. Hal ini juga menyebabkan semua larva pada konsentrasi rendah 10 ppm hingga konsentrasi tinggi 10000 ppm ikut mati, termasuk pada blanko (tanpa ekstrak). Pengaruh konsentrasi ekstrak kurkumin terhadap kematian larva udang tidak dapat terlihat sehingga harus dilakukan percobaan ulang. Suatu ekstrak dikatakan aktif sebagai antikanker berdasarkan metode BSLT jika harga LC50 < 1000 g/ml (McLaughlin & Rogers 1998).

SIMPULAN
Uji toksisitas terhadap larva udang dengan metode BSLT pada percobaan ini tidak memberikan hasil dan nilai LC50 tidak dapat ditentukan. Pengaruh

konsentrasi ekstrak kasar kunyit yang mengandung kurkumin terhadap kematian larva udang tidak dapat terlihat karena beberapa kesalahan pada percobaan. Oleh karena itu, percobaan harus diulangi untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA
Benijts F, Voorden EV, Sorgeloos P. 1975. Change in the biochemical composition of the early larval stages of the brine shrimp Artemia salina L. 10th European Symposium on Marine Biology 1: 1-9. Cikrici S, Ekran M, Hasibe Y. 2003. Biological activity of curcuminoids isolated from Curcuma longa. J. Econ. Etomol. 2: 19-24. Croghan PC. 1957. The osmotic and ionic regulation of Artemia salina. Zoology Journal 10: 219-232. Fenton J. 2002. Toxicology : A Case Oriental Approach. Boca Raton: ORC Pr. Gad SC. 2007. Animal Modeling in Toxicology: 2nd Edition. Boca Raton: ORC Pr. Finney DJ. 1971. Probit Analysis. Ed. ke-3. England: Cambridge University Press. Frank CL. 1995. Toksikologi Dasar. Edi, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Basic of Toxicology. Hamburger M, Hostettmann K. 1991. Bioactivity in plant: The link between phytochemistry and medicine. Phytochemistry 12: 3847-3864. McLaughlin, Rogers L. 1998. The use of biological assays to evaluate botanicals. Drug Information Journal 32: 513-524. Mehta KA, Pantazis P, McQueen T, Aggarwal BB. 1997. Antiproliferative effect of curcumin (diferuloylmethane) against human breast tumor cell lines. Anti-cancer Drugs 8: 470-481. Meyer BN, Ferrigni NR, Putnam JE, Jacobsen LB, Nichols DE, McLaughlin JL. 1982. Brine shrimp: A convinient general bioassay for active plant constituents. Planta Medica 45: 31-34. Nurfina AN, Samhoedi R, Timmerman HAJ, Sugiyanto. 1994. The synthesis of some symmetrical curcumin derivatives and the study of their antiinflamamatory activities as well as structure-activity relationships [disertasi]. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Winarto WP. 2007. Pengobatan Herbal untuk Kanker Payudara. Jakarta: Gramedia.

You might also like