You are on page 1of 14

BAB II PENGUKURAN PENGUKURAN LISTRIK DAN MAGNET

Pada bab ini akan dijelaskan cara-cara mengukur besaran-besaran dasar listrik seperti tegangan, tahanan, dan impedansi secara teliti (tegangan dan arus dapat segera diukur dengan alat penunjuk seperti yang dijelaskan dalam BAB I), cara-cara pengukuran besaran magnet dan penjelasan karakteristik dari material-material magnet, cara-cara pengukuran untuk mendapatkan ketelitian yang baik, dan juga penjelasan tentang bagaimana mengerti sirkit listrik. II.1 POTENSIOMETER Alat-alat ukur yang akan mengukur tegangan secara langsung atau dengan mengalikannya dengan suatu tegangan tertentu, disebut potensiometer. Alat yang membangkitkan tegangan yang akan dipergunakan sebagai referensi, disebut standar tegangan; dalam hal ini digunakan sel standar atau diodazener. II.1.1 Prinsip Kerja Dari Potensiometer Dalam gambar 2.1 Vs adalah tegangan standar (referensi gaya gerak listrik) dan Vx adalah tegangan yang akan diukur. Tahanan R dari a ke b adalah tahanan yang dilengkapi dengan sikat yang mempunyai posisi kontrak, yang dapat diatur seperti yang diperlihatkan dalam gambar dan arus I dialirkan dari baterai E melalui suatu rheostat Rh yang dapat diatur. Pertama-tama, hubungkan tegangan standar Vs seperti pada gambar 2.1(a) dan tetapkan posisi dari sikat-sikat seperti s, sesuai dengan Vs. Karena tahanan dari a ke b adalah Rs, maka tegangan dari IRs merupakan perbandingan antara a s oleh karena arus I. Bila tegangan ini sama dengan Vs, maka galvanometer G tidak akan menunjukkan pergeseran, meskipun penghubung K ditutup. Langkah ini, untuk menyatakan kesamaan dari tegangan Vs dan IRs, dengan cara melihat galvanometer G hingga tidak memberikan refleksi disebut membalansasikan Vs dan IRs.

Untuk membalansasikan Vs dengan IRs, Rh diatur untuk mengatur arus potensiometer I. Misalkan bahwa arus pada keadaan setimbang adalah Is maka:

Vs = Rs Is

(2-1)

Kemudian hubungkan tegangan yang akan diukur Vx, seperti dalam gambar 2.1(b). Misalkan G tidak memberikan defleksi meskipun penghubung K ditutup dan posisi dari sikat-sikat diatur sampai pada posisi x. Dengan demikian maka arus yang mengalir pada a b akan seperti Is dan tegangan IsRx akan terdapat pada a x. karena dalam keseimbangan dengan Vx, maka:

Vx = RxIs

(2-2)

Dari persamaan (2-1) dan (2-2) yang didapatkan melalui dua langkah untuk keseimbangan seperti yang dijelaskan di atas, maka: (2-3) Jadi, tegangan yang tidak diketahui Vx dapat diketahui dari hasil pekalian tegangan yang diketahui Vs dengan rasio tahanan-tahanan Rx/Rs. Patut diketahui bahwa Rx dan Rs hanya tersangkut di dalam kebutuhan, sebagai suatu rasio, sehingga harga-harga mutlaknya tidak perlu diketahui. Dengan demikian, bila posisi s dibuat dengan harga-harga skala dari tegangan standar Vs dan posisi sikat lainnya dibuat dengan harga Vs(Rx/Rs), maka harga dari Vx

dapat segera dibaca dari posisi skala dimana Vx didapatkan dari keadaan kesetimbangan. Langkah menyeimbangkan yang pertama dengan pertolongan Rh adalah untuk membuat arus potensiometer mencapai suatu harga yang tetap yaitu Is =Vs/Rs dan setelah langkah ini maka tegangan melalui a- x sesuai dengan posisi dari sikat-sikat akan sama dengan Vs(Rx/Rs). Dengan pengertian ini maka langkah penyeimbangan yang pertama disebut menstandarisasikan arus potensiometer. Jadi, dapat disimpulakn bahwa suatu potensiometer memungkinkan arus tetap mengalir melalui tahanan yang memmpunyai berbagai ratio yang diketahui secara teliti dan mengukur tegangan yang tidak diketahui dengan mempersamakannya kepada suatu perkalian dari tegangan yang diketahui. Cara pengukuran tegangan dimungkinkan karena rasio tadi, tahanan-tahanan dapat diukur dengan ketelitian yang sangat baik, lagipula rasio tersebut akan stabil tanpa dipengaruhi oleh umur. Dalam pengukuran yang mempergunakan prinsip

potensiometer ini, maka arus potensiometer harus dibuat tetap di antara kedua langkah menuju kepada keseimbangan-keseimbangan yang dimaksudkan di atas. II.1.2 Ciri-ciri Dari Potensiometer Dari hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, cara pengukuran dengan potensiometer ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) Pengukuran dengan potensiometer dapat dibuat tanpa menarik arus dari sumber tegangan Vs atau Vx. Pada umumnya bila arus di ambil dari sumber tegangan, maka tegangan terminal dari sumber tersebut akan turun. Bila arus yang diambil dari sumber tegangan adalah I dan penurunan tegangan pada terminal-terminalnya adalah V, maka sumber tegangan tersebut dapat digambarkan seperti pada gambar 2.2, dimana V0 adalah tegangan terminal terbuka, Rt adalah tahanan dalamnya. Tegangan terminal terbuka ini harus diukur tanpa mengambil arus dari sumber tegangan. Tahanan dalam dari sumber tegangan tidak dapat diukur secara terpisah dari sumber tegangan tersebut dan demikian pula penurunan tegangannya bila arus yang ditarik dari sumber tegangan tersebut tidak diketahui. Jadi dapat

dimengerti bahwa dengan menggunakan potensiometer, maka tegangan terminal terbuka dapat diukur.

2) Untuk menghubungkan sumber tegangan dengan sikat-sikat, digunakan pengantar-pengantar yang mempunyai hambatan. Antara sikat dari potensiometer terdapat pula tahanan-tahanan kontak. Akan tetapi dalam pengukuran dengan potensiometer, arus tidak mengalir dalam pengantarpengantar ke sumber tegangan maupun melalui sikat-sikat sehingga persamaan-persamaan (2-1) dan (2-2) adalah benar, dengan tidak dipengaruhi oleh harga tahanan penagntar maupun tahanan kontak dan dengan demikian maka tegangan yang sebenarnya dapat diukur. Sebaliknya dengan alat pengukur volt, akan terdapat arus kecil sebesar 1mA sampai 10A yang mengalir melalui alat pengukur volt dalam penggunaannya untuk pengukuran tegangan dan akan memungkinkan terjadinya kesalahan-kesalahan yang cukup berarti, tergantung dari cara pengukuran yang dipakai seperti yang dijelaskan pada BAB I.

3) Galvanometer yang dipakai sebagai alat deteksi pengukuran keseimbangan, hanya diperlukan untuk melihat ada atau tidak adanya arus, tidak memerlukan skala pembacaan. Jadi, galvanometer yang mempunyai kepekaan yang tinggi bisa mempergunakan tabel 1-3. Potensiometer biasanya mempunyai skala dengan batas daerah pengukuran antara 1,6 sampai 2,0V. Potensiometer biasanya

diklasifikasikan sebagai bertahanan rendah sekaligus mempunyai tahanan tinggi. Potensiometer yang mempunyai tahanan rendah adalah 100 ke bawah sedangkan yang mempunyai tahanan tinggi kira-kira 1.000 sampai

dengan 10.000. Arus potensiometer adalah sekitar 20 - 30 mA untuk yang bertahanan rendah dan sekitar 0,1 mA untuk yang bertahanan tinggi. Adalah syarat mutlak bahwa untuk pengukuran dengan

potensiometer, bahwa arusnya harus tidak berubah antara kedua langkah keseimbangan. Untuk potensiometer yang mempunyai tahanan tinggi, arus yang diambil dari sumber tegangan E adalah cukup kecil, sehingga suatu baterai kering akan dapat mempertahankan arus yang cukup stabil. Akan tetapi, dalam penggunaan suatu potensiometer yang mempunyai tahanan rendah, penting untuk menggunakan sumber tegangan yang mempunyai kapasitas cukup besar seperti misalnya suatu baterai penyimpan energi listrik. II.1.3 Contoh-contoh Potensiometer Praktis Sebagai contoh dari potensiometer yang biasa dipakai dan yang paling sederhana akan dijelaskan di sini. Ini adalah type tahanan rendah. Meskipun terdapat berbagai potensiometer yang jauh lebih sulit dalam strukturnya, akan tetapi penjelasan-penjelasan di bawah ini akan memberikan dasar-dasar untuk pengertiannya.

Dalam gambar 2.3 di atas, D1 dan D2 disebut sebagai tombol-tombol pengukur. D1 mempunyai 15 buah tahanan masing-masing bernilai 5, sedangkan D2 adalah tahanan geser dengan masing-masing 11 lilitan yang berkorespondensi

dengan 200 pembagian pada skala. Jumlah pada tahanan-tahanan D1 dan D2 adalah 80,5. Sebagai sumber tegangan baterai dari 2 V digunakan. Penghubungpenghubung S1 dan S2 bekerja saling mengunci sesamanya untuk merubah faktor perkalian dalam daerah bata pengukuran tegangan. Bila faktor perkaliannya berganti, distribusi tahanan di antara titik-titik P1, P2 dan P3 dalam gambar, diubah seperti perlihatkan dalam gambar 2.4. Akan tetapi, tanpa tergantung pada operasi yang akan dapat dilihat dari suatu perhitungan, dengan memperhitungkan hargaharga tahanan mulai dari harga R1 sampai dengan R6, seperti diperlihatkan dalam gambar 2.3. Arus yang mengalir melalui tombol-tombol D1 dan D2 pada posisiposisi penghubung tertentu adalah 20 mA, 2 mA, dan 0,2 mA seperti diperlihatkan pada gambar. Batas pengukuran masing-masing yang sesuai adalah 1,61 V, 0,161 V, dan 0,,161 V. Tegangan melalui P2 P3 adalah 1,01 V tanpa tergantung dari operasi penghubung. Dengan rheostat Rh yang dapat di atur sehingga yang melalui P2 P3 adalah 1,01 V seperti yang dijelaskan di atas, batas pengukuran dari potensiometer ini dapat berubah dalam 3 langkah operasi penghubung S1 dan S2. Namun, arus yang diambil dari sumber tegangan, tidak tergantung dari operasi penghubung. Arus yang mengalir melalui tombol dari sel standar D3 tidak tergantung dari penghubung pengatur batas ukur. Jadi, bila jumlah dari tegangan melalui P3 P4 dan P2 P3 dibuat sama dengan tegangan dari sel standar, maka operasi dari penghubung daerah bata pengukuran dapat dijalankan dengan betul. Tegangan dari sel standar adalah kira-kira 1,01865 V, meskipun akan tergantung dari temperatur dan memperlihatkan sedikit perbedaan antara berbagai sel-sel standar. Jadi, tombol D3 dikaliberasikan dengan tegangan yang dibangkitkan melalui P2 P4 bila arus seluruhnya adalah 22 mA. Prosedur untuk penggunaan potensiometer adalah : 1) Hubungkan E, Vs, Vx dan G kepada potensiometer. 2) Pindahkan penghubung K ke sisi Vs. 3) Pilihlah daerah pengukuran dengan memperkirakan harga dari Vx dan tempatkann S1 dan S2 untuk memenuhinya.

4) Tempatkan tombol D3 kepada harga tegangan dari sel standar yang dipergunakan (seperti ditentukan dari kaliberasinya kepada temperatur ruangan). 5) Tutuplah penghubung K3 dan aturlah Rh untuk membalansir Galvanometer kemudian tutup K2 dan atur Rh. Selanjutnya tutup K1 dan atur Rh. Agar Galvanometer tidak mengalami kerusakan-kerusakan, misalnya

kemungkinan terbakar pada saat permulaan dimana titik keseimbangannya belum bisa didekati, urutan dari menghubungkan harus dilihat dengan menempatkan tahanan yang tinggi dengan memakai K3 dan diikuti dengan langkah-langkah tahanan-tahanan yang lebih kecil dengan mempergunakan K2 dan K1 dari jaringan galvanometer. Bila penghubung-penghubung ditutup melalui cara berurutan mulai dari K3, K2 dan k1 secara berurutan, keseimbangan yang lebih halus akan didapat dan kemudian mengatur Rh dengan menggunakan tombol c (kasar), m (medium), dan f (halus). Pada saat K1 terbuka, tahanan dimasukkan pada sisi r dan dengan demikian G dihubung pendekkan melalui r. Ini akan memungkinkan galvanometer G untuk tidak bervibrasi secara berlebihan. 6) Pada saat ini potensiometer telah siap untuk dipakai. Kemudian putarlah K ke sisi Vx dan aturlah D1 dan D2 sambil menutup penghubung-penghubung secara berurutan K3, K2 dan K1 untuk membalansirkan dengan tegangan yang akan diukur Vx. Bacalah tombol-tombol D1 dan D2. 7) Untuk meyakinkan bahwa arus potensiometer telah dibuat tetap selama langkah-langkah (5) dan (6) dijalankan, putarlah K kembali ke sisi Vs dan periksalah kondisi dari keseimbangan. Bila perubahan telah terjadi aturlah Rh kembali. 8) Biasanya pada waktu pemindahan dari K antara sisi Vs dan sisi Vx, secara berurutan ke sisi Vs kemudian ke sisi Vx, kembali ke sisi Vs, kembali ke sisi Vx, kembali ke sisi Vs, maka harga Vx dibaca dan harga rata-rata dari pembacaan tersebut diambil. Bila pengaturan kembali dari Rh diperluka oleh setiap keadaan seimbang pada sisi Vs, maka ini memperlihatkan bahwa sumber

tegangan E tidak cukup kapasitasnya atau terdapat penyimpanganpenyimpangan lain. 9) Ubahlah polaritas dari E, Vs dan Vx dan ulangi langkah (5) sampai (8) untuk mendapatkan harga Vx. Harga rata-rata yang didapatkan dari (8) dan (9) akan memberikan harga Vx yang dicari. Gambar 2.5 memperlihatkan bentuk dari potensiometer yang agak berbeda sedikit seperti yang diperlihatkan dalam gambar 2.3. Ini akan menolong dalam mengerti penjelasan di atas. II.1.4 Tombol-tombol Potensiometer Gambar 2.6 memperlihatkan jaringan potensiometer yang disebut jaringan Feusnner. Arus potensiometer I mengalir melalui tombol-tombol Rh, D1, D2 ,D3 dan D4 dalam rangkaian seri. Tombol-tombol D3 dan D4 dibuat seperti dalam gambar untuk memungkinkan perubahan sedemikian rupa, sehingga masing-masing dari R3 + R3 dan R4 + R4 adalah selalu tetap sehingga arus seluruhnya tidak berubah oleh adanya operasi-operasi perubahan pada tombol-tombol D3 dan D4. Tegangan yang harus dibalansirkan dengan tegangan yang akan diukur Vx adalah I(R1 + R2 + R3 + R4). Jadi bila R1, R2, R3 dan R4 dibuat rasio persepuluhan secara berurutan, maka suatu potensiometer dengan 4 tombol dapat dibuatkan. Gambar 2.7 memperlihatkan jaringan potensiometer yang disebut jaringan Kelvin-Varley. Tombol D1 terdiri atas 11 tahanan dalam seri yang masing-masing sebesar R1. Tombol D2 terdiri dari 10 tahanan, masing-masing dibuat 2 R1/10. Bila terminal 0/10 dari tombol D2 dihubungkan secara parallel dengan salah satu dari 2(dua) langkah dari tombol D1 seperti diperlihatkan dalam gambar, maka tegangan melalui keseluruhan tombol D2 adalah sama dengan 1/10 dari tegangan yang terdapat pada keseluruhan tombol D1. Jadi seperti yang diperlihatkan dalam gambar, maka tegangan antar A B adalah IR1 (3 + 0,6). Pada jaringan-jaringan Kelvin-Varley, seperti pada jaringan-jaringan Feusnner maka arus potensiometer mengalir melalui kontak-kontaknya dan dengan demikian maka tahanan kerjanya haruslah jauh lebih besar dari tahanan-tahanan kontak tersebut. Tahanantahanan kontak besarnya berkisar 1 m. Dalam kedua jaringan-jaringan tersebut

tahanan tombol-tombolnya akan menurun bila tombol-tombol digerakkan secara berurutan melalui D1 ke D2 ke D3 dan oleh sebab ini maka kedua sirikit ini dipergunakan pada potensiometer tahanan tinggi. Dalam gambar 2.8 diperlihatkan sirkit Dieselworst. Dalam sirkit ini, arus total dibagi dalam Ic dan Id. Misalkan bila tahanan pembagi dipilih, sehingga Ic = 10Id, maka potensiometer ada dalam keadaan seimbang bila:

(2-4)

Tombol D1 diberikan tanda-tanda sesuai dengan pertambahan Rac, sedangkan tombol D2 dalam penurunan dari Rac. Akan tetapi, seperti pula silihat dalam jaringan-jaringan utama dari gambar ini, maka pengukuranpun mungkin bila polaritas dari tegangan yang akan diukur Vx trbalik. Tombol-tombol D1 dan D2 dapat dibuat seperti tombol-tombol secara digit berganda dengan

mempergunakan tombol-tombol dari type Feusnner atau type Kelvin-Varley.

II.1.5 Alat Pengukur Volt Diferensial

Untuk suatu potensiometer, sangat penting untuk mengkaliberasikan arus potensiometer. Untuk melakukan hal ini, maka suatu tegangan secara langsung dapat dibaca pada tombol-tombol dari potensiometer yang besarnya sesuai dengan posisi dari masing-masing sikat dari tombol-tombol pengukur. Gambar 2.9 adalah kombinasi dari gambar 2.1(a) dan (b). Bila Rh dapat diatur secara otomatis, apabila sisi Vs tidak dalam keadaan seimbang, maka tegangan yang dapat dibaca pada skala pada tombol-tombol pengukur dari operasi tombol pengukur tersebut. Hal ini merupakan pemikiran-pemikiran dasar dan dalam praktek beberapa perubahan-perubahan akan didapat. Peralatan yang dipergunakan untuk membangkitkan tegangan-tegangan yang diketahui dalam digit berganda, yang dibuat dengan cara yang dijelaskan sebelumnya, disebut kaliberator tegangan. Sedangkan, peralatan untuk mengukur tegangan yang tidak diketahui dengan menyeimbangkan terhadap tegangan yang dihasilkan dari kaliberator tegangan disebut pengukur tegangan atau pengukur volt diferensial. Gambar 2.10

memperlihatkan suatu pengukur tegangan diferensial yang biasanya ditemui. Batas-batas pengukurannya bias diubah ke salah satu dari keempat tegangan yaitu 0 sampai 1 V, 0 sampai 10 V, 0 sampai 100 V dan 0 sampai 1.000 V. Ketelitian pengukurannya dapat dicapai 0,003% harga skala maksimum. Dengan peralatan ini, maka kaliberasi dari arus potensiometer tidak diperlukan lagi,sehingga caracara pengukuran menjadi sangat sederhana. Perlu dijelaskan, sebagai catatan, bahwa tidak ada arus yang berarti ditarik dari sumber tegangan yang sedang diukur.

II.1.6 Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Potensiometer


II.1.6.1 Memperbesar batas-batas pengukuran

Pada umumnya potensiometer digunakan untuk mengukur tegangantegangan dibawah 2 V. Bila tegangan-tegangan yang lebih besar harus diukur, maka perkalian harus digunakan bersama dengan potensiometer seperti halnya pada alat-alat pengukur listrik. Multipler atau perkalian yang dipakai dengan potensiometer adalah pembagi tegangan dan diperlihatkan dalam gambar 2.11. Bila misalnya tegangan yang akan diukur adalah antara 75 150 V, maka seperti diperlihatkan gambar maka tegangan tersebut harus dihubungkan secara terminal untuk tegangan yang maksimum 150 V. Dengan demikian maka tegangan yang masuk dalam terminal dari potensiometer melalui pembagi tegangan tersebut adalah 1/100 lebih kecil. Tegangan ini diukur dengan potensiometer dan pembacaan potensiometer dikalikan dengan faktor perkalian (dalam hal ini 100) akan memberikan harga tegangan yang akan diukur. Penggunaan dari pembagi tegangan ini berarti bahwa arus diambil dari sumber tegangan yang akan diukur. Jadi harga dari tahanan pembagi ini sebaiknya harus tinggi. Akan tetapi, tahanan-tahanan yang diperlukan dengan harga-harga yang tinggi dan mempunyai karakteristik kerja yang baik, pada umumnya sukar didapat, maka dalam praktek pembagi tegangan tersebut

sebesar 1 k untuk setiap 3 V maksimum seperti yang diperlihatkan dalam gambar. Bila suatu pembagi tegangan digunakan, maka menjadi suatu keharusan agar sumber tegangan yang sedang diukur dihubungkan pertama-tama ke posisi yang mempunyai faktor perkalian yang tinggi. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan kesalahan bila suatu pemilihan faktor terlalu rendah, potensiometer mungkin dibebani tegangan yang terlalu tinggi dan kerusakan dapat berakibat karena hal ini.

II.1.6.2 Pengaruh dari Gaya Gerak Listrik Thermis

Gaya gerak listrik thermis dari berbagai material terhadap tembaga adalah disekitar 10V/derajat Celsius. Dengan demikian bila distribusi temperatur di dalam sirkit pengukuran tidak rata, maka gaya gerak listrik thermis akan mungkin terjadi di dalam potensiometer dan sirkit galvanometer seperti diperlihatkan dalam gambar 2.12. Gaya gerak listrik thermis dinyatakan pengukuran dilaksanakan dengan polaritas (a), maka: Vs = RsIs + ( - ) Vx = RxIs + ( - ) Dan dengan demikian, Vx = (2-5) (2-6) Bila

( -

(2-7)

Persamaan-persamaan di atas, menyatakan bahwa kecuali bila Rx = Rs tegangan tidak diketahui tidak bisa diberikan secara teliti oleh Vx = (Rx/Rs) Vs. kemudian ubahlah polaritas dari arus potensiometer, maka Vx dan Vs akan didapat seperti diperlihatkan dalam gambar (b). Pada saat ini perhatikan bahwa arus potensiometer dan posisi dari keseimbangan dengan Vx telah dirubah dan terdapat: Vs = RsIs + ( - ) Vx = RxIs + ( - ) Dan dengan demikian: (2-5) (2-6)

Vx =

(2-7)

Dengan mengambil harga rata-rata dari persamaan (2-7) dan (2-7),dihasilkan

Vx

(2-8)

suku kedua dari persamaan di atas yang terdapat diantara kurung dapat dihilangkan karena ( - ) sangat kecil dibandingkan dengan Vs, lagipula karena perbedaan antara Rx dan Rx juga kecil dibandingkan Rx atau Rx(Rx = Rx, bila gerak gaya listrik thermis tidak ada). Jadi, dengan pembatasan-pembatasan tersebut maka hasilnya dapat ditulis:

Vx

(2-9)

Hal ini menyatakan bahwa harga Vx dapat diambil sebagai rata-rata dari dua pembacaan dari potensiometer yang diambil dengan polaritas yang berlainan dan dengan menganggap gaya gerak listrik tidak terdapat dalam cara-cara pengukuran yang dilakukan. Untuk pengukuran dengan potensiometer, maka prosedur dengan

pengambilan harga rata-rata dari dua pembacaan yang diambil dengan polaritas yang berlainan adalah suatu keharusan. Lagi pula sangat ditekankan bahwa perbedaan antara kedua hasil pengukruan tersebut haruslah kecil terhadap hasilhasil pembacaan. Cara di atas yang menyebabkan bahwa gaya gerak listrik thermis seakan-akan tidak berpengaruh terhadap hasil pengukuran, mengingat bahwa ( - ) bernilai tetap saat kedua pengukuran tersebut dilakukan. Dengan demikian agar hasil pengukuran tersebut teliti, maka menjadi suatu persyaratan untuk mengusahakan keadaan temperatur keliling serta distribusinya saat pengukuran tersebut dilakukan, dibuat tetap dan tidak berubah sejauh mungkin. Suatu potensiometer telah dirancang untuk meminimalkan kesalahankesalahan pengukuran yang disebabkan oleh adanya gaya gerak thermis dalam potensiometer itu sendiri. Khusus dalam hal alat pengukur volt diferensial dimana perubahan polaritas tidak bisa diadakan, maka perhatian khusus didalam perencanaannya untuk meminimalkan pengaruh dari gaya gerak listrik thermis ini,

terutama yang dibangkitkan di luar potensiometer tersebut. Untuk mencapai hal ini maka: 1) Sejauh mungkin pergunakanlah tembaga untuk pengantar-pengantar maupun terminal-terminal penghubungnya. 2) Berikanlah cukup isolasi thermis untuk menjamin pembagian temperatur yang tetap. II.1.6.3 Sensitivitas Potensiometer Seperti yang diperlihatkan gambar 2.13(a), maka suatu potensiometer dapat dianggap sebagai sumber tegangan yang membangkitkan tegangan yang diketahui E0 berbanding lurus terhadap Rx, pada Vs melalui terminal a b yang sesuai dengan posisi-posisi dari sikat. E0 =

(2-10)

Marilah kita coba untuk membuat hubungan pendek antara terminal-terminal a b. Arus hubung pendek I0 yang mengalir antara terminal-terminal a b pada saat ini diberikan: (2-11)

Dan tahanan yang didefinisikan sebagai:


-

(2-12)

Disebut sebagai tahanan dalam dari potensiometer. Kemudian perhatikan gambar (b). E0 mempunyai harga yang diberikan oleh persamaan (2-10) dan R0 mempunyai harga yang diberikan oleh persamaan (2-12). Tegangan terminal dari sumber tegangan pada (b) adalah E0 dan arus hubung pendek dengan hubungan pendek pada terminal a b adalah I0 sesuai dengan persamaan (2-11). Dengan demikian, potensiometer yang dianggap sebagai

sumber tegangan yang membangkitkan tegangan yang diketahui a b, tidak dapat dibedakan dengan sumber tegangan yang diperlihatkan dalam (b). Dengan demikian, maka sumber tegangan pada (b) disebut sirkit ekivalen dari (a) dilihat dari terminal a b, maka perhitungan-perhitungan dapat dibuat dengan mempergunakan sirkit pengganti seperti dinyatakan dalam (b). Misalkan bahwa sumber tegangan yang sedang diukur Vx mempunyai tahanan dalam r dan galvanometer G mempunyai tahanan pada kumparannya sebesar rg dan dihubungkan kepada terminal a b seperti dalam gambar 2-14. Pada umumnya galvanometer dipergunakan dengan redaman kritis, sehingga dapat dianggap bahwa (rx + R0) adalah sama dengan tahanan luar untuk mencapai redaman kritis. Dari penjelasan di atas maka akan dapat dimengerti bahwa galvanometer yang akan dipakai dengan potensiometer, hendaklah dipilih tidak hanya berdasarkan kpekaan tegangannya saja. Karena tahanan dalam R0 dari potensiometer akan berubah dengan Rx maka tidak akan mungkin untuk memenuhi kondisi-kondisi untuk peredaman kritis dalam semua keadaan. Jadi sebaiknya pilihlah suatu galvanometer yang akan mendapatkan redaman kritisnya dan kpepekaannya pada pertengahan dari daerah pengukuran. Seperti diperlihatkan dalam tabel 1-3 galvanometer yang mempunyai kepekaan tegangan yang baik adalahgalvanometer yang mempunyai tahanan kumparan yang rendah. Dari sini dapat dilihat bahwa untuk pengukuran tegangantegangan yang kecil maka potensiometer yang mempunyai tahanan yang rendah adalah yang terbaik.

You might also like