You are on page 1of 14

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi yang berjalan baik adalah organisasi yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, marah, gembira, dan sebagainya. Emosi-emosi tersebut adalah antithesis dari rasionalitas. Beberapa emosi, terutama bila ditampilkan pada saat yang salah, dapat mengurangi kinerja karyawan. Namun realitasnya tetap saja bahwa karyawan membawa serta satu komponen emosi bersama mereka ke tempat kerjanya dan tidak ada studi yang komprehensif tanpa mempertimbangkan peran dari emosi ditempat kerja. Adanya keyakinan bahwa segala jenis emosi bersifat mengganggu. Mereka beranggapan bahwa emosi negative yang kuat khususnya kemarahan, dapat mengganggu kemampuan karyawan untuk bekerja secara efektif. Mereka jarang memandang emosi dapat bersifat konstruktif, atau mampu meningkatkan kinerja. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan Emosi dan Suasana hati dan bagaimana cara membedakannya ? 2. 3. 4. Dari manakah sumber Sumber-sumber Emosi dan Suasana Hati ? Apa dampak tenaga kerja emosional bagi karyawan ? Bagaimana penerapan konsep emosi dan suasana hati dalam perilaku organisasi ?

1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Emosi dan Suasana Hati serta cara membedakannya. 2. 3. 4. Untuk mengetahui Sumber-sumber Emosi dan Suasana Hati. Untuk mengetahui dampak tenaga kerja emosional bagi karyawan. Untuk mengetahui penerapan konsep Emosi dan Suasana hati dalam Perilaku Organisasi.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Emosi Kata emosi diturunkan dari bahasa Perancis, emotion, dari emouvoir, kegembiraan dari bahasa latin, yaitu emovere, yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002 : 411) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia. (Prawitasari,1995) Berkaitan dengan emosi, ada 3 hal yang terjalin erat satu sama lain, yaitu pengaruh (affect), emosi, dan suasana hati (mood). Pengaruh meliputi kisaran luas perasaan yang dialami orang, merupakan satu konsep yang meliputi baik emosi maupun suasana hati. Akhirnya, suasana hati adalah perasaan yang cenderung menjadi kirang intens dibandingkan emosi, dan yang kekurangan stimulus kontekstual.
Afek
Didefenisikan sebagai beragam perasaan yang dialami orang. Afek dapat dialami dalam bentuk emosi dan suasana hati

Emosi
Disebabkan oleh kejadian spesifik Sangat cepat dalam durasi Bersifat spesifik dan banyak Biasanya disertai dengan ekspresi wajah yang jelas Bersifat berorientasi tindakan

Suasana Hati
Penyebabnya seringkali umum dan tidak jelas Berakhir lebih lama dari emosi Lebih umum (aspek positif dan aspek negatif) Biasanya tidak diindikasikan dengan ekspresi yang jelas Bersifat kognitif

2.2 Aspek-Aspek Emosi Terdapat aspek emosi yang fundamental yang harus dipertimbangkan, diantaranya: Biologi emosi Semua emosi berasal dari sistem limbik otak yang kira-kira berukuran sebesar sebuah kacang walnut dan terletak di batang otak. Orang-orang cenderung merasa bahagia ketika sistem limbik mereka secara relatif tidak aktif. Sistem limbik orang tidaklah sama. Sistem limbik yang lebih aktif terdapat pada orang-orang yang depresi, khususnya ketika mereka memperoleh informasi negatif. Intensitas Setiap orang memberikan respon yang berbeda-beda terhadap rangsangan pemicu emosi yang sama. Dalam sejumlah kasus, kepribadian menjadi penyebab perbedaan tersebut. Pada saat lain, perbedaan tersebut timbul sebagai hasil dari persyaratanpersyaratan pekerjaan. Frekuesi dan durasi Suksesnya pemenuhan tuntutan emosional seorang karyawan dari suatu pekerjaan tidak hanya bergantung pada emosi-emosi yang harus ditampilkan dan intensitasnya tetapi juga pada seberapa sering dan lamanya mereka berusaha menampilkannya. Rasionalitas dan emosi Emosi penting terhadap pemikiran rasional karena emosi

memberikan informasi penting mengenai pemahaman terhadap dunia sekitar. Dalam suatuorganisasi, kunci pengambilan keputusan yang baik adalah menerapkan pemikiran dan perasaan dalam suatu keputusan. Fungsi emosi Dalam The Expression of the Emotions in Man and Animals, Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena memotivasi orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar data bertahan hidup tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia-manusia lain.

2.3 Macam-Macam Emosi Beberapa tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut Descrates, emosi terbagi atas : Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow (sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan), Rage(kemarahan), Love (cinta). Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu : a. Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal hati b. Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihi diri, putus asa c. Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, waspada, tidak tenang, ngeri d. Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang, senang, terhibur, bangga e. Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, dan kemesraan f. Terkejut : terkesiap, terkejut g. Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka h. Malu : malu hati, kesal

Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Dalam the Nicomachea Ethics pembahasan Aristoteles secara filsafat tentang kebajikan, karakter dan hidup yang benar, tantangannya adalah menguasai kehidupan emosional kita dengan kecerdasan. Nafsu, apabila dilatih dengan baik akan memiliki kebijaksanaan; nafsu membimbing pemikiran, nilai, dan kelangsungan hidup kita. Tetapi, nafsu dapat dengan mudah menjadi tak terkendalikan, dan hal itu seringkali terjadi. Menurut Aristoteles, masalahnya bukanlah mengenai emosionalitas, melainkan mengenai keselarasan antara emosi dan cara mengekspresikan (Goleman, 2002 : xvi). Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani danmengatasi emosi mereka, yaitu : sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu

memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani menjadi sia-sia. 2.4 Dimensi emosi Emosi ada beberapa jenis berdasarkan : 1. Varietas : riset mengidentifikasikan enam emosi yang universal, yaitu kemarahan, ketakutan, kesedihan, kegembiraan, kejijikan, dan kejutan. Enam emosi ini dapat dikonseptualisasikan sebagai terus ada sepanjang satu kontinuum, dimana semakin dekat jarak dua emosi apapun pada kontinuum tersebut akan semakin

membingungkan orang. Contohnya adalah kebahagiaan dan kejutan sering dikacaukan, sementara kebahagiaan dan kemuakan jarang sekali. 2. Intensitas : ekspresi yang berbeda dari intensitas emosi yang sama bisa disebabkan dari kepribadian ataupun tuntutan ditempat kerja. Ada orang yang terkendali, tidak pernah memperlihatkan rasa marah, namun ada pula yang sebaliknya. Tentu saja hal ini harus disesuaikan dengan pekerjaan. Presenter misalnya, harus menunjukkan intensitas emosi yang sesuai dengan acara yang dibawakannya. 3. Frekuensi dan durasi : frekuensi dan durasi yang diperlukan untuk tenaga kerja emosional juga harus disesuaikan dengan kemampuan frekuensi dan durasi yang dimiliki karyawan. 2.5 Sumber- Sumber Emosi dan Suasana Hati Kepribadian Kepribadian memberi kecenderungan kepada seseorang untuk mengalami emosi dan suasana hati tertentu. Sebagian orang mempunyai kecenderungan tetap mengalami suasana hati dan emosi tertentu lebih sering dibandingkan orang lain. Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari Orang-orang cenderung berada dalam suasana hati terburuk (afek tertinggi dan afek positif renda) diawal minggu dan berada dalam suasana hati terbaik (afek positif tertinggi dan afek negatif rendah) diakhir minggu. Orang-orang biasanya berada dalam semangat lebih rendah pada awal pagi. Suasana hati cenderung meningkat dan kemudian menurun pada malam hari. Cuaca
5

Cuaca memberi sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Korelasi ilusif menjelaskan mengapa orang cenderung berpikir bahwa cuaca yang menyenangkan meningkatkan Stres Tingkat stres dan ketegangan yang menumpuk ditempat kerja dapat memperburuk suasana hati karyawan, sehingga menyebabkan mereka mengalami lebih banyak emosi negatif. Aktivitas sosial Aktivitas sosial bersifat fisik, informal, atau Epicurean (makan bersama orang lain) lebih diasosiasikan kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan kejadian-kejadian formal atau bersifat duduk terus menerus. Tidur Kurang tidur pada malam sebelumnya memperburuk kepuasan kerja seseorang pada hari berikutnya kerena sebagian besar orang merasa lelah, cepat marah dan kurang waspada. Olahraga Terapi olahraga berpengaruh paing kuat terhadap mereka yang mengalami depresi. Walaupun olahraga berpengaruh secara konsisten terhadap suasana hati, tetapi tidak terlalu kuat. Jadi, olahraga dapat membantuanda berada dalam suasana hati lebih baik. Usia Emosi negatif tampaknya semakin sering terjadi seiring bertambahnya usia seseorang. Bagi seseorang yang lebih tua, suasana hati positif yang tinggi bertahan lebih lama dan suasana hati yang buruk menghilang dengan lebih cepat. Gender Dalam perbandingan antargender, wanita menunjukkan ekspresi emosional yang lebih besar dibandingkan pria, mereka mengalami emosi lebih intens dan mereka menunjukkan ekspresi emosi positif maupun negatif yang lebih sering, kecuali kemarahan. suasana hati mereka. Korelasi ilusif terjadi ketika orang

mengasosiasikan dua kejadian yang pada kenyataannya tidak memiliki korelasi.

2.6 Suasana hati sebagai afek positif dan negatif Afek positif (positive affect), sebagai sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas emosi-emosi positif sepertikesenangan, ketenangan diri dan kegembiraan pada ujung tinggi, dan kebosanan, kemalasan dan kelelahan pada ujung rendah. Afek negatif (negative affect) adalah sebuah dimensi suasana hati yang terdiri atas kegugupan, stres dan kegelisahan pada ujung tinggi, serta relaksasi, ketenangan dan keseimbangan pada ujung rendah. Afek positif dan negatif adalah suasana hati.

2.7 Batasan-batasan Eksternal pada Emosi Setiap organisasi mendefinisikan batasan-batasan yang mengidentifikasi emosiemosi yang dapat diterima dan sampai tingkat mana karyawan dapat

mengekspresikannya. Pengaruh-Pengaruh Organisasional Bukti yang ada mengindikasikan adanya bias terhadap emosi yang intens dan negatif. Ekspresi dari emosi-emosi negatif seperti rasa takut, gelisah dan marah cenderung tidak dapat diterima kecvuali dalam kondisi yang benar-benar spesifik. Misalnya dalam kondisi anggota kelompok berstatus tinggi menunjukkan rasa tidak sabar kepada anggota yang berstatus rendah. Lagipula ekspresi-ekspresi dari emosi yang intens, apakah negatif atau positif cenderung tidak dapat diterima karena manajemen menganggapnya dapat merusak kinerja tugas rutin. Pengaruh-Pengaruh Kultural Tingkat seberapa besar orang mengalami emosi bervariasi dalam setiap kultur. Secara umum, orang-orang dalam sebagian besar kultur tampaknya mengalami emosiemosi positif dan negatif tertentu, tetapi sampai derajat tertentu, frekuensi pengalaman dan intensitas mereka memang bervariasi. Secara umum pula orang-orang di seluruj dunia menginterpretasikan emosi negatif dan positif dengan cara yang sama. Kita semua memandang emosi negatif seperti kebencian, ketakutan, dan kemarahan sebagai hal yang berbahaya dan destruktif. Kebanggaan diri dipandang sebagai emosi positif di kultur-kultur barat yang individualis seperti As, tetapi kultur-kultur Timur seperti Cina dan Jepang cenderung memandang kebanggan diri sebagai emosi yang tidak disukai.

Norma untuk ekspresi emosi berbeda-beda pula di setiap kultur. Penelitian telah menunjukkan bahwa pada negara-negara kolektivis, kemungkinan orang lebih percaya bahwa emosi yang ditunjukkan menimbulkan kaitan antara mereka dengan orang yang mengekspresikan emosi tersebut. Sedangkan orang dalam kultur individualis tidak menganggap bahwa ekspresi emosional orang lain diarahkan kepada mereka. Secara umum, lebih mudah bagi mereka untuk mengenali emosi secara lebih akurat dalam kultur mereka sendiri daripada kultur lain. Menariknya beberapa kultur kekurangan katakata untuk istilah-istilah emosional standar Amerika seperti kegelisahan, depresi, dan rasa bersalah.

2.8 Kerja Emosional Setiap karyawan mengeluarkan usaha fisik dan mental ketika mereka menempatkan kapabilitas tubuh dan kognitif mereka, berturut-turut ke dalam pekerjaan mereka. Tetapi pekerjaan juga membutuhkan kerja emosional. Kerja Emosional adalah ekspresi seorang karyawan dari emosi-emosi yang diinginkan secara organisasional selama transaksi antarpersonal di tempat kerja. Kerja emosional adalah relevan untuk hampir semua jenis pekerjaan. Tantangan sebenarnya adalah ketika para karyawan harus menunjukkan satu emosi sementara pada saat yang bersamaan mengalami emosi yang lain. Disparitas atau perbedaan ini disebut disonansi emosional, dan hal ini dapat berakibat sangat buruk pada karyawan. Jika dibiarkan perasaan yang terkungkung, frustasi, kemarahan, dan kebencian akhirnya dapat menyebabkan kelelahan emosional dan kejatuhan mental. Semakin pentingnya kerja emosional sebagai sebuah komponen dari kinerja pekerjaan yang efektif menyebabkan pemahaman akan emosi memperoleh relevansi yang semakin besar dalam bidang Perilaku Organisasi.

2.9 Aplikasi-Aplikasi Perilaku Organisasi Terhadap Emosi Dan Suasana Hati Sampai pada hari ini, para pemberi kerja harus mempertimbangkan kecerdasan emosional (emoional intelligence-EI) sebagai sebuah faktor dalam merekrut karyawan, sehingga semakin banyak pemberi kerja mulai menggunakan ukuran-ukuran EI untuk mempekerjakan seseorang. Pengambilan Keputusan Perasaan dapat mempengaruhi keputusan yang diambil. Orang dapat membuat pilihan yang berbeda ketika mereka marah dan tertekan dibandingkan ketika mereka sedang tenang. Orang-orang yang tertekan membuat keputusan lebih buruk
8

dibandingkan dengan orang-orang yang bahagia. Hal tersebut disebabkan karena orang-orang yang tertekan lebih lambat dalam memproses informasi dan cenderung menimbang semua kemungkinan dari pada hanya pilihan yang lebih mungkin diambil. Sebaliknya, emosi positif dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah serta memahami dan menganalisis informasi baru. Kreatifitas Orang-orang yang berada dalam suasana hati yang baik lebih kreatif dibandingkan orang-orang yang berada dalam suasana hati yang buruk. Mereka menghasilkan lebih banyak ide, orang lain berfikir bahwa ide mereka adalah orisinil, dan mereka cenderung dapat mengidentifikasi lebih banyak pilihan kreatif terhadap masalah. Motivasi Dua penelitian telah menegaskan pentingnya suasana hati dan emosi pada motivasi. Penelitian yang pertama meminta dua kelompok orang untuk memecahkan sejumlah teka teki kata-kata. Dan hasilnya kelompok dengan suasana hati positif melaporkan ekspektasi yang lebih tinggi untuk dapat memecahkan teka-teki tersebut, berusaha lebih keras, dan sebagai hasilnya dapat memecahkan lebih banyak teka-teki. Penelitian yang kedua menemukan bahwa dengan memberi umpan balik kepada orang baik nyatanya maupun palsu mengenai kinerja mereka dapat memepengaruhi suasana hati mereka, yang kemudian mempengaruhi motivasi mereka. Jadi sebuah siklus dapat eksis di mana suasana hati positif menyebabakan oranga menjadi kreatif, yang menimbulkan umpan balik positif dari mereka yang mengamati pekerjaan mereka. Umpan balik positif ini kemudian lebih jauh menguatkan suasana hati positif mereka yang kemudian dapat membuat mereka berkinerja bahkan lebih baik lagi, dan seterusnya. Kedua penelitian ini menegaskan pengaruh suasana hati dan emosi pada motivasi dan menyatakan bahwa organisasi-organisasi yang mempromosikan suasana hati positif di tempat kerja lebih berkemungkinan mempunyai angkatan kerja yang lebih termotivasi. Kepemimpinan Kemampuan untuk memimpin orang lain adalah sebuah kualitas fundamental yang dicari organisasi-organisasidalam karyawan mereka. Para pemimpin yang efektif mengandalkan daya tarik emosional untuk membantu menyampaikan pesan-pesan

10

mereka. Bahkan ekspresi, emosi dalam pidato seringkali merupakan elemen penting yang membuat kita menerima atau menolak pesan seorang pemimpin. Ketika para pemimpin bersemangat, antusias dan aktif mereka lebih mungkin untuk memberi energi pada bawahan-bawahan mereka dan menyampaikan rasa efektifitas, kompetensi, optimisme dan kegembiraan. Konflik Antar Personal Manakala konflik timbul diantara rekan kerja, dapat dipastikan bahwa emosi dapat terlihat. Sebenarnya, keberhasilan seorang manager saat mencoba

menyelesaikan konflik terutama ditentukan oleh kemampuan untuk mengenali elemen emosional dalam konflik dan meminta pihak-pihak yang terlibat untuk mengendalikan emosi mereka. Negosiasi Negosiasi adalah sebuah proses emosional, namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa negosiator yang berpura-pura marah memiliki keuntungan atas lawan mereka. Ketika seorang negosiator menunjukkan kemarahan, lawan menyimpulkan bahwa negosiator tersebut telah menyerahkan semua yang ia dapat dan dengan demikian lawan menyerah. Menunjukkan sebuah emosi negatif dapat saja efektif, tetapi berperasaan buruk terhadap penampilan anda tampaknya merugikan negosiasi-negosiasi di masa depan. Negosiator yang buruk mengalami emosi-emosi negatif mengembangkan persepsi-persepsi negatif lawan mereka, dan kurang bersedia berbagi informasi atau bersikap kooperatif dalam negosiasi mendatang. Menariknya, walaupun suasana hati dan emosi bermanfaat di tempat kerja, dalam proses negosiasi , emosi dapat merugikan kinerja seorang negosiator , kecuali jika ia mengerkspresikan wajah palsu (berpura-pura marah). Pelayanan Pelanggan Keadaan emosional seorang pekerja mempengaruhi pelayanan pelanggan, yang berpengaruh terhadap tingkat pengulangan bisnis dan tingkat kepuasan pelanggan. Pemberian pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan membuat karyawan menuntut banyak hal karena mereka sering berada dalam situasi disonansi emosional. Seiring waktu, keadaan ini dapat menyebabkan kepatuhan mental atau fisik dalam pekerjaan, penurunan kinerja, dan rendahnya kepuasan kerja. Selain itu, emosi karyawan dapat berpindah kepada pelanggan. Penelitian mengindikasikan adanya efek kesesuaian antara emosi karyawan dan pelanggan,

10

11

sebuah efek yang oleh praktisi PO disebut sebagai penularan emosional, penangkapan emosi dari orang lain. Cara penularan emosi terjadi ketika seseorang mengalami emosi-emosi positif lalu tertawa dan tersenyum kepada anda, anda mulai meniru perilaku orang tersebut. Sikap Kerja Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang mempunyai hari baik di tempat kerja, cenderung berada dalam suasana hati yang lebih baik di rumah pada malamnya. Sebaliknya orang-orang yang mengalami hari buruk di tempat kerja, maka cenderung berada di suasana hati yang buruk pula saat di rumah. Meskipun orang-orang orang-orang secara emosional membawa pulang pekerjaan mereka ke rumah pada hari berikutnya, pengaruh tersebut biasanya telah hilang. Perilaku Menyimpang di Tempat Kerja Emosi-emosi negatif juga dapat membawa perilaku menyimpang di tempat kerja. Siapapun yang pernah menghabiskan banyak waktu dalam sebuah organisasi menyadari bahwa orang-orang seringkali berperilaku dalam cara-cara yang melanggar norma-norma yang ada dan mengancam organisasi, anggotanya atau keduanya. Sebagai contoh , seorang karyawan yang iri hati dapat bersikap bermusuhan dan berbuat licik kepada karyawan lain, menyimpangkan keberhasilan orang lain secara negatif, dan menyimpangkan secara positif pencapaian-pencapaiannya sendiri. Bukti yang ada menyatakan bahwa orang-orang yang menyatakan emosi negatif khususnya mereka merasa marah atau mempunyai sikap bermusuhan lebih berkemungkinan untuk terlibat dalam berperilaku menyimpang di tempat kerja daripada orang-orang yang tidak merasakan emosi-emosi negatif. Bagaimana Para Manager Memenuhi Suasana Hati Secara Umum, anda dapat meningkatkan suasana hati orang-orang dengan memutarkan sebuah klip video yang lucu untuk mereka, memberi mereka sekantung kecil permen, atau bahkan menyuruh mereka mencicipi minuman yang enak. Untuk memperbaiki suasana hati karyawan, para manajer dapat menggunakan humor dan memberi karyawan mereka penghargaan kecil sebagai apresiasi terhadap pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. Selain itu riset mengindikasikan bahwa ketika para pemimpin berada dalam suasana hati yang baik, anggota kelompok menjadi lebih positif dan sebagai hasilnya para anggota akan lebih bekerja sama.

11

12

Contoh Emosi dan Suasana Hati dalam Kehidupan Sehari-hari Emosi dan Suasana hati dapat membawa dampak positif bagi seseorang seperti sebuah motivasi, namun juga dapat membawa dampak negatif, tergantung pada karakter individu yang sebenarnya dapat berubah ketika seseorang terbiasa untuk berproses dan berinteraksi secara terus menerus dalam suatu kelaompok atau organisasi. Misalnya, sebagai seorang mahasiswa yang tergabung dalam sebuah organisasi atau yang biasanya disebut sebagai seorang aktivis, bagi seorang perempuan dan memiliki tingkat sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Ini jika kita mengambil salah satu sumber Emosi dan Suasana hati, yaitu Gender. Seorang perempuan yang apabila dalam sebuah rapat misalnya, ada anggota organisasi yang menyatakan sebuah kritikan terhadap kinerjanya dalam sebuah kepanitiaan. Maka bisa saja karena dia seorang perempua, dia akan merasa tersinggung, dan hal ini akan berdampak pada suasana hatinya yang apabila dikelola dengan baik akan membawa efek positif seperti keinginan atau otivasi untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih baik lagi. Namun dampak suasana hati tersebut juga bisa berefek negatif seperti rasa kesal dan malas untuk melakukan apapun karena dikritik, hal yang sebenarnya dianggap kecil ini dapat mempengaruhi pada intensifitas perempuan tersebut dalam organisasi. Contoh riil seperti ini sangat sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Oleh karena itu, seseorang harus pandai melatih tingkat emosinya kearah yang lebih positif, karena salah satu yang dapat merubah adalah lingkungan tempat kita bergaul. Jika aktivis tadi sudah terbiasa dengan kondisi seperti kritikan maka ia akan bisa mengelola emosinya menjadi hal yang positif.

12

13

BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Emosi dan Suasana Hati keduanya memang mirip karena sama-sama bersifat afektif. Tetapi keduanya juga berbeda karena suasana hati lebih umum dan kurang kontekstual dibanding emosi. Selain itu, berbagai peristiwa juga membawa perbedaan. Waktu daam sehari dan hari dalam seminggu, peristiwa-peristiwa yang penuh tekanan, aktivitas-aktivitas sosial, pola tidur, seluruhnya adalah faktor-faktor yang mempengaruhi emosi dan suasana hati. Emosi dan suasana hati juga dapat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, khususnya emosi-emosi yang negatif namun juga dapat meningkatkan kinerja agar seseorang bekerja lebih baik dan dapat mengungkapkan perasaan tertu yang menjadi bagian dari syarat sebuah pekerjaan.

13

14

DAFTAR PUSTAKA

Robbins, Stephen P.; Judge, Timothy A. (2008). Perilaku Organisasi, Jakarta: Salemba Empat www.google.com

14

You might also like