You are on page 1of 3

PENGENDALIAN SOSIAL

1. Perilaku menyimpang dapat mengyebabkan terganggunya ketertiban dan keseimbangan hidup dalam masyarakat. 2. Timbul karena ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. 3. Mengganggu keteraturan sosial. 4. Pengendalian sosial, upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang di dalam masyarakat. 5. Kondisi seimbang terjadi karena keserasian antara perubahan dan stabilitas yang ada di dalam masyarakat. 6. Dapat dilakukan dengan cara persuasi dan koersi. 7. Perlu ada pranata, yaitu polisi, pengadilan, adat dan tokoh masyarakat.

PENGERTIAN PENGENDALIAN SOSIAL

1. Norma sosial tumbuh melalui proses sosialisasi. 2. Tujuanya untuk tercipta suatu keteraturan sosial. 3. Dalam proses tersebut, tiap individu sebagai anggota masyarakat menerima aturanaturan dan nilai yang telah ada dalam masyarakat sebagai suatu standar penentu perilaku. 4. Individu-individu akan selalu berinteraksi dengan lainya sehingga menghasilkan perubahan sosial. 5. Perubahan itu dapat mengubah tatanan sosial yang sudah ada, sehingga menimbulkan ketidakseimbangan system sosial. 6. Meskipun demikian, masyarakat pada dasarnya akan selalu membutuhkan keteraturan sosial, oleh karena itu masyarakat akan selalu dapat mengembalikan keadaan menjadi seimbang lagi. 7. Masyarakat akan selalu berupaya untuk mencegah atau mengurangi maupun menghilangkan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sehingga terwujud kembali keseimbangan sosial. Upaya-upaya tersebut disebut PENGENDALIAN SOSIAL. 8. Jadi pengendalian sosial merupakan mekanisme untuk mencegah terjadinya penyimpang dan mengarahkan anggota masyarakat untk bertindak menurut norma dan nilai yang telah melembaga. 9. Menurut Berger, pengendalian sosial adalah berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggota masyarakat yang membangkang. 10. Menurut Roucek, pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana yang cenderung menganjurkan, membujuk atau memaksa individu untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok.

11. Roucke menyebutkan beberapa cara pemaksaan konormitas perilaku, antara lain : Desas-desus Mengolok-olok Mengucilkan Menyakiti 12. CARA PENGENDALIAN SOSIAL : Sifat : preventif (mencegah terjadinya) dan represif (memulihkan keadaan) Menurut roucek : a. Melalui institusi atau non-institusi b.Simbolik, lisan dan kekerasan c. Formal dan informal Menurut Fromm : Sosialisasi Menurut Lapiere : Tekanan sosial. 13. CARA PENGENDALIAN MELALUI INSTITUSI DAN NON-INTITUSI : Cara pengendalian institusi adalah cara pengendalian sosial melalui lembagalembaga sosial yang ada di masyarakat, seperti lembaga pendidikan, hukum, agama, politik, ekonomi dan keluarga. Contoh : 1. Orang melakukan perampokan dan pembunuhan dimasukan ke dalam penjara. 2. Orang yang melakukan pelanggaran yaitu berzinah akan diusir dan tidak diakui sebagai masyarakat dimana ia tinggal. Hukuman itu diambil sesuai dengan adat yang berlaku. 3. Agar seorang anak dapat bersikap dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma (harapan masyarakat) maka anak harus disekolahkan. Cara pengendalian non-institusi adalah cara pengendalian di luar institusi yang ada, seperti oleh individu atau kelompok masa yang tidak saling mengenal. Seringkali bersifat kekerasan. Contoh : 1. Sekelompok masa melakukan pembakaran orang karena dituduh mencopet di sebuah terminal. 2. Siswa-siswa menjauhi teman sekelasnya karena memakai obatobat terlarang. 3. Seseorang mendamaikan orang yang sedang berkelahi. 14. PENGENDALIAN SECARA LISAN, SIMBOLIK, dan KEKERASAN Cara pengendalian melalui lisan dan sinbolik sering juga disebut cara pengendalian sosial PERSUASIF. Cara ini menekankan pada usaha mengajak masyarakat atau membimbing anggota masyarakat agar bertindak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

Pengendalian sosial secara lisan dilakukan dengan mengajak anggota masyarakat mematuhi/menaati aturan dengan bicara secara langsung dengan bahasa lisan (verbal). Contoh : a. Penyuluhan dari pihak kepolisian tentang bahaya narkoba di sekolahsekolah. b.Ajakan pemuka agama dalam ceramah-ceramahnya untuk menjauhi tindakan criminal. c. Spanduk-spanduk yang mengajak masyarakat untuk menjauhi kekerasan serta menjaga persatuan dan kesatuan. Cara pengendalian sosial melalui kekerasan sering disebut sosial KOERSIF. Cara ini menekankan pada tindakan atau ancaman menggunakan kekuatan fisik. Tujuan agar sipelaku jera dan tidak akan mengulangi lagi. Contoh : a. Pencopet yang tertangkap basah mencopet, digebuk masa habishabisan. Tindakan main hakim sendiri tidak dibenarkan. b.Gerobak PKL, diangkut paksa oleh petugas. c. Beberapa pelajar merusak inventaris sekolah dihukum fisik. 15. CARA PENGENDALIAN SOSIAL MELALUI IMBALAN dan HUKUMAN : Cara pengendalian sosial melalui imbalan cenderung bersifat PREVENTIF. Seseorang diberi imbalan agar dia berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Contoh : seorang siswa diberi beasiswa bila berperilaku sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh sekolah,seperti nilai bagus, tidak mencontek saat ujian, dan selalu datang tepat waktu. Cara pengendalian sosial melalui hukuman cenderung bersifat REPRESIF. Cara ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi. Contoh : a. Siswa yang bolos sekolah dihukum skorsing selama 2 minggu dan diberi tugas membuat karya tulis. b. Pelaku pencurian dan pembunuhan dimasukan ke dalam penjara. c. Anak yang pulang ke rumah terlambat dihukum mencuci piring. d. Perintah hukuman tembak mati kepada provokator daerah konflik.

You might also like