Pada zaman dahulu di sebuah desa yang kaya akan pepohonan, dimana makhluk hidup tersebut hidup rukun,

hiduplah seorang manusia yang bersahabat dengan binatang, orang tersebut mampu berkomunikasi dengan binatang dan tumbuhan, dan orang tersebut terkagum dan mau untuk belajar hal yang baik-baik dari sahabatnya tersebut. Suatu kala di pagi hari yang cerah, manusia dan sahabat2nya (singa, lebah, ular, semut, dan burung pealtuk) sedang berdiskusi hangat di bawah pohon besar yang rindang, semut tersebut membuka obrolan dengan bertanya pada manusia, hai manusia, apa bedanya aku dan engkau, manusia menjawab aku bisa semutan tapi semut tidak bisa keorangan, Semut pun mengangguk ya boleh boleh, tapi ad satu hal yang perlu kau ketahui, aku selalu bersalaman setiap berpapasan dengan bangsaku, tp bagaimana dengan engkau?? Aku selalu bergotong royong dengan temanqu untuk mengangkut makanan bagi bangsa kami,. Bagaimana denganmu yang saling berebutan satu sama lain?? Manusia pun trerdiam dan merasa malu,. Di kesempatan kedua ketika suasana hening, singa bertanya pada manusia, lantas apa beda aku dan engkau? Manusia terdiam bingung. Singa menjawab, santai az bro ga usah dipikirin, jawabannya adalah manusia bisa kena penyakit raja singa tapi singa ga bs kena penyakit raja manusia,. Hahahaha... manusia dan sahabat2nya pun tertawa. Just kidding coy kata singa, singa menjelaskan bahwa seorang manusia merupakan khalifah di muka bumi, sebagai seorang pemimpin haruslah kuat, bagaikan singa sang raja hutan. Sudhkah kau seperti itu? Kemudian di kesempatan berikutnya pepohonan bertanya, wahai manusia.. apa beda aku dan engkau? Manusia menjawab engkau tinggi besar, tapi aku kecil tak ada apa2nya dibanding engkau,. Jawab si pohon, engga juga si,. Kan ad pohon cabe atau pohon toge yang ga begitu tinggi,. Kata manusia, oh iya ya.. lantas poohon pun menimpali, yang jelas engkau menebangiku tapi apakah aq menebangimu?? Aq melindungimu dari panas, aq melindungimu dari banjir, aq menjagamu dari petir... Betapa malunya sang manusia.... Kemudian sang lebah mengajukan pertanyaan,. Apa beda aku dengamu?... Manusia menjawab engkau menghasikkan madu,. Sesuatu yang baik bagi bangsa kami (manusia), tetapi aku tidak menghasilkan sesuatu yang baik bagimu. Kata lebah,. Bagus deh kalo lo nyadar hehee... tapi satu lagi, kami bangsa lebah tidak pernah mengganggu rumahmu,. Tapi kenapa kau biarkan anak2mu mengganggu rumah kami? Dimana balas budimu? Kembali maunsia tertegun malu membisu,. Kemudian burung pelatuk yang bertengger di pohon berkicau, hei anak cucu Adam, apa beda mu edngan qu? Manusia tampak bingung menggaruk2 kepala, kemudian menjawab engkau bisa terbang tapi aku tidak, kata burung bukan itu jawaban yang kuharapkan,. Sadarilah hai manusia. Aq dengan sabar mematuk mangsaqu, sedikit demi sedikit, aq menggunakan paruhqu, karena aq tidak punya tangan yang bisa difungsika untuk membantu memaskukkan

makanan. Bagaimana dengamu? Engkau dengan rakusnya menggunakan kedua tanganmu untuk memasukkan segala makanan ke mulutmu sekaligus... tidakkah kau sadar itu? Aq bersusah payah dengan banyak tenaga untuk mendapatkan sedikit makanan, tapi engkau hanya ingin sedikit tenaga untuk mendapatkan buanyak makanan... Untuk kelima kalinya manusia tertegun malu,. Batin manusia dalam hati, sekali lagi ada pertanyaan dapat piring cantik kalian... Dia pun siap untuk kembali malu karena masih ad ular yang belum bertanya,. Ditunggu berapa saat, manusia bertanya, hai ular. Kenapa engkau tidak menanyakan hal yang sama kepadaku? Ular tidak menjawab, manusia pun tidak sabar dan terus bertanya, hai ular.. tidakkah kau mendengarkanku?? Ssshhhhttt, ular berdesis, jangan berisik, aku tidak banyak omong untuk menangkap mangsaku, aku tidak seperti kalian yang NATO, no action talk only, coba liat caraqu bekerja, diam tapi nyata, sigap dan cepat.... sadarkah kau hai sang khalifah? Manusia tersebut merasa dirinya belum sempurna, ia pun merasa bersyukur dapat berteman dengan hewan hewan tersebut. Demikianlah diskusi hangat pada bagi itu, Semoga bisa menjadi pelajaran bagi kita ^^