You are on page 1of 3

Selain Austin, tokoh lainnya yang mengembangkan teori tindak tutur adalah John Rogers Searle.

Ia tiada lain dan tiada bukan adalah murid dari Austin. Pada tahun 1969, Searle menulis buku berjudul Speech Acts. Sedikit berbeda dengan Austin, Searle menyebutkan ada empat aspek tindak tutur, yaitu: 1. Kekuatan ujaran (uerungsakt). Austin menyebut istilah tersebut dengan sebutan fonetis dan fatis. 2. Kekuatan proporsional (proportionaler Akt). Austin menyebutnya dengan makna ujaran. Ia memperkenalkan istilah tema dan rema, atau ia lebih suka menyebutnya dengan Referenz dan Prdikation. Misalnya: Die Studentin (Ref) dolmetscht gut (Prd). (Mahasiswi tersebut menerjemahkannya dengan bagus). 3. Kekuatan ilokusi seperti halnya pada Austin, misalnya: Pernyataan (Behauptung): Die Studentin dolmetscht gut. Pertanyaan (Frage): Die Studentin dolmetscht gut? Atau

Dolmetscht die Studentin gut? Dugaan (Vermutung): Keraguan (Zweifel): Harapan (Hoffnung): Keinginan (Wunsch): Prakiraan (Voraussage): 4. Kekuatan perlokusi Die Studentin dolmetscht sicher (pasti) gut? Ob (apakah) die Studentin gut gedolmetscht? Hoffentlich (mudah-mudahan) dolmetscht die Studentin gut. Wenn (seandainya saja) die Studentin doch gut dolmetschte! Die Studentin wird (akan) gut dolmetschen.

Searle juga membedakan dua jenis aturan pada saat kita berkomunikasi yang telah kita kenal sebelumnya dari aturan tata bahasa. Kedua aturan tersebut: 1. Aturan regulatif (regulative Regeln): aturan yang mengatur sikap, seperti halnya tata krama atau adab sopan santun, table manner, dan lain sebagainya. 2. Aturan konstitutif (konstitutive Regeln): aturan ini mengatur sikap itu sendiri, yang tidak mungkin ada jika aturan ini tidak ditegakkan, seperti halnya aturan permainan atau pada olah raga. Searle bahkan mengemukakan bahwa ada sembilan persyaratan penting agar tindak tutur seperti janji (Versprechen) dapat dimengerti oleh lawan bicara. Tiga dari Sembilan

persyaratan yang disebutkan oleh Searle tersebut termasuk ke dalam kekuatan ilokusi. Sementara lima dari enam yang lainnya, di antaranya adalah: 1. Aturan kadar proposisi (Regel des propositionalen Gehalts), misalnya: Sebuah janji (Versprechen=V) harus dapat mengatakan apa yang akan dilakukan oleh pembicara (Sprecher=S) di masa yang akan dating (einen zuknftigen Akt=A). 2. Aturan Pengantar I (Einleitungsregel I) Janji (V) hanya boleh diucapkan, jika seorang pendengar (Hrer=H) memang menghendaki (A) apa yang diucapkan oleh si pembicara (S) dan memang jika S mempercayainya. 3. Aturan Pengantar II (Einleitungsregel II) Janji (V) hanya boleh diucapkan, dengan syarat jika S memang tidak dapat melakukannya (A). 4. Aturan Ketulusan (Aufrichtigkeitsregel) Janji (V) hanya boleh diucapkan, jika S bersungguh-sungguh akan melakukannya (A). 5. Aturan Penting (Wesentliche Regel) Ujaran janji (V) bisa dikatakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan (A) oleh S. Seperti halnya Austin, Searle juga mengklasifikasikan tindak tutur menjadi lima jenis kata kerja ilokusi: 1. 2. 3. 4. 5. Representatif: Direktif: Komisif: Ekspresif: Deklaratif: sesuatu yang terjadi meyakinkan (berzeugung) H harus melakukannya keinginan (Wunsch) S akan melakukannya niat (Absicht) ekspresi dari S bervariasi hal-hal ekstra linguistis bervariasi

Contohnya: Representatif: menyatakan, menggambarkan, memberitakan, Direktif: Komisif: Ekspresif: Deklaratif: menyuruh, mengijinkan, memohon, berjanji, mengancam, berniat, berterima kasih, mengucapkan selamat, meminta maaf, menyatakan perang, menikah, memecat,

Sumber rujukan:

Gross, Harro. - Einfhrung in die germanistische Linguistik / Harro Gross ; neu bearb. von Klaus Fischer. - Mnchen : Iudicium Verl., 1998

You might also like