You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUA

A. Latar Belakang Ekosistem DAS merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Di sni tidak tidak hanya mencakup serangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam system itu serta energi yang diperlukan untuk hidupnya semua komunitas tergantung kepada lingkungan abiotik pada DAS tersebut. Organisme produsen memerlukan energi, cahaya, oksigen, air dan garam-garam yang semuanya diambil dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama diteruskan ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke konsumen konsumen lainnya melalui jaring-jaring makanan. Meskipun komponen-komponen biologis dari suatu kolam atau padang rumput nampak berada pada system yang tertutup, namun pada kedua ekosistem itu sebenarnya merupakan system yang terbuka yang merupakan bagian dari system aliran sungai yang lebih besar. Fungsi dan stabilitas kolam dan padang rumput ini sepanjang tahun, sangat ditentukan oleh aliran air, materi dan organisme yang masuk dari bagianbagian lain dari DAS. B. Tujuan Tujuan dari makalah Ekosistem daerah aliran sungai ini adalah: 1. Agar dapat mengetahui pentingnya ekosistem sekitar DAS 2. Kita dapat mengetahui resiko dari DAS yang tidak terjaga ekosistemya. 3. Mengetahi komponen-komponen DAS
1

BAB II EKOSISTEM DAERAH ALIRAN SUNGAI DAS


A. Pengertian Ekosistem DAS merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas, atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Sedangkan Daerah Aliran Sungai (DAS) itu sendiri merupakan merupakan wilayah yang dikelilingi dan dibatasi oleh topografi alami berupa punggung bukit atau pegunungan, dimana presipitasi yang jatuh di atasnya mengalir melalui titik keluar tertentu (outlet) yang akhirnya bermuara ke danau atau laut. Batasbatas alami DAS dapat dijadikan sebagai batas ekosistem alam, yang dimungkinkan bertumpangtindih dengan ekosistem buatan, seperti wilayah administratif dan wilayah ekonomi. Namun seringkali batas DAS melintasi batas kabupaten, propinsi, bahkan lintas negara. Suatu DAS dapat terdiri dari beberapa sub DAS, daerah Sub DAS kemudian dibagibagi lagi menjadi subsub DAS. Apabaila ada kegiatan di suatu DAS maka kegiatan tersebut dapat mempengaruhi aliran air di bagian hilir baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Penebangan hutan secara sembarangan di bagian hulu suatu DAS dapat mengganggu distribusi aliran sungai di bagian hilir. Pada musim hujan air sungai akan terlalu banyak bahkan sering menimbulkan banjir tetapi pada musim kemarau jumlah air sungai akan sangat sedikit atau bahkan kering. Disamping itu kualitas air sungai pun menurun, karena sedimen yang terangkut akibat meningkatnya erosi cukup banyak. Perubahan penggunaan lahan atau penerapan agroteknologi yang tidak cocok pun dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas air yang mengalir ke bagian hilir.

Oleh karena itu, dari segi hidrologi, erosi dan sedimentasi, DAS dapat dianggap sebagai suatu sistem dimana perubahan yang terjadi di suatu bagian akan mempengaruhi bagian lain dalam DAS tersebut. Bukan hanya erosi dan kehilagan unsure hara dari hutan yang terganggu atau tanah pertanian yang rusak yang dapat memurnikan mutu ekosistem ekosistem ini, tetapi aliran keluar yang mengandung bahan organic yang menyebabkan eutrofikasi (perkayaan) dan pengaruh pengaruh lainnya di bagianhilir. Kerana itu daerah aliran sungai (DAS) sebagai suatu keseluruhan, harus dipertimbangkan dalam pengelolaan, bukan hanya tubuh perairannya saja atau areal yang bervegetasi saja. Untuk suatu system pengelolaan yang baik setiap meter persegi air, diperlukan paling sedikit 20 kali luas DAS. Namun demikian perbandingan yang paling tepat sangat tergantung pada curah hujan, struktur geologi dari batua di bawah tanah, dan bentuk topografi. Input utama DAS adalah air hujan, sedangkan output dari air hujan tersebut sangat dipengaruhi oleh karakteristik dari DAS itu sendiri. Hujan yang jatuh pada suatu DAS akan berinteraksi dengan komponenkomponen ekosisten DAS dan mengalami proses yang panjang sebelum keluar dari muara sungai. Proses yang terjadi pada DAS adalah: evapotranspirasi, intersepsi, infiltrasi dan perkolasi, dengan demukian dapat dikatakan bahwa sungai merupakan indikator utama yang dapat menggambarkan kondisi suatu DAS. Sebagai suatu kesatuan ekosistem, DAS terbagi menjadi tiga sistem ekologi yaitu: daerah hulu; daerah tengah, dan daerah hilir. Daerah hulu dicirikan oleh karekteristik: kemiringan lereng tinggi (lebih dari 15%), pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, jenis vegetasi berupa hutan dan lahan pertanian. Daerah hilir memiliki karakteristik pemanfaatan, kerapatan.

B. Komponen komponen DAS Komponenkomponen utama ekosistem DAS, terdiri dari : Komponen Fisik Vegetasi, Tanah dan air Komponen aktifitasnya Masingmasing komponen tersebut memiliki sifat yang khas dan keberadaannya tidak berdirisendiri, namun berhubungan dengan komponen lainnya membentuk kesatuan sistem ekologis (ekosistem). Manusia memegang peranan yang penting dan dominan dalam mempengaruhi kualitas suatu DAS. Gangguan terhadap salah satu komponen ekosistem akan dirasakan oleh komponen lainnya dengan sifat dampak yang berantai. Keseimbangan ekosistem akan terjamin apabila kondisi hubungan timbal balik antar komponen berjalan dengan baik dan optimal. Kualitas interaksi antar komponen ekosistem terlihat dari kualitas output ekosistem tersebut. Di dalam DAS kualitas ekosistemnya secara fisik terlihat dari besarnya erosi, aliran permukaan, sedimentasi, fluktuasi debit, dan produktifitas lahan. Dalam ekosistem DAS, dapat diklasifikasikan menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah konservasi, DAS bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan. DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen serta material terlarut dalam sistem aliran airnya. Dengan perkataan lain ekosistem DAS, bagian hulu mempunyai fungsi perlindungan terhadap keseluruhan DAS. Perlindungan ini antara lain dari segi fungsi tata air, dan oleh karenanya pengelolaan DAS hulu seringkali non fisik yaitu Manusia dengan segala

menjadi fokus perhatian mengingat dalam suatu DAS, bagian hulu dan hilir mempunyai keterkaitan biofisik melalui daur hidrologi. Bagian hulu DAS seringkali mengalami konflik kepentingan dalam penggunaan lahan, terutama untuk kegiatan pertanian, pariwisata, pertambangan, mempunyai serta permukiman. Mengingat maka DAS bagian hulu keterbatasan kemampuan, setiap kesalahan

pemanfaatan akan berdampak negatif pada bagian hilirnya. Pada prinsipnya, DAS bagian hulu dapat dilakukan usaha konservasi dengan mencakup aspek aspek yang berhubungan dengan suplai air. Secara ekologis, hal tersebut berkaitan dengan ekosistem tangkapan air (catchment ecosystem) yang merupakan rangkaian proses alami daur hidrologi. Permasalahan pengelolaan DAS dapat dilakukan melalui suatu pengkajian komponen komponen DAS dan penelusuran hubungan antar komponen yang saling berkaitan, sehingga tindakan pengelolaan dan pengendalian yang dilakukan tidak hanya bersifat parsial dan sektoral, tetapi sudah terarah pada penyebab utama kerusakan dan akibat yang ditimbulkan, serta dilakukan secara terpadu. Salah satu persoalan pengelolaan DAS dalam konteks wilayah adalah letak hulu sungai yang biasanya berada pada suatu kabupaten tertentu dan melewati beberapa kabupaten serta daerah hilirnya berada di kabupaten lainnya. Oleh karena itu, daerah daerah yang dilalui harus memandang DAS sebagai suatu sistem terintegrasi, serta menjadi tanggung jawab bersama.

Ekosistem DAS yang baik dicirikan oleh beberapa parameter sebagai berikut : a. Produktifitas sumberdaya lahan tinggi Produktifitas sumberdaya lahan secara langsung dapat dilihat dari hasil panen untuk setiap komoditas yang diusahakan. Hasil yang diperoleh harus dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dan mampu mendesain masa depannya; dalam hal ini pendapatan yang diperoleh selain mencukupi kebutuhan primernya akan pangan, sandang, dan papan, juga kebutuhan lainnya, seperti pendidikan dan kesehatan sebagai bekal dalam mendesain masa depannya yang lebih baik, juga untuk melaksanakan aktifitas sosialnya. Untuk mencapai tingkat produktifitas yang diharapkan digunakan teknologi (agroteknologi) yang juga menjamin kelestarian sumberdaya alam yang diupayakannya. Pendapatan yang diperoleh hendaknya mencapai 3 4 kali standar batas miskin. b. Kelestarian Sumberdaya Alam terjamin Sumberdaya tanah, air, vegetasi, dan fauna dalam kawasan DAS harus terjamin kelestariannya, misalnya laju erosi yang lebih kecil dari laju erosi yang diperkenankan, distribusi hasil air merata sepanjang tahun, kualitas air terjaga, sedimentasi dan kadar lumpur dalam aliran air kecil, keanekaragaman hayati tinggi, prosentase penutupan lahan oleh vegetasi tinggi, polusi lingkungan rendah, dan sebagainya. c. Kelenturan dan Pemerataan Pembangunan Kelenturan (resilience) merupakan ketahanan ekosistem terhadap setiap guncangan (ekologis dan ekonomi) yang terjadi dalam DAS. Suatu DAS yang baik akan memiliki tingkat kelenturan yang tinggi terhadap gejolak yang timbul, sehingga ekosistem tersebut tetap bertahan dan kembali ke bentuk semula. Pemerataan pembangunan antara bagian hulu
7

dan hilir masih menjadi masalah dalam pengelolaan DAS. Masyarakat di bagian hulu dengan tingkat kesejahteraan, infrastruktur, dan aksesibilitas yang lebih rendah dari bagian hilir cenderung mengeksploitasi lahannya dengan sangat intensif, sehingga menurunkan kualitas air di hilirnya akibat erosi. Di bagian hilir masyarakat banyak yang tidak menyadari arti pentingnya bagian hulu dalam menjamin infrastrukturnya, sehingga pembangunan di bagian hulu dinomorduakan. Oleh karena itu pemikiran dalam menyisihkan sebagian pajak masyarakat di bagian hilir untuk pengelolaan lingkungan dan pembangnan di bagian hulu dalam bentuk subsidi silang (cross subsidy) perlu ditindaklanjuti, sehingga terjadi proses pemerataan antara kedua bagian wilayah DAS tersebut.

Agar kelestarian sumberdaya alam dan keserasian ekosistem dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan maka pengelolaan DAS harus dilakukan sebaik mungkin, yang di antaranya: 1. 2. 3. 4. Pengelolala sumberdaya alam yang dapat diperbaharu Kelestarian dan keserasian ekosistem Pemenuhan kebutuhan manusia yang berkelanjutan Pengendalian hubungan timbal balik antara smberdaya ala dengan

manusia

C. Faktor-faktor perusak ekosistem DAS Kerusakan DAS sangat erat hubungannya dengan kelestarian hutan didareah hulu sebagai dareah tangkapan hujan. Apabila hutan mengalami kerusakan, maka dapt dipastikan terjadi banjir pada daerah aliran sungai. Untuk itu kegiatan usaha tani di daerah DAS, harus di ikuti tindakan konservasi lahan. Sebab-sebab kerusakan DAS antara lain timbul akibat : a. Perencanaan bentuk penggunaan lahan dan praktek pengelolaan yang tidak sesuai, b. Pertambahan jumlah penduduk baik secara alami maupun buatan, c. Kemiskinan dan kemerosotan ekonomi akibat keterbatasan sumber daya manusia, sumber alam dan mata pencaharian, d. Kelembagaan yang ada kurang mendukung pelayanan kepada para petani di hulu / hutan, e. Kebijakan perlindungan dan peraturan legislatip, tidak membatasi kepemilikan / penggunaan lahan, f. Ketidakpastian penggunaan hak atas tanah secara defakto pada lahan hutan. Kerusakan DAS terjadi dibanyak tempat dengan kuantitas yang berbeda sehingga menimbulkan : a. Penurunan kapasitas produksi sumber lahan akibat erosi tanah dan timbulnya perubahan kondisi hidrologi, biologi, kimia dan sifat fisik tanh, b. Pengurangan kualitas dan atau kuantitas air permukaan dan air tanah sehingga menambah resiko kerusakan akibat banjir di hilir, c. Pengurangan kualitas dan atau kuantitas sumber biomassa alam dan mengurangi perlindungan terhadap penutup permukaan lahan oleh tanaman,

d. Penurunan genetik, jenis dan keragaman ekosistim didalam dan diluar DAS, e. Kerusakan ekosistim terumbu karang di sekitar pesisir pantai.

Faktor utama kerusakan DAS yang mengakibatkan menurunnya infiltrasi adalah : 1) hilangnya/rusaknya penutupan vegetasi permanen/hutan dibagian hulu, 2) penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya, dan 3) penerapan teknologi pengelolaan lahan/DAS yang tidak memenuhi syarat yang diperlukan. Penurunan infiltrasi akibat kerusakan DAS mengakibatkan meningkatnya runoff dan menurunnya pengisian air bawah tanah (groundwater) mengakibatkan meningkatnya debit aliran sungai pada musim hujan secara drastis dan menurunnya debit aliran pada musim kemarau. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kerusakan DAS sangat merugikan kehidupan masyarakat, seperti banjir,kekeringan, erosi, sedimentasi, menurunnya kesuburan tanah, produksi pertanian menurun, dan sebagainya. Kerusakan DAS perlu segera di tangani secara komprehensif melalui perencanaan pengelolaan DAS yang baik sehingga kerusakan lingkungan dapat segera diminimalkan dan pada gilirannya dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan dan kesejatraan masyarakat. Pengelolaan sumber daya alam dikawasan akan berdampak pada kualitas tanah dan air sekitr DAS tersebut. Usaha-usaha pertnian disekitar DAS harus diupayakan mengaopsi teknolo-teknologi yang mengacu pada prinsip-prinsip konsevasi, karena perubahan vegetasi seperti ketrbukaan lahan akan berdampak pada peningkatan erosi, banjir dan dampak lain yang berkaitan dengan degradasi lahan.
10

11

DAFTAR PUSTAKA file:///D:/FORESTER/KULIAH/SEMESTER%206/DAS/BAHAN%20 DARI%20INTERNET/pdf/DAS%20dan%20Pengelolaannya%20%2 86%29%20%C2%AB%20BebasBanjir2015.htm http://fahutanunhas.blogspot.com/2008/11/daerah-aliran-sungaidas-ekosistem-dan.html http://one-geo.blogspot.com/2011/05/ekosistem-daerah-aliransungai.html http://www.bpdaspemalijratun.net/index.php?option=com_conten t&view=category&layout=blog&id=12&Itemid=76

12

You might also like