You are on page 1of 11

TOPOGRAFI; TANAH dan BIOTIKA

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ekologi Tumbuhan yang dibina oleh Bapak Dr. Fatchur Rohman M.Si

Oleh: Kelompok 10 Offering G

1. Lulus Putri Aninda 2. Anissa Puspitawangi

(100342404260) (100342404256)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI April 2012

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Dalam suatu ekosistem, terdapat komponen biotik dan abiotik yang baik secara langsung maupun tidak langsung saling mempengaruhi. Faktor biotik terdiri dari tumbuhan dan hewan. Sedangkan faktor abiotik terdiri dari tanah, temperatur, intensitas cahaya, ketinggian tempat, dsb. Dalam kajian ekologi tumbuhan, baik tanah serta topografinya, dan hewan mempengaruhi habitat dan adaptasi tumbuhan. Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan. Tanah memiliki struktur yang berongga guna untuk pertumbuhan akar tumbuhan untuk bernafas dan tumbuh, tanah juga mempunyai fungsi penting untuk menyimpan air dan menekan erosi.

1.2.Rumusan Masalah 1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan topografi, tanah dan biotika? 1.2.2 Bagaimanakah zonasi ekosistem dapat terbentuk dari variasi ketinggian tertentu? 1.2.3 Bagaimanakah sifat fisika dan kimia tanah sehubungan dengan hubungannya dengan organisme? 1.2.4. Apa saja bentuk hubungan yang ditimbulkan antara tumbuhan dengan tumbuhan maupun dengan hewan?

1.3.Tujuan 1.2.1 Memahami definisi topografi, tanah dan biotika 1.2.2 Memahami zonasi ekosistem yang dapat terbentuk dari variasi ketinggian tertentu 1.2.3 Mengerti sifat fisika dan kimia tanah sehubungan dengan hubungannya dengan organisme 1.2.4 Mengetahui bentuk-bentuk hubungan yang ditimbulkan antara tumbuhan dengan tumbuhan maupun dengan hewan?

BAB II Topografi Pengaruh Faktor Ketinggian

ISI

Topografi dapat digunakan untuk menggambarkan perbedaan suhu dan kelembaban serta curah hujan (iklim). Menurut Holridge (1967) suhu menurun dengan bertambahnya ketinggian, dan mempergunakan laju penurunan suhu sekitar 6C untuk setiap kenaikan 1000 m. Bertambah tingginya suatu tempat berasosiasi dengan meningkatnya keterbukaan dan kecepatan angin, hal ini selain mengakibatkan penurunan suhu juga mempengaruhi kelembaban. Ketinggian juga mempunyai arti tetentu terhadap hujan orografik, sehingga ekosistem pada daerah-daerah pegunungan sering menerima hujan yang lebih banyak dari daerah pedataran. Dengan demikian modifikasi iklim secara makro berdasarkan ketinggian ini akan menghasilkan suatu zonasi ekosistem, yang biasanya juga sejalan dengan zonasi dari suhu. Zona Termo-Ekologi Van Steenis (1972) mengemukakan adanya tiga zona termo-ekologi, yaitu megaterm, mesoterm, dan mikroterm. Megaterm merupakan kawasan panas dimana reaksi tumbuhan terhadap zonasi ini menghasilkan berbagai macam tumbuhan dengan toleransi ekologi yang berbeda-beda, dan hanya beberapa tumbuhan yang mampu bertahan hidup. Sedangkan kelompok lain lebih menyukai iklim yang sejuk, mesoterm ekologi, terbatas di garis lintang menengah dan apabila di tropika akan terdapat di daerah gunung atau montan. Kelompok ketiga adalah mikroterm ekologi, terbatas pada garis lintang yang tinggi dan terikat pada iklim yang dingin atau pada daerah pegunungan yang tinggi. Van Steenis berdasarkan metodologi dari Sendtner dengan sekitar 900 jenis tumbuhan pegunungan Malesia berusaha membuat zonasi floristika dikaitkan dengan zonasi vegetasi. Penamaan zonasi diadaptasikan dengan konsep-konsep yang dipakai di Eropa dengan adanya dua demarkasi iklim yang pasti didasrkan pda bar=tas pohon dan batas salju. Demarkasi pertama antara pedataran rendah (kolin) dengan zona montan (1000 m), mempunyai floristika yang termasuk pada pedataran rendah tropika asli dan merupakan familia megaterm. Sedangkan di atas 1000 m sering dijumpai tumbuhan yang senang dingin atau kelompok mikroterm yang termasuk pada familia yang biasa berada di belahan bumi utara. Demarkasi kedua memisahkan zona montan dengan zona subalpine pada ketinggian

2400 m, dibedakan atau dikenal dengan perubahan floristika dan fisiognomi, di bawah ketinggian tersebut mempunyai kanopi yang tinggi dengn stratifikasi yang lemah, tetapi di atasnya merupakan hutan yang pendek, renggang, batangnya kecil, dan kanopi agak merata. Zonasi iklim berdasarkan ketinggian untuk Jawa: --------------------------------------------------------KETINGGIAN ( DPL ) Z O N A

--------------------------------------------------------0-1000 m Zona Tropika ---------------------------(500-1000 m Subzona-kolin) --------------------------------------------------------1000-2400 m Zona Montan - - - - - - - -- - - - - - - - - - - - - - - - - - - (1000-15000 m Subzona-Submontan) --------------------------------------------------------di atas 2400 m Zona Subalpin

Tanah Tanah merupakan bagian atas dari lapisan kerak bumi yang mengalami penghawaan dan dipengaruhi oleh tumbuhan dan hewan. Pengertian ini ditekankan pada hubungan yang erat antara tanah dan organisme hidup, yang keduanya dipengaruhi oleh iklim dan topografi. Tanah membentuk bagian kompleks dari ekosistem dan ditempati oleh organisme dengan toleransi yang luas. Kajian dari tanah dikenal dengan pedologi. (1) Tanah sebagai medium hidupnya tumbuhan a. Tempat akar berpegang. Untuk menghadapi gangguan dari hembusab angin, maka tumbuhan tertancap kuat-kuat dalam tanah. b. Suplai air. Tumbuhan menghisap air tanah melalui akar. c. Suplai nutrisi. Tanah mengandung nutrisi organic dan anorganik akibat penghawaan dan pelapukan.

d. Suplai udara. Tanah harus teraerasi secukupnya untuk memungkinkan terjadinya respirasi akar dan penguraian oleh organisme. Faktor edafil penting bagi perkembangan tumbuhan, hal ini tergantung pada karakteristik fisika dan kimia tanah. (2) Fisika Tanah Materi anorganik atau mineral membentuk sekitar duapertiga dari volume tanah, dan menentukan karakteristika fisikanya. a. Partikel Tanah. Jumlah dan ukuran partikel mineral tergantung pada bentuk batuan asalnya dan intensitas dari proses penghawaan yang terjadi. Partikel ini memiliki ukuran yang bervariasi. b. Fraksi Liat. Partikel liat mampu memegang air dan nutrisi dalam tanah. Beberapa mineral liat dapat menghisap air tiga kali volumenya, menggembung bila basah dan mengerut pada keadaan kering. Partikel liat mampu melekat satu sama lain, sehingga pada keadaan basah tanah akan menjadi plastis dan bila kering sangat keras. c. Tekstur Tanah. Tekstur menentukan kemudahan penetrasi akar, aerasi dan drainase, tetapi juga dalam suplai nutrisi dan suhu udara. d. Pori tanah. Pasir kasar yang lepas akan mempunyai pori yang besar meskipun secara total hanya sekitar 40% dari volume tanah. Sebaliknya, tanah liat yang padat mempunyai ruang kecil tetapi membentuk 60% dari volume tanah. e. Udara dalam tanah. Tanah-tanah dengan makropori akan teraerasi dengan baik daripada tanah dengan mikropori. f. Tekstur tanah dan tumbuhan. (1) Tanah dengan kandungan lumpur dan liat yang tinggi mengurangi kecepatan pertumbuhan akar, (2) hujan yang turun pada tanah gembur akan cepat menembus ke dalam tanah, (3) air tanah merupakan lapisan tipis yang melapisis seluruh permukaan partikel tanah. Sebenarnya pengaruh tekstur tanah terhadap tumbuhan dan air tanah sangat kompleks sekali, sebab meskipun tanah bertekstur halus mampu memegang air lebih banyak, tetapi patut pula diperhatikan hal-hal berikut: Sebagian besar air yang tertahan terletak pada lapisan atas tanah. Menghalangi penghembusan akar sehingga kecambah tidak sanggup menjangkau sumber air yang lebih dalam sebelum air permukaan mongering.

Berkecenderungan mengurangi pengudaraan bagian lapisan bawah tanah, sehingga tumbuhan berakar dangkal dengan akibat tumbuhan tadi tidak tahan terhadap kekeringan. Air yang melimpah pada tanah bertekstur halus merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan jamur. Ion-ion dalam tanah diekstraksi oleh koloid-koloid tanah dan diikatnya Tanah bertekstur gembur, pengudaraannya cukup baik. (3) Kimia Tanah a. Keasaman dan kebasaan tanah. Pada tanh di daerah beriklim panas dan kering biasanya pH berkisar netral hingga basa kuat. Sedangkan tanah di daerah beriklim sejuk dan basah, pH tanah berkisar sekitar asam lemah hingga asam kuat. b. Keasaman tanah dan karakteristik lainnya. (1) Status kalsium pada tanah yang normal sangat erat kaitannya dengan pH, (2) keasaman tanah untuk menunjukkan kehadiran bahan-bahan penting selain kalsium, (3) pada pH yang ekstrim, keseimbangan beberapa bahan makanan menjadi terganggu. c. Humus. Tanah dengan pengudaraan yang baik akan merangsang terjadinya penguraian yang cepat dan membentuk humus yang disebut mull. Vegetasi yang menyerap sedikit nutrisi dari tanah akan menghasilkan materi organic yang miskin mineral dan mengandung sedikit kalsium untuk mengimbangi asam organic yag dilepaskan selama penguraian. Dalam situasi ini proses pelapukan berjalan lambat dan menghasilkan humus yang disebut mor. d. Kepentingan bahan organic tanah: 1. Bahan organic merupakan koloida tanah yang mempunyai kapasitas yang tinggi dalam memegang air. 2. Humus juga berguna dalam mengubah struktur tanah dan perubahan struktur tanah erat kaitannya dengan kesuburan tanah. 3. Bahan organic dalam tanah, seperti tanah liat, mampu mengadsorbsi sejumlah makanan dalam bentuk ion-ion. 4. Kepentingan humus dari sudut kerusakan mekanis juga perlu diperhatikan, yaitu (a) melindungi kecambah dari percikan air hujan yang keras, dan (2) melindungi tanah dari erosi percikan hujan. e. Garam mineral organic, meliputi:

1. Anion dan kation. Larutan tanah mengandung garam-garam mineral dalam bentuk ion, mungkin bermuatan positif (kation) dan mungkin bermuatan negatif (anion) 2. Keasaman dan ketersediaan nutrisi. Keasaman tanah akan mempengaruhi potensi absorbsi mineral makanan oleh tumbuhan. 3. Garam natrium. Konsentrasi yang tinggi dari garam natrium (NaCl) yang terakumulasi di tiga daerah utama, pertama di daerah pesisir baik itu berupa rawa maupun pasir, kedua di daerah sistem drainase pedalaman, dan ketiga di daerah kering dengan hujan yang tidak mencukupi untuk pencucian garam natrium. (4) Organisme Hidup Dalam Tanah Merupakan penyebab utama dalam proses pelapukan bahan organic. Pengelompokan organisme hidup dalam tanah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu (1) kelompok tumbuhan, meliputi bacteria, Streptomyces, Algae, Fungi, akar rimpang, umbi dsb, dan (2) kelompok hewan, meliputi protozoa, nematode, insect, cacing, dsb. (5) Profil Tanah Profil tanah merupakan suatu irisan melintang melalui tanah, yang biasanya setiap tanah mempunyai lapisan stratifikasi atau horison dalam profilnya. Secara umum minimal terdapat tiga lapisan utama, dan berdasarkan konvensi diberi tanda dengan huruf besar. Horison A adalah lapisan yang erat kaitannya dengan penghawaan di permukaan dan relatif mengandung materi organik yang tinggi. Horison C adalah lapisan dengan batuan induk yang terhawakan. Horison B lapisan di antarakedua lapisan/horison tadi dengan karakteristika gabungan dari A dan C. Di samping ketiga pelapisan tersebut, ada juga lapisan/horison O (organik) pada permukaan tanah, dan horison E (eluviasi) di bawah lapisan A. Gambaran bahwa setiap tanah berbeda mempunyai perkembangan yang berbeda pula dari horisonnya, dapat dijadikan sebagai dasar klasifikasi tanah. Departemen Pertanian Amerika Serikat mengembangkan cara penamaan (sistem USDA) berdasarkan nomenklatur baru, yaitu pada karakteristika tanah yang dapat diobservasi. Secara garis besar, dalam sistem USDA, tanah di muka bumi ini secara taksonominya dikelompokkan ke dalam 10 kelompok utama dengan karakteristika: KELOMPOK UTAMA DARI TAKSONOMI TANAH SISTEM USDA No. 1 2 3 Ordo/Kelompok Entisol Vertisol Inceotisol KARAKTERISTIKA Tanah mineral embrio (dalam perkembangan). Tanah liat terganggu dan terbalikar. Tanah muda dengan perkembangan horison yang lemah.

Aridisol

Tanah padang pasir dengan salinitas dan atau alkalinitas yang tinggi.

Mollisol

Tanah lunak dengan lapisan permukaan yang yang kaya bahan organik dan tebal.

6 7

Spodosol Alfisol

Tanah asam tercuci dengan horison B bersifat abu. Tanah basa atau asam lemah tercuci dengan horison B kaya dengan liat.

8 9 10

Ultisol Oxisol Histosol

Tanah asam yang terbawakan dan tercuci kuat dan dalam. Tanah yang terhawakan dan tercuci kuat dan dalam. Tanah oganik.

Faktor Biotika Faktor biotika adalah semua komponen hidup dari suatu ekosistem, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan yang dapat mempengaruhi masyarakat tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung. Bisa dikatakan bahwa di alam ini tidak ada satu organisme yang mampu hidup tanpa pengaruh dari organisme lainnya. Saling ketergantungan ini meliputi berbagai hal, diantaranya dalam proses pertumbuhan, penerimaan bahan makanan, pembiakan atau penyebaran. 1. Beberapa bentuk hubungan antara tumbuhan a. Kompetisi Persaingan antara individu tumbuhan dengan individu lainnya meliputi pemenuhan kebutuhan akan nutrisi, air, cahaya, ruang, dsb. Kompetisi timbul apabila individu tumbuhan mempunyai daur hidup dan keperluan lingkungan yang sama dengan individu-individu lainnya, baik untuk jenis yang sama maupun jenis yang berbeda. Contohnya adalah pergantian jenis-jenis tumbuhan selama suksesi dalam bentuk seral-seralnya, yaitu dari jenis oportunis sampai ke jenis keseimbangan. b. Liana Liana merupakan tumbuhan yang berakar dalam tanah dan berusaha mempertahankan tegaknya batang dengan mempergunakan tumbuhan lain sebagai penyokong/ penolongnya. Strategi ini untuk mendapatkan sejumlah cahaya yang melimpah untuk keperluan fotosintesisnya, sehingga letak daun-daunnya jauh tinggi di atas, dan juga perbungaannya, sedangkan akar tetap berada di dalam tanah. Batangnya mempunyai karakteristika anatomi yang khusus, yaitu terdiri dari dua bagian utama: Bagian berkayu yang silindris dan dipisahkan oleh jaringan parenkim yang vertikal Serabut-serabut xilem yang panjang dan lebar

c. Epifit Memanfaatkan tumbuhan lainnya untuk tempat hidup secara menempel, mempunyai akar untuk menghisap air dan nutrisi yang terlarut, dan mampu mengahsilkan makanannya sendiri. Epifit tidak tahan terhadap kekeringan, sehingga memerlukan peneduhan dari tumbuhan lain serta kelembaban. Contoh: Orchidaceae, Pteridaceae, Bromeliaceae. d. Lumut kerak Terbentuk karena adanya hubungan antara satu atau lebih jenis jamur (biasanya Ascomycetes atau Basidiomycetes) dengan satu atau lebih ganggang hijau atau ganggang biru yang bersel satu. Ganggang selalu terdiri dari jenis yang dapat hidup bebas, tetapi jamurnya hanya khusus pada lumut kerak. Merupakan contoh simbiosis mutualisme, namun beberapa pakar menganggap hubungan yang bersifat parasit ringan karena jamurnya tidak bisa hidup bebas sendiri sedangkan ganggangnya mampu hidup sendiri. Jamur menerima seluruh makanannya dari ganggang. Selain melindungi, jamur juga berguna bagi ganggang karena kemampuannya untuk mengikat N dan juga dalam penyerapan air. Lumut kerak sangat bervariasi dalam sifat dan bentuknya dalam sifat dan bentuknya dan tersebar secara luas hampir ke seluruh muka bumi. Biasanya bersifat xerofit dan sering hidup di atas batu yang tandus, tidak memungkinkan tumbuhan lain untuk hidup dengan baik, dengn demikian lumut kerak ini merupakan tumbuhan pionir. e. Mikotrofi Hubungan antara jamur dan tumbuhan, biasanya jamur dengan beberapa bagian tumbuhan tinggi (akar) membentuk bagian yang disebut mikrorisa. Dikenal ada dua bentuk mikrorisa: Ektotrofi, miselia membentuk lapisan tebal menutupi permukaan akar, dan mempunyai hife yang menonjol keluar. Contoh: Pinaceae dan Amentiferae. Endotrofi, hife masuk ke protoplas dari jaringan parenkim dari akar, dan sebagian keluar menembus tanah. Contoh: Ericaceae dan Orchidaceae. 2. Pengaruh hewan terhadap tumbuhan a. Perusakan Peranan tumbuhan sebagai sumber pakan bagi hewan, selain itu bisa ditimbulkan akibat injakan-injakan hewan perumput. Di alam kejadian tersebut terjadi bersamaan dan menjadi faktor pembatas untuk penyebaran tumbuhan, dan juga dapat mengahasilkan bentuk-bentuk morfologi khusus sebagai adaptasinya, yang pada akhirnya menghasilkan masyarakat tumbuhan yang karakteristik. b. Penyerbukan oleh hewan Serangga biasanya merupakan hewan penyerbuk (polinator) utama (entomofili), tetapi kadangkala dapat juga dilakukan oleh hewan lainnya seperti burung, kelelawar, dan manusia. Karakteristik tumbuhan yang penyerbukannya dibantu serangga: Perhiasan bunga berkembang dengan baik Tepung sari berkumpul

Putik berbentuk tongkat Dilengkapi nektar Serangga biasanya mengunjungi bunga untuk mengambil madu dan tepung sari sebagai makanannya. Tepung sari melekat pada tubuhnya berbulu sehingga terjadi perpindahan dari satu bunga ke bunga lainnya, dan mempunyai kesempatan tepung sari ini untuk menempel ke kepala putik, maka terjadilah hubungan yang bersifat simbiosis. c. Penyebaran oleh hewan (zookhori) a) Endozookhori Buah dimakan oleh hewan, tetapi karena bijinya dilapisi oleh kulit luar yang keras maka tidak dapat dicerna, yang kemudian akan keluar bersama feses. Contoh: kopi dan aren oleh luak, Rubus oleh berbagai jenis burung . b) Epizookhori Alat penyebar dilengkapi oleh struktur khusus sehingga dapat menempel pada tubuh hewan (yang umumnya berbulu), sehingga biji atau buah terbawa ke tempat yang jauh. Contoh: Urena lobata, Bidens spp, Andropogon aciculatus. 3. Tumbuhan karnivora Tumbuhan biasanya memiliki organ seperti kantong(modifikasi daun) yang berisi cairan hasil ekskresi berupa enzim proteolitik sehinggaini mampu mencerna hewan (serangga) dalam menambah keperluannya akan zat lemas.

Daftar Rujukan Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB

You might also like