You are on page 1of 105

ANALISIS HUBUNGAN KEMAMPUAN KERJA TERHADAP KELUHAN OTOT MANUSIA DAN KEKUATAN OTOT PADA GENGGAMAN TANGAN (Studi

Kasus di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia Bagian Gudang dan Distribusi)

TUGAS AKHIR

Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Disusun oleh: SRI MULYANI NIM: 1.03.07.004

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011

THE ANALYSIS OF CORELATION BETWEEN WORKS ABILITY TO MUSCLE COMPLAINTS AND MUSCLE COMPLAINTS IN HAND GRIP (Case Study in Warehousing and Distribution Area of PT. Industri Telekomunikasi Indonesia)

TUGAS AKHIR

Karya tulis yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Program Studi Teknik Industri

Disusun oleh: SRI MULYANI NIM: 1.03.07.004

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG 2011

ABSTRACT THE ANALYSIS OF CORELATION BETWEEN WORKS ABILITY TO MUSCLE COMPLAINTS AND MUSCLE COMPLAINTS IN HAND GRIP (Case Study in Warehousing and Distribution Area of PT. Industri Telekomunikasi Indonesia)

Labor as the active resource in a company or organization is one of the important factor to improve the product and service quality. Employees work well as their ability to work from the behavioral as well as a conducive working environment. This can be supported by the equipment and ergonomic work system which aims to prevent the disease caused by the Working Penyakit Akibat Kerja (PAK). PAK is defined as negative implication to for physical health of employee caused by working. In addition, it also affects the employees performance. This research uses tools Work Ability Index (WAI) to identify the performance, Nordic Body Map to identify the muscle complaints (musculoskeletal disorders) caused by working, and handgrip to identify the muscles strength to the hand grip. Based on the results of data processed which is questionnaire Work Ability Index (WAI) to the 15 warehousing and distribution employees, 5 (five) employees are categorized as moderate, 5 (five) employees are categorized as good, and all the rest are categorized as excellent. In identifying the muscle complaints by Nordic Body Map, the highest number of complain is obtained in the neck and the backbone with a prevalence rate of 33.33%. Statistics used in this research is the correlation and hypothesis testing. Correlation and hypothesis between works ability, muscle complaints and muscle complaints in hand grip. The results showed that there is a significant relationship between variables Work Ability Index with muscle complaints (neck, upper back, left shoulder, right and left wrist, and ankle). However, there is no significant relationship between variables Work Ability Index with muscle complaints and muscle complaints in handgrip.

Key words: Work Ability Index, muscle complaints, muscle strength in hand grip

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta lindungan-Nya yang telah melimpahkan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul Analisis Hubungan Kemampuan Kerja Terhadap Keluhan Otot Manusia dan Kekuatan Otot Tangan (Studi Kasus di PT Industri Telekomunikasi Indonesia Bagian Gudang dan Distribusi) ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan ini peneliti mohon maaf apabila terdapat kesalahan yang telah dilakukan dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini, baik dalam hal penyajian isi materi maupun dalam sistematika penyusunannya. Oleh karena itu peneliti sangat menghargai kritik dan saran yang bersifat membangun mengenai kekurangan yang ada untuk memperbaiki dan menyempurnakan laporan ini.

Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, dukungan, serta nasihat yang paling berharga dari berbagai pihak, peenulis tidak dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah S.W.T yang memberikan kesehatan, kelancaran dan segala yang dibutuhkan sehingga peneliti dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. 2. Keluarga tercinta, bapak, mama yang sabar banget menghadapi Cici, kakakkakak, kakak ipar, keponakan atas dukungan moral dan material serta doa, semoga diberikan kesehatan, kebahagian dunia dan akhirat, I Love my family. 3. Ibu Henny, MT, selaku dosen pembimbing yang telah membantu dan mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan penelitian Laporan Tugas Akhir. 4. Seluruh Dosen Teknik Industri yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang berguna bagi peneliti. 5. Pak Rohman selalu pembimbing si perusahaan dan seluruh pegawai PT INTI bagian gudang dan distribusi yang telah memberikan waktunya untuk menjadi responden penelitian ini.

iv

6.

K, where ever you are, you still the best for me. Thanks so much for everything. My lovely best friend ever, Icha, Adis, Tino, Kan2, Mija, Destoo, Laras my drama senior high school nothing without you all. Love so much. ST nih gw lol, who thought? Anak-anak Teknik Industri 07, Pipit maaf y suka ganggu tidur siangnya lol, Iya Awan mas Ari terima kasih kerja samanya di lab, om Daniel sama Kiki my brothers another mother yang akhir-akhir ini sering hang out bareng kenapa baru sekarang? lets backpacker to go to SG, maybe sometime lol, Shanty org yg paling suka gw jailin XD, Friska kosan lo byk kenangan bgt fris, especially your bathroom T~T, Tari, Deni, Restu dan kawan-kawan maaf ga bisa disebutin semua, selama 4 tahun ini kita telah melewati banyak drama bagaikan sinetron 4 season hahaha.

7.

8.

9.

Abang makasih bwt semuanya, akhirnya saya punya kakak cowo juga.

10. Buat Teh Shinta makasih atas semua bantuannya dalam hal administrasi dll dan maaf teh kadang suka merusuk di sekjur hehehe. Ga lupa bwt The Melly juga 11. Untuk semua temen-temen industri akang teteh serta adik-adik dan untuk semua mahasiswa UNIKOM. 12. Special thanks to driver and condectur Damri LP-Dago :D

Peneliti menyadari laporan Tugas Akhir ini masih belum sempurna, untuk itu segala saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu peneliti harapkan untuk kemajuan kita bersama.

Akhir kata, peneliti berharap laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.

Bandung, Agustus 2011

Peneliti

iv

Bab 1 Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja sebagai sumber daya aktif di suatu perusahaan atau organisasi merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kualitas produksi atau jasa. Karyawan bekerja dengan baik sesuai dengan kemampuan kerja yang berasal dari perilaku serta lingkungan kerja yang kondusif. Hal tersebut dapat ditunjang dengan adanya peralatan dan sistem kerja yang ergonomi yang bertujuan untuk menghindari Penyakit Akibat Kerja (PAK). PAK didefinisikan sebagai implikasi negatif dari kegiatan kerja terhadap kesehatan fisik manusia. Selain itu juga PAK dapat mempengaruhi kemampuan kerja seorang karyawan. Kemampuan kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2003:94). Kemampuan kerja karyawan dengan kebutuhan pekerjaan menjadi pertimbangan perusahaan dalam

memperkerjakan karyawan.

Pekerja memiliki batasan dalam kekuatan fisik. Pekerja akan merasa lelah apabila bekerja tanpa istirahat dan juga memiliki kekuatan otot yang berbeda setiap orangnya tetapi hal ini tidak terlalu diperhatikan dengan baik oleh perusahaan sehingga sering kali pekerja mengalami cidera-cidera otot pada bagian leher, bahu, tangan dan pada bagian tubuh lainnya. Setiap keluhan otot akibat pekerjaan dapat disebut dengan istilah muscukoskeletal disorders. Cidera tersebut akan merugikan perusahaan karena kemampuan kerja seorang pekerja tidak bisa maksimal karena mengalami keluhan otot. Di samping kesehatan fisik, kesehatan mental pun berperan penting, dengan mengoptimalkan dan menjaga hal tersebut maka kemampuan para pekerja akan semakin baik sehingga bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan. Menurut Dr. Kenneth Cooper telah ditemukan hubungan yang pasti antara kebugaran fisik dan kesiagaan mental serta kestabilan emosi, meningkatnya kinerja ketahanan tubuh akan membuat tubuh tidak terlalu

rentang terhadap keletihan dan akibatnya lebih jarang membuat kesalahan mental maupun fisik.

PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) adalah sebuah perusahaan BUMN. PT. INTI kini memantapkan langkah transformasi mendasar dari kompetensi berbasis manufaktur ke engineering solution, membentuk PT. INTI menjadi semakin adaptif terhadap kemajuan teknologi dan karakteristik serta perilaku pasar. Pada mulanya PT. INTI sebagai pendukung utama penyediaan infrastruktur telekomunikasi nasional dan dengan kompetensi sumberdaya manusia yang terus diarahkan sesuai proses transformasi tersebut, tetapi saat ini PT. INTI bertekad untuk menjadi mitra terpercaya di bidang penyediaan jasa profesional dan solusi total yang fokus pada Infocom System and Technology Integration (ISTI). Oleh sebab itu untuk memberikan kepuasan terhadap konsumennya PT. INTI harus memberikan pelayanan terbaiknya dengan bekerja lebih produktif terkait untuk melayani setiap kepentingan baik internal maupun eksternal.

Bagian gudang dan distribusi termasuk ke dalam divisi pengadaan dan logistik yang memiliki beban kerja mental dan fisik. Pekerja mengelola material yang datang dan keluar untuk kebutuhan perusahaan atau kebutuhan proyek yang ditangani PT. INTI. Pemindahan dan pengepakan material ada yang dilakukan dengan cara manual, oleh karena itu pekerja terkadang mengalami cidera otot yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rata-rata umur pekerja bagian gudang dan distribusi adalah 47 tahun. Pada usia tersebut pekerja sudah mulai mengalami penurunan kekuatan otot. Meskipun demikian pekerja masih harus bekerja dengan produktif yang sesuai dengan harapan perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut maka penulis mengambil judul Tugas Akhir dengan judul Analisis Hubungan Kemampuan Kerja Terhadap Keluhan Otot Manusia dan Kekuatan Otot Pada Genggaman Tangan (Studi Kasus di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia Bagian Gudang dan Distribusi) .

1.2.Identifikasi Masalah Dari penelitian yang akan dilakukan terdapat beberapa masalah yang akan coba diselesaikan. Adapun masalah tersebut adalah: 1. Seberapa baik kemampuan kerja para pekerja bagian gudang dan distribusi di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia? 2. Pada bagian manakah keluhan otot terkait pekerjaan (Musculoskeletal disorders) yang paling tinggi muncul pada bagian gudang dan distribusi di PT Industri Telekomunikasi Indonesia selama 12 bulan terakhir? 3. Apakah ada hubungan kemampuan kerja terhadap keluhan otot dan kekuatan otot pada genggaman tangan pekerja bagian gudang dan distribusi di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia?

1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab identifikasi masalah diatas. Tujuan dari penelitian ini adalah? 1. Mengidentifikasi sebaik apa kemampuan kerja para pekerja bagian gudang dan distribusi di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia. 2. Mengidentifikasi keluhan otot yang paling tinggi dialami oleh pekerja bagian gudang dan distribusi di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia. 3. Mengidentifikasi hubungan kemampuan kerja terhadap keluhan otot dan kekuatan otot pada genggaman tangan pekerja bagian gudang dan distribusi di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia.

1.4.

Pembatasan Masalah

Pada penelitian ini terdapat pembatasan masalah agar penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang terlalu jauh dari masalah yang akan diteliti. Adapun batasan-batasan masalah tersebut adalah: 1. Objek penelitian dilakukan di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) bagian gudang dan distribusi. 2. Untuk penelitian kekuatan otot hanya dilakukan tes kekuatan otot tangan menggunakan Handgrip. 3. Perhitungan uji statistik menggunakan software SPSS.

1.5. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan mengenai pemahaman penelitian ini, maka perlu disajikan sistematika penulisan yang sesuai dengan kaidah penelitian sebagai berikut: Bab 1 Pendahuluan Berisikan gambaran umum tentang penelitian, yang didalamnya terdapat latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, pembatasan dan asumsi masalah serta sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka Berisikan tentang pengantar teori-teori yang mendukung pembahasan dari penelitan yang dilakukan. Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab ini berisikan tentang model atau cara pemecahan masalah serta langkahlangkah pemecahan masalah yang digambarkan dalam flow chart pemecahan masalah. Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data Berisikan data-data yang diperlukan dalam mencapai tujuan penelitian serta melakukan pengolahan terhadap data-data yang ada, sesuai dengan metode yang telah ditentukan. Bab 5 Analisis Membahas tentang analisis terhadap hasil dari pengolahan data yang telah dilakukan. Bab 6 Kesimpulan dan Saran Merupakan suatu bentuk kesimpulan dari hasil analisis terhadap pengolahan data serta disesuaikan dengan tujuan awal, dan berisikan tentang saran-saran mengenai penelitian tersebut.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

2.1. Work Ability Index Definisi dari Work Ability Index adalah: How good is the workers at present and in the near future, and how able is he/she to do his or her work with respect to work demands, health, and mental resource. Pengertian Work Ability Index yaitu bagaimana para pekerja dapat bekerja dengan baik pada masa sekarang dan pada masa yang akan datang dan bagaimana para pekerja mampu menghormati pekerjaannya sesuai dengan tuntutan pekerjaan, kesehatan dan sumber daya fisik dan mentalnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan kerja dan kita dapat mempengaruhi beberapa dari mereka melalui kegiatan kita sendiri.

Work Ability Index merupakan suatu instrument yang digunakan didalam pemeliharaan kesehatan dan kemampuan pekerja dalam pekerjaannya. Ini memperlihatkan mengenai bagaimana seorang pekerja mampu untuk melaksanakan tugasnya sesuai dengan tuntutan pekerjaanya. Work Ability Index dapat digunakan sebagai salah satu dari banyaknya metode yang digunakan untuk memperkirakan kemampuan kerja karyawan dan juga bisa digunakan untuk mengkaji dan menganalisis tingkat kesehatan pekerja.

Work Ability Index dapat ditentukan pada dasar jawaban atas serangkaian pertanyaan yang mempertimbangkan tuntutan pekerjaan baik itu pekerjaan fisik maupun mental dan tingkat kesehatan pekerjanya. Seorang pekerja harus menjawab kuisioner atau daftar pertanyaan yang nantinya akan menghasilkan suatu point atau skor berdasarkan point dari Work Ability Index. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam Work Ability Index:

Tabel 2.1. Skor kuisioner Work Ability Index


No Item kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup Hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya Range of score 0-1 2-10 Penjelasan 0 = tidak mampu bekerja dengan baik 10 = sangat mampu bekerja dengan baik 2 = sangat buruk 10 = sangat sesuai 1 = 5 atau lebih penyakit yang didiagnosa 2 = 4 penyakit yang didiagnosa 3 = 3 penyakit yang didiagnosa 4 = 2 penyakit yang didiagnosa 5 = 1 penyakit yang didiagnosa 7 = tidak ada penyakit yang didianosa 1 = sangat menghambat 6 = tidak ada hambatan 1 = 100-365 hari 2 = 25-99 hari 3 = 10-24 hari 4 = 1-9 hari 5 = 0 hari 1 = tidak tahu 4 = tidak yakin 7 = yakin 1 = jumlah 0-3, tidak yakin 2 = jumlah 4-6, kadang-kadang 3 = jumlah 7-9, yakin 4 = jumlah 10-12, sangat yakin

1. 2.

3.

Diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja

1-7

4.

Perkiraan berkurangnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul

1-6

5.

Cuti sakit selama satu tahun terakhir

1-5

6.

Harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan

1, 4, 7

7.

Sumber daya mental Jumlah

1-4 7-49

Pada tabel 2.1. merupakan nilainilai yang diberikan pada setiap pertanyaan dimana setiap pertanyaan memliki range yang berbeda, yang nantinya dikalkulasikan kedalam pointpoint Work Ability Index (WAI). 1. Untuk pertanyaan item ke satu point didapatkan berdasarkan nilai pada kuisioner. 2. Untuk item pertanyaan ke dua, point didapatkan dari penjumlahan kedua nilai yang sebelumnya telah dikalikan dengan nilai masingmasingnya. a. Untuk pekerjaan yang membutuhkan kemampuan fisik contohnya pada karyawan yang bekerja pada departemen pabrikasi, departemen

infrastruktur dan departemen procurement nilainya sebagai berikut: Point untuk physical demand nilainya dikalikan dengan 1,5. Point untuk mental demand nilainya dikalikan dengan 0,5.

b.

Untuk pekerjaan yang membutuhkan kemampuan mental contohnya pada karyawan yang bekerja pada departemen sales and markering dan departemen CFO nilainya sebagai berikut: Point untuk physical demand nilainya dikalikan dengan 0,5. Point untuk mental demand nilainya dikalikan dengan 1,5.

c.

Untuk pekerjaan yang membutuhkan kemampuan keduanya yaitu kemampuan fisik dan mental contohnya pada karyawan yang bekerja pada departemen HRD nilainya tidak dikalikan terlebih dahulu tetapi langsung dijumlahkan.

3. Untuk item pertanyaan ketiga, point didapatkan dari berapa banyak penyakit yang telah didiagnosa oleh doter. Nilai 1 point apabila karyawan memiliki 5 penyakit atau lebih. Nilai 2 point apabila karyawan memiliki 4 penyakit. Nilai 3 point apabila karyawan memiliki 3 penyakit. Nilai 4 point apabila karyawan memiliki 2 penyakit. Nilai 5 point apabila karyawan memiliki 1 penyakit. Nilai 7 point apabila karyawan tidak memiliki penyakit.

4. Untuk item pertanyaan keempat point didapatkan berdasarkan nilai pada kuisioner. 5. Untuk item pertanyaan kelima point didapatkan berdasarkan nilai pada kuisioner. 6. Untuk item pertanyaan keenam point didapatkan berdasarkan nilai pada kuisioner. 7. Untuk item pertanyaan ketujuh point didapatkan berdasarkan penjumlahan masingmasing pertanyaan. Nilai 1 point didapatkan dari penjumlahan dengan nilai 03. Nilai 2 point didapatkan dari penjumlahan dengan nilai 46. Nilai 3 point didapatkan dari penjumlahan dengan nilai 79. Nilai 4 point didapatkan dari penjumlahan dengan nilai 1012.

Berdasarkan Finnish Institute of Occupational Health Helsinki, point untuk WAI adalah antara 7-49 point. Nilai yang telah dirancang ini menggambarkan

konsep kemampuan pekerja atas tuntutan pekerjaannya. Setelah point dari tiap pertanyaan ditambahkan maka point-point tersebut akan diklasifikasikan beserta tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki katagori Work Ability Index sebagaimana diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 2.2. Katagori Point Work ability and Objective of Measures

Point 727 2836 3743 4449

Work Ability Poor Moderate Good Excellent

Objective of measures Restore Work Ability Improve Work Ability Support Work Ability Maintain Work Ability

Work Ability Index dapat dipromosikan sebagai alat signifikan didalam program kesejahteraan kerja dan peningkatan kesehatan para pekerja. Work Ability Index didedikasikan untuk mengurangi dan meminimasi kemangkiran dalam bekerja dan meningkatkan kesehatan para pekerja. Setiap para pekerja memiliki kapasitas yang dan tuntutan dapat pekerjaan yang berbeda, gaya maka hidup,

kemampuannya

berbeda

dipengaruhi

oleh

karakteristik pekerjaan, kesehatan fisik dan mental para pekerja serta faktor psikososial dalam lingkungan pekerjaan.

Gambar 2.1. Ruang Lingkup Maintenance Work Ability

Work Ability Index dapat juga digunakan untuk memprediksikan ancaman ketidakmampuan mendekati masa yang akan datang. Ini telah dikembangkan oleh Finnish Institute of Occupational Health didalam penelitiannya mengenai

para pekerja yang berusia diatas 50 tahun keatas. Hampir sepertiga dari mereka adalah kelompok orang yang masih sanggup atau mampu bekerja menurut indeks yang dijaminkan pada pensiun selama 11 tahun berikutnya.

2.1.1. Dimensi Baru Work Ability Aktualitas kemampuan kerja berkembang karena perubahan demografi di masyarakat, untuk meningkatkan kebutuhan hidup dalam bekerja dan karena kebutuhan untuk memperpanjang pekerjaan dari pekerja yang berusia lebih tua. Proporsi usia 50 hingga 64 tahun pada umumnya akan meningkat dan mencapai level 35% dari tenaga kerja keseluruhan di beberapa negara yang sudah siap. Populasi pekerja yang lebih tua mencapai dua kali jumlah kelompok yang lebih muda yaitu antara 15-24 tahun. Kemungkinan memiliki kehidupan kerja lebih lama dan sangat bergantung pada kemampuan kerja individu. Saat ini hanya 38,5% dari penduduk usia 55 hingga 64 tahun yang masih bekerja di negara Uni Eropa.

Latar belakang konsep Work Ability Index didasarkan pada konsep stressstrain dan model keseimbangan, di mana sumber daya manusia dapat dikenali dari sisi kebutuhan pekerjaan dengan cara yang sehat dan aman. Metode yang disebut Work Ability Index (WAI) telah dikembangkan dan diuji dan panduannya dipublikasikan untuk riset dan praktek. Hasil dan pengalaman dari tahun 1990 menunjukkan, selain kesehatan, kemampuan dan nilai sikap dan motaivasi juga berperan penting.
Strain Support Work Autonomy Phys. Dem Item 2 Values Item 3 Enthuasiasm Item 1

Joy

Activity
Basic education

Item 4 Competence WAI Item 5

Voc.train

Function Health Symptoms Item 6

Marital Family Income Item 7

Gambar 2.2. Struktur Model Work Ability Index

10

Metode kemampuan kerja telah diukur dengan Work Ability Index. Dimensi kemampuan kerja dibuat dengan analisis faktor terpisah untuk item-item yang mencakup dalam karakteristik kerja dan motivasi dan sikap kerja terhadap pekerjaan. Penggabungan ukuran aktivitas (hobi, aktivitas waktu luang), kemampuan fungsional (lari, jalan, angkat) dan gejala psikosomatik telah dibangun. Kompetensi (keahlian, pendidikan dasar dan kejuruan), status perkawinan dan pendapatan juga dilibatkan dalam analisis Work Ability Index.
Society Family Work Ability
Work Environment Content and Demand Community and Organisation Management and Leadership Values Attitude Motivation

Relatives, Friends

New Demensions of Work Ability

Work Ability
Work Physical Demands Mental Strain Supervisory Support Possibilities for Development Values Joy of Work Enthuasiasme Competence Skill Basic and Vocational Education Health Symptoms Functional Capacity

Competence Knowledge Health Skill

Functional Capacities

Gambar 2.3. New Dimension of Work Ability Index

Hasil menunjukkan bahwa kemampuan kerja memiliki struktur yang rumit yang melibatkan sumber daya manusia, karakteristik pekerjaan maupun faktor-faktor di luar kehidupan kerja. Model konstruktif kemampuan kerja diibaratkan seperti dasar bangunan rumah.

2.2. Kemampuan Kerja Kemampuan (ketrampilan) kerja yaitu kemampuan, pengetahuan dan penguasaan pegawai atas teknis pelaksanaan tugas yang diberikan. Istilah kemampuan kerja atau kinerja merupakan pengalihbahasaan dari kata performance. Menurut Bernardin dan Russel (dalam Ruky: 2002) definisi performance adalah catatan

11

tentang hasil-hasil yang diperoleh dari fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan tertentu selama kurun waktu tertentu. kemampuan menekankan pengertian sebagai hasil atau apa yang keluar (outcomes) dari sebuah pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi. Jadi, kemampuan kerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2003:94).

Kemampuan kerja dihasilkan oleh adanya tiga hal, yaitu: a. Kemampuan (ability) dalam wujudnya sebagai kapasitas untuk berprestasi (capacity to perform). b. Kemampuan, semangat, hasrat atau motivasi dalam wujudnya sebagai kesediaan untuk berprestasi (willingness to perform). c. Kesempatan untuk berprestasi (opportunity to perform).

Kemampuan kerja sebagai hasil kerja (output) yang berasal dari adanya perilaku kerja serta lingkungan kerja tertentu yang kondusif. Dalam menentukan faktor penilaian individu karyawan, maka lingkungan kerja sebagai kesempatan untuk berprestasi yang dapat dipengaruhi oleh adanya peralatan kerja, bahan, lingkungan fiskal kerja, perilaku kerja pegawai yang lain, pola kepemimpinan, kebijakan organisasi, informasi serta penghasilan secara keseluruhan akan dianggap konstan karena bersifat pemberian, berasal dari luar diri karyawan dan bukan merupakan perilaku karyawan.

Apabila dilihat dari sistematikanya, maka potensi atau kemampuan dapat dikategorikan sebagai faktor penilaian yang berasal dari kelompok masukan (input) dan ability bersama-sama motivation sebagai suatu kesatuan dapat disebut sebagai faktor penilaian dalam kelompok proses dan performance merupakan faktor penilaian dari kelompok keluaran (output).

Variabel-variabel yang mempengaruhi kemampuan kerja seseorang: - Keorganisasian

12

- Pola pekerjaan - Rentang kendali - Gaya kepemimpinan - Afiliasi kelompok - Teknologi

Faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis, (1964:484) yang merumuskan bahwa: a. Human Performance b. Motivation c. Ability = Ability + Motivation = Attitude + Situation = Knowledge + Skill

Perilaku dan kemampuan individu sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ini. Variabel lain yang juga menjadi bagian dari proses kerja adalah kepuasan. Kepuasan pada umumnya berarti pemenuhan yang diperoleh dari pengalaman melakukan berbagai macam pekerjaan dan mendapatkan ganjaran. Istilah kepuasan dipergunakan untuk menganalisis hasil yang telah dialami oleh seorang karyawan. Jadi, kepuasan adalah konsekuensi dari imbalan dan hukuman yang dihubungkan dengan kemampuan kerja masa lalu. Kemampuan (ability) menunjukkan kecakapan karyawan, seperti kecerdasan dan keterampilan. Jumlah usaha yang dikerahkan berhubungan dengan tingkat kemampuan.

Secara psikologis kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge+Skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya yang terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu pekerja perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man in the right place, the right on the right job).

13

Teori dasar yang digunakan sebagai ladasan untuk mengkaji analisis kinerja pegawai adalah teori oleh tentang Keith kinerja Davis pegawai diatas, (performance) yaitu: yang Human

diformulasikan

Performance=Ability+Motivation.

Formulasi tersebut diatas, telah diuji dan diklarisifikasikan oleh beberapa ahli lainnya seperti T.R. Michell (1978:327), Jay Calbaraith, dan L.L. Cummings, sebagaimana dikutif oleh Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (1978) serta Suharto (2000:36) dalam studi secara umum mendukung hipotesis adanya hubungan antara motivasi dan kemampuan. Kemudian walaupun tidak menyebutkan secara langsung, namun R. Bruce Mc. Afee dan William Proffenberger, (1982) dalam bukunya productivity Strategies, mendukung formula tentang motivasi dan kemampuan sebagai unsur dari kinerja. Lengkapnya dinyatakan sebagai berikut: over the years, theorists have observed that employee productivity, regardless of whether it is defined in terms of efesiensi of evectiveness, is a fuction of both the employees ability and motivation to perform. Mathematically, ability times motivation equals job performance. Ability refer to the employees prior training, experience, and education, where as motivation is typically thougth of as an employees desire to perform a job well.

Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa, motivasi dan kemampuan adalah unsur-unsur yang berfungsi membentuk kinerja seseorang dalam menjalankan pekerjaan atau tugasnya, juga tanpa terkecuali dengan kinerja pegawai. Untuk kepentingan pendekatan dalam penelitian ini, selanjutnya teori ini akan diaplikasikan dengan menggunakan berbagai sumber rujukan yang telah dimodifikasi sesuai dengan fokus permasalahan yang akan dikaji. Untuk memudahkan pemahaman terhadap uraian tentang kemampuan pegawai dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan diuraikan tentang

14

pengertian kemampuan pegawai, ciri-ciri pegawai yang memiliki kemampuan, faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan dan indikator kemampuan.

2.3. Karakteristik Pekerjaan Teori dalam karakteristik pekerjaan merupakan uraian karakteristik pekerjaan dari suatu pekerjaan tertentu. Konsep dari karakteristik pekerjaan didasari oleh adanya suatu pola fikir bagaimana cara membuat sesuatu memiliki sifat yang dapat meningkatkan peningkatan terhadap kemampuan kerja dan kepuasan kerja serta penurunan tingkat kemangkiran dan karakteristik pekerjaan tertentu, sesuai kebutuhan individu tentu dapat memberikan kepuasan pada proses selanjutnya dapat mempengaruhi motivasi kerja. Teori ini hanya melibatkan aspek pekerjaan yang berfungsi sebagai pendorong motivasi bagi individu yang mengerjakan suatu pekerjaan secara efektif dan efisien.

Terdapat lima faktor dalam karakteristik pekerjaan menurut Hackman J.R dan G. R Oldham sebagai berikut: a. Variasi keterampilan (skill varienty) Variasi keterampilan adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan

membutuhkan variasi aktivitas untuk melaksanakan pekerjaan tersebut dengan memanfaatkan sejumlah keterampilan dan bakat orang yang

melaksanakannya, jika suatu tugas mengharuskan seseorang menggunakannya semakin banyak keterampilan dan bakat maka pekerjaan itu dirasakan semakin berat. b. Identitas tugas (task identity) Identitas tugas adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan membutuhkan penyelesaian pekerjaan secara menyeluruh dan teridentifikasi yaitu melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir dengan hasil yang dapat dilihat. c. Signifikan tugas (task signifinance) Signifikan tugas adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan memiliki akibat penting bagi kehidupan orang lain dalam suatu organisasi atau dalam masyarakat yang lebih luas.

15

d. Otonomi (otonomy) adalah: Otonomi adalah suatu tingkat dimana suatu pekerjaan yang memberikan kebebasan kepada individu untuk menjadwalkan dan menentukan prosedur pelaksanaan pekerjaan tersebut. e. Umpan balik dari pekerjaan adalah: suatu tingkat dimana pelaksanaan suatu pekerjaan memberikan informasi langsung dan jelas mengenai efektifitas hasil kerjanya.

2.3.1. Job Diagnostic Survay (JDS) Job Diagnostic Survay adalah suatu alat yang digunakan untuk karakteristik pekerjaan dalam perusahaan. Reaksi karyawan terhadap pekerjaannya dan kesiapan karyawan secara psikologis untuk menerima pekerjaan yang lebih menantang, hal tersebut membantu kearah menentukan kekuatan dan kelemahan dari pekerjaan karyawan menginginkan adanya peningkatan potensi yang terdapat pada pekerjaan yang ada sekarang.

Job Diagnostic Survay telah digunakan oleh perusahaan sejak tahun 1975 untuk mengukur rencana pekerjaan dan kepuasan kerja yang terdiri dari dua puluh satu unsur kunci dari suatu karakteristik pekerjaan. Para responden dalam hal ini para pekerja merasakan pekerjaannya yang ditandai dengan struktur pekerjaan yang dapat ditingkatkan untuk meningkatkan kepuasan kerja, motivasi kerja dan performasi kerja.

2.3.2. Sumber Daya Manusia Tingkat efektifitas sumber daya manusia dipandang turut mempengaruhi kinerja suatu organisasi pada suatu perusahaan, sebesar atau sekecil apaun organisasi tersebut. Pada mulanya pemanfaatan sumber daya manusia sebagai pendukung utama kegiatan administrasi perusahaan saja, akan tetapi seiring perkembangan zaman, sumber daya manusia berperan dalam pengembangan strategi usaha dan memberikan kontribusi pada suksesnya strategi usaha. Human resources ini meliputi berbagai hal diantaranya motivasi, kepuasan kerja, sikap, kesehatan dan lain sebagainya. Fokus utama dari Human resources adalah memberikan

16

kontribusi pada suksesnya organisasi perusahaan dan sebagai pendukung usaha organisasi yang terfokus pada produktifitas, pelayanan dan kualitas. Produktifitas: diukur dari sejumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti pada produktifitas telah menjadi kompetisi global. Produktifitas tenaga kerja di sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program, dan sistem manajemen. Kualitas: Kualitas barang maupun jasa akan sangat mempegaruhi kesuksesan jangka panjang organisasi. Jika suatu organisasi mempunyai reputasi, menyediakan barang maupun jasa yang buruk kualitasnya hal ini akan mengurangi kinerja dan perkembangan organisasi tersebut. Pelayanan: sumber daya manusia sering kali terlibat pada proses produksi barang atau jasa, Human resources harus diikutsertakan pada saat merancang proses operasi. Pemecahan masalah harus melibatkan semua karyawan, tidak hanya manajer, dimana proses tersebut sering kali membutuhkan perubahan pada budaya perusahaan, gaya kepemimpinan, dan praktek sumber daya manusia.

2.3.3. Motivasi Kerja Motivasi didefinisikan adalah suatu kondisi yang menggerakan manusia kearah suatu tujuan tertentu. (Fillmore H. Stanford, 1969:173). Bahwa suatu motif kebutuhan yang distimulatifkan yang berorientasi kepada kebutuhan individu dalam mencapai rasa puas. (William J. Stanford, 1981:101). Motivasi

adalah

faktor-faktor

yang

menyebabkan,

mengarahkan

dan

mempertahankan perilaku seseorang. (Stonrer, et.al, 1995).

Berdasarkan para ahli diatas, dapat disimpulkan motivasi merupakan suatu dorongan kebutuhan dalam diri pegawai yang perlu dipengaruhi agar para pegawai dapat menyesuaikan diri dalam lingkungannya. Sedangkan motivasi adalah kondisi yang menggerakan pegawai agar mampu mencapai tujuan dari motif. Motivasi dapat pula dikatakan sebagai energi membangkitkan dorongan dalam diri.

17

Tetapi ada juga yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk mencoba mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan. Pada umumnya motivasi dihubungkan dengan tingkah laku seseorang dalam bekerja. Dalam hal ini, perilaku dimaksud sebagai tingkah laku yang didorong motivasi kerja yang tinggi. Berdasarkan pengamatan praktis lapangan (Gede Raka, 1990), motivasi kerja yang tinggi dalam diri seseorang muncul dalam bentuk tingkah laku sebagai berikut: 1. Komitment yang tinggi terhadap tujuan organisasi membawa akibat adanya keterkaitan secara batiniah yang kuat terhadap tujuan organisasi dalam diri seseorang. Dimana tujuan organisasi seolah-olah telah menjadi tujuan pribadi, sehingga seseorang akan berusaha sekuat tenaga agar tujuan organisasi itu tercapai. 2. Team spirit yang kuat maka orang-orang yang akan berhubungan dalam suasana saling mempercayai tidak saling mencurigai, maka akan timbul suasana nyaman bisa berada ditengah-tengah kelompok kerjanya. Tercapai kondisi yang siap untuk bekerjasama saling membantu dan rasa bersatu yang tinggi. 3. Kreativitas individu ditandai dengan adanya usaha untuk selalu mencapai cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan sesuatu. Salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap motivasi, kemampuan dan performasi kerja adalah individual atau sumber daya dan tingkat kesehatan dari para pekerja itu sendiri, lingkungan pekerjaan, organisasi perusahaan, prestasi kerja serta karakteristik pekerjaan akan memberikan pengaruh besar terhadap motivasi, kemampuan serta performasi kerja.

Menurut (Gede Raka, 1990) orang yang mempunyai motivasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri diantarannya: Mengusahakan yang terbaik dengan kemampuan yang dimiliki. Memiliki semangat yang tinggi. Bersedia bekerja sama dan saling membantu dengan rekan kerja. Berusaha untuk mencari cara baru untuk menyelesaikan pekerjaan. Berinisiatif untuk melakukan sesutu (membuat keputusan dan tindakan).

18

Bekerja dengan sepenuh hati. Bersedia untuk memberikan sesuatu yang lebih untuk perusahaan. Bertanggung jawab terhadap tugas yang harus dikerjakan. Melakukan pekerjaan sampai tuntas.

2.3.4. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja merupakan seperangkat perasaan pegawai atau karyawan tentang menyenangkan atau tidaknya pekerjaan mereka. Kepuasan kerja umumnya mengacu pada sikap karyawan. Sebagai sekumpulan perasaan, kepuasan kerja bersifat dinamik. Menurut Davis dan Newstrom (1985:105) kepuasan kerja menunjukan kesesuiaan antara harapan seseorang yang timbul dan imbalan yang disediakan pekerjaan, jadi kepuasan kerja berkaitan erat dengan keadilan, perjanjian psikologis dan motivasi. Pengertian dari kepuasan kerja menurut Yulk (1998:5) yaitu: Job satisfaction is the way an employee about his or her job. Ini berarti bahwa kepuasan kerja adalah perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Menurut Handoko (1994:143), kepuasan kerja yaitu keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan para karyawan dalam memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja pada individu berbeda-beda sesuai dengan sistem nilai yang terdapat dalam dirinya. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan dari masing-masing individu. Semakin banyak aspek pekerjaan yang sesuai dengan individu maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan yang dirasakan individu.

Faktor kepuasan kerja meliputi: 1. Rendahnya tingkat stress diantara karyawan Adanya stress kerja dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap kinerja karyawan. Bagi banyak orang tingkat kuantitas stress yang rendah sampai sedang, memungkinkan mereka melakukan pekerjaannya dengan lebih baik, dengan meningkatkan intensitas kerja, kewaspadaan, dan kemampuan bereaksi. Tingginya tingkat stress seseorang cenderung mengurangi kepuasan kerja karyawan secara umum.

19

2. Tinggi rendahnya tingkat kecelakaan kerja Penanganan kecelakaan kerja merupakan bagian dari perlindungan tenaga kerja yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kepuasan kerja karyawan, baik fisik, mental maupun sosial untuk mendapatkan efesiensi dan produktivitas kerja setinggi mungkin. Oleh karenanya untuk menjamin terlaksananya kegiatan industri sehubungan dengan dampak rendahnya tingkat kecelakaan kerja, maka berbagai upaya seperti pembinaan, pelatihan, publikasi prosedur kerja, yang benar perlu dilaksanakan agar tenaga kerja mengetahui manfaat dari hal tersebut dan serta melaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ada. 3. Kondisi kerja yang mendukung Menurut Robbin (1991:171), karyawan peduli dengan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk mempermudah pelaksanaan tugasnya. 4. Rekan kerja yang mendukung Salah satu alasan mengapa manusia perlu bekerja adalah karena kebutuhan untuk berinteraksi sosial. Oleh karena itu rekan kerja yang ramah dapat meningkatkan kepuasan kerja yang meningkatnya.

Kepuasan kerja berhubungan erat dengan sikap karyawan terhadap pekerjaannya sediri. Kepuasan kerja merupakan perasaan yang dimiliki oleh seseorang yang didukung oleh tantangan kerja, penghargaan, lingkungan kerja yang baik serta dukungan dari rekan-rekan kerja tempat karyawan tersebut bekerja. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda. Semakin banyak aspekaspek yang sesuai dengan keinginan individu tersebut, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya.

2.3.5. Kondisi Kerja Kondisi kerja berhubungan dengan penjadwalan dari pekerjaan, lamanya bekerja dalam hari dan dalam waktu sehari atau malam selama orang-orang bekerja. Oleh sebab itu kondisi kerja terdiri dari faktor-faktor seperti kondisi fisik, kondisi psikologis, dan kondisi dari lingkungan kerjanya, harus diperhatikan agar para

20

pekerja dapat merasa nyaman dan mampu meningkatkan kemampuan dan produktivitasnya secara optimal. 1. Kondisi fisik dari lingkungan kerja Kondisi fisik dari lingkungan kerja disekitar karyawan sangat perlu diperhatikan oleh pihak badan usaha, sebab hal tersebut merupakan salah satu cara yang ditempuh untuk menjamin agar para pekerja dapat melaksanakan tugas tanpa mengalami gangguan. Memperhatikan kondisi fisik dari lingkungan kerja karyawan dalam hal ini berarti berusaha menciptakan kondisi lingkungan kerja yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan para karyawan sebagai pelaksana kerja. Menurut Handoko (1995:84), lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja, yang meliputi temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, getaran, dan lain-lain yang dalam hal ini berpengaruh terhadap hasil kerja manusia tersebut.

2. Kondisi psikologis dari lingkungan kerja Rancangan fisik dan desain dari pekerjaan, sejumlah ruangan kerja yang tersedia dan jenis-jenis dari perlengkapan dapat mempengaruhi perilaku pekerjaan dalam menciptakan macam-macam kondisi psikologis.

Kondisi psikologis dari lingkungan kerja dapat mempengaruhi kinerja dari perasaan yang bersifat pribadi atau kelompok, status dihubungkan dengan sejumlah lokasi ruang kerja dan sejumlah pengawasan atau lingkungan kerja.

2.3.6. Sikap (Attitude) Faktor lain yang mempengaruhi sumber daya manusia adalah sikap atau attitude. Sikap merupakan faktor penting yang mempengaruhi pembentukan perilaku para pekerja. Karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan belajar. Sikap berhubungan dengan keadaan mental pekerja dalam menghadapi mutu objek tertentu (orang atau lingkungan) yang mempunyai pengaruh tertentu atas

21

tanggapan seseorang, yang disertai dengan kecendrungan untuk bertindak sesuai dengan pandangan atau tanggapan terhadap objek tertentu tadi.

Sikap terbentuk melalui pengalaman yang diperoleh sepanjang perkembangan hidup. Sikap dapat dibentuk dari lingkungan keluarga, lingkungan kelompok, lingkungan masyarakat dan dari sekeliling pengalaman yang diperoleh sebelumnya.

Pembentukan sikap berlangsung melalui suatu proses interaksi, baik interaksi secara vertical, diagonal maupun horizontal. Interaksi internal adalah interaksi yang berlansung didalam kelompok atau organisasi baik interaksi secara vertical, diagonal maupun horizontal. Interaksi eksternal adalah interaksi yang berlangsung diluar kelompok atau organisasi yaitu interaksi dengan segala peristiwa atau kejadian hasil kebudayaan yang diterima melalui media komunikasi.

Faktor yang paling menentukan dalam perubahan dan perubahan sikap adalah faktor intern yang ada pada diri seseorang, yaitu kemampuan untuk menerima, mengolah, memilih, dan menentukan pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Kuatnya ikatan sebuah organisasi dalam perusahaan terhadap suatu sikap tertentu juga dapat menentukan keberhasilan pembentukan dan perubahan sikap.

Dalam organisasi ada beberapa faktor yang dapat dipandang sebagi unsur-unsur penting dalam membentuk dan mengubah sikap dan perilaku orang yaitu: a. Pengawasan yang dilakukan secara kontinyu dengan menggunakan sistem pengawasan yang tepat. b. Suasana kerja yang dapat memberikan dorongan dan semangat kerja yang tinggi. c. Sistem pemberian imbalan yang menarik. d. Perlakuan yang baik, manusiawi, tidak disamakan dengan robot atau mesin. e. Kesempatan untuk mengembangkan karir semaksimal mungkin, sesuai dengan batas kemampuan karyawan. f. Para karyawan mendapat perlakuan secara adil dan objektif.

22

Untuk mengetahui apakah pembentukan dan perubahan sikap itu berhasil atau tidak, hal itu dapat diketahui dengan mempergunakan beberapa kriteria, yaitu: Loyalitas yang tinggi. Mental dan disiplin yang tinggi. Produktivitas kerja yang tinggi. Perpindahan pegawai semakin rendah. Kondisi fisik pekerja sangat baik. Kondisi mental pekerja sangat baik.

2.3.7. Keterampilan Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan seseorang adalah keterampilan yang dimiliki para pekerja. Yang dimaksud keterampilan adalah kemampuan teknis yang dimiliki seseorang untuk melakukan suatu kegiatan tertentu tanpa banyak melibatkan orang lain. Keterampilan diperoleh melalui dengan cara dipelajari dan mempraktekannya. Jadi keterampilan dapat dipelajari dan dikembangkan. Dengan memiliki keterampilan tertentu seseorang akan mudah untuk: Ditempatkan pada bidang yang sesuai dengan keterampilannya. Menyesuaikan diri dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat kerjanya. Mengembangkan karir, apabila ia mampu mempertahankan prestasi kerjanya. Mengatasi kesulitan yang dihadapai sepanjang menyangkut bidang tugas yang sesuai dengan keterampilannya.

Hal-hal positif tersebut akan dapat memberikan kepuasan dan ketenangan dalam bekerja. Perasaan puas ini akan mendorongnya lebih giat bekerja dan disiplin yang pada akhirnya akan meningkatkan loyalitas dan produktivitas pada perusahaan.

Usaha dan kemampuan merupakan variabel yang saling berhubungan. Usaha (Effort) merupakan tenaga yang dikeluarkan seseorang waktu melakukan kegiatan. Sedangkan kemampuan (Ability) merupakan kecakapan seseorang

23

(kecerdasan, keterampilan) dalam memecahkan persoalan. Jumlah tenaga yang dikeluarkan pekerja pada saat melakukan kegiatan berhubungan dengan tingkat kemampuan yang dimiliki pekerja tersebut. Orang yang tidak mampu memecahkan persoalan berarti tidak mampu menganalisis persoalan yang sedang dihadapinya. Lingkungan kerja merupakan variabel yang cukup besar terhadap motivasi kerja seseorang. Kondisi kerja dikatakan baik apabila memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, baik kondisi fisik maupun kondisi psikologis.

2.3.8. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kesehatan dan keselamatan fisik dan mental tenaga kerja adalah hal yang utama. Occupational Safety and Health Act (OSHA) atau undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja telah membuat organisasi lebih tanggap atas isu kesehatan dan keselamatan.

Penanganan

kesehatan

dan

keselamatan

kerja

merupakan

bagian

dari

perlindungan tenaga kerja yang bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan tenaga kerja agar mendapatkan derajat kesehatan seoptimal mungkin, baik fisik, mental maupun sosial untuk mendapatkan efesiensi dan produktivitas kerja setinggi mungkin.

Menurut Megginson (2002:166) menyatakan bahwa istilah keselamatan dan kesehatan adalah: The term safety is an overall term that clan include both safety and health hazards. In the personal area, however the distinction is usually made between them. Occupational safety refers to the conditional of being safe from suffuring or causing-hurt, injury or loss in the workplace. Safety hazards are those aspect of the work environtment that can cause burns, electrical shick, cuts, bruise, sprains, broken bones, and the loss of limbs, eyesight, or hearing. They are often associated with industrial equipment or the physical environment and involve job task require care and training. The harm is usually immediate and sometimes violet. Occupational health refers to the condition of being free from physical,

24

mental or emotional disease or pain caused by the work environment that, over a period of time, can create emotional stress and physical disease.

Berdasarkan pendapat Megginson tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian keselamatan mencakup dua istilah resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Dalam bidang kepegawaian, kedua istilah tersebut dibedaan. Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan kerusakan, atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan merupakan aspekaspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.

Mengenai program kesehatan kerja, termasuk didalamnya kesehatan fisik dan kesehatan mental diharapkan para pekerja lebih produktif misalnya menjadi jarang absen atau mangkir kerja. Oleh karena itu, gangguan-gangguan kesehatan para pekerja perlu dihilangkan atau diperkecil semakimal mungkin.

Menurut Mangkunegara bahwa (2002:165) bahwa tujuan kesehatan dan keselamatan kerja adalah sebagai berikut: a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, mental dan sosial. b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya selektif mungkin. c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partipasi kerja. f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

25

Kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat gangguan fisik dan mental para pekerja. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan kerja karyawan antara lain: 1. Pengaturan udara a) Pergantian udara ditempat kerja yang kurang baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak) b) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya 2. Kondisi fisik dan mental pegawai Kondisi fisik dan mental pegawai diantaranya: a) Keruksakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil. b) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, dan cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, kurang antusias terhadap pekerjaannya, ceroboh, kurang pengetahuan dalam fasilitas kerja.

Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit, usaha menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan kemungkinan-kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan (stress) selama kerja. Disamping memperhatikan keseluruhan fisik karyawan, usaha untuk menjaga kesehatan mental karyawan agar tetap baik perlu juga dilakukan. Perhatian terhadap kesehatan mental sebetulnya belum banyak diberikan terbukti dari jarangnya perusahaan yang mempunyai program-program untuk menjaga kesehatan mental, terbukti dengan sedikitnya tenaga psikiater yang dimiliki oleh perusahaanperusahaan bahkan untuk perusahaan besar sekalipun, mereka jarang memiliki tenaga ini.

Padahal kondisi mental seseorang juga sangat mempengaruhi prestasi kerjanya. Kondisi mental yang buruk akan ditunjukan dari tingginya tingkat kecelakaan, sering tidak masuk kerja atau datang terlambat, tingginya tingkat perputaran

26

tenaga kerja, buruknya hubungan antara atasan dan bawahan atau dengan rekanrekan kerjanya.

Kesehatan kerja merupakan hal yang terpenting bagi karyawan, karena dengan kondisi yang sehat karyawan dapat bekerja secara optimal, tingkat kinerja dan produktifitas karyawan lebih meningkat.

2.3.9. Kesehatan Mental Kesehatan mental merupakan kondisi kepribadian seseorang secara keseluruhan, bukan hanya kondisi jiwanya saja. Kondisi kesehatan mental tidak tetap dan berubah-ubah sepanjang hidup sesuai dengan kondisi orang yang bersangkutan.

Teknologi untuk mengukur tuntutan tugas operator manusia selama mereka berinteraksi dengan mesin telah menjadi kepentingan permanen dari para psikolog engineering. Performasi sistem mesin manusia memiliki decrement non linier (pengurangan performasi kerja), dengan beban kerja yang tinggi terkadang beresiko dan bahkan dapat mengakibatkan penurunan terhadap kesehatan mental para pekerja. Pembangunan teknologi untuk beban kerja mental menjadi rumit karena mencakup situasi, skala waktu, pengaruh, situasi dan aplikasi. Beban kerja mencakup spectrum luas dari aktivitas manusia, tetapi dalam beban kerja mental kita membatasi aktivitas tersebut khususnya pada aktivitas yang memerlukan koordinasi fisik dan mental, di mana kelelahan otot bukan faktor penting. Istilah beban kerja mental adalah konsep primitif yang sudah dikenal umum, namun tidak semua orang bisa mendefinisikannya secara tepat, sebagai istilah yang bermanfaat secara operasional. Konsep modern dalam mendefinisikan dan mengukur beban kerja mental harus fokus kepada aktivitas metacontroller. Metacontroller adalah: mengarahkan perhatian persepsi menentukan prioritas kerja dan membuka diri dalam interaksi tujuan, ekspektasi, strategi dan peristiwa yang tidak diharapkan.

27

2.3.10. Beban Kerja Mental Menurut (Gopher & Donchin, 1986) menyatakan bahwa: The Importance of mental workload assessment of becoming progressively clearer. Ini berarti bahwa kepentingan dan penilaian beban kerja mental sudah semakin jelas penting untuk mendapat perhatian dari pihak badan usaha atau perusahaan yang mempekerjakan para pekerja. Beban kerja mental akan mempengaruhi tingkat kesehatan para pekerja, semakin tinggi tingkat beban kerja mentalnya maka semakin tinggi pula tingkat tekanan (stress) terhadap pekerjaannya. Sedangkan menurut (ODonnell & Eggemeier, 1986) menyatakan bahwa: Accurate reflection of mental workload can be used to distinguish between competitive designs, and muti-atribut scale can partial operator respon to provide engineers and designers with diagnostic information for specific design evaluation. Berdasarkan pendapat ODonnell & Eggemeier adalah refleksi akurat dari beban kerja mental dapat digunakan untuk membedakan antara desain kompetitif dan skala multi atribut yang dapat merespon operator dalam memberikan engineer dan desainer informasi diagnostic untuk evaluasi desain spesifik. Artinya bahwa beban kerja mental dapat digunakan sebagai variabel untuk mengukur atau memberikan informasi tingkat kemampuan para pekerja sehingga nantinya akan dirancang dan diperbaiki sistem kerja atau fasilitas yang ada pada perusahaan. Akan tetapi, ada perbandingan statis yang menyatakan bahwa penilaian beban kerja menjanjikan untuk memberikan kontribusi yang lebih besar. Sebaliknya dalam dinamikanya, penilaian terhadap respon operator individu menunjukkan bahwa beban kerja dapat memberikan informasi penting. Dengan kata lain, kita telah memperlihatkan peran sentral dari evaluasi beban kerja mental dalam konstruksi dan operasi sistem mesin manusia yang adaptive. (Chignell & Hancock, 1985; Hancock & Chignell, 1987).

28

Dengan sudut pandang tersebut, jelaslah bahwa faktor yang mempengaruhi respon beban kerja mental perlu dilibatkan. Hubungan, misalnya, di antara respon subyektif dan performa kerja kadang terlihat rumit dan telah menjadi subyek. (Hart & Staveland, 1987).

2.3.11. Kemampuan Fisik Tuntutan dari sebuah pekerjaan harus disesuaikan dengan kemampuan individu untuk mencapai performa dan kemampuan terbaiknya. Adalah suatu hal yang mustahil untuk menampilkan satu formula atau satu aspek yang bisa menangani semua aspek performa maksimal seseorang, karena tuntutan dibentuk oleh jenis aktivitas dan pekerjaan yang berbeda. Anugerah alam (faktor genetik) jelas memainkan peran penting dalam kemampuan performa seseorang, setidaknya bagi mereka yang menginginkan mencapai tingkat yang diinginkan. Selain faktor genetik ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kemampuan fisik seseorang. Berikut adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan fisik seseorang:
Somatic factor Sex & age Body dimention Health Training adaption Nutrition Tobacco Alcohol Caffeine.etc. Psysical factor Attitude Motivation

Service function
Nature of exercise Intensity Duration Technique Position Rhythm Schedule 1. Fuel Intake Storage Mobilization 2. Oxygen uptake Pulmonary ventilation Cardiac output - Stroke vol - Heart rate Oxygen extration Environment Attitude High gas presure Heat Cold

Energy Yielding Processes

Physical Performance

Gambar 2.4. Fakto-faktor yang mempengaruhi kemampuan fisik

29

2.4. Ergonomi Istilah ergonomi berkembang di Eropa sedangkan di Amerika berkembang dengan istilah human engineering atau human factors. Human engineering sering digunakan untuk menggambarkan suatu rancangan yang sesuai dengan apa yang diharapkan manusia sehingga manusia dapat menggunakan hasil rancangan tersebut secara efektif tanpa mendapatkan tekanan. Inti yang menjadi karakteristik dari pendapat ini adalah adanya manusia, objek, lingkungan, serta interaksinya (Mc. Cormick, 1993).

Tujuan ergonomi adalah untuk meningkatkan performansi kerja manusia sambil meningkatkan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kepuasan kerja. Proses ergonomi tidak dapat dipisahkan dari inisiasi keselamatan dan kesehatan kerja lain yang terkait dengan bahaya ditempat kerja.

Coven (1995) menyatakan proses mendapatkan kepemimpinan manajemen, partisipasi kerja, musculoskeletal disorder (MSD), Job Hazard analysis, pengurangan bahaya kontrol, serta evaluasi program adalah elemen-elemen kunci dari inisiasi keselamatan dan kesehatan kerja apapun.

Mc. Cormick (1993) menyatakan ergonomi dengan menggunakan pendekatan yang lebih menyeluruh yaitu fokus utama, tujuan, dan pendekatan utama, dimana penjelasannya adalah sebagai berikut : 1. Secara fokus Ergonomi memfokuskan diri pada unsur manusia dan interaksinya dengan produk, fasilitas, dan lingkungan kerja. 2. Secara Tujuan Tujan yang hendak dicapai ergonomi adalah peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja yang dihasilkan oleh sistem manusia dan mesin, sambil tetap mempertahankan unsur kenyamanan serta kesehatan dan keselamatan kerja sebaik mungkin.

30

3. Secara Pendekatan Pendekatan ergonomi adalah penggunaan informasi mengenai kemampuan dan keterbatasan manusia pada perancangan sistem kerja maupun prosedur kerja.

2.5. Biomekanika Kerja Menurut Frankel & Nordin (1980) dikutip oleh Chaffin (1999) mendefinisikan biomekanika sebagai penggunaan kaidah fisika dan konsep teknik dalam menjelaskan pergerakan tubuh manusia dalam aktivitas kesehariannya. Definisi ini sekurangnya menjelaskan bahwa biomekanika bersifat multi disiplin ilmu yang memanfaatkan keilmuan fisika, faal tubuh dan perilaku manusia (behavioral sciense). Banyak gangguan pada manusia yang disebabkan oleh aktivitas (pekerjaan, olah raga, dst.) dapat diinterprestasikan dan dicarikan solusinya dengan menggunakan pendekatan biomekanika.

Kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh interaksi manusia dan benda mekanis memiliki 2 jenis permasalahan. Gambar dibawah ini akan menjelaskan 2 jenis permasalahan biomekanika tersebut.
Kejadian Kejadian tiba-tiba Aktivitas Repetitif Tipe Trauma Impact Trauma Over Exertion Trauma Akibat Patah, Amputasi, Luka, dst. Pembengkakan, Cedera Tulang Punggung

Gambar 2.5. Dua Jenis Kecelakaan pada Industri (Chaffin, 1999)

Pengetahuan

tentang

biomekanika

sangat

diperlukan

untuk

mengetahui

mekanisme terjadinya kecelakaan kerja, yang pada akhirnya dapat dilakukan pendekatan yang efektif dan ilmiah untuk membantu manusia bekerja dengan aman. Biomekanika yang lebih banyak membahas kajian kapasitas fisik manusia serta performansinya dalam sistem kerjanya disebut Biomekanika Kerja (Occuptional Biomechanics). Biomekanika kerja dapat diartikan sebagai: Keilmuan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan peralatan,

31

mesin, dan material sehingga dicapai performansi yang optimal dari pekerja dan meminimilisasi resiko terjadinya gangguan musculoskeletal.

Dalam pemanfaatannya Biomekanika Kerja memanfaatkan beberapa metode (Chaffin, 1999): 1. Metode Anthropometri Metode ini digunakan dalam perancangan sistem kerja manusia yang memerlukan pengukuran dimensi sehingga diperoleh rancangan yang human centered design. 2. Metode Model Biomekanika (Biomechanical Modeling Methods) Model biomekanika ini dikembangkan untuk memperkirakan gaya serta momen yang digunakan tubuh saat pergerakkan, model ini juga

memperkirakan postur tubuh saat seseorang melakukan aktivitas yang beresiko menyebabkan cedera musculoskeletal, dalam pengembangannya model biomekanika dapat dibedakan menurut tipe analisis gerakannya yaitu statis dan dinamis, sedangkan analisis gaya pada model tersebut dapat melalui pendekatan dua dimensi atau tiga dimensi. 3. Metode Kinesiologi Membahas mengenai area kerja manusia serta gaya (force) yang menyebabkan pergerakkan (kinematic), Melalui klasifikasi gerakan segmen tubuh dan identifikasi otot yang digunakan dalam bergerak, metode ini menyediakan model biomekanika secara kuantitatif. 4. Metode Evaluasi Kapasitas Kerja Mekanik Metode ini digunakan untuk mengevaluasi suatu pekerjaan fisik apakah telah sesuai dengan kapasitas kerja manusia dari populasi normal, sehingga diharapkan manusia akan tetap sehat dalam menjalani aktivitasnya. 5. Metode Bioinstrumentasi Pada metode ini digunakan elektromiograf dan teknik analisis yang berbasis komputer sebagai aplikasi biointromentasi dalam biomekanika. 6. Metode Pengukuran dan Prediksi Waktu Kerja Sistem klasifikasi pekerjaan dalam metode ini dimanfaatkan untuk menentukan elemen gerakan dalam suatu pekerjaan, sampling pekerjaan

32

adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam biomekanika kerja, metode ini juga bermanfaat untuk mengetahui ketidakcocokan (mismatch) antara rancangan yang diusulkan dengan tingkat produktivitas yang dicapai.

2.6. Work-Related Musculoskeletal Disorder 2.6.1. Sistem Musculoskeletal Pengetahuan mengenai struktur dan fungsi sistem muskuloskeletal diperlukan dalam aplikasi hukum fisika dan konsep rekayasa teknik tubuh pada manusia. Fungsi utama dari sistem muskuloskeletal adalah mendukung dan melindungi tubuh dan organ-organnya serta untuk melakukan gerak.

Agar seluruh tubuh dapat berfungsi dengan normal, masing-masing substruktur harus berfungsi dengan normal. Enam sub struktur utama antara lain: tendon, ligamen, fascia (pembungkus), kartilago, tulang, dan otot. Tendon, ligamen, fascia, dan otot sering disebut sebagai jaringan lunak.

Sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan antara segmen tubuh. Peran mereka dalam sistem muskuloskeletal keseluruhan sangatlah penting sehingga tulang sendi sering disebut sebagai unit fungsional sistem muskuloskeletal.

2.6.1.1. Jaringan Penghubung Tulang ligamen, tendon, dan kartilago adalah jaringan penghubung dalam tubuh. Mereka menyediakan sokongan, meneruskan tenaga, dan memelihara integritas secara struktural.

Ligamen dan tendon adalah jaringan penghubung padat yang mirip dalam morfologi dan fungsinya. Ligamen menghubungkan tulang dengan tulang, mengupayakan kestabilan dalam persendian, sedangkan tendon merekat otot pada tulang, menyalurkan tenaga dari otot. Fascia juga merupakan jaringan penghubung padat yang melindungi organ atau bagian dari organ dan memisahkannya satu dengan yang lainnya.

33

Tendon dapat berfungsi pada sekitar pojok, seperti dalam jari dan sendi pergelangan. Sistem tarikan dalam tendon jari sangat krusial untuk berfungsinya tangan. Gangguan padanya akan membawa pada perubahan lengan momen tendon dan juga meningkatkan penyimpangan tendon (jarak tendon harus bergeser) ketika jari berkontraksi (ditarik) maupun relaksasi (diregangkan) dan akan membawa pada dampak browstringing, yaitu melengkungnya tendon.

Kartilago melindungi permukaan tulang artikular dan juga terdapat dalam beberapa organ telinga, hidung, sistem pernafasan, piringan sendi tulang belakang. Sedangkan tulang dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari struktur tulang keseluruhan dan sebagai jaringan. Tulang kerangka manusia keseluruhan terdiri dari keseluruhan dan sebagai jaringan.

Tulang kerangka manusia terdiri dari beberapa jaringan yang mengupayakan sokongan kerangka dan memelihara keseimbangan mineral. Secara umum, tulang dibagi dua kelompok. Kelompok pertama adalah tulang panjang tangan dan kaki sedangkan kelompok kedua adalah kerangka aksial, yaitu termasuk tulang tengkorak, tulang belakang, tulang dada, rusuk, dan pinggul.

2.6.1.2. Otot Skeletal Otot-otot skeletal ini merupakan otot-otot sadar dimana kita dapat mengendalikan atau memerintahkannya untuk melakukan sesuatu. Otot-otot ini membantu membentuk muskuloskeletal yaitu kombinasi kerja antara otot dan kerangka atau tulang. Otot skeletal merupakan penyokong 50% berat tubuh dan menggunakan hampir 50% dari metabolisme tubuh. Terdapat 400 otot didalam tubuh masingmasing dengan memiliki fungsi yang khusus.

Bersama-sama otot skeletal dan tulang memberikan kekuatan dan tenaga pada tubuh. Otot-otot ini menekan seluruh bagian sendi dan lantas melekat lagi pada ujung tulang yang lain. Otot-otot skeletal melekat pada tulang dengan bantuan tendon.

34

Otot skeletal muncul dalam banyak bentuk dan ukuran yang berbeda yang membuat mereka mampu melakukan banyak pekerjaan. Otot-otot ini yang melakukan pekerjaan paling besar dan paling berat adalah otot-otot di punggung dekat pinggang yang memungkinkan kita berdiri tegak.

Otot-otot ini juga memberikan tenaga pada saat mendorong atau menarik sesuatu. Otot-otot di dekat leher dan bagian atas punggung tidak begitu besar namun mampu melakukan sesuatu yang sangat mengagumkan: menahan beban saat kepala berputar, bergerak ke kiri kanan dan ke atas serta ke bawah. Bahkan otototot inilah yang mampu menahan posisi kepala agar tetap berada di atas.

2.6.1.3. Tulang Sendi Tulang sendi adalah gabungan dari dua atau lebih tulang. Bergantung pada struktur, tulang sendi dikelompokkan sebagai sendi sinovial, dimana tidak ada jaringan antara permukaan artikular, sendi fibrous, dimana jaringan menjembatani sendi dan sendi kartilaginius, dimana kartilage menjembatani sendi. Kebanyakan sendi adalah sinovial. Contoh sendi fibrous adalah hubungan antara tulang pada tengkorak, sementara sendi kartilaginus terdapat pada usia anak yang mendukung pertumbuhan dan pada tulang belakang.

2.6.2. Pengertian Work-Related Musculoskeletal Disorder National Institute for Occuoational Safety and Health (NIOSH,1997)

mengeluarkan buku yang berisi tinjauan kritis mengenai fakta epidemiologis untuk Work Related Musculoskeletal Disorder (MSD) pada leher, ekstremiti atas tulang belakang. Secara Istilah Musculoskeletal Disorder (MSD) itu sendiri merujuk kepada kondisi yang melibatkan saraf, tendon, otot, dan struktur penyokong tubuh. MSD atau cedera otot akibat bekerja merupakan suatu istilah yang ditujukan pada gangguan terhadap jaringan tubuh atau kondisi yang disebut diatas, yang diakibatkan oleh aktivitas atau paparan terkait pekerjaan. Sebagai contoh adalah postur dan gerakan tubuh yang buruk, berulang, dipaksakan (overuse) dan terakumulasi. Selain faktor diatas, MSD dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan seperti vibrasi, suhu rendah, dan lain-lain.

35

Sebagian dari pakar ergonomi istilah MSD biasa digunakan untuk gangguan yang diakibatkan oleh karakteristik pekerjaan yang buruk, sedangkan Cummulative Trauma Disorder (CTD) merupakan istilah yang digunakan dikalangan medis bila gangguan jaringan otot (Musculoskeletal Disorder) telah menjadi suatu penyakit. Pengetahuan tentang potensi MSD diperlukan untuk menciptakan sistem kerja yang aman, nyaman, dan tetap sehat bagi penggunanya. Dibawah ini adalah macam-macam karakterisitk dari cidera otot akibat bekerja : Proses mekanik dan fisiologis. Berhubungan dengan intensitas kerja dan durasi pekerjaan. Akibat akan dirasakan dalam jangka waktu yang lama. Lokasi gejala sulit diidentifikasi dan tidak spesifik. Proses pemulihan memakan waktu yang lama. Jarang dilaporkan. Disebabkan oleh faktor yang beragam (Multifaktor).

Secara umum, analisis terhadap pekerjan (task analysis) dan pengamatan terhadap gejala lampau lebih berarti dibandingkan pengamatan secara fisik, hal ini disebabkan karena cedera otot akibat bekerja merupakan akumulasi dari berbagai micro trauma yang disebabkan pemaksaan posisi tubuh yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Hubungan antara paparan yang berupa faktor kerja fisik dengan perkembangan penyakit tertentu dapat dipengaruhi juga oleh faktor psiko-sosial. Oleh karena itu dalam menyelidiki faktor resiko yang menjadi penyebab munculnya MSD, faktor ini juga mendapat perhatian.

2.6.3. Macam-macam Faktor Penyebab Cedera Menurut Armstrong dan Chaffin (1979) yang dikutip oleh Chaffin (1999), bahwa berdasarkan studi yang dilakukan secara klinik, biomekanika, fisiologi, dan epidemiologi didapatkan kesimpulan bahwa terdapat dua faktor yang

menyebabkan terjadinya cedera otot akibat bekerja, yaitu: 1. Faktor Pribadi (Personal Factors)

36

Kondisi dari seseorang yang dapat menyebabkan terjadiya musculoskeletal disorder. 2. Faktor Pekerjaan (Work Factors) Berdasarkan karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksinya dengan sistem kerja. Pada situasi kerja di industri akan sangat sulit menggeneralisasi terjadinya MSD bila memakai acuan faktor pribadi. Berdasarkan penelitian telah terbukti bahwa tinjauan secara biomekanik serta data statistik menunjukkan bahwa faktor pekerjaan berkontribusi pada terjadinya cedera otot akibat bekerja (Armstrong, 1979; Wisseman & Badger, 1970; Werner, 1997) dikutip Chaffin (1999).

Berikut ini faktor-faktor pekerjaan yang bisa menyebabkan terjadinya cedera pada otot atau jaringan tubuh: Pekerjaan Statis (Statis Exertions): pekerjaan yang menuntut seseorang tetap pada posisinya, perubahan posisi dalam bekerja akan menyebabkan pekerjaan terhenti. Repetisi: pengulangan gerakan kerja dengan pola yang sama. Hal ini bisa terlihat pada dimana frekuensi pekerjaan yang harus dikerjakan tinggi, sehingga pekerjaan harus terus-menerus bekerja agar dapat menyesuaikan diri dengan sistem. Postur tubuh: posisi dari operator yang memerlukan energi berlebih sehingga bisa menyebabkan kerusakan jaringan atau persendian. Pekerjaan yang memaksakan tenaga (Forceful Exertions): beban yang berat atau tahanan dari benda kerja yang dihadapi pekerja dapat menyebabkan terjadinya cedera pada otot akibat bekerja. Stress mekanik (Mechanical Stresses): terjadinya kontak dari anggota badan dengan objek pekerjaan. Getaran (vibrasi): timbulnya getaran-getaran di area kerja yang mengganggu konsentrasi pekerja dalam bekerja. Temperatur ekstrim: temperatur yang dingin menyebabkan berkurangnya daya kerja sensor tubuh, aliran darah, kekuatan otot, dan keseimbangan. Sedangkan

37

temperatur yang panas atau lebih tinggi dari suhu normal dapat menyebabkan pekerja merasa lelah.

Selain faktor-faktor terjadinya keluhan skeletal pada pekerjaan, Menurut Chaffin (1979) dan Guo et al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skletal juga bisa di dukung oleh faktor usia dimana keluhan skeletal mulai dapat dirasakan pada usia kerja, yaitu 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.

Selain itu juga lama bekerja pun sangat berpengaruh dimana jika seorang pekerja melakukan pekerjaan yang dibidanginya bertahun-tahun dilakukan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadinya keluhan yang sangat fatal dibanding dengan pekerja yang baru pertama kali membidanginya.

Jenis cedera tersebut diatas sering berkembang pelan-pelan sehingga tidak dilaporkan sebagai cedera yang ditimbulkan oleh pekerjaan pada berbagai status. Diakui oleh para spesialis medis pada ortopedi dan kesehatan kerja, bahwa bagaimanapun, penggunaan tangan yang abnormal mempercepat cedera ini dan beberapa mempercayai bahwa pola spesifik dari aktivitas manual adalah faktor utama penyebab cedera.

2.7. Kuesioner Nordic (Nordic Questionnaire) Piranti kuesioner Nordic yang telah dikembangkan oleh Kuorinka et. al (1987) telah banyak diakui dan dipergunakan dalam survei ergonomi, dimana kusioner ini dikonsentrasikan pada area anatomi tubuh tertentu dimana gejala musculoskeletal pada umumnya muncul.

38

2.7.1. Latar Belakang Musculoskeletal Disorders (MSD) dan gejalanya dalam sebuah stasiun kerja adalah umum, muncul terutama pada leher (Troup and Edwards, 1985). Untuk membantu mendefinisikan masalah dan kaitannya dengan faktor resiko. Peningkatan minat telah diarahkan di berbagai negara untuk mengembangkan metode pengumpulan data primer gejala masalah musculoskeletal atau MSD. Standarisasi diperlukan untuk menganalisis dan merekam gejala masalah musculoskeletal. Karena jika tidak, maka akan sulit untuk dapat membandingkan hasil dari berbagai studi berbeda. Pertimbangan ini yang menjadi motif utama kelompok Nordic untuk mengembangkan kuesioner standar untuk menganalisis gejala masalah musculoskeletal. Akan tetapi, bagaimanapun juga penggunaan kuesioner identik bukanlah satu-satunya prasyarat untuk perbandingan data dari berbagai studi berbeda. Didukung oleh Dewan Menteri Nordic, sebuah proyek dilangsungkan untuk mengembangkan dan menguji kuesioner standar pada keluhan umum, tulang belakang, dan leher/bahu. Teks telah diterjemahkan kedalam 4 (empat) bahasa Nordic dari bahasa sumber yaitu bahasa Swedia dan bahasa Denmark.

2.7.2. Struktur Kuesioner Kusioner terdiri dari varian-varian yang terstruktur, biner maupun pilihan berganda dan dapat digunakan sebagai self-administered questionnaire (kuesioner yang diisi secara mandiri oleh responden) atau dalam wawancara. Ada dua tipe kuesioner, yaitu: kuesioner umum dan kuesioner khusus.Tujuan kusioner umum adalah survei sederhana sedangkan kuesioner khusus dapat digunakan untuk tujuan analisis yang lebih dalam. Dua tujuan utama kuesioner adalah sebagai piranti untuk: (1) screnning (mengumpulkan data-data) dalam konteks ergonomi, (2) pelayanan kesehatan kerja. Kuesioner dapat digunakan untuk maksud sebuah studi epidemiologi pada MSD. Akan tetapi kuesioner tidak dimaksudkan untuk menyediakan dasar untuk diagnosa klinis. Screnning terhadap MSD dapat digunakan sebagai piranti diagnosis untuk menganalisis lingkungan kerja, stasiun kerja dan rancangan alat. Sedangkan pelayanan kesehatan kerja dapat menggunakan kusioner untuk banyak tujuan. Contohnya, diagnosis dari tegangan

39

kerja (work strain), untuk menindaklanjuti dampak dari perbaikan ligkungan kerja dan lain-lain.

2.7.3. Keterbatasan Kuesioner Keterbatasan umum teknik kuesioner juga berlaku bagi kuesioner standar Nordic. Yakni pengalaman mengisi kuesioner dapat mempengaruhi hasilnya. MSD yang dialami baru saja dan yang serius cenderung lebih diingat daripada MSD yang dialami lebih lama dan kurang serius. Lingkungan serta situasi saat mengisis kuesioner juga mungkin dapat mempengaruhi hasil.

2.7.4. Realibilitas dan Validitas Hasil Realibilitas dan validitas kuesioner telah diteliti. Uji reliabilitas dan validitas kuesioner telah diteliti. Uji realibilitas dengan metode test-retest menggunakan versi awal kuesioner umum. Studi yang dilakukan pada safety engginer, sekretaris medis dan pekerja pemeliharaan rel menunjukkan jumlah jawaban yang tidak identik bervariasi dari 0-23%. Uji validitas dengan membandingkan hasil kuesioner dengan sejarah Klinis (satu studi pada 19 sekretaris medis dan satu pada pekerja pemeliharaan rel) menujukkan jumlah jawaban yang tidak identik bervariasi antara 0 dan 20%.

Pernahkah anda selama 12 bulan terakhir mengalami masalah (pegal, sakit, tidak nyaman) pada : Leher a. Ya b. Tidak Bahu Kanan a. Ya b. Tidak Bahu Kiri a. Ya b. Tidak Siku Kanan a. Ya b. Tidak Siku Kiri a. Ya b. Tidak Punggung Atas a. Ya b. Tidak Tulang Belakang a. Ya b. Tidak Pergelangan Tangan Kanan a. Ya b. Tidak Pergelangan Tangan Kiri a. Ya b. Tidak Paha a. Ya b. Tidak Lutut a. Ya b. Tidak Pergelangan Kaki a. Ya b. Tidak

Dijawab hanya untuk yang pernah mengalami masalah Pernahkah anda selama 12 bulan terakhir Pernahkah anda mengalami tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang masalah selama 7 hari normal anda lakukan akibat masalah terakhir? tersebut? a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak b. Tidak

Gambar 2.6. Lay out Standar Kuesioner Nordic

46

Sedangkan dalam penelitian ini kuesioner origin standar dilakukan penambahan (modifikasi) seperti pertanyan baru yaitu: 1. Pernahkah anda melakukan alternatif (pijat, dokter, dan terapi) selama 12 bulan terakhir penyembuhan terhadap masalah yang anda rasakan selama ini ? 2. Dari alternatif (pijat, dokter, dan terapi) yang anda pilih tersebut, dalam satu bulan terakhir ini pernahkah anda melakukannya?

Hal ini dilakukan untuk mengetahui lebih detail apakah dari setiap keluhan yang terjadi pada anggota tubuh pernah melakukan suatu cara alternatif penyembuhan baik itu pijat, dokter, terapi dan pernah dilakukan dalam jangka 1 bulan terakhir. Adapun perbedaan dari ketiga pilihan yaitu : a. Pijat dimaksudkan jika responden yang mengalami keluhan pada bagian tubuh tertentu yang diderita berdasar kepada pengobatan alternatif fisik dengan menggunakan media pemijatan tangan saja atau dalam bahasa sehari-hari orang lebih mengenal dengan kata urut. b. Dokter dimaksudkan jika responden yang mengalami keluhan pada bagian tubuh tertentu yang diderita berdasar kepada pengobatan dengan cara medis seperti pengkosumsian obat-obatan sesuai dengan resep dokter atapun alatalat medis lainnya. c. Terapi dimaksudkan jika responden yang mengalami keluhan pada bagian tubuh tertentu yang diderita berdasar kepada penggabungan antara alternatif pijat dengan penggunaan obat-obatan tradisional atau bahkan sarana penyembuhan yang tidak ada pada kalangan medis.

Adapun lay out kuesioner yang telah dimodifikasi tercantum dihalaman selanjutnya.

47

Dijawab hanya untuk yang pernah mengalami masalah Pernahkah anda selama 12 bulan terakhir mengalami masalah (pegal, sakit, dan tidak nyaman) pada : Pernahkah anda selama 12 bulan terakhir tidak dapat mengerjakan pekerjaan yang normal anda lakukan akibat masalah tersebut? Pernahkah anda mengalami masalah selama 7 hari terakhir?

Alternatif Penyembuhan Dari alternatif yang tersedia dibawah ini, pernahkah anda melakukannya selama 12 bulan terakhir terhadap masalah tersebut? Pijat Dokter Terapi Dari alternatif yang anda pilih tersebut, dalam satu bulan terakhir ini pernahkah anda melakukannya? Pijat Dokter Terapi

Leher a. Ya Bahu Kanan a. Ya Bahu Kiri a. Ya Siku Kanan a. Ya Siku Kiri a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak

Punggung Atas a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak

Tulang Belakang a. Ya b. Tidak Pergelangan Tangan Kanan a. Ya b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak a. Ya a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak b. Tidak

Pergelangan Tangan Kiri a. Ya b. Tidak Paha a. Ya Lutut a. Ya b. Tidak b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya

b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

a. Ya a. Ya

b. Tidak b. Tidak

Pergelangan Kaki a. Ya b. Tidak

Gambar 2.8. Lay out Kuesioner Nordic Modifikasi

48

49

2.8. Macam-macam

Alternatif

Penyembuhan

Terhadap

Keluhan

Musculoskeletal Disorders Segala macam penyembuhan yang dilakukan oleh semua pekerja dilakukan untuk mengurangi rasa sakit yang terjadi pada anggota tubuhnya sendiri entah itu alternatif pijat, dokter, atau bahkan terapi tergantung dari setiap tingkat keluhan yang dideritanya. Dimana kemungkinan dari semua alternatif yang dipilihnya bisa menjadi cocok dalam menyembuhkan keluhannya sehingga memudahkan pengurangan rasa sakit dan bahkan hilang apabila terjadi keluhan yang sama muncul kembali atau bahkan keluhan yang lainnya. Hal ini dapat bisa dilihat dari setiap alternatif yang dilakukan dalam usaha mengurangi rasa sakit yang diderita memiliki manfaat tersendiri bagi dirinya.

2.8.1. Alternatif Pijat (Massage) Pijat atau lebih biasa dikenal dengan kata urut merupakan sarana pengobatan yang telah ada sejak zaman kerajaan di pulau jawa dimana fungsinya untuk membuat badan menjadi lebih sehat. Pada prinsipnya alternatif pijat ini merupakan bagian terapi fisik dimana menggunakan kontak kedua tangan. Tahapan keluhan yang diderita masih dapat dikatakan ringan dan belum fatal sehingga tidak memerlukan perlakuan khusus lainnya. Adapun manfaat dari pengobatan dengan alternatif pijat yaitu: Memberikan relaksasi pada urat dan syaraf. Untuk pengobatan sejumlah penyakit yang tidak disebabkan oleh jamur atau virus atau bakteri. Melancarkan peredaran darah. Memberikan kekenyalan pada otot. Membantu pembentukan tonus yakni cairan yang dihasilkan dari kelenjar Thyroid, serta melancarkan metabolisme tubuh. Memberikan kenyaman serta kehangatan terhadap tubuh.

2.8.2. Alternatif Pengobatan Secara Medis (Dokter) Pengobatan secara medis dalam istilah kedokteran memiliki peranan yang sangat penting, dimana setiap keluhan yang sering terjadi dapat berakibat fatal dan

50

diperlukan penanganan medis baik itu penggunaan alat-alat bantu kedokteran ataupun pemberian obat-obatan secara berkala sesuai petunjuk dokter. Tahapan ini dilakukan bila memerlukan perlakukan yang lebih khusus. Adapun Manfaat dari pengobatan dengan alternatif dokter yaitu : Pengobatan secara medis lebih terjamin karena diuji secara klinis. Konsumsi obat yang dianjurkan teratur. Mengurangi gejala sakit lebih cepat karena penggunaan obat yang tepat.

2.8.3. Alternatif Terapi Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang

menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedokteran standar) dan

dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern. Tahapan ini dilakukan bila keluhan yang terjadi tidak bisa ditangani oleh terapi pijat maupun dokter. Adapaun manfaat dari pengobatan dengan alternatif terapi yaitu: Pengobatan diluar medis tetapi memiliki kemampuan yang hampir sama dengan pengobatan kedokteran modern misal akupuntur, bioenergi dll. Pengobatan dilakukan secara bertahap sehingga dapat dirasakan pengurangan rasa sakit yang diderita.

2.9. Kekuatan Otot 2.9.1. Otot Otot merupakan motor yang menggerakkan setiap bagian tubuh. Manusia tidak dapat berbicara, bernafas, makan atau memejamkan mata tanpa mempergunakan otot. Semua otot menghasilkan gerakan dengan cara yang sama yaitu dengan memperpendek diri, mereka menarik tendo atau perlekatan mereka yang selanjutnya menggerakkan tulang-tulang (Gabe Mirkin dan Marshall Moffman, 1984).

Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi. Dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana. Otot terdiri atas serabut silindris

51

yang mempunyai sifat yang sama dengan sel dari jaringan lain. Semua ini diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung kontraktil (Everlyn C. Pearce, 2002).

Otot manusia memiliki karakteristik, menurut Soedarminto (1992) karakteristik otot yaitu: a. Iritabilita yaitu otot memiliki kemampuan menerima dan menaggapi bermacam rangsang. b. Kontraktilitas yaitu bila menerima rangsang otot memiliki kemampuan untuk memendek. c. Ekstensibilitas yaitu otot memilki sifat dapat memanjang, baik dalam keadaan aktif ataupun pasif. d. Elastisitas yaitu bila otot dalam keadaan memendek atau memanjang, otot memiliki kemampuan untuk kembali pada panjangnya waktu istirahat atau bentuk normal.

Pada tubuh manusia terdapat beberapa jenis otot, yaitu: a. Otot motoritas disebut juga otot serat lintang oleh karena di dalamnya protoplasma mempunyai garis-garis melintang. Pada umumnya otot ini melekat pada kerangka sehingga disebut juga otot kerangka. Otot ini dapat bergerak menurut kemauan kita (otot sadar), pergerakannya cepat tetapi lekas lelah, rangsangan dialirkan melalui saraf motoris. b. Otot otonom disebut juga otot polos karena protoplasmanya licin tidak mempunyai garis-garis melintang. Otot-otot ini terdapat di alat-alat dalam seperti ventrikulus, usus, kandung kemih, pembuluh darah dan lain-lain, dapat bekerja di luar kemauan kita (otot tak sadar) oleh karena rangsangannya melalui saraf otonom. c. Otot jantung, bentuknya menyerupai otot serat lintang di dalam sel protoplasmanya terdapat serabut-serabut melintang yang bercabang-cabang tetapi kalau kita melihat fungsinya seperti otot polos, dapat bergerak sendiri secara otomatis oleh karena ia mendapat rangsangan dari susunan otonom. Otot semacam ini hanya terdapat pada jantung yang mempunyai fungsi tersendiri.

52

Sebagian besar otot tubuh ini melekat pada kerangka, dapat bergerak secara aktif sehingga dapat menggerakkan bagian-bagian kerangka dalam suatu letak yang tertentu. Jadi Otot kerangka merupakan sebuah alat yang menguasai gerak aktif dan memelihara sikap tubuh. Dalam keadaan istirahat, keadaannya tidak kendur sama sekali, tetapi mempunyai ketegangan sedikit yang disebut tonus. Ini pada masing-masing orang berlainan bergantung pada umur, jenis kelamin dan keadaan tubuh.

Kekuatan atau strength adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut masalah kemampuan seseorang pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu (M. Sajoto 1988 : 58). Menurut Sudarminto (1992) tangan adalah anggota gerak atas.

Yang dimaksud dengan kekuatan otot tangan dalam Tugas Akhir ini adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan otot tangan untuk menerima beban sewaktu bekerja.

2.9.2. Kekuatan Kekuatan adalah kemampuan dari otot untuk dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas (Suharno H. P,1986: 35).

Kekuatan adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah kemampuan seseorang atlet pada saat mempergunakan otot-ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. (M. Sajoto, 1988: 58).

Kekuatan otot adalah kemampuan suatu otot untuk mengerahkan daya (force) maksimal terhadap sebuah tahanan (resistensi) secara teknis kekuatan adalah usaha maksimal 1 RM atau satu repetisi maksimal (Rusli Lutan dan Adang Suherman, 1999).

Kekuatan otot merupakan tenaga, gaya atau tegangan yang dapat di hasilkan otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi maksimal (Depdikbud,1997).

53

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja, dengan menahan beban yang diangkatnya (M. Sajoto, 1988).

2.9.3. Faktor Penentu Kekuatan Untuk dapat berkontraksi maksimal ditentukan oleh besar kecilnya potongan melintang otot, jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, besar kecilnya rangka tubuh, innervasi otot baik pusat maupun perifeer, keadaan zat kimia dalam otot, keadaan tonus otot, umur dan jenis kelamin (Suharno HP, 1986).

Besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot adalah suatu kenyataan. Mahasiswa yang memiliki tulang panjang tetapi tidak didukung otot yang panjang tidak memiliki kekuatan yang besar. Semakin besar otot seseorang makin kuat pula otot tersebut. Faktor ukuran ini, baik besarnya maupun panjangnya sangat dipengaruhi oleh pembawaan atau keturunan. Walaupun ada bukti bahwa latihan kekuatan otot dapat menambah jumlah serabut otot, namun para ahli fisiologi berpendapat bahwa pembesaran otot itu disebabkan oleh bertambah luasnya serabut otot akibat suatu latihan (M. Sajoto, 1988).

2.9.4. Standar dan Norma Kekuatan Status kondisi fisik seseorang hanya mungkin diketahui dengan pengukuran dan penilaian, yang berbentuk tes kemampuan. Pengukuran dan penilaian adalah dua masalah yang akan saling tergantung satu dengan lainnya. Pengukuran adalah kumpulan informasi dari sesuatu yang diukur, hasilnya hanyalah data-data, atau angka-angka hasil pengukuran. Sedangkan penilaian adalah pengolahan hasil pengukuran, menjadi satu yang lebih berarti. Pengukuran adalah langkah awal dalam penelitian, pengukuran yang baik dan tepat berakibat penelitian menjadi lebih tetap dan obyektif. Penilaian tergantung pada kualitas data-data pengukuran yang masuk. Data-data yang berkualitas baik bilamana data tersebut diukur dengan alat pengukur seperti tes dan lainnya, yang reliable atau konstan serta dapat dipercaya atau valid (M. Sajoto, 1988).

54

Sedang norma adalah, standar suatu status atau kedudukan berdasar analisis statistik data-data pengukuran. Norma diperoleh dengan perhitungan yang mengikut sertakan sejumlah besar peserta, dari kelompok usia, jenis kelamin, kemampuan serta lainnya dimana norma tersebut akan dipakai. Norma mempunyai kelebihan. Dibandingkan jenis standar yang lain. Norma tidak akan terpengaruh oleh status kelompok atau kelas yang dievaluasi.

2.9.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot Menurut D.B.Chaffin, G. B. Andersson, dan D.J.Martin (1999) faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot adalah: Jenis kelamin. Usia. Data antropometri yaitu tinggi badan dan berat badan. Luas penampang otot. Pelatihan fisik.

2.9.6. Kekuatan Otot Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau kelompok otot untuk melakukan kerja, dengan menahan beban yang diangkatnya. Otot yang kuat akan membuat kerja otot sehari-hari secara efisien seperti mengangkat, menjijing dan lain-lain serta mereka akan membuat bentuk tubuh menjadi lebih baik. Otot-otot yang tidak terlatih karena sesuatu sebab, karena suatu kecelakaan misalnya, akan menjadi lemah. Karena serabutnya mengecil (atropi) dan kalau hal ini dibiarkan dapat mengakibatkan kelumpuhan otot (M. Sajoto, 1988).

2.9.7. Kontraksi Otot Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila ia mendapat rangsangan dari luar berupa rangsangan arus listrik, rangsangan mekanis panas, dingin dan lain-lain. Dalam keadaan sehari-hari otot ini bekerja atau berkontraksi menurut pengaruh atau perintah yang datang dari susunan saraf mototris.

55

Selaput pembungkus. Tiap otot dikelilingi oleh jaringan yang merupakan selaput pembungkus yang disebut perimisum atau fascia. Fascia ini selain sebagai pembungkus otot juga berfungsi: 1. Menahan dan melindungi otot supaya otot tetap pada tempatnya. 2. Tempat asal atau origo dari beberapa otot. 3. Tempat letaknya pembuluh darah dan saraf untuk jaringan otot.

Di antara urat otot dan tulang terdapat kandung lendir yang disebut juga mukosa bursa yang di dalamnya berisi lendir yang berguna untuk melicinkan urat tersebut terhadap pergeseran dengan tulang. Di samping itu juga memudahkan gerak otot terhadap kedudukan tulang. Retikulum adalah bagian yang padat dari fascia dalam dan mengikat tendo, yang berjalan melalui pergelangan mata kaki dan pergelangan tangan.

Diafragma, struktur muskulus tendonium yang memisahkan rongga toraks dengan rongga abdomen dan membentuk lantai dari rongga toraks atau rongga abdomen. Diafragma, muncul dari vertebra lumbalis melalui dua ruang kurva utra dari permukaan dalam prosesus xifoid dan permukaan dalam dari 6 pasang iga terbawah.

2.9.8. Macam-macam otot 1. Menurut bentuk dan serabutnya, meliputi otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas, otot bersirip dan otot melingkar atau sfingter. 2. Menurut jumlah kepalanya, meliputi otot berkepala dua, otot berkepala tiga atau triseps dan otot berkepala empat atau quadriceps. 3. Menurut pekerjaannya, meliputi: Otot sinergis, yaitu otot bekerja bersama-sama. Otot Antagonis, yaitu otot yang bekerjanya berlawanan. Otot Abduktor, yaitu otot yang menggerakkan anggota menjauhi tubuh. Otot Fleksor, yaitu otot yang membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi.

56

Otot Ekstensor, otot yang meluruskan kembali sendi tulang kedudukan semula. Otot Pronator, ketika ulna dan radial dalam keadaan sejajar. Otot Suponator, ulna dan radial dalam keadaan menyilang. Endorotasi, memutar ke dalam. Eksorotasi, memutar ke luar. Dilatasi, memanjangkan otot. Kontraksi, memendekkan otot.

4. Menurut letaknya otot-otot tubuh dibagi dalam beberapa golongan yaitu: Otot bagian kepala. Otot bagian leher. Otot bagian dada. Otot bagian perut. Otot bagain punggung. Otot bahu dan lengan. Otot panggul. Otot anggota gerak bawah.

2.10.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Data adalah segala fakta atau keterangan tentang sesuatu yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Setiap informasi diharapkan dapat memberikan gambaran, keterangan dan fakta yang akurat mengenai suatu kejadian atau kondisi tertentu. Oleh karena itu perlu dipilih

suatu teknik pengumpulan data yang tepat, yang sesuai dengan karakteristik dari suatu pengamatan yang akan diungkap dan diketahui.

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi tiga teknik yaitu:

a.

Teknik Observasi

Teknik observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap objek yang

57

diteliti, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan (laboratorium) maupun dalam situasi alamiah atau sebenarnya (lapangan).

Pengumpulan data melalui teknik observasi biasanya digunakan sebagai alat untk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kejadian yang diamati, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan maupun alamiah atau sebenarnya.

b. Teknik Wawancara Teknik wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung secara tatap muka (personal face to face interview) dengan sumber data (responden). Wawancara langsung diadakan dengan orang menjadi satuan pengamatan dan dilakukan tanpa perantara. Jadi sumber datanya adalah orang yang diamati. Sementara wawancara tidak langsung dilakukan terhadap seseorang yang dimintai keterangan tentang orang lain. Jadi sumber datanya adalah orang lain yang bukan merupakan objek pengamatan.

c.

Teknik Kuesioner

Teknik kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya dan harus diisi oleh responden.

2.11.

Alat Ukur yang Digunakan

Handgrip Dynamometer digunakan untuk mengetahui seberapa besar beban yang dapat diangkat dengan menggunakan tangan. Jenis Handgrip Dynamometer yang dipakai dalam penelitian ini adalah digital dengan ketelitian hingga satu decimal atau mampu memberi nilai hingga 0,1. Penelitian ini menggunakan Handgrip Dynamometer yang dikembangkan oleh Tuffs Univercity Nutrition Collaborative dan petunjuk manual penggunaan dari Lafayette Instrument, USA.

58

Gambar 2.9. Hand Grip Dynamoneter

2.12.

Analisis Data Statistik

2.12.1. Uji Hipotesis Istilah hipotesis berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara atau kurang kebenarannya atau masih lemah kebenarannya. Sedangakan thesis artinya pernyataan atau teori. Karena hipotesis adalah pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu diuji kebenarannya, sehingga istilah hipotesis adalah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya. Untuk menguji kebenaran dari uji hipotesis digunakan pengujian hipotesis.

Pengujian Hipotesis akan membawa kepada kesimpulan untuk menolak atau menerima hipotesi. Dengan demikian kita dihadapkan pada dua pilihan. Agar pemilihan kita lebih terinci dan mudah, maka diperlukan hipotesis alternative. Bila sampel diambil dari populasi, maka bukti yang diperoleh dari sampel dapat digunakan untuk membuat pernyataan inferensi mengenai karakteristik populasi. Selain itu, informasi sampel dapat digunakan sebagai hipotesis mengenai populasi yang telah dibentuk atau dibuat. Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenal sekelompok objek yang lengkap dan jelas. Penelitian yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau sensus. Hipotesis ditentukan oleh sipeneliti dalam penelitian, H0 yang

59

diharapkan oleh peneliti basa ditolak, karena peneliti menginginkan penelitian yang dia teliti tidak lebih baik dari penelitian sebelumnya.

Adapun langkah-langkah dalam uji hipotesis adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. Menentukan hipotesis nol (H0) dan hipotesis tandingan (H1). Menentukan derajat keberartian (). Menentukan tes statistik yang cocok dan menentukan daerah kritis berdasarkan . 4. Hitung tes statistik, tolak H0 jika tes statistik ada di daerah kritis, selain itu jangan tolak H0. 5. Menentukan kesimpulan.

2.12.2. Uji Korelasi Korelasi adalah istilah dalam statistik yang menyatakan derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih, yang ditemukan oleh Karl Pearson pada awal 1990. Korelasi adalah salah satu teknik analisis statistik yang paling banyak digunakan oleh para peneliti. Karena peneliti umumnya tertarik terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi dan mencoba untuk menghubungkannya. Hubungan antara dua variabel di dalam teknik korelasi bukanlah dalam arti hubungan sebab akibat (timbal balik), melainkan hanya merupakan hubungan searah saja. Hubungan sebab akibat seperti kemiskinan dan kejahatan dan kemiskinan dengan kebodohan.

Menurut Umar (2002:314) nilai koefisien korelasi berkisar antara1 sampai +1, yang criteria pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut: 1. Jika, nilai r > 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier positif, yaitu makin besar nilai variabel X makin besar pula nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X makin kecil pula nilai variabel Y. 2. Jika, nilai r < 0, artinya telah terjadi hubungan yang linier negatif, yaitu makin besar nilai variabel X makin kecil nilai variabel Y atau makin kecil nilai variabel X maka makin besar pula nilai variabel Y . 3. Jika, nilai r = 0, artinya tidak ada hubungan sama sekali antara variabel X dan variabel Y.

60

4. Jika, nilai r =1 atau r = -1, maka dapat dikatakan telah terjadi hubungan linier sempurna, berupa garis lurus, sedangkan untuk r yang makin mengarah ke angka 0 (nol) maka garis makin tidak lurus.

Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterpretasikan sebagai berikut (Nugroho, 2005:36): 1. 2. 3. 4. 5. 6. 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasinya kuat. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali. 1.00 berarti korelasinya sempurna.

Ada banyak metode korelasi dalam penggunaannya, pada penelititan ini penulis menggunakan metode Korelasi Rank Spearment karena data pada penelitian ini adalah data ordinal dan karena sampel datanya kurang dari 30 (sampel kecil).

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

3.1. Flowchart Penelitian Penelitian ini disajikan dalam sebuah flowchart penelitian sebagai kerangka berpikir untuk melakukan penelitian di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) pada bagian Gudang.

Mulai Studi Literatur Observasi

Identifikasi dan Perumusan Masalah

Mengukur kekuatan otot tangan dengan

handgrip dynamometer

Pengumpulan Data: - Kuesioner WAI - Kuesioner Nordic Body Map - Kekuatan otot tangan

Pengolahan Data: - Penghitungan Skor WAI - Penghitungan prevalensi keluhan otot -Uji korelasi dan uji hipotesis menggunakan metode Spearman

Rank Correlation

Analisis

Kesimpulan Selesai

Gambar 3.1. Flowchart Penelitian

55

56

3.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah Berikut langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan pada penelitian ini: 3.2.1. Studi Literatur Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terhadap penelitian yang akan peneliti ambil. Langkah ini dilakukan sebagai acuan untuk memberi arah penelitian selanjutnya. Tahap ini dilakukan dengan membaca buku, jurnal atau skripsi yang berhubungan dengan Biomekanika dan WAI (Work Ability Index).

3.2.2. Obervasi Pengamatan ke perusahaan bagian gudang dan distribusi secara langsung untuk melihat hubungan interaksi mental dan fisik dengan kemampuan kerja pekerja dalam pekerjaannya.

3.2.3. Identifikasi dan Perumusan Masalah Identifikasi masalah mencakup latar belakang dilakukannya penelitian untuk memperjelas pembahasannya sehingga lebih jelas dan terarah. Pokok

permasalahan pada penelitian ini mengenai pengaruh keluhan otot dan kekuatan otot pada genggaman tangan terhadap kemampuan kinerja kerja pekerja gudang di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI).

3.2.4. Pengumpulan Data Pada tahap ini melakukan penyebaran kuesioner Work Ability Index (WAI) untuk mengidentifikasi kemampuan kerja dan Nordic Body Map untuk mengidentifikasi keluhan otot kepada para pekerja bagian gudang dan distrbusi di PT. INTI. Selain penyebaran kuesioner dilakukan juga pengukuran kekuatan otot pada genggaman tangan pekerja Dynamometer. gudang dan distribusi dengan menggunakan Handgrip

3.2.5. Pengolahan Data Setelah data yang diinginkan sudah cukup kemudian dilakukan pengolahan data. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang mengukur tingkat kemampuan

57

kerja karyawan PT. INTI, Oleh karena itu peneliti menggunakan pengukuran skala dan menghitung skor untuk masing-masing item pertanyaan yang terbagi menjadi tujuh item WAI. Selain itu juga dilakukan uji korelasi dan uji hipotesis menggunakan metode Spearman Rank Correlation untuk menguji hubungan antara kemampuan kerja dengan keluhan otot, kemampuan kerja dengan kekuatan otot pada genggaman tangan dan keluhan otot dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

3.2.6. Analisis Tahap selanjutnya setelah pengolahan data adalah menganalisis hasil apa saja yang didapat dalam pengolahan data kemudian membandingkan hasilnya dengan tujuan penelitian.

3.2.7. Kesimpulan Setelah dilakukan analisis tahap akhir dari penelitian ini adalah menarik kesimpulan. Hasil apa saja yang didapat dalam penelitian untuk perbaikan sistem kerja di perusahaan sehingga bisa lebih baik lagi.

58

3.3.

Peralatan Penelitian

Peralatan penelitian yang dipakai adalah: 1. Peralatan untuk mengukur kekuatan otot tangan

Alat yang digunakan untuk mengukur kekuatan otot tangan adalah Handgrip Dynamometer seperti gambar di bawah ini:

Gambar 3.2. Handgrip Dynamometer

3.4.

Cara Pemakaian Alat

Handgrip Dynamometer Cara penggunaan Handgrip Dynamometer adalah: Sebelum melakukan pengukuran, pegang handgrip yang disesuaikan terlebih dahulu dengan ukuran pegangan tangan responden. Pada waktu memegang alat tersebut sebaiknya responden merasa nyaman dengan alat yang dipegangnya. Responden melakukan ini dengan dua macam posisi yaitu dengan posisi berdiri dan duduk. Pada posisi berdiri keadaan tangan luruh kebawah, sedangkan pada posisi duduk tangan membentuk sudut 900. Responden menarik nafas sesaat sebelum menarik handgrip dynamometer. Pengukuran dilakukan pada tangan kanan.

59

Pengambilan Data dilakukan sebanyak 6 kali pada penggunaan handgrip dynamometer. Pada waktu pengambilan data responden melakukannya dengan posisi berdiri dan posisi duduk. Dalam 6 kali pengambilan data responden mendapatkan istirahat sebanyak 1-2 menit sebelum melakukan pengambilan data berikutnya.

(a)

(b)

Gambar 3.3. (a) Handgrip Dynamometer Pada Posisi Berdiri (b) Handgrip Dynamometer Pada Posisi Duduk Setelah melakukan pengukuran maka hasil dicatat pada form yang telah disediakan.

Bab 4 Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.1. Pengumpulan Data 4.1.1. Data Responden Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah penyebaran kuesioner Work Ability Index (WAI) dan Nordic Body Map pada pekerja di PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) divisi Pengadaan dan Logistik bagian Gudang dan Distribusi sebanyak 15 orang pekerja. Berikut adalah nama-nama responden:

Tabel 4.1. Data Responden

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

Nama Edi R Ruhiyat Engkim Dadan Subardan T. Ismail Sumarna Waryo Ohim Sutisna AS A.Wawan Dedi Supriadi Hermanto Rohman D Kusman A Yaya Sutarya Moch. Soleh

Usia (tahun) 52 45 47 47 46 45 52 44 50 42 36 47 50 46 51

Lama Bekerja (tahun) 30 24 27 22 24 27 27 25 30 24 5 27 30 26 26

4.1.2. Data Kuesioner Work Ability Index (WAI) Work Ability Index terdiri dari 60 pertanyaan yang mempertimbangkan tuntutan pekerjaan baik itu pekerjaan fisik maupun mental dan tingkat kesehatan pekerjanya. Work Ability Index terbagi ke dalam 7 item.

60

61

Tabel 4.2. Data item-item Work Ability Index No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nama Edi R Ruhiyat Engkim Dadan Subardan T. Ismail Sumarna Waryo Ohim Sutisna AS A.Wawan Dedi Supriadi Hermanto Rohman D Kusman A Yaya Sutarya Moch. Soleh Item 1 8 10 6 9 10 7 9 8 8 8 6 9 8 8 10 Item 2 10 8 8 8 10 8 8 8 9 10 6 9 8 8 8 Work Ability Index Item 3 Item 4 Item 5 1 6 3 8 4 4 2 4 4 0 6 5 0 6 5 10 4 4 0 4 4 12 4 4 10 3 5 5 4 4 5 4 3 0 6 4 0 6 4 0 6 4 6 5 4 Item 6 7 7 7 7 7 1 7 7 1 7 7 7 7 7 7 Item 7 9 11 9 10 9 9 12 11 9 10 6 10 11 12 9

4.1.3. Status Keluhan Otot Masalah otot dalam penelitian ini didefinisikan sebagai keluhan berupa pegal, rasa sakit ataupun ketidaknyamanan pada otot. Keluhan otot sebagai variabel dependen penelitian dilambangkan sebagai berikut: A1 = keluhan otot pada bagian leher. A2 = keluhan otot pada bagian bahu kanan. A3 = keluhan otot pada bagian bahu kiri. A4 = keluhan otot pada bagian siku kanan. A5 = keluhan otot pada bagian siku kiri. A6 = keluhan otot pada bagian punggung atas. A7 = keluhan otot pada bagian tulang belakang. A8 = keluhan otot pada bagian pergelangan tangan kanan. A9 = keluhan otot pada bagian pergelangan tangan kiri. A10 = keluhan otot pada bagian paha. A11 = keluhan otot pada bagian lutut. A12 = keluhan otot pada bagian pergelangan kaki.

62

Tabel 4.3. Keluhan otot yang dilaporkan responden kuesioner Nordic PT. Industri Telekomunikasi Indonesia
Kode A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Total Responden (n=15) Bagian Tubuh Leher Bahu Kanan Bahu Kiri Siku Kanan Siku Kiri Punggung Atas Tulang Belakang Pergelangan Tangan Kanan Pergelangan Tangan Kiri Paha Lutut Pergelangan Kaki Frekuensi 5 4 3 3 2 4 5 4 4 1 4 4

4.1.4. Data Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Pada Genggaman Tangan Pengambilan data dilakukan di PT. INTI bagian gudang dan distribusi. Pengambilan data dilakukan sebanyak 6 kali dengan menggunakan Handgrip. Data yang diambil adalah kekuatan otot tangan dalam mengangkat beban. Satuan yang dipakai pada data ini adalah kilogram (kg). Berikut adalah hasil dari pengumplan data:

Tabel 4.4. Hasil Pengambilan Data Kekuatan Otot Pada Genggaman Tangan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Handgrip Berdiri (Kg) HB1 HB2 HB3 49,2 48,2 45,2 45,9 43,8 45,1 38,1 37,9 37,6 49,1 48,9 49,1 36,6 36,2 40,2 37,1 37,9 37 49,2 48,5 44,1 48,1 47,2 48,1 48,9 46,1 47,4 49,1 49,4 43,1 36,2 24 27,9 39,3 40,6 38,6 48,2 42,8 43 44,8 44,6 44,6 49 46,8 49 Handgrip Duduk (Kg) HD1 HD2 HD3 41 46,4 44,1 40,2 42,3 41,9 35,9 36,4 32,9 44,9 46,6 46,7 37 25,1 35,8 34 33,1 33,8 42,3 41,9 42 42,9 44,1 43 44,9 46,7 45,9 46,2 43 37,8 26,3 28,8 23,6 32,6 32,8 28,8 39,8 40,2 39,4 42,6 42,7 40,9 40,9 45,6 43,6

63

Tabel 4.5. Data Maksimum dari Kekuatan Otot Pada Genggaman Tangan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Nilai Maksimum Hand Grip Dynamo Berdiri Kilogram (Kg) 49,2 45,9 38,1 49,1 40,2 37,9 49,2 48,1 48,9 49,4 36,2 40,6 48,2 44,8 49 Nilai Maksimum Hand Grip Dynamo Duduk Kilogram (Kg) 46,4 42,3 46,7 37 37 34 42,3 44,1 46,7 46,2 28,8 32,8 40,2 42,7 45,6

4.2. Pengolahan Data Pengolahan data untuk Work Ability Index (WAI) hanya menggunakan Excel, pada kuesioner WAI tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas karena merupakan kuesioner baku (diambil dari kuesioner buatan para ahli), untuk uji hipotesis menggunakakan uji chi-square menggunakan bantuan software SPSS versi 17.0.

4.2.1. Pengolahan Data Work Ability Index (WAI) Hasil dari perhitungan Work Ability Index (WAI) merupakan penjumlahan dari point-point ke 7 (tujuh item WAI), dimana skor atau nilai terendah adalah 7 (tujuh) sedangkan skor atau nilai tertingginya adalah 49. Berikut contoh perhitungannya. Seorang karyawan pada bagian gudang dan distribusi pada dasarnya menuntut kemampuan mental dan fisik yang sama baiknya, hal ini disebabkan karena tuntutan pekerjaannya yang melibatkan mental dalam pembuatan laporan dan fisik ketika harus mengepak dan atau mengangkat barang.

Ruhiyat Engkim adalah seorang responden yang bekerja di bagian gudang dan distribusi. Beliau berusia 45 tahun yang sudah bekerja selama 24 tahun, beliau di diagnosa dokter mempunyai beberapa penyakit seperti masalah pada punggung bagian atas dan bawah, maag kronis, masalah penglihatan, usus 12 jari, infeksi

64

pada lambung. Selain itu juga selama 12 bulan terakhir beliau mengalami sakit pada bagian leher, alternatif penyembuhan yang beliau lakukan adalah dengan cara di pijat. Walaupun demikian beliau memiliki skor Work Ability Index (WAI) sebesar 38 point, yang artinya beliau berada pada level katagori good.

Tabel 4.6. Contoh perhitungan WAI bagian gudang dan distribusi


No 1. Dimensi Work Ability Index (WAI) kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup Hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya Jawaban 10 Skor 10 4+4 = 8 maka point untuk dimensi ini adalah 8 1 4 4 7

2.

Kemampuan fisik = 4 Kemampuan mental = 4

3. 4. 5. 6.

Diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja Perkiraan berkurangnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul Cuti sakit selama satu tahun terakhir Harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan

Lebih dari 5 penyakit yang diderita 4 4 7 Menikmati aktivitas sehari-hari = 3 Siaga dan aktif = 4 penuh dengan harapan = 4

7.

Sumber daya mental

(3+4+4) = 11 maka point untuk dimensi ini adalah 4 38

Total point

Pada lampiran D.1 disajikan tabel hasil perhitungan Excel dengan menjumlahkan point-point untuk tiap item Work Ability Index. Item-item pada tabel merupakan variabel yang mempengaruhi tingkat kemampuan karyawan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi. Responden pada penelitian ini adalah karyawan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi yang berjumlah 15 orang dengan umur yang berbeda, semuanya berjenis kelamin laki-laki. Dari setiap item variabelvariabelnya akan dijumlahkan point-nya yang jumlahnya antara 7-49 point, setelah itu point akan dikategorikan dalam kategori Work Ability Index apakah termasuk poor, moderate, good atau excellent.

65

4.2.1.1. Perhitungan Rata-Rata dan Standar Deviasi Secara keseluruhan point ratarata karyawan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi adalah 15 karyawan dengan batas usia antara 3652 tahun. Perhitungan rata-rata jawaban berdasarkan penjumlahan point, dimana pertanyaan berdasarkan dimensi Work Ability Index (WAI), yang dibagi kedalam tujuh dimensi yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan kemampuan kerja para karyawan (performance or skill), physical, health (perkiraan

(kesehatan dan diagnosa penyakit), possibilities for development

berkurangnya kemampuan bekerja yang diakibatkan berbagai penyakit yang muncul), cuti sakit satu tahun terakhir, enthusiasme, dan mental strain. Standart Deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rataannya. Untuk sampel simpangan baku diberi simbol s, sedangkan untuk populasi diberi simbol . Untuk selengkapnya rata-rata dan standar deviasi point Work Ability Index dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
1. Perhitungan rata-rata dan standar deviasi.

xi n 586 15 39,07

xi x
n 1

42 - 39,072 .... 38 - 39,072 15 - 1 6,42

66

Tabel 4.7. Perhitungan rata-rata dan standar deviasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Bagian Gudang dan Distribusi Xi Xi- x (Xi- x )2 42 2,93 8,58 38 -1,07 1,14 36 -3,07 9,42 46 6,93 48,02 48 8,93 79,74 28 -11,07 122,54 43 3,93 15,44 36 -3,07 9,42 30 -9,07 82,26 38 -1,07 1,14 29 -10,07 101,40 46 6,93 48,02 44 4,93 24,30 44 4,93 24,30 38 -1,07 1,14 586 576,93 39 Standar deviasi 6,42

4.2.1.2. Diagram Kartesius Work Ability Index (WAI) Diagram kartesius merupakan suatu diagram untuk mengetahui perbandingan skor Work Ability Index (WAI) untuk tiap karyawan berdasarkan usia. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menjadikan urutan prioritas berapa persenkah karyawan yang berada pada kategori poor, moderate, good, excellent. Penelitian analisis Work Ability Index ini terdiri dari dua buah variabel yang diwakilkan oleh variabel x dan y, dimana x merupakan karyawan, usia karyawan, lama bekerja dan y sebagai tingkat point Work Ability Index. Dalam pengolahan diagram kartesius ini yaitu dengan memasukan karyawan, usia dan lama bekerja sebagai variabel x dan nilai WAI dari tiap karyawan sebagai veriabel y kedalam diagram. Berikut diagram kartesius untuk tiap variable x.

67

Gambar 4.1. Segmentasi point WAI Karyawan PT INTI bagian gudang dan distribusi

Dari hasil pengelompokan jawaban responden dengan menggunakan diagram kartesius yang dibagi kedalam empat kategori, didapatkan keterangan tentang berapa banyak karyawan yang masuk diantara keempat point tersebut, seperti yang tertera dalam tabel 4.8.

Tabel 4.8. Persentasi karyawan yang masuk kategori WAI

No 1. 2. 3. 4.

Jumlah Karyawan 0 orang 5 orang 5 orang 5 orang 15 orang

% 0 33,33 33,33 33,33 100 %

Keterangan Poor Moderate Good Excellent

68

Gambar 4.2. Segmentasi point WAI dengan usia

Pada gambar 4.2. di atas, dari hasil segmentasi point WAI dengan usia karyawan di PT INTI bagian gudang dan distribusi yang berjumlah 15 orang didapatkan point WAI tertinggi sebesar 48 point dengan usia 46 tahun yang masuk kedalam kategori excellent sedangkan point terendah sebesar 28 point dengan usia 45 tahun yang termasuk ke dalam kategori moderate, berikut daftar lengkapnya pada tabel 4.9.
Tabel 4.9. Segmentasi Point WAI dengan Usia No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Usia 47 46 47 50 46 52 45 52 42 51 47 45 44 50 36 Point WAI 46 48 46 44 44 42 38 43 38 38 36 28 36 30 29 Kategori

Excellent

Good

Moderate

69

Gambar 4.3. Segmentasi point WAI dengan lama bekerja (tahun)

Pada gambar 4.3. di atas, dari hasil segmentasi point WAI dengan usia karyawan di PT INTI bagian gudang dan distribusi yang berjumlah 15 orang didapatkan point WAI tertinggi sebesar 48 point dengan lama bekerja selama 24 tahun yang masuk kedalam kategori excellent sedangkan point terendah sebesar 28 point dengan usia 45 tahun yang termasuk ke dalam kategori moderate, berikut daftar lengkapnya pada tabel 4.10.

Tabel 4.10. Segmentasi Point WAI dengan Lama Bekerja No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Lama Bekerja 22 24 27 30 26 30 24 27 24 26 27 27 25 30 5 Point WAI 46 48 46 44 44 42 38 43 38 38 36 28 36 30 29 Kategori

Excellent

Good

Moderate

70

4.2.1.3. Work Ability Index (WAI) Karyawan Berdasarkan Kelompok Usia Berdasarkan pengelompokan usia, karyawan PT. Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) diklasifikasikan menjadi 6 (enam) kelompok yaitu antara usia 36 tahun sampai 52 tahun.

Standard Deviation (simpangan baku) adalah suatu nilai yang menunjukan tingkat (derajat) variasi kelompok atau ukuran standar penyimpangan dari rataannya. Untuk sampel yang berdistribusi frekuensi maka rumusnya sebagai berikut:

SD SD

fi CM Xi
n 1

84,64 15 1 SD 2,45
Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi untuk Kelompok Usia
Interval 36-38 Tahun 39-41 Tahun 42-44 Tahun 45-47 Tahun 48-50 Tahun 51-52 Tahun Total n 1 0 2 7 2 3 15 % 6,67 0 13,33 46,67 13,33 20 100 Mean WAI 42 0 37 38,43 37,5 42 LCL 36 39 42 45 48 51 UCL 38 41 44 47 50 52 CM 37 40 43 46 49 50 Fi . CM 37 0 86 322 98 150 693 (cm-x) -9,2 -6,2 -3,2 -0,2 2,8 3,8 fi(cm-x)2 84,64 0 20,48 0,28 15,68 43,32 164,4 SD 2,45 0 1,21 0,14 1,06 1,76

Pada tabel diatas ratarata WAI tertinggi berada pada kelompok usia antara 36-38 dan 51-52 tahun dengan rata-rata point WAI sebesar 42 point, sedangkan point terendah berada pada kelompok usia antara 42-44 tahun dengan point WAI sebesar 37 point.

71

Kelompok Usia Karyawan


0% 20 % 13.33 % 46.67 % 6.67 % 13.33 % 36-38 Tahun 39-41 Tahun 42-44 Tahun 45-47 Tahun 48-50 Tahun 51-52 Tahun

Gambar 4.4. Pengelompokan WAI berdasarkan usia

4.2.2. Pengolahan Data Nordic Body Map Penelitian ini berupa studi epidemologi cross-sectional, artinya hasil yang diperoleh menggambarkan kondisi pada waktu tertentu. Ukuran epidemologi yang digunakan adalah prevalensi titik yang dapat didefinisikan sebagai tingkat pemerataan dari keluhan otot skeletal pada pekerja bagian gudang dan distribusi. Prevalensi diperoleh dari hitungan perbandingan antara jumlah kasus yang telah ada maupun kasus baru dengan jumlah total orang dalam populasi. Rekapitulasi hasil perbandingan prevalensi titik keluhan otot pada masing-masing bagian tubuh responden penelitian dapat dilihat pada tabel 4.12.

Tabel 4.12. Frekuensi Prevalensi Nordic Body Map


Kode A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12 Total Responden (n=15) Bagian Tubuh Frekuensi Leher 5 Bahu Kanan 4 Bahu Kiri 3 Siku Kanan 3 Siku Kiri 2 Punggung Atas 4 Tulang Belakang 5 Pergelangan Tangan Kanan 4 Pergelangan Tangan Kiri 4 Paha 1 Lutut 4 Pergelangan Kaki 4 Frekuensi Prevalensi 33,33% 26,67% 20,00% 20,00% 13,33% 26,67% 33,33% 26,67% 26,67% 6,67% 26,67% 26,67%

72

Dari tabel di atas, hasil perhitungan frekuensi prevalensi digambarkan dalam sebuah grafik untuk memudahkan dalam pembacaan, Sehingga didapat:
Frekuensi Prevalensi Keluhan Otot
100.00% 80.00% Persentase 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 A8 A9 A10 A11 A12

Kode Bagian Tubuh

Gambar 4.5. Grafik Keluhan otot

Dari grafik di atas, maka dapat dilihat bahwa masalah keluhan otot yang banyak dikeluhkan terdapat pada bagian tubuh leher dan tulang belakang dengan persentase sebesar 33,33%.

4.2.3. Pengolahan Data Uji Statistik Uji korelasi bertujuan untuk menguji hubungan antar dua variabel yang tidak menunjukan hubungan fungsional (berhubungan bukan berarti disebabkan). Uji korelasi dapat digunakan untuk mengetahui derajat hubungan linier antara satu variabel dengan variabel yang lain, dua variabel dikatakan berkorelasi jika perubahan pada salah satu variabel akan diikuti oleh variabel yang lain. Uji korelasi yang dilakukan menggunakan metode Spearman Rank Correlation karena datanya kurang dari 30 dan merupakan data ordinal. Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui hubungan antara Work Ability Index (kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup, hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya, diagnosa penyakit yang pernah dialami oleh tenaga kerja, perkiraan menurunnya kemampuan kerja akibat penyakit yang diderita, cuti sakit selama satu tahun terakhir, harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan, sumber daya mental dan point WAI) dengan keluhan otot, item Work Ability Index dengan kekuatan otot tangan dan keluhan otot skeletal dengan kekuatan otot tangan.

73

Batas-batas nilai koefisien korelasi diinterprestasikan sebagai berikut (Nugraha, 2005:36): 0,00 sampai dengan 0,20 berarti korelasinya sangat lemah. 0,21 sampai dengan 0,40 berarti korelasinya lemah. 0,41 sampai dengan 0,70 berarti korelasiny kuat. 0,71 sampai dengan 0,90 berarti korelasinya sangat kuat. 0,91 sampai dengan 0,99 berarti korelasinya sangat kuat sekali. 1,00 berarti korelasinya sempurna.

4.2.3.1. Uji Spearman Rank Correlation Work Ability Index dengan Keluhan Otot Item 1 WAI: Kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.13. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup dengan keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Korelasi 0,290 0,345 0,321 0,321 0,307 0,546 0,290 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya kuat Korelasinya lemah Signifikansi 0,295 0,207 0,243 0,243 0,265 0,035 0,295 Keterangan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 ditolak H0 diterima

74

Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki

0,254 0,254 0,097 0,400 0,527

Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya kuat

0,360 0,360 0,732 0,140 0,043

H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 ditolak

Item 2 WAI: Hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.14. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya dengan keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki Korelasi 0,074 -0,317 -0,088 0,263 0,206 -0,223 0,371 0,317 0,317 0,140 0,000 0,000 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,792 0,250 0,756 0,344 0,461 0,425 0,173 0,250 0,250 0,618 1,000 1,000 Keterangan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

75

Item 3 WAI: Diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.15. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara diagnosa

penyakit yang pernah dialami pekerja dengan keluhan otot.


Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki Korelasi 0,572 0,419 0,506 0,148 0,397 0,393 0,268 0,458 0,458 0,270 0,133 0,458 Keterangan Korelasinya kuat Korelasinya kuat Korelasinya kuat Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya kuat Korelasinya kuat Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya kuat Signifikansi 0,026 0,120 0,054 0,600 0,143 0,147 0,334 0,086 0,086 0,330 0,635 0,086 Keterangan H0 ditolak H0 diterima H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

Item 4 WAI: Perkiraan menurunnya kemampuan kerja kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perkiraan menurunnya kemampuan kerja kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara faktor perkiraan menurunnya kemampuan kerja kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul

76

dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.16. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara perkiraan
menurunnya kemampuan kerja kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul dengan

keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki Korelasi 0,537 0,172 0,379 0,063 0,298 0,268 0,125 0,305 0,305 0,203 0,172 0,458 Keterangan Korelasinya kuat Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya kuat Signifikansi 0,039 0,541 0,163 0,823 0,281 0,334 0,657 0,269 0,269 0,469 0,541 0,086 Keterangan H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

Item 5 WAI: Cuti sakit selama satu tahun terakhir


Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cuti sakit selama satu tahun terakhir dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara cuti sakit selama satu tahun terakhir dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

77

Tabel 4.17. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara cuti sakit selama satu tahun terakhir dengan keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki Korelasi 0,098 0,334 0,069 0,069 0,054 0,333 0,098 0,084 0,084 0,037 0,084 0,084 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,728 0,223 0,806 0,806 0,847 0,225 0,728 0,767 0,767 0,896 0,767 0,767 Keterangan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

Item

6 WAI: Harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan

Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.18. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan dengan keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Korelasi 0,139 0,207 0,294 0,294 0,423 0,139 0,139 0,207 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya kuat Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,622 0,459 0,287 0,287 0,116 0,622 0,622 0,459 Keterangan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

78

Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki

0,207 -0,105 -0,237 0,207

Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah

0,459 0,710 0,396 0,459

H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

Item 7 WAI: Sumber daya mental Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya mental dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya mental dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.19. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara sumber daya mental dengan keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki Korelasi -0,129 0,000 -0,152 -0,152 0,000 0,129 0,129 0,275 0,275 -0,244 -0,275 0,000 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,647 1,000 0,588 0,588 1,000 0,647 0,647 0,321 0,321 0,381 0,321 1,000 Keterangan H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima

79

Point WAI Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Point WAI dengan keluhan otot. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara Point WAI dengan keluhan otot. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.
Tabel 4.20. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman Point WAI dengan keluhan otot. Bagian Tubuh Leher Bahu kanan Bahu kiri Siku kanan Siku kiri Punggung atas Tulang belakang Pergelangan tangan kanan Pergelangan tangan kiri Paha Lutut Pergelangan kaki Korelasi 0,527 0,369 0,446 0,272 0,480 0,461 0,379 0,527 0,527 0,218 0,158 0,527 Keterangan Korelasinya kuat Korelasinya lemah Korelasinya kuat Korelasinya lemah Korelasinya kuat Korelasinya kuat Korelasinya lemah Korelasinya kuat Korelasinya kuat Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Korelasinya kuat Signifikansi 0,044 0,176 0,095 0,327 0,070 0,084 0,164 0,044 0,044 0,435 0,574 0,044 Keterangan H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima H0 diterima H0 ditolak

4.2.3.2. Uji Spearman Rank Correlation WAI dengan Kekuatan Otot Pada Genggaman Tangan Item 1 WAI: Kemampuan bekerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan bekerja yang terbaik seumur hidup. Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara faktor kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

80

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.21. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,355 0,204 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,195 0,466 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Item 2 WAI: Hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.22. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara hubungan antara kemampuan kerja dengan tuntutan dari pekerjaannya dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,395 0,299 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya lemah Signifikansi 0,145 0,278 Keterangan H0 diterima H0 diterima

81

Item 3 WAI: Diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Item diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara Item 3 diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.23. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,079 -0,197 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,779 0,481 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Item 4 WAI: Perkiraan menurunnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perkiraan menurunnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan perkiraan menurunnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

82

Tabel 4.24. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara perkiraan menurunnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,060 0,049 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,833 0,863 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Item 5 WAI: Cuti sakit selama satu tahun terakhir Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara cuti sakit selama satu tahun terakhir dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara cuti sakit selama satu tahun terakhir dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.25. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearmen antara cuti sakit selama satu tahun terakhir dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,094 0,344 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya lemah Signifikansi 0,738 0,209 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Item 6 WAI: Harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05.

83

Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.26. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara harapan kemampuan kerja untuk dua tahun kedepan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,182 -0,182 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,517 0,516 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Item 7 WAI: Sumber daya mental Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya mental dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara sumber daya mental dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.27. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara sumber daya mental dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,423 0,113 Keterangan Korelasinya kuat Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,116 0,689 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Point WAI Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Point WAI mental dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara Point WAI mental dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05.

84

Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.28. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara Point WAI dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,263 0,017 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,344 0,952 Keterangan H0 diterima H0 diterima

4.2.3.3. Uji Spearman Rank Correlation Keluhan Otot dengan Kekuatan Otot Pada Genggaman Tangan Keluhan leher Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan leher dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan leher dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.29. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan leher dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,164 0,049 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,560 0,862 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan bahu kanan Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan bahu kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan bahu kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

85

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.30. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan bahu kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi -0,227 -0,262 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,416 0,345 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan bahu kiri Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan bahu kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan bahu kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.31. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan bahu kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi -0,039 -0,097 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,891 0,732 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan siku kanan Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan siku kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan siku kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

86

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.32. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan siku kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,309 -0,058 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,263 0,837 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan siku kiri Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan siku kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan siku kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.33. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan siku kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,273 -0,023 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,326 0,936 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan punggung atas Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan punggung atas dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan punggung atas dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

87

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.34. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan punggung atas dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi -0,049 -0,115 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,862 0,684 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan tulang belakang Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan tulang belakang atas dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan tulang belakang dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.35. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan tulang belakang dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,328 -0,049 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,233 0,862 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan pergelangan tangan kanan Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan pergelangan tangan kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan pergelangan tangan kanan dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

88

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.36. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan

pergelangan tangan kanan kekuatan otot pada genggaman tangan.


Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,279 -0,017 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,313 0,951 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan pergelangan tangan kiri Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan pergelangan tangan kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan pergelangan tangan kiri dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.37. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan

pergelangan tangan kiri kekuatan otot pada genggaman tangan.


Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,279 -0,017 Keterangan Korelasinya lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,313 0,951 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan paha Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan paha dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan paha dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

89

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.38. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan paha

dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.


Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,000 -0,186 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 1,000 0,507 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan lutut Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan lutut dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan lutut dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.39. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan lutut dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,000 -0,070 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 1,000 0,804 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Keluhan pergelangan kaki Hipotesis yang akan diuji adalah: H0 = tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan pergelangan kaki dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. H1 = terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan pergelangan kaki dengan kekuatan otot pada genggaman tangan.

90

Tolak H0 bila prob < 0,05. Berikut adalah tabel nilai hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 17.0.

Tabel 4.40. Nilai korelasi dan signifikansi Uji Rank Spearman antara keluhan pergelangan kaki dengan kekuatan otot pada genggaman tangan. Kekuatan otot tangan Pada posisi berdiri Pada posisi duduk Korelasi 0,140 0,052 Keterangan Korelasinya sangat lemah Korelasinya sangat lemah Signifikansi 0,620 0,853 Keterangan H0 diterima H0 diterima

Bab 5 Analisis

5.1. Analisis Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu kuesioner dan dengan suatu alat untuk mengukur kekuatan otot tangan. Untuk kuesioner ada dua kuesioner yaitu Work Ability Index (WAI) dan Nordic. Pengumpulan data kuesioner Work Ability index mencakup tujuh dimensi atau item Work Ability Index dengan 60 variabel pertanyaan.

Kemampuan dari para karyawan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan instrument yang dinamakan Work Ability Index yang berupa kuisioner. Hasil dari analisis instrumen ini berupa point yang berjumlah 7-49 point yang dibagi ke dalam empat kategori yaitu poor (7-27 point) dengan tindakan yang harus diambil Restore Work Ability, moderate (28-36 point) dengan tindakan yang harus diambil Improve Work Ability, good (37-43 point) dengan tindakan yang harus diambil Support Work Ability, dan excellent (44-49 point) dengan tindakan yang harus diambil Maintain Work Ability.

Kuesioner Nordic yang digunakan adalah modifikasi dari kuesioner Nordic yang telah ada dengan penambahan alternatif-alternatif penyembuhan yaitu terdiri dari alternatif pijat, dokter dan terapi dimana tujuannya adalah untuk melihat tingkat tindakan penyembuhan selama 12 bulan terakhir dan satu bulan terakhir.

Pengambilan data kekuatan otot pada genggaman tangan dilakukan enam kali pengambilan data dengan menggunakan Handgrip. Pengukuran data kekuatan otot pada genggaman tangan dilakukan pada posisi berdiri dan duduk. Responden yang diambil adanya adalah pekerja PT Industri Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi.

91

92

Penyebaran kuesioner untuk Work Abiliity Index dan Nordic berjumlah 15 untuk 15 orang pekerja bagian gudang dan distribusi dan untuk pengambilan data kekuatan otot pada genggaman tangan responden diberi pengarahan terlebih dahulu bagaimana menggunakan alat yang ada, agar data yang diambil sesuai dengan apa yang diinginkan.

5.2. Analisis Pengolahan Data 5.2.1. Analisis Point Work Ability Index Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada 15 orang karyawan bagian gudang dan distribusi didapatkan lima responden berkategori moderate, lima responden berkategori good, lima responden berkategori excellent dan tidak ada responden yang berkategori poor. Secara keseluruhan point rata-rata karyawan PT Industri Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi adalah 39 point dengan batas usia 36-52 tahun, yang berarti kemampuan rata-rata karyawan berada pada level good yang artinya tingkat kemampuan karyawan PT Industri

Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi secara rata-rata adalah baik dan tindakan yang harus diambil adalah dengan memberi support kepada para karyawan supaya lebih meningkatkan kemampuan kerjanya, sedangkan ratarata untuk standar deviasinya adalah 6,42.

5.2.2. Analisis WAI Berdasarkan Kuadran Diagram Kartesius Analisis diagram kartesius pada gambar 4.2. merupakan suatu diagram yang digunakan untuk mengetahui perbandingan skor Work Ability Index (WAI) untuk tiap karyawan berdasarkan usia dan untuk gambar 4.3. berdasarkan lama bekerja. Tingkat kesesuaian inilah yang akan menjadikan urutan prioritas berapa persenkah karyawan yang berada pada katagori poor, moderate, good, dan moderate. Penelitian analisis Work Ability Index ini terdiri dari 2 buah variabel yang diwakilkan oleh variabel x dan y, dimana x merupakan usia dan lama bekerja karyawan dan y sebagai tingkat point Work Ability Index.

Dari hasil pengolahan data tabel 4.9. dan dari diagram kartesius gambar 4.2. untuk perbandingan skor WAI dengan usia karyawan didapatkan jumlah responden yang

93

masuk kedalam kategori moderate yaitu sebanyak 5 responden (33,33), untuk katagori good sebanyak 5 responden (33,33%) dan untuk kategori excellent sebanyak 5 responden (33,33%) dan tidak ada responden yang berkategori poor (0%). Untuk perbandingan skor WAI dan lama bekerja pada tabel 4.10. dan gambar 4.3. didapatkan hasil yang sama yaitu lima responden (33,33%) berkategori moderate, lima responden berkategori good, lima responden (33,33%) berkategori excellent dan tidak ada responden yang berkategori poor (0%).

5.2.3. Analisis Data Prevalensi Keluhan Otot Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12. dapat dilihat bahwa tingkat prevalensi keluhan otot pekerja bagian gudang dan distribusi selama 12 bulan terakhir yang paling tinggi dari 15 reponden yaitu ada pada leher sebanyak 5 (33,33%) responden dan tulang belakang dengan jumlah yang sama yaitu 5 (33,33%) responden, artinya selama sepanjang 12 bulan terakhir ini yang paling banyak dikeluhkan adalah leher dan tulang belakang.

Sedangkan untuk masalah keluhan otot pada anggota tubuh lainnya yaitu: bahu kanan sebanyak 4 (26,67%) responden, bahu kiri sebanyak 3 (20%) responden, siku kanan sebanyak 3 (20%) responden, siku kiri sebanyak 2 (13,33%) responden, punggung atas sebanyak 4 (26,67%), pergelangan tangan kanan sebanyak 4 (26,67%), pergelangan tangan kiri sebanyak 4 (26,67%) responden, paha sebanyak 1 (6,67%) responden, lutut sebanyak 4 (26.67%) responden dan pergelangan kaki sebayak 4 (26,67%).

Leher dan tulang belakang merupakan tingkat keluhan tertinggi pekerja gudang dan distribusi tetapi selama 12 bulan terakhir para pekerja masih bisa bekerja dengan normal tanpa mengalami masalah karena keluahan otot yang dialami dan selama tujuh hari terakhir dari kuesioner yang diberikan para pekerja masih bisa bekerja dengan normal.

Selama 12 terakhir ada empat orang responden yang mengalami keluhan bagian leher melakukan alternatif penyembuhan dengan cara di pijat, satu responden

94

diantaranya selain di pijat melakukan alternatif penyembuhan lain yaitu ke dokter. Hanya ada satu responden yang melakukan alternatif penyembuhan terapi, selain terapi melakukan pijat juga. Untuk bagian tulang belakang ada tiga orang responden yang melakukan alternatif penyembuhan dengan cara di pijat, bahkan dua orang responden diantaranya selain pijat, melakukan alternatif penyembuhan lain yaitu ke dokter dan terapi. Selama satu bulan terakhir hanya ada dua responden yang mengalami keluhan leher melakukan alternative pijat, untuk keluhan bagian tulang belakang ada dua orang responden, satu responden ke dokter dan satu responden melakukan terapi.

5.2.4. Analisis Uji Spearman Rank Correlation Uji Rank Spearman Correlation adalah untuk mencari hubungan item-item Work Ability Index, keluhan otot dan kekuatan otot pada genggaman tangan. Adapun hasilnya pengolahan data pada tabel 4.13 sampai tabel 4.40.

Dari hasil pengolahan data Work Ability Index dengan keluhan otot pada tabel 4.13. sampai 4.20. hanya kemampuan kerja sekarang ini dibandingkan dengan kemampuan kerja terbaik seumur hidup (item 1 WAI), diagnosa penyakit yang pernah dialami pekerja (item 3), perkiraan menurunnya kemampuan kerja yang diakibatkan berbagi penyakit yang muncul (item 4 WAI), dan point WAI yang terdapat hubungan yang signifikan dengan beberapa anggota tubuh yang mengalami keluhan otot. Item 1 WAI terdapat hubungan yang signifikan dengan keluhan otot bagian punggung atas (berkorelasi kuat 0,546) dan pergelangan kaki (berkorelasi kuat 0,527). Item 3 WAI terdapat hubungan yang signifikan dengan keluhan otot bagian bahu kiri (berkorelasi kuat 0,506). Item 4 WAI terdapat hubungan yang signifikan dengan keluhan otot bagian leher (berkorelasi kuat 0,573). Point WAI terdapat hubungan yang signifikan dengan keluhan otot bagian leher (berkorelasi kuat 0,527), pergelangan tangan kanan (berkorelasi kuat 0,527), pergelangan tangan kiri (berkorelasi kuat 0,527) dan pergelangan kaki (berkorelasi kuat 0,527). Sedangkan untuk item 2 WAI, item 5 WAI, item 6 WAI dan item 7 WAI tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan keluhan otot dan korelasinya pun lemah sampai sangat lemah.

95

Dari hasil pengolahan data item-item Work Ability Index dengan kekuatan otot pada genggaman tangan pada posisi duduk dan berdiri pada tabel 4.21. sampai 4.28. dari hasil pengujian dengan menggunakan uji Rank Spearman Correlation tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Work Ability Index (item 1-7 dan point WAI) dengan kekuatan otot pada genggaman tangan pada posisi duduk maupun berdiri, untuk korelasinya pun lemah sampai sangat lemah. Artinya kekuatan otot pada genggaman tangan tidak berpengaruh terhadap kemampuan kerja pekerja gudang dan distribusi.

Dari hasil pengolahan data keluhan otot dengan kekuatan otot pada genggaman tangan pada posisi duduk dan berdiri pada tabel 4.29. sampai 4.40. dari hasil pengujian dengan menggunakan uji Rank Spearman Correlation tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan otot (leher, bahu kanan, bahu kiri, siku kanan, siku kiri, punggung atas, tulang belakang, pergelangan tangan kanan, pergelangan tangan kiri, paha, lutut dan pergelangan kaki) dengan kekuatan otot pada genggaman tangan pada posisi duduk maupun berdiri, untuk korelasinya pun lemah sampai sangat lemah. Artinya kekuatan otot pada genggaman tangan tidak berpengaruh terhadap keluhan otot.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan Berikut ini kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan tujuan penelititan dan hasil analisis dan pengolahan data yang dilakukan sebelumnya. 1. Kemampuan kerja karyawan PT Industri Telekomunikasi Indonesia bagian gudang dan distribusi berjumlah 15 orang yang berkategori excellent ada lima orang (33,33%), untuk kategori good lima orang (33,33%), untuk kategori moderate lima orang (33,33%) dan tidak ada karyawan yang berkategori poor (0%). Rata-rata point WAI sebesar 39 point yang termasuk ke dalam kategori baik (good).

2.

Tingkat prevalensi keluhan otot tertinggi pada 15 orang pekerja bagian gudang dan distribusi PT Industri Telekomunikasi Indonesia ditemukan bahwa keluhan tertinggi selama 12 bulan terakhir adalah pada bagian leher dan tulang belakang yang masing-masing berjumlah lima orang karyawan (33,33%).

3.

Terdapat hubungan yang signifikan antara Work Ability Index dengan keluhan otot dan berkorelasi kuat, sedangkan untuk Work Ability Index dengan kekuatan otot pada genggaman tangan dan keluhan otot dengan kekuatan otot pada genggaman tangan tidak terdapat hubungan yang signifikan dan berkorelasi lemah.

6.2. Saran Adapun saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Perusahaan sebaiknya lebih memperhatikan kesehatan pekerja karena ratarata umur pekerja bagian gudang dan distribusi berumur 47 tahun meskipun hasil penelitian menunjukan kemampuan kerja pekerja berkategori baik

96

97

(good) tapi apa bila tidak di support dengan berbagai hal kemampuan kerja pekerja bisa saja menurun. Memberi support kepada para karyawan supaya lebih meningkatkan kemampuan kerjanya dan tetap bersemangat dalam memberikan yang terbaik untuk perusahaan. Meningkatkan kesadaran para pekerja akan adanya resiko sesuai

pekerjaannya dengan terus memberikan edukasi sehingga bisa menekan cidera yang diakibatkan oleh pekerjaan.

97

DAFTAR PUSTAKA

1. Andriana, Iyan. (2009), Buku panduan praktikum SPSS, Jurusan Teknik Industri UNIKOM. Bandung. 2. Buzan, Tony. (2005), Mind Map. Jakarta: PT Gramedia. 3. Chasty, Arionita. (2009), Studi Prevalensi Keluhan Muskuloskeletal Pada Pekerja Pabrikasi dan Analisis Faktor Resiko yang Terkait, Tugas Akhir, Universitas Komputer Indonesia. 4. Nurmianto, Eko (2004), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Penerbit PT Guna. 5. Rusdaya, Cecep. (2009), Analisis kemampuan kinerja karyawan pt. Bakrie corrugated metal industry (bcmi) dengan menggunakan work ability index (WAI), Tugas Akhir, Universitas Komputer Indonesia. 6. Sopandi, Heri Ahmad. (2009). Studi Prevalensi Keluhan Muskuloskeletal pada pekerja di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, Tugas Akhir, Universitas Komputer Indonesia. 7. Sutalaksana, Iftikar. (1979), Teknik Tata Cara Kerja, Jurusan Teknik Industri ITB. Bandung. 8. Utami, Sri Budi. (2010), Studi Hubungan Kekuatan Otot Tangan dan Punggung Pada Cleaning Service Unikom, Tugas Akhir, Universitas Komputer Indonesia.

2011
CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap Tempat dan Tanggal lahir Umur Jenis Kelamin Kewarganegaraan Agama Status Alamat Telepon E-mail IPK Riwayat Pendidikan

: Sri Mulyani : Bandung, 13 Oktober 1988 : 22 tahun : Perempuan : Indonesia : Islam : Belum menikah : Jln. Soekarno Hatta Gg. Assalam RT 04 TW 05 no 17 Bandung 40223 : 089655224669 : srimulyani24@gmail.com : 3.49 : Pendidikan Formal 1994 2001 2001 2004 2004 2007 2007 2011

SD Negeri Babakan Ciparay VIII SMP. Negeri 39 Bandung SMA Negeri 13 Bandung S1 Program Studi Teknik Industri FakultasTeknik Dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Bandung Seminar/Pelatihan Seminar dan Kunjungan Industri PT. Asia health Energi Beverages Seminar dan Kunjungan Industri PT. Wijaya Karya Beton Bogor Seminar Budaya Preneurship PT. Asia health Energi Beverages (Kratingdaeng) PT. Wijaya Karya Beton Bogor Pusat Inkubator Bisnis Mahasiswa UNIKOM Bandung PT. Coca Cola Amatil Indonesia, National Plant Cibitung

20 November 2007 25 November 2009 29 Desember 2010

Seminar dan Kunjungan Industri PT Coca Cola Amatil Indonesia

21 Februari 2011

Pengalaman Organisasi Staff muda HMTI UNIKOM Bendahara II HMTI UNIKOM Bendahara I HMTI UNIKOM 2008 2009 2010

Asisten Dosen Asisten Dosen Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Asisten Dosen Sistem Produksi 2010 2011

Keterampilan Bahasa Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Baik Sedang

Keterampilan Aplikasi Komputer Microsoft Office Corel Draw Photoshop Baik Sedang Sedang

Demikian curriculum vitae ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan dilandasi oleh rasa tanggung jawab, dengan harapan bahwa curriculum vitae ini dapat menjadi bahan pertimbangan secara proporsional dan obyektif. Terima kasih.

Bandung, Agustus 2011

Sri Mulyani

You might also like