Professional Documents
Culture Documents
Adapun judul dari percobaan ini adalah beberapa sifat fisik senyawa organik. Tujuan dari pecobaan ini adalah menentukan dan melihat beberapa sifat fisik senyawa organik. Sifat fisik senyawa organik yang di lihat dari percobaan ini adalah titik didih dan titik lebur dari senyawa organik. Metode kerja yang dilakukan pada percobaan ini adalah dengan mengukur titik didih etanol (C 2H6OH) dan titik lebur urea (NH2)2CO dengan menggunakan termometer, kemudian hasilnya di bandingkan dengan data dari literatur yang ada.
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menyangkut dengan senyawa organik, hal yang perlu diketahui terlebih dahulu
dari senyawa organik adalah sifat fisiknya. Bagaimana sifat fisik dari suatu senyawa organik tersebut, baik dari segi titik didih, titik lebur, serta kelarutan yang terjadi. Oleh karena itu, sebelum kita mengenal jauh lebih dalam lagi tentang senyawa organik, ada baiknya kita mempelajari sifat-sifat fisiknya tersebut. Maka dari itu di lakukanlah percobaan kali ini, guna mempelajari sifat-sifat fisik dari suatu senyawa organik tersebut.
1.2
Tujuan Pecobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah : menentukan sifat fisik senyawa kimia, mengukur titik didih dan titik lebur senyawa organic, mengetahui pengaruh tekanan atmosfir terhadap titik didih dan titik lebur.
1.3
Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah : Bagaimana menentukan sifat fisik senyawa kimia? Bagaimana cara mengukur titik didih dan titik lebur senyawa organik? Bagaimana pengaruh tekanan atmosfir terhadap titik didih dan titik lebur?
1.4
Manfaat Percobaan Manfaat yang dapat diambil dari percobaan ini adalah : dapat menentukan sifat fisik senyawa kimia, dapat mengukur titik didih dan titik lebur senyawa organic, dapat mengetahui pengaruh tekanan atmosfir terhadap titik didih dan titik lebur.
3. Banyaknya zat yang digunakan. Zat yang digunakan juga mempengaruhi titik didih suatu zat, dimana semakin banyak zat yang digunakan semakin lambat proses pendidihan sehingga titik didihnya meningkat. (Budiman, Joko.1992: 175-177) Titik didih suatu cairan ialah temperature di mana tekanan uap yang meninggalkan cairan sama dengan tekanan luar. Bila tekanan uap sama dengan tekanan luar (tekanan yang dikenakan), mulai terbentuk gelembung-gelembung uap dalam cairan. Karena tekanan uap dalam gelembung sama dengan tekanan udara, maka gelembung itu dapat mendorong diri lewat permukaan dan bergerak ke fase gas diatas cairan, sehingga cairan itu mendidih. Titik didih air (dalam cairan lain) beraneka ragam menurut tekanan udara. Dipergunakan titik didih air kurang dari 100C, karena tekanan udara kurang dari 1 atm. Saat, air berada dalam keadaan mendidih, gelembung-gelembung besar mulai terbentuk dalam cairan akan naik ke permukaan. Bila gelembung itu telah terbentuk, cairan yang tadinya menempati ruang ini didorong dan permukaan cairan pada wadah dipaksa naik untuk melawan tekanan ke bawah yang ditimbulkan oleh atmosfer. Suhu pada saat cairan mendidih disebut titik didih. Jadi titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap = tekanan atmosfer. Penambahan kecepatan panas pada cairan yang mendidih akan mempercepat terbentuknya gelembung uap air. Cairan pun akan lebih cepat mendidih , tapi suhu didih tidak naik. Titik didih cairan tergantung pada besarnya tekanan atmosfer. Titik didih pada tekanan 1 atm (760 torr) dinamakan sebagai titik didih normal . Pada tekanan yang lebih besar maka titik didihnya juga lebih tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Suhu yang tetap konstan dari cairan yang mendidih dapat dibuktikan bila kita merebus makanan. Waktu air mendidih , suhu akan tetap selama ada air disekeliling makanan tersebut berarti selama airnya belum habis makanan tak ada yang hangus. Itu membuktikan bahwa titik didih berubah dengan berubahnya tekanan. Titik didih dapat digunakan untuk memperkirakan secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antara molekul cairan. Cairan yang gaya tarik antar molekulnya kuat , titik didihnya tinggi dan sebaliknya bila gaya tariknya lemah maka titik didihnya rendah.(Rudi, Yardha. 2008:Hal 102-105)
2.2 Titik Lebur Titik leleh adalah temperatur dimana zat padat berubah wujud menjadi zat cair pada tekanan satu atmosfer. Dengan kata lain,titik leleh merupakan suhu ketika fase padat dan cair sama-sama berada dalam kesetimbangan. Perubahan tekanan tidak mempengaruhi titik leleh suatu zat mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh ikatan hidrogen terhadap titik leleh tidak begitu besar karena pada wujud padat jarak antarmolekul cukup berdekatan dan yang paling berperan terhadap titik leleh adalah berat molekul zat dan bentuk simetris molekul. Titik leleh senyawa organik mudah untuk diamati sebab temperatur dimana pelelehan mulai terjadi hampir sama dengan temperatur dimana zat telah habis meleleh semuanya. Jika zat padat yang diamati tidak murni , maka akan terjadi penyimpangan dari titik leleh senyawa murninya yang berupa penurunan titik leleh dan perluasan range titik leleh. Misal suatu asam murni diamati titik lelehnya pada temperatur 122,1
o
C122,4 oC dari titik lelehnya 122,2 oC. Penambahan 20% zat padat lain akan C. (Rata-rata titik lelehnya lebih rendah 5 oC dan range temperaturnya berubah
mengakibatkan perubahan titik lelehnya menjadi 115 oC -119 oC dari 122,1 oC 122,4
o
menjadi 4 oC dari 0,3 oC ) Pada unsur alkali memiliki satu elektron ikatan dan bertambah lemah jika jari-jari bertambah besar, hal ini menyebabkan titik leleh berkurang dari atas kebawah dalam satu golongan. Unsur halogen terikat oleh gaya Van der Waals yang lemah, gaya ini bertambah jika jari-jari bertambah besar, oleh sebab itu titik leleh bertambah besar dari atas ke bawah dalam satu golongan. Kekuatan ikatan logam bertambah dari kiri ke kanan, sehingga titik leleh bertambah dari kiri ke kanan dalam satu periode. Gas mulia memliki ikatan Van der Waals yang sangat lemah, sehingga titik lelehnya sangat kecil. Titik leleh pada gas mulia ditentukan oleh besarnya nomor atom. Semakin besar nomor atom maka titik lelehnya semakin tinggi. Sementara itu, titik leleh dari karbon sangat tinggi. Dalam menentukan titik leleh suatu zat, adapun faktor-faktor mempengaruhi cepat atau lambatnya zat tersebut meleleh adalah : 1. Ukuran Kristal Ukuran Kristal sangat berpengaruh dalam menentukan titik leleh suatu zat. Apabila semakin besar ukuran partikel yang digunakan, maka semakin sulit terjadinya pelelehan. 2. Banyaknya Sampel. yang
Banyaknya sampel suatu zat juga dapat mempengaruhi cepat lambatnya proses pelelehan. Hal ini dikarenakan, apabila semakin sedikit sampel yang digunakan maka semakin cepat proses pelelehannya, begitu pula sebaliknya jika semakin banyak sampel yang digunakan maka semakin lama proses pelelehannya. 3. Pengemasan Dalam Kapiler. Pemanasan dalam suatu pemanas harus menggunakan bara api atau panas yang bertahan. Adanya senyawa lain yang dapat mempengaruhi range titik leleh.(Yazid, Wandilla. 2008:Hal 78-79).
DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Joko.1992, Kimia Anorganik Dasar, terjemahan dari: Anorganic Chemistry, Cotton, F. Albert dan Geoffrey Wilkinson, 1989, Penerbit UI Press, Jakarta. Hal 175-177 Rudi, Yardha. 2008, Kimia Edisi ke-9, terjemahan dari: Chemistry Ninth Edition, Chang, Raymond, 2007, Mc Graw Hill, New York. Hal 102-105 Yazid, Wandilla. 2008, Standarisasi Kimia, terjemahan dari: AS Level and A Level Chemistry, Ratcliff, Brian, dkk. 2006, Oriental Press, Dubai. Hal 78-79
LAMPIRAN
Hasil yang didapat pada percobaan ini adalah : No Prosedur 3.3.1 3.3.2 Skema Kerja Etanol (C2H6OH) Urea (NH2)2CO Suhu (oC) 60 oC 110 oC