You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Asumsi-asumsi yang melandasi program-program pendidikan seringkali tidak sejalan dengan hakekat belajar, hakekat orang yang belajar dan hakekat orang yang mengajar. Dunia pendidikan, lebih khusus lagi dunia belajar, didekati degan paradigma yang tidak mampu menggambarkan hakekat belajar dan pembelajaran secara komprehensif. Praktik-praktik pendidikan dan pembelajaran sangat diwarnai oleh landasan teoritik dan konseptual yang tidak akurat. Pendidikan dan pembelajaran selama ini hanya mengagungkan pada pembentukan perilaku keseragaman, dengan harapan akan

menghasilkan keteraturan. Ketertiban, dan kepastian (Degeng, 2000). Pembentukan ini dilakukan dengan kebijakan penyeragaman pada berbagai hal di sekolah. Paradigma pendidikan yang mengagungkan keseragaman ternyata telah berhasil mengajarkan anak-anak untuk mengabaikan keberagaman/perbedaan. Dari uraian di atas maka para pendidik dan para perancang pendidikan serta pengembangan program-program pembelajaran perlu menyadari akan pentingnya pemahana terhadap hakikat belajar dan pembelajaran. Berbagai teori belajar dan pembelajaran seperti teori behaviouristik, kognitif, konstruktivitas, humanistik, sibernetik, revolusi sosiokultural, dan kecerdasan ganda, penting untuk dimengerti dan diterapkan sesuai dengan kondisi dan konteks pembelajaran yang dihadapi. Selain itu juga perlu dipahami implementasi pengajarn supaya tercipta pengajaran yang efektif. B. Rumusan Masalah Dari paparan di atas maka pemasalahan dapat di rumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana Konsep Dan Teori Yang Berkaitan Dengan Pembelajaran ? 2. Bagaimana Perkembangan Konsep Belajar dan Pembelajaran di Tinjau Dari Hakikat, Landasan dan Proses Serta Teori Belajar ?

C. Tujuan Adapun tujuan pembuatan makalah ini antara lain : 1. Untuk mengetahui tentang materi yang bersangkutan. 2. Sebagai referensi belajar bagi mahasiswa, khususnya kelompok penyaji. 3. Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok dari mata kuliah yang bersangkutan. 4. Sebagai bahan presentasi kelompok penyaji.

BAB II PEMBAHASAN A. Menganalisis Beberapa Konsep Dan Teori Yang Berkaitan Dengan Pembelajaran 1. Teori deskriptif dan Teori Preskriptif Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori belajar adalah deskriptif, preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, dan deskriptif karena tujuan utama teori belajar adalah memerika proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar. Teori belajar yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran sebagai given, dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given dan metode yang optimal dtempatkan sebagai variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented(untuk mencapai tujuan), sedangkan teori deskriptif adalah goal free(untuk memerikan hasil). Variabel yang diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interasi antara metode dan kondisi. 2. Teori Behaviouristik Teori behaviouristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara

stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons. Penguatan (reinforcement) adaah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positif reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi (negative reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori behaviouristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie. Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai aktifitas mimetic yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut suatu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah menyelesaikan tugas belajarnya. 3. Teori Kognitif Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang. Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan baru dengan steruktur kognitif yag telah dimilii siswa. Materi pelajaran disusun dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhan ke kompleks. Perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mepengaruhi keberhasilan siswa. 4. Teori Konstruktivistik Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan, mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta mampu

berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnnya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan struktur kognitifnya,

memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu, pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan tersebut secara optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu kunstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-guru konstrutivistik yang mengakui dan menghargai dorongan dari manusia atau siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktifitas konstruksi pengetahuan oleh siswa secara optimal. 5. Teori Humanistik Menurut teori humanistik tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai aktualisasi diri secara optimal. Teori humanistik cenderung bersifat eklektik, maksudnya teori ini dapat memanfaatkan teori apa saja asal tujuannya tercapai. Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa untuk berfikir induktif. Teori ini juga amat mementingan faktor pengalaman dan keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar. 6. Teori Sibernetik Teori sibernetik menekankan bahwa belajar adalah pemrosesan informasi. Teori ini lebih mementingkan system informasi dari pesan atau materi yang dipelajari. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi dari pesan tersebut. oleh sebab itu, teori sibernetik berasumsi bahwa tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh system informasi.

Proses pengolahan informasi dalam ingatan dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval). Ingatan terdiri dari struktur informasi yang terorganisasi dan proses penulusuran bergerak secara hirakhis, dari informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang paling umum dan rinci, sampai informasi yang diinginkan diperoleh. Konsepsi landa dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik mengatakan bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear , menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristic menuntut siswa untuk berpikir devergan, menyebar ke beberapa target tujuan sekaligus. Aplikasi teori pengolahan informasi dalam pembelajaran antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mempreskripsikan adanya 1) kapabilitas belajar, 2) peristiwa pembelajaran dan 3) pengorganisasian atau urutan pembelajaran. 7. Teori Revolusi-Sosiokultural Pandangan yang dianggap lebih mampu mengakomodasi tuntunan sosioculturalrevolution adalah teori belajar yang dikembangkan oleh Vygotsky. dikemukakan bahwa peningkatan fungsi-fungsi mental seseorang terutama berasal dari kehidupan social atau kelompoknya, dan bukan sekedar dari individu itu sendiri. teori Vygotsky sebenarnya lebih tepat disebut pendekatan ko-konstruktivisme. Konsep-konsep penting dalam teorinya yaitu genetic low of development, zona of proxsimal development, dan mediasi, mampu membuktikan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar social budaya dan sejarahnya. perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang seturut dengan teori sociogenesis. dimensi kesadaran social bersifat primer sedangkan dimensi individual bersifat sekunder. Berdasarkan teori Vygotsky maka dalam kegiatan pembelajaran hendaknya anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona perkembangan

proxsimalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang. guru perlu menyediakan berbagai jenis dan tingkatan bantuan yang dapat memfasilitasi anak agar mereka dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya. bantuan dapat dalam bentuk contoh, pedoman, bimbingan orang lain atau teman yang lebih kompeten. bentuk-bentuk pembelajarn kooperatif kolaboratif serta belajar kontekstual sangat tepat digunakan. sedngkan anak yang telah mampu belajar sendiri perlu ditingkatkan tuntutannya, segingga tidak perlu menunggu anak yang berada di bawahnya dengan demikian diperlukan pemahaman yang tepat tentang karaktristik siswa dan budayanya sebagai pijakan dalam pembelajaran. 8. Teori Kecerdasan Ganda Kecerdasan ganda yang dikemukakan oleh Gardner yang kemudian dikembangkan oleh para tokoh lain, terdiri dari kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan logika/matematik, keserdasan visual/ruang, kecerdasan tubuh/gerak tubuh, kecerdasan musical/ritmik, keceedasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan naturalis, kecerdasan spiritual, dan kecerdasan eksistensial, perlu dilatihkan dalam rangka mengembangkan

keterampilan hidup. semua kecerdasan ini sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. komposisi keterpaduannya berbeda-beda pada masing-masing orang dan pada masingmasing budaya, namun secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan. kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan lainnya dalam memecahkan masalah. Para pakar kecerdasan sebelum Gardner cenderung memberikan tekanan terhadap kecerdasan hanya terbatas pada aspek kognitif, sehingga manusia telah tereduksi menjadi sekedar komponen kognitif. Gardner melakukan hal yang berbeda, ia memandang manusia tidak hanya sekedar komponen kognitif, namun suatu keseluruhan. melalui teori kecerdasan ganda ia berusaha menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang kecerdasan (inteligensi). tidak ada manusia yang sangat cerdas dan tidak cerdas untuk seluruh aspek yang ada pada dirinya. yang ada adalah ada manusia yang memiliki kecerdasan tinggi pada salah satu kecerdasan yang dimilikinya. mungkin seseorang memiliki kecerdasan tinggi untuk kecerdasan logika-matematika tetapi tidak untuk kecerdasan music atau kecerdasan bidy-kinestetik. Srategi pembelajaran kecerdasan ganda bertujuan agar semua potensi anak dapat berkembang. strategi dasar pembelajarannya dimulai dengan (1) membangunkan/memicu

kecerdasan, (2) memperkuat kecerdasan, (3) mengajarkan dengan /untuk kecerdasan, dan (4) mentransfer kecerdasan. 9. Teori Pembelajaran Menurut Islam Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajar dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar. Dalam AlQuran, kata al-ilm dan turunannya berulang sebanyak 780 kali. Seperti yang termaktub dalam wahyu yang pertama turun kepada baginda Rasulullah SAW yakni Al-Alaq ayat 1-5. Ayat ini menjadi bukti bahwa Al-Quran memandang bahwa aktivitas belajar merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berupa menyampaikan, menelaah,mencari, dan mengkaji, serta meniliti. Selain Al-Quran, Al Hadist juga banyak menerangkan tentang pentingnya menuntut ilmu. Proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Selain itu, belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah. Artinya, belajar sebagai manifestasi perwujudan rasa syukur manusia sebagai seorang hamba kepada Allah SWT yang telah mengaruniakan akal. Lebih dari itu, hasil dari proses belajar-mengajar yang berupa ilmu (kemampuan dalam tiga ranah tersebut), hendaknya dapat diamalkan dan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk kemaslahatan diri dan manusia. Buah ilmu adalah amal. Pengamalan serta pemanfaatan ilmu hendaknya dalam koridor keridhaan Allah, yakni untuk mengembangkan dan melestarikan agama Islam dan menghilangkan kebodohan, baik pada dirinya maupun orang lain. Inilah buah dari ilmu yang menurut al-Zarnuji akan dapat menghantarkan kebahagiaan hidup di dunia maupun akhirat kelak. Para guru harus memiliki perangai yang terpuji. Guru disyaratkan memiliki sifat wara (meninggalkan hal-hal yang terlarang), memiliki kompetensi (kemampuan) dibanding

muridnya, dan berumur (lebih tua usianya) serta memiliki kedewasaan (baik ilmu maupun umur). B. Perkembangan Konsep Belajar dan Pembelajaran di Tinjau Dari Hakikat, Landasan dan Proses Serta Teori Belajar. 1. Hakikat Belajar Belajar merupakan aktivitas yang di sengaja dan di lakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri, dengan belajar anak yang tadinya tidak mampu melakukan sesuatu, atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil, contoh lain sebut saja maharani, yang tadinya tidak dapat berjalan menjadi dapat berjalan adalah karena maharani sudah belajar berjalan, begitu juga individu menjadi pintar bila rajin belajar memahi ilmu tersebut. Belajar menurut gagne (1984), adalah suatu proses di mana suatu organism beruba prilakunya sebagai akibat pengalaman. Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsure pokok dalam belajar yaitu: (1) proses, (2) perubahan prilaku, dan (3) pengalaman. a. Proses Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang di katan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat di amati oranglain akan tetapi di rasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai aktivitas siswa pikiran dan perasaan siswa sebagai contoh siswa bertanya ,menanggapi, menjawab pertanyaan, memecahkan persoalan, melaporkan hasil kerja,membuat rangkuman. Itu semua gejala yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa. b. Perubahan prilaku Hasil belajar akan tampak pada perubahan prilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya,

pengetahuan dan keterampilannya bertambah, dan penguasaan nilai-nilai dan skap bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perunbahan prilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku karena factor kematangan, karena lupa karena minum-minuman keras bukan termasuk hasil belajar, karena bukan perubahan dari hasil pengalaman (berintraksi dengan lingkungan), dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas. Perubahan prilaku sebagai hasil belajar di klasifikasikan menjadi tiga domain yaitu: kogniti, Afektif, Psikomotorik. Domain kognitif meliputi prilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis) dan mengevaluasi (evaluation). Domain Efekitf berkaitan dengan prilaku daya rasa atau emosional manusia. Domain Psikomotorik berkaitan dengan prilaku dan bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik). c. Pengalaman Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berintraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk ciiptaan manusia (cultural). Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang/menantang siswa untuk belajar apalagi bagim siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang di perlukan untuk belajar siswa ini di disain secara integral akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang efektif. 2. Hakikat Pembelajaran Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran, dan istilah belajar mengajar yang dapat kita perdebatkan atau kita abaika saja yang penting makna

10

dari ketiganya. Pembelajaran adalah suatu upaya yang di lakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan belajar, yaitu sekedar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan di laksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi. Menurut Modhoifir (1987:30) pada garis besarnya ada empat pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa. Kedua pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pola pembelajaran ini guru sudah di bantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang di sebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan menerangkan suatu pesan yang bersifat abstrak. Ketiga pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatas guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Jadi pola

pembelanjaran bergantian antara guru dan media berintraksi dalam berintraksi dengan siswa. Maka bahan pembelajarannya harus di persiapka secara bervariasi juga. Menurut adams & Dickey ( dalam Oemar hamalik, 2005 ), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi: a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor) b. Guru pembimbing (teacher as counselor) c. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientis) d. Guru sebgai pribadi (teacher as person) Bahkan dalam arti luas , di mana sekolah berubah fungsi menjadi penghubung anta ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru menjadi luas.

11

3. Landasa Konsep Pembelajaran a. Filsafat Proses belajar pada dasarnya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian manusia denganberbagai tuntutan dalam

kehidupanya.secara filosofis belajar berarti mengingatkan kembali kepada manusia mengenai makna hidup yang bias di lalui melalui proses meniru, memahami mengamati, merasakan, mengkaji, melakukan, dan meyakini suatu kebenaran sehingga semuanya memberikan kemudahan dalam mencapai segala yang di cita-citakan manusia. Belajar di perlukan oleh individu (manusia). Akan tetapi belajar juga harus di pahami sebagai sesuatu kegiatan dalam mencari dan membuktikan kebenara. Harapan para filosois bahwa dengan belajar segala kebenaranrnya di semesta ini bias di nikmati oleh manusia yang pada akhirnya akan menyadari bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan. b. Psikologi Prilaku manusia bias berubah karena belajar, akan tetapi apakah manusia itu memahami prilakunya sendiri, atau menyadari dia harus berprilaku seperti apa jika berada atau di hadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka prilaku yang masih di cari inilah yang dapat di kaitkan dengan kajian dari ilmu psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajar gejala kejiwaan yang akhirnya mempelajari produk dari gejala kejiwaan ini dalam bentuk prilaku-prilaku yang tampak dan sangant di butuhkan dalam proses belajar. c. Sosiologi Manusia adalah mahluk individu dan sosial, melalui belajar, individu bias mempelajari lawan beersosialisasi, teman hidup bersama dam mampu membangun masyarakat sampai dengan Negara dan bangsa. Jika dalam belajar tanpa arah dan tujuan pada makna hidup sebagai mahluk sosial, maka belajar akan di jadikan cara untuk saling menguasai memusnakan karena segala sesuatu yang di pelajari, di ketahui, di pahamai melalu belajar, tidak di gunakan dalam menciptakan kondisi kedamaian dunia. Landasan

12

sosiologis ini sngan penting dalam mengiringi perkembangan inovasi pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang hedonistik. Maka pemahaman akan belajar yang di tinjau dari sosiologis inilah yang sangat di butuhkan dewasa ini. d. Komunikasi Pendidikan dan komunikasi ibarat setali tiga uang yang satu memberikan pemaknaan terhadap yang lainya. Dalam prakteknya proses belajar atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan di temukan. Suatu proses komunikasi. e. Tekhnologi Pembelajaran erat kaitannya dengan penggunaan teknologi pendidikan,

pembelajaran yang konprehensip harus memerhatikan peerbedaan interesp siswa, di mana siswa ada yang tipe auditif, visual dan kinestetik. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan menjembatani keempat minat siswa tersebut sehingga pembelajaran lebih akomodatif dan menyenangkan, sehingga pada gilirannya, akan meningkatkan kualitas pembelajaranya. 4. Proses Pembelajaran Bila semua pradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran siswaaktif. Learning how to learn, penyiapan sumber daya telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran: (1) kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila di anggap perlu memberikan pretest; (2) kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap sesuai dengan tujuan dan

13

materi yang akan di sampaikan; (3) kegiatan akhir, yaitu: menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila di anggap perl 5. Hasil Belajar Dari Pembelajaran Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan sempurna jika berhenti pada definisi atau proses. Maka perlu untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat di harapkan sekali oleh semua masyarakat belajar khususnya peserta didik. a. Hasil Belajar Secara umum hasil belajar di pengaruhi oleh factor internal,yaitu factor-faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan factor eksternal yaitu factor yang berasal dari luar diri manusia,yang tergolong factor internal yaitu: 1. Faktor fisiologis dan jasmani indvindu baik bersifat yang bawaa maupun yang diperoleh dengan mendengan ,melihat,suktur tubuh,cacat tubuh dan sebagainya. 2. Factor fisikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan,Yang meliputi; a. faktor intelektual terdiri atas; 1) Faktor potensial,yaitu intelejensi dan bakat. 2) Faktor actual yaitu keckapan nyata dan prestasi b. faktor non-intelektual yaitu komponen-komponen keperibadian tertentu seperti sikap ,minat ,kebiasaan ,motiasi ,kebutuhan ,konsepdiri,penyusuan diri,emosional dan sebagainya. 3. Faktor kematngan fisik maupun psikis. Yang tergolong factor eksternal ialah; a. Factor yang terdiri atas; 1) Factor kelompok 2) Factor lingkungan sekolah 3) Factor lingkungan keluarga 4) Factor lingkungan masyarakat b. Factor budaya seperti ;adat istiadat,ilmu pengetahuanteknologi,kesenian dan sebagainya.

14

c. Faktor lingkungan fisik,seperti fasilias rumah,fasilitas belajar,iklim dan sebagainya d. Faktor spiritual dan keagamaan.

Factor-fktor tersebut saling berinterksi secara lagsung maupun tidak langsung dalam memengaruhi hasil belajar yang di capai seseorang.karena adanya factor-faktor tertentu memengaruhi prestasi belajar yaitu motivasi berprestasi,ntelejensi,dan

kecemasan.

b. Motivasi Menuju Proses Pembelajaran Pengaruh motivasi disini adalah motivasi baik interen maupun eksteren terhadap hasil belajar yang dimaksud.menurut hilgar,motiv merupakan tenaga pengggerak yang memengaruhi kesiapan untuk memulai melakukan rangkaia kegiantan dalam suatu prilaku.menurut jenisnya,motif di bedakan menjadi motif primer dan motif skunder,yang dikutip oleh syamsudin (1990),membedakan motif sebagai berikut: 1) Motif primer (primary motive) atau motiv dasar (basic motiv) menunjukan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motiv) yang juga di gunakan istilah dorongan (drive) 2) Motif skunder(skundary motif) menunjukan kepada motiv yang brkembang dalm diri individu karena pengalaman,dan dipelajari (condition and

reinforcemen).kedalam golongan ini termasuk: a) Takut yang di pelaajri (learning fears) b) Motif motif social(ingin di terima,di hargai conformitas,infiiasi

persetujuan,status ,merasa aman,dan sebagainya) c) Motif motif dan interes(eksplorasi,manipulasi,minat) d) Maksud (purposes) dan aspirasi e) Motif berprestasi (achimen motive)

15

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Hal yang harus disadari saat ini adalah pentingnya belajar konsep tentang sesuatu. Konsep yang dimaksud disini tidak lain dari kategori-kategori yang kita berikan dari stimulus atau rangsangan yang ada di lingkungan kita. Konsep yang ada di dalam struktur kognitif individu merupakan hasil dari pengalaman yang ia peroleh. Jika keadaannya demikian, sebagian konsep yang dimiliki individu merupakan hasil dari proses belajar yang mana proses hasil dari proses belajar ini akan menjadi pondasi (building blocks) dalam struktur berpikir individu. Konsep-konsep inilah yang dijadikan dasar oleh seseorang dalam memecahkan masalah, mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan hal-hal lain yang ada keterkaitannya dengan apa yang harus dilakukan oleh individu. Definisi konsep menurut sebagian besar orang adalah sesuatu yang diterima dalam pikiran atau ide yang umum dan abstrak. Menurut salah satu ahli, konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili suatu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau hubungan yang mempunyai atribut yang sama.

B. Saran Di dalam penulisan makalah ini sangat banyak sekali yang harus di perhatikan contohnya di dalam dunia pendidikan seharusnya terapan yang harus di perhatikan adalah yang pertama itu adalah program pendidikan, karena di sinilah kita dapat mengetahui apa yang harus di lakukan oleh setiap sekolah sudah menerapkan suatu program pendidikan yang baik agar tujuannya untuk mendapatkan kualitas peserta didik yang baik dan mempunyai nilai saing dalm dunia pendidikan. Dan kami sangat mengharapkan dari berbagai pihak untuk memberikan support atau partisipasinya agar dunia pendidikan akan terus bejalan seiring dengan waktu yang gunakan untuk saat ini dalam mengejar ilmu pengetahuan yang rasional.di sini peran pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang bermoral dan berilmu tinggi sangat di harapakan oleh masyarakat pada umumnya.

16

DAFTAR PUSTAKA Tim Pengembang MKOP. 2006. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada arassh.wordpress.com/2011/06/02/konsep-dasar-pembelajaran/ http://www.vilila.com/2010/03/bab-1-konsep-dasar-pembelajaran.html#ixzz1qiknXlNt Sofyan Harseno. edukasi.kompasiana.com/.../konsep-dasar-belajar-dan-pembelajaran/

17

You might also like