You are on page 1of 11

HALAMAN PENGESAHAN JUDUL

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas strategis dan menjadi prioritas bangsa Indonesia dalam menunjang ketahanan pangan nasional sehingga sebagian besar penduduk Indonesia tergantung pada komoditi ini. Indonesia tercatat sebagai negara konsumen beras terbesar dibanding Negara lain di ASEAN. Kebutuhan beras berkapita rakyat Indonesia dalam setahun 132 kg. Jumlah penduduk Indonesia kurang lebih 229 juta jiwa menempati urutan pertama pengkonsumsi beras terbanyak di dunia. Untuk tahun 2010 ditargetkan produksi gabah kering giling sebesar 27 juta ton pertahunnya (Anonim, 2010) Di Sulawesi selatan pada tahun 2009 angka ramalan II diperkirakan sebesar 4,14 juta ton gabah kering giling. Jika dibandingkan dengan tahun 2007 sebesar 3,64 juta ton dan 2008 sebesar 4,08 juta ton mengalami peningkatan sebesar 12,33 % (BPS, 2009). Kabupaten pinrang merupakan salah satu sentral produksi beras di Sulawesi Selatan dimana pada tahun 2009 luas tanam mencapai 96,757 hektar dengan luas panen 86,751 hektar, sedangkan produksi mencapai 506.970,98 ton dengan produktivitas 5,84 ton. Upaya peningkatan produksi terus menerus dilakukan, namun dalam peningkatan produksi tersebut masih ditemukan permasalahan besar yang perlu perhatian khusus oleh semua pihak yaitu besarnya tingkat kehilangan hasil pada saat panen dan pasca panen serta mutu gabah / beras yang relatif rendah dan variatif. Rata-rata kehilangan hasil produksi padi mulai dari panen perontokan, pengangkutan, penjemuran, penggilingan dan penyimpanan adalah 19,18 %. Kehilangan yang sangat tinggi terdiri dari kegiatan panen sebesar 9,19 % perontokan 4,98 %, pengangkutan 0,15 %, penjemuran 1,66 %, penyimpanan 0,26 % serta penggilingan mencapai 2,94 % (Anonim, 1999)

Tingginya kehilangan hasil ini disebabkan antara lain karena penanganan panen dan pasca panen hasil pertanian masih banyak di tangani secara tradisional dan relative tertinggal jika dibandingkan kegiatan pra panen, hal ini antara lain ditandai dengan rendahnya penerapan sarana dan teknologi panen/pasca panen serta pengelolaan hasil panen yang belum optimal. Disamping itu waktu panen yang kurang tepat, terbatasnya peralatan pendukung. Belum optimalnya pemanfaatan peralatan mesin pascapanen yang tersedia pada masyarakat tani, penempatan dan pengalokasian peralatan mesin pascapanen yang kurang tepat serta kemampuan dan pengetahuan petani dalam penanganan panen dan pascapanen masih terbatas juga. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya kehilangan hasil padi serta rendahnya mutu gabah petani (Hasbullah, 2008). Penanganan panen dan pascapanen merupakan kegiatan yang sama pentingnya dengan kegiatan prapanen bertujuan untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan mutu yang baik maka kegiatan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan mutu dan kualitas komoditi supaya tetap sama seperti pada waktu panen, mengurangi susut tercecer dan semua proses kegiatan yang sama pada kegiatan harga jual (Anonim, 1999). Untuk menekan tingkat kehilangan hasil produksi perlu diupayakan penerapan teknologi panen dan pascapanen, olehnya itu penulis mengangkat judul Penerapan Teknologi Panen dan Perontokan pada Usaha tani Padi di Kelurahan Salo Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang.

1.2 Permasalah Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana penerapan teknologi panen dan perontokan pada usaha tani yang dilakukan oleh petani di Kelurahan Salo Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ?

2. Seberapa besar tingkat kehilangan hasil akibat penerapan teknologi panen dan perontokan pada usahatani padi di Kelurahan Salo Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang ? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan teknologi panen dan perontokan pada usahatani yang dilakukan oleh petani 2. Untuk mengetahui tingkat kehilangan hasil akibat penerapan teknologi panen dan perontokan pada usahatani padi. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Dapat dijadikan informasi dalams setiap kegiatan penyuluhan 2. Dapat dijadikan masukan kepada pemerintah dalam menyusun dan mentapkan kebijakan pembangunan pertanian.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usahatani Mosher (1987), mendefinisikan usahatani sebagai suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia seorang pemilik, penyakap, atau manajer yang digaji. Jadi usahatani dalam pengertian ini adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tanah dan air. Perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang berdiri di atas tanah dan sebagainya. Sejalan dengan itu Soekartawi (1986), mendefinisikan usahatani sebagai organisasi dari alam dan modal yang ditunjukan kepada produksi di lapangan pertanian. Organisasi ini ketalaksanaan berdiri sendiri dan sengaja dilaksanakan oleh seorang atau kumpulan orang. Usahatani pada dasarnya merupakan pokok pemilihan antara berbagai alternatif maupun sumber daya. 2.2 Tanaman Padi Padi berasal dari dua benua, Oryza fatua Koening dan Oryz sative L, berasal dari Benua Asia (pegunungan Himalaya) sedangkan Oryza Stapfii Roschev dan Oryza glaberrima Steund berasal dari Benua Afrika atau tepatnya Afrika Barat (Chevalier dan Neguler dalam AKK, 1990). Padi menjadi bahan makanan pokok, selain karena rasanya yang enak dan mudah diolah juga karena padi mengandung karbohidrat yang merupakan bahan yang mudah diubah menjadi energi, serta protein, lemak, serat kasar, abu dan vitamin yang merupakan zat pembangun bagi tubuh Tanaman padi termasuk golongan tanaman semusim. Bentuk batangnya bulat dan berongga, daunnya memanjang seperti pita yang terdiri dari ruas-ruas batang

dan mempunyai sebuah malai yang terdapat pada ujung batang. Secara garis besar bagian-bagian tanaman terdiri dari bagian vegetatif yang meliputi akar, batang dan daun sedangkan bagian generatif meliputi malai yang terdiri dari butir-butir daun berbunga (Anonim, 1997) 2.3 Teknologi Panen dan Perontokkan Kehilangan hasil pada saat panen dan atau pengolahan setelah dipanen sering tidak secara cermat mendapat perhatian. Kehilangan hasil pada saat panen dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : cara/teknik panen, termasuk jenis alat panen yang digunakan, waktu panen dihubungkan dengan tingkat kematangan organ hasil tanaman yang akan dipanen, umur, keterampilan tenaga kerja, dan kondisi cuaca saat pelaksanaan panen. Jika seluruh faktor-faktor ini dicermati, maka secara kumulatif dapat dikurangi persentase kehilangan hasil nyata (Anonim, 2006). Pengembangan teknologi untuk mengurangi kehilangan hasil ini dapat memberi konstribusi yang nyata terhadap upaya penyediaan pangan bagi masyarakat. Teknologi panen dan pascapanen untuk mengurangi kehilangan ini spektrumnya sangat luas karena jenis faktor penyebabnya yang sangat beragam. Penanganan pascapanen padi meliputi tahap-tahap kegiatan yaitu penentuan saat panen, pemanenan, penumpukan dan pengumpulan, perontokan, pengeringan gabah, pengemasan dan penyimpanan gabah, penggilingan, pengemasan dan

penyimpanan beras (Anonim, 2006) 2.3.1 Penentuan Saat Panen Padi Penentuan saat panen merupakan tahap awal dari kegiatan penaganan pascapanen padi. Ketidaktepatan dalam penentuan saat panen dapat mengakibatkan tingkat yang tinggi dan mutu gabah/beras yang rendah. Penentuan saat panen harus dilakukan berdasarkan pengamatan visual dan pengamatan teoritis. 1. Pengamatan Visual

Pengamatan visual dilakukan dengan cara melihat penampakan padi pada hamparan lahan sawah. Berdasarkan penampakan visual, umur panen optimal padi dicapai apabila 90 sampai 95 persen butir gabah pada malai padi sudah berwarna kuning atau kuning keemasan. Padi yang dipanen pada kondisi tersebut akan menghasilkan gabah berkualitas baik sehingga menghasilkan rendemen giling yang tinggi 2. Pengamatan Teoretis Pengamatan teoritis dilakukan dengan melihat deskripsi varietas padi dan mengukur kadar air dengan moisture tester. Berdasarkan deskripsi varietas padi, umur panen padi yang tepat adalah 30 sampai 35 hari setelah berbunga merata atau antara 135 sampai 145 hari setelah tanam. Berdasarkan kadar air, umur panen dicapai setelah kadar air gabah mencapai 22-23 persen pada musim kemarau, dan antara 24-26 persen pada musim penghujan. 2.3.2 Pemanenan Padi Menurut Ishak (2002) panen merupakan kegiatan awal pascapanen. Panen yang benar dilakukan dengan cara yang baik akan menekan kehilangan hasil secara kuantitatif, sedangkan waktu panen yang tepat akan menentukan kualitas gabah Gabah jatuh yang tercecer selama panen tergantung pada alat panen, tinggi tangkai yang dipanen, jumlah berhektar. Waktu panen yang diperlukan berhektar pengambil keputusan untuk panen (pemilik, petani penyewa dan pedagang pengumpul (yang telah membeli sebelum panen), bagi hasil atau pembayaran cash, panen saja atau panen plus perontokan, masalah dalam pemanenan (terlambat karena kurang tenaga permanen, tercecer, dan sebagainya. Situasi dimana pemilik merangkap pemanen) Pemanen yang tidak tepat waktu akan menyebabkan terjadinya susut yang lebih tinggi. Terlambat panen satu Minggu meningkatkan susut panen dari 3,35 % menjadi 8,64 %. Jumlah penderep umumnya tidak bisa

dikendalikan oleh petani pemiliknya. Luasan satu hektar yang idealnya dipanen oleh 20-30 orang sering kali dikerjakan oleh 50 orang atau lebih. Mereka memanen dengan sistem keroyokan, berebut untuk mendapatkan jatah pemanenan yang lebih banyak. Sistem pemanenan seperti ini menyebabkan terjadinya susut saat panen (SPP), susut penumpukan sementara (SPS) dan susut Perontokan (SPR) yang cukup tinggi mencapai 18,6 persen (Hasbullah, 2008) 2.3.3 Perontokan Perontokan merupakan tahapan pascapanen setelah pemotongan atau panen. Perontokan bertujuan untuk melepaskan butir-butir gabah dari malai. Susut bobot dapat terjadi dengan terlemparnya gabah keluar dari alas penampung gabah pada waktu perontokan serta tidak terontoknya sebagian gabah dari malai. (Nugroho, 2008) Perontokan padi harus ditangani dengan baik. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 persen. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam perontokan padi adalah penundaan perontokan, dan alat/mesin perontok yang digunakan. Alat dan mesin yang digunakan untuk merontok padi telah mengalami perkembangan dari gebotan menjadi thresher atau power thresher. 2.3.4 Dampak Sosial Ekonomi Penanganan Pascapanen Keadaan pangan di suatu daerah menjadi tidak stabil apabila antara kebutuhan dan penyediaan tidak seimbang, hal ini akan mendorong para petani dan keluarganya lebih giat mengerjakan sawahnya untuk ditanami padi. Dari sisi ekonomi dan strata sosial seseorang menuntut kecenderungan memanfaatkan beras sebagai bahan pokok sehingga permintaan beras di masa yang akan datang sangat tergantung pada pertumbuhan penduduk dan perkembangan ekonomi dari segi strata sosial.

Untuk meningkatkan hasil produksi padi dengan menerapkan 10 paket teknologi untuk melestarikan swasembada beras masih harus dihadapi dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang, sehingga peluang agrobisnis tanaman padi dapat terbuka lebar bagi para petani. Perbaikan pascapanen padi secara ekonomi sangat menguntungkan salah contoh, luas pertanaman padi sawah satu hektar dengan produksi 6

ton/ha, varietas yang digunakan Ciliwung di panen pada umur 56 hari setelah berbunga tingkat kehilangan hasilnya mencapai 14,3 persen atau 858 kg/ha gabah kering panen, tetapi kalau di panen pada umur 26-30 hari setelah berbunga tingkat kehilangan hasil hanya sekitar 4,45 persen atau 267 kg/ha gabah kering panen, dengan demikian salah satu upaya penanganan pascapanen padi yaitu dengan waktu yang tepat dapat menekan kehilangan produksi sebanyak 591 kg/ha gabah kering panen (Rumiaty, 1992). Apabila kita akan melaksanakan suatu usahatani maka kita harus mempunyai dasar pengetahuan ekonomi dalam merencanakan dan melaksanakan usahatani maka seorang akan memerlukan prinsip-prinsip ekonomi yang dapat membantu cara penyusunan pengolahan dasar agar menjadi data yang sifatnya analisis (Nuraeni, 2001). Prinsip ekonomi ini terdiri dari beberapa aturan yang kalau diikuti akan menghasilkan lahan maksimal, prinsip ini terdiri dari 3 langkah yaitu : 1. Mendapatkan data fisik dan memprosesnya sehingga menjadikan informasi yang berguna 2. Menjadikan bahan informasi yang berguna 3. Menggunakan aturan yang cocok untuk pengambilan keputusan untuk keuntungan maksimal (Nuraeni, 2001) 2.4 Hipotesis 1. Penerapan teknologi panen yang dibutuhkan oleh petani sepenuhnya dilakukan secara nyaris

2. Tingkat ffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffffff

III.METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Salo Kecamatan Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Dipilihnya daerah ini sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan dominan petani sawah. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan, mulai bulan April 2010 sampai dengan bulan Juni 2010. 3.2 Metode Penelitian dan Penentuan Sampel Metode Yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus petani yang mengusahakan kegiatan usahatani padi dikelurahan Salo kecamatan Pinrang Watang Sawitto Kabupaten Pinrang. Penentuan sampel dilakukan secara acak sederhana, jumlah sampel yang dipilih sebanyak 30 orang petani sekitar 10 persen dari jumlah populasi 306 orang. 3.3 Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung terdapat petani sampel dengan menggunakan kuesioner 3.4 Analisis Data Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat kehilangan hasil panen dan pascapanen padi serta keuntungan ekonomi dianalisis dengan menggunakan rumus : 1. Susut Panen Panen = F/(H+U+F) x 100 % Dimana

H = Total berat gabah rontokan kasar yang diperoleh dari target sawah yang diteliti U = Total berat gabah kasar yang hilang pada perontokkan F = Total berat gabah kasar yang tertinggal pada target sawah yang diteliti 2. Perontokan dan Pembersihan Panen

3.5 Konsep Operasional Untuk menyamakan persepsi dan mengarahkan penelitian, berikut ini disajikan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Petani padi adalah seseorang yang melakukan kegiatan berusahatani padi.

You might also like