You are on page 1of 30

Taksonomi Kesalahan Berbahasa

Taksonomi Kesalahan Berbahasa


Pengantar

Kesalahan berbahasa merupakan sisi yang memunyai cacat pada ujaran atau tulisan. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa (Tarigan, 1988:141). Hal itu dapat diketahui bahwa kesalahan adalah penyimpangan norma-norma bahasa yang telah ditetapkan dalam penggunaan bahasa. Kesalahan berbahasa ini dapat dilakukan oleh siapa saja. Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua. Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa. Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang dikemukakan Tarigan (1988), antara lain: (1) taksonomi kategori linguistik; (2) taksonomi siasat permukaan; (3) taksonomi komparatif; dan (4) taksonomi efek komunikatif. Taksonomi Siasat Permukaan Taksonomi siasat permukaan (atau surface strategy taxonomy) menyoroti bagaimana caracaranya struktur-struktur permukaan berubah (Tarigan, 1988:148). Secara garis besarnya, kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam siasat permukaan ini adalah: (1) penghilangan (omission) adalah kesalahan-kesalahan yang bersifat penghilangan ini ditandai oleh ketidakhadiran suatu butir yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar. Contoh kalimat: Kami membeli makanan enak warung.

Kalimat tersebut mengalami kerancuan makna karena penghilangan butir kata (preposisi) yang tidak seharusnya terjadi. Seharusnya kalimat yang benar adalah: Kami membeli makanan di warung. (2) Penambahan (addition), penambahan ini adalah kebalikan dari penghilangan, yaitu kesalahan penambahan ini ditandai oleh hadirnya suatu butir atau unsur yang seharusnya tidak muncul dalam ucapan yang baik dan benar. Contoh kalimat: Para mahasiswa-mahasiswa. Banyak rumah-rumah. Yang seharusnya: Para mahasiswa atau mahasiswa-mahasiswa Banyak rumah atau rumah-rumah (3) Salah formasi (misformation), kesalahan misformation ini ditandai oleh pemakaian bentuk morfem atau struktur yang salah. Kalau dalam kesalahan penghilangan, unsure itu tidak ada atau tidak tersedia sama sekali, maka dalam kesalahan formasi ini sang pelajar menyediakan serta memberikan sesuatu, walaupun hal itu tidak benar sama sekali. Contoh kalimat: The dog eated the chicken. Ciri kala lalu diutamakan oleh pelajar pada verba eated padahal itu tidak benar sama sekali; seharurnya ate, atau: The dog ate the chicken. (5) Salah susun (misodering) ditandai oleh penempatan yang tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem dalam suatu ucapan atau ujaran. Contoh: I met there some Germans (kalimat) Another my friend (frasa)

Para pelajar banyak melakukan kesalahan-kesalahan tertulis yang merupakan terjemahan kalamiah atau terjemahan kata demi kata struktur-struktur permukaan bahasa asli atau bahasa ibu. (Tarigan, 1988:148-158) Taksonomi Komparatif Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif (atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan B2 dan tipetipe konstruksi tertentu lainnya (Tarigan, 1988:158). Sebagai contoh kalau kita menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris sebagai B1. Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif dapat dibedakan: (1) kesalahan perkembangan (development errors) adalah kesalahan-kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar bahasa sasaran sebagai B1 mereka. Contoh: I like do it (I like to do it) Jim doesnt likes it (Jim doesnt like it) I not craying (I am not craying) (2) kesalahan antarbahasa (interlingual errors) adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata mengacu pada kesalahan B2 yang mencerminkan struktur bahasa asli atau bahasa ibi, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Contoh: Dia datang Bandung dari. Contoh di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang belajar bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti dari Bandung). (3) kesalahan taksa (atau ambiguous errors) adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa.

Contoh: Konstruksi yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar bahasa Indonesia sebagai B1 mereka. Menulis saya (Saya menulis) Tidur dia (Dia tidur) Pergi kami (Kami pergi). (4) kesalahan lain (other errors) menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang mengacu pada keunikannya bagi para pelajar B2. Contoh: She hungry (dengan menghilangkan auxiliary) Contoh di atas merupakan struktur bahasa yang digunakan seorang pelajar dengan bahasa ibunya (Spanyol) dan juga tidak perkembangan B2 (seperti She hungry dengan menghilangkan auxiliary). (Tarigan, 1988:158-163). Taksonomi Efek Komunikatif Taksonomi efek komunikatif memandang serta menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau pembaca (Tarigan, 1988:164). Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu: (1) kesalahan global (global errors) Kesalahan global adalah kesalahan yang memengaruhi kesalahan organisasi kalimat sehingga benar-banar mengganggu komunikasi. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan gobal mencakup: a. Salah menyusun unsur pokok. Misalnya: Bahasa Indonesia banyak orang disenangi. Yang seharusnya: Bahasa Indonesia disenangi banyak orang. b. Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung.

Misalnya: Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang. Yang seharusnya: Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang. c. hilangnya ciri kalimat pasif. Misalnya: Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan. Yang seharusnya: Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan. (2) kesalahan local (local errors) Kelahan lokal adalah kesalahan yang memepengaruhi sebuah unsur dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan. Keslahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka burt dan Kiparsky menyebutnya kesalahan lokal. Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan local itu antara lain sebagai berikut. Penyelesaikan tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat. Jumlah mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu. Penyerahan hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah. Yang seharusnya: Tugas itu dislesaikannya dengan penuh semangat. Mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu. Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah. (Tarigan, 1988: 164-166) Taksonomi Kategori Linguistik

Taksonomi kategori linguistik mengklasifikasikan kesalahan-kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik atau unsur linguistik tertentu yang dipengaruhi oleh kesalahan. Komponenkomponen linguistik mencakup fonologi (ucapan), sintaksis dan morfologi (tata bahasa, gramatikal), semantik dan leksikon (makna dan kosakata), dan wacana (gaya) (Tarigan, 1988:145). Taksonomi kategori linguistik dijadikan sebagai dasar penelitian kesalahan berbahasa. Unsurunsur kesalahan berbahasa yang termasuk dalam kategori linguistik adalah 1) kesalahan fonologis, yang mencakup ucapan bagi bahasa lisan, dan ejaan bagi bahasa tulis. 2) Kesalahan morfologis, yang mencakup prefiks, infiks, sufiks, konfiks, simulfiks, dan perulangan kata. 3) kesalahan sisntaksis, yang mencakup frasa, klausa, kalimat. 4) kesalahan leksikal atau pilihan kata (Tarigan, 1988:196). Jenis Kesalahan Kategori Linguistik Kesalahan Penggunaan Ejaan Kesalahan penggunaan ejaan ialah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan tanda baca (Tarigan, 1988:198). Kesalahan penulisan kata meliputi kesalahan penulisan kata dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, kata ganti (ku, kau-, -mu, dan nya), kata depan (di, ke, dan dari), kata si dan sang, partikel (-lah, -kah, dan tah), singkatan dan akronim, dan penulisan angka dan lambang bilangan. Adapun kesalahan penggunaan tanda baca meliputi tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tada pisah (-), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda (!), tanda kurung ((..)), tanda kurung siku ([...]), tanda petik (...), tanda petik tunggal (...), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof (). Dalam pedoman umum ejaan yang disempurnakan, selain penulisan kata dan pemakaian tanda baca, pemakain huruf kapital dan huruf miring juga termasuk ke dalam ejaan. Penggunaan ejaan yang salah dapat menimbulkan makna yang berbeda karena bahasa tulis tidak seperti bahasa lisan yang menggunakan unsur suprasegmental. Kesalahan ini tergolong kesalahan fonologis. Contoh: Tuhan yang Maha Kuasa telah memberiku anak. Dia berjalan duapuluh kilo meter.

Orangtuanya meninggal dua hari lalu. Yang seharusnya: Tuhan Yang Mahakuasa telah memberiku anak. Dia berjalan dua puluh kilo meter. Orang tuanya meninggal dua hari lalu. (Tarigan, 1988:198) A. Penggunaan Huruf Kapital Penggunaan huruf kapital sesuai dengan pedoman ejaan bahasa Indonesia ialah sebagai berikut. 1. Penulisan huruf pertama kata pada awal kalimat dan petikan langsung menggunakan huruf kapital. Salah Benar orang tuanya sakit. Orang tuanya sakit. kenapa ia pulang? Kenapa ia pulang?. dia pergi ke kantor. Dia pergi ke kantor. ia bertanya, dari mana adikmu? Ia bertanya, Dari mana Adikmu? makan apa, Mir? tanya ibu. Makan apa, Mir? tanya ibu. 2. Penulisan huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci menggunakan huruf besar. Salah Kita bersyukur kepada allah. Kita bersyukur kepada Allah. Dia mempunyai alkitab. Dia mempunyai Alkitab. agama kristen agama Kristen Yang maha kuasa Yang Mahakuasa 3. Penulisan huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang menggunakan huruf kapital. Benar

Salah Benar sultan hamengkubuwono X Sultan Hamengkubuwono X haji umar mahmud Haji Umar Mahmud nabi muhammad Nabi Muhammad Dia baru diangkat menjadi Sultan. Dia baru diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik Haji. Tahun ini ia pergi naik haji. 4. Penulisan huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat menggunakan huruf kapital. Salah presiden susilo bambang yudhoyono profesor Budi Dharma Siapakah Gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi Mayor Jenderal. Benar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Profesor Budi Dharma Siapakah gubernur yang baru dilantik itu? Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor Jenderal. 5. Penulisan huruf pertama unsur-unsur nama orang, nama tahun, bulan, nama bangsa, suku bangsa dan bahasa, hari raya, dan peristiwa sejarah menggunakan huruf kapital. Salah Benar ibnu batutah Ibnu Batutah tahun masehi tahun Masehi Aku lahir pada bulan agustus Aku lahir pada bulan Agustus

bangsa indonesia bangsa Indonesia suku indian suku Indian hari natal hari Natal peristiwa perang badar peristiwa perang Badar mengIndonesiakan kata asing mengIndonesiakan kata asing keInggris-Inggrisan keinggris-inggrisan 6. Penulisan huruf pertama nama geografi menggunakan huruf kapital. Salah Bangsa Indonesia terletak di kawasan asia tenggara. Ayah pergi ke cirebon. Kita berlibur ke danau Toba. Semua orang khawatir ketika gunung kelud meletus. Salah satu garam paling mahal adalah garam Inggris. Ibu membawa pisang Ambon dari kota Ambon. Benar Bangsa Indonesia terletak di kawasan Asia Tenggara. Ayah pergi ke Cirebon. Kita berlibur ke Danau Toba. Semua orang khawatir ketika Gunung Kelud meletus. Salah satu garam paling mahal adalah garam inggris. Ibu membawa pisang ambon dari kota Ambon. 7. Penulisan huruf pertama unsur bentuk kata ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi menggunakan huruf kapital.

Salah perserikatan bangsa-bangsa yayasan ilmu-ilmu sosial undang-undang dasar republik indonesia Benar Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 8. Penulisan huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama baku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal menggunakan huruf kapital. Salah Saya telah membaca buku dari ave maria ke jalan lain ke roma. Bacalah majalah bahasa dan satra. Ia menyelesaikan makalah asas-asas linguistik umum Benar Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Satra. Ia menyelesaikan makalah Asas-Asas Linguistik Umum. 9. Penulisan huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, sapaan menggunakan huruf kapital. Salah prof. Teguh Harianto drs. Syaiful Hafidz, M.pd. diangkat sebagai kepala sekolah. ny. Ardianto

Benar Prof. Teguh Harianto Drs. Syaiful Hafidz, M.Pd. diangkat sebagai kepala sekolah. Ny. Ardianto 10. Penulisan huruf pertama kata ganti Anda dan kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang tidak dipakai dalam penyapaan pengacuan menggunakan huruf kapital. Salah Kapan bapak berangkat? tanya Harto. Adik bertanya, itu apa, bu?. Surat saudara sudah saya terima. Para ibu mengunjungi ibu Hasan. Kita harus menghormati bapak dan Ibu kita. Semua Kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Surat anda telah kami terima. Benar Kapan Bapak berangkat? tanya Harto. Adik bertanya, itu apa, Bu?. Surat Saudara sudah saya terima. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan. Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga. Sudahkah Anda tahu? Surat Anda telah kami terima.

B. Penggunaan Huruf Miring 1. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan surat kabar Suara Karya 2 Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelomp[ok kata. Misalnya: Dia bukan menipu tetapi ditipu 3. Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesauaikan ejaannya. Misalnya: nama ilmiah buah manggis adalah Carcinia mangostana politik divide et impera perenah merajalela di negeri ini Kesalahan Penulisan Kata Bentuk penulisan kata sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut. 1. Penulisan Gabungan Kata a. Penulisan gabungan kata yang termasuk kata majemuk dan bagian-bagiannya ditulis terpisah. Salah Benar dutabesar duta besar tanggungjawab tanggung jawab tandatangan tanda tangan rumahsakit rumah sakit sandangpangan sandang pangan kantorpos kantor pos kerjasama kerja sama

ujiicoba uji coba tanyajawab tanya jawab b. Penulisan gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata dan sudah senyawa harus ditulis serangkai. Salah Benar darma siswa darmasiswa dari pada daripada pada hal padahal segi tiga segitiga barang kali barangkali bila mana bilamana apa bila apabila c. Penulisan gabungan kata yang salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata yang mengandung arti penuh ditulis serangkai. Salah Benar tuna rungu tunarungu tuna grahita tunagrahita catur wulan caturwulan pasca sarjana pascasarjana Tuhan Mahaesa Tuhan Maha Esa non teknis nonteknis d. gabungan kata yang terjadi akibat adanya imbuhan (awalan atau akhiran) ditulis serangkai dengan unsur gabungan yang paling dekat dengan imbuhan tersebut. Salah Benar bertanggungjawab bertanggung jawab

tandatangani tanda tangani menyebarluas menyebar luas e. gabungan kata yang terjadi akibat adanya imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai seluruhnya. Salah Benar menggaris bawahi menggarisbawahi penganak tirian penganaktirian pencampur adukan pencampuradukan ditanda tangani ditandatangani 2. Penulisan Kata Ganti ku, kau-, -mu, dan -nya kata ganti ku dan kau diulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Salah Ku mau hidup seribu tahun lagi Kenapa kau matikan radio itu? Aku tidak tahu dengan apa yang dialami nya. Aku pinjam makalah mu. Benar Kumau hidup seribu tahun lagi Kenapa kaumatikan radio itu? Aku tidak tahu dengan apa yang dialaminya. Aku pinjam makalahmu. 3. Penulisan Partikel pun dan per a. partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Salah Benar Engkaupun engkau pun di manapun di mana pun satu kalipun satu kali pun apapun apa pun b. Partikel pun ditulis serangkai karena sudah dianggap padu atau lazim. Salah Benar walau pun walaupun ada pun adapun kendati pun kendatipun biar pun biarpun kendati pun kendatipun kalau pun kalaupun sungguh pun sungguhpun sekali pun sekalipun mau pun maupun meski pun meskipun c. partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap, ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya. Salah Benar per-1 April per 1 April. satu persatu. satu per satu Harga kain itu Rp2.000,00 perhelai. Harga kain itu Rp2.000,00 per helai. satu persatu satu per satu

d. Partikel per yang merupakan bagian bilangan pecahan bilangan dituliskan serangkai. Salah Benar satu per sepuluh satu persepuluh dua lima per empat dua lima perempat 4. Penulisan Kata Depan Kata depan harus ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya. Salah Benar diantaranya di antaranya dimana di mana kemana ke mana kesana ke sana kemari ke mari kesamping ke samping 5. Angka dan Lambang Bilangan a. Angka yang digunakan untuk menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (ii) nilai uang, dan (iv) kuantitas. Salah Benar lima kilogram 5 kilogram pukul lima belas pukul 15.00 empat meter persegi 4 meter persegi dua jam sepuluh menit 2 jam 10 menit b. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan, lazim digunakan angka Arab (disertai tanda (-)) atau dinyatakan dengan angka Romawi. Salah Benar

ke dua belas kedua belas, ke-12, XII ke X ke-10, kesepuluh, X c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen atau kamar pada alamat. Salah Benar jalan Tanah Abang satu jalan Tanah Abang I Nomor lima belas Nomor 15 d. Bilangan yang mendapat akhiran an dituliskan serangkai dengan unsur yang terdekat bila dinyatakan dengan huruf atau digunakan tanda hubung (-) bila dinyatakan dengan angka. Salah Benar tahun 70 an tahun 70-an, tahun tujuh puluhan uang 1.000 an uang 1000-an, uang seribuan e. Bilangan yang menunjukkan jumlah ditulis dengan huruf bila dapat dinyatakan tidak lebih dari dua kata, kecuali yang menunjukkan rincian dituliskan dengan angka. Salah Panitia memerlukan 3 pengisi acara. 14 korban meninggal dalam kecelakaan itu. Dua ratus telur habis terjual. Amir menonton drama itu sampai 3 kali. Ayah memesan 3 ekor ayam. Benar Panitia memerlukan tiga pengisi acara. Empat belas korban meninggal dalam kecelakaan itu. Sebanyak dua ratus telur habis terjual. Amir menonton drama itu sampai tiga kali.

Ayah memesan tiga ekor ayam. f. Bilangan yang ditulis dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, wesel pos, dan cek dapat menggunakan angka dan huruf sekaligus. Contoh: 1. Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp555.75 (lima ratus lima puluh lima dan tujuh puluh lima perseratus rupiah). 2. Pada hari ini Kamis, 8 Juli 2008 (delapan juli dua ribu delapan) telah memberikan uang kepada Saudara Harianto sebesar Rp2.000.000 (dua juta rupiah). 6. Bentuk Ulang a. Kata Ulang Seluruh Kata ulang seluruh merupakan pengulangan bentuk dasar pada seluruh bagian kata, baik yang berupa kata asal maupun kata turunan (Yulianto, 2008:73). Contoh: makan makan-makan Perabotan perabotan-perabotan Pekerja pekerja-pekerja b. Kata Ulang Berimbuhan Kata ulang berimbuhan ialah kata ulang dari bentuk dasar yang diulang seluruh bagiannya dengan disertai pengimbuhan sekaligus (Yulianto, 2008:73). Contoh: orang orang-orangan Kereta kereta-keretaan c. Kata Ulang Sebagian Kata ulang sebagian merupakan akata ulang yang terjadi pada sebagian bentuk dasar. Contoh: tangga tetangga Tamu tetamu Berjalan berjalan-jalan

Makanan makan-makanan d. Kata Ulang Berubah Bunyi Kata ulang dengan perubahan bunyi ialah kata ulang dari bentuk dasar yang diulang seluruh bagiannya, namun disertai perubahan bunyi yang mungkin pada konsonan atau vokalnya (Yulianto, 2008:75). Contoh: sayur sayur-mayur Balik bolak-balik Gerak gerak-gerik 7. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengukutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali pada sang kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. Kesalahan Pemakaian Tanda Baca Pemakaian tanda baca yang sesuai dengan Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia ialah sebagai berikut. a. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik digunakan untuk: (a) singkatan nama gelar, contoh: Suryanto, S.H. (b) singkatan nama orang, contoh: Muhammad Munir M. S. (c) singkatan kata yang menggunakan huruf kecil, contoh: a.n., s.d., d.a., u.p, dkk. dll. (d) angka yang menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya, contoh: 15.000 orang. 2. Tanda titik tidak dipakai untuk (a) Singkatan umum yang menggunakan huruf kapital seluruhnya, contoh: DPRD, MPR, DPR

(b) Singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang, contoh: cu, H2O, 6 cm, Rp5.000.000,00, 70 kg (c) Akhir judul bab/subbab, ilustrasi, atau tabel. Contoh: a. Departemen Dalam Negeri A. diktorat Jenderal Pembangunan masyarakat desa B. diktorat Jenderal Agraria 1. ..... b. Patokan umum 1.1 Isi Karangan 1.2 Ilustrasi Contoh: Tabel 2 Variasi Penggunaan Imbuhan meng(d) Akhir tanggal surat, nomor surat, pokok surat, lampiran surat, atau alamat penerima surat. Contoh: Yth. Sdr. Abdul Basir S.Pd. Jalan Babatan III A No. 45 Surabaya Contoh: Hal: Undangan rapat b. Tanda Koma (,) 1. Tanda koma digunakan sebagai berikut. (a) Perincian yang lebih dari dua unsur, contoh: ....bapak, ibu, dan anak. (b) Setelah nama orang yang diikuti gelar, contoh: Prof. Dr. Novie Andhika Pratama, M.Si. (c) Setelah klausa pertama pada kalimat majemuk setara berlawanan, contoh: ............, melainkan ........ (d) Setelah kata atau ungkapan penghubunh antarkalimat, contoh: oleh karena itu, penyelesaiannya.....

(e) Pemisah alamat yang ditulis berurutan, serta mengapit keterangan tambahan. Contoh: Susilo Bambang mengharapkan...... yudhoyono, Presiden Republik Indonesia ke-5,

2. Tanda koma tidak digunakan untuk memisahkan anak kalimat yang didahului induk kalimat. Contoh: kami ... karena ... karena ..., kami ... tim ... agar ... agar ..., tim ... 3. Tanda koma juga dipakai sebagai berikut. (a) Memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara yang tidak menggunakan kata penghubung, contoh: kakak bekerja; saya istirahat. (b) Membedakan perincian yang lebih kecil yang menggunakan tanda koma. Contoh: Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko. (c) Perincian yang berupa klausa yang ditulis dalam satu senarai (daftar). Contoh: Keslahan taksonomi kategori linguistik terdiri atas (a) kesalahan penggunaan ejaan; (b) .............................................; (c) .............................................; (d) ............................................. . c. Tanda Titik Dua (:) 1. Tanda titik dua digunakan untuk memisahkan rincian yang mengikuti klausa lengkap. Contoh: Kegiatan ini diarahkan untuk hal-hal berikut: 1. memberikan pengetahuan tentang bahasa Indonesia;

2. membekali keterampilan berbahasa Indonesia; 3. menanamkan sikap untuk mencintai bahasa Indonesia. d. Tanda Hubung (-) 1.Tanda hubung digunakan sebagai berikut. (a) menyatakan kata ulang, contoh: rumah-rumah, kantor-kantor, jalan-jalan (b) pengimbuhan kata yang ditulis dengan huruf kapital atau angka, contoh: ber-SIM, berKTP, pada 1990-an (c) pemenggalan kata. Contoh: Senjata itu merupakan alat pertahanan yang canggih, namun ........................... e. Tanda Pisah () 1. Tanda pisah digunakan sebagai berikut. (a) membatasi keterangan tambahan. Contoh: Gabungan kata termasuk kata majemuk bagian-bagiannya ditulis terpisah (b) Menyatakan jarak yang berarti kata sampai dengan. Contoh: Waktu: pukul 15.0017.15 Catatan: Dalam pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi sebelum dan sesudahnya. Contoh: Waktu: pukul 15.00--17.15 f. Tanda Elipsis (...) 1. Tanda elipsis dipakai sebagai berikut. (a) Kalimat yang terputus-putus. Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.

(b) Menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan. Contoh: Sebab-sebab ambrolnya ... akan diteliti lebih lanjut. Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Miasalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan hati-hati ... . g. Tanda Tanya (?) 1. Tanda tanya dipakai sebagai berikut. (a) Tanda pada akhir kalimat tanya. Contoh: Kapan ia berangkat? Saudara tahu, kan? (b) Tanda yang dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh: Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?). Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang. h.Tanda Seru (!) Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat. Miasalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar itu sekarang juga! i. Tanda Kurung ((...)) Tanda kurung digunakan sebagai berikut. (a) Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya: Bagian perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar isian kegiatan) kantor itu. (b) Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok. Misalnya: Sajak Trenggono yang berjudul ubud (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada 1962. (c) Mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a). (d) Mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal. j. Tanda Kurung Siku ([...]) Tanda kurung siku digunakan sebagai berikut. (a) Mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagi koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli. Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik. (b) Mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah tertanda kurung. Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35-36] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini. k. Tanda Petik (...)

Tanda petik digunakan sebagai berikut. (a) Mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain. Misalnya: Saya belum siap, Tunggu sebentar! (b)Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat. Misalnya: Bacalah Bola Lampu dari buku Dari suatu masa, dari suatu tempat. Karangan Andi Hakim N. Yang berjudul Raport dan Nilai Prestasi di SMA diterbitkan dalam Tempo. (c) Mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya: Pekerjaannya itu dilaksanakan dengan cara Coba dan Ralat saja. (d)Menutup atau mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata Tomi, Saya juga minta susu. (e) Menutup kalimat atau bagian kalimat yang ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan Si Hitam. Bang Qomar sering disebut pahlawan ia sendiri tidak tahu sebabnya. l. Tanda Petik Tunggal (...) Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain dan tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Contoh:

Tanya Basri, Kau dengar bunyi kring-kring tadi? Feed-back balikan m. Tanda Garis Miring Tanda garis miring dipakai sebagai berikut. (a) Keterangan nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua takwim. Contoh: No.7/PK/1990 (b) Pengganti kata dan, atau atau tiap. Contoh: mahasiswa/mahasiwi harganya Rp150,00/lembar. n. Tanda Penyingkat atau Apostrof () Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun. Misalnya: Ali kan kusurati (kan = akan) Malam lah tiba (lah = telah) Kesalahan Pembentukan Kata Kesalahan pembentukan kata tergolong pada kesalahan morfologis. Kesalahan morfologis adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan salah memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata kata majemuk, dan salah memilih bentuk kata. Contoh: Banyak pelajar-pelajar baris-baris di tanah lapang itu. Saya lebih baik berpulang daripada meninggal sini.

Yang seharusnya: Banyak pelajar berbaris di tanah lapang itu. Saya lebih baik pulang daripada tinggal di sini. (Tarigan, 1988:198-199) Dalam tulisan, kesalahan pembentukan kata yang digunakan dapat berpengaruh pada ide-ide atau gagasan yang disampaikan. Perubahan bentuk kata dapat mengubah makna asal kata. Pembentukan sebuah kata dari kata dasar dapat dilakukan dengan penambahan afiks dan pengulangan. 1 Afiks Afiksasi adalah proses yang mengubah morfem menjadi kata kompleks (Kridalaksana, 2007:28). Dalam proses ini, leksem (1) berubah bentuknya, (2) menjadi kategori tertentu, sehingga berstatus kata (atau bila telah berstatus kata berganti kategori), (3) sedikit banyak berubah maknanya. Menurut Kridalaksana (2007:28-29), dalam bahasa Indonesia dikenal jenis-jenis afiks yang secara tradisional diklasifikasikan atas: a. prefiks, yaitu afiks yang diletakkan di muka dasar, contoh: me-, ber-, di-, ke-, ter-, pe-, per-, dan se-, b.infiks, yaitu afiks yang diletakkan di dalam dasar, contoh: -el-, -er-, -em-, dan in-, c. sufiks, yaitu afiks yang diletakkan di belakang dasar, contoh: -an, -kan, i, -wan, -wati, -ku, mu, dan -nya, d.konfiks, yaitu afiks yang terdiri dari dua unsur, satu di muka bentuk dasar dan satu di belakang bentuk dasar, contoh: ke-an, pe-an, per-an, dan ber-an, e. kombinasi afiks, yaitu kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar, contoh: me-kan, me-i, memper-kan, memper-i, ter-kan, per-kan, dan se-nya. Bentuk afiks dan perubahannya langsung dijadikan sebagai landasan teori penelitian ini. 2 Kata Ulang Proses perulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya atau sebagiannya, baik dengan fariasi fonem maupun tidak (Ramlan, 1985:57). Berdasarkan cara pengulangan bentuk dasarnya, Ramlan (1985:59-69) menggolongkan pengulangan menjadi empat, yaitu sebagai berikut.

1. Pengulangan seluruh, ialah pengulangan bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Cotoh: sepeda-sepeda, kebaikan-kebaikan 2. Pengulangan sebagian, ialah pengulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Contoh: mengambil-ambil, membaca-baca 3. Pengulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks. Contoh: kereta-keretaan, orang-orangan 4. Pengulangan dengan perubahan fonem. Contoh: lauk-pauk, ramah-tamah Kesalahan Pemilihan Kata Pilihan kata adalah mutu dan kelengkapan kata yang dikuasai seseorang sehingga ia mampu menggunakan secara tepat dan cermat berbagai perbedan dan persamaan makna kata sesuai dengan tujuan dan gagasan yang akan disampaikan, serta kemampuan untuk memperoleh bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki pembaca dan pendengar (Yulianto, 2008:84). Kesalahan pemilihan kata disebut juga kesalahan leksikon. Dalam Tarigan (1988:200), kesalahan leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang tepat. Contoh: Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kami berdoa bersama-sama. Yang seharusnya: Demikianlah agar Anda maklum, dan atas perhatian Anda saya ucapkan terima kasih. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Saudara-saudara, sebelum kita makan marilah kita berdoa bersama sama. (Tarigan, 1988:200)

Pemilihan kata sangat penting diperhatikan dalam proses menulis maupun membuat karangan. Karangan dianggap kurang berarti jika pilihan katanya kurang cermat walaupum organisasi penyajiannya baik, paragrafnya cermat, susunan kata dalam kalimat teratur, dan gaya bahasanya baik (Depdikbud dalam Yulianto, 2008:83). Menurut Yulianto (2008:83), pemilihan kata menyangkut ketepatan dalam penggunaan kata. Namun, ketepatan hanyalah satu syarat pilihan kata sebab pilihan kata juga menuntut dua syarat, yakni kebenaran dan kelaziman. a) Syarat kebenaran dalam pilihan kata mengacu pada penggunaan kata yang sesuai dengan kaidah kebahasaan (kaidah pembentukan kata) dan menyangkut penulisan kata secara tepat, terutama terkait dengan kata serapan dari bahasa asing. kalimat yang tidak sesuai dengan kaidah pembentukan kata, contoh: Sebaiknya Anda tidak merubah posisi tempat duduk yang ada. Penggunaan kata merubah pada kalimat di atas adalah tidak tepat karena kata dasarnya ubah berawalan meng-, bukan kata dasar rubah berawalan me-. Kalimat yang benar seharusnya: Sebainya Anda jangan mengubah posisi tempat duduk yang ada. Kalimat yang salah akibat kesalahan penulisan unsur serapan bahasa asing, contoh: Dia adalah orang yang ahli di bidang tehnik. Kita harus berpikir secara obyektif. Kalimat yang benar adalah: Dia adalah orang yang ahli di bidang teknik. Kita harus berpikir secara objektif. b) Syarat kelaziman adalah mengacu kepada maksud bahwa kata yang dipakai adalah dalam bentuk yang sudah dibiasakan dan bukan merupakan bentuk yang dibuat-buat. Kata mati, wafat, dan tewas meskipun maknanya sama yakni tidak hidup, penggunaan kata tersebut dalam kalimat harus disesuaikan secara lazim. Contoh penggunaan kata yang lazim digunakan dalam kalimat. Ibunya wafat ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit. Lampu kamarku mati ketika aku belum selesai belajar.

Korban yang meninggal dalam kecelakaan itu kemarin dimakamkan.

You might also like