You are on page 1of 12

Yamada Ryosuke Fanfiction 2012 Hey! Say!

JUMP Lounge Production Full Credit to the Author Dita-Chun Edited by Amel Chan

Title Author Type Rating Genre

: Reincarnation. . . : dita-cHun : Oneshot :G : AU, Friendship, Fantasy [relatif]

Theme Song : Parting Song - Pandora Hearts (Synthesia) Instrumental Music Author Address : dita-cHun : Pondok Sidokare Indah Blok AY-08/RT 42/RW 12, Sidoarjo, Jawa Timur Phone Number : 087853626735 Age : 16 Reason why you join this competition: 1. saya ingin melihat perkembangan hasil belajar menulis saya selama ini 2. merayakan ultah Ryo-chan tentunya 3. saya rasa hadiahnya menarik sekaliiii >w< 4. demo, yang terpenting adalah saya ingin belajar berusaha demi Ryosuke! FF ini buat dia. Sekalian nyempil buat lomba.. hehe. 5. gomen kebanyakan xD Cast :

*Yamada Ryosuke as Yamada Ryosuke *Shida Mirai as Kyouko Ashida & Shida Mirai *Chinen Yuuri as Chinen Yuuri POV Disclaimer Warning : Yamada Ryosuke : semua cast punya Tuhan! xD : ~gaje binti abal~ segala kekurangan adalah milik saya

-05 May 2012-

. Klik .

Sebuah panorama menakjubkan baru saja menelusup kedua mataku melalui lensa kamera yang masih bertengger di genggamanku. Aku tertegun sejenak memandang objek yang kali ini sudah berpindah pada layar komputer di hadapanku. Pikiran dan hatiku bergelut antara rasa percaya dan tidak. Pertanyaan yang sama terus berulang dalam benakku, membuatku hampir bosan mengarsipkannya pada setiap bagian dalam otakku. Sejenak aku menghilang dari alam sadarku, namun aku segera kembali. Kudongakkan kepalaku, sekilas kupandang bintang-bintangyang entah berapa jumlah tepatnyadari jendela kamarku. Setiap manusia pasti akan mati. Aku percaya itu. Lantas kemana mereka pergi setelah mereka mati? Apakah mereka akan ikut bersanding di antara jajaran pernak-pernik angkasa itu? Ataukah mereka akan mengalami reinkarnasi? Ya, reinkarnasi. Istilah ini terlalu umum untuk kusebutkan. Ingin sekali aku menolak asumsi ini, namun otak dan batinku serempak menolaknya. Aku ingin sekali tidak mempercayai hal yang semula kusebut sebagai takhayul ini. Bagiku reinkarnasi tidak lebih dari sekedar lelucon. Mana ada manusia yang sudah mati terlahir kembali? Namun, pada akhirnya aku harus menerima bahwa mungkin sesuatu yang kuanggap lelucon itu hadir dalam hidupku. Sesuatu yang pada akhirnya terlahir kembali dengan wujud serupa dengan apa yang sempat kulihat. Seorang gadis berambut sebahu dengan kedua bola mata onyx yang baru-baru ini kulihat di perempatan Shibuya. Ia mirip sekali dengan seseorang yang pernah kujumpai. Seseorang yang sempat mengisi hari-hariku sepanjang dua belas tahun lamanya. Shida Mirai, kekasihku.

. .
Ryosuke, kau percaya tentang reinkarnasi, tidak? Iie. Itu hanya lelucon bodoh, Mirai-chan. Hontou ni? Kupikir kau akan percaya. Tapi, aku ingin reinkarnasi itu benar-benar ada. Doushite? Aku ingin hidup lebih baik, hehehe. Eh?

. .

-06 May 2012-

Kulangkahkan kakiku sepanjang jalan kota Shibuya. Sesekali kupotret beberapa objek di sana. Siang ini panas matahari serasa melelehkan ubun-ubun kepalaku. Kuputuskan beristirahat sebentar di sebuah kursi tak jauh dari posisiku berada saat ini. Kulihat seorang gadis kecil tengah bersandar di pagar pembatas jembatan. Kuperhatikan seksama, sejenak wajahnya benar-benar tidak asing. Aku menyadarinya pada detik ke sekian ketika pada akhirnya ia menengok padaku.

. Klik! .
Kupotret gadis itu sekilas sebelum akhirnya ia membuang pandangannya dariku. Seminggu yang lalu aku sempat bercerita pada rekan kerjaku, Chinen Yuuri, tentang gadis kecil hasil reinkarnasi Mirai. Tapi, Chinen menganggapku mengada-ada. Setelah mendapatkan ini, aku yakin ia akan menarik kembali ucapannya tersebut. Konnichiwa, imouto sapaku sekilas. Dare? wajahnya tampak kaku seketika, mungkin karena ia belum mengenalku. Lekas kuukir segaris senyum kemudian kembali menjawab, Yamada Ryosuke desu. Ia terdiam sejenak, mungkin mencoba berpikir. Sejurus kemudian kaki-kaki kecilnya melangkah menjauhi keberadaanku. Entah kenapa ia terlihat begitu tak nyaman saat aku berbicara. Wajahnya datartidak menunjukkan ekspresi senang maupun sedih. Mungkin disinilah ia tampak sedikit berbeda dari Miraiyang lebih cepat mengutarakan emosinya. E Kalau boleh kutahu, berapa usiamu? tanyaku mencoba mensejajarkan langkah kami. Sepuluh tahun, jawabnya singkat. Ia mempercepat gerakan kakinya, membuatku sedikit kesulitan mensejajarkan langkahku dengannya. Souka. Onii-chan, berhentilah mengikutiku atau aku akan berteriak bahwa kau akan menculikku! jeritnya kemudian berlari semakin menjauh. Kuhentikan langkahku, aku baru sadar kalau dengan percakapan kami yang kesekian itu ia sudah membawaku ke tempat yang jauhsalah satu tempat di bagian utara Shibuya. Langkahnya benar-benar cepat Kembali kulangkahkan kakiku mencoba menelusuri jejak kepergian gadis itu. Jujur aku sama sekali tidak puas dengan pertemuan kami hari ini. Aku bahkan belum tahu siapa namanya. Namun, kepergiannya sama sekali tak meninggalkan jejak yang

mampu kuikuti. Akhirnya, kuputuskan untuk berhenti mencarinya hari ini. Esok hari aku akan mencoba menemuinya lagi di jembatan. ** Yama-chan, aku disini! kudengar suara melengking itu menyapaku. Aku menoleh. Kulihat sesosok pria mungil yang tengah duduk santai di salah satu bangku caf sembari melambaikan tangan padaku. Aku lekas menghampirinya. Sudah lama? tanyaku agak khawatir. Kulihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul tujuh lewat dua puluh menit. Itu artinya terlambat lima belas menit dari waktu janjian kami semula. Lumayan, jawabnya sembari menyeruput minuman yang kusimpulkan itu cappuccino. Maaf, ya. Tadi ada sedikit urusan, hehe. Ucapku mencoba menetralisir suasana yang terasa agak kaku. Pria berlabel Chinen Yuuri itu hanya mengangguk, menanggapi kalimatku barusan. Oh, ya, aku punya sesuatu yang ingin kutunjukkan. Kurogoh tasku dan segera kuambil sebuah kertas foto dari sela-sela buku di dalam sana. Kusodorkan foto itu ke hadapan Chinen. Kulihat seketika ekspresinya berubah, Bagaimana? Aku tidak mengada-ada, kan? Kuukir segaris senyum kemenangan ke hadapan Chinen. Terlalu mirip untuk perbandingan ucap Chinen. Aku mengangguk mengiyakan. Awalnya aku juga tidak percaya, tapi begitulah aku lekas memanggil seorang pelayan kemudian memesan segelas minuman padanya. Aku kembali melanjutkan pembicaraanku dengan Chinen, Tapi, kelihatannya gadis itu agak berbeda dari Mirai-chan Maksudmu? Sepertinya dia atlet. Ucapku menahan tawa. Namun, pada akhirnya tawa kami berdua pecah bersamaan. Kami tahu bahwa itu bukan hal yang benar-benar lucu untuk diperbincangkan dengan orang lain. Tapi, tidak jika kami yang memperbincangkannya. Mengingat kami begitu dekat dengan Mirai, kami tentu tahu bahwa Mirai paling lemah dalam olahraga. Hal itu tentu menyita perhatianku dan Chinen dalam kurun waktu singkat. Gadis kecil itu agak berbeda dengan sosok Shida Mirai. Aku akan menunggu undangan pernikahanmu dengannya, gurau Chinen sembari menunjuk-nunjuk pada potret gadis itu. Aku tertawa kecil mendengarnya, Jangan kira aku mau menikahi anak usia sepuluh tahun hanya karena aku batal menikah dengan Mirai! Hahaha, mungkin saja, kan Siapa yang tahu hati manusia? Apalagi dia mirip sekali dengan Mirai-chan. Kau sangat mencintai, Mirai-chan, kan? ucap Chinen.

Aku mengangguk, tawaku reda seketika. Sejenak suasana hening. Baik aku maupun Chinen, tidak ada seorangpun diantara kami yang membuka mulut. Mungkin, kami sama-sama tidak tahu bagaimana harus mengakhiri pembicaraan tentang Mirai. Karena pada akhirnya cerita tentang Mirai berakhir tragis. Silahkan, suara pelayan itulah yang seketika membangunkan lamunan kami. Segelas jus strawberry telah tersedia tepat di hadapanku. Aku tertawatidak, aku menangis. Aku tertawa, tapi mataku basah dengan air mata. Mirai-chan suka strawberry Yama-chan, Chinen menepuk pundakku sekilas. Aku menoleh, Kau lupa? Aku mengedik tidak paham. Cheers! Chinen menyulangkan minuman kami. Ayo minum dan jadilah bahagia! Cheers? Aku tersenyum, Cheers ** -07 May 2012-

. Klik . Klik .
Seperti apa yang sudah kuniatkan sejak kemarin bahwa hari ini aku akan mengunjungi gadis kecil itu sekali lagi. Pagi-pagi sekali aku sudah menunggunya di dekat jembatan tempat kami bertemu kemarin. Kuharap ia segera tampak dan kami bisa mengobrol lebih banyak hari ini.

. Klik . Klik .
Sembari menunggunya aku terus mengambil potret pemandangan di sekitar jembatan. Tentunya aku tidak ingin mati bosan di sini. Aku tahu ia akan lama, maka dari itu kuputuskan untuk mengisi waktu luang sembari sedikit bekerja. Mungkin ada sesuatu yang bisa kuliput di sekitar sini.

. Klik .
Yama-chan! kulihat sosok Chinen tengah berdiri tak jauh dari tempatku. Ia tidak sendiri melainkan bersama seorang gadis kecil di sampingnya. Aku menengok pada

gadis itu. Eh? Bukankah aku yang menunggunya? Bagaimana bisa ia malah bersama Chinen?

. Klik .
Aku kembali membidikkan kameraku ke arah yang sama, bergantian antara Chinen dan gadis kecil itu. Mereka agaknya berjalan lama ke arahku. Kuputuskan untuk terus membidikkan kameraku ke arah mereka. Terus menerus sampai pada akhirnya mereka sampai di hadapanku. Namanya Ashida, Kyouko Ashida. Ucap Chinen memperkenalkan sosok gadis di sampingnya. Menarik, kan? Aku menepuk pundak Chinen sekilas, Baguslah, kuharap kita bisa berbicara banyak dengannya hari ini. Jangan memotretnya, Yama-chan sergah Chinen tiba-tiba. Aku yang baru saja akan membidikkan kameraku ke arah Ashida segera mengurungkan niatku. Kenapa? Kudengar ia memiliki trauma dengan kamera, bisik Chinen padaku. Aku mengangguk paham. Sepertinya belum tepat waktunya aku bertanya mengapa ia trauma dengan kamera. Kulihat Ashida mulai mencuri pandang padaku. Tatapannya masih sama seperti kemarin, datar. Ashida-chan, dia Yamada Ryosuke, temanku. Kau tidak perlu takut, dia tidak akan melukaimu, aku janji. Ucap Chinen lembut pada Ashida. Maaf, ya, mungkin aku membuatmu terkejut dengan kameraku kemarin ucapku. Kulihat ia menyungging segaris senyum simpul, Kalau Chii nii-chan mengatakan kau orang baik, aku akan mencoba percaya Eh? Hahaha. Kau dengar? Ia akan percaya kalau kau orang baik karena ucapanku. Hahaha, mencoba percaya katanya Berarti dia sebegitu tidak percayanya ya padamuHahaha, gelak tawa Chinen terus menerus pecah melihatku kikuk di hadapan gadis kecil bernama Kyouko Ashida itu. Aku hanya menepuk lengan Chinen kesal. ** Kutapakkan kedua kakiku memasuki sebuah rumah berornamen klasik itu. Sedangkan bola mataku terus saja bergelincir kesana kemari menikmati setiap lekuk

rumah tersebut. Tidak terlalu besar memang, namun tidak bisa dibilang juga kecil. Rumah itu berukuran sedang dan tampak begitu rapi. Beberapa pernak-pernik sempat kulihat menghiasi beberapa bagian rumah. Aku masih mengekor di belakang Ashida dan Chinen hingga akhirnya seorang wanita paruh baya menyambut kami dari dalam rumah. Kusimpulkan wanita itu adalah ibu Ashida. Hal ini terbukti sepersekian detik setelah aku menyimpulkan pendapatku. Ashida tampak memeluk wanita itu sembari mengucapkan kata Kaachan. Tak berselang setelah itu ia memperkenalkanku dan Chinen bergantian pada wanita itu. Kalian wartawan? tanya wanita itu usai mempersilahkan kami duduk. Begitulah jawaban Chinen lekas kusambut dengan senyum sumringah dan anggukan mantap. Anda tengah mengandung? tanyaku hati-hati begitu kulihat perut wanita itu tampak membuncit. Ia mengangguk, membenarkan pertanyaanku. Ini anak keduaku setelah Ashida Souka. Kuharap dia akan lahir dengan sehat, ucapku berbasa-basi. Wanita itu hanya menyungging senyum menanggapi kalimatku barusan. Ia sudah memasuki bulan ke sembilan. Menurut hasil USG jenis kelaminnya kemungkinan perempuan. Yah, padahal aku menginginkan seorang anak laki-laki. Tapi, mau bagaimana lagi? wanita itu menjelaskan kemudian mengedik pada bagian akhir kalimat yang diucapkannya. Dia pasti akan lahir secantik anda puji Chinen. Wanita itu tersipu sekilas, kemudian ia kembali berbicara, Oh ya, ada kepentingan apa kalian kemari? Sejenak aku dan Chinen saling berpandangan. Sejurus kemudian aku mencoba mengutarakan apa yang baru saja kami rancang. Sebuah opini ringan yang akan kami liput untuk mengisi salah satu rubrik pada koran mingguan yang akan terbit minggu depan. Kami akan membuat artikel yang membahas tentang reinkarnasi. Reinkarnasi? Ya. Kami berencana mewawancarai anda dan Ashida. Apa anda keberatan? tambah Chinen. Wanita itu diam sejenak, ia tampak berpikir. Ah, tidak perlu tegang. Kami hanya akan mencoba mengulas tentang pendapat masyarakat mengenai hal yang menurut sebagian orang takhayul ini ucap Chinen mencoba merilekskan wanita itu. Iya, tapi, kenapa harus aku dan Ashida? wanita itu membuka mulut kembali pada akhirnya.

E, tentang hal itu. Ceritanya agak panjang. Sebenarnya Ashida mengingatkan kami pada sahabat kami yang meninggal sepuluh tahun silam. Dari luar fisik Ashida sangat mirip dengan sahabat kami, Shida Mirai. Ini fotonya, Chinen menyodorkan selembar foto potret Mirai pada wanita tersebut. Sepuluh tahun silam, itu artinya tahun kelahiran putri anda, bukan? Bisa jadi reinkarnasi itu benar-benar ada dan terjadi pada Mirai dan Ashida. Maaf, kalau boleh kutahu tanggal berapa putrimu lahir? tanyaku menyela. 13 Mei 2002.

. Deg! .
Ah, souka. Baiklah, kita mulai wawancaranya. Anda siap? tanyaku mencoba menyingkirkan sedikit hal yang sempat membuat detak jantungku berhenti sepersekian detik lamanya. Bagaimanapun, aku harus professional saat bekerja.

. Klik .
** Yama-chan Suara itu seketika menyadarkanku kembali dari lamunan. Itu suara Chinen. Ia tampak menggandeng tangan Ashida di genggamannya. Ada yang mengganggu pikiranmu? Iie, daijoubu. Jawabku singkat. E, Chinen? Hm? Bisa aku bicara berdua dengannya? tanyaku sambil menunjuk kecil ke arah Ashida. Denganku? Ashida tampak menunjuk-nunjuk dirinya sendiri. Aku mengangguk membenarkan. Baiklah. Tapi, jauhkan benda itu dariku. Aku tidak suka melihatnya, jawab Ashida sembari menunjuk kamera yang talinya melingkar pada leherku sejak tadi. Kuberikan kamera itu pada Chinen. Baiklah, aku akan keluar, ok? ucap Chinen kemudian bergegas keluar meninggalkan kami.

Aku menepukkan tanganku pada ubin di sampingku. Sesegera mungkin Ashida berpindah dari posisinya semula menuju ke tempatku. Ia duduk tepat di sampingku. Nande? Aku heran kenapa kau tidak suka pada kamera. Memangnya ada sesuatu, ya? tanyaku membuka pembicaraan di antara kami. Ia menatapku sejenak kemudian menatap langit yang tampak biru di atas sana. Tidak tahu, aku merasa takut saja. Tidak ada alasannya Sejak kecil aku sudah tidak suka dengan benda itu, jawabnya. Lalu kau percaya reinkarnasi, tidak? tanyaku lagi. Apa ini bagian dari wawancara seperti yang kau tanyakan pada Kaa-chan tadi? Tidak juga. Aku hanya ingin tahu kau benar-benar percaya atau tidak. Entahlah. Aku belum pernah mati, jadi aku tidak tahu. Jawabnya polos. Aku terkekeh mendengarnya. Memangnya perlu mati untuk mempercayai hal seperti itu? Ya, kalau tidak bagaimana menjawabnya? Kalau salah? Apa kau tidak akan malu? ucap gadis kecil itu tegas. Kedua bola mata onyx-nya terus menerus menyita perhatianku. Ia benar-benar gadis yang manis. Kau pernah dengar tentang Shida Mirai? tanyaku. Sahabatmu itu, kan? Bukan, dia kekasihku. Ujarku. Ia meninggal usai kami melaksanakan pemotretan pre-wedding. Kami akan menikah beberapa hari setelah hari itu andai saja ia tak tewas karena kecelakaan itu. Tak lama setelah aku menyelesaikan kalimatku, kurasakan sebuah tangan kecil menepuk pundakku. Aku menengok, kulihat Ashida berdiri di sampingku sembari menatapku tajam. Kau harus kuat, kau kan laki-laki. Setelah itu ia kembali duduk namun ia duduk bersila di hadapanku. Aku mendengar kata-kata itu dari Kaa-chan. Ia mengatakan itu saat Too-chan sedih, ucapnya sekali lagi tanpa beban. Bagaimanapun, ia tetaplah anak-anak. Ia mengatakan hal-hal yang menunjukkan kepolosannya tanpa canggung. Benar-benar manis. Oh ya, kekasihmu itu sekarang berada dimana ya? Apakah ada di langit? ia menengok kembali pada barisan awan di atas sana. Entahlah, jawabku. Suatu saat kalau aku sudah mati, aku ingin bertemu kembali dengannya ucapku.

Tenang saja. Kalau kau menjadi anak baik, kau akan bertemu dengannya ucapnya lagi. Itu ucapan ibumu lagi? ucapku menahan tawa. Bukan, itu adalah sesuatu yang sudah lama aku percayai ** -09 May 2012-

Kecelakaan Beruntun, Seorang Wartawan Tewas Seketika


ShibuyaKemarin malam (08/05) sekitar pukul 23.15 telah terjadi kecelakaan beruntun di tikungan Jalan Himawari. Seorang saksi mengatakan bahwa kecelakaan tersebut berselang tidak lama setelah beliau keluar dari caf tak jauh dari tempat terjadinya kecelakaan. Sekitar tiga mobil pribadi rusak parah. Diduga kejadian tersebut berlangsung dalam kurun waktu yang cepat. Kecepatan masing-masing mobil mungkin telah melewati batas hingga akhirnya mereka saling menabrak dengan begitu kencang. Ujar saksi tersebut saat tim kami mewawancarai beliau. Akibat dari kecelakaan tersebut, seorang pria bernama Yamada Ryosuke (29) yang diduga adalah seorang wartawan salah satu media tewas seketika. Sebelum ambulans mencapai rumah sakit, pria tersebut sudah dinyatakan tak bernyawa. Mengenai kepastian penyebab kecelakaan tersebut polisi masih berusaha menyelidikinya lebih lanjut. (TA)

.
Aku tertegun sejenak membaca artikel tersebut. Mereka menyebutkan namaku menjadi seorang korban pada kecelakaan itu. Aku ingat, kemarin malam aku berniat mengunjungi Chinen. Namun, kecelakaan beruntun itu sukses merenggut nyawaku seketika. Hari ini tanggal 09 Mei 2012. Kupikir hari ini hari ulang tahunku yang ke tiga puluh tahun. Tapi, waktuku sudah tiba. Tuhan tidak mengizinkanku mencapai usia yang kutunggu tersebut dan mencabut nyawaku dalam H minus satu menjelang hari ulang tahunku. Seseorang yang aku tak tahu itu siapa seolah mendorongku dari posisiku semula. Apa ini sudah waktunya? Waktunya pergi ke tempat lain yang sudah lama ingin ku ketahui itu. Dimana? Aku memang sudah lama menunggunya. Apakah ada di jajaran bintang-bintang itu? Tidak. Aku merasa aku tidak pada diriku lagi. Aku juga tidak melihat bintang-bintang ataupun galaksi di sekitarku. Aku hanya merasa bahwa aku ada dalam suatu tempat yang sama sekali asing bagiku. Dimana ini? Ukh!

Aku merasa tubuhku bagai terpental jauh dari tempatku semula. Sekarang aku ada dimana? Kenapa aku merasa takut sekali? Siapa aku? Perlahan ingatanku kian memudar. Aku tidak ingat apa nama tempat ini. Aku tidak ingat apapun dan siapapun. Ashida Lihat, adikmu lucu, kan? Siapa itu? Un! Dia lucu sekali, Kaa-chan Dia perempuan? Keajaiban, dia lahir sebagai bayi laki-laki Eh? Mungkin inilah yang dimaksud terlahir kembali Reinkarnasi.

**fin** Glosarium : *Iie *Hontou ni? *Doushite? *Souka *Okaa-san/Kaa-chan *Onii-chan/Nii-chan *Otoo-san/Too-chan *Nande? *Daijoubu *Konnichiwa *Imouto *Dare? : tidak : benarkah? : kenapa? : begitu : ibu : kakak laki-laki : ayah : kenapa? : tidak apa-apa/baik-baik saja : selamat siang, hello : adik perempuan : siapa?

You might also like