You are on page 1of 11

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM ACARA I PENGOLAHAN TANAH

Disusun Oleh: Nama NIM Kelas Kelompok Assisten : Arif Ardiawan : A1L008062 : Agrotek B :4 : Supangat

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO 2010

ACARA I PENGOLAHAN TANAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman semusim merupakan tanaman yang akan mengalami

kemunduran secara fisiologis setelah terjadi perkembangan generatif. Komoditas tanaman semusim merupakan salah satu komoditas penting yang memiliki prospek sukup signifikan dibandingkan komoditas lainnya. Komoditas tanaman semusim memiliki peran dalm menyediakan kebutuhan pangan maupun kebutuhan terhadap tanaman-tanaman hortikultura yang masuk kedalam kategori tanaman semusim. Industri agrobisnis tanaman semusim memiliki peluang pasar yang cukup menarik. Oleh karenanya perlu ada tindakan-tindakan yang intensif dalam melakukan kegiatan budidayanya. Salah satu kegiatan intensifikasi yang perlu dilakukan adalah pengolahan tanah. Tanah merupakan campuran yang heterogen dan beragam dari partikel mineral anorganik, hasil rombakan bahan organik, dan berbagai jenis mikroorganisme, bersama-sama dengan udara dan air yang di dalamnya terlarut berbagai garam-garam anorganik dan senyawa organik. Partikel mineral terdiri dari pasir, lempung, dan liat terutama tersusun dari silikon oksigen, dan aluminium. Berdasarkan pengertian tanah diatas, pengolahan tanah pengolahan tanah dapat diartikan sebagai kegiatan mengubah tanah pertanian dengan menggunakan suatu alat pertanian sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh susunan tanah sebaik-baiknya, ditinjau dari struktur dan porositas tanah. Yang penting dalam pengolahan tanah adalah untuk menjamin keseimbangan antara air, udara, dan suhu di dalam tanah. Maka pengolahan tanah mutlak perlu guna menciptakan lingkungan yang cukup baik.

B. Tujuan Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari teknik pengolahan tanah yang baik sehingga cocok untuk budidaya tanaman semusim

II. TINJAUAN PUSTAKA

Sebagai tempat pertumbuhan tanaman, maka tidak mengherankan jika perhatian manusia terhadap tanah mula-mula selalu dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman. Menurut Hardjowigeno (1993), tanah merupakan kumpulan benda alam di permukaan bumi yang mengalami modifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan bumi yang mengandung gejala-gejala kehidupan, dan mampu menopang pertumbuhan tanaman yang didalamnya meliputi horizon-horizon tanah yang terletak diatas bahan batuan. Kondisi tanah pada suatu lahan memiliki tingkat kesuburan yang berbeda-beda. Tingkat kesuburan tersebut dipengaruhi oleh factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan tanah. Faktor-faktor pembentukan tanah,

diantaranya yaitu (Hardjowigeno, 1993): 1. Iklim, yang menentukan reaksi-reaksi kimia dan sifat fisis didalam tanah. Iklim memiliki hubungan dengan kandungan bahan organik. 2. Jasad hidup, yang memegang peranan besar dalam pembentukan tanah yaitu vegetasi bahwa kondisi lingkungan yang berbeda. Jenis vegetasi mempengaruhi pula jumlah unsur hara. 3. Bahan induk, dimana perkembangan suatu tanah akan tergantung pula pada jenis bahan induk yang mementukan sifat-sifat fisis dan kimia dari tanah yang dihasilkan. 4. Topografi, yang mempengaruhi perkembangan pembentukan profil tanah yaitu jumlah curah terabsorbsi dan penyimpanannya didalam tanah, tingkat perpindahan tanah oleh erosi dan arah gerakan bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari suatu tempat ketempat lain. Waktu, jika waktu telah cukup maka tanah yang matang dapat memiliki differensiasi profil yang mantap. Lama waktu yang dibutuhkan tanah untuk pembentukan horizon-horizon tergantung pada faktor-faktor lain yang

berhubungan seperti iklim, sifat bahan induk, binatang-binatang dalam tanah dan topografi.

Selain dari pada factor diatas, beberapa tindakan manusia juga ditujukan untuk menjadikan kondisi tanah yang cocok untuk pertumbuhan tanaman. Sehingga pada dasarnya kegiatan Tujuan pengolahan tanah yaitu untuk menyiapkan tempat pesemaian (seed bed), memberantas gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan peredaran atau aerasi dan atau menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan. Pengolahan tanah juga ditujukan secara khusus seperti pengendalian hama, menghilangkan sisa-sisa tanaman yang mengganggu permukaan tanah, pengendalian erosi dan penyampuran pupuk, kapur dan pestisida dalam tanah Menurut intensitasnya, pengolahan tanah dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (Aak, 1983): 1. 2. No tillage (tanpa olah tanah), Minimum tillage (pengolahan tanah minimal, hanya pada bagian yang akan ditanami), dan 3. Maksimum tillage (pengolahan intensif, pada seluruh lahan yang akan ditanami).

III. METODOLOGI PRAKTIKUM A. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebidang lahan. Sedangkan peralatan yang digunakan antara lain adalah cangkul, meteran, pancong.

B. Prosedur Kerja 1. Tanah dibersihkan dahulu dari sisa-sisa tanaman sebelumnya dan dari gulma dengan mengunakan pancong, 2. Setelah bersih, tanah tersebut diukur selebar 3.2 x 4 m sebanyak lima buah tiap kelas untuk dibuat petakan, tetapi diantara petakanpetakan tersebut diberi jarak 50 cm untuk parit (drainase). Untuk kedalaman parit (drainase) adalah 20 30 cm, 3. Setelah diukur, tanah tersebut diberi batas dengan tali affia,

4. Tanah dicangkul sambil dibersihkan sisa-sisa gulma yang tertinggal, sehingga bagian petak lebih tinggi di banding paritnya, 5. Tanah diolah dengan sistem buruhan dalam secara maksimum tillage (pengolahan maksimum). 6. Setelah selesai tanah tersebut siap ditanami.

IV. HASIL PENGAMATAN

(terlampir)

V. PEMBAHASAN

Pelaksanaan praktikum budidaya tanaman semusim dilakukan melalui serangkaian kegiatan diantaranya pengolahan lahan. Lahan yang tersedia diolah oleh masing-masing kelompok sebanyak satu petak sedangkan tiap kelas terdapat 5 kelompok sehingga jumlah total petak per kelas adalah lima petak. Pelaksanaan praktikum ini dilakukan dengan menggunakan ulangan sebanyak tiga kali yaitu antara kelas A, B, dan C. sehingga total petak tanah yang harus diolah sebanyak 15 petak tanah. Tanah yang diolah disesuaikan dengan komoditas yang akan ditanam. Pada praktikum ini, komoditas yang akan diujikan adalah jagung dan kedelai. Tanaman jagung yang diuji terdapat dua jenis yaitu jagung manis dan jagung hibrida. Kebanyakan di Indonesia, jagung ditanam di daerah dataran rendah, baik di tanah tegalan, sawah tadah hujan dan beririgasi. Serta sebagian kecil ditanam di dataran tinggi. Penanaman yang kebanyakan tidak dilakukan di dataran tinggi lantaran tanaman jagung merupakan tanaman yang memerlukan cahaya yang cukup serta penyerbukan yang terjadi secara silang sehingga akan baik jika dibudidayakan pada lahan yang notabene datar dan luas. Pengolahan tanah yang ditujukan adalah untuk membuat lingkungan tumbuh yang cocok bagi tanamn jagung maupun kedelai. Tanah yang baik untuk jagung adalah gembur dan subur, karena tanaman ini memerlukan aerasi dan drainase yang baik. Jagung dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah asalkan mendapatkan pengelolaan yang baik. Tanah dengan tekstur lempung berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Tanah-tanah dengan tekstur berat masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik bila pengolahan tanah dikerjakan secara optimal, sehingga aerasi dan ketersediaan air dalam tanah berada dalam kondisi baik (Sutoro.dkk, 1988). Tidak jauh berbeda dengan jagung, Pada jenis tanah berbpasir, produksi kedelai kurang stabil. Penanaman kedelai pada yanah-tanah berat agak sukar, namun setelah berkecambah, tanaman biasanya menunjukan pertumbuhan yang

baik. Tanah yang mempunyai tekstur sedang sangat baik bagi pertumbuhan kedelai. Kedelai juga mamp tumbuh baik pada tanah organic asal hara tanaman dapat dipenuhi. Jenis-jenis tanah dengan tingkat kesuburan rendah dapat diperbaiki dengan memberikan hara yang dianggap kurang berdasarkan analisi tanah dan analisa jaringan tanaman (Ismail, 1986). Sistem pengolahan tanah kali ini menggunakan sistem buruhan atau glebagan dalam. Sistem ini bertujuan untuk membenamkan sisa-sisa tanaman. Pada prinsinya cara pengolahan tanah dari sistem ini dimulai dengan membuat parit permulaan, lebarnya kurang lebih 50 cm dan dalamnya kurang lebih 30 cm. Tujuan dari pembuatan bedengan adalah untuk menghindarkan genangan. Setiap kelompok mendapat petak tanah untuk diolah selebar 3.2 x 4 m. Dengan berdiri di atas parit, kemudian kita mencangkul maju sambil mengisi parit dengan tanah hasil cangkulannya. Dengan demikian, paritnya menjadi berpindah lebih maju. Dengan cara demikian petakan tanah dapat diolah kemudian. Tujuan dari pembuatan bedengan adalah untuk menghindarkan genangan sehingga dapat : 1. 2. 3. 4. 5. Mencegah pemadatan tanah, Mencegah tanah kotor, Memperbaiki aerasi, Memudahkan pemeliharaan tanaman, dan Mencegah penularan penyakit tanaman.

Petakan tanah diolah atau dicangkul hingga tanah tidak lagi berbentuk gumpalan-gumpalan besar dan keras. Sisa tanaman yang ada dibuang, begitu juga dengan batu-batu yang ada. Karena sisa-sisa tanaman dan batu-batuan dapat menggangu perakaran tanaman. Namun sisa-sisa daun dapat dijadikan sebagai pupuk hijau yang dapat mengubah kandungan bahan organik didalam tanah. Tanah dicangkul hingga beberapa kali sampai mendapatkan struktur yang dikehendaki yaitu struktur remah. Tanah diolah sampai berstruktur remah karena tanah akan ditanami jenis sayuran yang mempunyai akar tidak begitu kuat menembus tanah untuk mencari zat hara dan bahan-bahan mineral. Dengan pengolahan tanah yang baik, biji-biji gulma akan terbenam kedalam tanah dan benih tanaman harus segera ditanam agar dapat tumbuh

sebelum biji gulma berkecambah. Untuk lahan kering dengan jenis tanah podsolik yang lapisan atas tanahnya tipis dan peka terhadap erosi, pengolahan tanah yang terlalu sering harus dihindarkan. Apabila tekstur tanah tidak berat, sistem pengolahan tanah minimum atau zero tillage diikuti dengan sistem pengendalian gulma yang tepat (Ismail, 1986).

VI. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat diketahui bahwa pengolahan tanah yang dilakukan adalah dengan sistem maksimumtillage yaitu dengan cara guruhan atau glebagan. Lahan dipersiapkan dengan ukuran 3,2 x 4 m dengan jarak arntar petak sebesar 50 cm dan kedalaman parit 30 cm. tujuan dari pengolahan ini untuk menggemburkan tanah dan menghilangkan gulma.

DAFTAR PUSTAKA

Aak. 1983. Dasar-dasar Bercocok Tanam. Kanisius : Yogyakarta Ismail, Inu G. Suryatna Effendi. 1986. Pertanaman Kedelai Pada Lahan Kering. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor. Sutoro. Yoyo soelaeman. Iskandar. 1988. Budidaya Tanaman Jagung. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

You might also like