You are on page 1of 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2. 1

Pneumonia

2. 1. 1 Definisi Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli) biasanya disebabkan oleh masuknya kuman bakteri, yang ditandai oleh gejala klinis batuk, demam tinggi dan disertai adanya napas cepat ataupun tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Dalam pelaksanaan Pemberantasan Penyakit ISPA (P2ISPA) semua bentuk pneumonia baik pneumonia maupun bronchopneumonia disebut pneumonia.7

2. 1. 2 Epidemiologi Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survey Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit system respiratori, terutama pneumonia.8

2. 1. 3 Etiologi Streptococcus pneumonia (pneumococcus) merupakan penyebab umum bakteri pathogen diikuti oleh Chalamydia pneumonia, Mycoplasma pneumonia. Streptococcus pneumonia, Haemophilus influenza dan Staphylococcus aureus adalah penyebab utama di rumah sakit dan kematian pneumonia pada anak-anak di negara berkembang.9 Frekuensi tinggi pneumonia yang disebabkan oleh virus terjadi antara 2-3 tahun dan menurun setelah itu. Virus penyebab pneumonia adalah influenza virus dan respiratory syncytial virus (RSV). Virus lain yang meyebabkan pneumonia adalah parainfluenza virus, adenovirus, rhinovirus dan metapneumovirus.9

2. 1. 4 Klasifikasi Klasifikasi pneumonia dapat digolongkan berdasarkan asal infeksi, lokasi lesi di paru, mikroorganisme penyebab, karakteristik penyakit, dan lama penyakit. Bedasarkan asal infeksi yaitu pneumonia-masyarakat dan pneumonia-RS. Berdasarkan lokasi lesi di paru terdiri dari lobar, bronkopneumonia, dan interstitial. Berdasarkan mikroorganisme penyebab terdiri dari bakteri, virus, mikoplasma, dan jamur. Berdasarkan karakteristik penyakit terdiri dari tipikal dan atipikal. Sedangkan berdasarkan lama penyakit terdiri dari akut dan kronis.10 Selain klasifikasi diatas, pneumonia dibagi berdasarkan usia, yaitu :10 a. Usia kurang dari 2 bulan 1. Pneumonia Berat

Bila disertai dengan tanda-tanda klinis seperti berhenti menyusu (jika sebelumnya menyusu dengan baik), kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, mengi, demam (38C atau lebih) atau suhu tubuh yang rendah (di bawah 35,5 C), pernapasan cepat 60 kali atau lebih per menit, penarikan dinding dada berat, sianosis sentral (pada lidah), serangan apnea, distensi abdomen dan abdomen tegang. 2. Bukan Pneumonia Jika anak bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali per menit dan tidak terdapat tanda pneumonia seperti di atas. b. Usia 2 bulan 5 tahun 1. Pneumonia Sangat Berat / Berat Batuk atau kesulitan bernapas yang disertai dengan sianosis sentral, tidak dapat minum, adanya penarikan dinding dada, anak kejang dan sulit dibangunkan. 2. Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa penarikan dinding dada. 3. Bukan Pneumonia Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding dada.

10

2. 1. 5 Faktor Risiko Terdapat berbagai faktor risko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas pneumonia pada anak dan balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah :11 a. Agen Salah satu faktor yang berpengaruh pada timbulnya pneumonia dan berat ringannya penyakit adalah daya tahan tubuh balita. Daya tahan tubuh tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya : 1. Status gizi Keadaan gizi adalah faktor yang sangat penting bagi timbulya pneumonia. Tingkat pertumbuhan fisik dan kemampuan imunologik seseorang sangat dipengaruhi adanya persediaan gizi dalam tubuh dan kekurangan zat gizi akan meningkatkan kerentanan dan beratnya infeksi suatu penyakit seperti pneumonia. 2. Status imunisasi Kekebalan dapat dibawa secara bawaan, keadaan ini dapat dijumpai pada balita umur 5-9 bulan, dengan adanya kekebalan ini balita terhindar dari penyakit. Dikarenakan kekebalan bawaan hanya bersifat sementara, maka diperlukan imunisasi untuk tetap mempertahankan kekebalan yang ada pada balita. Salah satu strategi pencegahan untuk mengurangi kesakitan dan kematian akibat pneumonia adalah dengan pemberian imunisasi. Melalui imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian penyakit yang dapapat dicegah dengan imunisasi.

11

3. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) ASI yang diberikan pada bayi hingga usia 4 bulan selain sebagai bahan makanan bayi juga berfungsi sebagai pelindung dari penyakit dan infeksi, karena dapat mencegah pneumonia oleh bakteri dan virus. Riwayat pemberian ASI yang buruk menjadi salah satu faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian pneumonia pada balita 4. Umur Anak Umur merupakan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia. Risiko untuk terkena pneumonia lebih besar pada anak umur dibawah 2 tahun dibandingkan yang lebih tua, hal ini dikarenakan status kerentanan anak di bawah 2 tahun belum sempurna dan lumen saluran napas yang masih sempit. b. Lingkungan Lingkungan khususnya perumahan sangat berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya pneumonia. Perumahan yang padat dan sempit, kotor dan tidak mempunyai sarana air bersih menyebabkan balita sering berhubungan dengan berbagai kuman penyakit menular dan terinfeksi oleh berbagai kuman yang berasal dari tempat yang kotor tersebut yang berpengaruh diantaranya : 1. Ventilasi Ventilasi berguna untuk penyediaan udara ke dalam dan pengeluaran udara kotor dari ruangan yang tertutup. Termasuk ventilasi adalah jendela dan penghawaan dengan persyaratan minimal 10% dari luas lantai. Kurangnya ventilasi akan menyebabkan naiknya kelembaban udara. Kelembaban yang tinggi merupakan media untuk berkembangnya bakteri terutama bakteri patogen.

12

2. Polusi Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.

2. 1. 6 Penatalaksanaan Menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), terdapat tatalaksana anak menderita batuk atau sukar bernapas yang merupakan gejala dari pneumonia, yaitu:12

Gambar 2.1 Tatalaksana Pneumonia

13

2.1.7

Pencegahan Tindakan promotif dengan penyuluhan kesehatan pada masyarakat

termasuk Posyandu dengan sasaran terutama orang tua balilta agar mengenal secara dini tanda dan gejala ISPA atau pneumonia dan segera membawa ke sarana kesehatan terdekat serta memberikan obat penunjang oleh petugas bersama kader.8 Tindakan pencegahan terjadinya ISPA, terutama ditujukan pada terjadinya faktor risikonya, seperti meningkatkan status gizi, meninggkatkan pemberian vitamin A, memperbaiki lingkungan yang kumuh, imunisasi yang lengkap pada bayi, dan pemberian ASI eksklusif.10

2.2 Program P2P Puskesmas Cimahi Tengah Upaya kesehatan ini berguna untuk mencegah dan memberantas penyakit. Di Puskesmas Cimahi Tengah ada beberapa program yang menjadi perhatian khusus, yaitu diare, imunisasi, TB Paru, kusta, dan ISPA. Adapun struktur organisasi dalam program P2P ini, yaitu : 1. Koordinator P2P 2. Diare 3. Imunisasi 4. TB Paru 5. Kusta 6. ISPA : dr. Dadan Setiawan : Mutiha Gultam : Sugiarti AMd.Keb & Lina AMd.Keb : Sri Suryaningsih : Sri Suryaningsih : Sri Suryaningsih

14

Program P2ISPA di Puskesmas Cimahi Tengah merupakan program yang menangani masalah ISPA yang ditujukan pada kelompok balita. Program P2ISPA adalah penemuan kasus secara dini baik itu balita bukan pneumonia, balita dengan pneumonia, ataupun balita dengan pneumonia berat agar dapat segera ditangani. Adapun cara menskrining ISPA di Puskesmas Cimahi Tengah, yaitu dengan menggunakan MTBS. Menurut Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), terdapat tatalaksana anak menderita batuk atau sukar bernapas yang merupakan gejala dari pneumonia, yaitu:12 1. Tanyakan keluhan utama a. Apakah anak batuk? Berapa lama? b. Apakah anak sukar bernapas? Berapa lama? 2. Lihat dan dengarkan a. Anak harus tenang, hitung napas dalam 1 menit. b. Perhatikan adakah tarikan dinding dada ke dalam. c. Adakah terdengar stridor? 3. Penentuan ada atau tidaknya tanda bahaya a. Apakah anak bisa minum atau menyusui? b. Apakah anak selalu memuntahkan semuanya? c. Apakah anak menderita kejang? d. Apakah anak tampak letargis atau tidak sadar? 4. Klasifikasi penyakit

15

Tabel 2.1 Klasifikasi Pneumonia berdasarkan MTBS Gejala Klasifikasi Tindakan/Pengobatan 1. Ada tanda bahaya Pneumonia Berat atau 1) Beri dosis pertama umum, ATAU Penyakit Sangat Berat antibiotik yang sesuai. 2. Tarikan dinding 2) Rujuk segera. dada ke dalam, ATAU 3. Stridor Napas cepat Pneumonia 1. Beri antibiotik yang sesuai. 2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman. 3. Jika batuk > 3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan. 4. Nasihati kapan kembali segera. 5. Kunjungan ulang 2 hari . Tidak ada tandaBukan Pneumonia 1. Beri pelega tenggorokan tanda pneumonia dan pereda batuk yang atau penyakit aman. sangat berat 2. Jika batuk > 3 minggu, rujuk untuk pemeriksaan lanjutan. 3. Nasihati kapan kembali segera. 4. Kunjungan ulang 5 hari jika tidak ada perbaikan.

Upaya-upaya yang telah dilakukan Puskesmas Cimahi Tengah untuk menurunkan angka kejadian pneumonia diantaranya:5 1. Dinamisasi staf dengan tujuan agar staf Puskesmas mengetahui dan mengerti tentang program ISPA khususnya pneumonia. 2. Penjaringan semua penderita pneumonia dengan tujuan pencapaian target melalui MTBS. 3. Pertemuan lintas sektoral dengan tujuan agar pihak yang bersangkutan dapat membantu tercapainya pencapaian target.

16

4. Pelatihan kader dengan tujuan agar kader mengetahui tentang ISPA khususnya pneumonia dan dapat merujuk penderita ke Puskesmas. 5. Mengadakan penyuluhan tentang ISPA khususnya pneumonia oleh petugas puskesmas dan kader kepada masyarakat baik di dalam gedung maupun di luar gedung puskesmas. Penyuluhan dilakukan 1 kali dalam 1 minggu dengan metode ceramah kelompok ataupun orang per orang.

2.3 Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.14 Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :14 1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya.

17

4. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Sebelum seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan menjadi:14 1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi: a. Penyebab penyakit b. Gejala atau tanda-tanda penyakit c. Bagaimana cara pengobatan, atau ke mana mencari pengobatan d. Bagaimana cara penularannya e. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya 2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi: a. Jenis-jenis makanan yang bergizi b. Manfaat makan yang bergizi bagi kesehatannya c. Pentingnya olahraga bagi kesehatan

18

d. Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras, narkoba dan sebagainya e. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan, dan sebagainya 3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan a. Manfaat air bersih b. Cara-cara pembuangan air limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran yang sehat, dan sampah c. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat d. Akibat polusi (polusi air, udara, dan tanah) bagi kesehatan, dan sebagainya.

2.4 Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sebagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari bebagai tingkatan yakni :14 1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan obyek. 2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang menerima ide tersebut.

19

3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini. 4. Bertanggung jawab (responsible), betanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi dalam tingkatan sikap. Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut. Oleh sebab itu indikator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan seperti di atas, yakni:14 a. Sikap terhadap sakit dan penyakit Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap: gejala atau tanda-tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan penyakit, dan sebagainya. b. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara (berperilaku) hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi (istirahat) atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatannya. c. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

20

Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Misalnya pendapat atau penilaian terhadap air bersih, pembuangan limbah, polusi, dan sebagainya.

2.5 Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang bermaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.14 Secara lebih operasional, perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap rangsangan atau stimulus dari luar subjek tersebut. Respons ini berbentuk dua macam, yakni :14 a. Bentuk pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi didalam diri manusia dan tidak dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. b. Bentuk aktif adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.

21

Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Batasan ini mempunyai dua unsure poko, yakni respons dan stimulus.14 Respons atau reaksi manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, perilaku, dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau praktis). Stimulus atau rangsangan disini terdiri dari 4 unsur pokok, yakni:14 a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespons, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, mempesepsi penyakit, dan rasa sakit yang ada pada dirinya juga diluar dirinya), maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan, adalah respons seseorang terhadap sistem pelayanan kesehatan modern maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respons terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat-obatannya, yang terwujud dalam pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas, petugas dan obat-obatan. c. Perilaku terhadap makanan yakni respons seseorang terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan. Perilaku ini manyangkut pengetahuan, persepsi, sikap dan praktek terhadap makanan serta unsur-unsur yang terkandung didalamnya, pengelolaan makanan, dan sebagainya sehubungan dengan kebutuhan. d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respons seseorang terhadapa lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas

22

lingkup kesehatan lingkungan itu sendiri, antara lain sehubungan dengan air bersih, pembuangan air kotor, limbah, dan rumah sehat.

2.6 Kerangka Pemikiran Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hamper seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survey Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2001, 27,6% kematian bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem respiratori, terutama pneumonia. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah membuat kebijakan dengan dilaksanakannya program P2ISPA. Oleh karena itu program P2ISPA menjadi prioritas dalam pelayanan kesehatan. Keberhasilan pelaksanaan program P2ISPA tergantung pada beberapa faktor yaitu petugas pelayanan kesehatan, sarana dan prasarana, kesadaran masyarakat dan peran kader. Kesadaran masyarakat mempunyai peran yang besar dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam hal ini yang diutamakan adalah kesadaran orang tua yang memiliki balita. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua terhadap pneumonia pada balita. Di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Tengah, ISPA merupakan jumlah kasus yang menduduki peringkat pertama dalam 10 besar penyakit sebanyak 5664

23

kasus. Sedangkan untuk total kasus ISPA pada anak balita pada tahun 2011 berjumlah 1572 kasus atau 27,75% dari keseluruhan kasus ISPA. Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka diagram kerangka pemikiran yang digunakan adalah sebagai berikut.

Pneumonia penyebab utama morbiditas dan mortalitas balita

Tingkat Keberhasilan Program P2ISPA

Petugas Kesehatan

Peran Kader

Masyarakat

Sarana dan Prasarana

Pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua terhadap penyakit pneumonia Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran

You might also like