You are on page 1of 17

PEMANFAATAN PESTISIDA NABATI DALAM PERDAGANGAN GLOBAL Oleh Ir. Handry R. D. Amanupunyo.

, MP Pendahuluan Menjelang era perdagangan bebas semua negara terutama negara-negara berkembang ingin memasukkan produk pertaniaannya di pasar global khususnya di negara-negara maju yang konsumennya memiliki daya beli tinggi. Namun untuk memasuki pasar global banyak persyaratan yang harus dipenuhi oleh produsen pertanian dari negara-negara berkembang, dalam persaingan mereka dengan para produsen dari negara-negara berkembang lainnya dan produsen domestik dari negara-negara industri sendiri. Karena pasar global saat ini sudah dikuasai oeh konsumen hijau yaitu konsumen sadar lingkungan, maka persyaratan lingkungan sudah merupakan persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh suatu komoditi pertanian untuk dapat menembus pasar global. Salah satu persyaratan lingkungan adalah aras kandungan residu pestisida tertentu harus berada di bawah aras tertentu yang ditetapkan oleh negara importir yang bersangkutan. Bila ditemukan kandungan pestisida di suatu komoditi pertanian berada atas MRLs (Maximum Residue Limits) yang berlaku di suatu negara, komoditi tersebut tidak dapat memasuki pasar di negara tersebut. Untuk memenuhi persyaratan tersebut, maka negara-negara yang ingin bersaing di pasar bebas harus mengusahakan agar dalam proses budidaya tanaman dan usaha tani menggunakan teknologi pengendalian hama yang tidak meninggalkan residu pestisida melebihi dari persyaratan yang ditetapkan. Salah satu alternatif teknologi pengendalian hama dan Penyakit tanaman adalah penggunaan pestisida nabati yang lebih bercirikan alami daripada ciri kimiawi. Dengan sifat-sifatnya yang mudah terurai, aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan hidup, dapat diharapkan bahwa produk-produk pertanian yang diperlukan dengan pestisida nabati dapat diterima dan berdaya saing tinggi di pasar global. Namun perlu diingatkan di sini bahwa kandungan residu pestisida hanya merupakan salah satu persyaratan lingkungan, karena masih banyak persyaratan lingkungan lainnya yang harus dipenuhi oleh petani dari negara berkembang bila mereka memperoleh label lingkungan dan sukses memasuki pasar global. Makalah ini akan membahas mengenai label lingkungan, prospek pestisida nabati dalam memenuhi persyaratan label lingkungan, dan usaha-usaha yang harus dilakukan petani untuk dapat memperoleh label lingkungan dengan memanfaatkan pestisida nabati.

Label Lingkungan Label lingkungan atau ekolabel merupakan suatu label yang ditempelkan atau disertakan pada suatu produk yang berbentuk benda atau jasa yang menyatakan bahwa produk tersebut dihasilkan dan diproses dengan menggunakan pendekatan dan teknik yang tidak membahayakan lingkungan hidup dan kesehatan manusia, termasuk tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup. Sebagai atribut lingkungan, label lingkungan dapat berbentuk pernyataan atau deklarasi berwawasan lingkungan yang berupa label, simbol, pernyataan atau grafik yang ditempelkan pada produk atau disertakan dalam bentuk buletin teknik, reklame, dll. Ekolabel mempunyai beberapa tujuan antara lain: 1. 2. 3. ` 4. 5. 6. Menyediakan dan memberikan informasi yang jelas dan akurat kepada konsumen tentang bagaimana suatu produk dihasilkan, apakah memang berwawasan lingkungan, Membantu konsumen dalam mengambil keputusan dalam membeli suatu produk yang berwawasan lingkungan, Meningkatkan kinerja perusahaan/unit produksi penghasil produk dalam pengelolaan lingkungan hidup, Memasyarakatkan dan mendorong dunia industri untuk menerapkan proses produksi berwawasan lingkungan, Membangkitkan difensiasi harga antara produk ekolabel dengan produk yang tidak didaftarkan untuk memperoleh ekolabel atau produk yang tidak berekolabel, Memberikan keuntungan kompetitif dan akses ke pasar yang lebih besar bagi produkproduk yang berekolabel Meskipun ada Negara industri yang mempersyaratkan ekolabel, tetapi pada dasarnya ekolabel bersifat sukarela, tanpa ada persyarataan dari pemerintah. Ekolabel adalah sarana atau instrument yang disediakan bagi konsumen hijau untuk menentukan pilihannya. Karena itu penggunaan label lingkungan harus didasarkan pada informasi yang akurat, teruji dan tidak curang sehingga dapat mendorong berjalannya mekanisme peningkatan pengelolaan lingkungan hidup yang digerakkan oleh mekanisme pasar. Beberapa prinsip yang harus diikuti dalam pengembangan ekolabel: a. b. Label lingkungan harus akurat, teruji (verifiable), relevan dan benar Pihak yang membuat pernyataan/label harus menyediakan informasi yang relevan mengenai kinerja lingkungan produsen yang bersangkutan

c. d. e.

Label lingkungan harus disusun berdasarkan metode-metode ilmiah yang komprehensif dan menyeluruh Informasi mengenai proses dan metodologi yang digunakan dalam memberikan label lingkungan harus diketahui oleh konsumen Label lingkungan harus memasukkan dan mencakup daur hidup atau life-cycle produk atau jasa. Daur hidup produk/jasa merupakan tahap-tahap pembuatan produk/jasa yang saling terkait sejak pengambilan dari sumber daya alam/hayati sampai pembuangan akhir

f.

Label lingkungan seharusnya tidak menimbulkan pembatasan perdagangan yang tidak adil atau membuat diskriminasi perlakuan antara produk/jasa domestik dan yang berasal dari luar negeri

g.

Standar dan kriteria yang digunakan dalam pemberian ekolabel harus dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan konsensus dengan mengikutsertakan semua pihak yang terkait dan tertarik (stakeholder).

Bagi Negara-negara berkembang sistem ekolabel dapat memberikan peluang untuk melaksanakan program pengelolaan lingkungan atau peluang lingkungan, dan peluang ekonomi karena peningkatan daya saing dan akses ke pasar global. Dengan demikian melalui penerapan ekolabel kedua tujuan yaitu ekonomi dan ekologi dapat dicapai melalui mekanisme pasar.

Persyaratan bebas residu pestisida Seperti dikemukakan di atas, persyaratan ekolabel meliputi banyak sekali persyaratan teknis yang rinci yang harus dipenuhi oleh suatu produsen agar produknya memperoleh label lingkungan. Persyaratan teknis tersebut mencakup semua tahap proses menghasilkan baik yang berbentuk barang atau jasa, termasuk produk hasil pertanian, proses produksi yang dinilai mencakup sejak tahap persiapan pembuatan atau penyediaan bahan baku, proses fabrikasi atau proses produksi, proses pengangkutan, peredaran dan pemasaran produk sampai ke proses pembuangan limbah. Rangkaian penilaian ini di istilah lingkungan hidup dikenal dengan proses from cradle to grave atau analisis daur hidup produk. Pada prinsipnya agar produk dapat memperoleh ekolabel harus ada jaminan informasi bahwa pada setiap tahap dari daur hidup proses produksi dilakukan dengan metode atau teknik yang tidak merusak lingkungan hidup dan membahayakn kesehatan manusia.

Kalau prinsip tersebut kita terapkan untuk komoditi pertanian seperti produk perkrbunan maka produsen harus dapat memberikan jaminan bahwa proses produk perkebunan dilakukan secara bersahabat terhadap lingkungan, sejak persiapan dan pengolahan tanah, perolehan bibit dan masukan produksi lain, kegiatan budidaya dan pemeliharaan tanaman, kegiatan pemanenan, pengemasan, distribusi, pemasaran sampai ke pembuangan limbah. Tentunya banyak pertanyaan dan persyaratan yang harus dijawab dan dipenuhi oleh suatu produsen/petani yang menginginkan memperoleh ekolabel dengan mengajukan permintaan pada lembaga pemberi sertifikat ekolabel. Banyak informasi relevan dalam kegiatan pemeliharaan dan perlindungan tanaman yang harus diberikan pada lembaga penilai untuk menjamin agar kegiatan perlindungan tanaman yang dilakukan tidak mengakibatkan resiko bagi kesehatan dan lingkungan hidup. Produsen harus menjawab beberapa pertanyaan yang terkait dengan perlindungan tanaman. Mungkin pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah antara lain mengenai teknik perlindungan tanaman yang dilakukan? Bila digunakan pestisida jenis pestisida apa yang digunakan dan berapa kali diperlakukan selama satu musim. Demikian juga informasi tentang teknik penggunaan atau penyemprotan pestisida dan siapa yang melakukan tindakan pengendalian. Informasi mengenai kadar residu pestisida yang berhasil dideteksi di jaringan tanaman sebelum dipasarkan juga akan ditanyakan. Dalam kaitan dengan persyaratan data mengenai teknik perlindungan tanaman tersebut informasi tentang pestisida nabati menjadi sangat relevan. Bila produsen/petani menggunakan pestisida nabati untuk usaha perlindungan tanaman, dia akan dapat memenuhi persyaratan khususnya pada proses pemeliharaan tanaman. Pertimbangan tersebut diberikan mengingat pestisida nabati adalah bahan alami yang mempunyai sifat-sifat yang memiliki resiko rendah bagi kesehatan dan lingkungan dibandingkan dengan teknik pengendalian dengan pestisida sintetik. Prospek Pestisida Nabati dalam kerangka PHT Pestisida alami adalah suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari alam, misalnya tumbuhan. Jenis pestisida ini mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemarkan lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak, karena residunya akan terurai dan mudah hilang.

Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik, yaitu dapat melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu :

merusak perkembangan telur, larva dan pupa. menghambat pergantian kulit. mengganggu komunikasi serangga. menyebabkan serangga menolak makan. menghambat reproduksi serangga betina. mengurangi nafsu makan. memblokir kemampuan makan serangga. mengusir serangga. menghambat perkembangan patogen penyakit. Mengganggu permeabilitas Membran dinding sel Patogen sehingga

patogen tidak dapat mengahmbat keluar masuknya cairan ke dalam dan keluar sel. Dengan semakin meningkatnya kesadaran lingkungan dan keinginan untuk hidup selaras dengan alam serta berkembangnya konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pestisida nabati kembali memperoleh perhatian dari para pakar dan praktisi termasuk di Indonesia setelah beberapa dekade teknik pengendalian hama tersebut nyaris dilupakan. Namun perlu dicatat di sini bahwa banyak kelompok pestisida sintetik yang sudah dikembangkan dan dipasarkan saat ini berasal dari pestisida nabati seperti karbamat dan piretroid. Perhatian banyak peneliti Indonesia terhadap pestisida nabati sangat meningkat pada dekade terakhir ini. Banyak jenis tanaman yang telah diteliti indikasi sifat insektisidal, fungisidal dan sifat-sifat pengendalian hama lainnya, seperti kunyit, jahe, kecubung, temu hitam, laos, gadung, biji bengkuang dan sirih (Martono, 1997). Seminar hasil penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati yang diselenggarakan bulan Desember 1993 (Anonim, 1994). peneliti juga telah berhasil mengembangkan kembangkan menjadi pestisida nabati spesifik lokasi Beberapa untuk di

fungisida dan insektisida untuk menggendalikan hama dan penyakit

pada tanaman ( Amanupunyo 1997, Tamaela 2005, Rieupassa 2009). Telah membahas banyak hasil penelitian mengenai siifat-sifat pestisida nabati antara lain yang berasal dari tanaman cengkeh, serai wangi, jeruju/mangrove, sirih, gadung, nimba, lada hitam, duku, nilam, piretrum, vitex trifola, nona sabrang, deris dan bengkuang. Pada kesempatan seminar tersebut Direktorat Jenderal Perkebunan telah membuat daftar sebanyak 45 jenis tumbuhan di Indonesia

yang

dapat

digunakan

sebagai

pestisida

nabati.

Namun dari berbagai hasil penelitian baik yang dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri masih banyak langkah penelitian dan pengembangan yang harus ditempuh agar jenis-jenis tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai pestisida nabati yang dapat efektif mengendalikan hama, ekonomi, praktis dan tidak membahayakan manusia dan lingkungan. Nimba, mimba atau Azadirachta indica merupakan tanaman yang sangat intensif diteliti oleh banyak peneliti dan ditinjau dari berbagai aspek pengendalian hama yang menunjukkan bahwa tanaman tersebut dapat dijadikan pestisida nabati yang dapat dimanfaatkan di lapangan, baik dilakukan secara manual Dilihat dari maupun konsep dan secara prinsip industri PHT pestisida (Schumutterer, nabati mempunyai 1995). banyak

keuntungan/keunggulan tetapi juga masih banyak kelemahannya yang secara rinci diuraikan berikut ini: Keunggulan Pestisida Nabati adalah : a) Mengurangi resiko hama mengembangkan sifat resistensi. b) Tidak mempunyai dampak yang merugikan bagi musuh alami hama. c) Mengurangi resiko terjadinya letusan hama kedua d) Mengurangi bahaya bagi kesehatan manusia dan ternak. e) Tidak merusak lingkungan dan persediaan air tanah dan air permukaan. f) Mengurangi ketergantungan petani terhadap agrokimia. g) Biaya dapat lebih murah. h). Murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani. i). Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman j). Kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain. k). Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Bahan nabati mempunyai sifat yang menguntungkan karena daya racun rendah, tidak mendorong resistensi, mudah terdegradasi, kisaran organisme sasaran sempit, lebih akrab lingkungan serta lebih sesuai dengan kebutuhan keberlangsungan usaha tani skala kecil. Oka (1993) juga mengemukakan bahwa pestisida nabati tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik, residu lebih pendek dan kemungkinan berkembangnya resistensi lebih kecil.

Kelemahan pestisida nabati antara lain : 1). Karena bahan nabati kurang stabil mudah terdegradasi oleh pengaruh fisik, kimia maupun biotik dari lingkungannya, maka penggunaannya memerlukan frekuensi penggunaan yang lebih banyak dibandingkan pestisida kimiawi sintetik sehingga mengurangi aspek kepraktisannya Kebanyakan senyawa organik nabati tidak polar sehingga sukar larut di air karena itu diperlukan bahan pengemulsi 2). 3). Bahan nabati alami juga terkandung dalam kadar rendah, sehingga untuk mencapai efektivitas yang memadai diperlukan jumlah bahan tumbuhan yang banyak. Bahan nabati hanya sesuai bila digunakan pada tingkat usaha tani subsisten bukan pada usaha pengadaaan produk pertanian massal 4). Apabila bahan bioaktif terdapat di bunga, biji, buah atau bagian tanaman yang muncul secara musiman, mengakibatkan kepastian ketersediaannya yang akan menjadi kendala pengembangannya lebih lanjut 5). Kesulitan menentukan dosis, kandungan kadar bahan aktif di bahan nabati yang diperlukan untuk pelaksanaan pengendalian di lapangan, sehingga hasilnya sulir diperhitungkan sebelumnya. 6). Daya kerjanya relatif lambat. 7). Tidak tahan terhadap sinar matahari. 8). Kurang praktisdan tidak tahan disimpan. 9). Kadang-kadang harus diaplikasikan / disemprotkan berulang-ulang. Dengan mempelajari keunggulan dan kelemahan pestisida nabati sebagai pestisida yang bersahabat dengan lingkungan, sebelum dapat digunakan di lapangan untuk mengendalikan hama dalam kerangka kerja PHT, masih memerlukan banyak langkah penelitian yang harus dilaksanakan secara terpadu dan komprehensif, mencakup banyak disiplin ilmu dan kepakaran. Pestisida nabati tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu-satunya teknik pengendalian hama yang akan digunakan, dan harus dipadukan dengan teknik-teknik pengendalian hama lainnya termasuk pengendalian hayati, sesuai dengan prinsip-prinsip PHT. Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sprayer) gendong seperti pestisida kimia pada umumnya. Namun, apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bantuan kuas penyapu (pengecat) dinding atau merang yang diikat. Caranya, alat tersebut dicelupkan kedalam ember yang berisi larutan

pestisida

nabati,

kemudian

dikibas-kibaskan

pada

tanaman.

Supaya penyemprotan pestisida nabati memberikan hasil yang baik, butiran semprot harus diarahkan ke bagian tanaman dimana jasad sasaran berada. Apabila sudah tersedia ambang kendali hama, penyemprotan pestisida nabati sebaiknya berdasarkan ambang kendali. Untuk menentukan ambang kendali, perlu dilakukan pengamatan hama seteliti mungkin. Pengamatan yang tidak teliti dapat mengakibatkan hama sudah terlanjur besar pada pengamatan berikutnya dan akhirnya sulit dilakukan pengendalian.

Apabila telah ditentukan jenis-jenis tanaman yang akan digunakan sebagai bahan dasar pestisida nabati yang sesuai dengan keadaan setempat, masalah berikutnya adalah menentukan kriteria pengambilan keputusan penggunaan pestisida nabati. Karena sifat-sifat dasar pestisida nabati berbeda dengan sifat-sifat pestisida kimia sintetik, maka konsep Ambang ekonomi atau aras luka ekonomi menjadi tidak relevan, sehingga diperlukan aras pengendalian yang khas untuk tindakan koreksi perlakuan dengan pestisida nabati. Ada kemungkinan untuk menekan populasi hama agar selalu berada di sekitar garis keseimbangan diperlukan perlakuan pestisida dengan pestisida secara berjadwal. Untuk menjawab pertanyaan kapan, dimana dan berapa kali pestisida nabati digunakan diperlukan kegiatan penelitian khusus. Pemberdayaan Petani Mengingat petani tanaman Perkebunan sudah sangat terbiasa dengan penggunaan pestisida kimia sintetik dalam usaha taninya, diperlukan usaha yang sangat keras untuk memasyarakatkan pemanfaatan pestisida nabati kepada mereka. Dengan kenyataan akan kelemahan pestisida nabati seperti yang diuraiakan sebelumnya, petani perkebunan menjadi semakin kurang semangat untuk mengubah kebiasaannya dalam melakukan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman perkebunan. Pertimbangan ekonomi dan bisnis merupakan pertimbangan utama yang digunakan oleh petani tanaman perkebunan dalam menerapkan teknologi budidaya atau pengelolaan usaha tani tertentu. Selama teknologi baru tidak mendatangkan manfaat dan keuntungan yang lebih besar daripada teknologi sebelumnya, petani perkebunan enggan untuk mengadopsi teknologi baru. Oleh karena itu penelitian aspek sosial ekonomi yang terkait dengan

introduksi teknologi pestisida nabati pada petani perkebunan perlu dilakukan, dengan asumsi bahwa teknologi pestisida nabati pengembangannya telah mapan dan efektif. Aplikasi pestisida nabati akan dirasakan bermanfaat bila dilaksanakan sendiri oleh petani dan kelompok tani perkebunan yang memiliki lahan dan modal terbatas. Untuk memberdayakan petani agar dapat memanfaatkan pestisida nabati secara efektif dan efisien dalam mengendalikan hama mereka perlu diberikan pengetahuan dan ketrampilan melalui forum pelatihan seperti SLPHT dalam menanam, memelihara tanaman serta mempersiapkan dan menggunakan pestisida nabati secara benar sesuai dengan pedoman baku yang disusun oleh para pemandu/pelatih. Petani perlu diberi pengetahuan tentang sifat-sifat dasar pestisida nabati dan prinsip penggunaanya di lapangan. Mereka perlu dilatih untuk menetapkan tanaman apa yang dipilih sebagai bahan nabati untuk pengendaluian hama setempat yang sesuai dengan keadaan setempat juga. Ketrampilan berikut adalah menentukan kapan bahan harus diambil, bagaimana cara menyimpan, cara memproses dan membuat abstrak, serta cara aplikasi di lapangan. Pemberdayaan petani dalam memanfaatkan pestisida nabati dapat dilakukan dengan menginternalisasikannya dalam program pelatihan SLPHT tanaman pangan. Melalui kegiatan kelompok dalam mendorong kreativitas dan kemandirian kelompok, dapat dilakukan studi khusus dan pengamatan mengenai persiapan dan pemanfaatan pestisida nabati yang berorientasi ekspor ke pasar global. Kegiatan studi ini dapat dilanjutkan sebagai salah satu kegiatan tindak lanjut SLPHT yang bertujuan untuk lebih memasyarakatkan pemanfaatan pestisida nabati. Dalam hubungannya dengan peningkatan daya saing produk tanaman perkebunan memasuki pasar global dengan memanfaatkan sistem ekolabel, maka perlakuan pestisda nabati yang direncanakan, diputuskan dan dilakukan oleh petani sendiri akan memperoleh nilai kredit yang nyata. Pada umumnya persyaratan ekolabel terutama untuk ekolabel pertanian organik memberikan nilai positif bagi kemandirian, pengetahuan dan kearifan tradisional yang dilakukan oleh petani. Kesimpulan 1. Agar produk pertanian dapat bersaing di pasar global perlu memperhatikan persyaratan lingkungan pada seluruh aspek budidaya dan pengelolaan usaha taninya termasuk aspek perlindungan tanaman.

2. Penggunaan pestisida nabati yang efektif dan efisien dapat memenuhi sebagian persyaratan lingkungan, karena dapat meniadakan penggunaan pestisida yang termasuk dalam kategori bahan berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan. 3. Pemanfaatan pestisida nabati untuk kegiatan perlindungan tanaman perkebunan yang direncanakan dan dilaksanakan sepenuhnya oleh petani dan atau kelompok tani setempat akan memberi nilai tambah pada pemenuhan persyaratan ekolabel. 5. Pemberdayaan masyarakat untuk mengelola agroekosistem secara berkelanjutan dengan pemanfaatan keanekaragaman hayati lokal termasuk tanaman pestisida nabati perlu dilaksanakan melalui pendekatan partisipatori seperti yang dilakukan melalui pelatihan dengan metode SLPHT.

Daftar Pustaka Amanupunyo. H.R.D. 1997 Pengaruh Bubuk Cengkeh dalam menghambat perkembangan Jamur Sklerotium rolfsii penyebab Penyakit Layu Sklerotium pada Kedelai. Universitas Gadjah mada Yogyakarta. Anonim. 1994. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor. 1-2 Desember 1993. Balitro, Bogor. 311 hal. Deere, C. 1999. Ecolabelling and Sustainable Fisheries. IUCN. Washington D.C. and FAO Rome. 32 pp. Martono, E. 1997. Biopestisida sebagai Penunjang Pertanian Berwawasan Lingkungan. Ceramah disampaikan pada Seminar Regional Pengembangan Pertanian Berwawasan Lingkungan. HIMAGRO. Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. 26 November 1997. 8 hal. Oka. I. N. 1994. Penggunaan, Permasalahan, serta Prospek Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama Terpadu. Dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Balitro. Bogor. Hal 1-10. Schumutter, H. (.ed). 1995. The Neem Tree. Source of Unique Natural Products for Integrated Pest Management, Medicine, Industry and Other Purposes. VCH, Weinheim. Germany. 696 pp. Stoll, G. 1995. Natural Crop Protection in the Tropics. Margraf Verlag. Weikersheim. Germany. 188 pp.

Beberapa contoh Pestisida Nabati


1. Pestisida Nabati Daun Pepaya Daun pepaya mengandung bahan aktif Papain, sehingga efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Cara Pembuatannya: - 1 kg daun pepaya segar di rajang - Hasil rajangan di rendam dalam 10 liter air, 2 sendok makan minyak detergen, diamkan semalam. - Saring larutan hasil perendaman dengan kain halus. - Semprotkan larutan hasil saringan ke tanaman. 2. Pestisida Nabati Biji Jarak Biji Jarak mengandung Reisin dan Alkaloit , efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap (dalam bentuk larutan ), Juga efektif untuk mengendalikan nematoda/cacing serta jamur patogen tanaman (dalam bentuk serbuk). Cara Pembuatannya: - Tumbuk 1 biji jarak dan panaskan selama 10 menit dalam air 2 liter, tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 50 gr deterjen lalu diaduk. - Saring larutan hasil perendaman, tambahkan air kembali 10 liter. - Siap dipergunakan dengan cara di semprot kan ke tanaman. 3. Pestisida Nabati Daun Sirsak Daun sirsak mengandung bahan aktif Annonain dan Resin . Efektif untuk mengendalikan hama Trip Cara Pembuatan : - Tumbuk halus 50 100 lembar daun sirsak. - Rendam dalam 5 liter air, + 15 gr detergen, aduk rata dan diamkan semalam. - Saring dengan kain halus - Dicairkan kembali 1 liter larutan pestisida dengan 10 15 liter air - Siap disemprotkan ke tanaman. tanah, 30 gr

4. Pestisida Nabati Daun Sirsak dan Jeringau Rimpang jeringau mengandung Arosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol . Efektif untuk mengendalikan hama wereng dan kepik. Cara Pembuatan: - Tumbuk halus segenggam daun sirsak , segenggam rimpang jeringau, 20 siung bawang putih. - Rendam dalam air sebanyak 20 liter, di + 20 gr sabun colek, aduk rata dan di biarkan semalam. - Saring dengan kain halus. - Encer kan 1liter pestisida dengan 50 -60 liter air - siap di semprotkan ke tanaman. 5. Pestisida Nabati Pacar Cina Pacar Cina mengandung minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tanin. Efektif untuk mengendalikan Hama ulat . Cara Pembuatan: - Tumbuk 50 -100 gr ranting atau kulit batang pacar cina, tambah 1 liter air, tambah 1 gram detergen kemudian direbus selama 45-75 menit dan diaduk agar menjadi larutan. - saring dengan kain halus. - siap disemprotkan ke tanaman. 6. Pestisida Nabati Rendaman Daun Tembakau Daun tembakau mengandung nikotin. Efektif untuk mengendalikan hama penghisap. Cara Pembuatan : - Rajang 250 gr ( sekitar 4 daun ) tembakau dan direndam dalam 8 liter air selama semalam. - Tambahkan 2 sendok detergen, aduk merata kemudian disaring. - Siap disemprotkan ke tanaman. 7. Pestisida Nabati Daun Sirih Hutan

Daun sirih hutan mengandung fenol dan kavokol . Efektif untuk hama penghisap dan jamur patogen. Cara Pembuatan: - Tumbuk halus 1 kg daun sirih hutan segar, 3 siung bawang merah, 5 batang serai. - Tambahkan air 8 10 liter air, 50 gr deterjen dan diaduk rata. - Saring dengan kain halus - Siap disemprotkan ke tanaman. 8. Pestisida Nabati Umbi Gadung Umbi gadung mengandung diosgenin, steroid saponin, alkohol dan fenol. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Cara Pembuatan : - Tumbuk halus 500 gr umbi gadung dan peras dengan batuan katong kain halus. - Tambahkan 10 liter air , aduk rata dan siap di semprotkan ke tanaman. 9. Pestisida Nabati Daun Mimba Daun mimba mengandung Azadirachtin, salanin, nimbinen dan meliantriol. Efektif mengendalikan ulat, hama penghisap, jamur, bakteri, nematoda jamur patogen Cara pembuatan a. Dengan Biji Mimba - Tumbuk halus 200 -300 gr biji mimba - rendam dalam 10 liter air semalam - Aduk rata dan saring, siap disemprotkan ketanaman. b. Dengan Daun Mimba - Tumbuk halus 1 kg daun mimba kering bisa juga dengan daun segar. - Rendam dalam 10 liter air semalam, aduk rata , saring dan siap untuk disemprotkan ke tanaman. c. Untuk mengendalikan nematoda puru akar pada tanaman tembakau lakukan 15 -30 gr daun mimba kering atau 5 -10 gr biji mimba ditumbuk halus, kemudian diberikan untuk setiap lubang tanaman tembakau.

d. Untuk mengendalikan Jamur Fusarium dan Sclerotium . sebanyak 2 -6 gr biji mimba ditumbuk lalu rendam selama 3 hari dengan air 1 liter. Lalu disaring dan siap di semprotkan ke tanaman. 10. Pestisida Nabati Srikaya dan Nona Seberang Srikaya dan nona seberang mengandung annonain dan resin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama pengisap. Cara Pembuatan - Tumbuk hingga halus 15 -25 gr biji srikaya/nona seberang - Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman. 11. Pestisida Nabati Daun Gamal Daun gamal mengandung Tanin. Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Daun gamal bila ditambah dengan minyak tanah dan detergen akan dapat dipakai sebagai insektisida. Penggunaan nya harus hati2 karena dengan adanya minyak tanah mengakibatkan tanaman terbakar dan bau bila mendekati panen.

12. Pestisida Nabati Daun Mimba dan Umbi Gadung . Efektif untuk mengendalikan ulat dan hama penghisap. Cara Pembuatan - Tumbuk halus 1kg daun mimba dan 2 buah umbi gadung racun, ditambah 20 liter air, 10 gr detergen dan aduk rata kemudian diamkan semalam, saring dan siap untuk di semprotkan ke tanaman.

13. Pestisida Nabati Serbuk Bunga Piretrum Serbuk bunga piretrum mengandung bahan Piretrin . Efektif untuk mengendalikan ulat. Cara Pembuatan - Rendan serbuk bunga piretrum sebanyak 25 gr dalam 10 liter air

- tambah 10 gr detergen, aduk rata dan biarkan semalam kemudian disaring dan siap disemprotkan ke tanaman. 14. Cengkeh Cengkeh merupakan tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di tingkat petani. Tanaman ini banyak mengandung minyak atsiri yang mempunyai nilai jual tinggi. Minyak atsiri diperoleh melalui proses ekstraksi maupun penyulingan bagian daun atau bunga cengkeh. Minyak tersebut diketahui mengandung sampai dengan 80% eugenol dan berdasarkan uji laboratorium dan rumah kaca diketahui sangat efektif membunuh nematode puru akar, M. Incognita, Juga dapat mengendalikan jamur patogen. 15. Dringgo (Acarus calamus) Akar dringgo dihancurkan sampai halus (menjadi tepung), kemudian dicampur dengan air secukupnya. Campuran antara tepung dan air tersebut dapat digunakan sebagai bahan pembasmi serangga. 16. Tembelekan (Lantara camara) daun dan cabang tembelekan dikeringkan lalu dibakar. Abunya dicampur air dan dipercikkan ke tanaman yang terserang hama, baik yang berupa kumbang maupun pengerek daun.

17. Biji buah Mengkudu/Pace. Bahan aktif : annonain dan resin Mekanisme pengendalian : penghambatan aktivitas makan hama sehingga menurunkan aktivitas hama sasaran (antifeedant) Hama sasaran : ulat, hama

penghisap (kepik, tungau) dan Patogen Cara pembuatan : 15 -25 gram biji buah pace ditumbuk sampai halus, lalu hasil tumbukannya direndam selama 1 malam dalam 1 liter air, yang ditambah 1 gram deterjen. Larutan diaduk, kemudian disaring dengan kain halus. Selanjutnya larutan siap disemprotkan ke hama sasaran. 18. Kulit Batang Pule (Alstonia Scholaris) Pohon pule biasanya diambil kayu nya untuk kebutuhan rumah dan biasanya seluruh kulit kayunya dibuang. Masyarakat Maluku biasanya memanfaatkan kulitnya sebagai obat penyakit dalam dan beberapa penyakit lainnya. Sekarang rendaman kulit kayu pule dapat di manfaatkan sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan jamur patogen tular tanah

19. Daun Kayu Manis Kayu manis biasanya di manfaatkan kulit kayu sebagai bahan rempah. Sisa limbanya berupa daun yang telah gugur dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan serangga dan Jamur Patogen Tular tanah serta sebagai bahan pestisida nabati untuk mengendalikan hama gudang pada tanaman perkebunan.

You might also like