You are on page 1of 152

Beranda

justnurman.wordpress.com Pengumpan: Tulisan Komentar MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI METODE PENGGUNAAN PERMAINAN BAHASA PADA SISWA TK X PENERAPAN METODE MIND MAP PLUS UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BIDANG PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA TK X MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG PADA SISWA TK X DENGAN METODE BERMAIN BANGUN MEMBANGUN BALOK-BALOK 26/11/2010 oleh justnurman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan formal non formal dan/ atau informal. Pendidikan non formal untuk anak dapat diperoleh melalui Taman Kanak-Kanak (TK). Salah satunya yaitu TK X. TK X adalah salah satu TK yang ada di X dimana pendirian TK X ini merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat. Program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD professional, yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasiinovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah analisis kegiatan pengembangan anak usia dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TK X yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu diakhiri lebih lanjut untuk selanjutnya di analisis secara kritis. Pada penelitian ini penulis melakukan observasi awal dengan melakukan refleksi kelemahan apa yang ada pada pengajaran siswa TK X. Dari observasi ini penulis menemukan bahwa siswa masih lemah dalam membilang angka sederhana yaitu angka 1-20. Sebagian ada yang lancar

pada bilangan 1-10, namun mulai bilangan 11 sampai 20 banyak siswa yang kesulitan mengucapkannya. Untuk mengatasi masalah ini penulis mencoba akan meneliti melalui penelitian tindakan kelas dengan metode bermain bangun-membangun dengan menggunakan balok-balok pada siswa. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah kemampuan membilang meningkat pada siswa TK X setelah melakukan pengajaran dengan metode bermain bangun membangun dengan balok-balok ? C. Tujuan Perbaikan Penelitian ini bertujuan apakah metode bagun membangun menggunakan balok-balok dapat meningkatkan kemampuan membilang pada siswa TK X. D. Manfaat Perbaikan Penelitian ini bermanfaat untuk : a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber untuk penelitian lanjut untuk pengembangan PAUD b. Memberikan wawasan dan pengetahuan pada mahasiswa tentang proses belajar di TK X. c. Melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian kelas. d. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TK X. e. Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Minat Belajar 1. Definisi Minat Belajar Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil sebuah pengajaran. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan

pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat. Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat di antaranya adalah: Menurut M. Alisuf Sabri (1995:84), minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu. Menurut Muhibbin Syah (2001:136) minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba (1990:79) minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu. Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dari keempat pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik. Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut. 2. Indikator Minat Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.7 Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah. a. Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. b. Perhatian dalam Belajar

Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran Matematika, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain: a. Motivasi Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.9 seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya. b. Belajar Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru

Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa Minat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan muridmuridnya. Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid. Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya. d. Keluarga Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua. e. Teman Pergaulan Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami. f. Lingkungan Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, flora serta faunanya Besar kecilnya pengaruh

lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya. g. Cita-cita Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk mencapainya. h. Bakat Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki. i. Hobi Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat. j. Media Massa Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa. k. Fasilitas Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut. B. Belajar Melalui Bermain Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan otot besar maupun otot halusnya,

meningkatkan penalaran, memahami lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata tertib dan disiplin. Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah, adalah penting sifatnya. Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan prasekolah yaitu mengembangkan potensi anak secara optimal. Kebebasan dalam pendidikan anak prasekolah dalam aplikasinya adalah bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kreativitasnya. Dengan bermain anak mendapat banyak informasi tentang peristiwa, orang, binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak punya kesempatan bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan perkembangan anak. Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan sesuatu yang sungguhsungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan sebagainyabekerjapun dapat diartikan bermain sementara, kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan sebenarnya (Soemantri Patmodewo. 2000: 102). Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil ahir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan kemampuan anak. Secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). (Depdikbud 1994 :11). Bermain sebagai bentuk belajar di Taman Kanak-kanak adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan teman bermainya. Barmain adalah kegiatan yang spontan dan penuh usaha dan kegiatan tersebut merupakan dasar dari perkembangan. Dalam beberapa bentuk permainan terlihat adanya persamaan yang dilakukan oleh anak-anak. Setiap anak dengan caranya sendiri dan menurut tingkat perkembangan sendiri akan selalu mencari kegembiraan dan kepuasan dalam bermain. Untuk bermain, anak membutuhkan tempat bermacam-macam alat permainan, waktu dan kebebasan. Melalui bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensi-potensi dan kemampuanya yang kreatif dan konstruksi menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar. Berkaitan dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang fungsional untuk perkembangan harmonis anak.

Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berahir pada bermain dengan diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan konsep (pengertian tertentu). Bermain diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemiarti Patmodewo, 2000:103). Barmain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial nilai dan sikap hidup. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya. Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson (Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak : a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru ibu memasak di dapur, dokter mengobati orang sakit dan sebagainya. b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar dikelas, sopir mengendarai bus, dan lain-lain. c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, dan lain-lain. d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya. e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, dan lain-lain. f. Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, dan lain sebagainya. g. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya dan lain-lain. h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan dan lain-lain.

Melalui bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan potensi dan kemampuanya yang kreatif dan konstruktif menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar, serta mengembangkan motorik dan daya pikir menjadi lebih meningkat. Menurut Rubin Fein dan Vendenberg (1983) dan Smilansky (1986) dalam Meike Sugianto (1994:21) mengemukaan tahapan perkembangan bermain kognitif adalah sebagai berikut : 1. Bermain Fungsional (Fungtional Play) Bermain seperti ini biasanya pada anak berusia 1 2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan misalnya berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengelah lilin atau tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya. 2. Bangun membangun (constructive play) Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3 6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia, misalnya : membuat rumah rumahan dengan balok kayu atau potongan lego menggambar menyusun kepingan puzzle kayu bergambar dan yang semacamnya. 3. Bermain pura-pura (make-believe play) Kegiatan berpura-pura mulai banyak dilakukan anak usia 3 7 tahun. Dalam bermain pura-pura, anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat pula anak melakukan peran imajinatif, memainkan peran tokoh yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng. Misalnya : main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi Batman atau Ksatria Baja Hitam. 4. Bermain dengan peraturan (games with rules) Kegiatan bermain jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan aak pada usia 6 11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak sudah memahami dan berusaha mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terilbat dapam permainan, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya. Misalnya : main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya. Charlotte Buhler (dalam Mayke Sugianto 1999 hal. 27) membedakan kegiatan bermain atas : 1. Permainan fungsional (Functional Games) permainan fungsional yang melibatkan pancaindra dan kemampuan motorik anak 2. Bangun membangun (Games Of Consructio) seperti pada saat anak menyusun balok atao potongan lego menjadi bangunan tertentu.

3. Bermain pura-pura (Game Of Make Belive And Illusion) anak berain pura-pura atau khayal 4. Bermain pasif (Passive Play) kegiatan ini kurang melibatkan kegiatan fisik aktif seperti tampak pada anak sedang melihat-lihat buku akan menonton film. Konneth Rubin dkk (1976, dalam Soemiarti Patmonodewo 2000 hal 34) berpendapat bawa kegiatan bermain anak pra sekolah yang dihubungkan dengan kelas sosial dan kognitif anak yaitu : 1. Bermain fungsional melakukan gerakan otot dengan atau tanpa obyek 2. Bermain konstruktif melakukan manipulasi terhadap benda-benda dalam kegiatan membuat konstruksi atau mengreasi (menciptakan sesuatu) 3. Bermain dramatik menggunakan situasi yang imajiner 4. Bermain dengan menggunakan aturan Menurut Hethering Ton & Parke (1979, dalam Moeslicha Toen 1995 hal 28) bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak mempelajari sesuatu, memecahkan masaah, meneliti lingkungan. Piaget (1969, dalam Soemiarti Patmonodewo 2000 hal 28) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Tahapan sensori motor 2. Tahapan pra operasional 3. Tahapan kongret operasional 4. Tahapan formal operasional Menurut Hurlock (1978, dalam Mayke Sugianto 1995 hal 43) bermain konstruktif yaitu kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu. Manfaat dari bermain konstruktif yaitu mengembangkan kemampuan anak untuk berdaya cipta (kreatif), melatih ketrampilan motorik halus. Melatih konsentrasi, ketekunan dan daya tahan. Yang termasuk dalam kegiatan konstruktif adalah mencipta bentuk tertentu dari balok-balok. Lilin mainan merakit kepingan kayu dll. . PTK lengkap dapat menghubungi redaksi.justnurman@yahoo.co.id

Share this:

Facebook2 Twitter Cetak Lagi

Like this: Suka Be the first to like this post. Ditulis dalam Penelitian Tindakan Kelas | Bertanda Bangun Membagun Balok-Balok, Kemampuan Membilang, Metode Bermain, PTK Taman Kanak-Kanak | 1 Komentar Satu Tanggapan

1. pada 22/06/2011 pada 12:10 pm | Balas

alifya bangka

saya membutuhkan informasi bagaimana cara mengajarkan anak anak usia 1 atau 2 tahun untuk bisa belajar sambil bermain dengan media pembelajaran seperti alat melukis,balok,koin,buku cerita ,alat bermain peran dsb nya..

Komentar RSS Tinggalkan Balasan Enter your comment here...

Pencarian untuk:

Blog Stats

1,104,513 hits Berkenan Mampir Hari Ini

counter

Tag Antasari Azhar Arsenal Bank Century Barack Obama Barclays Premier League Boediono Brasil English Premier League EPL Facebook Foto Rani Juliani Gayus Tambunan JK Win Kalimantan Timur Kasus Bank Century KPK Kriminal Lembaga Survei Liverpool Manchester City Manchester United Manohara Odelia Pinot Michael Jackson Nasrudin Zulkarnaen Obama Partai Demokrat PDIP pencemaran nama baik Pilpres 2009 PKS Polri Prita Mulyasari PTK Taman Kanak-Kanak Rani Juliani RS. Omni International SBY SBY Boediono Skandal Sri Mulyani Indrawati Susno Duadji transfer pemain twitter UU ITE Wikileaks youtube

Blog pada WordPress.com. Tema: MistyLook oleh Sadish.

Ikuti Follow Get every new post delivered to your Inbox.


Enter your

Powered by WordPress.com

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG PADA SISWA TK X DENGAN METODE BERMAIN BANGUN MEMBANGUN BALOK-BALOK 26/11/2010 oleh justnurman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan formal non formal dan/ atau informal. Pendidikan non formal untuk anak dapat diperoleh melalui Taman Kanak-Kanak (TK). Salah satunya yaitu TK X. TK X adalah salah satu TK yang ada di X dimana pendirian TK X ini merupakan salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini pada masyarakat.

Program S1 PG-PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD professional, yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasiinovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah analisis kegiatan pengembangan anak usia dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TK X yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu diakhiri lebih lanjut untuk selanjutnya di analisis secara kritis. Pada penelitian ini penulis melakukan observasi awal dengan melakukan refleksi kelemahan apa yang ada pada pengajaran siswa TK X. Dari observasi ini penulis menemukan bahwa siswa masih lemah dalam membilang angka sederhana yaitu angka 1-20. Sebagian ada yang lancar pada bilangan 1-10, namun mulai bilangan 11 sampai 20 banyak siswa yang kesulitan mengucapkannya. Untuk mengatasi masalah ini penulis mencoba akan meneliti melalui penelitian tindakan kelas dengan metode bermain bangun-membangun dengan menggunakan balok-balok pada siswa. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah kemampuan membilang meningkat pada siswa TK X setelah melakukan pengajaran dengan metode bermain bangun membangun dengan balok-balok ? C. Tujuan Perbaikan Penelitian ini bertujuan apakah metode bagun membangun menggunakan balok-balok dapat meningkatkan kemampuan membilang pada siswa TK X. D. Manfaat Perbaikan Penelitian ini bermanfaat untuk : a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber untuk penelitian lanjut untuk pengembangan PAUD b. Memberikan wawasan dan pengetahuan pada mahasiswa tentang proses belajar di TK X. c. Melatih mahasiswa dalam melakukan penelitian kelas. d. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TK X. e. Mengembangkan kemampuan mahasiswa untuk menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD. BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Minat Belajar 1. Definisi Minat Belajar Untuk dapat melihat keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar, seluruh faktor-fakor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan. Mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku siswa sebagai timabal balik dari hasil sebuah pengajaran. Tingkah laku siswa ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat mengindikasikan akan ketertarikan siswa tersebut terhadap pelajaran itu atau sebaliknya, ia merasa tidak tertarik dengan pelajaran tersebut. Ketertarikan siswa inilah yang merupakan salah satu tanda-tanda minat. Lebih lanjut terdapat beberapa pengertian minat di antaranya adalah: Menurut M. Alisuf Sabri (1995:84), minat adalah kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, minat ini erat kaitannya dengan perasaan senang, karena itu dapat dikatakan minat itu terjadi karena sikap senang kepada sesuatu, orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia sikapnya senang kepada sesuatu. Menurut Muhibbin Syah (2001:136) minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba (1990:79) minat adalah kecenderungan jiwa kepada sesuatu, karena kita merasa ada kepentingan dengan sesuatu itu, pada umumnya disertai dengan perasaan senang akan sesuatu itu. Menurut Crow dan Crow bahwa minat atau interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan, ataupun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri. Dari keempat pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa minat akan timbul apabila mendapatkan rangsangan dari luar. Dan kecenderungan untuk merasa tertarik pada suatu bidang bersifat menetap dan merasakan perasaan yang senang apabila ia terlibat aktif didalamnya. Dan perasaan senang ini timbul dari lingkungan atau berasal dari objek yang menarik. Dengan penjelasan ini, apabila seorang guru ingin berhasil dalam melakukan kegiatan belajar mengajar harus dapat memberikan rangsangan kepada murid agar ia berminat dalam mengikuti proses belajar mengajar tersebut. Apabila murid sudah merasa berminat mengikuti pelajaran, maka ia akan dapat mengerti dengan mudah dan sebaliknya apabila murid merasakan tidak berminat dalam melakukan proses pembelajaran ia akan merasa tersiksa mengikuti pelajaran tersebut. 2. Indikator Minat Belajar Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator adalah Alat pemantau (sesuatu) yang dapat memberikan petunjuk / keterangan.7 Kaitannya dengan minat siswa maka indikator adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk ke arah minat. Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar dikelas maupun dirumah.

a. Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. b. Perhatian dalam Belajar Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari pada itu. Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek tersebut. Misalnya, seorang siswa menaruh minat terhadap pelajaran Matematika, maka ia berusaha untuk memperhatikan penjelasan dari gurunya. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. Sebagaimana dikemukakan oleh Brown yang dikutip oleh Ali Imran sebagai berikut: Tertarik kepada guru, artinya tidak membenci atau bersikap acuh tak acuh, tertarik kepada mata pelajaran yang diajarkan, mempunyai antusias yang tinggi serta mengendalikan perhatiannya terutama kepada gur, ingin selalu bergabung dalam kelompok kelas, ingin identitas dirinya diketahui oleh orang lain, tindakan kebiasaan dan moralnya selalu dalam kontrol diri, selalu mengingat pelajaran dan mempelajarinya kembali, dan selalu terkontrol oleh lingkungannya. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Salah satu pendorong dalam keberhasilan belajar adalah minat terutama minat yang tinggi. Minat itu tidak muncul dengan sendirinya akan tetapi banyak faktor yang dapat mempengaruhi munculnya minat. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar siswa antara lain: a. Motivasi Minat seseorang akan semakin tinggi bila disertai motivasi, baik yang bersifat internal ataupun eksternal. Menurut D.P. Tampubolon minat merupakan perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi.9 seorang siswa yang ingin memperdalam Ilmu Pengetahuan tentang tafsir misalnya, tentu akan terarah minatnya untuk membaca buku-buku tentang tafsir, mendiskusikannya, dan sebagainya. b. Belajar

Minat dapat diperoleh melalui belajar, karena dengan belajar siswa yang semula tidak menyenangi suatu pelajaran tertentu, lama kelamaan lantaran bertambahnya pengetahuan mengenai pelajaran tersebut, minat pun tumbuh sehingga ia akan lebih giat lagi mempelajari pelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapatnya Singgih D. Gunarsa dan Ny. Singgih D.G bahwa minat akan timbul dari sesuatu yang diketahui dan kita dapat mengetahui sesuatu dengan belajar, karena itu semakin banyak belajar semakin luas pula bidang minat. c. Bahan Pelajaran dan Sikap Guru Faktor yang dapat membangkitkan dan merangsang minat adalah faktor bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, akan sering dipelajari oleh siswa yang bersangkutan. Dan sebaliknya bahan pelajaran yang tidak menarik minat siswa tentu akan dikesampingkan oleh siswa, sebagaimana telah disinyalir oleh Slameto bahwa Minat mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan sebaikbaiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Guru juga salah satu obyek yang dapat merangsang dan membangkitkan minat belajar siswa. Menurut Kurt Singer bahwa Guru yang berhasil membina kesediaan belajar murid-muridnya, berarti telah melakukan hal-hal yang terpenting yang dapat dilakukan demi kepentingan muridmuridnya. Guru yang pandai, baik, ramah , disiplin, serta disenangi murid sangat besar pengaruhnya dalam membangkitkan minat murid. Sebaliknya guru yang memiliki sikap buruk dan tidak disukai oleh murid, akan sukar dapat merangsang timbulnya minat dan perhatian murid. Bentuk-bentuk kepribadian gurulah yang dapat mempengaruhi timbulnya minat siswa. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru harus peka terhadap situasi kelas. Ia harus mengetahui dan memperhatikan akan metode-metode mengajar yang cocok dan sesuai denga tingkatan kecerdasan para siswanya, artinya guru harus memahami kebutuhan dan perkembangan jiwa siswanya. d. Keluarga Orang tua adalah orang yang terdekat dalam keluarga, oleh karenanya keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan minat seorang siswa terhadap pelajaran. Apa yang diberikan oleh keluarga sangat berpengaruhnya bagi perkembangan jiwa anak. Dalam proses perkembangan minat diperlukan dukungan perhatian dan bimbingan dari keluarga khususnya orang tua. e. Teman Pergaulan Melalui pergaulan seseorang akan dapat terpengaruh arah minatnya oleh teman-temannya, khususnya teman akrabnya. Khusus bagi remaja, pengaruh teman ini sangat besar karena dalam pergaulan itulah mereka memupuk pribadi dan melakukan aktifitas bersama-sama untuk mengurangi ketegangan dan kegoncangan yang mereka alami.

f. Lingkungan Melalui pergaulan seseorang akan terpengaruh minatnya. Hal ini ditegaskan oleh pendapat yang dikemukakan oleh Crow& Crow bahwa minat dapat diperoleh dari kemudian sebagai dari pengalaman mereka dari lingkungan di mana mereka tinggal. Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat bergaul, juga tempat bermain sehari-hari dengan keadaan alam dan iklimnya, flora serta faunanya Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya. g. Cita-cita Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk para siswa. Cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datang. Cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan, bahkan tidak jarang meskipun mendapat rintangan, seseorang tetap beruaha untuk mencapainya. h. Bakat Melalui bakat seseorang akan memiliki minat. Ini dapat dibuktikan dengan contoh: bila seseorang sejak kecil memiliki bakat menyanyi, secara tidak langsung ia akan memiliki minat dalam hal menyanyi. Jika ia dipaksakan untuk menyukai sesuatu yang lain, kemungkinan ia akan membencinya atau merupakan suatu beban bagi dirinya. Oleh karena itu, dalam memberikan pilihan baik sekolah maupun aktivitas lainnya sebaiknya disesuaikan dengan bakat dimiliki. i. Hobi Bagi setiap orang hobi merupakan salah satu hal yang menyebabkan timbulnya minat. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki hobi terhadap matematika maka secara tidak langsung dalam dirinya timbul minat untuk menekuni ilmu matematika, begitupun dengan hobi yang lainnya. Dengan demikian, faktor hobi tidak bisa dipisahkan dari faktor minat. j. Media Massa Apa yang ditampilkan di media massa, baik media cetak atau pun media elektronik, dapat menarik dan merangsang khalayak untuk memperhatikan dan menirunya. Pengaruh tersebut menyangkut istilah, gaya hidup, nilai-nilai, dan juga perilaku sehari-hari. Minat khalayak dapat terarah pada apa yang dilihat, didengar, atau diperoleh dari media massa. k. Fasilitas Berbagai fasilitas berupa sarana dan prasarana, baik yang berada di rumah, di sekolah, dan di masyarakat memberikan pengaruh yang positif dan negatif. Sebagai contoh, bila fasilitas yang mendukung upaya pendidikan lengkap tersedia, maka timbul minat anak untuk menambah

wawasannya. Tetapi apabila fasilitas yang ada justru mengikis minat pendidikannya, seperti merebaknya tempat-tempat hiburan yang ada di kota-kota besar, tentu hal ini berdampak negatif bagi pertumbuhan minat tersebut. B. Belajar Melalui Bermain Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan otot besar maupun otot halusnya, meningkatkan penalaran, memahami lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata tertib dan disiplin. Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah, adalah penting sifatnya. Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan prasekolah yaitu mengembangkan potensi anak secara optimal. Kebebasan dalam pendidikan anak prasekolah dalam aplikasinya adalah bermain. Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kreativitasnya. Dengan bermain anak mendapat banyak informasi tentang peristiwa, orang, binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak punya kesempatan bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan perkembangan anak. Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan sesuatu yang sungguhsungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang produktif; dan sebagainyabekerjapun dapat diartikan bermain sementara, kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan sebenarnya (Soemantri Patmodewo. 2000: 102). Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada hasil ahir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan kemampuan anak. Secara berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak). (Depdikbud 1994 :11). Bermain sebagai bentuk belajar di Taman Kanak-kanak adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang pendidikan berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik, alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan teman bermainya. Barmain adalah kegiatan yang spontan dan penuh usaha dan kegiatan tersebut merupakan dasar dari perkembangan. Dalam beberapa bentuk permainan terlihat adanya persamaan yang dilakukan oleh anak-anak. Setiap anak dengan caranya sendiri dan menurut tingkat perkembangan sendiri akan selalu mencari kegembiraan dan kepuasan dalam bermain. Untuk bermain, anak membutuhkan tempat bermacam-macam alat permainan, waktu dan kebebasan.

Melalui bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk mengembangkan potensi-potensi dan kemampuanya yang kreatif dan konstruksi menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar. Berkaitan dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang fungsional untuk perkembangan harmonis anak. Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat digambarkan sebagai suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berahir pada bermain dengan diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan konsep (pengertian tertentu). Bermain diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemiarti Patmodewo, 2000:103). Barmain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, emosi, sosial nilai dan sikap hidup. Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya, yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari cara baru dan sebagainya. Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson (Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak : a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru ibu memasak di dapur, dokter mengobati orang sakit dan sebagainya. b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar dikelas, sopir mengendarai bus, dan lain-lain. c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, dan lain-lain. d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya. e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, dan lain-lain. f. Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, dan lain sebagainya.

g. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhnya dan lain-lain. h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan dan lain-lain. Melalui bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengembangkan potensi dan kemampuanya yang kreatif dan konstruktif menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar, serta mengembangkan motorik dan daya pikir menjadi lebih meningkat. Menurut Rubin Fein dan Vendenberg (1983) dan Smilansky (1986) dalam Meike Sugianto (1994:21) mengemukaan tahapan perkembangan bermain kognitif adalah sebagai berikut : 1. Bermain Fungsional (Fungtional Play) Bermain seperti ini biasanya pada anak berusia 1 2 tahunan berupa gerakan yang bersifat sederhana dan berulang-ulang. Kegiatan bermain ini dapat dilakukan dengan atau tanpa alat permainan misalnya berlari-lari sekeliling ruang tamu, mendorong dan menarik mobil-mobilan, mengelah lilin atau tanah liat tanpa maksud untuk membuat bentuk tertentu dan yang semacamnya. 2. Bangun membangun (constructive play) Bermain membangun sudah dapat terlihat pada anak berusia 3 6 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak membentuk sesuatu, menciptakan bangunan tertentu dengan alat permainan yang tersedia, misalnya : membuat rumah rumahan dengan balok kayu atau potongan lego menggambar menyusun kepingan puzzle kayu bergambar dan yang semacamnya. 3. Bermain pura-pura (make-believe play) Kegiatan berpura-pura mulai banyak dilakukan anak usia 3 7 tahun. Dalam bermain pura-pura, anak menirukan kegiatan orang yang pernah dijumpainya dalam kehidupan sehari-hari. Dapat pula anak melakukan peran imajinatif, memainkan peran tokoh yang dikenalnya melalui film kartun atau dongeng. Misalnya : main rumah-rumahan, polisi dan penjahat, jadi Batman atau Ksatria Baja Hitam. 4. Bermain dengan peraturan (games with rules) Kegiatan bermain jenis ini umumnya sudah dapat dilakukan aak pada usia 6 11 tahun. Dalam kegiatan bermain ini anak sudah memahami dan berusaha mematuhi aturan permainan. Aturan permainan pada awalnya diikuti anak berdasarkan yang diajarkan orang lain. Lambat laun anak memahami bahwa aturan itu dapat dan boleh diubah sesuai kesepakatan orang yang terilbat dapam permainan, asalkan tidak terlalu menyimpang jauh dari aturan umumnya. Misalnya : main kasti, galah asin atau gobak sodor, ular tangga, monopoli, kartu, bermain tali dan semacamnya. Charlotte Buhler (dalam Mayke Sugianto 1999 hal. 27) membedakan kegiatan bermain atas :

1. Permainan fungsional (Functional Games) permainan fungsional yang melibatkan pancaindra dan kemampuan motorik anak 2. Bangun membangun (Games Of Consructio) seperti pada saat anak menyusun balok atao potongan lego menjadi bangunan tertentu. 3. Bermain pura-pura (Game Of Make Belive And Illusion) anak berain pura-pura atau khayal 4. Bermain pasif (Passive Play) kegiatan ini kurang melibatkan kegiatan fisik aktif seperti tampak pada anak sedang melihat-lihat buku akan menonton film. Konneth Rubin dkk (1976, dalam Soemiarti Patmonodewo 2000 hal 34) berpendapat bawa kegiatan bermain anak pra sekolah yang dihubungkan dengan kelas sosial dan kognitif anak yaitu : 1. Bermain fungsional melakukan gerakan otot dengan atau tanpa obyek 2. Bermain konstruktif melakukan manipulasi terhadap benda-benda dalam kegiatan membuat konstruksi atau mengreasi (menciptakan sesuatu) 3. Bermain dramatik menggunakan situasi yang imajiner 4. Bermain dengan menggunakan aturan Menurut Hethering Ton & Parke (1979, dalam Moeslicha Toen 1995 hal 28) bermain juga berfungsi untuk mempermudah perkembangan kognitif anak. Dengan bermain akan memungkinkan anak mempelajari sesuatu, memecahkan masaah, meneliti lingkungan. Piaget (1969, dalam Soemiarti Patmonodewo 2000 hal 28) menjelaskan bahwa perkembangan kognitif terdiri dari beberapa tahapan yaitu : 1. Tahapan sensori motor 2. Tahapan pra operasional 3. Tahapan kongret operasional 4. Tahapan formal operasional Menurut Hurlock (1978, dalam Mayke Sugianto 1995 hal 43) bermain konstruktif yaitu kegiatan yang menggunakan berbagai benda yang ada untuk menciptakan suatu hasil karya tertentu. Manfaat dari bermain konstruktif yaitu mengembangkan kemampuan anak untuk berdaya cipta (kreatif), melatih ketrampilan motorik halus. Melatih konsentrasi, ketekunan dan daya tahan.

Yang termasuk dalam kegiatan konstruktif adalah mencipta bentuk tertentu dari balok-balok. Lilin mainan merakit kepingan kayu dll. . PTK lengkap dapat menghubungi redaksi.justnurman@yahoo.co.id INDI Printing Walik Memuat semua hal yang pernah dikerjakan oleh kami Sabtu, 05 November 2011 LAPORAN ANALISIS PAUD DI TPA MUTIA BOJONG LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN KEGIATAN ANAK USIA DINI MELUKIS DENGAN KELERENG DI TEMPAT PENITIPAN ANAK MUTIA BOJONG KECAMATAN MREBET KABUPATEN PURBALINGGA

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD 4504) Program S1 PAUD FKIP Universitas Terbuka

Disusun Oleh : Nama : Nelly Fauziyati

NIM : 815202169 Pokjar : PURBALINGGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PURWOKERTO 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk diajukan memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini pada program Strata 1 pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka. 1. 2. 3. 4. 5. Nama : Nelly Fauziyati NIM : 815202169 Tempat Penelitian : TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga Waktu Pelaksanaan : 13 dan 14 Oktober 2011 Kelas Penelitian : Melukis Dengan Kelereng

Purbalingga, 25 Oktober 2011 Tutor Peneliti

Dra. Titin Tini Suhartinah NIP. 196303131982012003 ABSTRAK

Nelly Fauziyati NIM. 815202169

Penelitian ini berjudul Analisis Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini Melukis Dengan Kelereng Di Tempat Penitipan Anak MUTIA Bojong Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembelajaran Melukis Dengan Kelereng Di Tempat Penitipan Anak MUTIA Bojong Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitannya menyimpulkan bahwa Tempat Penitipan Anak mempunyai program mengembangkan kemampuan seni melalui Melukis Dengan Kelereng. Kegiatan tersebut dapat merangsang perkembangan seni, bahasa, sosial, emosional, fisik motorik, kognitif, kreativitas dan berpikir kritis. Dari hasil penelitian tersebut dapat disarankan agar kepala sekolah dan guru senantiasa mengembangkan kemampuan seni dan bahasa seni dan bahasa dan dapat merangsang aspek perkembangan sosial emosional dan kreativitas sehingga anak akan selalu berpikir kritis. KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Sholawat dan salam beriring salam semoga senantiasa terlimpah curah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW atas perkenan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Penelitian Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini pada Tempat Penitipan Anak (TPA) MUTIA

Bojong Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Penyusunan ini didasarkan pada mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Di Universitas Terbuka mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD 4505) wajib diikuti oleh seluruh Mahasiswa program S1 PG PAUD. Dengan Analisis Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini mahasiswa diharapkan mampu melakukan penelitian kelas secara sederhana dengan observasi, wawancara, pengumpulan dokumen serta menganalisis hasil penelitian tersebut dengan kerangka keilmuan PAUD yang dimilikinya. Selanjutnya penulis menyusun Laporan Analisis Penelitian Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini yang dilakukan di Tempat Penitipan Anak (TPA) MUTIA Bojong Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Akhirnya laporan ini dapat disusun berkat bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan analisis ini. 2. Pengelola Pokjar Purbalingga. 3. Ibunda dan Adinda tercinta yang telah banyak memberi semangat dan bantuan baik moril maupun materiil. 4. Suami tercinta yang telah memberi semangat, motivasi, materi dan meluangkan waktunya untuk membantu penulisan laporan ini. 5. Anak-anak tersayang yang rela berbagi waktu dan memberi semangat. 6. Rekan-rekan guru maupun mahasiswa yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini peneliti sangatlah menyadari dalam menyusun laporan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semua karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempatan laporan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan.

Purbalingga, Oktober 2011 Penulis

Nelly Fauziyati

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

i ii

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ABSTRAK iii iv

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1. 2. 3. 4.

vi 1 1

Latar Belakang Masalah Fokus Penelitian 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 4

BAB II LANDASAN TEORI 1. 2. 3. 4.

Pengembangan Seni 7 Pengertian Melukis 7 Manfaat Melukis Bagi Perkembangan Anak Medium dan Bahan Baku Melukis 7 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Subyek Penelitian 2. Metode Penelitian 3. Instrumen Penelitian BAB IV ANALISIS DATA 8 8 8 10

1. Tabulasi Data 2. Hasil Analisis 3. Analisis Kritis

10 13 15 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 2. Saran 17 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Wawancara 1. Instrumen Wawancara dengan Pendidik 2. Instrumen Wawancara dengan Pimpinan Lampiran B : Instrumen Hasil Wawancara 1. Instrumen Hasil Wawancara dengan Pendidik 2. Instrumen Hasil Wawancara dengan Pimpinan Lampiran C : Dokumentasi 22 20 21 18 19

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Tempat Penitipan Anak (Child Care Centre) merupakan wahana asuhan kesejahteraan sosial yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk waktu tertentu bagi anak yang orang tuanya berhalangan atau tidak punya waktu dalam memberikan pelayanan kebutuhan pada anaknya. TPA MUTIA Bojong beralamat di Jl. Raya Bojong RT 01 RW 03 Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga. Pendirian TPA MUTIA merupakan realisasi dari program pendidikan anak usia dini yang menggalakan TPA sebagai salah satu bentuk pelayanan pendidikan anak usia dini dan masyarakat. Pengurus TPA MUTIA mempunyai perhatian besar terhadap pendidikan anak usia dini sehingga mempunyai inisiatif untuk mendirikan Taman Penitipan Anak. Selain dengan menggunakan menu generik, pemenuhan gizi anak dan pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus. TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga mempunyai visi dan misi sebagai berikut : Visi : Menciptakan generasi Indonesia yang sehat, cerdas, mandiri, kreatif dan berakhlak mulia. Misi : Mendidik dan mengasuh dengan pendekatan mutu intelegensi.

Tujuan : Terpenuhinya hak anak di bidang pendidikan dan pengasuhan serta kesejahteraan sosial sehingga tumbuh dan berkembang kecerdasannya secara optimal. Program S1 PG PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusan menjadi tenaga pendidik PAUD professional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasiinovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah Analisis Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya dianalisis secara kritis.

1. Fokus Penelitian Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga maka penelitian ini difokuskan pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan "Melukis dengan Kelereng".

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan : 1. Mengumpulkan data mengenai : 1. Alasan pendidik melakukan kegiatan "Melukis dengan Kelereng". 2. Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut. 3. Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut. 2. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

1. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk : 1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga. 2. Melatih mahasiswa melakukan tindakan kelas. 3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD.

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pengembangan Seni Dalam kurikulum nasional pengembangan seni mengacu pada kompetensi dasar anak mampu mengungkapkan gagasan dan daya cipta dalam berbagai bentuk. Pembagian seni di TPA sangatlah penting. Lowen Feld dan Brittain (1980) (dalam Widia Pekerti, dkk. 2008) menjelaskan bahwa kegiatan seni berperan dalam mengembangkan berbagai kemampuan dasar dalam dirinya seperti kemampuan fisik, pikir/intelektual, emosional, kreativitas, sosial dan estetika. Haskel (1979) dalam Widia Pekerti, dkk. 2008 berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini tidak efektif atau kurang sempurna tanpa musik, rupa, gerak dan irama. Belajar melalui seni pada hakekatnya menyenangkan dan menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri sehingga belajar lebih bermakna dari pada sekedar melaksanakan perintah guru.

1. Pengertian Melukis Berdasarkan arti melukis adalah membayangkan maka objek yang ada di depan mata dibayangkan, dikaitkan, diasosiasikan dan diimajinasikan dengan objek yang pernah masuk dalam ingatan. Melukis adalah memvisualkan/menyatakan bentuk bayangan dalam bentuk gambar. Melukis mempunyai sifat bebas dan pada menggambar keterikatan mencurahkan perasaan diperbolehkan sehingga objek yang dilihat seolah-olah sebagai dorongan untuk menciptakan karya seni. Namun demikian konstelasi dunia seni lukis terdapat lukisan realis yang lukisan yang menggambarkan kondisi nyata.

1. Manfaat Melukis Bagi Perkembangan Anak Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2008 : 3.10) menyebutkan bahwa manfaat melukis bagi perkembangan anak adalah : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Melukis sebagai media mencurahkan perasaan. Melukis sebagai alat bercerita/bahasa visual/bentuk. Melukis sebagai alat bermain. Melukis dapat melatih ingatan. Melukis dapat melatih berpikir komprehensif/menyeluruh. Melukis sebagai media sublimasi perasaan. Melukis dapat melatih keseimbangan. Melukis dapat melatih kreativitas anak. Melukis dapat mengembangkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi.

1. Medium dan Bahan Baku Melukis Pada garis besar berkarya rupa terdiri dari dua jenis yaitu : 1. Medium konvensional Medium konvensional artinya medium yang digunakan sesuai dengan penggunaannya seperti kertas, kanvas, hardboard dan papan. 1. Medium inkonvensional

Medium inkonvensional artinya modifikasi medium yang sesuai dengan keinginannya misalnya melukis di atas blako, terpal dan plastik. Melukis inkonvensional pada prinsipnya melukis dengan cara berkreasi menggunakan peralatan dan teknik yang tak biasa. Cara kerjanya eksperimentasi/percobaan. Hasil percobaan ini bisa sekaligus menjadi karya seni. Cara ini disenangi oleh anak karena sifat bermainnya lebih banyak dan anak menginterpretasikan bermacam-macam teknik. Teknik melukis inkonvensional dalam melukis dapat disebutkan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Teknik tutup. Teknik campur warna kering dan warna basah. Melukis dengan teknik gesek benang. Melukis dengan teknik ikat celup. Melukis dan menempel. Melukis dengan kibasan warna cat air. Melukis dengan kelereng.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak-anak, Pendidik, Pimpinan TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang diteliti di lapangan.

3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Observasi Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu. Observasi dalam penelitian dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, selama dua jam pelajaran yaitu pada tanggal 13 Oktober 2011. Penelitian menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui kegiatan melukis dengan kelereng. 2. Wawancara Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang bisa digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pendidik dan Pimpinan Sekolah untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar kemampuan seni anak melalui pembelajaran melukis dengan kelereng. 3. Dokumentasi Dokumentasi adalah salah satu teknik pengumpulan data atau bukti-bukti serta penjelasan yang lebih luas mengenai fokus penelitian. Dokumen digunakan dengan tujuan mencari data yang berasal dari dokumen, wawancara dan catatan yang ada hubungannya dengan objek penelitian sebagai sumber data.

BAB IV ANALISIS DATA

1. Tabulasi Data Untuk memudahkan analisis data maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut :

Observasi

Anak-anak sedang melaksanaka n kegiatan melukis dengan kelereng di sentra alam cair.

Wawancara dengan Guru TPA MUTIA Bojong menerima peserta didik usis 2 5 tahun. TPA MUTIA Bojong memberikan kegiatan melukis dengan kelereng agar anak mengenal berbagai macam lukisan tidak hanya menggunakan kuas atau pensil tapi kelereng juga bisa digunakan untuk melukis. Dalam pelaksanaannya memang kami sengaja tidak satu anak satu nampan tapi kami dapat melaksanakan

Wawancara dengan Pimpinan KB

Dokumentasi

Melalui kegiatan bermain kelereng diharapkan dapat mengembang kan kreativitas anak dan dapat melatih kerja sama dengan temannya.

Sesuai dengan jadwal pemutaran sentra.

dengan kerja sama dan saling membantu untuk melatih tangan satu anak dengan pasangannya. Hari ini kami membentuk dua sentra yaitu sentra alam cair dan sentra persiapan. Untuk memberikan kesempatan pada anak agar dapat melukis dengan leluasa. Penyusunan kegiatan dibuat setiap bulan sesuai dengan tema dan mengacu pada menu generik serta dari sumber lainnya untuk membantu kelancaran pembelajaran dan menambah pengetahuna dan wawasan. Pemenuhan gizi bagi anak sangatlah penting karena dengan pemenuhan gizi yang tepat anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal.

Terdapat ruangan khusus untuk kegiatan melaluli kelereng.

Supaya anak dapat melaksanakan kegiatan dengan aman, nyaman dan menyenangka n. Untuk pemenuhan gizi anak pun kami sangat perhatikan karena dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak.

Disesuaikan dengan sentra.

Terdapat ruangan kamar khusus yang ada tulisan terapi.

Tentang pelayanan kami pada anak berkebutuhan khusus memang kami menerima juga untuk kami tangani melalui terapi yang biasanya diberikan oleh guru khusus.

Untuk anak berkebutuhan khusus kami tangani dengan diterapi secara rutin dengan harapan dapat berbaur dengan yang lain.. Jumlah tenaga pendidik di TPA kami ada 4 orang. Jumlah peserta didik di TPA kami ada 21 peserta didik. Program dirancang oleh semua pendidik dan kepala TPA.

1. Hasil Analisis Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat penelitian maka diperoleh hasil dalam kegiatan melukis dengan kelereng di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga adalah sebagai berikut : Di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga guru melakukan kegiatan pembelajaran melukis dengan kelereng yang dilakukan di TPA Bojong Mrebet Purbalingga diharapkan mampu mengembangkan kreativitas anak melalui warna dan gerakan tangan yang dapat menghasilkan lukisan inkonvensional serta dapat mengembangkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2008 : 3.10) yang

mengatakan bahwa manfaat melukis bagi perkembangan anak diantaranya adalah melatih kreativitas anak dan dapat mengembangkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi. Hasil wawancara dengan pendidik TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga bahwa kegiatan melukis dengan kelereng dapat mengembangkan seni seperti yang diungkapkan oleh Lowen Feld dan Brittain (1980) dalam Widia Pakarti, dkk. (2008) menjelaskan bahwa kegiatan seni berperan dalam mengembangkan fisik, pikir/intelektual, emosional, kreativitas, sosial dan estetika. Hasil wawancara dengan pimpinan TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga bahwa belajar melalui seni pada hakekatnya menyenangkan yang menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri sehingga belajar lebih bermakna dari pada sekedar perintah guru. Jadi, analisis data diperoleh dari data yang terkumpul melalui observasi, wawancara dengan pendidik dan pimpinan dan dokumentasi pada saat penulis melakukan penelitian dan disusun menjadi tabulasi data. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Hasil data yang telah dicapai oleh siswa melalui observasi dalam pembelajaran melukis dengan kelereng yang dilakukan di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga.

1. Analisis Kritis Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan melukis dengan kelereng merupakan kegiatan yang bermaksud mengembangkan berbagai kemampuan yang dimiliki anak yang salah satunya adalah mengembangkan kemampuan seni motorik anak. Melalui kegiatan melukis dengan kelereng yang dilakukan di TPA Bojong Mrebet Purbalingga diharapkan mampu mengembangkan kreativitas anak melalui warna dan gerakan tangan yang dapat menghasilkan lukisan inkonvensional serta dapat mengembangkan rasa kesetiakawanan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi (2008 : 3.10) yang mengatakan bahwa manfaat melukis bagi perkembangan anak diantaranya adalah melatih kreativitas anak dan dapat mengembangkan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi. Dengan kegiatan melukis dengan kelereng dapat mengembangkan seni seperti yang diungkapkan oleh Lowen Feld dan Brittain (1980) dalam Widia Pakarti, dkk. (2008) menjelaskan bahwa kegiatan seni berperan dalam mengembangkan fisik, pikir/intelektual, emosional, kreativitas, sosial dan estetika. Sedangkan Haskel (1979) berpendapat belajar melalui seni pada hakekatnya menyenangkan yang menjadikan anak belajar dari dalam dirinya sendiri sehingga belajar lebih bermakna dari pada sekedar perintah guru.

Secara umum TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga telah mempunyai kegiatan-kegiatan yang baik dan terarah. Kegiatan-kegiatan tersebut telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga anak berkembang dengan optimal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut : 1. TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga mempunyai program unggulan yaitu pelayanan anak berkebutuhan khusus/autis dengan terapi rutin. 2. Pengembangan kemampuan yang dimiliki anak salah satunya dikembangkan melalui kegiatan melukis dengan kelereng sehingga anak dapat mengembangkan kreativitas dan rasa kesetiakawanan sosial yang tinggi. 3. Lingkungan/pemetaan sentra di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga juga disiapkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pencapaian kemampuan yang dimiliki anak. 4. Tenaga pendidik yang sesuai dengan bidangnya.

1. Saran-Saran 1. Dalam mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak melalui melukis dengan kelereng hendaknya nampan/bahan perlengkapan yang ada jumlahnya memenuhi jumlah anak sehingga anak dapat bebas berkreasi. 2. Pengembangan kemampuan yang dimiliki anak melalui melukis dengan kelereng hendaknya pendidik terlibat langsung dengan anak untuk memberi motivasi dan bantuan anak ketika mengalami putus asa. DAFTAR PUSTAKA

Musfiroh Tadkiroatun. 2008. Pengembangan Kecerdasan Majemuk. Jakarta : Universitas Terbuka.

Pamadhi Hajar. Evan Sukardi S. 2008. Seni Ketrampilan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka. Pekerti Widia. 2008. Metode Pengembangan Seni. Jakarta : Universitas Terbuka.

LAMPIRAN LAMPIRAN A INSTRUMEN WAWANCARA

1. Instrumen Wawancara Dengan Pendidik. 2. Instrumen Wawancara Dengan Pimpinan. INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN PENDIDIK

1. Usia berapakah peserta didik yang diterima di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini? 2. Media dan metode apa yang diterapkan/digunakan untuk mendukung kegiatan di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini? 3. Siapakah yang menyusun/merancang kegiatan-kegiatan di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini? 4. Mengapa di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini ada ruangan khusus bertuliskan TERAPI?

INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN PIMPINAN

1. Apa keistimewaan yang dimiliki oleh TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini? 2. Mengapa terdapat ruangan khusus bertuliskan TERAPI di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini? 3. Apa yang menjadi alasan anak yang berkebutuhan khusus diterima menjadi peserta didik di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ini? LAMPIRAN B INSTRUMEN HASIL WAWANCARA

1. Instrumen Hasil Wawancara Dengan Pendidik. 2. Instrumen Hasil Wawancara Dengan Pimpinan. HASIL WAWANCARA DENGAN PENDIDIK

1. TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga menerima peserta didik dengan usia antara 2 sampai 5 tahun. 2. Media kelereng dan nampan. Di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga kelereng dan nampan digunakan untuk melukis. Anak dilatih melukis dengan kelereng. Anak menjadi

tahu bahwa untuk melukis tidak hanya bisa pakai kuas dan pensil saja, tapi kelerengpun bisa untuk melukis. 3. Penyusunan program kegiatan di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga dibuat setiap bulan dengan tema mengacu menu generik dan sumber lain agar pembelajaran lancar dan pengetahuan serta wawasan bertambah. 4. TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga menerima peserta didik berkebutuhan khusus dengan alasan untuk memberikan pelayanan minimal agar mereka dapat bergaul dengan teman sebayanya walaupun ada kekurangan. Ada tenaga pendidik khusus yang menangani peserta didik berkebutuhan khusus ini. Tidak semua guru bisa menanganinya.

HASIL WAWANCARA DENGAN PIMPINAN

1. Melalui kegiatan melukis dengan kelereng diharapkan dapat mengembangkan kreativitas anak dan dapat melatih kerja sama dengan temannya. Ada juga program pemenuhan gizi anak yang sangat kami perhatikan karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan anak. 2. Di TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga ada ruangan khusus bertuliskan TERAPI bertujuan agar anak dapat melaksanakan kegiatan dengan aman, nyaman dan menyenangkan tanpa merasa terganggu dengan proses kegiatan anak berkebutuhan khusus di ruangan TERAPI. 3. Alasan TPA MUTIA Bojong Mrebet Purbalingga menerima anak berkebutuhan khusus adalah agar mereka dapat bergaul dengan teman sebayanya walaupun ada kekurangan. Penanganannya kami lakukan dengan terapi secara rutin. 4.

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

1. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Melukis Dengan Kelereng.

DOKUMENTASI

Guru menjelaskan melukis dengan kelereng.

Anak melukis dengan kelereng.

Anak bergantian melukis dalam nampan.

Anak memajang hasil karya di dinding. Diposkan oleh Anis Kurliyanti, S.Pd.I. di 08:02 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0 komentar: Poskan Komentar Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) SMS GRATIS UNTUK RAKYAT (GSM/CDMA) ALL OPERATOR Cari Blog Ini

Arsip Blog

2011 (38) o November (37) SURAT KETERANGAN TELAH MENGAWASI UJIAN DAFTAR CALON PESERTA UAMBN 2010/2011 RESENSI BUKU : WAJAH TERAKHIR SUSUNAN OSIS SMA TERBUKA 2011/2012

SURAT PERNYATAAN PENGIRIMAN NOMOR REKENING BANK RESENSI BUKU : SUARA KRITIS TWITER RESENSI BUKU : PINTU TERLARANG RESENSI BUKU : KEJAHATAN COCA COLA RESENSI BUKU : KRETEK JAWA RESENSI BUKU : PANJI TENGKORAK : VIA EDIT RESENSI BUKU : JURNALISME DAN POLITIK DI INDONESIA... PANITIA OMO OSIS SMA TERBUKA KUTASARI : MINTA TAMB... BLANKO SURAT OSIS SMA TERBUKA KUTASARI 2011 RESENSI BUKU : PANJI TENGKORAK JADWAL MATA PELAJARAN KELAS VI SD DAFTAR ANGGOTA MPS OSIS SMA TERBUKA KUTASARI 2011/... RESENSI BUKU : GARIS TENGAH RESENSI BUKU AYAT-AYAT CINTA LAPORAN PANITIA PERPISAHAN MIM WALIK 2011 SURAT KEPUTUSAN KELULUSAN MIM WALIK 2011 TEKS BANTUAN UNTUK WALI NIKAH SURAT UNDANGAN PAUD SUBULUSSALAM WALIK PROGRAM KERJA PARTAI NASDEM SKHU SEMENTARA MIM WALIK 2011 SURAT KUASA PENGAMBILAN DANA BSM SUSUNAN ACARA PENGUMUMAN UJIAN SUSUNAN ACARA PENGAJIAN DALAM RANGKA PERPISAHAN SI... RAHASIA PEREMPUAN KISAH PERJALANANKU KE YOGYAKARTA SERIAL KEY SMADAV 7 PRO LAPORAN ANALISIS PAUD DI BA AISYIYAH KEMBARAN KULO... LAPORAN ANALISIS PAUD DI KB AL-AMANAH GEMBONG LAPORAN ANALISIS PAUD DI KB UMP DUKUHWALUH LAPORAN ANALISIS PAUD DI TPA MUTIA BOJONG LAPORAN ANALISIS PAUD RESENSI BUKU 2 Resensi Buku Oktober (1)

Pengikut Mengenai Saya Anis Kurliyanti, S.Pd.I. Lihat profil lengkapku Share it

Total Tayangan Laman 3,102 Amazon Contextual Product Ads Den Baguse Sudarno HP. 085385142863. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger.

Beranda About Mesothelioma Cancer Trick and Tips Google Adsense Download Area Daftar Isi

RSS Subscribe: RSS feed Tutorial Hadisetyo Media Komunikasi dengan Sesama Penelitian : Analisis Pengembangan Kegiatan Anak membaca Cerita Bergambar di Kelompok Bermain Ananda Posted on November 24, 2009 2

Waktu Pelaksanaan : 19 Oktober 2009 Tempat Penelitian : KB Ananda UPTD SKB Wonosobo I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kelompok Bermain (KB) Ananda UPTD SKB Wonosobi merupakan salah satu Kelompok Bermain yang ada di kabupaten Wonosobo yang beralamat di Jl. Mayjen Bambang Sugeng Km. 1 Sidojoyo Wonosobo. Keberadaan KB ANANDA sebagai salah satu layanan program PAUD jalur non formal yang dimiliki UPTD SKB Wonosobo. Dengan jumlah rata-rata murid 40 orang per tahun, terbagi menjadi 2 kelompok usia yaitu kelompok A : 2 3 tahun, kelompok B : 3,5 4 tahun. Waktu

kegiatan belajar mengajar di masing-maisng kelompok telah disesuiakan dalam 1 (satu) minggu 3 kali pertemuan selama 2,5 jam. Letak geografis yang strategis membuat kelompok bermain Ananda menjadi salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang banyakj diminati oleh para orang tua. Ditambah lagi dengan lengkapnya sarana dan prasarana yang sudah sesuai dengan standart layanan PAUD jalur non formal. Sebagai rambu-rambu dalam penyusunan kegiatan belajar hariannya menggunakan Menu Generik yang diterbitkan oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, dengan menggunakan metode pembelajaran BCCT (Beyond Centers and Circles Times) lebih jauh tentang sentra dan saat lingkaran, yaitu metode pendekatan sentra yang berpusat pada minat dan bakat anak. Dimana dalam pembelajarannya anak sebagai subyek pendidik berlaku sebagai fasilitator, motivator dan evaluator. Salah satu kegiatan atau pembiasaan yang ada di KB Ananda adalah kegiatan anak membaca cerita bergambar sebagai alat menstimulasi kemampuan anak di dalam berpikir dan berpendidik secara demokratis sejak dini, dan tidak dibatasi oleh pemikiran pemikiran orang dewasa. Program S1 PG PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusannya menjadi tenaga pendidik PAUD professional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah Analisis Pengembangan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di KB Ananda yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatankegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya dianalisis secara kritis. 2. Fokus Penelitian Setelah diadakan observasi di salah satu ruang KB Ananda, maka penelitian ini terfokus pada salah satu kegiatan anak, yaitu kegiatan anak membaca cerita bergambar secara bergantian dipandu pendidik. 3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : a. Mengumpulkan data mengenai : 1) Alasan pendidik melakukan kegiatan anak membaca cerita bergambar secara bergantian dan dipandu oleh pendidik 2) Melatih kemampuan membaca dan bercerita sedini mungkin guna mengembangkan kemampuan berbahasa anak 3) Agar anak dapat belajar aktif, kreatif dan melatih kemandirian anak untuk berfikir cerdas dan kritis b. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai membaca cerita bergambar 4. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk : a. Memberi masukan terhadap kegiatan membaca cerita bergambar di kelompok bermain Ananda b. Melatih mahasiswa melakukan penelitian tindakan kelas c. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga PAUD II. Landasan Teori 1. Pengertian Membaca

Menurut Yuni Pratiwi dkk (2007 : 1 5) membaca adalah kegiatan berbahasa yang secara aktif menyerap informasi atau pesan yang disampaikan melalui media tulis, seperti buku, artikel, modul, surat kabar atau media tulis lainnya. Disebut aktif karena membaca bukan sekedar memahami lambang tulisan tapi juga membangun makna, memahami, menerima, menolak, membandingkan dan menyakini isi tulisan. Selanjutnya dalam kamus wikipedia (bahasa) membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi dari sesuatu yang ditulis. Membaca melibatkan pengenalan symbol yang menyusun sebuah bahasa. Membaca dan mendengar adalah dua cara paling umum untuk mendapatkan informasi. Dari usia tiga tahun sampai lima tahun, anak-anak menyukai buku cerita pendek dan sederhana atau buku-buku bertema , cerita bergambar tanpa teks. Banyak buku-buku yang diminati anak terutama buku-buku alphabet. Sekali lagi, perluasan pengalaman membaca buku dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan yang akan dapat menambah kosakata, memahami isi, memfokuskan perhatian pada saat bercerita dan membaca. Peternakan sapi adalah salah satu contoh cerita yang dapat meningkatkan partisipasi dan spontanitas anak dalam membaca sepanjang waktu. Saat anak-anak menikmati pengalaman membaca buku dan bercerita. Merupakan hal yang tidak biasa jika mereka berdandan menganggap diri mereka adalah guru yang membacakan cerita di depan kelas atau meminta cerita favorit mereka dibacakan kembali. 2. Pengertian Membaca Bercerita menurut Winda Gunardi dkk (2008 : 5 3) adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bias dilakukan secara lisan dan tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga. Seorang anak yang berada pada rentang usia 3 4 tahun mulai menyukai tuturan cerita atau ia sendiri mulai senang untuk menuturkan sebuah cerita. Selanjutnya bercerita menurut NH Bambang Bimo Suryono (2008, Juli) adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Rangkaian peristiwa yang disampaikan baik berasal dari kegiatan nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Adapun cerita yang akan disajikan untuk anak usia 3 4 tahun tentu saja sesuai dengan dunia kehidupan mereka. Isi cerita harus bersumber dari pengalaman sehari-hari yang mungkin dialaminya atau hal-hal sederhana yang mudah dicerna oleh tahapan berpikirnya. 3. Gambar Yang dimaksud menggambar adalah menorehkan perasaan, mengungkapkan keinginan dan menceritakan pengalaman dengan mengguratkan coretan sampai membentuk gambar, ketrampilan menggambar juga melatih kemampuan kreatif anak, dan juga melatih keberanian serta percaya diri. III. Metodologi Penelitian 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian ini adalah anak-anak kelompok bermain Ananda, pendidik dan pimpinan Kelompok Bermain Ananda UPTD SKB Wonosobo 2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode interpretative yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang diteliti di lapangan. 3. Instrumen penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi, yaitu untuk melihat fenomena kegiatan anak membaca cerita bergambar secara bergantian dipandu oleh pendidik b. Wawancara, yaitu untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai kegiatan anak membaca cerita bergambar c. Dokumentasi, yaitu mengumpulkan bukti-bukti dan penjelasan yang lebih luas mengenai kegiatan anak membaca cerita bergambar. Catatan secara umum : Kegiatan anak-anak di dalam sentra seni yaitu : kemampuan anak membaca gambar seri sambil menceritakannya tergolong kegiatan yang unik karena sepanjang pengetahuan saya anak usia 3 4 tahun jarang sekali ada yang sudah bias memabaca gambar seri dna menceritakan isi gambar tersebut mengingat pada usia itu kemampuan berbahasa anak masih belum optimal. Apalagi gambar seri yang dibaca anak belum pernah dilihat dan didengar oleh anak sebelumnya disampaikan oleh pendidik. Justru dalam kegiatan ini dilatih untuk mempunyai keberanian menyampaikan ide atau gagasan mereka di depan pendidik dna teman-temannya. Pendidik juga membantu menstimulasi kemampuan berfikir kritis anak melalui pertanyaan pertanyaan / jawaban yang disampaikan oleh teman-teman maupun pendidik agar anak memiliki pengayaan dalam mengelola kosa kata baru. Dari hasil observasi, Andriarti memilih fenomena-fenomena yang berkaitan dengan kegiatan anak dalam sentra seni yaitu : Kemampuan anak membaca gambar seri dan menceritakannya,s ebagai upaya peningkatan kecerdasan berbahasa anak di kelompok bermain Ananda UPTD SKB Wonosobo Suka Be the first to like this post. Posted in: PTK

INDI Printing Walik Memuat semua hal yang pernah dikerjakan oleh kami Sabtu, 05 November 2011 LAPORAN ANALISIS PAUD DI KB AL-AMANAH GEMBONG LAPORAN PENELITIAN DAN ANALISIS PENGEMBANGAN KEGIATAN ANAK USIA DINI BERCERITA MENGGUNAKAN BUKU CERITA DI KELOMPOK BERMAIN AL-AMANAH GEMBONG KECAMATAN BOJONGSARI KABUPATEN PURBALINGGA

Laporan ini disusun untuk memenuhi Tugas mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD 4504) Program S1 PAUD FKIP Universitas Terbuka

Disusun Oleh : Nama : Nelly Fauziyati

NIM : 815202169 Pokjar : PURBALINGGA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA PURWOKERTO 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disusun untuk diajukan memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini pada program Strata 1 pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka. 1. 2. 3. 4. 5. Nama : Nelly Fauziyati NIM : 815202169 Tempat Penelitian : KB AL-AMANAH Gembong Bojongsari Purbalingga Waktu Pelaksanaan : 13 dan 14 Oktober 2011 Kelas Penelitian : Bercerita Menggunakan Buku Cerita

Purbalingga, 25 Oktober 2011 Tutor Peneliti

Dra. Titin Tini Suhartinah NIP. 196303131982012003 ABSTRAK

Nelly Fauziyati NIM. 815202169

Penelitian ini berjudul Analisis Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini Bercerita Menggunakan Buku Cerita Di Kelompok Bermain Al-Amanah Gembong Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembelajaran Bercerita Menggunakan Buku Cerita Di Kelompok Bermain Al-Amanah Gembong Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga.

Penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitannya menyimpulkan bahwa Kelompok Bermain mempunyai program mengembangkan kemampuan bahasa melalui Bercerita Menggunakan Buku Cerita. Kegiatan tersebut dapat merangsang perkembangan bahasa, sosial, emosional, fisik motorik, kognitif, kreativitas dan berpikir kritis. Dari hasil penelitian tersebut dapat disarankan agar kepala sekolah dan guru senantiasa mengembangkan kemampuan bahasa dalam bercerita menggunakan buku cerita sehingga dapat menstimulasi kegiatan belajar bahasa dan dapat merangsang aspek perkembangan sosial emosional dan kreativitas sehingga anak akan selalu berpikir kritis. KATA PENGANTAR

Puji syukur, Alhamdulillah kehadirat Alloh SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Sholawat dan salam beriring salam semoga senantiasa terlimpah curah kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW atas perkenan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Analisis Penelitian Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini pada Kelompok Bermain Al-Amanah Gembong Kecamatan Bojongsari Kabupaten Purbalingga. Penyusunan ini didasarkan pada mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Di Universitas Terbuka mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD 4505) wajib diikuti oleh seluruh Mahasiswa program S1 PG PAUD. Dengan Analisis Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini mahasiswa diharapkan mampu melakukan penelitian kelas secara sederhana dengan observasi, wawancara, pengumpulan dokumen serta menganalisis hasil penelitian tersebut dengan kerangka keilmuan yang dimilikinya. Selanjutnya penulis menyusun Laporan Analisis Penelitian Pengembangan Kegiatan Anak Usia Dini untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kegiatan Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini yang dilakukan di Kelompok Bermain Al-Amanah Gembong Bojongsari Purbalingga. Akhirnya laporan ini dapat disusun berkat bimbingan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dosen Pembimbing yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyelesaikan laporan analisis ini. 2. Pengelola Pokjar Purbalingga. 3. Ibunda dan Adinda tercinta yang telah banyak memberi semangat dan bantuan baik moril maupun materiil. 4. Suami tercinta yang telah memberi semangat, motivasi, materi dan meluangkan waktunya untuk membantu penulisan laporan ini. 5. Anak-anak tersayang yang rela berbagi waktu dan memberi semangat.

6. Rekan-rekan guru maupun mahasiswa yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Pada kesempatan ini peneliti sangatlah menyadari dalam menyusun laporan ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semua karena keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Untuk itu saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempatan laporan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi peningkatan mutu pendidikan.

Purbalingga, Oktober 2011 Penulis

Nelly Fauziyati

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

i ii

LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ABSTRAK iii iv

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI v

DAFTAR LAMPIRAN

vi

BAB I PENDAHULUAN 1. 2. 3. 4.

1 1

Latar Belakang Masalah Fokus Penelitian 3 Tujuan Penelitian 3 Manfaat Penelitian 3 4

BAB II LANDASAN TEORI 1. 2. 3. 4. 5.

Pengertian Metode Bercerita 7 Tujuan Metode Bercerita 7 Bentuk Metode Bercerita 7 Fungsi Metode Bercerita 7 Manfaat Bercerita 7 8

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Subyek Penelitian 2. Metode Penelitian 3. Instrumen Penelitian BAB IV ANALISIS DATA 1. Tabulasi Data 2. Hasil Analisis 3. Analisis Kritis 8 8 8 10 10 13 15

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan 2. Saran 17 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN 17

17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Instrumen Wawancara

1. Instrumen Wawancara dengan Pendidik 18 2. Instrumen Wawancara dengan Pimpinan Kelompok Bermain Lampiran B : Instrumen Hasil Wawancara

19

1. Instrumen Hasil Wawancara dengan Pendidik 20 2. Instrumen Hasil Wawancara dengan Pimpinan Kelompok Bermain Lampiran C : Dokumentasi 22

21

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang PAUD Al-Amanah Gembong adalah lembaga pendidikan yang sejak berdirinya sampai sekarang telah mengelola beberapa unit kegiatan yaitu POS PAUD, Kelompok Bermain dan Taman Penitipan Anak dimana pada umumnya memiliki watak dan warna Islam. PAUD Al-Amanah Gembong berdiri tanggal 11 November 2006 dan disahkan sebagai badan hukum oleh Notaris Heri Prastowo Wisnu Widodo, S.H. pada tanggal 28 Juli 2009. Pada kesempatan itu dihadapan Notaris Heri Prastowo Wisnu Widodo, S.H. disertai oleh ketiga orang yang merupakan petinggi dari Lembaga PAUD antara lain Tohar, Siti Nafsiyati, S.P. dan Dariyah Parsiyah, A.Ma. PAUD Al-Amanah Gembong telah memperoleh izin operasional dari Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga. Untuk POS PAUD dengan Nomor SK Pendirian 800/008/2008. Untuk Kelompok Bermain (KB) dengan Nomor SK Pendirian 800/013/2008. Untuk Taman Penitipan Anak (TPA) dengan Nomor SK Pendirian 800/045/2010. Sedangkan tanah yang dipakai untuk menyelenggarakan proses pendidikan tersebut adalah tanah Desa Gembong. Bangunan yang ada merupakan bantuan dari PNPM-Mandiri tahun 2008. PAUD Al-Amanah Gembong mempunyai visi dan misi sebagai berikut : Visi : Terwujudnya pendidikan anak yang berkualitas, kreatif, menyenangkan dan islami yang mampu menghasilkan lulusan yang memiliki kesalehan pribadi, sosial, kecendekiawanan dan kebangsaan.

Misi : 1. Mewujudkan lembaga pendidikan anak usia dini yang unggul dan islami. 1. Menciptakan lingkungan belajar dan bermain yang menumbuhkan suasana belajar aktif, kreatif, menyenangkan, sehat dan inovatif bagi anak. 2. Mencetak lulusan yang memiliki prestasi kesalehan pribadi, sosial, kecendekiawanan dan kebangsaan serta memiliki komitmen kemanusiaan dan keberadaban yang islami. Program S1 PG PAUD Universitas Terbuka menargetkan lulusan menjadi tenaga pendidik PAUD professional yaitu yang dapat mengembangkan program PAUD dan membuat inovasiinovasi. Salah satu mata kuliah yang harus ditempuh mahasiswa adalah Analisis Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini. Dalam rangka memenuhi tugas-tugas dalam mata kuliah tersebut maka telah dilakukan penelitian di PAUD Al-Amanah Gembong yang bertujuan mengumpulkan data mengenai kegiatan-kegiatan anak yang dianggap perlu diteliti lebih lanjut untuk selanjutnya dianalisis secara kritis.

1. Fokus Penelitian Setelah diadakan observasi di salah satu ruang kelas Kelompok Bermain Al-Amanah Gembong Purbalingga maka penelitian ini difokuskan pada salah satu kegiatan anak yaitu kegiatan "Bercerita Menggunakan Buku Cerita".

1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Mengumpulkan data mengenai : 1. Alasan pendidik melakukan kegiatan "Bercerita Menggunakan Buku Cerita". 2. Tujuan pendidik melakukan kegiatan tersebut. 3. Kebijakan yang mendukung pendidik melakukan kegiatan tersebut. 2. Membuat analisis kritis (critical analysis) mengenai kegiatan tersebut.

1. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Memberi masukan terhadap kegiatan pengembangan anak di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga. 2. Melatih mahasiswa melakukan tindakan kelas. 3. Mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis suatu kegiatan anak di lembaga Taman Kanak-Kanak.

BAB II LANDASAN TEORI

1. Pengertian Metode Bercerita Metode bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan, informasi atau sebuah dongeng belaka yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis. Cara penuturan cerita tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan alat peraga atau tanpa alat peraga. Seorang anak yang berada pada rentang usia 3 sampai 4 tahun mulai menyukai tuturan cerita atau ia sendiri mulai senang untuk menuturkan cerita. (dalam Winda Gunarti, dkk. 2008 : 5.3). Cerita disajikan untuk anak usia 3 sampai 4 tahun tentu saja harus sesuai dengan dunia kehidupan mereka. Isi cerita harus bersumber dari pengalaman sehari-hari yang mungkin dialaminya atau hal-hal sederhana yang mudah dicerna oleh tahapan berfikirnya.

1. Tujuan Metode Bercerita Metode ini dapat digunakan untuk mengembangkan perilaku dan kemampuan dasar pada anak usia dini termasuk pada anak usia 3 sampai 4 tahun. Menurut Winda Gunardi, dkk. 2008 : 5.4 tujuan dari metode bercerita adalah sebagai berikut : 1. Mengembangkan kemampuan berbahasa diantaranya kemampuan menyimak/listening juga kemampuan dalam berbicara/speaking serta menambah kosa kata yang dimilikinya. 2. Mengembangkan kemampuan berpikirnya karena dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatian dan berfantasi mengenai jalan cerita serta mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik. 3. Menanamkan pesan-pesan moral yang terkandung dalam cerita yang akan mengembangkan kemampuan moral agama misalnya konsep benar salah atau ketuhanan.

4. Mengembangkan kepekaan sosial emosi anak tentang hal-hal yang terjadi di sekitarnya melalui tuturan cerita yang disampaikan. 5. Mengembangkan potensi kreatif anak melalui keragaman ide cerita yang dituturkan.

1. Bentuk-Bentuk Metode Bercerita Bentuk-bentuk bercerita terbagi menjadi 2 jenis yaitu : 1. Bercerita tanpa alat peraga Bercerita tanpa alat peraga dapat diartikan sebagai kegiatan bercerita yang dilakukan oleh guru atau orang tua tanpa menggunakan media atau alat peraga yang bisa diperlihatkan pada anak. 1. Bercerita dengan alat peraga Bercerita dengan menggunakan alat peraga berarti kita menggunakan media atau alat pendukung untuk memperjelas penuturan cerita yang kita sampaikan. Bercerita menggunakan alat peraga dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu : 1. Bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung Bercerita dengan menggunakan alat peraga langsung yaitu kita bercerita dengan menggunakan alat peraga asli sesuai dengan kenyataannya. 1. Bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung Bercerita dengan menggunakan alat peraga tidak langsung yaitu bercerita dengan menggunakan alat peraga atau media bukan asli atau tiruan. Salah satu contohnya adalah bercerita dengan menggunakan buku cerita. Kegiatan bercerita ini menggunakan buku cerita sebagai alat peraga pendukung cerita. Kegiatan bercerita ini sering disebut juga dengan kegiatan membacakan cerita karena buku cerita yang kita gunakan biasanya dibacakan pada anak. Anak usia 3 sampai 4 tahun mulai tumbuh minat terhadap buku dan senang mendengarkan cerita. Mereka senang meminta pada orang tuanya untuk dibacakan cerita. Kegiatan bercerita dengan menggunakan buku cerita ini berpengaruh positif untuk memupuk kecintaan anak terhadap buku yang nantinya akan mengembangkan minat awal untuk membaca. Menurut Tampubolon (1991 : 50) "Baik sekali jika cerita diambil dari buku cerita anak."

1. Fungsi Bercerita Masih menurut Tampubolon, 1991 : 50 "Bercerita pada anak memainkan peranan penting bukan saja dalam menumbuhkan minat dan kebiasaan membaca, tetapi juga dalam mengembangkan bahasa dan pikiran anak".

1. Membacakan Cerita Hal-hal yang perlu diperhatikan saat membacakan cerita untuk anak yang lebih tua atau anak toddler (2-4 tahun) adalah sebagai berikut (Dombro, Colker, Dodge, 1999): 1. Yakinkan bahwa semua anak merasa nyaman, juga pendidik. 2. Dorong anak menggunakan ilustrasi dalam buku untuk mengira-ngira apa yang terjadi. 3. Berikan jeda sejenak saat membaca dan memperbolehkan anak-anak untuk menebaknebak kalimat atau cerita selanjutnya pada halaman berikutnya. 4. Loncati episode tertentu dari cerita dalam buku yang sudah dihafal anak dari waktu ke waktu. 5. Berikan respon terhadap kode-kode verbal dan non verbal dari anak tentang gambar yang tertera dalam buku. 6. Hubungkan isi cerita dengan kehidupan keseharian anak. 7. Jika anak terlihat responsif dan antusias, cobalah membaca buku secara keseluruhan sekaligus. 8. Doronglah anak untuk merefleksikan cerita dalam buku. 9. Bersiap-siaplah untuk membacakan cerita yang sama berulang-ulang dari hari ke hari.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah anak-anak, Pendidik, Pimpinan Kelompok bermain AlAmanah Gembong Purbalingga.

2. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode interpretatif yaitu menginterpretasikan data mengenai fenomena/gejala yang diteliti di lapangan.

3. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini : 1. Observasi Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku anak dalam situasi tertentu. Observasi dalam penelitian dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, selama dua jam pelajaran yaitu pada tanggal 4 Oktober 2011. Penelitian menggunakan teknik observasi untuk memperoleh data yang berkaitan dengan aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung melalui pembelajaran memcoba dan menceritakan apa yang terjadi jika benda-benda didekatkan dengan magnet. 2. Wawancara Wawancara adalah salah satu teknik pengumpulan data yang bisa digunakan untuk menggali informasi lebih mendalam mengenai fokus penelitian. Wawancara dilakukan oleh peneliti dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan pendidik dan Pimpinan Sekolah untuk memperoleh data tentang peningkatan hasil belajar kemampuan bahasa anak melalui kegiatan bercerita menggunakan buku cerita.

BAB IV ANALISIS DATA

1. Tabulasi Data Untuk memudahkan analisis data maka data hasil penelitian dibuat tabulasi sebagai berikut :

Observasi

Anak-anak duduk di karpet mendengar kan cerita menggunak an buku cerita dari pendidik.

Wawancara dengan Guru Kelompok Bermain kami menerima usia 3 4 tahun dan kami sudah mengembangka n minat awal anak untuk membaca lewat kegiatan membacakan cerita pada anak. Tentunya cerita sesuai dengan dunia kehidupan mereka serta isi cerita bersumber dari pengalaman sehari-hari

Wawancara dengan Pimpinan KB

Dokumentasi Dalam rencana kegiatan tertulis bahwa anak-anak akan mendenarkan cerita dan menceritakan kembali isi cerita dari pendidik. Dalam dokumen pendirian lembaga tercantum bahwa tujuan pendirian KB Al-Amanah Gembong adalah membantu

Melalui kegiatan bercerita maka diharapkan kemampuan berbahasa anak berkembang dengan optimal dengan kata lain kegiatan ini bertujuan menambah kosa kata bahasa tulis anak.

anak. Hari ini adalah sentra persiapan dan kami memberikan kegiatan untuk mengembangka n tahap perkembangan bahasa anak lewat membacakan buku cerita.

anak mengembangk an kemampuan yang dimiliki agar berkembang dengan optimal.

Guru meminta anak-anak untuk menceritak an kembali cerita yang dibacakan dengan bahasa anak.

Dengan anakanak menceritakan kembali ceritanya maka anak akan berlatih untuk menyimak dan mengembangka n kemampuan berbicara anak.

Kami berkeinginan agar kemampuan anak dapat berkembang dengan optimal termasuk kemampuan bahasa anak dan anak dapat mengekspresika n perasaannya lewat bercerita. Selain menggunakan menu generik kami juga mengembangkan cinta budaya bangsa agar nanti anak dapat mengenal kebudayaannya sendiri dan dalam pengembangann ya kita mengenalkan tarian Jawa. Program

Di dinding ditempeli gambargambar dengan tulisannya juga ada gambar tokoh perwayanga n yaitu Werkudara.

Sesuai dengan logonya yaitu Werkudara kita ingin mengenalkan kebudayaan asli Indonesia kepada anak sedini mungkin agar anak-anak tahu dan nantinya dapat mencintai budayanya sendiri.

dirancang bersama-sama sesuai dengan tahap perkembangan anak. Jumlah pendidik kami di KB ini ada 4 orang. Jumlah anak 20 dibagi dalam 2 ruang. Pada KB kami menggunakan model sentra dan ada 5 sentra dalam KB kami ini.

1. Hasil Analisis Berdasarkan observasi yang telah dilakukan oleh penulis pada saat penelitian maka diperoleh hasil dalam kegiatan bercerita menggunakan buku cerita di KB Al-Amanah Gembong Bojongsari Purbalingga adalah sebagai berikut : Di KB Al-Amanah Gembong Bojongsari Purbalingga guru melakukan kegiatan pembelajaran diharapkan mampu menumbuhkan minat awal anak untuk membaca melalui kegiatan mendengar dan berbicara sesuai pendapat Bromley (1992) yang menyatakan bahwa terdapat empat macam bentuk bahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Hasil wawancara dengan pendidik KB Al-Amanah Gembong Bojongsari Purbalingga bahwa kemampuan anak dalam mendengar dan menambah perbendaharaan kosa kata sehingga dapat membantu kemampuan anak berbicara. Pendidik memberikan kegiatan bercerita dengan posisi anak duduk di lantai sehingga anak merasa nyaman mendengarkan cerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hilderbrand (1986 : 337) "Beberapa guru lebih menyukai anak duduk di lantai terutama bila lantainya diberi tikar atau karpet." Mereka menganggap pengaturan seperti itu lebih memberikan iklim yang menyenangkan dan ketenangan

Hasil wawancara dengan pimpinan KB Al-Amanah Gembong Bojongsari Purbalingga bahwa dengan anak menceritakan kembali isi cerita yang telah didengarnya maka anak akan belajar menyimak dan membaca. Thaiss (dalam Bromley, 1992) mengemukakan bahwa anak dapat memahami dan dapat mengingat suatu informasi jika mereka mendapatkan kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya atau memanipulasinya. Jadi, analisis data diperoleh dari data yang terkumpul melalui observasi, wawancara dengan pendidik dan pimpinan KB dan dokumentasi pada saat penulis melakukan penelitian dan disusun menjadi tabulasi data. Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif. Hasil data yang telah dicapai oleh siswa melalui observasi dalam pembelajaran bercerita menggunakan buku cerita yang dilakukan di KB Al-Amanah Gembong Bojongsari Purbalingga.

1. Analisis Kritis Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kegiatan anak Bercerita dengan Buku Cerita merupakan suatu kegiatan yang bermaksud mengembangkan kemampuan bahasa anak yang merupakan kemampuan yang dikembangkan di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga. Melalui kegiatan bercerita dengan buku cerita yang dilakukan di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga diharapkan mampu menumbuhkan minat awal anak untuk membaca melalui kegiatan mendengar dan berbicara sesuai pendapat Bromley (1992) yang menyatakan bahwa terdapat empat macam bentuk bahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan bercerita yang dikembangkan oleh pendidik di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga akan meningkatkan kemampuan anak dalam mendengar dan menambah perbendaharaan kosa kata sehingga dapat membantu kemampuan anak berbicara. Pendidik memberikan kegiatan bercerita dengan posisi anak duduk di lantai sehingga anak merasa nyaman mendengarkan cerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hilderbrand (1986 : 337) "Beberapa guru lebih menyukai anak duduk di lantai terutama bila lantainya diberi tikar atau karpet." Mereka menganggap pengaturan seperti itu lebih memberikan iklim yang menyenangkan dan ketenangan. Dengan anak menceritakan kembali isi cerita yang telah didengarnya maka anak akan belajar menyimak dan membaca. Thaiss (dalam Bromley, 1992) mengemukakan bahwa anak dapat memahami dan dapat mengingat suatu informasi jika mereka mendapatkan kesempatan untuk membicarakannya, menuliskannya, menggambarkannya atau memanipulasinya. Secara umum KB Al-Amanah Gembong Purbalingga telah mempunyai kegiatan-kegiatan yang baik dan terarah. Kegiatan-kegiatan tersebut telah disusun sedemikian rupa sesuai dengan tahap perkembangan anak sehingga anak berkembang dengan optimal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan Dari tabulasi dan analisis data dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut : 1. KB Al-Amanah Gembong Purbalingga mempunyai program unggulan yaitu pengenalan seni budaya dan kegiatan iqra. 2. Pengembangan kemampuan bahasa anak salah satunya dikembangkan melalui kegiatan bercerita dengan buku cerita. Sehingga anak dapat belajar menyimak dan mengembangkan imajinasi anak terhadap isi cerita/objek dalam cerita. 3. Lingkungan di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga juga disiapkan sedemikian rupa sehingga dapat mendukung pencapaian kemampuan bahasa anak. 4. Tenaga pendidik yang sesuai dengan bidangnya.

1. Saran-Saran 1. Dalam mengembangkan kemampuan seni anak pendidik bisa memberikan kegiatan yang lain yang lebih bervariasi sesuai dengan tingkat perkembangan anak sehingga kemampuan bahasa anak berkembang dengan optimal. 2. Pengembangan kemampuan seni budaya dikemas melalui kegiatan yang menyenangkan sehingga anak lebih termotivasi dan menikmati dunia bermainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati Luluk, dkk. 2008. Pengolahan Kegiatan Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka. Dhieni Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : Universitas Terbuka. Gunarti Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta : Universitas Terbuka.

Scribd Upload a Document


panduan pe

Search Documents

Explore

Erna Ernaliz

inShare

Embed Doc Copy Link Readcast Collections 4 Comments

Download

BAB VKESIMPULAN DAN SARANA.

Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis pada kegiatan pembelajaran berhitungdengan media puzzle pada anak Kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, maka dapat disimpulkansebagai berikut :1.

Pembelajaran dengan media puzzle dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak.2.

Penjelasan dan peragaan guru akan mudah dipahami anak bila anak diberi kesempatan langsung berhitung-hitung dengan bendanya dan diberi kesempatan untuk bertanya.3.

Kemampuan kognitif anak dengan bermain puzzle dapat ditingkatkan dengan memberi motivasidan media yang bervariasi dan langsung dapat disentuh oleh anak.4.

Kegiatan pembelajaran anak akan tidak membosankan bila dilakukan d e n g a n s i t u a s i ya n g menyenangkan atau tidak tertekan dengan keinginan guru untuk pencapaian indikator karenasesuai prinsip belajar di TK yaitu belajar seraya bermain. B.

Saran Berdasarkan kesimpulan dari pelaksanaan observasi kemampuan kognitif anak denganmedia bermain puzzle pada anak kelompok B di TK Pertiwi 1 Banyurip, maka dikemukakansaran-saran sebagai berikut :1.

Bagi Gurua.

Guru dalam menjelaskan materi kepada anak hendaknya memberi kesempatan pada anak untuk bertanya. b.

Guru hendaknya memberi motivasi belajar dalam setiap kegiatan pembelajaran.c.

Guru hendaknya menggunakan media dan metode pembelajaran yang sesuai dengan minat anak.d.

Guru jangan membiarkan anak melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bimbingan.2.

Bagi Sekolaha.

Proses kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rancangan kegiatan. b.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal sesuai indikator.c.

Kualitas pembelajaran semakin meningkat.

DAFTAR PUSTAKA Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.Sujiono, Yuliana Nurani. 2004. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta : Universitas Terbuka.Montolalu. 2005. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta : Universitas Terbuka.Wardhani, IGAK, Wihardit Kuswaya. 2002. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Universitas Terbuka.G u n a r t i , W i n d a . 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia D i n i . Jakarta : Universitas Terbuka.W i l l i a m , A n n e D . 2 0 0 7 . J i g s a w a P u z z l e s a B r i e f H i s t o r y f r o m t h e 1 7 6 0 5 t o M o d e r n D a y P u z z l e Markers. (http://jigsawpuzzle.org/jigsaw-puzzle-historyy.html).Puzzle.2007. (http://en.wikipedia.org/wiki/whodunit).Puzzle.2011. (http://en.wikipedia..org/wiki/file:jigsaw puzzling.at.ocp.jpg)

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN BERPERAN SEBAGAIPENILAI DALAM PENYELENGGARAAN PKP Kepada Yth.Kepala UPBJJ UT 44 SurakartaDi SurakartaYang bertanda tangan di bawah ini, menerangkan bahwa : Nama : SRI INDARTI, S.P.d

NIP : 19630806 198303 2 006Tempat mengajar : TK Pertiwi 1 BanaranAlamat Sekolah : Banaran, Sambungmacan, SragenMenyatakan bersedia berperan sebagai penilai dalam pelaksanaan PKP atas nama : Nama : DWI GINARSIH NIM : 821 158 079Tempat mengajar : TK Pertiwi 1 BanyuripAlamat Sekolah : Gondangkalang, Banyurip, Sambungmacan, SragenDemikian surat pernyataan ini kami buat, semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. MengetahuiKepala TK Pertiwi 1 BanyuripSambungmacan, Oktober 2011Penilai 1

T S S

R I . P . P

d d

W A H Y . S R I .

U I

N N

I D

, A R T I ,

NIP.19630806 198303 2 006 REFLEKSI HARI PERTAMA D a l a m k e g i a t a n ya n g d i l a k s a n a k a n p a d a k e g i a t a n i n t i d i R e n c a n a K e g i a t a n . H a r i a n (RKH) Siklus II yaitu membongkar dan memasang puzzle. Dari hasil refleksi dalam memasang puzzle anak agak kesulitan dalam memasangkan puzzle sesuai pasangannya, sehingga hasil belum maksimal.

REFLEKSI HARI KEDUA Pada kegiatan berhitung dengan bermain puzzle berkat bimbingan, dan motivasi gurum u l a i a d a p e n i n g k a t a n d i b a n d i n g k e g i a t a n p a d a R e n c a n a K e g i a t a n H a r i a n s a t u , u p a y a meningkatkan hasil yang lebih baik perlu adanya pengulangan perbaikan pada siklus ketiga.

REFLEKSI HARI KETIGA Pada kegiatan yang ada di Rencana Kegiatan Harian (RKH) ketiga Siklus II ini sudahmenampakkan hasil, maka guru berusaha menambah kegiatan bermain puzzle yang bervariasiyang telah tersedia pada kegiatan pembelajaran hari ketiga ini. Guru hares selalu membimbinganak supaya mencapai hasil yang maksimal sesuai dengan indikator yang ditentukan.

Leave a Comment

Submit Characters: 400

Intan Fara i like it :-) 04 / 21 / 2012

Helmy Okey bisa buat inspirasi j 04 / 20 / 2012

Fitri Cayank Nadia refleksi per RKH nya singkat,padat,jelas...... 04 / 16 / 2012

Pebrizal Icang tk's 03 / 15 / 2012 Contoh Lap Pkp Download or Print 1,049 Reads

Uploaded by Ali Masih Islam

TIP Press Ctrl-F to quickly search anywhere in the document.

44 p.

Contoh Lap Pkp Upload a Document


panduan pe

Search Documents

Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd About Press Blog Partners Scribd 101 Web Stuff Support FAQ Developers / API Jobs Terms Copyright Privacy

Copyright 2012 Scribd Inc. Language: English

Scribd Upload a Document


panduan pe

Search Documents

Explore

Erna Ernaliz

inShare

Embed Doc Copy Link Readcast Collections 4 Comments

Download

Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran berhitung dengan bermain puzzle padaanak

kelompok B Taman Kanakkanak Pertiwi 1 Banyurip sudah dinyatakan berhasil sesuaidengan

indikator yang ditentukan. Keberhasilan tersebut diupayakan guru dalam persiapannyame

milih metode pembelajaran yang tepat, alat peraga yang memadai, situasi yang kondusif, sertamotivasi yang

sangat berperan dalam tujuan pembelajaran. Data keberhasilan dapat dilihat padatabel data hasil

pembelajaran Siklus II sebagai berikut : Tabel 4.5Tabel Data Hasil Nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok

BTaman Kanakkanak Pertiwi 1 Banyurip

NoNama A n a k Hasil Anak Siklus IKet.I I

I I I I V o o o

I V o o

Anisa AhsanaN.


Awaludin RidhoU.


Alvin Mustofa L.


Andara Diva A.


Bareta KartikaC.

Dinta Cantika F.


Fuad Maskuni

Friska Dwi A.

Iktifa R.


10.

Khoirul S.

11. M.Candra J.


12. Masruri A.


13.

Nadia A.


14. Putri A.


15.

Ridwan N.


16.

Rahmat I.


17. Rio F.


18. Sindi S.


19. Tegar G.


20.

Z. Della S.


21.

Niansa

J u m l a h 4 116410721092 7121317
Keterangan :

1). Kegiatan hari ke-1 membongkar dan memasang

puzzle sesuai dengan pasangannya.2). Kegiatan hari ke-2 memasangkan puzzle dengan mencari 2 bagian

yang hilang.3). Kegiatan hari ke3 lomba memasangkan puzzle dengan mencari lambang bilangan 1-8

di belakang gambar puzzle.4). Kegiatan hari ke-4 mencari dan memasang puzzle yang diacak hingga berbentuk

puzzle yangutuh.5). Kegiatan hari ke-5 menjiplak bentuk puzzle pada lembar kegiatan dan mewarnainya.

B. Pembahasan dari Setiap Siklus

1.

Pra SiklusBerdasarkan pelaksanaan prasiklus terlihat bahwa :a.

Suasana pembelajaran khususnya pembelajaran kognitif anak masih terlihat kurang aktif. Anak-

anak malas dan kurang senang mengerjakan kegiatan berhitung. Anakanak malas dan kurangsenang

mengerjakan kegiatan berhitung. Anak kurang suka dengan metode dan media

yangdigunakan oleh guru. b. Pada kenyataannya anak belum bisa memahami

harapan dari guru yaitu kreatif dan terampildalam kegiatan berhitung. Anak masih menggantungkan

menyelesaikan tugas berhitung kepada bimbingan guru satu persatu.c.

Anak merasa bosan dengan kegiatan berhitung. Media dan sumber belajar yang digunakankurang

menarik minat anak.d. Dorongan serta motivasi yang dibutuhkan anak kurang.2.

Siklus pertamaa. Suasana pembelajaran ada perubahan yang semula anak ramai sendiri

sekarang sudah lebihaktif. Anak sudah bisa memusatkan perhatian keinginan guru. Meskipun media

yang digunakanuntuk kegiatan berhitung masih bersifat sederhana, anak sudah mampu

memusatkan perhatiandalam proses pembelajaran. Hal itu disebabkan karena

pembelajaran yang diberikan gurudianggap unik. b.

Dalam kegiatan berhitung semua anak aktif bersama-sama menyelesaikan tugas berhitungdengan

semampunya. Tetapi hasil yang diharapkan belum dapat terpenuhi karena anak belumterbiasa

dengan kegiatan berhitung.c. Kemampuan menyelesaikan tugas berhitung masih bervariasi,

ada anak yang menyelesaikantug as dengan cepat dan tepat, tetapi masih ada juga anak yang kurang tepat.3.

Siklus keduaa. Suasana pembelajaran pada siklus kedua sudah menyenangkan,

karena ada keseimbangan antaramedia yang digunakan oleh guru dengan keaktifan anak dalam

meningkatkan pembelajaran. b. Dalam kegiatan berhitung mengalami kemajuan, anak-

anak dapat berkreasi sesuai keinginanguru.c. Kemampuan menyelesaikan tugas berhitung

lebih lancar dan cepat dari waktu yang ditentukan.


Tabel 4.6Ringkasan Hasil Nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok

BTaman Kanakkanak Pertiwi 1 Banyurip

Hari ke Jenis Kegiatan PrasiklusHasil

Anak JumlahAnak
o

1.

Membongkar dan memasangpuzzle sesuai denganpasanganny a.1 4 5 2 2 1 2.

Memasangkan puzzle denganmencari 2 bagian yang hilang.9 8 4 2 1 3.

Lomba memasangkan puzzledengan mencari lambangbilangan 1-8 di belakanggambar

puzzle.8 9 4 2 1

4.

Mencari dan memasangpuzzle yang diacak hinggamembentuk

puzzle yang utuh.6 1 0 5 2 1 5. Menjiplak bentuk puzzle padalembar kegiatan

danmewarnai. 4 1 1 6 2 1

Dari tabel 4.6 dalam kegiatan siklus kedua di atas maka dapat disimpulkan tentangketercapa ian indikator yang

ditentukan dalam bentuk prosentase. Adapun rincian perbaikansebagai berikut :1.

Kegiatan hari ke-1 dari 21 anak yang nilainya baik ada 6 anak (30%), yang nilanya cukup ada 11anak (55%), dan yang nilanya

kurang ada 4 anak (15%).2. Kegiatan hari ke-2 dari 21 anak yang nilainya baik ada 7 anak (35%),

yang nilainya cukup 10anak (50%) dan yang nilainya kurang ada 4 anak (15%).3.

Kegiatan hari ke-3 dari 21 anak yang nilainya baik ada 9 anak (45%), yang nilainya cukup ada10 anak (50%), dan yang

nilainya kurang ada 2 anak (5%).4. Kegiatan hari ke-4 dari 21 anak yang nilainya baik ada 12 anak (60%),

yang nilainya cukup ada7 anak (35%), dan yang nilainya kurang ada 2 anak (5%).5.

Kegiatan hari ke-5 dari 21 anak yang nilainya baik ada 17 anak (80%), yang nilainya cukup ada3 anak (15%), dan yang

nilainya kurang ada 1 anak (5%).Grafik 4.3Grafik Hasil nilai Pembelajaran Siklus II Kelompok BTaman Kanak-

kanak Pertiwi 1 Banyurip


LAMPIRAN LAMPIRAN A INSTRUMEN WAWANCARA

1. Instrumen Wawancara Dengan Pendidik. 2. Instrumen Wawancara Dengan Pimpinan. INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN PENDIDIK

1. Usia berapa saja yang diterima di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga ini dan apa keistimewaan KB ini dari KB lainnya? 2. Mengapa anak disuruh menceritakan kembali cerita yang sudah didengarnya dengan bahasa sendiri? 3. Kenapa di dinding ditempeli gambar-gambar dan tulisan-tulisan serta ada gambar tokoh wayang Werkudara?

INSTRUMEN WAWANCARA DENGAN PIMPINAN

1. Apa dasar pemikiran di KB Al-Amanah Gembong diterapkan kegiatan bercerita dengan buku cerita? 2. Model pengembangan kegiatan apa yang diterapkan di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga ini dan siapa yang merancangnya?

LAMPIRAN B INSTRUMEN HASIL WAWANCARA

1. Instrumen Hasil Wawancara Dengan Pendidik. 2. Instrumen Hasil Wawancara Dengan Pimpinan. HASIL WAWANCARA DENGAN PENDIDIK

1. Di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga kami menerima usia 3 sampai 4 tahun dan kami sudah mengembangkan minat awal anak untuk membaca lewat kegiatan membacakan cerita pada anak. 2. Dengan anak-anak menceitakan kemabali ceritanya maka anak akan berlatih untuk menyimak dan mengembangkan kemampuan berbicara anak. 3. Sesuai dengan logonya yaitu Werkudara kita ingin mengenalkan budaya asli Indonesia kepada anak sedini mungkin agar anak-anak tahu dan nantinya dapat mencintai budayanya sendiri.

HASIL WAWANCARA DENGAN PIMPINAN

1. Melalui kegiatan bercerita maka diharapkan kemampuan berbahasa anak berkembang dengan optimal dengan kata lain kegiatan ini bertujuan menambah kosa kata anak dan anak dapat berani mengekspresikan perasaannya lewat cerita.

2. Di KB Al-Amanah Gembong Purbalingga kami menggunakan model sentra dan ada 5 sentra dalam KB ini dan program dirancang bersama sesuai dengan tahap perkembangan anak. 3.

LAMPIRAN C DOKUMENTASI

1. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Bercerita Menggunakan Buku Cerita.

DOKUMENTASI

Guru membacakan buku cerita.

Anak mendengarkan cerita

Anak menceritakan kembali isi cerita.

Anak melihat buku cerita bergambar. Diposkan oleh Anis Kurliyanti, S.Pd.I. di 08:04 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook 0 komentar: Poskan Komentar

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom) Amazon Contextual Product Ads Den Baguse Sudarno HP. 085385142863. Template Picture Window. Diberdayakan oleh Blogger. /.,

You might also like