You are on page 1of 9

The Input-Process-Output Model - A General Organizing Model Dalam kelompok, terdapat dua tipe permasalahan, yaitu: Permasalahan tugas

Permasalahan tugas merupakan kesulitan yang dihadapi oleh kelompok ketika mengerjakan tugasnya, seperti contohnya perencanaan untuk persetujuan akan sebuah kebijakan, anggota kelompok akan langsung menyetujui masalah tersebut, mereka menganalisa situasi, menyarankan solusi dan mempertimbangkan alternatif-alternatif Hambatan interpersonal Membuat keputusan dalam kelompok tidak sama dengan pemecahan masalah dari individu yang disebabkan oleh hubungan interpersonal. Hambatan interpersonal muncul ketika dua orang atau lebih datang untuk mencoba mengatasi masalah. Hambatan yang akan muncul antara lain pembuatan ide, penanganan masalah, pengaturan perbedaan, dan lain sebagainya. Di beberapa kelompok diskusi, anggota akan menyetujui secara simultan dengan permasalahan tugas dan hambatan interpersonal. Disini ada beberapa pengaruh terhadap proses output: Perbedaan mendasar antara tugas kerja dan hubungan interpersonal telah mengesampingkan perhatian dalam penelitian dan teori komunikasi kelompok kecil. Semua tipe tingkah laku menjadi hal yang produktif dan semua analisa pemecahan masalah harus disetujui. Ketika kerja tugas dan tugas interpersonal mengintegrasikan keefektifan. Pertemuan kerja akan menghasilkan solusi atau hasil dari kelompok saat pimpinan secara tetap mengatur proses kerja kelompok. Sebagai contoh, ketika kelompok bertemu untuk merencanakan piknik sekaligus untuk memperbaiki hubungan interpersonal dan menjalankan tugas kelompok dengan baik, akan didapatkan solusi yang baik ketika semua itu direncanakan oleh seorang pemimpin. Penghargaan kelompok dapat menjadi hal yang positif maupun negatif. Ketika tujuan sukses dicapai, akan menjadi penghargaan yang positif untuk anggota kelompok. Dengan kesuksesan komunikasi terkadang akan menghasilkan penghargaan interpersonal. Dampak negatif akan diterima kelompok ketika mendapat penghargaan yang negatif. Contohnya, ketika perencanaan piknik sukses dilakukan, maka akan menimbulkan kesenangan terhadap hubungan interpersonal dan pekerjaan dapat dinikmati serta diselesaikan dengan baik sehingga menimbulkan dampak positif terhadap kelompok. Tetapi ketika perencanaan piknik gagal diselesaikan dan tidak dapat mengatasi perbedaan yang ada, maka akan menimbulkan dampak yang negatif dikemudian hari. Kelompok menghabiskan energi. Beberapa usaha untuk memecahkan permasalahan tugas dan beberapa persetujuan interpersonal. Raymond Cattell memakai istilah sinergi untuk usaha kelompok. Kebanyakan sinergi dicurahkan pada perdebatan interpersonal yang disebut dengan sinergi intrinsik (hakiki) dan energi tinggal (yang tersisa) yang memungkinkan untuk tugas yaitu sinergi efektif. Jika sinergi efektif tinggi, tugas akan terselesaikan secara efektif. Jika tidak, akan terselesaikan secara tidak baik. Level dari sinergi dalam sebuah kelompok merupakan hasil dari berbagai sikap dari anggota kepada yang lainnya. Perselisihan memerlukan persetujuan yang baik dari energi dicurahkan kepada pengelolaan kelompok, membiarkan hal kecil untuk menyelesaikan tugas. Disisi lain, jika individu memiliki sikap yang sama, hal itu membutuhkan sedikit investasi interpersonal dan sinergi efektif akan lebih bagus. Anggota kelompok memiliki berbagai macam perilaku pada persoalan subjek, perbedaaan tingkat motivasi, dan perbedaan gaya belajar. Tidak setiap orang berkontribusi pada upaya kelompok. Segala percekcokan diantara dampak konstitusi interpersonal merupakan sinergi intrinsik/hakiki. Asumsikan bahwa setelah mendapatkan kembali tes tingkat, kamu merasa bahwa studi kelompok telah gagal untuk mencapai tujuan dari keuntungan mutual, dan kamu memutuskan untuk bergabung dengan kelompok lain atau studi sendiri. Dalam kasus ini, sinergi efektif dari komunikasi sangat lambat bahwa hal ini tidak menyelesaikan lebih dari yang bisa kamu selesaikan sendiri. Tetapi, perkiraan bahwa kamu bergabung dengan kelompok lain yang menyetujui segera pada bagaimana diproses dan menurunkan kinerja. Karena halangan interpersonal itu sedikit, kelompok dapat kohesif / bersatu. Sinergi efektif tinggi dan anggota kelompok lebih baik mengerjakan ujian daripada mereka harus menyelesaikan studinya sendiri. Pengalaman di dua kelompok menunjukkan hal yang penting dari energi interpersonal (sinergi intrinsik) dan hubungannya dengan outcome (sinergi efektif). Model Kerja Sederhana dari Kelompok Pengambilan Keputusan

Teori Umum Fungsional Teori Umum Fungsional. Randy Hirokawa dan rekan-rekannya telah menjadi pemimpin dalam tradisi fungsional. Pekerjaan mereka melihat berbagai kesalahan yang dapat membuat kelompok, yang bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal kelompok perlu mempertimbangkan untuk menjadi lebih efektif. Deskripsinya dari proses pengambilan keputusan kelompok pada dasarnya mencerminkan pemecahan masalah urutan Dewey. Urutan umum dari pemecahan masalah Mengidentifikasi dan menilai masalah di sini grup menghadapi berbagai pertanyaan:. Apa yang terjadi? Mengapa? Siapa yang sakit? Mengumpulkan dan mengevaluasi informasi Sebagai kelompok membahas solusi yang mungkin, informasi terus dikumpulkan. Usulan alternatif Usulan ini adalah untuk penyelesaian masalah Tujuan Tujuan yang ingin capai dalam memecahkannya Dievaluasi Tujuan-tujuan dan proposal alternatif dievaluasi, dengan tujuan akhir untuk mencapai konsensus pada tindakan.

Faktor-faktor yang bekontribusi terhadap keputusan yang salah 1. Penilaian yang tidak tepat dari masalah, yang berasal dari analisis yang tidak memadai atau situasi yang tidak akurat. 2. Tujuan yang tidak tepat . 3. Penilaian yang tidak tepat terhadap kualitas positifdan negatif, mengabaikan keuntungan tertentu, kekurangan, atau berbagai usulan. 4. Kelompok dapat mengembangkan basis informasi yang tidak memadai. Permasalahan yang mungkin masuk dan harus segera mendapat keputusan yang harus diambil oleh suatu kelompok, dalam proses tersebut harus menganalisis situasi yang terjadi atas informasi dasar yang dimiliki serta menganalisis konsekuensi positif atau negatif yang nantinya akan diterima selanjutnya adalah mengdentifikasi berbagai alternatif yang bisa diambil dalam mengambil keputusan dan mengidentifikasi tujuan apa yang ingin dicapai oleh kelompok tersebut,setelah mengetahui konsekuensi dari pengambilan keputusan berdasarkan alternatif-alternatif yang telah dibicarakan dan tujuan yang telah sama barulah dipilih keputusan mana yang akan diambil . Sebuah kelompok yang sedang mencari kandidat ketua kelompok untuk menemukan ketua kelompok,dari hasil analisis kelompok tersebut menginginkan ketua kelompok yang bertanggung jawab, tegas dan demokratis, karena dengan kriteria tersebut anggota kelompok yakin bahwa kelompok mereka akan menjadi kelompok terbaik dan terarahkan, namun konsekuinnya apabila terdapat seorang ketua maka akan ada orang yang lebih mendominasi dalam kelompok mereka, namun hal ini tidak menjadi masalah karena dengan begitu kelompok akan berjalan dengan terarah. Alternatif yang digunakan adalah dicalonkan dan mencalonkan dan pilihan berdasarkan votting,namun karena anggota klompok ingin adanya keadilan maka sistem yang dipilih adalah mencalonkan dan dicalonkan. ........................................................................................................................................................................................... Teori Janis Mengenai Groupthink Disini kita akan melihat salah satu dari teori Janis yang lebih sering dikenal sebagai Hipotesis Groupthink. Janis menguji beberapa rincian mengenai pembuatan keputusan dalam kelompok. Dengan menekankan pada pemikiran kritis, Ia menunjukkan bagaimana kondisi tertentu dapat mengarah kepada tingginya kepuasan suatu kelompok namun dengan hasil yang tidak efektif. Groupthink didefinisikan sebagai suatu cara pertimbangan yang digunakan anggota kelompok ketika keinginan mereka akan kesepakatan melampaui motivasi mereka untuk menilai semua rencana tindakan yang ada.

Groupthink merupakan hasil langsung dari kohesivitas kelompok yang pertama kali dibahas secara mendalam oleh Kurt Lewin sekitar tahun 1930 dan sejak saat itu menjadi sebuah variable penting dalam keefektifitasan kelompok. Kohesivitas adalah sebuah tingkatan dari ketertarikan antar sesama anggota dalam kelompok. Kohesivitas merupakan sebuah hasil dari sejauh mana anggota kelompok merasa bahwa tujuan mereka dapat dipenuhi di dalam kelompok. Hal ini tidak membutuhkan kesamaan sikap, namun setiap anggota dari kelompok tersebut saling bergantung satu sama lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan. Semakin tinggi tingkat kohesivitas dalam suatu kelompok, semakin tinggi tekanan yang diberikan kepada setiap anggota. Kohesivitas dapat menjadi sesuatu yang baik karena membawa anggota kelompok dalam satu kesatuan dan meningkatkan hubungan antar pribadi. Meskipun Janis tidak menyangkal akan kebaikan dari kohesivitas, namun Ia menyadari akan bahayanya. Salah satunya adalah, tingginya tingkat kohesivitas pada suatu kelompok dapat memungkinkan anggotanya untuk memberikan energi yang lebih banyak dalam rangka menjaga keutuhan kelompok agar tidak retak ketika mereka membuat keputusan bersama. Terkadang hal ini dilakukan agar mereka diakui dalam kelompoknya. Konflik yang terjadi pada kelompok yang mempunyai tingkat kohesivitas rendah biasanya adalah perdebatan dan perseteruan mengenai suatu masalah. Janis mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa groupthink dapat menghasilkan 6 hal yang tidak baik : 1. Kelompok membatasi pembahasan mereka hanya pada beberapa alternatif tanpa mempertimbangkan kemungkinan lain. Solusinya mungkin tampak nyata dan sederhana bagi kelompok, dan hanya sedikit eksplorasi mengenai ide lainnya. 2. Pendapat yang awalnya disukai oleh sebagian besar anggota tidak pernah dipelajari ulang untuk melihat adanya kemungkinan kesalahan. Dengan kata lain, kelompok tidak kritis dalam mempelajari suatu masalah untuk menemukan solusinya. 3. Kelompok tidak berhasil mempelajari pendapat yang awalnya tidak disukai oleh mayoritas. Pendapat minoritas secara langsung ditolak dan dihindari. 4. Kelompok tidak berusaha untuk mencari pendapat ahli. Mereka merasa puas dengan diri mereka sendiri dan merasa terancam dengan orang luar. 5. Kelompok menyeleksi berbagai informasi. Mereka lebih berkonsentrasi pada apa yang mendukung ide mereka. 6. Kelompok merasa percaya diri dengan ide yang mereka miliki tanpa memikirkan rencana cadangan. Tidak peduli apakah ide mereka berjalan dengan baik ataupun tidak. Semua ini merupakan hasil dari kurangnya informasi dan rasa percaya diri yang tinggi akan kelompoknya. Janis mengemukakan bahwa groupthink ditandai dengan beberapa gejala. Gejala pertama adalah ilusi ketangguhan yang tercipta karena adanya sikap optimistis yang tinggi. Ada pengertian yang begitu kuat mengatakan bahwa Kami tahu apa yang kami lakukan jadi jangan mengacaukan keadaan. Lalu gejala yang kedua adalah kelompok menciptakan usaha kolektif untuk merasionalisasikan tindakan yang telah mereka putuskan. Ketiga, kelompok mempertahankan keyakinan yang tidak dapat dibantahkan dalam moralitas yang terkandung di dalamya, melihatnya sebagai sesuatu yang harus dilakukan demi mencapai hasil yang diinginkan. Keempat, orang luar dipandang sebagai orang yang jahat, lemah dan tidak mengerti apa apa. Kelima, tekanan langsung diberikan pada setiap anggota bukan untuk mengungkapkan opini yang bertentangan. Perbedaan pendapat dengan cepat dimusnahkan, dan ini mengarah pada gejala yang keenam yaitu penyensoran diri dari perselisihan. Gejala yang ketujuh adalah, ilusi bahwa semua anggota kelompok sepakat dan bersuara bulat, delapan, otomatis menjaga mental untuk mencegah atau menyarin informasi-informasi yang tidak mendukung, hal ini dilakukan oleh para penjaga pikiran kelompok (mindguards). Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menghindari efek negatif dari groupthink adalah sebagai berikut: 1. Menyampaikan secara terbuka mengenai kemungkinan tumbuhnya pikiran kelompok dengan sengaja konsekuensinya. 2. Ditekankan perlu adanya keberpihakan atas posisi yang lain. 3. Meminta evaluasi secara kritis dari setiap anggota, dengan memberikan dorongan dan menguraikan keraguan. 4. Tunjuk satu atau dua orang untuk menjadi kritikus kelompok. 5. Saat tertentu kelompok perlu dipecah menjadi lebih kecil dan efektif, dan saat kemudian dikembalikan seperti semula untuk memperoleh peran yang maksimal dari setiap anggota. 6. Menyediakan cukup waktu untuk mempelajari keberadaan kelompok lain (saingan), dengan mengidentifikasi tandatanda atau pernyataan-pernyataan ataupun kemungkinan lainnya yang dinilai membahayakan. 7. Setelah keputusan sementara dicapai, dimintakan kepada anggota untuk mengevaluasi kembali dalam kesempatan yang berbeda. 8. Menyediakan waktu untuk mengundang pakar-pakar dalam menghadiri pertemuan kelompok, guna mengkritisi atau menolak pandangan kelompok. 9. Membuka kemungkinan adanya anggota kelompok untuk selalu mendiskusikan secara terbuka di forum lain, dengan catatan hasilnya semata-mata untuk kelompok. 10. Membuat beberapa kelompok yang bebas tidak saling bergantung (independent), untuk bekerja secara bersama dalam memecahkan suatu persoalan. Faktor faktor determinan yang terdapat pada pikiran kelompok, yaitu : 1. Faktor Anteseden Kalau hal hal yang mendahului ditujukan untuk meningkatkan pikiran kelompok, maka keputusan yang dibuat oleh kelompok akan bernilai buruk. Akan tetapi, kalau hal hal yang mendahului ditujukan untuk mencegah pikiran kelompok, maka keputusan yang akan dibuat oleh kelompok akan bernilai baik.

2. Faktor Kebulatan Suara Kelompok yang mengharuskan suara bulat justru lebih sering terjebak dalam pikiran kelompok, daripada yang menggunakan sistem suara terbanyak. 3. Faktor Ikatan Sosial Emosional Kelompok yang ikatan sosial emosionalnya tinggi cenderung mengembangkan pikiran kelompok, sedangkan kelompok yang ikatannya legas dan berdasarkan tegas belaka cenderung lebih rendah pikiran kelompoknya. 4. Toleransi Terhadap Kesalahan Pikiran kelompok lebih besar kalau kesalahan kesalahan dibiarkan daripada tidak ada toleransi atau kesalahan kesalahan yang ada. Sebagaimana teori - teori lainnya, teori groupthink juga tak lepas dari kritik. Kritik tersebut antara lain: 1. Aldag dan Fuller (1993) Menurut keduanya, analisis groupthink bersifat retrospektif (berlaku surut), sehingga Janis dapat mengambil bukti-bukti yang mendukung teorinya saja, keterpaduan kelompokitu sendiri belum tentu menimbulkan pikiran kelompok. Contohnya: perkawinan dan keluarga, dapat tetap terpadu atau kohesif tanpa menimbulkan pikiran kelompok, dengan tetap membiarkan perbedaan pendapat tanpa mengurangi keterpaduan itu sendiri. 2. Tetlock, dkk (1992) Mereka menilai, fakta sejarah membuktikan bahwa ada juga kelompok-kelompok yang sudah mengikuti prosedur yang baik, namun tetap melakukan kesalahan. Contohnya: ketika Presiden Carter dan penasehat-penasehatnya merencanakan pembebasan sandera di Iranpada tahun 1980. Operasi itu gagal total dan Amerika Serikat dipermalukan, walaupun kelompok itu sudah mengundang beragam pendapat dari luar dan memperhitungkan segala kemungkinan secara realistik. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Tradisi Interaksional ( Robert Bales) Teori interaksi kelompok sangat penting karena komunikasi sebagai inti dari produktivitas kelompok. Ada dua teori interaksi kelompok. Yang pertama, sebuah standar lama, adalah analisis proses interaksi Robert Bales. Yang kedua memodifikasi teori Bales yaitu gagasan dari interaksi dan membawanya ke arah yang berbeda. Analisis Proses Interaksi. Salah satu kelompok kecil teori yang paling menonjol adalah analisis proses Interaksi Robert Bales. Bales membuat teori terpadu dan dikembangkan dengan baik teori pada interaksi kelompok kecil, yang bertujuan untuk menjelaskan pola tanggapan pada tugas kelompok kecil. Gambar 13.3 menggambarkan kategori interaksi dalam skema Bales. Setiap jenis pernyataan bahwa seseorang bisa membuat dalam kelompok. Kedua belas kategori dikelompokkan ke dalam empat set yang lebih luas, seperti diuraikan di sisi kiri gambar. Selain itu, jenis perilaku dipasangkan, dan masing-masing pasangan menyiratkan bidang masalah tertentu untuk kelompok, seperti label pada gambar. Misalnya, Memberikan informasi dipasangkan dengan meminta pendapat, dan memberikan saran dipasangkan dengan meminta saran. Gambar 13.3 Kategori untuk Proses Analisis Interaksi Positive and 1. Seems friendly (3%) mixed action 2. 3. Attempted answers 4. 5. 6. Questions 7. 8. 9. Negative and mixed action 10. 11. 12. Dramatizes (6%) Agrees (11%) Gives suggestion (5%) Gives opinion (19%) Gives information (25%) Asks for information (5%) Asks for opinion (3%) Asks for suggestion (1%) Disagrees (4%) Shows tension (5%) Seems unfriendly (3%)

a= Problems of communication b= Problems of evaluation c= Problems of control d= Problems of decision e= Problems of tension reduction f= Problems of reintegration

Bales menemukan bahwa salah satu cara kelompok melepaskan ketegangan adalah dengan bercerita, atau mendramatisir. Dalam bab 8 kita melihat perkembangan Ernest Bormann tentang ide ini dalam teori konvergensi simbolis, yang memiliki aplikasi khusus dalam kelompok kecil. Bormann percaya bahwa bentuk komunikasi sangat penting tidak hanya dalam mengurangi ketegangan, tetapi juga dalam mempengaruhi kualitas diskusi kelompok secara umum. Cerita sering diceritakan dan diceritakan kembali dalam suatu kelompok. Mereka terdiri dari tema fantasi, atau pengetahuan bersama, yang membangun identitas bersama dalam kelompok. Tema fantasi merupakan mekanisme yang dikembangkan kekompakan dalam kelompok. Seperti kita ketahui, kekompakan dapat memiliki efek baik positif dan negatif pada pengambilan keputusan.

Ada dua bentuk perilaku komunikasi, yaitu sosioemosional, ditunjukkan dengan sikap positif dan negative seperti ramah, sombong, dramatisir, dan perilaku kedua ialah berdasarkan kerjanyanya seperti saran, opini, dan informasi. Dalam investigasi kepemimpinan, Balas menemukan bahwa group yang sama akan memiliki dua bentuk kepemimpinan yang berbeda. Pemimpin kerja yaitu seseorang yang memfasilitasi dan mengkoordinasi kerjanya berkaitan komentar, komando secara langsung untuk memastikan kerjanya selesai. Sama pentingnya dengan pemimpin sosioemosional yang bekerja untuk meningkatkan hubungan dalam group tesebut berkonsentrasi pada interaksi dari sector positif dan negatifnya. Biasanya kedua pemimpin ini dipegang oleh dua orang yang berbeda. Bales telah menunjukkan bagaimana persepsi posisi seorang individu dalam sebuah group memiliki fungsi tiga dimensi, yaitu dominan versus submassive, peramah versus jutek, dan instrumental versus emosional. Factor tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk tiga dimensi dengan label positif-negatif, atasan-bawahan, kemajuan-kemunduran. Dalam kelompok tertentu, perilaku setiap anggota dapat ditempatkan dalam ruang tiga dimensi. Posisi seseorang tergantung pada kuadran di mana individu tersebut muncul. Posisi seseorang dalam kuadran ditentukan oleh tingkat dimensi masing-masing yang mewakili. Jadi, misalnya UPF bisa muncul pada berbagai titik dalam ruang, tergantung pada tingkat U, P, dan F. Ketika jenis perilaku semua anggota kelompok diplot dalam grafik spasial, hubungan dan jaringan mereka dapat dilihat. Kelompok yang lebih besar, cenderung sebagai sub kelompok koalisi untuk berkembang. Sub-kelompok terdiri dari individu dengan dimensi nilai yang sama. Jelas ada afinitas antara individu-individu yang dekat dalam dimensi dan arah sebuah nilai, sedangkan kedekatan individu tidak ada hubungannya. Tidak hanya dapat memprediksi soal koalisi dan jaringan dalam sebuah kelompok dari distribusi berbagai jenis kelompok, tapi Bales juga telah menunjukkan bahwa tipe perilaku seseorang berkaitan dengan jenis pernyataan orang lain yang dibuat. Interaksi tersebut menujukkan bahwa seseorang dapat memulai dan menerima bergantung pada jenis perilakunya. Analisis interaksi fisher. Walaupun teori yang di kemukakan Bales di sebut interaksional itu sangat tepat dengan aktivitas individu, Aubrey Fisher dan Leonard Howes memaknainya sebagai sistem model manusia. Beberapa penulis percaya bahwa pendekatan yang lebih peka terhadapa pembelajaran komunikasi kelompok adalah model sistem interaksi yang mengasosiasi tindakan. Interaksi ini merupakan tindakan dari seseorang yang di ikuti oleh tindakan orang lain. Contoh nya yaitu tanya jawab, pernyataan-pernyataan dan salam-salam. Ini lah hal yang harus di amati karena bukanlah perilaku individual seperti hanya memberi sugesti, tetapi lanjutan dari tindakan lawan bicara. Seperti membuat sugesti tdan respon. Interaksi dapat di klasifikasikan melalui dimensi konten dan dimensi hubungan. Contohnya jika seseorang memberikan pertanyaan, kamu mungkin akan menjawabnya. Dan saat kamu tidak menjawab kamu berfikir itu pertanyaan tidak penting. Disini, jawabanmu adalah sebagai dimensi konten dan nonverbal dimensi hubungan. Walaupun hal yang di analisa sebagai dimensi hubungan itu ada dalam diskusi kelompok, Fisher memusatkan dalam dimensi konten. Karena hampir sama komentar dalam tugas grup saling berhubungan untuk memutuskan tujuan. Fisher mengklasifikasi pendapat dalam term bagaimana mereka merespon untuk memutuskan sebuah tujuan. Statment yang ada mungkin dapat setuju atau tidak setuju dengan tujuan sebagai contohnya. Dua hal yang membedakan dari teori Bales dan Fisher. Bales mengklasifikasikan tpemberian tindakan dalam term fungsi sosioemosional. Sedangkan fisher berasumsi bahwa apapun tundakan yang dilakukan dapat mengisi dua fungsi simultan. Kedua, Bales mengklarifikasikan hanya ada satu tindakan dimana Fisher mengklasifikasikan dua tindakan dalam satu waktu atau dengan kata lain seorang peneliti akan mengklarifikasi tindakan dan tindakan yang mengikutinya. Disini peneliti dapat secara aktual melihat karakter dan frekuensi dari tindakan pasangan dalam komunikasi kelompok. Dalam teori "theory of decision emergence", Fisher membagi empat tahap dalam tugas kelompk : orientasi , konflik, kemunculan dan penguatan kembali. Dalam observasinya, Fisher mencatat interaksi berubah menjadi formulasi keputusan grup dan solidaritas. Pertama, tahap orientasi. Meningkatkan klarifikasi dan mulai melihat sudutpandang. Level tinggi dari persetujuan dalam level ini dan komen terkadang dibuat pada kelompok untuk menguji grup. Kedua, kualifikasi dan percobaan . Dalam tahap ini orang meraba untuk mempelajari dan memahami. Tahap Konflik, berisi besarnya perbedaan pendapat. Orang-orang di tahap kedua ini mulai mengukuhkan sikapnya sendiri, dan lebih banyak polarisasi. Di sini interaksi meliputi perbedaan pendapat yang besar dan evaluasi yang tidak menguntungkan. Para anggota bedebat dan berusaha mengajak / mempengaruhi, dan mereka bisa membentuk koalisi. Koalisi tersebut cenderung hilang di tahap ketiga, tahap kemunculan. Di sini tanda-tanda kerjasama muncul. Orang-orang tidak terlalu kukuh mempertahankan pendapatnya. Sementara mereka melunakkan posisi mereka dan menjalani perubahan sikap, kata-kata mereka menjadi semakin ambigu. Pendapat-pendapat yang menguntungkan mulai muncul. Di tahap terakhir, pengukuhan(reinforcement), keputusan kelompok semakin kuat dan mendapat penguatan dari anggota kelompok. Kelompok bersatu dan bertahan dengan solusinya. Pendapat hampir semuanya positif dan menguntungkan. Ambiguitas yang ada dalam tahap ketiga cenderung menghilang. Untuk menggambarkan tahap perkembangan kelompok, Fisher memberikan analisis juri tiruan dalam undangundang mengenai kecelakaan kendaraan pada pejalan kaki. Di tahap pertama, juri mencari tahu pertanggungjawabannya,. Apa yang seharusnya dilakukan, dan bagaimana nanti akan dilakukannya? Keputusan apakah yang mungkin keluar? Ketidak jelasan masih ada sampai klarifikasi muncul. Perbedaan pendapat yang besar muncul dalam tahap konflik sampai juri memutuskan apakah terdakwa lalai dan bagaimana mereka metuskannya. Di sini interaksi cenderung lebih emosional dan memanas kadang kala.

Dalam tahap kemnculan, juri mulai setuju kalau terdakwa ternyata tidak lalai dan pejalan kaki bisa menghindari kecelakaan itu. Persetujuan ini bersifat sementara, dan juri mengulang lagi permasalahannya, tapi secara emosional dan perdebatan pasti mereda pada titik ini. Dan di tahap terakhir, pengukuhan, juri diyakinkan, dan semua orang setuju dengan hasilnya. Tahap-tahap dalam pembuatan keputusan kelompok mencirikan interaksi dan berubah setiap waktu. Sebuah topik yang bersangkutan adalah decision modification. Fisher menemukan bahwa sebuah kelompok tidak hanya menyajikan satu ide setiap waktu, ataupun mengajukan sebuah ide dan memodifikasinya sampai sebuah konsensus tercapai. Modifikasi keputusan lebih mirip siklus. Beberapa proposal dibuat dibuat, satu-satu dibahas singkat, dan sisanya dibahas nanti. Diskusi proposal sepertinya berjalan dengan sedikit energi. Proposal A dibahas. Kemudian kelompok tidak setuju dan berlanjut ke proposal. Setelah diskusi ini, kelompok akan membahas proposal lain. Lalu seseorang mengangkat lagi proposal A namun sudah dimodisikasi. Kemudian kelompok setuju dengan rencana yang sudah dimodifikasi dari diskusi sebelumnnya. Mengapa diskusi berjalan tak menentu? Mungkin disebabkan permintaan interpersonal dalam diskusi membutuhkan break dari tugas-tugas kelompok. Efeknya adalah, pendeknya perhatian kelompok karena padatnya kerja, dan sikap yang dingin membantu mengatur ketegangan dan konflik Fisher menemukan bahwa dalam memodifikasi usulan, kelompok cenderung mengikuti salah satu dari dua pola. Jika konflik rendah, kelompok akan memperkenalkan kembali proposal dalam waktu kurang abstrak, bahasa yang lebih spesifik. karena berturut-turut kembali ke proposal, tampaknya mengikuti pola yang menyatakan masalah, mendiskusikan kriteria untuk solusi, memperkenalkan solusi abstrak, dan bergerak akhirnya solusi konkret. Perlu diingat, kelompok yang kemungkinan besar tidak akan bergerak itu melalui empat langkah ini lancar, tapi mungkin akan melakukannya secara sporadis sebagai anggota berangkat dari dan kembali ke usulan di berhenti dan mulai mode. Pola lain umum ketika konflik lebih tinggi. Di sini, kelompok tidak berusaha untuk membuat proposal yang lebih spesifik. Karena ketidaksepakatan ada pada gagasan dasar, kelompok memperkenalkan pengganti proposal dari tingkat yang sama abstraksi seperti aslinya. Teori Fisher adalah contoh dari model fase perkembangan kelompok. Model fase memprediksi bahwa kelompok melalui serangkaian tahapan dalam menangani masalah atau set tugas. Karena ada model seperti itu dalam sejarah teori grup kecil, pendekatan fase merupakan pandangan dominan pengembangan kelompok. -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Pandangan Strukturasional (Marshall Scott dan Poole Durkheim) Pendekatan strukturasional merupakan perspektif baru yang digunakan untuk pembuatan keputusan kelompok. Strukturasi adalah proses dimana individu membuat konsekuensi dari hal yang tidak diinginkan. Artinya strukturasi seperti struktur social yang bersifat memaksa dalam kelompok. Kelompok tidak sepenuhnya bebas. Walaupun dalam kelompok diperbolehkan menentukan jalan untuk dapat mencapai tujuan pribadi dan kelompok itu sendiri. Dalam setiap kelompok memiliki peran dan tugasnya masing masing yang di atur dalam struktur. Sehingga tidak ada kebebasan mutlak dalam kelompok. Kelompok harus memiliki pandangan dan kesepakatan bersama untuk mencapai tujuan. Teori ini mengajarkan tentang pembuatan keputusan kelompok. Pembuatan keputusan merupakan suatu proses dimana anggota kelompok berusaha untuk mencapai persamaan pandangan dan persetujuan bersama. Pada keputusan akhir yang dibuat merupakan struktur yang berada dalam kelompok mereka. Terdapat 3 elemen tindakan dalam kelompok yang dapat mempengaruhi bagaimana kelompok tersebut bekerja: 1. Interpretasi, interpretasi merupakan pengungkapan bahasa. Anggota menginterpretasikan pemikirannya melalui pendapat, opini, dan pilihan mereka. 2. Moral, merupakan norma kelompok. Aturan yang telah ditetapkan dan disepakati bersama dalam kelompok. 3. Kekuatan, merupakan kekuatan interpersonal yang muncul di dalam kelompok. Dalam kelompok terdapat perbedaan gaya berbicara, cara bertindak, dan menyelesaikan masalah sesuai dengan norma yang telah disepakati. Menjadi pembicara yang aktif dalam kelompok harus memiliki kekuatan interpretasi, kemampuan, kepemimpinan, dan status. Pada kelompok, tidak sepenuhnya pendapat pribadi akan didengarkan. Berbagai pendapat akan dipertimbangkan kembali bagaimana konsekuensi baik dan buruknya. Faktor luar juga mempengaruhi tindakan kelompok. Factor luar seperti pengaruh lingkungan, pergaulan, pendidikan dapat mempengaruhi tindakan kelompok. Hal terpenting dari factor luar adalah tipe pesan. Pesan luar akan hadir melalui individu anggota kelompok. Pesan hadir dan dapat memberikan tindakan apa saja yang harus dilakukan dan tidak dilakukan. Pesan juga dapat hadir disaat yang tepat dan tidak tepat. Kita bertindak kepada orang lain itu sesuai dengan posisi kita dalam grup tersebut. Definisi akan kelompok itu sendiri memiliki pengaruh terhadap interaksi antar anggota kelompok, interaksi terus menerus akan berlanjut dan berulang. Setiap anggota kelompok memiliki tugas masing-masing dalam kelompoknya, ada yang mendapat tugas dari pemimpinnya, ada yang sebagai penyedia informasi, dan ada juga yang memanajeri semua permasalahan. Proses strukturasi biasanya menyebabkan kontradiksi dalam kelompok, dan penugasan dalam kelompok sering dihadapkan dengan ini. Terkadang kelompok harus membuat suatu keputusan sebelum tenggang waktu yang ditentukan, akan tetapi juga memiliki waktu yang cukup untuk dapat bekerja dengan baik. Yang menjadi permasalah seperti yang dibahas sebelumnya dalam bab ini adalah untuk memenuhi kebutuhan sosioemosional dapat mengurangi kualitas dalam pekerjaan tugas. Selanjutnya anggota bergabung dengan kelompok untuk memenuhi tujuan individu, tetapi mereka hanya dapat melakukan tujuan mereka dengan memperhatikan tujuan kelompok, artinya dapat melemahkan kebutuhan masing-masing. Konvergensi dapat terjadi melalui perjanjian.

Salah satu kontribusi yang paling menarik dari teori ini adalah versi yang berbeda-beda yang ditunjukkan oleh masingmasing kelompok dalam membuat keputusan. Grup kadang-kadang mengikuti prediksi dari sebuah prosedur seperti yang direkomendasikan Hirokawa, dan kadang-kadang mereka mengembangkan jalur mereka sendiri dalam menanggapi kebutuhan yang unik. Bagaimana kelompok mengoperasikan tergantung pada tiga set variabel. Yang pertama adalah karakteristik tugas objektif, yang merupakan atribut standar tugas seperti sejauh mana masalah datang dengan sebelum didirikan solusi, kejelasan masalah, jenis keahlian sesuai kebutuhan, sejauh mana dampak dari masalah, jumlah dan sifat dari nilai yang tersirat dalam masalah, dan apakah solusinya adalah tindakan satu sasaran atau akan memiliki implikasi kebijakan yang lebih luas. Marshall scott poole dan Poole Durkheim, merumuskan sebuah teori yang mengatakan bahwa pembuatan keputusan kelompok adalah proses yang didalamnya masing-masing anggota memutuskan untuk mencapai, menyatukan, atau menyepakati keputusan akhir yang dijalankan sejalan dengan struktur sistem sosial mereka. Tiga elemen dari sebuah aksi ( interpretasi member group, moralitas member group, dan kekuatan yang telah tertanam dan muncul dalam kelompok tersebut) akan mempengaruhi bagaimana grup itu bekerja. Sebagai contoh, jika anda ingin memperngaruhi sese orang makan anda harus menanamkan ketiga elemen itu untuk sukses mempengaruhinya. Factor luar juga memiliki pengaruh terhadap tindakan kelompok, namun itu hanya akan berarti jika bisa dimengerti atau dipahami oleh anggota kelompoik dengan baik. Salah satu factor luar yang sangat bararti adalah tipe tugas yang diterima. Hal tersebut akan mempengaruhi cara kelompok itu berinteraksi. Proses strukturisasi sering kali berlawanan dengan grup, namuntetap harus dijalankan keduanya untuk mendapat hasil terbaik contoh: Tugas grup menghendaki hasil tugas yang baik, namun strukturisasi menekan mereka dengan batas waktu yang terlalu singkat. Meski demikian, grup tetap harus menjalankan keduanya secara beriringan. Satu Kontribusi paling menarik dari paham theory ini adalah variasi proses yang diikuti oleh grup dalam membuat keputusan tergantung pada kontingensi yang dimiliki oleh grup tersebut. Terkadang mereka menyukai proses yang sangat jelas dan terarah, namun terkadang memilih lajur yang berbeda karena kebutuhan untuk mencari yang unik. Bagaimana sebuah grup beroprasi sangat tergantung pada 3 variable berikut: 1. Karakteristik objective tugas. Adalah karakteristik yang melekat pada dari / bagaimana tugas itu muncul 2. Karakteristik objective grup. Karakteristik dari masing-masing grup berdasarkan pengalaman, atau pola piker yang berbeda 3. Karakteristik structural grup. Termasuk didalamnya adalah kekuatan kesatuan dan distribusi kekuasaan yang nantinya akan memiliki pengaruh masingmasing. Dari sebuah penelitian yang dilakukan terhadap diskusi grup yang dilakukan trerhadap grup yang berbeda-beda materi diskusinya, tempatnya dsb. Ada beberapa pola yang condong digunakan yang ditemukan yaitu: 1. Pola standar yang sangat sederhana dalam pembahsan masalah. 2. Pola complex cylic sequence yaitu pola yang berputar terus menerus pada difinisi masalah dan pengembangan solusi hingga mereka yakin. 3. Dan solution oriented dimana hampir tidak ada pembahasan masalah secara mendalam. Pada proses tersebut bisa disimpulkan bahwa keputusan ini berasal dari tiga jalur aktivitas interwoven meski masih ada kemungkinan terdapat jalur- jalur /track- track yang lain, namun tiga factor inilah yang berelaborasi dalam system ini : 1. Task-process track. Berkaitan dengan analisis problem, penyusunan solutions, mengevaluasi solusi, dll 2. Relational track. Berkaitan dengan pengaruh hubungan interpersonal terhadap proses diskusi. 3. Topic focus track. Berkaitan dengan pokok persoalan, topik, atau arah fokus dari grup ini untuk masa depan. Dalam diskusi yang sedang terjadi, poin transisi muncul seiring waktu berjalan. Hal-hal tersebut adalah breakpoints, atau interruptions.hal-hal tersebut sangat diperlukan untuk terjadi karena hal tersebut menandakan bahwa grup tersebut terus berproses untuk menemukan solusi. Tipe-tipe breakpoint bermunculan. Normal breakpoints adalah hal yang diharapkanyang termasuk didalamnya adalah penyesuaian, berdiskusi, dll. Delays/ penundaan, hal ini bisa terjadi karena kelompok menghadapi hal yang sulit, atau bisa juga karena mengarah kea rah yang lebih positif yaitu sinyal jika kelompok tersebut ingin untuk mulai lebih berhati-hati dalam mengambil tindakan. Sedangkan breakpoint yang dihindari dan tidak diharapkan adalah disruptions karena symbol dari ketidaksepakatan yang sangat besar dalam kelompok dan tanda kegegelan kelompok. Meskipun ini adalah sesuatu yang kompleks, namun strukturisasi dapat mengarahkan grup untuk menemukan solusi dengan baik. Meski demikian setiap solusi bukan berarti solusi akhir, karena solusi yang dipilih berakibat pada sesuatu yang akan menjadi terbatas dimasa depan. Rangkaian kelipatan gambaran model kelompok yang berpindah dari waktu ke waktu, seperti yang digambarkan oleh skala waktu di bagian bawah grafik. Pada saat tertentu, kelompok ini mungkin mengalami perkembangan. Angka menunjukkan tiga jalur yang dibagi menjadi berbagai kegiatan. Segmen kegiatan diidentifikasi dengan huruf kode di atas garis. Dalam diskusi digambarkan dalam gambar 13.4, kelompok dimulai dengan topic1 (T1). Dalam membahas topik ini, kelompok yang terlibat dalam pekerjaan terfokus (FW) di jalur relasional dan pengembangan solusi (SD) di jalur tugas-proses. Ketika mereka pindah ke topik yang lain, kelompok memasuki masalah tinjauan (PC) di jalur tugas-proses mereka dalam pekerjaan kritis (CW) di jalur relasional. Diskusi berlangsung selama beberapa waktu melalui sejumlah tahapan sampai akhir,

ketika mereka bersinggungan (NN) di jalur tugas-proses tetapi mencapai integrasi (INT) di jalur relasional. Perhatikan bahwa segmen kegiatan atau fase yang berbeda dalam diskusi digambarkan dalam grafik ini tidak selalu sesuai dengan satu sama lain, yang menambah kompleksitas. Dalam diskusi tersebut, poin transisi terjadi dari waktu ke waktu. Ini adalah breakpoints, atau interupsi, yang ditunjuk oleh kode di bawah garis dalam gambar 13.4. kadang breakpoint akan menandai perubahan dalam jalur tunggal, tetapi sering pula menandai perubahan dalam beberapa jalur. Breakpoints penting karena merupakan kunci dalam pengembangan pengambilan keputusan kegiatan kelompok. Tiga jenis break point yang nyata. Breakpoints normal adalah, poin alami dari penghentian atau transisi. Termasuk hal-hal seperti penundaan dan pergeseran topik. Penundaan adalah masalah tak terduga yang menyebabkan jeda dalam fungsi kelompok normal. Penundaan sering terdiri dari pembahasan kembali masalah dalam kelompok untuk menyelesaikan konflik atau membentuk pemahaman. Penundaan mungkin sebagai salah satu pilihan yang tepat. Gangguan yang lebih serius. Ini terdiri dari perbedaan pendapat besar dan kegagalan kelompok. Meskipun teori ini tergolong rumit, namun susunan karakter pengambilan keputusan kelompok sangat baik. Ini menunjukkan bahwa kelompok-kelompok yang mengadopsi program tindakan tertentu untuk memenuhi kebutuhan mereka tapi mereka menciptakan struktur yang membatasi tindakan di masa depan pula. Komentar dan kritik Grup/kelompok dan kerja sama menjadi sangat penting untuk mencapai tujuan. Untuk bekerjasama orang menggunakan komunikasi sebagai alat pemersama persepsi dan alat bertukar informasi. Komunikasi kelompok dapat dilihat sebagai proses input, proses internal, dan output. Dalam sebuah pengambilan keputusan,yang disebut sebagai input adalah informasi, sumberdaya organisasi, dan karakteristik tugas. Sementara proses adalah interaksi grup, dan pengembangan keputusan. Selanjutnya yang dimaksud dengan output adalah tugas yang mampu diselesaikan dan solusi itu sendiri. Dalam perjalannya, setiap pola dan theory pengambilan keputusan dan terus mengembang dairi gagasan utamanya yaitu the divisions wffort into task and socio-emotional factors. Energy dalam tugas itu mengarahkan pada penyelesaian masalah, dan socio-emotional energi mengarahkan pada pemeliharaan dan penjagaan grup dan hubungan. Untuk menentukan keputusan yang baik, kedua hal tersebut harus tetap dipelihara. Mungkin teori yang paling berpengaruh pada task-relationship distinct adalah balesfoundational network yang menggunakan berbagai macam pendekatan yang konsisten dan sangat hemat. -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Group: a collection of two or more individuals who share informatiom and exchange ideas to achieve a common goal (generally ranging in size from five to seven) Characteristics of groups? a. goals : the end state a group seeks to achieve or what the members accomplish by the performance of a task (task is the set of activities a group performs to achieve a goal) b. Norms : a standard that defines acceptable behavior in a group. Sometimes we refer to norms as rules. Norms are usually not expressed. Group members often dont become aware of a norm until they have violated c. Positions : the part a member has in a group d. Roles : behavior associated with the position e. Structure : the relationship among the positions and roles represented in a group Why people join in groups? The group meets some individual need 1. Interpersonal attraction Proximity : refer to the physical distance between individuals Contact : situation in which individuals are likely to be in each others presence frequently Interaction: situation in which the behavior of each person influences the other physical attractiveness : beauty, handsome, etc Similarity : characteristic which are judged important by the persons involved in the interaction (economic, race, attitude, etc) 2. Group activities Thibaut found that the attractiveness of the activities in a group affected the attractiveness of group membership 3. Group goals Sherif & Sherif: to reduce the conflict and to rearrange group boundaries by introducing common supraordinate goals between groups: common enemy 4. Group membership COALITION Occur only in the mixed motive situation, there is an element of both conflict and coordination. Conflict exist in the sense that there is no outcome that maximizes rewards for every group member; coordination is involved in that there exists for at least two persons the possibility that they can do better by coordinating their efforts than they can by acting alone Two or more persons who act jointly to affect the outcomes of one or more other persons (Thibaut & Kelly) the joint use of resources to determine the outcome of a decision in a mixed motive situation involving more than two units (Gamson)

You might also like