You are on page 1of 26

1

I. PENDAHULUAN
Pada umumnya yang dimaksud dengan rangkaian penyearah adalah rangkaian yang berfungsi
untuk menjadikan gelombang yang mempunyai lebih dari satu arah menjadi gelombang satu
arah. Sebagai contoh sinyal yang berbentuk sinusoidal dan mempunyai dua arah gelombang,
yaitu arah dari kutub positif ke negative dan arah dari negatf ke positif, kemudian dijadikan
gelombang yang mempunyai satu arah saja dengan menggunakan rangkaian penyearah. Untuk
menyearahkan gelombang biasanya digunakan dioda, Ada dua metode untuk yang digunakan
yaitu metode penyearah setengah gelombang (Half-Wave Rectifier) dan penyearah gelombang
penuh (Full-Wave Rectifier).

I. Rangkaian penyearah Setengah Gelombang







Gambar rangkaian penyearah setengah gelombang | Half-wave Rectifier
Rangkaian di atas merupakan rangkaian penyearah yang menggunakan satu buah dioda. Sesuai
dengan prinsip dasar dioda, idealnya dioda akan berfungsi seperti seuatas kawat pada saat diberi
bias maju dan berfungsi bagaikan saklar terbuka pada saat diberi bias mundur. Maksud dari bias
maju adalah apabila pada terminal anodanya (pangkal dari symbol panah) diberi catu positif
kemudian terminal katodanya (ujung symbol panah) diberi catu negative. Intinya arus listrik bisa
2

mengalir apabila searah dengan arah panah, sedangkan jika berlawanan dengan arah panah maka
arus tidak bisa mengalir.

Jika kita perhatikan gambar gelombang pada osiloscope di atas, gelombang masukan adalah
gelombang yang berada di bagian bawah, sedangkan gelombang keluaran adalah yang pada
bagian atas. Pada saat siklus positif tegangan yana jatuh pada terminal output idealnya adalah
sama dengan tegangan supply, atau tegangan supply 0,7 V (Dioda silicon) serta tegangan
supply 0,3 V (Dioda germanium). Hal ini terjadi karena dioda diberi bias maju sehingga arus
listrik akan melewati dioda bagaikan seutas kawat. Sedangkan pada saat siklus negative,
tegangan output hampir sama dengan 0 volt dikarenakan dioda diberi bias mundur (bias reverse)
sehingga dioda bekerja bagaikan kawat yang terputus atau saklar yang terbuka. Sesuai dengan
hukum pembagi tegangan, maka tegangan yang jatuh pada terminal yang terbuka atau tahanan
yang tak terhingga adalah sama dengan tegangan supply. Jika semua tegangan jatuh pada dioda
maka tegangan yang jatuh pada terminal output atau beban 10 Kohm adalah 0 volt.

II. Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh




Berbeda dengan rangkaian penyearah setengah gelombang, pada rangkaian penyearah
gelombang penuh semua siklus akan dimanfaatkan sebagai gelombang keluaran. Pada rangkaian
penyearah setengah gelombang, siklus negative dari tegangan AC input dipotong atau tidak
dimanfaatkan sama sekali. Sedangkaan pada penyearah gelombang penuh siklus negative dari
3

sinyal input tetap diloloskan dengan menggunakan dioda yang lain. Biasanya untuk rancangan
power supply kebanyakan digunakan penyearah gelombang penuh. Pada penyearah gelombang
dengan dua dioda, digunakan transformator dengan CT agar dapat membagi tegangan bagi kedua
dioda dengan perbedaan fase 180 derajat. Kemudian kedua dioda tersebut akan melakukan
tugasnya sama seperti pada penyearah setengah gelombang, lalu menyatukan hasil keduanya.
Pada prinsipnya yang diinginkan pada keluaran penyearah adalah hanya komponen DC, maka
perlu adanya penyaringan untuk membuang komponen AC. Secara praktis kita dapat memasang
sebuah kapasitor besar pada kaki-kaki beban, karana kapasitor dapat bersifat hubung terbuka
untuk komponen DC dan mempunyai impedansi yang rendah untuk komponen AC.

Berdasarkan jenis komponen yang digunakan, tapis penyearah dapat dikelompokkan menjadi
dua. Kelompok pertama dilakukan dengan memasang kapasitor atau disebut sebagai tapis
kapasitor atau tapis masukan-C. Kelompok lain dilakukan dengan memasang induktor atau
kumparan disebut sebagai tapis induktif atau tapis masukan-L. Keluaran tapis-C biasanya
mengalami penurunan saat beban meninggi. Sedangkan tapis-L cenderung mempertahankan
keluaran pada harga yang relatif konstan. Namun demikian tegangan keluaran tapis-L relatif
lebih rendah dibandingkan tapis-C.
Tapis kapasitor sangat efektif digunakan untuk mengurangi komponen AC pada keluaran
penyearah. Kita lihat karakter kapasitor sebagai tapis dengan memasang langsung pada keluaran
penyearah tanpa memasang beban.

a. Penyearah Tanpa Beban
Rangkaian tanpa beban dengan pemasangan kapasitor beserta bentuk keluarannya. Saat sumber
tegangan (masukan) dihidupkan, satu diode berkonduksi dan keluaran berusaha mengikuti
tegangan transformator. Pada kondisi ini tiba-tiba tegangan kapasitor menjadi besar dan arus
yang mengalir menjadi besar (dalam ini, i = C dv / dt; dv / dt = ). Saat masukan membesar
keluaran juga akan membesar, namun saat masukan menurun tegangan kapaasitor atau keluaran
tidak mengalami penurunan tegangan karena tidak ada proses penurunan tegangan. Dalam
keadaan ideal ini, tegangan keluaran DC akan sama dengan tegangan puncak masukan
dan akan ditahan untuk seterusnya.
Beberapa implikasi dari anggapan ideal tersebut adalah:
i. Arus dari transformr tergantung pada hambatan kumparan dan mungkin tergantung pada
kemampuan magnet dari intinya, sehingga kemungkinan tegangan keluarannya berubah-
ubah.
ii. Diode bukan konduktor yang sempurna saat berpanjar maju, untuk silikon biasnya akan
mengalami penurunan tegangan sekitar 0,6 sampai dengan 1,0 volt dan juga bukan
merupakan isolator yang sempurna saat berpanjar mundur.
iii. Tegangan kapasitor biasanya meluruh, baik karena adanya penurunan arus yang terambil
melalui beban atau karena terjadi kebocoran pada kapasitor sendiri atau pada diode.

.
4

b. Penyearah Setengah Gelombang Dengan Beban Dan Tapis Kapasitor
Pada gambar kita menambahkan sebuah kapasitor sebagai tapis pada penyearah setengah
gelombang. Pada setengah periode positif diode berpanjar maju dan arus mengalir dari B menuju
A melewati C, beban dan diode. Kapasitor C akan dengan cepat terisi seharga tegangan puncak
masukan, pada saat yang sama arus juga mengalir lewat beban. Arus awal yang mengalir pada
diode biasanya berharga sangat besar kemudian berikutnya akan mengalami penurunan


Pada saat masukan negatif diode berpanjar mundur. Pada kondisi ini diode tidak berkonduksi dan
tegangan pada C akan dilucuti melalui hambatan L R . Hasilnya berupa arus pelucutan yang
mengalir lewat C dan L R . Dengan demikian walaupun diode dalam kondisi tidak berkonduksi,
resistor L R tetap mendapatkan aliran arus pengosongan kapasitor tersebut. Akibatnya, tegangan
pada L R akan tetap terjaga pada harga yang relatif tinggi.
Proses pengosongan C terus berlanjut sepanjang periode negatif. Menjelang akhir setengah
periode negatif terjadi penurunan keluaran dengan harga RL V terendah sebelum akhirnya periode
positif berikutnya datang. Kemudian diode akan berpanjar maju lagi dan C mengalami proses
pengisian lagi. Dalam proses pengisian ini diperlukan arus diode (Id ) yang lebih rendah. proses
di atas akan terus berulang pada periode positif dan negatif berikutnya.
5

Efektivitas kapasitor sebagai tapis tergantung pada beberapa faktor, diantaranya adalah :
1. Kapasitas/ukuran kapasitor
2. Nilai beban RL yang dipasang
3. Waktu
Ketiga faktor tersebut mempunyai hubungan
T = R C
dimana T adalah waktu dalam detik, R adalah hambatan dalam ohm dan C adalah kapasitansi
dalam farad. Perkalian RC disebut sebagai konstanta waktu merupakan ukuran seberapa cepat
tegangan dan arus tapis (kapasitor) merespon perubahan pada masukan. Kapasitor akan terisi
sampai sekitar 62,2% dari tegangan yang dekenakan selama satu konstanta waktu. Demikian saat
dikosongkan selama satu konstanta waktu, maka tegangan kapasitor akan turun sebanyak 62,2%.
Untuk mengisi kapasitor sampai penuh diperlukan waktu sekitar 5 kali konstanta waktu. Tapis
kapasitor seperti pada gambar 8.8 akan terisi dengan cepat selama periode positif pertama.
Namun kecepatan pengosongan C akan sangat tergantung pada harga R L . Jika R L berharga
rendah proses pengosongan akan berlangsung dengan cepat, sebaliknya jika R L berharga besar
proses pengosongan akan berlangsung lebih lambat.

Tapis yang baik adalah jika proses pengosongan berlangsung lambat sehingga VRL mengalami
sedikit perubahan. Tapis-C akan bekerja dengan baik jika R L berharga relatif tinggi. Jika R L
berharga rendah, yaitu jika penyearah mengalami pembebanan yang terlalu berat, maka tegangan
riak (ripple) akan lebih nampak pada keluarannya.

c. Penyearah Gelombang Penuh Dengan Beban Dan Tapis Kapasitor
Seperti halnya pada penyearah setengah gelombang, pada gambar kita tambahkan satu diode dan
resistor L R sebagai beban pada rangkaian keluaran. Keluaran masih ditarik dari puncak v1 (atau
v2) saat v1 (atau v2) mencapai harga tegangan ini. Namun demikian saat v1 dan v2 berharga
rendah, C akan berusaha pada kondisi termuati dan kemudian kedua diode akan hubung terbuka
seperti pada penyearah setengah gelombang. Selanjutnya C akan dilucuti dengan arus i = v / RL ,
sehingga akan kehilangan muatan menurut

dq/dt = i = v/R L

dan mengalami penurunan tegangan menurut

dv/dt= dq/C.dt= v/R L .C

Untuk penyearah gelombang penuh ini, proses pengosongan tegangan hanya berlangsung paling
tidak 10 ms2 saat diode yang lainnya mulai berkonduksi. Jika harga konstanta waktu RL C cukup
besar dibandingkan dengan periode T, penurunan tegangan akan relatif kecil dibandingkan harga
v mula-mula.
6

Sebagai gambaran, misalnya transformator yang digunakan memberikan tegangan puncak 10
V(p), C = 100 , =1 k L R . Dengan demikian

dv/dt = v/RLC = 10 109 104 =100 V/s .
T=20 ms

tegangan output turun sekitar 1 volt atau sekitar 10%.
Dari gambaran di atas dapat diperkirakan bahwa besarnya tegangan riak (ripple) pada keluaran
cukup besar dan mengganggu, karena terjadi penurunan dv/dt saat v mengalami penurunan akibat
proses pengosongan tidak berlangsung sampai penuh
Pada contoh di atas, hasil perhitungan menunjukkan bahwa proses pengosongan dimulai sekitar
0,3 ms setelah puncak dan selesat 1,4 ms sebelum puncak.

d. Komponen DC dan Tegangan Riak
Misalkan kita mempunyai
v1 = A sin e t ,
v2 = A sin e t ,
dimana e = 2t 50
Kita berasumsi bahwa tegangan keluaran mencapai puncak A bersamaan dengan
masukan, dan mengalami penurunan menurut

dv/dt=-v/RL.C=-A/RL.C

untuk setengah-periode penuh (full half-period), dibandingkan dengan harga prediksi praktis
sebesar 65-95% dari setengah periode. Besarnya keluaran akan berada pada harga `ov yang
diberikan oleh

o v = (dv/dt) x 1/2T =A/ R L.C.2f

dengan demikian tegangan riak (ripple) puncak-ke-puncak dapat dituliskan sebagai prosentase
tegangan keluaran, diberikan oleh
% riak (ripple) = 100 (ov / A)
( R C f ) L ~100 / 2

Besarnya tegangan keluaran (rata-rata) secara jelas bukan A , tetapi kira-kira berharga A 1/2ov.
Dengan demikian jika beban keluaran meningkat maka tegangan riak juga meningkat dan rata-
rata tegangan keluaran akan menurun.
Misalnya sebuah penyearah gelombang penuh menggunakan tapis kapasitor 100 dengan beban
100 O. Persentase tegangan riak adalah
7

100 /(2 102 103 50)=10%

yaitu, tegangan DC turun 5% dan harga tegangan akan berubah-ubah pada harga 90% - 100%
dari nilai puncak. Jika penyearah hanya mendapatkan beban yang rendah, pendekatan di atas
dapat kita gunakan. Namun jika beban terlalu besar maka diperlukan pendekatan baru seperti
akan dibahas pada bagian berikut ini.

e. Penyearah Komponen Non-Ideal
Pada bagian sebelumnya kita telah mempelajari penyearah dengan menganggap semua
komponen dalam keadaan ideal. Pada kenyataannya beberapa hal perlu diperhatikan, misalnya
efek dari hambatan kumparan. Faktor ini berpengaruh terhadap besarnya tegangan DC maupun
tegangan riak keluaran. Besarnya arus konduksi sesaat diode adalah
i D = (v t v D v o)/R
dimana
v t = tegangan sesaat transformator hubung-terbuka
v D = tegangan diode (~ 0,8 volt)
v o = tegangan keluaran (pada kapasitor)
R = hambatan kumparan

Nampak jelas bahwa saat arus beban meningkat, v o harus mengalami penurunan untuk
menaikkan arus diode. Ini juga berarti bahwa diode akan berkonduksi lebih lama. Sekarang v o
tidak lagi mencapai harga puncak transformator

Potensiometer adalah resistor tiga terminal dengan sambungan geser yang membentuk pembagi
tegangan dapat disetel. Jika hanya dua terminal yang digunakan (salah satu terminal tetap dan
terminal geser), potensiometer berperan sebagai resistor variabel atau Rheostat.
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus dan
penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya.
Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau
tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit
sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektot (C).
Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan
tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output Kolektor.
Penyedia daya terkendali (Power Suply) merupakan rangkaian yang berfungsi untuk
mengkonverrt/mengubah arus atupun tegangan AC menjadi arus/tegangan DC. Ada dua jenis
power suply, yaitu power suply linear dan power suply switching. Pada praktikum kali ini
8

menggunakan power suplay linier. Adapun Basic Power suply terbentuk dari empat grup
rangkaian. Keempat grup rangkaiaan tersebiut yaitu transformator (trafo), rectifier (penyearah
gelombang), filter, serta voltage regulator.

Transformator atau yang lebih dike
nal dengan nama trafo merupakan pengubah nilai tegangan. Transformator akan
menghasilkan tegangan sekunder yang disebut sebagai tegangan output transformator. Tegangan
sekunder yang dihasilkan bisa sama, lebih besar, ataupun lebih kecil. Tegangan sekunder yang di
hasilkan tergantung perbandingan jumlah lilitan sekunder terhadap lilitan sekunder.Lebih
jelasnya pembagian jenis trafo adalah sebagi berikut:
1. Trafo step up, merupkan trafo yang menghasilkan tegangan sekunder lebih besar dari
tegangan primer. Jumlah lilitan sekunder lebih banyak dibandingkan jumlah lilitan
primernya.
2. Trafo step down, merupakan trafo yang menghasilkan tegangan sekunder lebih kecil
dari tegangan primer. Jumlah lilitan sekunder lebih sedikit dibandingkan jumlah
lilitan primernya.
3. Trafo Isolation, meupakan tarfo yang menghasilkan tegangan sekunder yang besarnya
sama dengan tegangan primer. Jumlah lilitan sekunder juga sam dengan jumlah
lilitan primenyar.
Berdasarkan teori yang telah kita dapat, kita dapat menghitung nilai tegangan sekunder
dengan menggunakan persamaan sebagi berikut:



Maka




Adapun untuk mnghitung arus sekunder yang keluar digunakan persamaan sebagai berikut:





9

II. ALAT DAN BAHAN

1. Rangkaian penyearah gelombang dan penyedia daya terkendali yang sudah dibuat pada percobaan
sebelumnya yang alat dan bahannya terdiri dari :
a. Solder
b. Tang(tnag potong, tang lancip, tang kupas )
c. Boor PCB
d. Penyedot timah (atraktor)
e. Diode 2 buah jenis 1N 4002 (D1 dan D2 = 1N 4002)
f. Resistor (R blinder10 K , Rs 1 K , RL1= 3 K , RL2=39 K , RL3=82 K )
g. Potensio = 5k ohm
h. Kapasitor (C1 = 220 uF/50volt, C2 = 47 uF/25volt
i. Transistor Fcs 9013(NPN)
j. Kabel penghubung jumper
k. PCB lubang
2. Kabel penghubung(jumper)
3. Multimeter digital
4. Osiloskop
5. Trafo

III. CARA KERJA

Rangkaian umum Sistem Penyearah dan Penyedia Daya Terkendali tersusun seperti gambar
di bawah.











1,5
k
4,7k
47 k
10


- Pengujian Sistem Penyearah Gelombang Penuh

a. Rangkaian Penyearah Dasar sebelum tapis dipasang Tanpa Beban
Pada rangkaian kali ini, kita menggunakan transformator step down sebagai sumber
tegangan. sebelum sistem dijalankan, kita menghubungkan jumper J1 ke 12 volt (kanan) pada
trafo, jumper J2 ke 12 volt (kiri), dan J3 ke CT atau 0 atau ground. Setelah dihubungkan,
rangkaian menjadi seperti gambar di bawah.



Dapat diamati bahwa rangkaian membentuk sistem penyearah gelombang penuh tanpa
penapis kapasitor. Tegangan input yang bernilai positif akan diteruskan, sementara tegangan
yang bernilai negative akan diteruskan sebagai tegangan bernilai positif, sehingga tegangan yang
jatuh pada resistor hanya mempunyai satu polaritas. Rangkaian ini mengkonversikan tegangan
input AC menjadi tegangan input DC yang bekerja lebih efektif daripada rangkaian half-wave
rectifier, karena selain tegangan rata-ratanya lebih besar, jika dipasangi penapis kapasitor,
tegangan riaknya lebih kecil.

Besaran-besaran yang akan diukur antara lain:
Tegangan input AC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper 1 atau jumper 2 dan katoda ke Jumper 3.
Tegangan Output, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper 4 dan katoda ke Jumper 3.
Amati gambar pada CRO dan catat hasil pengukuran pada multimeter.

b. Rangkaian Penyearah Dasar dengan variasi Beban
11

Pada rangkaian ini, kita akan menambahkan beban pada rangkaian sebelumnya. Beban
akan dipasang parallel dan besarnya akan divariasikan seusai dengan besar hambatan pada
rangkaian yang ada, yaitu: 4,7 k, 47 k, dan 82 k.

Untuk menghubungkan:
a. resistor 4,7 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J4 ke J8.
b. resistor 47 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J4 ke J9.
c. resistor 82 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J4 ke J10.
Rangkaian menjadi seperti gambar di bawah:


Besaran-besaran yang akan diukur antara lain:
Tegangan input AC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper 1 atau jumper 2 dan katoda ke Jumper 3.
Tegangan Output, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper 4 dan katoda ke Jumper 3
Arus beban dengan cara memutus hubungan antara Jumper J4 dengan J8/J9/J10,
kemudian menghubungkan terminal anoda multimeter ke Jumper J4 dan katoda ke
Jumper J8/J9/J10
Amati gambar pada CRO dan catat hasil pengukuran pada multimeter.
12

c. Rangkaian Penyearah setelah Tapis dipasang tanpa Beban
Pada rangkaian ini, kita akan menghubungkan jumper J4 ke J5, dan Jumper J6 ke J7
sehingga rangkaian akan menjadi seperti gambar di bawah:


Rangkaian di atas adalah rangkaian penyearah dengan penapis yang akan mengubah
gelombang hasil penyearahan dioda menjadi mendekati gelombang DC yang konstan,
memanfaatkan sifat kapasitor sebagai penapis.

Besaran yang diukur:
Tegangan input DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper J4 /J5 dan katoda ke Jumper J3.
Tegangan Output DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper J6/J7 dan katoda ke Jumper J3
Amati gambar pada CRO dan catat hasil pengukuran pada multimeter.

d. Rangkaian Penyearah setelah Tapis dipasang dengan beban yang berbeda
Pada rangkaian ini, kita akan menambahkan beban pada rangkaian sebelumnya.
Beban akan dipasang parallel dan besarnya akan divariasikan seusai dengan besar hambatan
pada rangkaian yang ada, yaitu: 4,7 k, 47 k, dan 82 k.
Untuk menghubungkan:
a. resistor 4,7 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J8
b. resistor 47 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J9
c. resistor 82 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J6, J7, dan J10
Rangkaian menjadi seperti gambar di bawah:
13



Besaran yang akan diukur:
Tegangan input DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO
ataupun multimeter ke Jumper J4 /J5 dan katoda ke Jumper J3.
Tegangan Output DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO
ataupun multimeter ke Jumper J6/J7 dan katoda ke Jumper J3
Arus beban dengan cara memutus hubungan antara Jumper J6-J7 dengan
J8/J9/J10, kemudian menghubungkan terminal anoda multimeter ke Jumper
J6-J7 dan katoda ke Jumper J8/J9/J10
Amati gambar pada CRO dan catat hasil pengukuran pada multimeter.

- Pengujian Penyedia Daya Terkendali

a. Pengujian Penyedia Daya Terkendali Tanpa Beban
Pada rangkaian ini, kita akan menghubungkan Jumper J1 ke 15 volt (sebelah kanan)
dan Jumper J2 ke 15 volt (sebelah kiri), dan Jumper J3 ke CT/ground pada transformator.
Kita menghubungkan Jumper J4, J5, dengan J11, kemudian Jumper J6 dengan J12, dan
Jumper J7 dengan J13. J3 dan J14 pada rangkaian ini bekerja sebagai terminal output. Kita
akan mengatur potensiometer sedemikian rupa sehingga nilai tegangan outputnya 5 volt.
Rangkaian akan menjadi seperti gambar di bawah:


Rangkaian di atas berfungsi untuk menstabilkan atau mempertahankan level tegangan
yang konstan. Keberadaan transistor menyebabkan arus yang keluar ke output menjadi lebih
14

stabil karena harus menyesuaikan dengan sifat amplifikasi arus pada transistor, yaitu arus
yang lewat collector merupakan perkalian dari arus yang lewat base dengan factor penguat .
Besaran yang akan diukur:
Tegangan input DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper J4 /J5/J11 dan katoda ke Jumper J3.
Tegangan Output DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper J14 dan katoda ke Jumper J3
Amati gambar pada CRO dan catat hasil pengukuran pada multimeter.

b. Pengujian Penyedia Daya Terkendali dengan Beban
Pada rangkaian ini, kita akan menambahkan beban pada rangkaian sebelumnya.
Beban akan dipasang parallel dan besarnya akan divariasikan seusai dengan besar hambatan
pada rangkaian yang ada, yaitu: 4,7 k, 47 k, dan 82 k.

Untuk menghubungkan:
a. resistor 4,7 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J14 dan J8
b. resistor 47 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J14 dan J9
c. resistor 82 k ke rangkaian, hubungkan Jumper J14 dan J10
Rangkaian menjadi seperti gambar di bawah:



Besaran yang akan diukur:
Tegangan input DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper J4 /J5/J11 dan katoda ke Jumper J3.
Tegangan Output DC, dengan cara menghubungkan terminal anoda CRO ataupun
multimeter ke Jumper J14 dan katoda ke Jumper J3
Arus beban dengan cara memutus hubungan antara Jumper J14 dengan J8/J9/J10,
kemudian menghubungkan terminal anoda multimeter ke Jumper J14 dan katoda
ke Jumper J8/J9/J10
Amati gambar pada CRO dan catat hasil pengukuran pada multimeter.
- Pengujian R1, R2, dan V In DC dengan V Output bervariasi.
15









Dengan menggunakan rangkaian diatas, kita akan menghitung besarnya R1, R2, dan
V in DC, apabila tegangan output telah di set sebesar 3 V, 4 V, 6 V, 7 V, 9 V, dan 10 V

IV. HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS
A. Merangkai dan Menguji Sistem Penyearah Gelombang Penuh

1. Pengujian Bentuk Gelombang Sebelum Tapis Dipasang





V1 = 18 volt. (CRO)
V2 = 18 volt. (CRO)
V Output = 18 volt. (CRO)
V Output DC = 11,15 volt. (multi)

Gambar Gel. V1 =




16

Gambar Gel. V2 =




Gambar Gel. Out =



Beda potensial pada input adalah sebesar 12 Volt. Sehingga tegangan input
maksimumnya (

adalah
12 16,97 V
Sedangkan pada hasil adalah 18 Volt. Hal ini bisa disebabkan karena
kekurangtelitian praktikan, maupun ketidaktepatan alat. Adapun ketika diukur Vout, nilai
yang keluar sebesar 11,15 Volt, mendekarti nilai 12 volt pada Vin

2. Pengujian Bentuk Gelombang Setelah Tapis dipasang











V OutDC1 = 17,3 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V OutDC2 = 17,3 volt. (multi)
V Riak1 = 100 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 14,4 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =

Susunan rangkaiannya sama seperti susunan rangkaian sebelumnya, hanya saja pada
susunan rangkaian ini di tambah tapis. Tapis berfungsi untuk menghaluskan gelombang
output dari diode yang sudah searah. Perhitungan V OutDC1 merupakan perhitungan
tegangan keluar setelah rangkaian semula disambung dengan tapis lolos rendah yang terdiri
dari resistor dan kapasitor.Tapis ini biasa disebut sebagai RC filter, atau low pass filter . Low
pass filter berfungsi untuk menghaluskan riak voltase. Perhitungan V OutDC2 merupakan
perhitungan tegangan keluar setelah rangkaian semula yang telah disambung dengan tapis
lolos rendah, disambung lagi dengan tapis lolos tinggi. Tapis lolos tinggi terdiri dari kapasitor
17

dan resistor, dimana letak kapasitor mendahului resistor. Tapis lolos tinggi disebut juga CR
filter atau high pass filter. Dengan adanya pemasangan tapis maka akan dihasilkan tegangan
riak. Bentuk gelombang V riak2 lebih halus daripada V riak1 karena pada V riak2 telah
mengalami dua kali filterisasi.

Berdasarkan rumus Vripple :


Maka semakin besar nilai kapasitor, semakin kecil pula nilai Vripple nya.
3. Pengujian Bentuk Gelombang dengan Beban Resistor

Dengan Beban RL1 3 Kilo Ohm.










V OutDC1 = 17,05 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V OutDC2 = 12,9 volt. (multi)
V Riak1 = 320 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 35 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =
IRL = 1,36 mA

Dengan Beban RL2 39 Kilo Ohm











V OutDC1 = 17,17 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V OutDC2 = 16,9 volt. (multi)
18

V Riak1 = 136 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 10 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =
IRL =0,56 mA


Dengan Beban RL3 82 Kilo Ohm












V OutDC1 = 17,18 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V OutDC2 = 17,2 volt. (multi)
V Riak1 = 112 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 8 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =
IRL =0,24 mA
Pada rangkaian terdapat tiga buah beban yaitu resistor 3 Kilo Ohm, 39 Kilo Ohm,
dan 82 Kilo Ohm. Setelah dicoba bergantian, didapat nilai VoutDC1 yang hampir sama satu
sama lain. Pada saat pengukuran VoutDC2 menggunakan multimeter, terdapat nilai yang
hampir sama pula seharusnya terdapat perbedaan yang cukup jauh karena antara tegangan
dan hambatan berbanding lurus, sehingga semakin besar beban semakin besar pula
tegangannya.Sedangkan semakin kecil beban semakin kecil tegangannya. Namun, terdapat
hasil yang hampir sama hal ini bisa disebabkan karena sensitivitas multimeter yang rendah,
kesalahan pada alat dan kekurangtelitian praktikan. Adapun pada beban 3 k, terjadi
kesalahan karena nilai VoutDC1 dan VoutDC2 terdapat selisih yang cukup jauh, yang
disebabkan ketidaktepatan praktikan dalam melakukan pengukuran
Kemudian untuk ripplenya, bila diperhatikan, nilai ripple pada riak 1 setelah
diberi beban, nilainya menjadi lebih besar bila dibandingkan dengan sebelum diberi beban.
Misalnya pada resistor 3 Kilo Ohm, nilai tegangan riak 1-nya sebesar 320 mV, padahal pada
saat sebelum diberi beban, nilai ripplenya hanya 100 mV. Ini dikarenakan resistor memakai
energi yang cukup banyak sehingga pemakaiannya menyebabkan jurang antara puncak
dengan nilai minimum ripple-nya membesar. Namun, dengan semakin besarnya nilai resistor,
maka tegangan ripplenya juga semakin kecil. Hal ini, sesuai dengan rumus Vripple,
disebabkan nilai arus DC yang masuk diperkecil oleh resistor, dimana perbandingannya dapat
19

kita lihat pada Vriak masing-masing hambatan. Jadi semakin besar resistornya seharusnya
semakin kecil nilai dari tegangan ripple nya.



B. Merangkai dan Menguji Penyedia Daya Terkendali

1. Pengujian Tanpa Beban, dengan tegangan Output diatur menjadi 5 Volt






V In DC = 17,3 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V Out = 5 volt
V Riak In = 440 mvolt. (CRO)
V Riak Out = 8,8 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =




2. Pengujian Dengan Beban Resistor

RL 1 = 3 Kilo Ohm









V DC1 = 16,97 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V DC2 = 4,78 volt. (multi)
V Riak1 = 500 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 11,2 volt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =
20

IRL =2,5 mA

RL2 = 39 Kilo Ohm










V DC1 = 17,03 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V DC2 = 4,87 volt. (multi)
V Riak1 = 388 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 11,2 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =
IRL =2,3 mA


RL3 = 82 Kilo Ohm







V DC1 = 17,05 volt. (multi) Gambar Gel. Riak1 =
V DC2 = 4,90 volt. (multi)
V Riak1 = 376 mvolt. (CRO)
V Riak2 = 10,4 mvolt. (CRO) Gambar Gel. Riak2 =
IRL =2,2 mA

Pada sistem rangkaian ini, dapat teramati bahwa keberadaan rangkaian beban pada
rangkaian penyearah dengan tapis digantikan oleh potensiometer. Tegangan output untuk
rangkaian penyearah dengan tapis adalah jumper J12, yang dihubungkan ke base transistor,
sedangkan tegangan input dihubungkan dengan collector transistor. Tegangan pada emitter
dijadikan tegangan output yang diatur menjadi 5 volt dengan memutar kenop pada
potensiometer. Dengan R1 adalah Rseri dan R2 adalah nilai hambatan potensiometer yang
memenuhi persamaan:
21


Dengan VBE adalah beda potensioal antara basis an emitter transistor, atau sama
dengan potensial kontak pada diode yaitu sekitar 0,7 volt untuk silicon dan 0,3 volt untuk
germanium.
Pada pengujian ditambahkan suatu beban resistor senilai 3 K. Menghasilkan VDC 1
sebesar 16,97 Volt, untuk V DC 2 sebesar 4,78 Volt, sedangkan pada besar nilai riak
gelombang pada Vriak 1 sebesar 0,5 Volt, untuk Vriak 2 sebesar 11,2 mv. Dari hasil
pengujian didapatkan kapasitor C2 berfungsi dengan baik karena besar nilai Vriak 2 menjadi
lebih kecil dibanding besar nilai Vriak 1. Sedangkan pada V DC2 terdapat drop tegangan
dapat dilihat hasil V DC2 semakin kecil darihasil V DC1, selain itu besar nilai resistansi
potensiometer ikut berpengaruhsebagai drop tegangan yang membuat besar nilai V DC2
menurun.Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombangyang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakinterlihat penapisan yang dilakukan oleh kapasitor C2

Pada pengujian ditambahkan suatu beban resistor senilai 39 K. Menghasilkan VDC
1 sebesar 17,03 Volt, untuk V DC 2 sebesar 4,87 Volt, sedangkan pada besar nilai riak
gelombang pada Vriak 1 sebesar 0,388 Volt, untuk Vriak 2 sebesar 10,4mv. Dari hasil
pengujian didapatkan kapasitor C2 berfungsi dengan baik karena besar nilai Vriak 2 menjadi
lebih kecil dibanding besar nilai Vriak 1. Sedangkan pada V DC2 terdapat drop tegangan
dapat dilihat hasil V DC2 semakin kecil darihasil V DC1, selain itu besar nilai resistansi
potensiometer ikut berpengaruhsebagai drop tegangan yang membuat besar nilai V DC2
menurun.Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombangyang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakinterlihat penapisan yang dilakukan oleh kapsitor C2

Pada pengujian ditambahkan suatu beban resistor senilai 82 K. Menghasilkan VDC
1 sebesar 17,05 Volt, untuk V DC 2 sebesar 4,9 Volt, sedangkan pada besar nilai riak
gelombang pada Vriak 1 sebesar 0,376 Volt, untuk Vriak 2 sebesar 8,8 mv. Dari hasil
pengujian didapatkan kapasitor C2 berfungsi dengan baik karena besar nilai Vriak 2 menjadi
lebih kecil dibanding besar nilai Vriak 1. Sedangkan pada V DC2 terdapat drop tegangan
dapat dilihat hasil V DC2 semakin kecil darihasil V DC1, selain itu besar nilai resistansi
potensiometer ikut berpengaruhsebagai drop tegangan yang membuat besar nilai V DC2
menurun.Hasil gambar dari rangkaian ini pada gelombang riak in masih terlihat
gelombangyang bergerigi hasil penapisan kapasitor C1, untuk gelombang riak out
semakinterlihat penapisan yang dilakukan oleh kapasitor C2



3. Pengujian R1, R2, dan V In DC dengan V Output bervariasi.


22







Rangkaiannya dapat diubah menjadi















Nilai Komponen yang dipakai :
1. Potensio : 5 Ohm
2. R Seri : 1 Ohm
3. Kapasitor 1 : 220 uF/50 V
4. Kapasitor 2 : 47 uF/25 V
Data Pengamatan :
V Out V In DC R1 (Ohm) R2 (Ohm)
3 Volt 17,05 V 3,5 k 1,2 k
4 Volt 17,05 V 3,38 k 1,54 k
6 Volt 17,05 V 3,14 k 1,82 k
7 Volt 17,05 V 2,85 k 2,3 k
9 Volt 17,05 V 2,45 k 2,76 k
10 Volt 17,05 V 2,15 k 2,98 k

23

Pada pengujian kali ini besar nilai Vout dirubah rubah. Pada hasil
pengujiandidapatkan besar nilai Vin tetap konstan tidak dipengaruhi oleh besar nilai Vout
yang berubah. Tetapi yang menyesuaikan adalah besar nilai R1 dengan R2. NilaiR1 pada
setiap kenaikan Vout akan berkurang nilai resistansinya sedangkan padaR2 pada setiap
kenaikan Vout akan memperbesar nilai resistansinya. Nilai R1merupakan besar nilai resitansi
antara kaki kolektor transistor dengan potensiometer, sedngakan besar nilai R2 adalah besar
nilai resistansi antara potensiometer dengan ground.

Dengan R1 sebagai R seri dan R2 sebagai potensiometer, dalam rangkaian biasing
transistor seperti rangkaian diatas, kita dapat menggunakan analsis basis-emitter yaitu :

Vout = Vb Vbe
Vout =


Vin DC 0.7

Vin DC = 17,05 V
R1 = 3,5 k
R2 = 1,2 k

Vout =


Vin DC 0.7
=

17,05 0,7 3,64 V




Berdasarkan perhitungan didapat nilai Vout 3,64 V yang seharusnya 3 V, perbedaan
ini dikarenakan saat pemutaran potensiometer terjadi kesalahan pengukuran, yang seharusnya
belum sampai 3 V sudah terukur menjadi34 V, hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor
salah satunya adalah kesalahan multimeter.
V ripple adalah hasil dari penapisan yang dilakukan filter. Adapun cara kerja
kapasitor sebagai penapis adalah, kapasitor akan diisi terlebih dahulu pada saat periode
penghantaran. Kemudian ketika terjadi periode tak penghantar, ia menyalurkan muatan yang
disimpannya tadi, sehingga memperpanjang pengiriman arus. Namun, karena muatan keluar
maka nilai arus yang dikeluarkan kapasitor semakin lama semakin menurun, dan titik
terendahnya pada saat tepat sebelum memasuki periode penghantaran. Adapun titik
tertingginya terletak pada saat tepat sebelum periode tak penghantar. Selisih antara titik
terendah dan titik tertinggi ini lah yang disebut sebagai V ripple.

V. KESIMPULAN

- Penyedia daya terkendali (Power Suply) merupakan rangkaian yang berfungsi
untuk mengkonvert/mengubah arus atupun tegangan AC menjadi
24

arus/tegangan DC. Ada dua jenis power suply, yaitu power suply linear dan
power suply switching . Adapun Basic Power suply terbentuk dari empat grup
rangkaian. Keempat grup rangkaiaan tersebiut yaitu transformator (trafo)
dengan CT, rectifier (penyearah gelombang), filter, serta voltage regulator
- Penambahan beban pada rangkaian penyearahan dasar tidak mempengaruhi
tegangan output rangkaian, hanya mengubah nilai arus beban saja.
- Rangkaian penyearah gelombang penuh disertai penapis tersusun atas
rangkaian penyearah gelombang penuh dasar dirangkain parallel dengan
sebuah kapasitor (penapis pertama) dan dirangkai parallel dengan rangkaian
seri dari resistor dan kapasitor (penapis kedua).
- Tegangan jatuh pada kapasitor pertama merupakan hasil perataan /
penghalusan sinyal tegangan sumber yang telah melalui penyearahan, tetapi
masih memiliki riak yang cukup besar. Tegangan jatuh pada kapasitor kedua
telah mengalami peraraan / penghalusan kembali sehingga riaknya lebih kecil
atau sinyal tegangan lebih rata.
- Sifat khusus pada transistor yang mengatur hubugan antara arus yang lewat
basis dengan arus yang lewat collector menyebabkan tegangan output semakin
stabil atau mempertahankan level tegangan output pada suatu nilai yang
konstan.
- Potensiometer berguna untuk mengatur besaran tegangan output yang
diinginkan dengan cara memutar kenop yang akan memvariasikan nilai
hambatannya.
- Pengamatan dengan osiloskop / CRO digunakan untuk melihat bentuk muka
gelombang tegangan yang diamati. Besaran yang diukur adalah tegangan peak
to peak.
- Pengamatan dengan multimeter AC akan memunculkan nilai tegangan root
mean square untuk gelombang sinusoidal, sedangkan dengan multimeter DC
akan memunculkan nilai rata-rata dari sinyal DC yang diamati.
- Pada pengujian bentuk gelombang dengan beban resistor, semakin besar
resistornya semakin kecil nilai dari tegangan ripple nya.
- Pada rangkaian penyedia daya terkendali dengan merubah nilai Vout
tidak mempengaruhi besar nilai Vin DC. Yang menyesuaikan adalah besar
nilai R1 dan R2.
- Faktor kesalahan pada pengujian dapat terjadi yang menghasilkan kekeliruan
pada hasil pengujian. Dimana ketelitian dalam pemilihan skala CRO maupun
pada multimeter.

VI. JAWABAN PERTANYAAN

1. Berapa factor riak secara teoritis sebelum tapis dipasang dan setelah tapis dipasang.
Jawaban :
25

Factor riak dinyatakan dalam pprr (peak to peak ripple ratio).
Sebelum tapis dipasang, nilai tegangan riak sama dengan tegangan rata-rata DC nya.
Vriak = V rata-rata DC

pprr = V riak / V rata-rata DC = 1

Setelah tapis dipasang, nilai tegangan riak adalah nilai tegangan teratas gelombang
riak dikurangi tegangan saat gelombang riak terbawah.
Vriak =

, sehingga

pprr = V riak / V rata-rata DC
= Vmax-Vbawah / Vrata-rata DC

Pada frekuensi riak, R jauh lebih besar daripada Xc. Sehingga, tegangan riak menurun
melintasi tahanan seri dan bukan melintas tahanan beban. Lazimnya, R paling tidak 10
kali besar nilai Xc, artinya setiap bagian meredam (mengurangi) riak dengan unsure
paling sedikit 10 kali


2. Sebutkan fungsi diode dan tahanan blider sebelum tapis dipasang.
Jawaban :
Dioda berfungsi untuk menyearahkan gelombang tegangan bolak-balik menjadi
gelombang yang satu arah. Kegunaan diode pada saat belum ditambahkan tapis adalah
sebagai switching. Pada setengah siklus gelombang suatu diode akan forward bias,
sedangkan pada setengah siklus berikutnya akan reverse bias.
Tahanan blider berfungsi sebagai penyangga tegangan yaitu menerima sisa tegangan
dan sebagai penghasil arus sinusoidal yang sefasa dengan tegangan yang berbentuk
sinusoidal pula. Perkalian tegangan sesaat dengan arus sesaat mneghasilkan daya
siklus sesaat, yang bila dirata-ratakan dalam siklus menghasilkan pembuangan daya
rata-rata. Dengan kata lain, tahanan itu mengeluarkan sejumlah panas yang tetap,
seakan-akan ada tegangan dc yang dilakukan padanya.


3. Sebutkan fungsi kapasitor, R Seri, potensio dan transistor yang terpasang pada
rangkaian penyedia daya terkendali.
Jawaban :
Kapasitor berfungsi sebagai tapis/ penghalus, menghaluskan riak voltase dari
penyearah diode.
R Seri berfungsi sebagai penahan arus dan sebagai bagian dari filter.
Potensio merupakan resistor variable dalam hal ini berfungsi sebagai tahanan
masukan basis transistor sehingga dengan mengubah-ubah nilai hambatannya, akan
mempengaruhi besar arus yang lewat
26

Transistor berfungsi sebagai regulator tegangan, maksudnya untuk mempertahankan
tegangan keluaran terhadap perubahan tegangan sumber.


4. Bagaimana hubungan antara V in DC, V Out, R1 dan R2.
Jawaban :
Perubahan nilai Vout tidak mempengaruhi nilai Vin DC karena nilainya tetap serta
perubahan Vout tidak disebabkan oleh Vin DC.
Besar nilai R1 dan R2 dipengaruhi oleh perubahan Vout, yaitu karena perubahan Vout
disebabkan perubahan nilai potensiometer (gabungan nilai R1 dan R2).


5. Gambarkan grafik untuk hubungan V Out dan Beta ()
Jawaban :






V Out

You might also like