You are on page 1of 16

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kota adalah bentang budaya yang ditumbuhkan oleh unsur-unsur alami dengan gejala pemusatan kehidupan yang cukup besar dan corak kehidupan yang cukup heterogen dan materialistis jika dibandingkan dengan daerah

dibelakangnya (Bintarto,1977). Dilihat secara kualitatif perkembangan kota lebih mengarah kepada sector non agraris seperti tempat pusat usaha, pemerintahan, jasa dan hiburan dengan tingkat mobilitas penduduk yang tinggi. Seiring dengan perkembangan kegiatan perkotaan salah satu dampak yang timbul adalah masalah permukiman di daerah perkotaan. Berbagai parameter yang mengakibatkan terjadinya masalah permukiman adalah tingginya angka kepadatan penduduk. Tingginya angka kepadatan penduduk di perkotaan disebabkan oleh pertumbuhan alami, urbanisasi dan migrasi. Kota mempunyai daya tarik sendiri bagi kebanyakan penduduk untuk menetap di kota. Daya tarik tersebut diantaranya, kota memiliki tingkat fasilitas umum yang tinggi, aksesbilitas yang baik, dan banyak kesempatan kerja di kota. Tidak mengherankan jika terjadinya arus urbanisasi penduduk desa untuk mengadu nasib dan mengharapkan keadaan ekonomi yang lebih terjamin di kota. Sehingga akan menambah kepadatan penduduk di kota. Kepadatan penduduk yang semakin meningkat akan membawa dampak terhadap kebutuhan lahan untuk permukiman. Hal tersebut, akan menimbulkan masalah ketika kebutuhan lahan untuk tempat bermukim dikota semakin meningkat sementara lahan yang ada di kota sangat terbatas. Sehingga penduduk di kota memanfaatkan lahan yang sangat terbatas untuk dijadikan tempat permukiman tanpa memperhatikan aspek lingkungan. Akibatnya adalah perkembangan permukiman di daerah pinggiran kota dan terdapat permukiman kumuh di kota yang disebabkan karena pembangunan permukiman yang tidak

direncanakan atau alih fungsi penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan peruntukanya. Apabila dibiarkan terus maka dapat menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk dan permukiman sehingga menyebabkan menurunya kualitas lingkungan permukiman. Kualitas lingkungan permukiman ini sendiri mempunyai arti derajat suatu permukiman untuk memenuhi kebutuhan hidup. Penurunan kualitas lingkungan permukiman biasanya dicirikan dengan bermunculnya permukiman kumuh dengan kerapatan bangunan yang tinggi. Pengelolaan kawasan permukiman di kota berpengaruh dalam kualitas lingkungan permukiman. Pengelolaan permukiman yang baik dan terencana akan membawa dampak yang positif bagi penduduk di lingkungan permukiman tersebut karena pengelolaan dan perencanaan akan menghasilkan sistem infrastuktur yang dibutuhkan di lingkungan permukiman yang baik seperti jalan, saluran drainase, persampahan, air minum yang baik. Pengelolaan kawasan permukiman yang buruk seperti pola tata letak bangunan yang buruk, jalur aksesbilitas ke pemukiman yang tidak memadai, kualitas air minum dan sanitasi yang kurang dari standar kesehatan akan menyebabkan semakin merosotnya nilai kualitas lingkungan permukiman. Kualitas lingkungan permukiman berpengaruh besar terhadap kualitas hidup sesorang yang tinggal di kawasan permukiman tersebut. Kualitas lingkungan permukiman yang buruk akan berdampak pada menurunnya tingkat kesehatan dan rentan terjadi konflik sosial akibat dari kesenjangan perekonomian dan kebutuhan akan hidup. Penelitian tentang kualitas lingkungan permukiman ini, dilakukan di daerah perkotaan yaitu di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta mengingat di Kecamatan tersebut memiliki karateristik yang unik.dimana terjadi perpaduan dan percampuran antara latar belakang baik ekonomi, budaya dan lingkungan. Perpaduan dan percampuran di wilayah tersebut menghasilkan sesuatu efek yang bersifat fisik terhadap permukiman yang mempunyai pengaruh terhadap kualitas lingkungan permukiman di kecamatan tersebut. Kenampakan objek objek fisik permukiman yang beragam di wilayah Kecamatan Gondokusuman seperti terdapatnya permukiman padat, permukiman disepanjang tepi sungai, atau rel kereta api dan komplek permukiman mewah sehingga kenampakan permukiman

yang beragam tersebut dapat dijadikan sebagai perbandingan kualitas lingkungan permukiman antara wilayah satu dengan wilayah lainnya terutama ditinjau dari segi kualitas fisik permukiman. Sehingga dapat diketahui dimana kualitas lingkungan permukiman yang kurang baik untuk dilakukan perbaikan agar daerah permukiman tersebut layak untuk dijadikan tempat tinggal. Kecamatan Gondokusuman dilihat dari perkembangan perekonomian merupakan daerah yang strategis karena dilalui oleh jalan utama Solo Yogyakarta, sehingga banyak bermunculan pusat-pusat perekonomian didaerah tersebut. Pusat-pusat

perekonomian tersebut mempunyai daya tarik seseorang untuk membangun usaha ataupun permukiman untuk tempat tinggal karena lokasi yang strategis sementara lahan yang ada di Kecamatan Gondokusuman sangat terbatas. Hal tersebut menjadikan bertambahnya kepadatan bangunan baik bangunan usaha ataupun permukiman. Bertambahnya kepadatan bangunan khusunya permukiman akan menyebabkan kesulitan tersendiri dalam pembangunan infrastrukur yang baik seperti jalan, saluran drainase atau limbah, persampahan dan air minum yang layak di wilayah tersebut. Infrastruktur yang kurang mendukung tersebut dapat mengurangi permukiman. Penilaian kualitas lingkungan permukiman diperlukan data-data dengan akurasi yang tinggi dan dapat diperoleh secara cepat dan terpercaya agar didapatkan hasil evaluasi yang merepresentasikan kondisi di lapangan. Hal tersebut dikarenakan citra penginderaan jauh dapat menyajikan gambaran obyek, daerah dan gejala di permukaan bumi secara lengkap dengan wujud dan letak obyek yang mirip dengan keadaan sebenarnya di medan (Sutanto, 1986). Teknik memanfaatkan penginderaan jauh dengan data berupa Citra Quickbird dengan resolusi yang tinggi dapat memberikan informasi yang diperlukan karena menyajikan kenampakan yang detail. Disamping itu pemanfaatan penginderaan jauh dapat mengurangi survey tersstrial yang memakan waktu dan tenaga yang lebih banyak. derajat kualitas lingkungan terutama kualitas lingkungan

1.2 Rumusan Masalah Seiring dengan perkembangan kegiatan perkotaan salah satu dampak yang timbul adalah masalah permukiman didaerah perkotaan. Pertumbuhan penduduk yang tinggi menyebabkan kepadatan penduduk di kota meningkat. Peningkatan kepadatan penduduk berakibat kebutuhan lahan permukiman yang tinggi. Hal tersebut, akan menimbulkan masalah ketika kebutuhan lahan untuk bermukim semakin meningkat sementara lahan yang ada di kota sangat terbatas sehingga membawa dampak pada kualitas permukiman khususnya kualitas lingkungan permukiman yang ada. Sehingga untuk mewujudkan kualitas lingkungan permukiman yang baik ditempuh langkah menseleksi dan memprioritaskan pengadaan permukiman dan perbaikan kualitas permukiman itu sendiri. Daerah yang menjadi cakupan penelitian yaitu Kecamatan

Gondokusuman. Salah satu kecamatan yang masuk dalam administrasi Kota Yogyakarta. Kecamatan Gondokusuman mempunyai kenampakan fisik

permukiman yang bervariasi. Kenampakan permukiman fisik yang bervariasi tersebut dapat dibandingkan antara kenampakan permukiman yang satu dengan yang lainnya antara lain kenampakan permukiman mewah, permukiman di bantaran sungai atau rel, kenamapakan permukiman disekitar kawasan pendidikan. Sehingga nantinya dapat diketahui dimana permukiman dengan kualitas yang kurang baik agar dilakukan perbaikan dan pengelolaan yang lebih baik agar permukiman tersebut layak untuk ditempat tinggali. Kecematan Gondokusuman yang berlokasi strategis selain letaknya dekat dengan pusat kota, kawasan pendidikan, Kecamatan Gondokusuman juga dilalui jalan penghubung antar kota yaitu Jalan Yogyakarta dan Solo, sehingga menjadi pilihan tempat sesorang untuk bertempat tinggal dan membangun usaha. Hal tersebut menjadikan daerah Kecamatan Gondokusuman rentan terhadap beralihnya fungsi lahan yang mendukung bagi daerah permukiman dan rentan meningkatnya kepadatan penduduk. Meningkatnya kepadatan penduduk akan membawa dampak terhadap kebutuhan lahan untuk permukiman.

Ketidakseimbangan antara kebutuhan lahan untuk tempat tinggal yang semakin

meningkat dengan terbatasnya lahan di Kecamatan Gondokusuman akan membawa dampak langsung terhadap permukiman khususnya kualitas lingkungan permukiman. Karena seseorang akan memanfatkan lahan yang sangat terbatas untuk dijadikan tempat tinggal tanpa memperhatikan lingkungan dan fungsi lahan seperti permukiman di bantaran kali code. Kemajuan teknologi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh membantu masalah yang dihadapi perkotaan salah satunya adalah kajian kualitas lingkungan permukiman. Kajian ini dapat dilakukan dengan menggunakan citra penginderaan jauh sebagai alat untuk memperoleh data fisik kota melalui teknik interpretasi citra. Citra penginderaan jauh yang dapat digunakan dalam melakukan penelitian kawasan permukiman perkotaan adalah citra yang memiliki resolusi yang tinggi sehingga mampu menyajikan kenampakan fisik kota dengan tingkat kedetilan yang tinggi. Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah Citra Quickbird yang memiliki resolusi spasial yang tinggi. Secara garis besar permasalahan mengenai penelitian kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Gondokusuman adalah a. Bagaimana kemampuan Citra Quickbird menyajikan data-data untuk menilai kualitas lingkungan permukiman di kecamatan Gondokusuman? b. Bagaimana peranan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam pemetaan kualitas lingkungan permukiman untuk menghasilkan informasi keadaan kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Gondokusuman ? Berdasarkan penelitian tentang permasalahan pemetaan diatas, penyusun lingkungan mencoba melakukan dengan

kualitas

permukiman

memanfaatkan teknologi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi sebagai media untuk mengolah dan menganalisis data. Sehingga judul yang

dipilih dalam penelitian ini adalah PEMANFAATAN CITRA QUICKBIRD DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI PERMUKIMAN UNTUK DI PEMETAAN KECAMATAN

KUALITAS

LINGKUNGAN

GONDOKUSUMAN KOTA YOGYAKARTA .

1.3 Tujuan Penelitian Penelitian tentang pemetaan kualitas lingkungan permukiman ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui manfaat dari teknik Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam menentukan penilaian parameter kualitas lingkungan permukiman yang dihasilkan dari pemanfaatan teknologi penginderaan jauh di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. 2. Membuat Peta Kualitas Lingkungan Permukiman untuk mengetahui keadaan kualitas lingkungan permukiman di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta berdasarkan parameter parameter yang diperoleh dari interpretasi citra resolusi tinggi yaitu Citra Quickbird dan Survey lapangan.

1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapakan mempunyai manfaat sebagai berikut : 1. Dapat memberikan informasi tentang kualitas permukiman di Kecamatan Gondokusuman Kota Yogyakarta. 2. Memberikan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah daerah untuk menetukan kebijakan tentang pengelolaan lingkungan 3. Memberi informasi baru bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam usaha pengembangan penataan permukiman kota serta pengambil keputusan dalam kebijakan pengembangan kota 4. Mengembangkan aplikasi Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi dalam studi kekotaan khususnya untuk studi permukiman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kualitas Lingkungan Permukiman Menurut Bintarto ( 1977 ) permukiman dapat digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dimana mereka membangun rumah, jalan jalan dan sebagainya guna kepentingan mereka. Lingkungan permukiman merupakan ruang untuk digunakan kegiatan sehari-hari yang meliputi bangunan rumah mukim beserta halaman dan perkarangannya, jaring-jaring jalan dan perangkat lain yang mendukung kelancaran hidup. Komponen pembentuk lingkungan permukiman tersebut satu dengan lainya saling berhubungan secara timbal balik, yang secara bersama atau sendiri-sendiri akan mempengaruhi kondisi suatu lingkungan permukimanya. Penelitian kualitas permukiman menggunakan 2 macam pendekatan yaitu pendekatan langsung di lapangan dan penilaian dengan menggunakan penginderaan jauh yang dilengkapi dengan uji lapangan. Pendekatan langsung di lapangan digunakan untuk memperoleh data yang tidak dapat di sadap oleh citra penginderaan jauh secara langsung. Penilaian kualitas lingkungan permukiman berdasarkan kualitas lingkungan permukiman yang telah ditentukan oleh Dirjen Cipta Karya, Pekerjaan Umum. (Rahardjo 1989 dalam Mudzakir 2008)

2.2. Penginderaan Jauh Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1979 dalam Khairani, 2004). Maksud dari tanpa ada kontak langsung adalah dalam pengambilan data seseorang tidak perlu mendatangi daerah yang dikaji dan ini memerlukan seperangkat sistem yang mendukung. Kemudian, karena tanpa melalui kontak langsung maka diperlukan

suatu media agar obyek atau gejala tersebut dapat diamati dan didekati oleh penafsir dimana media ini berupa citra (image atau gambar). Perolehan data penginderaan jauh melalui satelit memiliki keunggulan dari segi biaya, waktu serta kombinasi saluran spektral (band) yang lebih sesuai untuk mampu mengaplikasikannya (Projo Danoedoro dalam Ineke Kusumawati, 2010). Untuk dapat memahami prinsip penginderaan jauh, terdapat 5 komponen yang terdapat pada sistem penginderaan jauh, meliputi : 1. 2. Matahari, sebagai sumber energi utama karena temperaturnya tinggi. Atmosfer, sebagai medium yang bersifat menyerap, memantulkan, menghamburkan (scatter) dan melewatkan radiasi elektromagnetik. 3. Obyek atau target di muka bumi yang diterima atau memancarkan spektrum elektromagnetik dari dalam obyek tersebut. 4. 5. Radiasi yang dipantulkan atau dipancarkan. Alat pengindera (sensor), yaitu alat untuk menerima dan merekam radiasi atau emisi spektrum elektromagnetik yang datang dari obyek.

2.3. Interpretasi Citra Interpretasi citra merupakan suatu kegiatan untuk menentukan bentuk dan sifat objek yang tampak pada citra, berikut deskripsinya. Dalam interpretasi obyek yang terdapat pada citra satelit dan foto udara, ada beberapa hal yang penting untuk diketahui yaitu kunci interpretasi, yang meliputi 9 hal (Lillesand dan Kiefer, 1979 dalam Ineke Kusumawati, 2010) : a. Rona (tone) atau warna (colour) Rona/warna mengacu ke kecerahan relatif objek pada citra. Rona biasanya dinyatakan dalam derajat keabuan (greyscale), misalnya hitam/sangat gelap, agak gelap, cerah, sangat cerah, sangat cerah/putih. b. Bentuk (shape) Bentuk (shape) sebagai unsur interprestasi mengacu pada bentuk secara umum, konfigurasi, atau garis besar wujud objek secara individual. Bentuk beberapa objek kadang-kadang begitu berbeda dari yang lain, sehingga objek dapat dikenali semata-mata dari unsur bentuknya saja.

c. Ukuran (Size) Ukuran (size) objek pada foto harus dipertimbangkan dalam konteks skala yang ada. Penyebutan ukurannya juga tidak selalu dapat dilakukan untuk semua jenis objek. d. Pola (pattern) Pola (pattern) terkait dengan susunan keruangan objek. Pola biasanya terkait pula dengan adanya pengulangan bentuk umum suatu atau sekelompok objek dalam ruang. Istilah-istilah yang digunakan untuk menyatakan pola misalnya adalah teratur, tidak teratur, kurang teratur. e. Bayangan (shadows) Bayangan (shadows) sangat penting bagi penafsir, karena dapat memberikan dua macam efek yg berlawanan. Pertama, bayangan mampu menegaskan bentuk objek pada citra, karena outline objek menjadi lebih tajam/jelas, begitu pula kesan ketinggiannya. Kedua, bayangan justru kurang memberikan pantulan objek ke sensor, sehingga objek yang diamati menjadi tidak jelas. f. Tekstur (texture) Tekstur (texture) merupakan ukuran frekuensi perubahan rona pada gambar objek. Tekstur dapat dihasilkan oleh agregasi atau pengelompokan satuan kenampakan yang terlalu kecil untuk dapat dibedakan secara individual, misalnya dedaunan pada pohon dan bayangannya, gerombolan satwa liar di gurun, ataupun bebatuan yang terserak diatas tanah. g. Situs (site) Situs (site) atau letak merupakan penjelasan tentang lokasi objek relatif terhadap objek atau kenampakan lain yang lebih mudah untuk dikenali, dan dipandang dapat dijadikan dasar untuk identifikasi objek yang dikaji. h. Asosiasi (association) Asosiasi (association) merupakan unsur yang memperhatikan keterkaitan antara suatu objek atau fenomena lain yang digunakan sebagai dasar untuk mengenali objek yang dikaji. Misalnya pada foto udara skala besar dapat terlihat adanya bangunan berukuran lebih besar dari rumah mempunyai halaman yang

terbuka, terletak di tepi jalan besar, dan terdapat kenampakan menyerupai tiang bendera (terlihat dengan adanya bayangan tiang) pada halaman tersebut. Bangunan ini dapat ditafsirkan sebagai bangunan kantor, berdasarkan asosiasi tiang bendera dengan kantor (terutama kantor pemerintah)

2.4. Citra Quickbird Quickbird diluncurkan pada bulan Oktober 2001 di California AS. Saat ini Quickbird merupakan salah satu satelit komersial dengan resolusi spasial yang paling tinggi, yaitu 61 cm untuk saluran Pankromatiknya, dan 2,5 untuk saluran Multispektralnya. Quickbird mengorbit pada ketinggian 450 km, secara sikron matahari dengan periode orbit 93,4 menit. Satelit ini memiliki 2 sensor utama, yaitu Pankromatik dan Multispektral, dengan resolusi radiometrik 11-bit per piksel (2048 tingkat keabuan). Tabel 1.1. Jumlah Band dan Ketelitian Citra Quickbird
Band
Band 1 Band 2 Band 3 Band 4

Panjang Gelombang
0,45 0,52 m (blue) 0,52 0,60 m (green) 0,63 0,69 m (red) 0,76 0,90 m (near-infrared)

Resolusi Spasial
2.44 2.88 2.44 2.88 2.44 2.88 2.44 2.88 metres metres metres metres

Sumber : Like Indrawati, 2007

Tabel 1.2. Spesifikasi sensor Quickbird


Tanggal diluncurkan Wahana Pengangkut Lokasi peluncuran Ketinggian orbit Orbit Kecepatan Waktu rekam di ekuator Waktu 1 kali orbit Resolusi temporal Lebar citra Akurasi metrik Resolusi radiometrik Resolusi spasial October 18, 2001 Boeing Delta II Vandenberg Air Force Base, California, USA 450 Km 97.2 degree, sun synchronous 7.1 Km/second 25,560 Km/hour 10:30 a.m. (descending node) 93,5 minutes 1 3.5 hari tergantung lintang (30 off-nadir) 16.5 Km x 16.5 Km titik nadir 23-meter horisontal (CE90%) 11 bits Pan: 61 cm (nadir) sampai 72 cm (25 off-nadir) MS: 2.44 m (nadir) sampai 2.88 m (25 off-nadir)
Sumber : Like Indrawati, 2007

10

2.5. Sistem Informasi Geografi Sistem Informasi Geografi (SIG) dalam arti luas dapat didefinisikan sebagai seperangkat sistem baik berbasis manual maupun berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan dan memanipulasi data yang mempunyai rujukan kebumian. Dengan berkembangnya teknologi komputer, batasan Sistem Informasi mengalami penyempurnaan, maka dalam arti sempit SIG merupakan seperangkat sistem yang berbasis komputer untuk menyimpan dan memanipulasi data yang mempunyai rujukan kebumian untuk tujuan tertentu (Aronof,1989) dalam Laporan Pengembangan SIG Purbalingga (2006). Secara garis besar, SIG biasanya dibagi menjadi 4 subsistem yang saling terkait, yaitu : a. Masukan ( input) data Masukan data dalam SIG biasanya dari data grafis atau data spasial dan data atribut atau tabular. Kumpulan data tersebut disebut basis data (database). Sumber database SIG secara konvensional dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Data atribut atau numerik berasal dari data statistik, data sensus, data lapangan dan data tabular lainya. 2. Data grafis atau data spasial, berasal dari peta analog, foto udara dan citra penginderaan jauh lainya dalam bentuk cetak kertas. 3. Data penginderaan jauh dalam bentuk digital, seperti yang diperoleh dari satelit. Masukan data yang belum dalam bentuk digital, harus dirubah terlebih dahulu kedalam bentuk digital agar dapat dianalisis dengan menggunakan SIG. Proses pengubahan data kedalam bentuk digital dinamakan dengan encoding. Proses encoding ada 2 macam, yaitu secara manual dengan menggunakan digitaizer dan secara otomatis dengan penyiaman (scanning).

b. Pengelolaan atau Manajemen Data Manajemen data meliputi semua operasi penyimpanan, pengaktifan, penyimpanan kembali dan pencetakan semua data yang diperoleh dari masukan data. Struktur data spasial dalam SIG terdiri dari 2 macam, yaitu struktur data

11

vektor, yang kenampakan keruangannya akan disajikan dalam bentuk titik dan garis yang membentuk kenampakan tertentu. Struktur data yang kedua adalah struktur data raster, yang kenampakan keruanganya akan disajikan dalam bentuk konfigurasi sel-sel yang membentuk gambar. Pengelolaan data memerlukan adanya data yang telah tersusun ke dalam database. Dalam pengelolaan data ini diperlukan suatu sistem yang dapat melakukan beberapa aplikasi program sekaligus. Kumpulan program terpadu yang dapat menangani data dinamakan Data Base Management System (DBMS). Keuntungan adanya DBMS ini adalah kualitas, kerahasiaan dan ke utuhan dapat dijamin dan dipelihara, serta efisien dalam aplikasinya.

c. Manipulasi dan Analisis Data Manpulasi dan analisis data merupakan salah satu kemampuan utama dalam SIG untuk menghasilkan informasi baru sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Data yang telah dimasukkan dapat dimanipulasi dan dianalisis dengan menggunakan software SIG antara lain berfungsi untuk merubah bentuk data, pengkaitan data atribut dengan data grafis, overlay peta, perhitungan aritmatik dan statistik atau kalkulasi, dan operasi model spasial. Manipulasi data dilakukan dengan menciptakan variabel-variabel campuran melalui proses langsung dari data spasial dan non-spasial dalam suatu sistem. Operasi analisis melakukan pengujian data yang ditujukan untuk mengestrak atau membuat data baru untuk memenuhi beberapa kebutuhan dan kondisi, sebagai contoh adalah proses overlay

d. Keluaran (Output) Data Keluaran adalah seperangkat prosedur yang digunakan untuk

menampilakan informasi dari SIG dalam bentuk yang disesuaikan dengan pengguna. Data keluaran SIG umumnya dalam format hardcopy, softcopy serta file elektronik. Hardcopy yaitu bentuk cetakan dapat berupa tampilan gambar pada layar monitor komputer dalam bentuk data digital berupa file yang dapat dibaca oleh komputer. Sedangkan file elektronik adalah file kompatibel dengan

12

komputer (digital) dan dapat digunakan untuk transfer data ke sistem komputer yang lain dan disimpan dalam media magnetic.

2.6. Software ArcGIS ArcGIS merupakan suatu software yang diciptakan oleh ESRI yang digunakan dalam Sistem Informasi Geografi. ArcGIS merupakan software pengolah data spasial yang mampu mendukung berbagai format data gabungan dari 3 software yaitu ArcInfo, Arcview, dan ArcEdit yang mempunyai kemampuan komplit dalam geoprocessing, modelling, dan scripting secara mudah diaplikasikan dalam berbagai tipe data. Desktop ArcGIS terdiri dari 4 modul yaitu ArcMap, Arc Catalog, ArcGlobe, dan Arc Toolbox dan model builder. Arc Map mempunyai fungsi untuk menampilkan peta untuk proses, analisis peta, proses editing peta, dan juga dapat digunakan untuk mendesain kartografi. Arc Catalog digunakan untuk mangement data atau mengatur management file file, jika dalam windows fungsinya sama dengan explor. Arc Globe dapat digunakan untuk data yang terkait dengan data yanag universal, untuk tampilan 3D, dan juga dapat untuk menampilkan Geogle Earth. Model Builder digunakan untuk membuat model builder / diagram alir. Arc Toolbox digunakan untuk menampilkan tools-tols tambahan.

Tabel 1.3. Spesifikasi Software ArcGIS 9.3


No
1

Spesifikasi
Nama Software

Uraian
ArcGIS

Keterangan
Merupakan paket software yang digunakan oleh masyarakat geographic imaging (pencitraan mengenai ilmu bumi), dirancang untuk image processing dan GIS. Merupakan versi yang terbaru dari seri ArcGIS 9.X

Versi/Release

9.2

13

No
3

Spesifikasi
Diluncurkan tahun

Uraian
2006

Keterangan
Software ini mulai dipasarkan dan dipakai oleh banyak pengguna mulai tahun 2006 Perusahaan pembuat software Sistem Informasi Geografi yang berasal dari USA. Produk terkenal lainnya adalah Arc/Info dan ArcView GIS Software ini menggunakan spesifikasi hardware yang besar karena data yang dapat diolah merupakan data yang kompleks baik data raster maupun vektor. Semakin tinggi kapasitas hardware yang ada maka akan lebih mempercepat proses pada saat analisis data. Software ini dapat beroperasi di berbagai macam sistem windows minimal windows 2000.

Vendor / Pembuat

Environment System Research Institute (ESRI)

Minimum Hardware - Processor RAM VGA Card Free space Pentium X 800 MHz minimum 512 MB 800 X 600 @256 color resolution 207 MB harddisk Windows server 2003, NT 4.0, 2000, XP, Linux GIS - Profesional

Operating System

Kategori Software

IP - Viewer

Struktur Data/File

Raster vektor

Format Data/File

*.shp *.shx *.dbf *.sbn *.sbx *.prj

Software GIS ini termasuk profesional karena memiliki berbagai fasilitas input data hingga output data yang lengkap. Image processing software ini termasuk hanya viewer saja karena kurang memiliki fasilitas format data yang lengkap. dan Mampu menampilkan data baik dari format raster maupun vektor. Sangat banyak mendukung format data raster seperti *.tiff dll. Format data vektor yang didukung antara lain format data ErMapper yaitu *.ers. *.shp format file yang menjelaskan feature geometri *.shx format file yang menjelaskan index pada feature geometri *.dbf format dBase yang menjelaskan tentang atribut feature *.prj format file hasil output

14

No
10

Spesifikasi
Fasilitas pada Software Inti (core) Input + editing

Uraian
On screen digitizing dan register and transform tools Editing : edit theme dan atributnya.

Keterangan
Input (Digitasi on screen), yaitu proses pengubahan data grafis menjadi data grafis digital, dalam struktur data vektor yang disimpan dalam bentuk point, garis dan area dengan mengguna kan mouse langsung pada komputer. Kesalahan hasil input dapat dikoreksi atau diedit dengan menggunakan fasilitas yang ada. Processing merupakan fasilitas untuk menganalisis data yang ada seperti overlay peta, buffering dsb. Fasilitas layout merupakan fungsi untuk membuat komposisi peta untuk dicetak dalam bentuk hardcopy.

Processing Overlay, buffering, 3D scene dan manipulasi analisis data lainnya. Peta data grafis dan atribut Database Manager dan Avenue

Output (layout)

11

Fasilitas paket program yang terintegrasi dengan software inti

Database manager meng gunakan query bulder dan fasilitas tabel (dbf) sedangkan avenue merupa kan fasilitas paket program yang berupa bahasa pemrograman untuk costumize data. Format input data yang mendukung software ArcGIS sangat banyak berupa format raster dan format vektor.

12

Format I/O data

13

Fasilitas khusus/fasilitas lainnya

Data Raster : *.tiff *.prj *.bmp *.hdr Data Vektor : *.arc *.pnt *.shp *.mif *.dxf *.sdl *.xyz - 3D analyst - Image analyst - Spasial analyst - Edit tools - X-tools - dsb

Fasilitas-fasilitas khusus lainnya dapat digunakan dengan terlebih dahulu membuka extentions yang ada.

Sumber : Karen Slamet Hardjo, 2008

15

2.7. Batasan Istilah Permukiman Permukiman dapat digambarkan sebagai suatu tempat atau daerah dimana penduduk berkumpul dan hidup bersama dimana mereka membangun rumah, jalan jalan dan sebagainya guna kepentingan mereka.( Bintarto, 1977) Permukiman Teratur Permukiman yang terdiri dari rumah mukim yang bentuk dan ukurannya seragam, persil lahannya seragam dan masing-masing mempunyai jalan teletak di depan rumah mukim ( Sutanto, 1982 ) Kualitas Permukiman Derajat kemampuan suatu permukiman untuk memuhi kebutuhan hidupnya ( Oto.S, dalam Barlin Harahap 2006 ) Perumahan Kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan lingkungan ( Kirmanto, 1996) Interpretasi Citra Pembuatan mengkaji foto udara atau citra dengan maksud untuk identifikasi obyek dan menilai arti pentingnya obyek tertentu (Sutanto, 1992) Penginderaan Jauh Penginderaan jauh yaitu berbagai teknik yang dikembangkan untuk perolehan dan analisis informasi tentang bumi. Informasi tersebut khusus berbentuk radiasi elektromagnetik yang dipancarkan atau dipantulkan oleh permukaan bumi. ( Lindgren, 1985 ) Citra Gambaran visual tenaga yang direkam dengan menggunakan piranti Penginderaan jauh ( Ford, 1979 )

16

You might also like