You are on page 1of 25

SUTRA SURANGGAMA Topik yang dibahas dalam Sutra Suranggama sangatlah luas, mulai dari topik pencarian lokasi

pikiran sejati, manifestasi pikiran sejati, alam indra, Tathagatha Garbha, sifat dasar tujuh unsur, kesinambungan alam semesta, kesinambungan makhluk hidup, kesinambungan buah karma, 25 cara bermeditasi yang utama yang di latih oleh 25 suciawan., asal mula makhluk hidup dan dunia, 12 kategori makhluk hidup, 5 tingkatan Bodhisattva, 10 kategori hantu, 10 kategori binatang, 10 kategori manusia, 10 kategori makhluk abadi ( Resi, pertapa setengah dewa ), rincian alam surga, empat kategori asura, hingga topik yang terpenting yaitu 55 alam fenomena spiritual Mara-Skandha. Didalam topik terakhir ini, Sang Buddha memperingati kita terhadap jebakan-jebakan dalam bermeditasi yang dipasang oleh Mara-mara, dan tindakan-tindakan yang harus dilakukan agar kita tidak terpengaruh atau terjebak olehnya. Empat dasar kesadaran : 1. kesadaran terhadap tubuh bahwa tubuh sungguh menjijikan dan tidak bersih maka janganlah anda mencintainya 2. kesadaran terhadap perasaan bahwa persaaan adalah derita maka janganlah anda mengejar kesenangan 3. kesadaran terhadap pikiran bahwa pikiran adalan tidak langgeng/bersifat sementara maka janganlah melekat pada pikiran buruk yang timbul adalam pikiranmu. 4. kesadaran terhadap dharma bahwa dharma(objek pikiran) adalah tanpa diri yaitu lima skandha : wujud, perasaan, persepsi, bentuk pikiran dan kesadaran adalah tanpa aku, tanpa inti yang kekal. 3 Tiga kebocoran batin : 1. Kebocoran batin berupa "nafsu-indrawi (kama). kebocoran batin ini terjadi bukan hanya di alam manusia, tetapi juga di enam surga(alam dewa) nafsu 2. Kebocoran batin berupa "hasrat untuk eksistensi fenomena". Kebocoran batin ini terjadi pada alam berwujud yaitu alam surga diatas enam surga nafsu. 3. Kebocoran batin berupa "kebodohan". Kebodohan adalah akar dasar dari kekotoran batin, karena kebocoran batin berupa kebodohan maka kebocoran batin berupa nafsu indrawi dan hasrat untuk eksistensi fenomena muncul. Nafsu-indrawi ada 2 jenis 1. Nafsu terhadap obyek materi dan

2. Nafsu terhadap Seks Dua belas hukum sebab-akibat yang saling bergantungan Kebodohan, melahirkan kecondongan batin kecondongan, batin melahirkan kesadaran kesadaran, melahirkan batin dan wujud batin dan wujud, melahirkan enam organ indra enam organ indra, melahirkan kontak/hubungan kontak, melahirkan perasaan/sensasi perasaan, melahirkan kecintaan kecintaan, melahirkan kemelekatan kemelakatan, melahirkan eksistensi eksistensi melahirkan kelahiran kelahiran melahirkan usia tua dan kematian Bila orang berlatih berdasarkan sifat-dasar yang tak mengalami pemunculan dan pemusnahan, dia mampu meraih samadhi yang tanpa pemunculan dan tanpa pemusnahan, ini baru disebut dengan "samadhi sejati", yang tidak dapat dipengaruhi atau diganggu oleh kekuatan eksternal. Waktu melatih diri harus mampu mengenali aneka alam fenomena spiritual, bila bisa mengenali alam fenomena spiritual itu, anda tidak akan dipengaruhinya. Kekuatan samadhi harus dikembangkan agar mampu mentransformasikan aneka alam fenomena spiritual terlepas dari apakah alam fenomena spiritual tersebut baik, buruk, disukai atau tidak disuakai. Anda aharus tetap tak tergoyahkan. Pikiran senantiasa jernih, tidak terpengaruh oleh meosi apapun. Itu baru disebut "kekuatan samadhi yang sejati". Seseorang yang memiliki kekuatan samadhi tidak akan terpengaruh oleh alam fenomena spiritual dan tidak mengalami kebocoran batin melalui panca-indranya yakni : Mata : kita biasanya suka melihat benda yang indah, lawan jenis yang menarik, atau hal-hal lain yg menyenangkan mata kita. Telinga : kita suka mendengar lagu atau musik yang indah, suara yang merdu dan lain sebagainya. Bila anda mendengar sebuah lagu yang indah, anda langsung tertarik dan ingin mengetahui di mana sumbernya. Seminggu saja anda tidak

mendengar musik mungkin sudah tidak tahan. Hidung : kita suka mencium wangi-wangian atu benda yang menyenangkan indra penciuman. Seketika anda mencium aroma hidangan yang lezat, air liur anda keluar Lidah : kita suka mencicipi hidangan yang lezat. Kadang-kadang kita rela pergi jauh pembeli makanan yang enak hanya demi memuaskan indra pencicipan. Tubuh : kita ingin menyentuh benda yang indah, material yang lembut, atu bersentuhan badan dengan lawan jenis. Kita mendambakan rangsangan yang menyenangkan dari sensasi sentuhan atau gesekan dengan obyek. Bila seseorang berperangai seperti yang disebut di atas maka dia tidak memiliki samadhi. Di samping itu, bila situasi gembira membuat dia gembira dan peristiwa sedih membuatnya sedih, dia masih dipengaruhi oleh alam fenomena spiritual. Bila dia berubah dari kebahagiaan ke kemarahan, lalu ke kesedihan, kemudian ke gembiraan, dia masih dipengaruhi oleh fenomena. Tanpa adanya kebocoran melalui panca-indranya, seperti yang diilustrasikan di atas, seseorang tidak akan mencari ke luar, tetapi melakukan refleksi ke dalam; dia melihat seperti tidak melihat, mendengar seperti tidak mendengar. Dia tidak melekat kepada fenomena eksternal. Tidak dipengaruhi oleh fenomena luar diibaratkan seperti sebuah cermin: bila sesuatu muncul ia dipantulkan; bila sesuatu lenyap, yang ada hanyalah keheningan, tiada gejolak. Subtansi dasar dari cermin selalu terang. Tiada noda Mempunyai kekuatan samadhi yang tidak dipengaruhi oleh fenomena boleh dikatakan mempunyai Kearifan sejati, dan pemahaman sempurna. SAMATHA secara literal berarti "berdiam di tempat hening dan murni." Ini adalah penyelaman meditasi atas fenomena yang tidak berwujud, yang menganggap segala-galanya sebagai kosong atau non-meteri. Disini pikiran kesadaran hanya dihentikan upaya tidak berkelana, sehingga ini bukanlah samadhi yg sejati. Sebaliknya, ini adalah keheningan dan kemurnian yang dipaksakan. SAMAPATTI adalah penyelaman meditasi atas fenomena yang tidak nyata, yang menganggap segala-galanya sebagai tidak-nyata. Secara literal, artinya adalah perenungan dan iluminasi" dari pratitya-samutpada dan empat kebenaran suci. DHYANA adalah penyelaman meditasi atas metode yang meliputi samatha dan samapatti. Secara literal, artinya pelatihan "pikiran" atau "kontemplasi (renungan) yang hening." Seseorang mengunakan pikirannya untuk mengikuti proses datangnya dan perginya pikiran, hampir sama halnya dengan pelatihan "berhenti dan kontemplasi (samatha-vipasyana)." Samadhi itu adalah pikiran yang tidak terpengaruh oleh persepsi melalui panca-indra dan dengan bermidatasi bisa mendapatkan kearifan dan memperoleh kekuatan spiritual. Kita mengambil contoh : gelas, air, debu dan pengaduk (sendok) Sebagai ilustrasi :

Batin kita diibaratkan sebagai segalas air yg didalamnya penuh dengan debu Debu diibaratkan sebagai kekotoran batin. Pengaduk diibaratkan sebagai aktivitas pikiran Semakin hari semakin banyak debu yang masuk ke dalam gelas air karena aktivitas kita sering memunculkan noda pencemar. Selain itu, panca-indra kita menarik banyak debu, sehingga air di dalam gelas ini bertambah keruh. Yang lebih gawat lagi adalah pikiran kita tidak pernah tenang, setiap hari lari kesana kemari.Pikiran yang tidak tenang itu diibaratkan seperti debu yang diaduk sehingga debu yang ada di dalam gelas tersebut tidak pernah mempunyai kesempatan untuk mengendap ke dasar gelas. Akibatnya adalah air gelas ini selalu keruh. Tujuan dari samadhi pertama-tama adalah : Menghentikan pemasukan debu yang baru, setelah penghentian pemasukan debu yang baru, selanjutnya debu yang sudah ada di dalam gelas diusahakan perlahan-lahan turun dan mengendap ke dasar gelas, dengan cara samtaha. Dengan mengendapkan debu tersebut, air menjadi jernih di bagian atasnya. Oleh karena air menjadi jernih, pikiran menjadi lebih terang dan kearifan mulai timbul dan umumnya orang yg dalam keadaan ini memiliki sedikit kekuatan gaib. (pencapaian ini belum berarti apa-apa, karena bila dia melakukan aktivitas pemikiran, debunya bisa teraduk dan membuat air mengeruh kembali). Proses selanjutnya : Menyedot keluar debu yang ada di dalam gelas ini, proses pelenyapan endapan debu ini tegantung kepada ketebalan endapan debu (kondisi dan akar yang telah tercipta) dan pelatihan diri dalam penyempurnaan sila, samadhi dan prajna. Pikiran sejati adalah pikiran yang tidak bertambah dan tidak berkurang. Dan sifat dari pikiran sejati adalah suci murni, terang benderang, tiada tempat yang tidak diteranginya, tetapi anda tidak menyadarinya; anda sudah lama melupakannya karena anda sibuK dengan pikiran khayal. Organ indra unggul yang halus-tak-kentara ini timbul dari esensi pikiran yang terang menakjubkan. Sejak masa tanpa awal, disebabkan : Oleh adanya pemunculan mendadak dari kebodohan berupa ilusi. Kekosongan sejati yang terang menakjubkan berubah menjadi suram. Diakibatkan oleh Peggabungan antara pikiran sejati dan pikiran palsu (khayal), melekat kepada subtansi terang dari pikiran sejati. Karena terciptanya kesuraman yg tidak mulia terbentuklah : 6 esensi indra yaitu :

1. esensi penglihatan 2. esensi pendengaran 3. esensi penciuman 4. esensi penglihatan 5. esensi sentuhan 6. esensi pengetahuan Enam esensi itu adalah satu, dan satu itu adalah enam. Dari esensi indra terciptalah : Organ indra unggul yang terbentuk dari empat unsur agung nan suci yaitu : 1. tanah 2. air 3. api 4. angin ke 4 unsur tersebut diatas tidaklah sama dgn 4 unsur duniawi yg kita kenal. Organ indra unggul inilah kemudian terwujud organ indra fisik yang kasat mata. Kesimpulannya : Dari pikiran sejati terciptalah 3 jenis indra yaitu : 1. Indra fisik 2. organ indra unggul 3. esensi indra 1. esensi indra yg paling mendekati subtansi pikiran yg merupakan manifestasi dari kesadaran kedelapan. Noted : Bagi orang awam, 6 indranya belum bergabung, sehingga setiap indranya melaksanakan fungsinya masing2 ; mata-melihat; telinga-mendengar; hidung-mencium; lidah-mencicipi; tubuh-merasa sentuhan dan pikiran menyadari (mengetahui). Suciawan menyatukan kembali ke-6 esensi indranya menjadi satu yg tak terpisahkan dengan demikian bisa melihat, mendengar dgn mulut, melihat dgn telinga dan mendengar dgn mata, karena ke-6 indranya telah bermuara kembali ke esensi indra yg lengkap

dgn semua fungsi indranya. Dalam perkembangan lebih lanjut, esensi indra akhirnya kembali ke absolut, yakni pikiran sejati. Pandangan Ananda bahwa pikiran ada di dalam tubuh. Ananda berkata kepada Buddha, " sepuluh kategori makhluk hidup di dunia meliputi kategori yang dilahirkan dari : 1. rahim 2. telur 3. kelembaban 4. transformasi (lahir mendadak dgn semua organ indra dan aggota tubuh lengkap, tanpa tergantung telur, rahim ataupun apapun / lahir secara non-duniawi) : semua penghuni neraka, surga, dan makhluk barado dll) 5. berwujud 6. memiliki pemikiran 7. tidak diberkati secara total dengan wujud 8. bukan tanpa wujud sama sekali 9. tidak diberkati secara total dengan persepsi 10. bukan tanpa persepsi sama sekali 2. (dalam sutra vajracchedika. Pada dasarnya, ada 12 kategori makhluk hidup, namun disini kategori "tak berwujud" dan kategori "tanpa pemikiran" tidak dimasukkan) semuanya sependapat bahwa pikiran kesadaran bersemayam di dalam tubuh; saya sekarang mengamati bahwa organ-organ indra (mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh) yang menangkap empat obyek indrawi (wujud, berbauan, rasa dan sentuhan) ada di wajahku. Demikia pula halnya dengan pikiran kesadaranku, sebenarnya juga ada di dalam tubuhku. Buddha bertanya kepada Ananda, " Anda sekarang duduk di Aula khotbah Tathagata, memandang ke hutan jeta, di manakah aula ini berada sekarang?" "Yang maha mulia, Aula khotbah yg bertingkat, besar dan hening suci ini ada di dalam taman anathapindika, dan karenanya sekarang hutan jeta sebetulnya berada di luar aula." "Ananda, sekarang anda berada di dalam aula ini, apa yang anda lihat terlebih dahulu?" "di aula sini pertama-tama saya melihat Tathagata terlebih dahulu, lalu saya melihat peserta pesamuhan ini, dan dari sana, sewaktu menatap keluar, saya

melihat hutan dan taman." "Ananda, apa yang menyebabkan anda bisa melihat hutan dan taman sewaktu anda melihat keluar?" "Yang maha mulia, oleh karena pintu dan jendela dari aula besar ini terbuka lebar, sehingga walaupun saya berada di dalam aula namun bisa melihat jauh keluar." Penjelasannya : Aula khotbah diibaratkan sebagai tubuh manusia Pintu dan jendela diibaratkan sebagai organ indra dari permukaan tubuh (mata, hidung, telinga) yg merupakan pintu penghubung ke dunia luar sehingga bisa menangkap obyek indrawi, dan data yang diperoleh kemudian disampaikan kepada pikiran kesadaran yang ada di dalam tubuhnya untuk membentuk suatu persepsi pikiran. Buddha berkata kepada Ananda : "Seperti yang dikatakan anda, ketika seseorang berada di dalam aula yang pintu serta jendela terbuka lebar, dia bisa melihat jauh sampai ke hutan dan taman. Mungkinkah seseorang di dalam aula ini tidak melihat Tathagata namun bisa melihat yang di luar aula ?" Ananda menjawab "berada di dalam aula ini dan tidak melihat Tathagata, namun bisa melihat hutan dan mata air di luar aula adalah tidak mungkin." Ananda, andapun seperti itu. Pikiranmu berkemampuan mengerti segala sesuatu secara keseluruhan. Bila pikiranmu yang mampu mengerti ini benar-benar berada di dalam tubuhmu, tentu anda seharusnya mengetahui terlebih dahulu apa yang ada di dalam tubuhmu. Apakah ada makhluk hidup yang melihat dulu bagian dalam tubuh mereka sebelum mereka mengamati sesuatu di luar?" Sekalipun anda tidak bisa melihat jantung, hati, limpa dan lambung, paling sedikit, anda seharusnya melihat dan mengerti dengan jelas pertumbuhan kuku dan rambut, pergerakan otot, dan denyut nadi. Mengapa anda tidak melihat dengan jelas hal-hal ini? Bila anda tidak mengetahui apa yg ada di dalam, bagaimana anda bisa melihat apa yang ada di luar? Oleh sebab itu, anda seharusnya tahu, pernyataan bahwa pikiran yang menyadari dan mengetahui berada di dalam tubuh ` adalah tidak benar". PANDANGAN ANANDA BAHWA PIKIRAN DI LUAR TUBUH. Ananda menundukkan kepalanya dan berkata kepada Buddha, Setelah mendengarkan sabda-Dharma Tathagata, pahamlah saya bahwa pikiranku sesungguhnya berada di luar tubuh. Mengapa? Sebagai contoh, sebuah lampu dinyalakan disuatu ruangan, lampu tersebut tentu akan menerangi ruangan dalam terlebih dahulu, baru kemudian ia akan menerangi pekarangan melalui pintu yang terbuka. Bagi semua makhluk hidup yang tidak melihat tubuh bagian dalamnya namun hanya bisa melihat bagian luar tubuh mereka, diibaratkan seperti lampu yang diletakkan diluar ruangan, sehingga lampu itu tidak bisa menerangi ruangan dalam.

Penjelasan : Ananda menganologikan Pikiran sebagan lampu dan tubuh sebagai dinding ruangan. Buddha berkata : sekarang saya memperlihatkan tanganku. Ketika matamu melihatnya, apakah pikiranmu dapat mengenalinya?" Ananda menjawab, ya, Bhagavan." Buddha memberitahu Ananda, " Bila anda dapat mengenalinya, bagaimana mungkin pikiran ada di luar tubuh? Oleh sebab itu pernyataaan anda bahwa `pikiran yang menyadari dan mengerti berada di luar tubuh' adalah tidak benar'. Penjelasan : Mengenali Dsisini maksudnya adalah apakah pikiran itu membedakan antara `ada tangan' dan" tidak ada tangan." Dengan adanya pikiran yang membeda-bedakan tersebut pikiranmu menjadi tahu. "Bila anda dapat mengenalinya" berarti pikiran dan matamu sama-sama mengenalinya, sama-sama memiliki persepsi yang sama, bila demikian, maka pikiran dan matamu saling bertautan antara satu sama lain. Lalu bagaimana munkin pikiran ada di luar tubuh? PANDANGAN ANANDA BAHWA PIKIRAN TERSEMBUNYI DI DALAM INDRA PENGLIHATAN Ananda berkata kepada Buddha : Yang mahamulia, seperti yang dikatakan Buddha, karena saya tidak dapat melihat bagian dalam tubuh, pikiran tidak terletak di dalam tubuh. Karena tubuh dan pikiran saling mengetahui, memiliki hubungan yang sangat erat, maka pikiran tidak terletak di luar tubuh. Setelah direnungkan maka ia terletak disuatu tempat yaitu : Oleh karena pikiran yang mengetahui dan mengerti tidak bisa melihat apa yang ada di dalam tubuh tetapi bisa melihat bagian luar, menurut hemat saya dia tersembunyi di dalam indra penglihatan. Misalnya : Ada orang mengambil mangkuk kaca lalu menempelkannya pada ke-2 matanya, namun tidak merintangi penglihatannnya. Oleh sebab itu indra penglihatan tersebut dapat melihat dan segera membeda-bedakannya. Jadi pikiran saya yang menyadari dan mengerti tidak dapat melihat tubuh bagian dalam karena berada di indra penglihatan; dapat melihat dengan jelas bagian luar tanpa rintangan karena bersembunyi di dalam indra penglihatan. Buddha memberitahukan Ananda, " Bila dikatakan bahwa pikiranmu diibaratkan seperti mata yang dilingkupi dengan mangkok kaca, ketika anda melihat gunung-gunung, sungai-sungai, mengapa anda tidak dapat melihat matamu sendiri? Bila anda dapat melihat matamu, berarti matamu akan merupakan bagian dari lingkugan luar. Lalu

mengapa dikatakan bahwa pikiran yg menyadari dan mengerti bersembunyi di dalam indra penglihatan seperti mata yang ditutupi dengan kaca? Oleh sebab itu seyogianyalah pernyataan bahwa pikiran menyadari dan mengerti bersembunyi di dalam indra penglihatan bagaikan mata yang dilingkupi dengan mangkok kaca adalah salah. Penjelasan : Bila dikatakan bahwa pikiranmu diibaratkan seperti mata yang dilingkupi dengan kaca. =postulat sebelumnya adalah...bila mata kita dilingkupi oleh mangkok kaca, maka ketika kita melihat keluar, kacapun tentu terlihat. Nah, bila pikiran yang bersembunyi di dalam indra penglihatan itu diibaratkan seperti mata yang dilingkupi mangkok kaca, berarti dalam hal ini mata mengantikan posisi kaca, dan pikiran mengantikan posisi mata. Berarti pikiran itu seperti mata dan mata itu seperti kaca. Anda yang dimaksud dalam kalimat di bawah ini adalah "pikiran" Ketika anda/pikiran melihat gunung2 dan sungai2, mengapa anda/pikiran tidak dapat melihat matamu sendiri? Bila anda tidak dapat melihat matamu, berarti matamu tidak terletak di hadapan pikiranmu. Bila pikiranmu bersembunyi ddalam indra penglihatan, seharusnya matamu berada di depan pikiranmu. PANDANGAN ANANDA BAHWA ADA DUA JENIS PENGLIHATAN. Ananda berkata kepada Buddha, "Yang Mahamulia, Pada makhluk hidup, organ dalam terletak dibagian dalam, lubang tubuh (mata, telinga, hidung dan mulut) berada di bagian luar. Karena bersembunyi sehingga gelap. Karena ada lubang sehingga terang. Sekarang saya berhadapan dengan Sang Buddha, ketika membuka mata tampaklah terang, itu disebut melihat keluar; Ketika memejamkan mata muncullah gelap, itu disebut melihat ke dalam. Penjelasan : Kita tidak bisa melihat ke dalam tubuh karena tidak ada cahaya yang masuk, tetapi bisa melihat keluar karena ada cahaya di lubang tubuh. Ketika melihat terang berarti melihat keluar..... ketika melihat gelap berarti melihat ke dalam. Sang Buddha menjawab : "Saat memejamkan matamu, anda melihat kegelapan, apakah dunia kegelapan demikian berhadapan dengan mata anda atau tidak? Bila kegelapan tersebut berhadapan dengan mata anda, berarti kegelapan ada di depan matamu, mengapa tadi dikatakan berada di'dalam'? Bila kegelapan berada di dalam, maka ketika anda berada di dalam ruangan gelap tanpa matahari, bulan dan pelita, kegelapan yang berada di dalam ruangan tersebut akan merupakan bagian dari organ dalam tubuh anda. Bila kegelapan tidak berhadapan dengan matamu, bagaimana anda dapat melihatnya.

Tetapi anggaplah terdapat suatu penglihatan ke dalam yang berbeda dari penglihatan ke luar, maka bila anda memejamkan matamu dan melihat kegelapan, berarti anda melihat ke dalam tubuhmu. Lalu saat anda membuka matamu dan melihat terang, mengapa anda tidak dapat melihat wajahmu. Bila anda tidak dapat melihat wajahmu, berarti tidak boleh di sebut melihat ke dalam. Bila anda dapat melihat wajahmu sendiri berarti pikiranmu yang menyadari dan mengerti bersama indra matamu berada di tengah udara, bagaimana bisa di sebut berada di dalam? Bila berada di tengah udara, maka mereka tidak mungkin merupakan bagian dari tubuhmu, karena jika tidak, maka Tatghagta yang sedang melihat wajahmu seharusnya juga merupakan bagian dari tubuhmu. Jika demikian, ketika matamu menyadari adanya sesuatu, berarti tubuhmu tidak akan menyadarinya. Bila anda bersikeras menyatakan bahwa mata dan tubuhmu masing-masing menyadarinya sendiri, maka anda seharusnya memiliki dua entitas kesadaran, dan tubuhmu yang tunggal ini bisa menjadi dua Buddha. Oleh sebab itu pernyataan `melihat kegelapan adalah melihat ke dalam adalah salah'. PANDANGAN ANANDA BAHWA PIKIRAN EKSIS BILA TERJADI KONTAK DENGAN FENOMENA. Ananda berujar, "Saya sering mendengar Buddha memberi petunjuk kepada ke empat jenis umat bahwa dengan timbulnya pikiran, maka aneka dharma pun muncul, dan dengan munculnya dharma maka aneka jenis pikiran pun muncul. (Dharma : (1) Ajaran Buddha yg mengandung kebenaran universal, (2) Hukum alam semesta, (3) norma-norma kelakuan dan peraturan2, (4) fenomena, benda-benda ; manifestasi dari realitas; (5) obyek pikiran, ide - sesuatu yang muncul dalam pikiran (6) unsur-unsur eksistensi). "Saya sekarang memikirkan bahwa substansi dari yang `memikirkan' itu adalah benar-benar sifat-dasar pikiranku (kesadaranku,pengertianku, pengetahuanku)Yang akan muncul saat bersentuhan dengan aneka fenomena. Pikiran tidak ada di ketiga lokasi dalam, luar atau tengah." Buddha berkata kepada Ananda, "sekarang anda menyatakan bahwa karena dharma2 muncul, sehingga aneka jenis pikiran pun muncul. Pikiran akan mucul di mana saja begitu kontak terjadi. Tetapi bila pikiran tidak memiliki substansi, berarti tidak dapat terjadi kontak apapun. Jika tanpa adanya substansi namun masih terjadi kontak berarti akan ada medan indra ke-19 yang dapat menjalin kontak dengan obyek indra ke-7, dan ini tidak masuk akal. Penjelasan : Tetapi apakah pikiran yang Ananda sebutkan ini benar-benar memiliki subtansi?

Bila dia tidak memiliki subtasni atau corak, dia tidak bisa bergabung dengan apapun. Bila tidak ada corak apa yang mau digabungkan. Medan indra ke-19 itu adalah berupa penciptaan pikiran sebagi suatu entitas baru. Yang dimaksud dengan 18 medan indra itu : 1. mata 2. telinga 3. hidung 6 organ indra 4. lidah 5. badan 6. pikiran 7. bentuk 8. suara 9. bau 6 obyek indra 10. rasa 11. sentuhan 12. dharma masing-masing organ indra memiliki kesadaran tersendiri untuk mengenali obyek indra yang tertangkap. Sehingga terdapat 6 kesadaran 13. kesadaran penglihatan 14. kesadaran pendengaran 15. kesadaran penciuman 16. kesadaran pencicipan 17. kesadaran penyetnuhan 18. kesadaran pikiran Bila pikiran ini benar-benar memiliki substansi, berarti saat anda menggetil/mencubit tubuhmu dengan tangan, pikiranmu yang menyadari (rasa pencubitan) ini keluar dari dalam tubuh atau masuk ke dalam tubuh dari luar? Bila keluar dari dalam tubuh, berarti seharusnya dapat melihat tubuh sebelah dalam. Bila masuk dari luar, berarti seharusnya dapat melihat wajahmu terlebih

dahulu. Ananda berkata, "yang melihat adalah mata, tetapi pikiran yang mengetahui itu bukanlah mata. Sehingga kalau dibilang pikiranlah yang melihat tentu saja tidak masuk akal." Penjelasan : Pikiran hanya mengetahui hal-hal menyadari rasa sakit/rasa pencubitan, tetapi tidak bisa melihat, yang melakukan penglihatan adalah matanya. Oleh karena itu, bagaimana bisa dikatakan bahwa pikiran itu bisa melihat kedalam tubuhnya, atau melihat wajahnya. Menurut Ananda mata hanyalah merupakan perantara antara pikiran dan dunia luar, tetapi yang melihat tetaplah mata, bukan pikiran / fungsi pikiran adalah membentuk persepsi berdasarkan data indra yang diperoleh dari organ indra. Buddha berkata, " kalau mata bisa melihat, maka ketika anda berada di dalam ruangan, apakah pintu dapat melihat? Begitu juga dengan orang yang sudah mati tetapi matanya masih utuh, matanya seharusnya dapat melihat; bila masih dapat melihat, bagaimana bisa disebut mati?" Lagi pula, bila pikiranmu yang menyadari dan mengerti benar-benar memiliki substansi, apakah substansi itu satu atau banyak? Karena substansi itu sekarang ada dalam tubuhmu, apakah dia menyebar keseluruh tubuh atau tidak? Bila hanya ada satu substansi, maka ketika anda menggetil/mencubit satu anggota tubuh dengan tanganmu, keempat anggota tubuh (2kaki&2tangan) akan merasakannya. Bila semua merasakannya, berarti penggetilan tidak memiliki lokasi tertentu. Bila penggetilan memiliki lokasi tertentu, maka satu substansi yang diusulkan anda adalah tidak mungkin. Bila terdapat kejamakan substansi, maka akan mengakibatkan kejamakan orang. Lalu substansi yang manakah adalah anda sendiri? (menerangkan pengetilan mengapa tiga anggota tubuh tidak dapat merasakan penggetilan yg eilakukan thd anggot tubuh yang ke-4) Bila substansi itu menyebar ke seluruh bagian tubuh, maka kasusnya sama seperti sebelumnya mengenai penggetilan/pencubitan. Tetapi misalnya substansi itu tidak menyebar maka ketika anda menyentuh kepala dan kakimu secara bersamaan, kakimu tidak merasakannya bila kepalamu merasakannya. Tetapi keadaannya tidaklah demikian, bukan? Oleh karena itu pikiran akan mucul dimana terjadi kontak ` adalah tidak benar.' PANDANGAN ANANDA BAHWA PIKIRAN ADA DI TENGAH Ananda berkata kepada Buddha, "Bhagavan, saya juga pernah mendengar Buddha membahas Dharmata dengan Manjusri dan Putra Raja Dharma lainnya. Saat itu Bhagavan juga menyatakan, `pikiran tidak ada di dalam pun tidak di luar.'

"Sesuai dengan penalaran saya : "Pikiran tidak melihat apa-apa di bagian dalam; bila pikiran ada di luar berarti tidak dapat saling mengetahui. Karena tidak mengetahui yang di dalam, sehingga tidak mungkin ada di dalam; Karena jasmani dan pikiran dapat saling mengetahui sehingga tidak masuk akal bila pikiran ada di luar. Sekarang mereka saling mengetahui, tetapi tidak dapat melihat bagian dalam, sehingga pikiran seyogianya ada di tengah-tengah. Dharmata ialah wajah yang sesungguhnya dari segala sesuatu, nama lain dari pikiran sejati kita.Dharmata memiliki 3 penjelasan : 1. Dharmata yang tidak bercorak, tidak menampakkan segala fenomena semu, tetapi itu tidak berarti tidak memiliki substansi 2. Dharmata yang bukan tidak bercorak, dapat menampakkan aneka wujud sesuai kondisinya, bukan sama sekali tidak bercorak. 3. Dharmata yang tidak bercorakpun bukan tidak bercorak, disebut kekosongan sejati tetapi sesungguhnya berisi, dikatakan berisi tetapi sebenarnya kosong sejati. Dikatakan berisi tetapi tidak bernama dan bercorak, tiada satupun. Bila dikatakan kosong, tetapi sesungguhnya cahaya kegaibannya terang benderang, mampu menjelma menjadi apa saja. Didalam eksistensi menakjubkan terdapat kekosongan sejati. Karena itu kekosongan sejati tidak meniadakan eksistensi sejati. Dan eksistensi sejati tidak meniadakan kekosongan sejati. Pada puncak kekosongan terdapat eksistensi. Pada puncak eksistensi tidak terdapat apapun. Buddha berkata, "Anda menyatakan pikiran ada di tengah-tengah. Di tengah-tengah itu pasti bukan suatu tempat yang kabur tidak jelas, tanpa suatu lokasi tertentu, sekarang di tengah-tengah itu dimana letaknya? Apakah ada di lingkungan luar atau di tubuh? Bila ada di tubuh, tidak bisa di permukaan tubuh karena tempat itu bukanlah di tengah-tengah. Bila ditengah2 berarti tidak berbeda dengan pengertian didalam tubuh. Bila ada di lingkungan luar, apakah tempatnya dapat ditandai atau tidak dapat ditandai? Bila tak dapat ditandai berarti sama saja tidak ada, bila dapat ditandai berarti lokasinya tidak tetap. Mengapa demikian? Misalnya suatu lokasi ditandai sebagai tengah. Namun bila dilihat dari timur, dia ada di sebelah barat; bila dilihat dari selatan, dia ada di utara. Bila substansi tanda-tanda ini menjadi begitu tidak pasti, pikiran pun akan menjadi bingung tidak keruan. Ananda berkata, "Tengah yang dimaksudkan olehku bukan kedua katgori itu. Seperti yang pernah dikatakan Sang Bhagavan : mata dan wujud adalah kondisi-kondisi yang menciptakan kesadaran-penglihatan. Mata mampu membeda-bedakan; wujud tidak mempunyai kesadaran, tetapi kesadaran yang tercipta di antara mereka : itulah letak pikiranku. Penjelasan : Tengah yang dimaksud ialah tempat dimana mata dan objek mata bertemu untuk menciptakan kesadaran-penglihatan.

Buddha berkata, "Bila pikiranmu berada di antara mata dan obyek, Apakah subtansi pikiran itu melingkupi keduanya atau tidak ? Bila melingkupi keduanya, maka benda dan subtansi-pikiran akan bercampur aduk. Oleh karena obyek tidak memiliki kesadaran, sedangkan substansi tersebut memiliki kesadaran, keduanya bertolak belakang, dengan demikian, dimanakah posisi tengah?Penjelasan : pikiran di tengah yang dimaksud ialah meliputi organ indra dan obyeknya, maka benda dan substansi-pikiran akan bercampur aduk. Yang manakah menjadi substansi pkiranmu, dan manakah yang menjadi obyek setelah bercampur? Bisakah anda membuat pembedaan? Bila anda tidak bisa, mereka bercampur secara serampangan tapa beraturan. Apalagi benda tidak bersubstansi, sedangkan kesadaran memiliki substansi, sehingga sifat dasar keduanya berbeda, lalu bagaimana menentukan tempat tengahnya? Apakah pikiranmu ditengah matamu, atau apakah ditengah obyek yang dilihat matamu? Apakah tengah yang dimaksud adalah tengah dari benda, tengah dari pikiran, atau perbatasan antara benda dan pikiran? Bila dia tidak melingkupi keduanya, tentu bukan merupakan suatu yang dapat menyadari dan juga bukan suatu yang dapat disadari, sehingga dia tidak memiliki sifat dasar atau substansi. Lalu apa corak dari yang ada di tengah-tengah itu? Oleh sebab itu seyoginya pernyataan `pikiran ada ditengah-tengah itu tidak benar.' Penjelasan : Bila pikiranmu tidak bergabung dengan mata dan obyek mata, ia tidak bisa melihat apapun sama sekali, ia tidak akan memiliki sifat-dasar atau substansi yang mengetahui dan sadar. Ia tidak akan merupakan subyek(yang menyadari) ataupun 0byek (yang disadari). Lalu dimanakah karakteristik tengahnya? PANDANGAN ANANDA BAHWA KETIDAKMELEKATAN ADALAH PIKIRAN Ananda berkata, "Bhagavan, dulu waktu saya melihat Buddha memutar roda Dharma bersama keempat siswa utama yakni : Mahamaudgalyayana, Subhuti, Purna dan Sariputra, acapkali berkata bahwa sifat-dasar pikiran yang menyadari, mengetahui, dan membeda-bedakan tidak terletak di dalam, pun tidak terletak di luar, juga tidak terletak di tengah-tengah, tidak terletak di manapun itulah yang disebut pikiran. Kalau saya tidak melekat, apakah boleh disebut pikiran?" Buddha berkata "Anada menyatakan bahwa sifat-dasar yang menyadari, mengetahui dan membeda-bedakan tidak terletak dimana pun. Segala sesuatu yang ada di dunia mencakup semua benda dan fenomena, baik di darat maupun di angkasa, baik yang

hidup di dalam air maupun yang hidup di dataran atau terbang di angkasa. Apakah yang tidak melekat itu memang ada atau sesungguhnya tidak ada? Bila tidak ada berarti sama saja seperti bulu kura-kura atau tanduk kelinci. Bagaimanakah bisa dikatakan tidak melekat? Penjelasan : Menurut Ananda, "mempunyai ketidak-melekatan adalah sama halnya dengan tidak ada lokasi. Apakah ketidak-melekatan anda juga eksis? Diantara semua ini di dunia. Di manakah pikiran anda berada? Ditempat manakah pikiran anda tidak melekat ? ketidakmelekatan pun bermakna adanya suatu lokasi tertentu yang `tidak melekat'. Bila yang tidak melekat itu ada, berarti lokasinya dapat ditemukan. Bila ketidakmelekatan anda tidak ada dimanapun, maka itu sama halnya dengan mengatakan bahwa itu tidak eksis. Bila ia tidak eksis, terhadap apakah yang anda tidak melekat? Mengapa anda mengemukakan dunia `ketidakmelekatan' tersebut? Kalau ada sesuatu yang tidak melekat berarti tidak boleh dibilang `tidak ada.' Tidak memiliki corak berarti `tidak ada. `Kalau bukan `tidak ada' berarti ada corak. Ada corak berarti eksis, ada. Bagaimanakah dapat dikatakan tidak melekat? Penjelasan : ada berarti eksis. Bila pikiran kita adalah : Sesuatu yang berada diluar segala sesuatu, Sesuatu yang eksis secara tersendiri, hanya saja tidak melekat pada segala sesuatu, Dengan demikian, tentu saja tidak boleh dikatakan sebagai tidak ada. Karena kalau tidak ada berarti tidak eksis, bila sudah dikatakan bahwa eksis secara tersendiri, bagaimana boleh dikatakan tidak ada. Tetapi........ Bila dia tidak tak-eksis, maka di a haurs memiliki corak, dan bila dia memiliki corak, dia harus mempunyai suatu lokasi tertentu. Bila dia mempunyai lokasi, bagaimana bisa and katakan bahwa dia tidak melekat? Dia melekat pada suatu lokasi. Ketidakmelekatan juga menandai adanya suatu lokasi yang tidak melekat. Bagaimana anda boleh mengatakan bahwa pikiran tidak terletak dimanapun juga? TATHAGATA MENGUNGKAPKAN BAHWA PIKIRAN KHAYAL BUKANLAH PIKIRAN Buddha berkata kepada Ananda," Semua makhluk hidup sejak masa tanpa awal terjerumus dalam pandangan yang jungkir-balik, telah menciptakan benih karma yang mengalami proses seperti serangkai aksa. Penjelasan :

Aksa adalah sejenis tanaman perdu, tumbuhan berkayau yang bercabang2. Serangkai aksa mengartikan kegelapan batin, karma dan buah karma, yang berhubungan satu sama lain seperti bergabung didalam satu rangkaian. Pembalasan karama mengakibatkan terjadinya kegelapan batin yang pada gilirannya mengakibatkan terjadinya karma. Proses ini berputar terus menerus, dari satu kehidupan ke kehidupan lain, dari satu kalpa ke kalpa lain, di ke-6 jenis alam kehidupan yaitu : alam surga, manusia, binatang, hantu, neraka dan asura. Musabab para pelaku latih diri tidak dapat mencapai Bodhi yang tiada taranya, tetapi hanya mencapai tingkat sravaka atau pratyekabuddha atau bahkan terjerumus ke dalam ajaran luar seperti ajaran para dewaputra atau raja mara atu antek2 dari raja mara, adalah karena mereka semua tidak memahami dua akar fundamental sehingga berlatih secara keliru, bagaikan memasak pasir agar menghasilkan hidangan yang enak. Walaupun telah menghabiskan kalpa sebanyak jumlah butiran debu, namun mereka tetap takkan berhasil.Penjelasan : Terdapat banyak surga. Yang terdekat dengan kita adalah surga empat raja. Surga ini terletak pada pertengahan gunung Semeru di bagian utara, selatan, timur, dan barat. Umur dari penghuni surga ini panjangnya 500 tahun. Namun, satu hari disana = 50 tahun di bumi. Di atas surga empat raja adalah surga Trayastrimsa (tiga puluh tiga), terdiri dari 33 surga, masing-masing 8 di utara, selatan, timur, barat dan ditambah dengan yang ditengah. Pusat surga tersebut terletak di puncak gunung semeru. umur disana panjangnya 1000 tahun, 1 hari disana = 100 tahun dibumi. Surga tryastrimsa hanyalah tingkat ke dua dari 28 tingkat surga. Raja Mara dan seluruh populasi mara bersemayam di surga dewa nafsu ke enam. Apakah kedua akar tersebut? Ananda yang pertama adalah akar dari siklus kelahiran dan kematian tanpa awal, yaitu pikiran yang melekat pada kondisi-kondisi (pikiran khayal), yang anda dan semua makhluk hidup sekarang menganggapnya sebagai sifat-dasar-diri. Yang kedua adalah substansi asal yang suci murni dari nirvana Bodhi tanpa awal, yang merupakan esensi kesadaran anda yang pada dasarnya jernih nan terang yang mampu melahirkan berbagai kondisi. Namun substansi ini seolah-olah hilang karena adanya aneka kondisi tersebut. Para makhluk hidup telah kehilangan jejak substansi asal yang terang benderang ini. Walaupun mereka sepanjang hari melakukan berbagai aktivitas, namun tidak menyadarinya sehingga terjerumus ke dalam aneka alam kehidupan. Penjelasan : pada mulanya cahaya kesadaran ini menerangi di mana pun. "kesadaran" disini bukan menunjuk 8 kesadaran, yakni kesadaran : mata, telinga, hidung, lidah, tubuh, pikiran, manas(kesadaran ketujuh) dan alaya (tingkat ke8). Ia bukan salah satu dari delapan kesadaran. Ia menunjuk esensi kesadaran, yang merupakan nama lain untuk bodhi nirvana. Ia

merupakan kesadaran yang terpenting, yang pada dasarnya dalah sifat-dasar Buddha yang inheren. Oleh karena kondisi-kondisi penyebab ini, anda semakin lari semakin jauh dari tujuan mulia. Semua kondisi2 ini dimanifestasikan dan dimunculkan dari dalam kesadaran utama yang terang dan tanpa awal, tetapi setelah sangat lama melekat pada kondisi2 tersebut, tampaknya kesadaran sudah hilang. Tetapi sebenarnya tidak. Karena anda tidak tahu di mana ia dan tidak tahu bagaimana memakainya, dan ia selalu berada bersama kita tetapi kita tidak menyadarinya. Substansi terang yang merupakan karakteristik pikiran sejati yg kekal abadi sebenarnya tidak hilang. Makhluk hidup mengunakan sifat-dasar yang suci dan substansi terang dari pikiran sejati yg kekal setiap hari, karena pikiran khayal yang melekat pada kondisi2 bermuculan dari pikiran sejati. Pikiran khayal itulah yang kita pakai di dalam kegiatan sehari2. segala fenomena hanyalah manifestasi (perwujudan) dari pikiran sejati yang membantumu dari pagi sampai malam, tetapi anda tidak menyadarinya. Yang anda tahu hanyalah pikiran khayalmu. Pikiran sejati dimanifestasikan (diwujudkan) dalam penglihatan, pendengaran, penciuman, penyadaran, dan pengetahuan. Pernah seorang bertanya kepada Buddha, "apa sifat dasar Buddha?" Buddha menjawab : Di mata itu disebut penglihatan Di telinga itu disebut pendengaran Di hidung itu disebut penciuman Di lidah itu disebut pencicipan Di tangan itu disebut kecekatan/ketrampilan Di kaki itu disebut kegesitan. Maksud dari jawaban di atas adalah bahwa salah satu perwujudan dari pikiran sejati ialah kegiatan yang kita lakukan sehari hari secara alami tanpa perlu memikirkan bagaimana melakukannya, tanpa andanya pemunculan suatu pemikiran melakuakan." Misalnya bila kita hendak memegang subuah cangkir, secara alami tangan kita membentuk suatu posisi memeganga tanpa perlu kita memerintahkannya. Gerakan alami seperti itulah merupakan salah satu perwujudan dari pikiran sejati. Ada 3 jenis Bodhi (pencerahan batin) : 1. Bodhi sifat-dasar-sejati, yang menunjuk sifat-dasar-buddha yang ada pada setiap makhluk hidup sejak lahir. 2. Bodhi kearifan-sejati, yang menunjuk kearifan-sejati, bukan kearifan yang

semu. 3. Bodhi yang memiliki kemahiran dalam daya upaya. Bodhi ini munujuk alam spiritual manusia yang telah mencapai bodhi dan lalu menggunakan akal dan cara yang pintar untuk mengajar dan menolong makhluk hidup. Dari mana datangnya bodhi? Bodhi tidak datang dari mana pun dan tidak pergi kemana pun. Setipa diri kita dianugerahi dengannya. Tidak ada orang yg mempunyai lebih sedikit atau lebih banyak daripada yang dimiliki orang lain. Ia tidak bertambah dan tidak berkurang, tidak diciptakan dan tidak dimusnahkan tidak ternoda dan tidak suci. Nirvana bukan berarti baru terjadi setelah mati. Tetapi sesungguhnya, merupakan pencapaian suatu tahapan alam fenomena spiritual. Nirvana yang diartikan sebagai " tidak diciptakan dan tidak dimusnahkan." Karena itu maka kelahiran dan kematian dilenyapkan. Nirvana mempunyai 4 karakteristik : kekekalan, kebahagiaan, diri-sejati, dan kesucian. Ananda, sekarang anda ingin mengetahui jalan Samatha dengan harapan terbebas dari siklus kelahiran dan kematian. Sekarang saya akan kembali bertanya kepada anda." Lalu Tathagata menekuk lima jari tangannya yang bertanda roda, kemudian bertanya kepada Ananda. "apakah anda melihatnya?" Ananda berkata, "saya melihatnya." Buddha berkata "apakah yang anda lihat?" Ananda berkata, "saya melihat tathagata mengangkat lengannya dan menekuk jari tangannya menjadi sebuah kepalan tangan bercahaya gemilang, menyinari pikiran dan mataku." Buddha berkata, " Dengan apa anda melihatnya?" Ananda berkata "Saya bersama para hadirin pesamuhan ini melihat dengan mata." Buddha berkata kepada Ananda, "Sekarang jawablah pertanyaan saya! Tathagata menekuk jarinya menjadi kepalan tangan bercahaya gemilang menyinari mata dan pikiranmu. Mata anda dapat melihat, lalu pikiran apakah itu yang disilaukan oleh kepalan tanganku?" Ananda berujar "Tathagata sekarang sedang nenanyakan lokasi pikiran, sedangkan saya sedang mengunakan pikiran untuk mencarinya secara mendalam. Justru yang mampu menyelidiki itulah yang saya anggap sebagai pikiranku." Buddha berkata, "Hei, ini bukan pikiran anda!" Ananda terperanjat. Ia berkata kepada Buddha, " kalau ini bukan pikiran saya,

lalu apa namanya?" Buddha memberitahukan Ananda, "Ini adalah persepsimu terhadap corak palsu yang ditimbulkan oleh obyek eksternal yang mengelabui sifat-dasar sejatimu. Sejak masa tanpa awal sampai kehidupan sekarang, anda telah menganggap maling sebagai anak anda, dan telah kehilangan asal abadimu sehingga mengalami siklus tumimbal lahir." Ananda berkata kepada Buddha" Bhagavan, saya bertekat berupaya keras menjalankan Dharma yang sulit dipraktekkan. Sekalipun seandainya saya telah mencela Dharma, yang mengakibatkan akar-akar kebajikanku merosot selamanya, hal ini juga disebabkan oleh pikiranku ini. Kalau biang dari semua ini bukan pikiran, berarti saya tidak memiliki pikiran dan saya akan sama seperti segumpal tanah atau sebatang kayu karena tidak ada apapun yang eksis tanpa adanya sesuatu yang dapat menyadari dan mengetahui ini. Mengapa Tathagata mengatakan bahwa ini bukan pikiran? Saya sungguh kaget dan terkejut dan para pesamuhan ini pun tidak ada yang tidak bingung! Mohon diberikan petunjuk kepada kami yang belum meraih pencerahan batin." Lalu Sang Buddha memberikan pengarahan kepada Ananda dan para peserta pesamuhan agar pikiran mereka dapat memasuki Anutpattika-dharma-ksanti. Beliau bersabda, :Tathagata acapkali berkata bahwa kemuculan dari semua dharma adalah produk dari pikiran belaka. Semua sebab dan akibat, dari dunia sampai ke partikel terkecil, terwujud karena pikiran. Anutpattika-dharma-ksanti adalah kesabaran terhadap ketidakmunculan dharma. Ada 3 jenis kesabaran : 1. kesabaran terhadap makhluk hidup. 2. kesabaran terhadap dharma 3. kesabaran terhadap ketidakmunculan dharma, dimana tidak ada kelahiran dan tidak ada dharma. "Ananda, segala sesuatu yang ada di dunia ini, bahkan sebilah rumput, sehali daun, sepotong benang, seikat simpul, bila ditelusuri sampai ke akar mulanya, pun memiliki sifat subtansi atau sifat-dasar. Bahkan ruang angkasa yang kosong melompong pun memiliki nama dan wujud, apalagi pikiran jernih yang suci murni dan menakjudkan ini yang merupakan sifat-dasar dari segala jenis pikiran, bagaimana bisa tidak memiliki subsantsi? Perjelasan : Sang Buddha menerangkan ananda bahwa pikiran ananda tidaklah hilang. Bila anda tetap bersikukuh bahwa yang mengenali, mengamati, dan menyadari pasti adalah pikiran, maka pikiran ini seharusnya memiliki sifat-dasar utuh

tersendiri yang terlepas dari segala wujud, bau, rasa, sentuhan, serta aneka obyek eksternal lainnya. Misalnya, anda saat ini mendengarkan ulasan Dharma saya, ini bisa terjadi karena and dapat mengenalinya berdasarkan suara, sekalipun anda dapat mengenyahkan semua penglihatan, pendengaran, dan aktivitas pikiran, serta hanya bersemayam dalam keheningan batin, bayangan dari aktivitas membeda-bedakan terhadap obyek dharma masih akan tetap ada. Penjelasan : Sekalipun anda bisa menghentikan penglihatan, pendengaran, dan aktivitas pikiran, namun itu hanyalah suatau alam spiritual kekeosongan tertentu. Untuk mencapai tingkat ini dipertukan keahlian. Seketika anda dapat menghilangkan penglihatan, pendengaran, dan aktivitas pikiran anda bisa bersemayam dalam keheningan batin; alam spiritual ini sangat hening, tidak terjadi apapun, anda tidak melakukan apapun. Anda menjadi kosong dan bebas dari kecemasan. Sebenarnya disitu ada sedikit pencapain, sedikit ilmu spiritual, di dalam memelihara keheningan itu. Oleh pengikut aliran non Buddhis menanggap alam fenomena spiritual ini sebagai tertinggi. Tetapi sesungguhnya, Bayangan dari aktivitas membeda-bedakan terhadap obyek dharma masih akan tetap ada. Ini adalah kesadaran ketujuh yang menangkap diri bagian terdalam sebagi egonya dan merupakan organ dari kesadaran keenam; ini justru adalah akar dari kelahiran dan kematian. Bayangan aktivitas yang dimaksud diatas ialah sisa jejak yang halus tak kentara. Alam fenomena spiritual keheningan batin hanyalah salah satu fungsi kesadaran ke enam, kesadara-pikiran; "dharma" di sini menunjuk obyek pikiran. Lima kesadaran pertama menghilang : kesadaran dari mata, telinga, hidung, lidah, dan tubuh. Penglihatan pendengaran tidak tertuju keluar, bau dan rasa tidak mempengaruhimu, dan tubuh tidak dipengaruhi oleh kesadaran sentuhan. Tetapi kesadaran keenam disebut kesadaran-pikiran sebatang kara karena ia masih terus bertugas walaupun kesadaran lainnya telah dihilangkan. Mimpi, umpamanya, adalah suatu fungsi dari kesadaran-pikiran. Alam spiritual keheningan batin adalah contoh yang lain. Lima kesadaran telah dilenyapkan, dan anda merasakan bahwa penglihatan, pendengaran, dan aktivitas pikiran telah pergi semuanya, tetapi anda masih memiliki persepsi. Disana masih tersisi noda obyek dharma yang halus-tak-kentara yang sangat sulit dideteksi. Bayangan tersebut hanya berbeda sedikit saja dari pikiran. Itu bukanlah suatu alam fenomena spiritual yang sejati. Ketika anda telah mencapainya, anda merasakan bahwa apa yang sedang terjadi adalah sangat bagus; tetapi dari sudut pandang Buddhisme, anda belum maju satu langkah pun. Bila anda berhenti didalam latihanmu pada possisi ini, akan sangat mudah bagimu untuk jatuh dalam kekosongan belaka yang menjemukan. Kekosongan belaka ini tidak berguna bagimu di dalam mengembangkan keahlian duduk bermeditasi. Kesadaran keenam, kesadaran-pikiran sebatang kara, adalah tempat yang sangat mudah bagi orang untuk salah jalan dan tersesat.

Ada empat aspek kesadaran-pikiran sebatang kara : 1. kesadaran-pikiran sebatang kara dalam keadaan buyar. Ini menunjuk pikiran kita sehari2 yang terpencar-pencar dan bersifat membeda-bedakan. 2. kesadaran-pikiran sebatang kara dalam keadaan gila. Ini muncul ketika seseorang menjadi gila dan berbicara tak karuan. 3. kesadaran-pikiran sebatang kara dalam keadaan mimpi. Ketika anda bermimpi, anda melihat segala jenis warna dan hal-hal yg aneh. Itu adalah permainan tipu muslihat kesadaran-pikiran. 4. kesadaran-pikiran sebatang kara dalam keadaan samadhi. Itu adalah alam fenomena spiritual dari keheningan batin yang baru kita bicarakan. Saya tidak bermaksud memaksa anda menganggap ini sebagai bukan pikiran. Tetapi cobalah mencermati pikiran anda. Bila tanpa adanya obyek indra yang muncul masih terdapat sifat-dasar yang mampu membeda-bedakan, berarti inilah pikiran sejati anda. Bila sifat-dasar yang dapat membeda-bedakan ini tidak memiliki substansi saat terlepas dari obyek indra, berarti itu hanyalah bayangan dari aktivitas membeda-bedakan yang muncul karena adanya obyek indra.Penjelasan : Pikiran sejati adalah pikiran yg masih memiliki sifat-dasar yg membeda-bedakan walaupun tidak berhadapan dengan obyek indra (bentuk, suara, bau, rasa, sentuhan dan dharma), sedangkan ..........Pikiran bayangan adalah pikiran bersifat diskriminatif hanya setelah bertemu dengan obyek indra. Obyek indra tidak selalu ada, dapat muncul dan lenyap, dan ketika ia lenyap, maka pikiran ini akan seperti bulu kura-kura atau tanduk kelinci. Kalau begitu Dharmakaya anda ikut lenyap bersamaan dengan pikiran ini. Lalu siapa yang mengembangkan dan merealisasikan anutpattika-dharma-ksanti ? (kesabaran terhadap ketidak munculnya dharma). Penjelasan : Karena obyek indra tidaklah selalu permanen sehingga ketika mereka tidak hadir, "pikiran" anda juga mendadak tidak eksis. Oleh karena anda belum memiliki pikiran apapun, dharmakya anda tidak eksis juga. Bagaimana anda bisa memiliki dharmakaya tanpa pikiran? Dharmakaya adalah tubuh-dharma, yang merupakan sifat-dasar sejati buddha. Dharmakaya merupakan penyatukan buddha dengan segala sesuatu. Kalau dibalik, intinya adalah : kalau ingin menjadi Buddha, harus mempunyai dharmkaya. Kalau ingin mempunyai dharmakaya, berarti harus memiliki pikiran sejati. Bila ingin memiliki pikiran sejati, berarti harus memiliki sifat-dasar yang masih dapat membeda-bedakan meskipun tanpa adanya obyek indra. Buddha memberitahu Ananda, "Para pertapa di dunia walaupun telah berhasil mencapai sembilan tingkat samadhi, namun belum sampai mengakhiri kebocoran batin atau mencapai kearahatan. Semuanya disebabkan oleh karena menganggap pikiran

khayal samsara ini sebagai yang sejati. Oleh sebab itu, anda saat ini walaupun telah banyak mendengar namun belum berhasil meraih buah kesucian." Penjelasan : Sembilan tingkat samadhi terdiri dari : 1. Empat tingkatan dhyana 2. Empat tingkatan kekosongan yang terdiri dari : surga kekosongan tak tebatas surga kesadaran tak terbatas surga tidak ada apapun surga bukan persepsi pun bukan tanpa persepsi 3. Samadhi pemusnahan perasaan dan persepsi. Empat tingkatkan dhyana adalah tingkatan yang dicapai oleh dewa penghuni alam berwujud. Dhyana tingkat pertama terdiri dari 3 surga; Dhyana tingkat kedua terdiri dari 3 surga; Dhyana tingkat ketiga terdiri dari 3 surga; Dhyana tingkat keempat terdiri dari 9 surga; sehingga surga di keempat tingkatan dhyana berjumlah 18 surga. Oleh karena surga dhyana di atas enam surga dewa nafsu. Berarti dihitung secara keseluruhan, empat tingkatan dhyana berada di surga dari tingkat 7 hingga tingkat 24. Empat tingkatan kekosongan berada di surga tingkat 25 hingga tingkat 28. meskipun tingkat 28 merupakan tingkatan tertinggi di alam surga, namun para dewa disana masih belum sampai mengakhiri kebocoran batin atau mencapai kearhatan. Demikian pula dengan pertapa yang telah memusnahkan perasaaan dan persepsinya, dia masih memiliki kebocoran batin. ANANDA MEMOHON PENYINGKAPAN PIKIRAN SEJATI. Setelah mendengar ini, Ananda berkata kepada Sang Buddha, "Sejak bertekat meninggalkan kehidupan duniawi mengikuti jejak Sang Buddha saya selalu bersandar pada perbawa agung dan berpikir, `Saya tidak usah repot2 melatih diri karena sang Tathagatha akan menganugerahkan samadhi kepadaku. Saya tidak tahu bahwa jiwa raga ini tidak dapat diwakilkan. Saya telah kehilangan pikiran asal saya dan walaupun jasmani ini telah meninggalkan kehiudpan berumah tangga, namun pikiran ini belum juga memasuki Sang Jalan. Laksana seorang anak miskin berkelana meninggalkan ayahnya. Hari ini ketahuilah saya bahwa meskipun banyak mendengar, tetapi bila tidak melatih diri, sama saja seperti tidak mendengar apapun. Ibarat orang yang hanya memperbincangkan makanan takkan merasa kenyang. Bhagavan! Kami saat ini terbelit dua rintangan sehingga tidak mengetahui

adanya sifat-dasar pikiran sejati yang hening dan kekal. Semoga Tathagata mengasihini kami untuk menyingkap pikiran yang terang nan menakjudkan ini, bukakanlah mata kebenaran kami." Penjelasan : Dua rintangan adalah kekotoran batin dan rintangan pengetahuan duniawi. Rintangan kekotoran batin timbul dari kemelekatan terhadap diri (ego). Rintangan pengethuan duniawi timbul dari kemelekatan terhadap dharma. Khusus mengenai rintangan pengetahuan duniawi, bial anda berpikir "saya tahu banyak," itu adalah rintangan. Bukan berarti semakin banyak belajar pengetahuan semakin bertambah; sebaliknya semakin banyak belajar semakin banyak dirintangi oleh apa yang diketahui.' Bagaimana pengetahuan dapat menjadi suatu rintangan? Pengetahuan duniawi membuat pikiran seseorang sejak awal sudah terkonsepsi. Sulit untuk melihat kebenaran dengan pikiran sejati. Jadi rintangan pengetahuan duniawi muncul dari kesadaran atas adanya pengetahuan." kesadaran atas adanya pengetahuan disebabkan oleh kesadaran ke-6 bagian dalam yg melekat pada badan luarnya sebagai suatu Ego (diri-khayal), dan ini persisi adalah kemelekatan terhadap dualitas ego dan dharma; kemelekatan yg membeda-bedakan terhadap dualitas ego dan dharma disebut kesadaran yg membeda-bedakan. Sekarang organ dari kesadaran keenam, yaitu kesadaran ketujuh, melekat pada karakteristik kesadaran dari kesadaran kedelapan bagian dalam sebagai suatu ego dan ini merupakan kemelakatan bawaan terhadap dualitas ego dan dharma. Ini disebut kesadaran bawaan. Oleh karena organ indra dan kesadaran tergantung satu sama lain, ini adalah medan pikiran khayal; jadi, kedua rintangan tersebut yakni kesadaran yg membeda2kan dan kesadaran bawaanlah yang memerangkap Ananda. Kalpa ialah usia dunia, siklus dunia. Ada tiga jenis kalpa, yaitu kalpa kecil, kalpa menengah dan kalpa besar.Satu kalpa kecil masih dibagi lagi menjadi zaman besi, tembaga, perak dan emas. Perhitungannya sebagai berikut : pada masa ygn tersuci, usia manusia rata-rata mencapai 84.000 tahun dengan tinggi badan rata-rata 80 kaki (24m). Setelah itu, setiap 100 tahun usia rata-rata manusia berkurang 1 tahun dan tinggi badan rata-rata berkurang secara non-linear, sampai usia manusia rata-rata mencapai umur 10 tahun dengan tinggi badan rata-rata 1 kaki (30cm). Karena karma kolektif manusia membaik, usia manusia rata2 naik 1 tahun setiap 100 tahun hingga kembali mencapai 84.000 tahun. Siklus turun naik dari usia 84.000 tahun ke 10 tahun kembali ke 84.000 tahun disebut satu kalpa kecil. Maka itu, Satu kalpa kecil = (84.000-100)x100x2=16.798.000 tahun. Satu kalpa menengah = 335.960.000 tahun Satu kalpa besar = 1.343.840.000 tahun. Satu kalpa besar, yang merupakan 4 kalpa menengah itu, merupakan siklus dunia dan dibagikan menjadi 4 fase

berturut-turut : kelahiran satu sistem dunia, dan periode hampa. Dengan kata lain : Perlu waktu 1 kalpa menengah untuk melahirkan suatu sistem dunia. Satu kalpa menengah sebagai usia sistem dunia sebelum datangnya kiamat Perlu waktu 1 kalpa menengah untuk menghancurkan sistem dunia secara total (sistem dunia tidak bisa dihancurkan dalam satu hari) Setelah hancur total, kehampaan terjadi selama 1 kalpa menengah sebelum siklus dunia datang lagi mulai dari (A) Jadi satu siklus dunia dari mulai lahir, menetap, mati sampai kosong, adalah 1 kalpa besar. Kesadaran kedelapan dikenal dengan sebutan kesadaran-khazanah karena menyimpan segala sesuatu baik fenomena maupun noumena. Dia menyimpan semua benih-benih karma yang dilakukan oleh tujuh kesdaran pertama. Dia merupakan satu-satunya kesadaran yang mengalami transmigrasi (kelahiran kembali) dan yang pertama tiba saat kelahiran dan yang terakhir pergi saat kematian. Kesadaran keenam satu dari tiga kesadaran yang dimiliki oleh pikiran, kesadaran keenam ini membuat pembedaaan berdasarkan pada masukan obyek indera dari lima kesadaran pertama (dari mata, telinga, hidung, lidah dan tubuh) serta berdasarkan ada obyek indera mental milik sendiri yang eksis sebagai bayangan. Kesadaran ketujuh dikenal sebagai kesadaran yang mengirimkan (pesan-pesan), dia terus menerus aktif di dalam menyampaikan data dua-arah antara kesadaran kedelapan dan kesadaran2 lainnya. Ini adalah dasar dari persepsi kita tentang adanya jati diri-ego kita-dan juga berperan dalam pengambilan keputusan dari hasil masukan obyek indera. Mara secara literal "pembunuhan, penghancuran". Pengertian umum : apapun yang menghalangi pengembangan akar baik atau kemajuan seseorang menuju pencerahan bisa disebut mara. Dapat juga disamakan pengertian iblis bagi orang awam atau ajaran lain. Paramita : secara literal diartikan "penyeberangan, penyempurnaan atau pemenuhan ." Ada enam paramita : 1. Dana paramita (pemberian lahir dan batin, kemurahan hati, kedermawaan, belas kasihan, persembahan) 2. Sila-paramita (moralitas,kedisiplinan) 3. Ksanti-paramita (kesabaran)

4. Virya-paramita (energik, penuh semangat) 5. Dhyana-paramita (samadhi, meditasi) 6. Prajna-paramita (kearifan) Pikiran khayal : ini menunjukan gerakan pikiran, terutama pikiran kesadaran keenam bersama dengan kesadaran ketujuh, ini adalah arus pemikiran kesadaran yang kacau-balau tanpa henti-hentinya dan disamakan dengan gelombang di air.

You might also like