You are on page 1of 4

Kelompok V

Yeni Ernawati Amos Indra Meri Selviani Firamita Tri Ariska Arnelia Dosen : Hastari Mayrita

Program Studi Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bina Darma Palembang 2010

Koherensi
Pengertian Koherensi Dalam KBBI (2008), koherensi berarti tersusunnya uraian atau pandangan sehingga bagian bagiannya berkaitan satu dengan yang lain. Sedangkan dalam linguistik, koherensi adalah hubungan logis antara bagian karangan atau antara kalimat dalam satu paragraf. Dalam Tarigan (2009) menyimpulkan pengertian dari koherensi, sebagai berikut : 1. Kohesi; perbuatan atau keadaan menghubungkan, mempertalikan; 2. Koneksi; hubungan yang cocok dan sesuai atau ketergantungan satu sama lainyang rapi, beranjak dari hubungan alamiah bagian bagian atau hal hal satu sama lain, seperti dalam bagian wacana, atau argument suatu rentetan penalaran (Webster, 1983). Menurut Wohl (Tarigan, 2009: 100) koherensi adalah pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya. Sarana Koherensi Paragraf menurut F. J. D Angelo F. J. D Angelo (1980) meneliti dan mendaftarkan aneka sarana koherensi dalam paragraf. Sarana koherensi tersebut adalah a. b. c. d. Penambahan (aditif) : sarana penghubung yang bersifat penambahan atau aditif, seperti dan, juga, lagi, pula. Seri Rentetan : sarana penghubung seri atau rentetan, antara lain pertama, kedua,. berikut, kemudian, selanjutnya, akhirnya. Pronomina : sarana penghubung yang berupa kata ganti diri, kata ganti petunjuk, dll. Misal : ini, itu, saya, kamu, kita, mereka, sana, sini, dll. Sinonim : menggunakan sinonim atau padanan kata sebagai sarana koherensi wacana. Contoh : pacar, kekasih, buah hati, anak, kembang desa, gadis, putrid, dll. e. Pengulangan (Repetisi) : pengulangan (repetisi), sebagai sarana koherensi berupa menggunakan atau terdapat kata kata yang sama dalam sebuah wacana.

f. g.

Deduktif: sarana koherensi wacana ini, menggunakan pola dari umum ke khusus, atau dari pokok bahasan yang besar ke yang lebih kecil. Hiponim : sarana koherensi ini, hampir sama dengan deduktif tetapi dalam sarana ini lebih ditekankan pada kelas ke anggotanya atau bagian yang umum ke bagian dibawahnya. Contoh : kendaraan (laut [kapal, perahu], udara [pesawat], darat [bus, motor, becak], dll).

h. i. j. k. l.

Penekanan : sarana koherensi ini, adalah memberikan penekanan penekanan pada kata. Biasanya dengan menambahkan partikel lah. Perbandingan (komparasi) : sarana koherensi ini dapat menambah serta meningkatkan kekoherensifan wacana. Pertentangan (kontras) : sarana koherensi ini digunakan penulis untuk menambah kekoherensian karyanya. Hasil atau Simpulan : dalam sarana penghubung ini, ditandai dengan kata jadi, maka, demikian. Pemberian contoh : sarana penghubung ini, memberikan contoh yang serasi dan tepat dapat menambah kekoherensian wacana. Umumnya menggunakan kata kata seperti, misalnya, sebagai contoh, antara lain.

m. n.

Kesejajaran (paralelisme) : sarana koherensi dapat menggunakan klausa yang sejajar. Tempat dan Waktu : untuk menciptakan kekoherensian wacana, dapat juga menggunakan kata kata yang mengacu pada lokasi (tempat) dan waktu. Seperti : mula mula, kemudian, sementara, akhirnya; di sana, di atas, di samping, di jalan, di rumah.

Sarana Keutuhan Wacana dari Segi Makna menurut Harimurti Kridalaksana

Harimurti Kridalaksana, merinci jenis keutuhan wacana dari segi makna, yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. n. o. Sarana hubungan sebab akibat Sarana hubungan alasan akibat Sarana hubungan sarana hasil Sarana hubungan sarana tujuan Sarana hubungan latar kesimpulan Sarana hubungan kelonggaran hasil yang salah satu bagiannya menyatakan kegagalan usaha. Sarana hubungan syarat hasil Sarana hubungan perbandingan atau komparasi Sarana hubungan parafrastis1 Sarana hubungan amplikatif atau hubungan penjelasan. Sarana Hubungan aditif temporal, yaitu hubungan penambahan yang berhubungan dengan waktu. Sarana hubungan aditif nontemporal Sarana hubungan identifikasi Sarana hubungan generik spesifik Sarana hubungan ibarat (pengandaian) Dari sarana keutuhan wacana tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa bahasa dan logika sangat erat kaitannya. Kelogisan bentuk dan kelogisan makna menentukan utuh tidaknya suatu wacana. Untuk mencapai kelogisan makna, kita dituntut untuk cermat dalam memakai bahasa karena dengan cermat memakai bahasa berarti kita dapat menyampaikan pesan dengan tepat.

Parafrasa adalah pengungkapan kembali suatu tuturan dari sebuah tingkatan atau macam bahasa menjadi tuturan yang lain tanpa mengubah pengertian; penguraian kembali suatu teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata - kata) yang lain, dengan maksud untuk dapat menjelaskan maknayang tersmbunyi.

You might also like