You are on page 1of 15

A. 1.

Latar Belakang

PENDAHULUAN

Negara kita terdiri atas daratan dan lautan, di mana luas daratannya diperkirakan sekitar 200 juta hektar. Daratan seluas ini terbagi menjadi ribuan pulau dan kebanyakan terdiri atas lahan kering, artinya lahan bukan rawa. Lahan yang demikian ini sangat cocok untuk bercocok tanam, baik untuk padi, palawija, atau tanaman lainnya. Banyak hal yang menguntungkan bagi penduduk suatu negara yang terletak di wilayah tropi, dimana mempunyai dua musim dalam setahun yaitu musim hujan dan musim kemarau. Dengan dikarunia Nya tanah yang subur ini, kita tidak boleh gegabah mengelolanya. Apabila kita salah mengelola bisa mengakibatkan tanah menjadi rusak dan akibat selanjutnya tanah menjadi kurus dan sulit ditanami Gejala kesalahan mengelola sekarang ini sudah mulai tampak, bahkan sudah banyak terjadi, misalnya kerusakan tanah di daerah pegunungan, di daerah hutan atau tempat-tempat lainnya. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan tanah adalah adanya pertambahan jumlah penduduk secara terus-menerus. Dengan meningkatnya jumlah penduduk maka meningkatlah pula kebutuhan tempat tinggal maupun keperluan bercocok tanam. Dan kelihatannya jalan atau cara yang paling mudah untuk memenuhi kebutuhan diatas adalah dengan cara penebangan pohon-pohon di hutan. Orang-orang kadang lupa , jika pohon-pohon yang ada di hutan ditebang secara terus-menerus tanpa adanya penggantian pohon baru, tanahnya akan menjadi gungul. Tanah yang demikian apabila terjadi hujan yang deras akan terkikis dan hanyut mengikuti aliran air. Terkikisnya tanah oleh aliran air ini yang disebut erosi. Dengan terjadinya erosi, maka tanah lapisan atas yang subur akan hilang dan kemampuan tanah untuk menyerap air akan berkurang. Erosi bisa terjadi melalui dua cara yaitu yang terjadi secara alami atau dikenal dengan nama erosi alam atau erosi geologis dan erosi yang terjadi akibat tindakan manusia yang disebut erosi dipercepat.

Di daerah tropik basah seperti Indonesia, penyebab utama terjadinya erosi adalah air. Namun demikian besar kecilnya erosi ditentukan banyak faktor yang bisa mempengaruhinya. Menurut para ahli tanah faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya erosi adalah iklim, topografi (datar atau miringnya tanah), vegetasi (keadaan tanaman), tanah (jenis dan sifat tanahnya), dan manusia. Namun dari sekian banyak faktor, faktor manusialah yang paling memegang peranan paling penting. 2. Tujuan Mengetahui besarnya energi kinetik hujan melalui pendekatan Splash Cup dengan media pasir. Mengetahui energi kinetik hujan pada berbagai macam vegetasi. Melihat hubungan antara energi kinetik hujan dengan curah hujan bulanan

B.

TINJAUAN PUSTAKA

Erosi adalah peristiwa pindahnya atau terangkatnya tanah tau bagian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat yang lain oleh media alami ( Arsyad, 1989 ). Pada peristiwa erosi, tanah atau bagian tanah dari suatu tempat terkikis dan terangkut yang kemudian diendapkan pada suatu tempat lain. Pengangkutan atau pemindahan tanah tersebut terjadi oleh media alami yaitu air atau angin. Pengertian Erosi Menurut Beberapa Ahli 1. Erosi adalah proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis. Proses geomrfologi tersebut tercakup dalam study geomorfologi yang mempelajari bentuk lahan ( landform ) secara genetic, dan proses yang mempengaruhi proses lahan dan proses-proses itu dalam susunan keruangan ( Zuidam dan Zuidam Cancelado ). 2. Erosi dapat disebut pengikisan atau pelongsoran, sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan atau kekuatan air atau angin, baik yang berlangsung secara alamiah maupun akibat / tindakan perbuatan manusia (Kartasapoetra, 1991 ). Kalau dilihat dari proses terjadinya erosi , bisa digolongkan menjadi 2 yaitu erosi alami dan erosi dipercepat. Tetapi ada juga yang meninjau dari segi lain yaitu bentuk erosi. Ada beberapa bentuk erosi . Mula-mula para ahli ilmu tanah membedakan erosi ada dalam bentuk erosi lembar, erosi alur, erosi selokan, dan erosi tebing. Rupanya dengan klasifikasi ini banyak para ahi yang belum begitu yankin dan masih menganggap kurang sempurna. Karena pengklsaifikasia diatas tanpa mempertimbangkan tentang hancurnya agregat tanah dan terlepasnya partikelpartikel tanah. Padalah kejadian ini merupakan peristiwa awal terjadinya erosi sehubungan dengan permasalahan di atas, maka seorang ahl ilmu tanah meyang bernama Morgan mengklasifikasikan bentuk erosi menjadi enam, yaitu : erosi percik, erosi aliran perukaan, erosi aliran bawah permukaan, erosi alur, erosi selokan, dan gerakan massa tanah. Dan klasifikasi ini lah yang menjadi pedoman bagi orang yang mempelajari ilmu tanah (Rini,2000).

Erosi percik Air hujan yang turun dari awan mempunyai energi tertentu karena bergerak jatuh. Energi gerak ini disebut energi kinetik. Dengan adanya energi kinetik dari tetsan air hujan yang memukul permukaan tanah bisa melepaskan partikel-pertikel tanah. Seperti terlihat pada tembok bawah, apabila terjadi hujan terdapat tanah yang terbawa oleh percikan air hujan dan keadian inilah yang dinamakan erosi percikan. Ada salah satu ahli ilmu tanah bernama Mc Intyre berpendapat bahwa ada empat tahapan dalam proses terjadinya erosi perci, yaitu :
-

Terjadi perembesan yang cepat pada permukaan tanah sehingga gaya kohesi antar partikel tanah akan menurun. Timbul pemadatan pada permukaan tanah merupakan akibat pukulan air hujan. Terbentuknya lapisan kerak yang bisa menurunkan daya percik air dan meningkatkan akumulasi air. Terbentiklah aliran turbulensi yang dapat menghanyutkan sebagian lapisan kerak pada permukaan tanah. Terlepasnya partikel-partikel tanah dari massa tanah akibat erosi percik

sangat bergantung pada jenis tanah yang tererosi. Jenis tanah liat, yang mempunyai gaya kohesi sangat kuat antar partikelnya, sangat sulit untuk melepaskan partikel-partikelnya. Tapi sebaliknya pada jenis tanah berpasir akan sangat mudah sekali terlepas-lepas karena gaya kohesi yang kurang kuat. tapi proses pengangkuta tanah malah sebaliknya. Partikel-partikel tanah berpasir akan lebih suit diangkut dibandingkan dengan partikel dari tanah liat. Erosi percik terjadi secara maksimum kira-kira 2-3 menit setelah hujan turun karena pada saat ini tanah dalam keadaan basah, sehingga mudah dipercikkan. Setelah 2-3 menit percikan akan menurun mengikuti ketebalan lapisan tanah. Erosi percik terjadi terus-menerus dan akan berhenti apabila tetesan air hujan sudah tidak mampu lagi untuk menembus ketebala lapisan air.

Pada daerah yang permukaannya datar, terjadinya erosi percikan kurang menimbulkan permasalahan. Karena tetesan air hujan yang menimbulkan percikan akan tersebar merata ke segala arah. Tapi pada derah yang berlahan miring menimbulkan permsalahan yang serius, karena tana terlempar akibat percikan sebagian besar terlempar ke arah bawah sesuai dengan kemiringan lahan tersebut. Semakin miring permukaan tanah, semakin banyak butiran tanah yang terlempar ke bawah. Faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi tanah adalah sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air ke lapisan yang lebih dalam ( Bever, 1972 ) Menyatakan bahwa kemampuan mengerosi, kepekaan erosi dari tanah, kemiringan lereng, dan keadaan alami dari kemampuan penutup tanah, merupakan factor yang mempengaruhi terhadap terjadinya erosi tanah ( Morgan, 1979 ). Baver ( 1972 ) Ramdhon ( 1978 ), menyatakan bahwa erosi merupakan interaksi antara factor iklim, topografi, tanah, vegetasi dan aktifitas manusia yang dinyatakan dengan formula sebagai berikut : E Dalam hal ini : E = erosi f = fungsi c = iklim t = topografi v = vegetasi s = tanah h = manusia = f (c.t.v.s.h)

C. Tabel Energi Kinetik No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Jumlah Tabel Uji t No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 X Energi Vegetasi 0,000392 0,00196 0,00169 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,004705 0,000392

HASIL PENGAMATAN

Vegetasi Berat Berat Awal(A) Akhir(B) 0,270 kg 0,260 kg 0,255 kg 0,250 kg 0,19 kg 0,155 kg 0,200 kg 0,190 kg 0,20 kg 0,245 kg 0,250 kg 0,240 kg 0,185 kg 0,180 kg 0,185 kg 0,180 kg 0,210 kg 0,200 kg 0,205 kg 0,200 kg 0,190 kg 0,180 kg 0,190 kg 0,185 kg

Energi Kinetik 0,000302 0,00196 0,00169 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,004705

Kontrol Berat Berat Awal(A) Akhir(B) 0,240 kg 0,235 kg 0,255 kg 0,245 kg 0,210 kg 0,205 kg 0,200 kg 0,190 kg 0,240 kg 0,235 kg 0,255 kg 0,245 kg 0,210 kg 0,205 kg 0,200 kg 0,190 kg 0,195 kg 0,190 kg 0,180 kg 0,165 kg 0,175 kg 0,170 kg 0,185 kg 0,175 kg

Energi Kinetik 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000598 0,000196 0,000392 0,003724

Energi Kontrol 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000392 0,000196 0,000598 0,000196 0,000392 0,003724 0,00031

A-B (kg) 0,000196 -0,000196 0,001373 0 0 0 0 -0,000196 0,000196 -0,000392 0,000196 -0,000196 0,000981 0,000082

A-B (gram) 0,196 -0,196 1,373 0 0 0 0 -0,196 0,196 -0,392 0,196 -0,196 0,981 0,082

(A-B)2 (gram) 0,038416 0,038416 1,88129 0 0 0 0 0,038416 0,038416 0,153664 0,038416 0,038416 2,269289

1.2 = Sd2 = = =

T hitung =

= 4,77

t Tabel 1% = 3,106 t Tabel 5% = 2,201 t hitung > t table 5% = 4,77 > 2,201 Ho = ditolak Hi = diterima Kesimpulan = Terdapat perbedaan nyata antara erosi yang terjadi di bawah tajuk dengan erosi di lapangan tanpa naungan.

D.

PEMBAHASAN

Sifat tanah yang mempengaruhi erosi antara lain tekstur, struktur, bahan organic, sifat lapisan bawah dan tingkat kesuburan tanah. Tanah berstruktur kasar mempunyai kapasitas infiltrasi yang tinggi, begitupun sebaliknya, sehingga dengan curah hujan yang cukup rendahpun, akan menimbulkan limpasan permukaan. Namun laju erosi di daerah tropika basah tetap saja hebat, tanpa mengabaikan perbedaan tekstur. Mengenai infiltrasinya, salah satunya adalah bahwa Orodibilitas tanah tidak bisa dijadikan salah satu alternatif untuk mengendalikan erosi suatu tanah. Proteksi Kelompok ini bertitik tolak pada factor yang berhubungan dengan penutupan tanah. Penutupan ini dapat dilakukan dengan bahan alami misalnya tumbuhan maupun bahan lain seperti plastik, aspal atau batu-batuan. Di bidang pertanian atau kehutanan, penutupan tanah dilakukan dengan pengolahan tanaman ( metode vegetatif ) yang melibatkan vegetasi yang mempengaruhi erosi karena melindungi tanah terhadap kerusakan tanah butir-butir hujan. Vegetasi mampu mempengaruhi erosi karena adanya : 1. Intersepsi air hujan oleh tajuk dan adsorpsi energi air hujan sehingga memperkecil erosivitasnya. 2. Berpengaruh terhadap limpasan permukaan. 3. Peningkatan aktivitas biologis dalam tanah. 4. Peningkatan kecepatan kehilangan air karena terinspirasi. Pengaruh vegetasi berbeda-beda bergantung pada jenis tanaman, perakaran, tinggi tanaman, tajuk dan tingkat pertumbuhan dan musim. Pengaruh musim berhubungan dengan pengolahan lahan atau tanaman. Adapun Faktor Erosi yang lain, adalah : 1. Iklim Komponen iklim yang mempengaruhi erosi adalah curah hujan. Bagian dari curah hujan hujan diantaranya :

a) Energi Suatu sifat hujan yang sangat penting dalam mempengaruhi erosi adalah energi kinetik hujan tersebut, oleh karena merupakan penyebab pokok dalam penghancuran agregat-agregat tanah. Rumus : Ek Dimana : Ek m v 1978). E = 210 + 89 log I Dimana : E sentimeter hujan I = intensitas hujan dalam cm/jam = energi kinetik dalam metriton meter per hektar per =mv2 = energi kinetik = massa butir = kecepatan jatuhnya

Energi kinetik hujan didapat dari persamaan (Wiscmeir dan Smith, 1958 &

Termofraksi energi dengan intensitas max. 30 mnt, didapat dari hubungan : El30 = E (I30. 10-2) dimana : EI30 E I30 = intensitas energi dengan intensitas max. 30 mt = Ek selama periode hujan ( ton/m/hk ) = intensitas max. 30 mt ( cm / jam )

Lenvain ( 1975 dalam Bols, 1978 ), mendapatkan hubungan antara EI30 dengan curah hujan tahunan ( R ), sebagai berikut : EI30 = 2,34 R 1,98 Sedangkan Bols ( 19778 ) mengembangkan persamaan penduga EI 30 sebagai berikut : EI30 dimana : EI30 RAIN DAYS Maxp = 6,119 ( RAIN ) 1,21 ( DAYS ) 0,47 ( maxp ) 0,53 = indeks erosi hujan bulanan = curah hujan kurang lebih bulanan ( cm ) = jumlah hari hujan kurang lebih ( bln ) = curah hujan max selama 24 jam dalam bulan bersangkutan EI30 tahunan = jumlah EI30 bulanan

b) Intensitas hujan Intensitas hujan menyatakan besarnya curah hujan yang jatuh dalam suatu waktu yang sangat singkat yaitu 5, 10, 15 atau 50 menit, yang dinyatakan dalam mm/jam atau cm/jam. Klasifikasi intensitas hujan : Intensitas hujan ( mm/jam ) Klasifikasi < 6,25 6,25 12,50 > 50,00 Rendah Sedang Sangat lebar

12,50 50,00 Lebar

Klasifikasi intensitas hujan dapat juga dinyatakan dalam curah : Intensitas Klasifikasi 05 5 10 11 25 26 50 51 75 > 75 Sangat sedang Rendah Sedang Agak tinggi Tinggi Sangat tinggi

Suatu hujan dinyatakan sebagai hujan lebih jika mempunyai laju atau intensitas paling sedikit.
c) Total hujan ( distribusi hhujan dan waktu hujan )

Distribusi hujan menentukan sampai batas tertentu, apakah suatu jumlah hujan tahunan akan menyebabkan ancaman erosi yang hebat atau tidak. d) Erosivitas hujan Erosivitas hujan yang dimaksud di sini adalah hasil kali energi kinetik hujan dengan intensitas hujan maksimal 30 menit.

2. Tanah Komponen tanah yang berpengaruh pada erosi tanah adalah : Struktur ( prisma, kemah dan kersai ) Tekstur ( lengkung dan pasir ), atau besar kecilnya butiran. Tanah yang mudah tererosi adalah tanah yang bertekstur kasar denga banyak mengandung bahan organic dan sifat lapisan bawah. 3. Vegetasi Pengaruh vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi dapat dibagi dalam bagian : a) Intersepsi hujan oleh tajuk tanaman Jumlah air hujan yang diintersepsi oleh vegetasi, dinyatakan oleh persamaan berikut ( wister dan Brata, 1959 ) : X = a + bt Dimana : X = jumlah air hujan yang diintersepsi a = kapasitas intersepsi yang ditentukan oleh bioma tajuk b = evaporasi t = lamanya hujan Gash ( 1979 ) mengembangkan metode regresi linier sebagai berikut : I = apq + b Dimana : I = intersepsi pg = hujan yang jatuh di atas tajuk daun a = koefisien regresi b = garis potong dengan sumbu I Ward ( 1975 ) mengembangkan cara penetapan intersepsi dengan persamaan kuantitas sebagai berikut : I 5 = R TF SF Dimana : I 5 = intersepsi R = curah hujan TF = lolosan tajuk SF = aliran batang Hazainin zabait ( 1988 ) dengan menggunakan pendekatan Ward ( 1975 ) dengan curah hujan bulanan antara 50 mm 250 mm, mendapatkan

hubungan linear antara besarnya intersepsi dengan curah hujan bulanan, sebagai berikut : 1) Intersepsi oleh pinus mercusii berumur 30 tahun : Y = 7,53 +0,26 X : R2 = 0,55 2) Intersepsi oleh tegakan hutan alami : Y = 3,06 +0,24 X : R2 = 0,65 3) Intersepsi oleh tegakan Eucalyptus deglupta : Y = 2,48 + 0,13 X : R2 + 0,50 4) Intersepsi oleh semak campuran yang didominasi oleh Eupatorium sp : Y = 3,38 + 0,31 X : R2 = 0,86 5) Intersepsi leh tanaman tembakau : Y = 3,03 + 0,27 X : R2 = 0,75 b) Mengurangi kecepatan aliran permukaan c) Pengaruh akar dan kegiatan biologi yang berhubungan dengan pertumbuhan vegetatif dan pengaruhnya terhadap stabilitas dan porositas tanah d) Transpirasi yang dapat memperbesar kapasitas tanah untuk menyerap air hujan, dengan demikian mengurangi jumlah aliran permukaan. (Anonim. 2009) Dari percobaan yang dilakukan pada praktikum pengukuran energi kinetik hujan dengan metode splush cups antara dibawah vegetasi dan kontrol maka di peroleh nilai t hitung sebesar 4,77 dan t tabel 5% sebesar 2, 201 dan 1% sebesar 3, 106. Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa t hitung > t tabel, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa perbedaan energi kinetik antara di bawah vegetasi dengan kontrol berbeda nyata. Setelah kita melakukan praktikum maka dapat kita ketahui bahwa antara vegetasi, erosi dan energi kinetik sangat berkaitan. Vegetasi yang ada pada suatu lahan sangat mempengaruhi energi kinetik yang dihasilkan oleh hujan. Pada praktikum ini vegetasinnya ialah vegetasi pohon, di mana terdapat perbedaan antara energi kinetik di bawah vegetasi dengan energi kinetik di lapang. Hal ini membuktikan bawha energi kinetik vegetasi di bawah pohon lebih besar dari pada energi di lapangan, karena tidak nilai t hitung > t tabel. Suatu vegetasi dapat memperbesar energi kinetik hujan karena air yang jatuh tidak lengsung mengenai

permukaan tanah, tetapi berkumpul terlebih dahulu di daun dan sehingga volumennya menjadi lebih besar. Dengan penambahan volume tersebut maka energi kinetik yang dihasilkan lebih besar jika dibandingkan dengan hujan yang bervolume kacil. Semakin besarnya energi kinetik yang dihasilkan oleh hujan maka kemungkinan terjadinya erosi juga semakin besar. Hal ini desebabkan karena partikel-partikel yang terpecah akibat energi kinetik hujan lebih banyak. Jadi dapat dikatakan bahwa erosi sangat dipengaruhi oleh jenis vegetasi, seperti vegerasi pohon, semak atau pun rumput memiliki potensi yang berbeda-beda untuk mencegah erosi.

E.

KESIMPULAN

1. Metode splash cup merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui besarnya energi kinetik hujan.
2. Energi kinetik hujan yang diperoleh dengan metode splash cup di bawah

vegetasi pohon adalah sebesar 0,004705. Sedangkan energi kinetik yang dihasilkan pada daerah lapang adalah sebesar 0,003724. 3. Semakin besar Energi kinetik hujan yang dihasilkan dalam waktu satu bulan menandakan banyaknya jumlah curah hujan bulanan.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. www.konservasi tanah dan air.com. Diakses tanggal 2 mei 2010 pk.16.00 WIB. Baver, L. D. dkk. 1972. Soil Physics 4th edition. Wiley Eastern Limited : New delhi. Bermanakusumah, Ramdhon. 1978. erosi penyebab dan pengendaliannya. faperta UNPAD : Bandung. Kartasapoetra, G., A.G. Kartasapoetra Ir, Pembangunan Teori Dan Masalah, Sumur Bandung, 1984. Sitanala, Arsyad. 1989. Konservasi tanah dan air . IPB ; Bogor. Wudianto, Rini. 2000. Mencegah Erosi. Penebar Swadaya : Jakarta.

You might also like