You are on page 1of 88

PENGANTAR PERPAJAKAN

Pengantar Perpajakan

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


1. Menjelaskan mengapa suatu negara memungut Pajak 2. Menjelaskan fungsi- fungsi Pajak 3. Menguraikan definisi pajak

Pengantar Perpajakan

MENGAPA HARUS ADA PEMUNGUTAN PAJAK?

Fungsi Pemerintah Fungsi Pajak Justifikasi Pemungutan Pajak

Pengantar Perpajakan

SETIAP NEGARA PASTI MEMPUNYAI CITA-CITA DAN TUJUAN NASIONAL

PERLU DILAKUKAN PEMBANGUNAN

PERLU PEMBIAYAAN

SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN
Pengantar Perpajakan 4

RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

Pengantar 5 Perpajakan

PEMBANGUNAN EKONOMI DAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN EKONOMI DAN KESEJAHTERAAN

1. PERBAIKAN DAN PENCIPTAAN LAPANGAN KERJA 2. PERBAIKAN KINERJA DAN STABILITAS EKONOMI MAKRO 3. PENGHAPUSAN KEMISKINAN 4. PENINGKATAN AKSES RAKYAT TERHADAP PENDIDIKAN YANG LEBIH BERKUALITAS

5. PENINGKATAN AKSES RAKYAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS


6. PENGHAPUSAN KETIMPANGAN DALAM BERBAGAI BENTUKNYA 7. PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN PELESTARIAN MUTU LINGKUNGAN HIDUP 8. REVITALISASI PERTANIAN DAN PERDESAAN
Pengantar 6 Perpajakan

Tahun

Jumlah Penduduk Miskin(Juta)

Jumlah Penduduk Miskin (%) 23,43 19,14 18,41

1999 2000 2001

47,97 38,70 37,90

2002
2003 2004

38,40
37,30 36,10

18,20
17,42 16,66

2005
2006 2007

35,10
39,30 37,17
Pengantar Perpajakan

15,97
17,75 16,58
7

Pengantar Perpajakan

FAKTA 1

Pengantar Perpajakan

FAKTA 2
TERJADI KRISIS EKONOMI GLOBAL BERAWAL DI AMERIKA

Subprime mortgage menjerat institusi keuangan negara maju Ekonomi Amerika, terintegrasi dan terkoneksi dgn ekonomi dunia Eropa terkena dampak langsung
USA

Pengantar Perpajakan

10

KRISIS AMERIKA MENYEBAR


Kontribusi perdagangan Amerika: pangsa PDB AS thd PDB dunia 21,3% pangsa perdagangan LN AS 9,6% Negaranegara maju Eropa & Jepang yang terintegrasi & terkoneksi dg AS mendominasi perdagangan dunia

Pasar modal terkoreksi dengan tajam: China 67% Indonesia 54% Thailand 51% Singapura 48% Filipina 46% Malaysia 40%

Pengantar11 Perpajakan

KRISIS ATAU TIDAK........

Pengantar Perpajakan

12

FISCAL FUNCTIONS
allocation function

distribution function.
stabilization function

Pengantar Perpajakan

13

Pengantar Perpajakan

14

Public goods are goods that would not be provided in a pure free-market system. This is because they are goods that display two particular characteristics: Non-rivalry - consumption by one person does not reduce the amount available for others. Non-excludability - once the good is provided it is impossible to stop people consuming it even if they haven't paid.

Pengantar Perpajakan

15

INDIVIDUAL GOODS Feasible Individual

Exclusion

Market purchases fish in a stocked lake (food, clothes, housing, bottle water)

COMMON Infeasible POOL mineral in the ocean GOODS


fish air in the sea

elective surgery taxi ride restaurant, hotel

medical care
street parking

Consumption

parking lot mail delivery mass transit

Central park theater, stadium, library electric power

fire proteection police patrol


lighthouse

Joint TOOL GOODS

telephone, piped water


imprisonment of crimals

cable and satellite TV


Pengantar Perpajakan

national defense, broadcast TV

COLLECTIVE GOODS 16

Pengantar Perpajakan

17

Pengantar Perpajakan

18

Cetak Uang (printing money) Pinjaman Luar Negeri (borrowing abroad) Pinjaman Dalam Negeri (borrowing domestically), misalnya dengan menerbitkan obligasi pemerintah. Menjual cadangan devisa (Running down foreign exchange reserves) Pemungutan Pajak
Pengantar Perpajakan 19

Pengantar Perpajakan

20

Household

income

HOUSEHOLDS
Consumption

Household Saving

Business Wages Capital Income Saving Retained

16

13

14

15

earnings

FACTOR MARKETS 11
Payroll

CAPITAL MARKET 2 5
Investment

12
Profits

M ARK ET FOR CONSUM ER GOODS 9


Depreciation

M ARK ET FOR CAPI TAL GOODS 6

10

4
Gross receipts

Outlays

8 Pengantar Perpajakan

FIRMS

21

Failure of Provision Failure of Competition Externalities Common Property Resources Macroeconomic Problems

Pengantar Perpajakan

22

Kegagalan dalam penyediaan, terjadi karena adanya public goods yang tidak bisa disediakan oleh pasar. Misalnya keamanan (Polisi, ABRI), Pemadam Kebakaran, Jalan dan sebagainya. Karena itu sudah menjadi tugas pemerintah untuk menyediakan public goods tersebut. Apalagi ancaman dari public goods adalah kekurangan dalam penyediaannya. Di Indonesia misalnya, selalu saja penambahan jumlah polisi tidak memadai dibandingkan dengan pertumbuhan jumlah penduduk atau jumlah jalan yang tidak memadai dibanding dengan jumlah kendaraan.
Pengantar Perpajakan 23

Kegagalan adanya kompetisi terjadi karena adanya monopoli dan atau oligopoli. Kompetisi akan menjamin bahwa barangbarang yang diproduksi pasar adalah merupakan respon terhadap preferensi konsumen. Tapi dengan adanya monopoli dan atau oligopoli terjadi asymetric information. Konsumen bisa saja disesatkan oleh iklan yang dibuat produsen atau paling tidak terpaksa harus taken for granted terhadap semua informasi yang disediakan produsen karena tidak adanya informasi pembanding yang memadai.
Pengantar Perpajakan 24

Seringkali bukan produsen yang harus menanggung biaya-biaya yang timbul sebagai efek sampingan suatu produksi. Masyarakatlah yang menanggung biaya atau efek sampingan tersebut dan pemerintah yang juga harus bertanggung jawab untuk menanggulangi hal tersebut. Contohnya masalah polusi dan limbah.
Pengantar Perpajakan 25

Pasar Besi Setelah Ada Intervensi Pemerintah (Melalui Pemungutan Pajak)


Biaya Polusi

Harga Besi

Social Cost Penawaran (Private Cost) Ekuilibrium

Optimum

Permintaan (Private Value) 0 Kuantitas Optimum Kuantitas Pasar Kuantitas Besi


26

Sumber : Modifikasi dari N. Gregory Mankiw, Op. Cit, hal. 206. Pengantar Perpajakan

Implikasi Eksternalitas Positif


Harga Pendidikan Penawaran (Private Cost)

Ekuilibrium Optimum Social Value Permintaan (Private Value) 0 Kuantitas Pasar Kuantitas Optimum Kuantitas Pendidikan

Sumber : Modifikasi dari N. Gregory Mankiw, Op. Cit, hal. 208.


Pengantar Perpajakan 27

Sumber daya milik umum dapat dijangkau oleh masyarakat dengan biaya yang murah, tetapi dampaknya akan merugikan masyarakat luas apabila dieksploitasi secara berlebihan. Penggalian pasir dan penebangan hutan apabila dilakukan melebihi batas kewajaran, maka akan menyebabkan cost yang sangat besar -yang tidak sebanding dengan manfaat yang didapatkan.

Pengantar Perpajakan

28

Macroeconomic Problems Masalah pengangguran, inflasi, pertumbuhan ekonomi, suplai uang, nilai tukar dan masih banyak aspek makro ekonomi lainnya yang tidak bisa diselesaikan oleh pasar secara otomatis, karena itu pemerintah yang harus menangani hal-hal tersebut.

Pengantar Perpajakan

29

Fungsi Pajak Beberapa Rasio/Indikator Pemungutan Pajak Struktur Perpajakan di Indonesia

Pengantar Perpajakan

30

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Fungsi mempunyai empat pengertian yakni :
1. 2. 3. 4.

Jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; jika ketua tidak ada, wakil ketua melakukan fungsi ketua. Faal (kerja suatu bagian tubuh); fungsi jantung ialah memompa dan mengalirkan darah. Besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, maka besaran yang lain juga berubah. Kegunaan suatu hal; fungsi sosial : kegunaan suatu hal bagi hidup suatu masyarakat.

Pengantar Perpajakan

31

Fungsi pajak yang paling utama adalah untuk mengisi kas negara (to raise governments revenue). Fungsi ini disebut dengan fungsi budgetair atau fungsi penerimaan (revenue function). Karena itu, suatu pemungutan pajak yang baik sudah seharusnya memenuhi asas revenue productivity. Karena itu pula-lah, dalam menentukan kebijakan pajak, berlaku second best theory. Jika suatu pajak sulit untuk dipungut padahal potensinya (sangat) signifikan- maka mungkin saja pemerintah lebih mengedepankan asas simplicity / ease of administration daripada asas equality, misalnya dengan menerapkan schedular taxation.

Pengantar Perpajakan

32

Pada kenyataannya, pajak bukan hanya berfungsi untuk mengisi kas negara. Pajak juga digunakan oleh pemerintah sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur (regulating/regulerend) guna tercapainya tujuan-tujuan tertentu yang ditetapkan pemerintah.
Pengantar Perpajakan 33

Excise vs Eksternalitas Negatif Bea Masuk untuk proteksi Infant Industri PPN Tidak Dipungut, PPN ditanggung Pemerintah, PPN dibayar Pemerintah Penurunan Tarif PPh OP Kenaikan PTKP dll

Pengantar Perpajakan

34

Pengaruh Kebijakan Tariff terhadap Produksi Dalam Negeri Dd Sd


Pt = Harga Setelah diberlakukan kebijakan Tariff Po = Harga sebelum diberlakukan Tariff

Pt

Po

F F Q4

Q1 Q 2

Q3

Q5 Q6
35

Pengantar Perpajakan

Pengantar Perpajakan

36

DEFINISI PAJAK
PARADIGMA KLASIK PARADIGMA KONTEMPORER

Pengantar Perpajakan

37

DEFINISI PAJAK DALAM PARADIGMA KLASIK


1. Sommerfeld, Anderson dan Brock

Pengantar Perpajakan

38

any nonpenal yet compulsory transfer of resources from the private to the public sector, levied on the basis of predetermined criteria and without receipt of a specific benefit of equal value, in order to accomplish some of a nations economic and social objectives

Sommerfeld, Anderson dan Brock


Pengantar Perpajakan 39

Iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan

Adriani, sebagaimana dikutip Brotodihardjo


Pengantar Perpajakan 40

DEFINISI PAJAK
any nonpenal yet compulsory transfer of resources from the private to the public sector, levied on the basis of predetermined criteria and without receipt of a specific benefit of equal value, in order to accomplish some of a nations economic and social objectives (Simon James and Christopher Nobes)
Pengantar Perpajakan 41

DEFINISI PAJAK
a compulsory contribution from the person to the government to defray the expenses incurred in the common interest of all, without reference to special benefits conferred (The Encyclopedia Americana)

Pengantar Perpajakan

42

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
Pengantar Perpajakan 43

UNSUR-UNSUR DALAM DEFINISI PAJAK


Dapat Dipaksakan Dipungut Berdasarkan Undangundang Tidak Mendapatkan Manfaat Langsung Digunakan Untuk Menjalankan Fungsi Negara

Pengantar Perpajakan

44

DAPAT DIPAKSAKAN
Salah satu hal yang membedakan pajak dengan pungutan/iuran lainnya adalah sifat memaksa yang melekat didalamnya. Kata compulsory digunakan untuk membedakan pajak dengan sumbangan atau hadiah. Dalam rangka Law enforcement, salah satu instrumen paksaan (compulsory) dalam adalah Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Pengantar Perpajakan 45

Prosedur Penagihan Pajak dengan Surat Paksa


Tidak dibayar Tidak dibayar

Hutang Pajak

Surat Teguran

Surat Paksa
Tidak dibayar

Tidak dibayar

Tidak dibayar

Lelang

Penyitaan

Surat Perintah Melakukan Penyitaan

Pengantar Perpajakan

46

Pengantar Perpajakan

47

Pengantar Perpajakan

48

PAJAK DALAM PARADIGMA KONTEMPORER

Pengantar Perpajakan

49

MERUMUSKAN KEMBALI DEFINISI PAJAK (1)


Dalam Pemungutan Pajak tidak boleh fokus pada PEMAKSAAN, karena prinsipnya, Pajak merupakan wujud kesadaran masyarakat dalam memberikan kontribusi terhadap Negara. Model pemungutan pajak tidak mengutamakan pemaksaan, agar definisi pajak menjadi lebih netral dan tidak berkonotasi negatif (untuk membedakan antara Negara Merdeka dan Negara yang masih terjajah yang harus membayar pajak pada Negara yang menjajahnya).
Pengantar Perpajakan 50

MERUMUSKAN KEMBALI DEFINISI PAJAK (2)


Pajak harus Dikembalikan ke Masyarakat, sehingga seharusnya hasil penerimaan pajak tidak boleh digunakan untuk membayar hutang atau menutup defisit anggaran. Pembayar Pajak mendapat benefit, terutama akses dari Pemerintah, baik akses informasi maupun akses ekonomi. Pajak juga memiliki Pengukuran Benefit, misalnya secara transparan pemerintah menunjukkan bahwa hasil pajak digunakan untuk membangun infrastruktur, subsidi pendidikan, pelayanan dan sebagainya
Pengantar Perpajakan

51

Gagasan Demokratisasi Perpajakan


semakin terbukanya iklim politik di Indonesia dan perkembangan pasar bebas. meningkatnya kesadaran masyarakat sehingga meningkatkan tuntuntan adanya transparasi dalam pengelolaan pajak. menguatnya sistem ekonomi yang demokratis
Pengantar Perpajakan 52

Pajak adalah saham politik rakyat atas negara sehingga rakyat memiliki hakhak istimewa dalam setiap proses politik untuk menentukan kebijakan negara
Edi Slamet Irianto

Pengantar Perpajakan

53

PERAN PAJAK DALAM APBN

Pengantar Perpajakan

54

TUGAS INDIVIDU 1
1. Menurut pendapat saudara, bagaimana seharusnya pemerintah mensosialisasikan peran pajak dalam pembangunan, sehingga terbangun voluntary tax compliance? 2. Jelaskan kaitan antara pemungutan pajak dan demokrasi

Pengantar Perpajakan

55

TAX RATIO
56

A N G K A YA N G M E N U N J U K K A N P E R B A N D I N G A N A N TA R A J U M L A H PA J A K YA N G T E R H I M P U N D E N G A N P R O D U K D O M E S T I K B R U TO ( P D B )

Pengantar Perpajakan

Tax Ratio dan Penerimaan Pajak

Pengantar Perpajakan

57

ASAS ASAS PEMUNGUTAN PAJAK


Dalam memungut suatu pajak, terdapat asas-asas atau prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam sistem pemungutan pajak tersebut. Mansury menyatakan bahwa: Dari pengalaman ternyata, bahwa apabila tidak setiap ketentuan rancangan undang-undang pada saat penyusunannya selalu diuji apakah sejalan tidaknya dengan tujuan dan asas yang harus dipegang teguh, ketentuan tersebut mudah sekali mengatur sesuatu yang sebenarnya tidak sejalan dengan asas yang harus dipegang teguh.

Pengantar Perpajakan

58

Menurut Stiglitz (Pemenang Nobel Ekonomi)


Economically efficient : it should not have an impact on allocation of resources Administratively simple : it should be easy and inexpensive to administer Flexible : it should be easy for the system to respond to changing economic circumstances. Politically accountable : taxpayers should be able to determine what they are actually paying so that the political system can more accurately reflect the preferences of individuals. Fair : it should be seen to be fair in its impact on all individuals

Pengantar Perpajakan

59

Asas-asas Dalam Sistem Perpajakan yang Ideal


Revenue Productivity

Equality

Ease of Administration

Pengantar Perpajakan

60

ISUE KEADILAN
What are the different concepts of equity, and how are do they translate into different principles of taxation? What are the alternative measures of income inequality and their implications for tax equity? What are the alternative theories of distributive justice and their implications for tax equity?

Pengantar Perpajakan

61

PENDEKATAN KEADILAN
PENDEKATAN KEADILAN

BENEFIT RECEIVED APPROACH

ABILITY TO PAY APPROACH

INCOME

CONSUMPTION

WEALTH

Pengantar Perpajakan

62

ALTERNATIF MENGUKUR ABILITY TO PAY


1. 2. Kemampuan yang dimiliki pada suatu saat yang disebut kekayaan; apabila alternatif ini yang dipilih maka pajak yang dipungut disebut Pajak Kekayaan atau Nett Wealth Tax. Tambahan kemampuan yang didapat orang tersebut selama jangka waktu tertentu, misalnya selama satu tahun; apabila alternatif ini yang dipilih maka disebut PPh = Pajak Penghasilan atau Income Tax. Kemampuan yang benar-benar dipakai untuk membeli barang dan jasa untuk pemenuhan hidupnya : apabila alternatif ini yang dipakai, pajak itu disebut Pajak Konsumsi Pribadi atau Personal Consumption Tax ataupun dapat disebut juga sebagaimana disarankan Nicholas Kaldor sebagai Pajak Pengeluaran atau Expenditure Tax
Pengantar Perpajakan 63

3.

PERBEDAAN IBT DAN CBT


I = C + S C = I - S

Pengantar Perpajakan

64

INCOME BASED TAXATION


I=C+S BUDI MEMPUNYAI PENGHASILAN SEBESAR Rp. 200 JUTA JIKA NEGARA MENERAPKAN TARIF PPh 30% MAKA : PAJAK TERHUTANG 30% X 200 JUTA = 60 JUTA BERARTI SISA YANG DAPAT DIKONSUMSI ATAU DITABUNG/INVESTASI OLEH BUDI = 140 JUTA
Pengantar Perpajakan 65

CONSUMPTION BASED TAXATION


C=I-S BUDI MEMPUNYAI PENGHASILAN SEBESAR Rp. 200 JUTA JIKA NEGARA MENERAPKAN TARIF PPh 30% DAN BUDI HANYA MEMBELANJAKAN PENGHASILANNNYA SEBESAR 170 JUTA (SISANYA DITABUNG), MAKA PENGHITUNGAN PAJAK TERHUTANG ADALAH: 30% X Rp. 170 juta = 51 juta
Pengantar Perpajakan 66

APLIKASI ASAS KEADILAN DALAM INCOME BASED TAXATION


KEADILAN

KEADILAN HORISONTAL

KADILAN VERTIKAL

EQUAL TREATMENT FOR THE EQUALS

UNEQUAL TREATMENT FOR THE UNEQUAL


Pengantar Perpajakan 67

EQUALS TREATMENT FOR THE EQUALS

SELURUH TAMBAHAN KEMAMPUAN EKONOMI NETTO

Yang menjadi obyek pajak adalah semua tambahan Kemampuan Ekonomis, karena itu yang terbaik -yang memenuhi asas keadilan- adalah : 1. Diberlakukan Global taxation, dengan demikian semua jenis penghasilan dijadikan sebagai obyek pajak penghasilan dengan tidak melihat dari mana sumber penghasilan tersebut. Diberlakukan Worldwide Income, dengan demikian semua jenis penghasilan dijadikan sebagai obyek pajak penghasilan dengan tidak melihat dari mana asal penghasilan tersebut, apakah dari Dalam Negeri atau dari Luar Negeri.

1. Accreation concept 2. Karena yang menjadi obyek PPh adalah tambahan kemampuan ekonomis, maka dalam menghitung taxable income, total income harus dikurangi dengan tax reliefs. Total income is then reduced by certain exemptions and deductions to arrive at income subject to tax. This is the base to which tax rates are applied when computing tax.46 Karena itu, dalam menghitung taxable income harus ada: a. b. Diperbolehkan Deductible Expenses sebagai Biaya 3M Adanya Personal Exemption bagi WP Orang Pribadi
68

2.

Pengantar Perpajakan

UNEQUAL TREATMENT FOR THE UNEQUAL


ABILITY TO PAY BERBEDA DIPERLAKUKAN TIDAK SAMA

SEMAKIN BESAR ATP SEMAKIN BESAR TAX BURDEN

Pengantar Perpajakan

69

Income Tax Theories : Progressive or Regressive - Who pays what?

Progressive tax - a tax that represents a greater proportion of a person's income as their income rises. In other words, the average rate of taxation rises. Regressive tax - a tax that represents a smaller proportion of a person's income as their income rises. In other words, the average rate of taxation falls. Proportional tax - a tax where the percentage of income paid in taxation always stays the same. In other words, the average rate of taxation is constant. The balance of these taxes can have a significant effect on income distribution in an economy. If a government chooses to switch the balance of taxation from progressive to regressive taxes then the less-well-off in society will be harder hit.
Pengantar Perpajakan 70

MENGUKUR BESAR TARIF PAJAK


TAX RATE

EFFECTIVE TAX RATE

MARGINAL TAX RATE

Pengantar Perpajakan

71

LATIHAN
1. Dio (K/1) adalah karyawan PT ABC. Pada bulan September 2010 Dio memperoleh gaji pokok Rp. 20 juta ditambah uang lembur Rp. 5 juta. 2. Doni (K/3) juga merupakan karyawan PT ABC. Pada bulan September 2010, Doni menerima gaji Rp. 6 juta. Pertanyaan: a. Hitung tax on employment income jika negara menggunakan progressive tax rate spt Psl. 17 b. Hitung tax on employment income jika negara menggunakan proportional tax rate sebesar 15%. c. Jelaskan, apakah keadilan vertikal bisa terpenuhi dalam proportional tax rate/ flat rate
Pengantar Perpajakan 72

TAX RELIEFS FOR EMPLOYMENT INCOME IN INDONESIA

Employment Income tax treatment

Pegawai tetap

Pegawai tidak tetap

Biaya jabatan (5% dr Ph Bruto, maks 500rb)

Iuran pensiun

PTKP

Bagian penghasilan bruto yg tdk dikenakan PPh


73

Pengantar Perpajakan

PENERAPAN KONSEP/TEORI PAJAK DALAM SISTEM PPh


Budi (K/4) pada tahun 2010 mempunyai penghasilan sebagai berikut: 1. Penjualan Bruto = 30M
HPP = 20 M Biaya Operasional = 2M

2. Penghasilan lain-lain
Pendapatan sewa mobil = 500 juta

Hitung PPh yang terhutang


Pengantar Perpajakan 74

PENERAPAN KONSEP/TEORI PAJAK DALAM SISTEM PPh


Fajar (K/2) pada tahun 2010 mempunyai penghasilan sebagai berikut: 1. Penjualan Bruto = 30M
Harga Pokok Penjualan = 20 M Biaya Operasional = 2M

2. Penghasilan lain-lain
Pendapatan sewa = 500 juta

Hitung PPh yang terhutang


Pengantar Perpajakan 75

>500juta
Tarif 30% Sisa Penghasilan Kena Pajak (Total Taxable Income Rp. 500jt)

500 juta
Tarif 25% Selisihnya 250 juta

250 juta
Tarif 15% (selisihnya 200 juta)

50 juta
Tarif 5%

Pengantar Perpajakan

76

Amir (K/5) bekerja pada PT ABC sebagai staf pemasaran. Pada bulan Maret 2005, Amir menerima gaji Rp. 5 juta dan tunjangan transport = Rp. 500 ribu. PT ABC mengikuti program pensiun pada DPLK BNI46. Setiap bulan, Amir membayar iuran pensiun Rp. 100 ribu (dipotong ari gaji). Gaji Rp. 5.000.000,Tunjangan Transport Rp. 500.000,Total Penghasilan Bruto sebulan Rp. 5.500.000,Dikurangi : Biaya Jabatan : 5% x 5,5 juta (Rp. 108.000,-) Iuran pensiun (Rp. 100.000,-) Penghasilan Netto sebulan Rp. 5.292.000,Penghasilan Netto disetahunkan Rp. 63.504.000,Dikurangi : PTKP Wajaib Pajak : 12.000.000,Istri : 1.200.000,Tanggungan : 3 x Rp. 1.200.000,Total PTKP (Rp. 16.800.000,-) Penghasilan Kena pajak Rp. 46.704.000,PPh Pasal 21 setahun: 5% x 25 juta = 1.250.000,10% x 21.704.000= 2.170.400,Total PPh 21 setahun Rp. 3.420.400,PPh Pasal 21 sebulan Rp. 3.420.400,- / 12 bulan = 285.033,Pengantar Perpajakan 77

PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh Pasal 21

PT ABC sebagai Pemotong Pajak, harus membuat Bukti Potong dan membuat rekapitulasi semua PPh Pasal 21 yang sudah PT ABC potong dalam Daftar bukti Pemotongan PPh Pasal 21/26. Setelah diketahui berapa jumlah total PPh Pasal 21/26 yang dipotong oleh PT ABC (atas gaji/penghasilan dari pekerjaan di bulan maret 2005), maka PT ABC menyetorkannya via Bank Persepsi p.l. tgl 10 bulan berikutnya (10 April 2005). Selanjutnya, pemotongan dan penyetoran PPh 21/26 tsb dilaporkan oleh PT ABC ke KPP p.l tanggal 20 bulan berikutnya (20 April 2005). Pelaporan dilakukan dengan cara mengisi SPT Masa PPh Pasal 21/26 (harus melampirkan Bukti Pemotongan dan Daftar Bukti Pemotongan serta SSP)

Pengantar Perpajakan

78

KETENTUAN SEBELUM 2005


UDIN K/4 (MENIKAH, MEMPUNYAI 4 TANGGUNGAN), PADA TAHUN 2004 MEMPUNYAI PENGHASILAN BERSIH SEBESAR 100 JUTA. HITUNG BERAPA BESARNYA PAJAK PENGHASILAN YANG TERHUTANG PENGHASILAN : Rp.100.000.000,DIKURANGI PTKP: UDIN (WAJIB PAJAK) = Rp. 2.880.000,ISTRI = Rp. 1.440.000,TANGGUNGAN 4 (MAKS 3) = (3 X Rp. 1.440.000,-) TOTAL PTKP = Rp. 8.640.000,PENGHASILAN KENA PAJAK = Rp. 91.360.000,PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG: 5% X Rp. 25.000.000,= Rp. 1.250.000,10% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 2.500.000,15% x Rp. 41.360.000,- = Rp.

Pengantar Perpajakan

79

KETENTUAN 2005
UDIN K/4 (MENIKAH, MEMPUNYAI 4 TANGGUNGAN), PADA TAHUN 2004 MEMPUNYAI PENGHASILAN BERSIH SEBESAR 100 JUTA. HITUNG BERAPA BESARNYA PAJAK PENGHASILAN YANG TERHUTANG PENGHASILAN : Rp.100.000.000,DIKURANGI PTKP: UDIN (WAJIB PAJAK) = Rp. 12.000.000,ISTRI = Rp. 1.200.000,TANGGUNGAN 4 (MAKS 3) = (3 X Rp. 1.200.000,-) TOTAL PTKP = Rp. 16.800.000,PENGHASILAN KENA PAJAK = Rp. 83.200.000,PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG: 5% X Rp. 25.000.000,- = Rp. 1.250.000,10% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 2.500.000,15% x Rp. 33.200.000,- = Rp.
Pengantar Perpajakan 80

KETENTUAN 2006
UDIN K/4 (MENIKAH, MEMPUNYAI 4 TANGGUNGAN), PADA TAHUN 2004 MEMPUNYAI PENGHASILAN BERSIH SEBESAR 100 JUTA. HITUNG BERAPA BESARNYA PAJAK PENGHASILAN YANG TERHUTANG PENGHASILAN : Rp.100.000.000,DIKURANGI PTKP: UDIN (WAJIB PAJAK) = Rp. 13.200.000,ISTRI = Rp. 1.200.000,TANGGUNGAN 4 (MAKS 3) = (3 X Rp. 1.200.000,-) TOTAL PTKP = Rp. 18.000.000,PENGHASILAN KENA PAJAK = Rp. 82.000.000,PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG: 5% X Rp. 25.000.000,= Rp. 1.250.000,10% x Rp. 25.000.000,- = Rp. 2.500.000,15% x Rp. 32.000.000,- = Rp.

Pengantar Perpajakan

81

KETENTUAN UU PPh Tahun 2008


Penghasilan Tidak Kena Pajak per tahun diberikan paling sedikit sebesar: 1. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi; 2. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; 3. Rp15.840.000,00 (lima belas juta delapan ratus empat puluh ribu rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1); dan 4. Rp1.320.000,00 (satu juta tiga ratus dua puluh ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Pengantar Perpajakan

82

Pertanyaan:
Hitung berapa besarnya jumlah dan prosentase perbandingan antara pajak penghasilan yang terhutang oleh Udin menurut ketentuan Baru dan menurut ketentuan Lama Hitung berapa besarnya pajak yang terhutang, jika udin mempunyai penghasilan sebesar Rp. 6 juta /tahun Hitung berapa besarnya pajak yang terhutang, jika udin mempunyai penghasilan sebesar Rp. 500 juta /tahun (berdasarkan ketentuan Lama dan Baru)
Pengantar Perpajakan 83

LATIHAN
Hitunglah pajak penghasilan yang terhutang, jika Bayu (K/2) pada tahun 2005 mempunyai penghasilan bersih sebesar Rp. 500 juta. Jawab: Penghasilan Netto : Rp. 500.000.000,Dikurangi PTKP: Wajib Pajak : 12.000.000,Istri : 1.200.000,Tanggungan : 2 x Rp. 1.200.000,Total PTKP : 15.600.000,Penghasilan Kena Pajak: Rp. 484.400.000,Pajak Penghasilan yang terhutang: 5% x Rp. 25.000.000,10% x Rp. 25.000.000,15% x Rp. 50.000.000,25% x Rp. 100.000.000,35% x Rp. 284.400.000,Pengantar Perpajakan 84

Asas EASE OF ADMINISTRATION


1Certainty aSubyek bObyek cDasar Pengenaan Pajak dTarif eProsedur 2Efficiency : a. Dari segi Fiskus : Administrative & Enforcement Cost relatif rendah b. Dari segi Wajib Pajak :Compliance Cost relatif rendah

3Convenience of Payment aPajak dipungut pada saat yang tepat (Pay As You Earn) bPenentuan Jatuh Tempo Pembayaran pajak cProsedur Pembayaran
4Simplicity aMudah dilaksanakan bTidak berbelit-belit
Pengantar Perpajakan 85

MENURUT CEDRIC SANDFORD Compliance cost tidak selalu biaya yang tangible yang dapat dinilai dengan uang tetapi juga dengan biaya yang intangible. Dari sisi Wajib pajak, compliance cost biaya yang dikeluarkan oleh Wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannyadibedakan menjadi 3 kelompok:
1. Direct Money Cost, yaitu biaya atau beban yang dapat diukur dengan nilai uang yang harus dikeluarkan/ditanggung oleh Wajib Pajak berkaitan dengan proses pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan. Termasuk dalam kelompok biaya ini adalah: honor/gaji staf/pegawai Divisi Pajak (atau Divisi Akuntansi yang menangani masalah perpajakan), jasa konsultan yang disewa Wajib Pajak, biaya transportasi pengurusan perpajakan, biaya pencetakan dan penggandaan formulir-formulir perpajakan (tinta, kertas, forocopy, cetak SSP/Faktur Pajak Standar, dll). biaya representasi (jamuan), dll. 2. Time Cost, yaitu biaya berupa waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban dan hakhak perpajakan, misalnya: Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi formulir-formulir perpajakan. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dan menyampaikan SPT. Waktu yang diperlukan untuk mendiskusikan tax management dan tax exposure dengan pihak konsultan pajak. Waktu yang diperlukan untuk membahas Laporan Hasil Pemeriksaan/ closing conference dengan pihak Fiskus/Pemeriksa Pajak Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan keberatan dan atau banding. 2. Psychic cost, yaitu biaya psikis/psikologis antara lain berupa stress dan atau ketidaktenangan, kegamangan, kegelisahan, ketidakpastian- yang terjadi dalam proses pelaksanaan kewajiban-kewajiban dan hak-hak perpajakan, misalnya stress yang terjadi saat pemeriksaan pajak, saat pengajuan keberatan dan atau banding.

Pengantar Perpajakan

86

TUGAS INDIVIDU (TUGAS 2)

MENURUT PENDAPAT SAUDARA, APAKAH ASAS-ASAS PEMUNGUTAN PAJAK SUDAH SEPENUHNYA DITERAPKAN DALAM SISTEM PERPAJAKAN INDONESIA?
Pengantar Perpajakan 87

TUGAS INDIVIDU 3
1. Uraikan konsepsi asas kemudahan administrasi! 2. Mengapa asas kemudahan administrasi sangat penting dalam mendisain sistem perpajakan suatu negara ? 3. Uraikan konsepsi cost of taxation!

Pengantar Perpajakan

88

You might also like