You are on page 1of 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Ikan termasuk hewan vertebrata, hidup di air, bernafas dengan insang, bergerak dengan sirip, berlendir dan berdarah dingin. Ikan berdarah dingin artinya bahwa ikan dapat dengan mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Biologi Perikanan merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk dan cara pertumbuhan ikan. pentingnya pemahaman tentang biologi perikanan merupakan salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisisdan menduga pertumbuhan dan perkembang biakan ikan. Sehingga dengan demikian dapat melihat jumlah stok yang ada dialam berdasarkan ukuran ikan. Dalam melakukan penilitian biologi perikanan yang perlu diperhatikan adalah keadaan hidrografik bagaimana ikan-ikan dalam populasi itu memijah, bagaimana kecepatan populasi itu tumbuh, mati dan memperbanyak serta bagaimana ikan tersebut makan yang merupakan ilmu yang sangat penting dalam kegiatan pelestarian stok ikan. Pada praktikum kali ini akan membahas aspek aspek yang ada di biologi perikanan yaitu petumbuhan ikan, aspek reproduksi yang meliputi tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan fekunditas serta makan dan kebiasaan makan ikan. Pemahaman terhadap biologi perikanan bertujuan dalam memelihara keseimbangan populasi ikan dalam suatu perairan tertentu, dimana penangkapan ikan yang dilakukan harus mengikuti norma-norma konservasi dengan mengusahakan hasil tangkapan yang paling menguntungkan secara lestari dari tahun ke tahun.

1.2 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dan bagaimana hubungan panjang berat tubuh ikan mas (Cyprinus carpio) 2. Untuk mengetahui tingkat kematangan gonad (TKG) ikan mas 3. Untuk mengetahui dan menghitung indeks kematangan gonad ikan mas (IKG) 4. untuk mengetahui fekunditas ikan mas 5. Untuk mengetahui jenis makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan makan pada ikan mas

1.3 Waktu Praktikum Praktikum mengenai tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, serta makanan dan kebiasaan makan ikan ini dilaksanakan pada Hari Tanggal Waktu Tempat : Rabu : 16 Maret 2011 : Pukul 14.30 WIB : laboratorium Fisiologi Hewan Air gd.FPIK UNPAD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan mas Ikan mas ( Cyprinus carpio Linn ) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dikenal di banyak negara termasuk Indonesia, dan dewasa ini banyak dibudidayakan. Ikan mas merupakan ikan air tawar yang dikonsumsi, bernilai ekonomis tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Ikan ini cukup digemari masyarakat karena mudah didapatkan, dagingnya empuk, rasanya gurih dan empuk. Ikan mas cepat besar dengan masa pemeliharaan yang relatif singkat karena tergolong responsif terhadap pemberian pakan. Walaupun usaha budidaya ikan mas sudah tersebar luas namun belum mencapai tingkat produksi yang maksimal. Hal ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai cara pemeliharaan ikan mas yang baik dari para petani ikan (Susanto & Amri 1998).

2.1.1Klasifikasi ikan mas Klasifikasi ikan mas (Cyprinus carpio linn) Kingdom : Animalia Filum : Chordata

Subfilum : Pisces Kelas Ordo Subordo Famili : Teleostei : Ostariophysi : Cyprinoidea : Cyprinidae

Subfamili : Cyprininae Genus Spesies : Cyprinus : Cyprinus carpio Linn.

2.1.2 morfologi ikan mas Secara morfologi, ikan mas memiliki ciri-ciri bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Hampir seluruh tubuh ikan mas

ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil tidak ditutupi sisik. Sisik ikan mas berukuran relatif besar dan digolongkan ke dalam tipe sisik sikloid dengan warna yang sangat beragam (Rochdianto 2005). Ikan mas dapat tumbuh cepat pada suhu lingkungan berkisar antara 20-28 C dan akan mengalami penurunan pertumbuhan bila suhu lingkungan lebih rendah. Pertumbuhan akan menurun dengan cepat di bawah suhu 13C dan akan berhenti makan apabila suhu berada di bawah 5 C (Huet 1970 dalam Ariaty 1991). Ikan mas merupakan ikan air tawar yang memiliki sifat tenang, suka menempati perairan yang tidak terlalu bergolak dan senang bersembunyi di kedalaman. Ikan mas termasuk omnivora, biasanya memakan plankton. Larva ikan mas memakan invertebrata air seperti rotifer, copepoda dan kutu air. Kebiasaan makan ikan mas berubah-ubah dari hewan pemakan plankton menjadi pemakan dasar. Ikan mas yang sedang tumbuh memakan organisme bentik dan sedimen organik. Ikan mas jantan akan matang gonad pada umur dua tahun dan ikan mas betina pada umur tiga tahun. Ikan mas akan memijah pada suhu lingkungan berkisar antara 18-20 C ( Ikenoue 1982 dalam Ariaty 1991). di Indonesia, ikan mas pertama kali berasal dari daratan Eropa dan Tiongkok yang kemudian berkembang menjadi ikan budidaya yang sangat penting. Indonesia mengimpor ikan mas ras Taiwan, ras Jerman dan ras fancy carp masing-masing dari Taiwan, Jerman dan Jepang pada tahun 1974. Indonesia mengimpor ikan mas ras Yamato dan ras Koi dari Jepang pada sekitar tahun 1977. Ras-ras ikan yang diimpor tersebut dalam perkembangannya ternyata sulit dijaga kemurniannya karena berbaur dengan ras-ras ikan yang sudah ada di Indonesia sebelumnya sehingga terjadi persilangan dan membentuk rasras baru (Suseno 2000 dalam Rochdianto 2005). Sampai saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau strain. Terdapat beberapa strain ikan mas Indonesia, namun sejauh ini belum banyak diteliti dan diidentifikasi secara ilmiah (FAO Fishery Statistics 2002). Beberapa strain ikan mas yang dibudidayakan di Indonesia, antara lain ikan mas Punten, ikan mas Majalaya, ikan mas Sinyonya, ikan mas Taiwan dan ikan mas Koki. Perbedaan sifat dan ciri ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warna (Choirul 2008).

2.2 Pertumbuhan Ikan (hubungan panjang dan berat) Pertumbuhan adalah Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu, akibat terjadinya pembelahan sel secara mitosis yang disebabkan oleh kelebihan jumlah input energi dan asam amino yang berasal dari makanan. pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah, akan tetapi jika dilihat lebih lanjut sebenarnya pertumbuhan itu merupakan proses biologis yang kompleks dimana banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor dalam umumnya faktor yang sukar dikontrol, diantaranya adalah keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. 2. Faktor luar yang utama mempengaruhi pertumbuhan adalah makanan dan suhu perairan, namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang memegang peranan yang lebih besar. 3. Faktor kimia perairan dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh hebat terhadap pertumbuhan, bahkan dapat menyebabkan fatal. Diantaranya adalah oksigen, karbondioksida, hidrogen sulfida, keasaman dan alkalinitas

Berat dapat diangggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya, tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dari panjang ikan berbeda-beda. Kalau kita plot kan panjang dan berat ikan dalam suatu panjang maka akan kita dapatkan sepertiga bentuk gambar dibawah ini. Maka hubungan tadi tidak selamanya mengikuti hukum kubik tetapi dalam suatu bentuk rumus yang umum yaitu: W = c x Ln Dimana W = Berat, L = Panjang, c dan n = konstanta

Berat (gr)

Panjang (m)

Gambar grafik hubungan panjang dan berat ikan

Kalau rumus umum tadi kita trasnformasikan ke dalam logaritma maka kita akan dapatkan persamaan : Log W = Log c + n Log L, yaitu persamaan linear atau persamaan garis lurus seperti di bawah harga n adalah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuai dengan berat ikan. Menurut carlander (1969) harga ekponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar 1,2- 4, namun dari kebanyakan harga n tadi berkisar dari 2,43,5. Bilamana harga n = 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah bentuknya. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya. Pertumbuhan demikian ialah pertumbuhan isometrik. Sedangkan apabila n > atau n < dinamakan pertumbuhan allometrik. Kalau harga n , dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus. Keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. Kalau angkanya lebih besar dari 3 menunjukkan ikan itu montok.Pertambahan berat lebih cepat daripada perubahan panjangnya.
Log Berat (gr)

Log Panjang

Gambar grafik hubungan panjang dan berat ikan

Apabila kita memperhatikan grafik di atas maka n itu menunjukkan garis persamaan itu dengan sumbu x. sedangkan harga c adalah titik potong dari persamaan sumbu y. cara yanga dapat digunakan untuk menghitung panjang berat ikan ialah dengan menggunakan regresi, dapat mengikuti seperti telah dikemukakan oleh Rousenfell dan Everhart (1953), dan Lagler (1961) yaitu dengan menghitung dahulu logaritma dan tiap-tiap panjang dan berat ikan. Atau dapat juga dengan mengikuti jalan pendek seperti dikemukakan oleh Carlander (1968) yaitu dengan mengadakan pengkelasan berdasarkan logaritma. Dasar perhitungan dari cara tersebut adalah sama namun metoda yang dikemukakan oleh Carlander lebih pendek dan dapat dipakai tanpa menggunakan mesin hitung . Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang berat ini ialah kita dapat menduga berat dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan tentang Sikan mengenai pertumbuhan, kemontokan, perubahan dari lingkungan.

2.3 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk proses-proses yan gterjadi didalam gonad baik terhadap individu maupun populasi. Perkembangan gonad yang semakin matang merupakan bagian dari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju pada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat proses yang dinamakan vitellogenesis yaitu terjadinya pengendapan kuning telur pada tiap-tiap individu telur. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10%. Dari TKG ini dapat diketahui bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah, atau sudah selesai memijah. Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya menjadi masak tidak sama ukurannya. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara. Yang pertama cara histology dilakukan di laboratorium, yang kedua dengan cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan di lapangan. Dasar yang dipakai untuk menentukan TKG dengan cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan ikan betina lebih banyak dilihat

dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat didalam testis.

Tingkat kematangan gonad menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) : 1. Dara. Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testes dan ovarium transparan, dari tidak berwarna sampai berwarna abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa. 2. Dara Berkembang. Testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar. 3. Perkembangan I. Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih. 4. Perkembangan II. Testes berwarna putih kemerah-merahan. Tidak ada sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna orange kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira dua per tiga ruang bawah. 5. Bunting. Organ seksual mengisi ruang bawah. Testes berwarna putih, keluar testesan sperma kalau ditekan perutnya. Telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak. 6. Mijah. Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan ke perut. Kebanyakan telur berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur di dalam ovarium. 7. Mijah/salin. Gonad belum kosong sama sekali tidak ada telur yang bulat telur. 8. Salin. Testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur sedang ada dalam keadaan dihisap kembali. 9. Pulih salin. Testes dan ovarium berwarna jernih, abu-abu sampai merah. Pada ikan hermapodrit protogini (eperti belut), ikan yang sama dari betina fungsional akan berubah menjadi ikan jantan fungsional. Tanda meorfologi petunjuk ciri seksual sekunder tidak didapatkan kecuali ukuran besar ikan. Tan dan Tan, kemudian menelaah perkembangan ikan jenis ini, dan membuat klasifikasi perkembangan perubahan ontogenesis menjadi 10 kelas. Kelas 1 merupakan gonad ikan yang tidak masak. Kelas 2,3,4 tahap

perkembangan ikan betina. Kelas 7,8,9,10 merupakan tahap perkembangan ikan jantan. Kelas kelas tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Kelas 1. Ovary tidak matang, didapatkan oocyte tingkat 1 dan 2. Bila tidak terdapat jaringan yang mengkerut, maka belum pernah terjadi pemijahan. 2. Kelas 2. Betina dengan ovary matang beristirahat. Terdapat oocyte tingkat 1, 2, dan 3. mungkin terdapat jaringan mengkerut sisa pemijahan sebelumnya. 3. Kelas 3. Betina matang aktif. Kebnayakan oocyte tingkat 2 dan 4. Secara morfologi ovary berkembang mudah dikenali. 4. Kelas 4. Betina pasca pemijahan, kelas ini susah didapatkan. 5. Kelas 5. Transisi, sukar dikenal, di luar gonad terlihat mengkerut dan di dalamnya kosong. Jaringan mengkerut banyak didapatkan di bagian tengah. 6. Kelas 6. Testes tidak matang, hampir sama dengan kelas sebelumnya, banyak didapatkan kerutan. 7. Kelas 7. Testes menuju masak, didapatkan kelompok kantung spermatogonia, spematocyit 1 dan 2. 8. Kelas 8. Testes masak, banyak spermatocyt 1 dan 2. terdapat sperma di kantung. 9. Kelas 9. Testes masak sekali, spermatozoa banyak terdapat di kantung, spermatocyt tingkat awal sangat jarang. 10. Kelas 10. Testes pasca pemijahan. Kantung sperma umumnya kosong.

2.4 Indeks Kematangan Gonad Menurut Nikolsky (1969) dapat menggunakan tanda utama untuk membedakan kematangan gonad berdasarkan berat gonad. Secara ilmiah hal ini berhubungan dengan ukuran dan berat tubuh ikan keseluruhannya atau tanpa berat gonad. Perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh, Nikolsky menamakannya coeficient kematangan yang dinyatakan dalam persen.

IKG = Berat Gonad Ikan Berat Tubuh Ikan

X 100%

Jonson (1971) menamakan perbandingan tersebut ialah Index of maturity, namun diantara banyak peneliti menamakan indeks tadi ialah Gonado Somatic Index. Indeks ini diterima oleh para peneliti reproduksi ikan sebagai salah satu pengukur aktifitas gonad (Saigal, 1967; Dennison dan Bulkley, 1972), Brulhet (1974) dan beberapa peneliti lainnya menamakan indeks yang sama dengan nama Raport Gonosomatique.Gonado Somatic Index (GSI) = Wg/W X 100% akan semakin meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai GSI lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan. Johnson (1971) mendapatkan nilai GSI ikan thread fin berkisar antara 1-25%. Ikan dengan GSI 19% ada yang sanggup mengeluarkan telurnya. Adakalanya nilai GSI ini dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. Dengan

memperbandingkan demikian akan tampak hubungan antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, nilai-nilai morfologi yang dikuantitatifkan. Bergantung pada macam dan pola pemijahannya, maka akan didapatkan nilai indeks yang sangat bervariasi pada setiap saat.

2.5 Fekunditas pengetahuan mengenai fekunditas merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting dalam biologi perikanan. Fekunditas ikan telah dipelajari bukan saja merupakan salahsatu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya denagn studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan stok rekruitmen (Bagenal, 1978). Fekunditas secara tidak langsung kita dapat menaksir jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula jumlah ikan dalam kelas umur yang bersangkutan. Dalam hubungan ini tentu ada faktor-faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan stategi reproduksi dalam rangka mempertahankan kehadiran spesies di alam. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan satu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya. Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat dalam ovari ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total. Fekunditas individu akan sukar diterapkan untuk ikan-ikan yang mengadakan pemijahanm beberapa kali dalam setahun, karena mengandung telur dari berbagai tingkat dan akan lebih sulit lagi menentukan telur yang benar-benar akan dikeluarkan pada tahun yang akan datang.

Menurut Royce (1972) meyatakan bahwa fekunditas total ialah jumlah telur yang dihasilkan dalam ikan selama hidup. Fekunditas relative adalah jumlah telur per satuan berat atau panjang. Ikan-ikan yang tuda dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relative lebih kecil.Umumnya fekunditas relative lebih tinggi disbanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relative akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky). Menurut Bagenal (1967), untuk ikan-ikan tropic dan sub-tropik, definisi fekunditas yang paling cocok mengingat kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata-rata masa hidupnya. Parameter ini sesuai dengan studi populasi dan dapat ditentukan karena kematangan tiap-tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistic kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik.

Secara sederhana fekuinditas dapat diartikan oleh jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan. Terdapat beberapa jenis fekuinditas diantaranya : Fekuinditas individu adalah jumlah telur yang dikeluarkan dari generasi tahun itu dan akan dikeluarkan pada tahun itu pula. Fekuindita relatif adalah jumlah telur per atuan panjang dan berat. Fekuinditas total adalah jumlah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya.

Fekuinditas secara langsung dapat memberi penaksiran jumlah anak ikan yang akan dihasilkan dan kan menentukan jumlah ikan dalam suatu kelas umur. Fekuinditas merupakan suatu subyek yang dapat menyesuaikan terhadap beberapa macam kondisi terutama respon terhadap makanan. Jumlah telur yang dikeluarkan merupakan suatu mata rantai penghubung antara satu generasi dengan generasi berikutnya.

Metode Penghitungan Fekuinditas Dalam menghitung fekuinditas dikenal dua metode, yaitu a. Metode Numerik, metode sensus dengan menghitung semua jumlah telur yang ada pada gonad secara manual (satu per saru).

b. Metode Volumetrik, perhitungan sampel, caranya sebagai berikut : 1. Menghitung volume gonad keseluruhan (dapat dilakukan engan memasukannya pada gelas ukur berisi air, dan menghitung selisis volume awal air saja dan volume akhir, yaitu air dan gonad). (V) 2. Membagi kedua gonad dalam 3 bagian (anterior A, tengah T, dan posterior, P) 3. Menghitung volume ke-3 bagian gonad tersebut di setiap gonad (jadi ada 6 bagian). (seperti pada cara yang pertama). (v)

A A

4. Menghitung telur pada 6 bagian telur tersebut secara manual. (x) 5. Menghitung fekuinditas dengan memasukannya pada rumus. (X)
X V . x v

Penghitungan kedua metode diharapkan memberi hasil yang mendekati.

2.6 kebiasaan makan dan cara makan ikan Food habits yaitu kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan ikan. Kebiasaan makan ikan (food habits) dan kebiasaan cara memakan (feeding habits) secara alami bergantung pada lingkungan tempat ikan hidup. Besarnya populasi ikan dalam suatu perairan yaitu ditentukan oleh makanan yang tersedia.

Food habits Pengelompokan ikan Berdasarkan makanan, ada ikan Pemakan plankton, Pemakan tanaman, Pemakan dasar, Pemakan detritus, Ikan buas dan Ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic yaitu ikan pemakan makan yang macamnya sedikit dan monophagic yaitu ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja. Berdasarkan tempat atau lokasi makan ikan dapat dibagi menjadi : Pemakan di dasar perairan, Pemakan di lapisan tengah, Pemakan di permukaan, Pemakan penempel. Berdasarkan waktu makan: Siang hari (diurnal), Malam hari (noktural).

Feeding habits Feeding habits berhubungan dengan fungsional morfologi tubuh ikan, seperti tengkorak, rahang dan alat pencernaan. Contoh : Panjang usus herbivora > usus karnivora Adaptasi akibat kebiasaan makan dibagi menjadi 4, yaitu: Gigi cardifornis, Gigi canine, Gigi molariformis, Gigi pharynk. Adaptasi terhadap tipe mulut dibagi menjadi 4, yaitu: inferior (di bawah kepala), Terminal (di ujung depan kepala), Superior (di bagian atas).

BAB III PROSEDUR KERJA

3.1 alat dan Bahan 3.1.1 Alat 1. Penggaris 2. Gunting 3. Petri disk 4. Wadah plastic 5. Pisau bedah 6. Tusukan 7. Mikroskop, untuk mengamati 8. Pipet 9. Pinset 10. Objek Glass 3.1.2 Bahan 1. Ikan mas 2. Air 3.2 Cara Kerja A. Relasi panjang dan Berat Mengukur panjang total ikan (TL) dari ujung anterior mulut sampai ujung posterior ekor Mengukur panjang standar (SL) dari ujung anterior mulut sampai pangkal ekor. Menimbang berat ikan di timbangan digital

B. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Membedah ikan dengan alat bedah secara hati-hati. Membedah dilakukan dari lubang anus mengarah vertical ke arah dorsal lalu secara horizontal ke arah kepala dan secara vertical ke arah ventral. Mengamati lalu mengambil bagian gonadnya dan mencocokan dengan literature yang telah disediakan untuk mengetahui tingkat kematangan gonad ikan. C. Indeks Kematangan Gonad

Menimbang berat ikan tanpa organ-organ dalamnya (berat kosong) Menimbang berat gonad ikan menggunakan timbangan digital Menghitung IKG dengan menggunakan rumus: IKG = Berat Gonad Ikan Berat Tubuh Ikan X 100%

D. Fekunditas Jika ikan tersebut berjenis kelamin betina, maka kita dapat menghitung fekunditasnya dengan salah satu metode yang dapat digunakan. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode volumetric dengan prosedur kerja: Mengisi gelas ukur dengan air secukupnya. Catat volume air tersebut (volume awal) Memasukkan seluruh gonad pada gelas ukur tersebut. Catat volumenya (volume akhir) Mengurangkan antara volume akgir dengan volume awal sehingga mendapatkan V Membagi gonad menjadi 5 bagian secara vertical Mengambil bagian anterior, tengah dan posterior dari gonad tersebut sebagai sampel Melakukan seperti pada langkah 1, 2, dan 3 sehingga didapatkan v Menghitung jumlah telur sampel Menghitung fekunditasnya dengan menggunakan rumus:
X V . x v

E. Food and Feeding Habits Mengerok seluruh isi usus ke cawan petri Mengencerkan isi usus tersebut menggunakan air Mengambil cairan tersebut dengan menggunakan pipet beberapa tetes ke objek glass Mengamati dibawah mikroskop Mengidentifikasi dan mencatat apa saja yang ada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil A. data kelompok Relasi panjang berat Berat tubuh ikan Panjang total tubuh ikan Panjang standar tubuh ikan = 131 gr = 190 mm = 140 mm

Tingkat kematangan gonad (TKG) Perkembangan I yaitu Testes dan ovarium bentuknya bulat telur, berwarna kemerah-merahan dengan pembuluh kapiler. Gonad mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah, telur dapat terlihat seperti serbuk putih. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Berat gonad = 3 gr IKG = Berat Gonad Ikan Tubuh Ikan = = 2, 29 % Fekunditas Perhitungan fekunditas dapat dilakukan apabila ikan mas yang diteliti berjenis kelamin betina, namun ikan mas yang kami teliti adalah ikan jantan sehingga kami tidak melakukan perhitungan fekunditas Feed and Feeding Habits Setelah dilakukan ekstraksi kandungan dalam usus dan dilakukan X 100%

pengamatandengan mikroskop, ternyata didalam usus ikan mas tersebut terdapat organisme Fitoplankton 75%, Zooplankton 10%, Tumbuhan 5% dan detritus 10%. Dengan melihat data tersebut dapat kami simpulkan bahwa ikan mas yang kami teliti termsuk ke dalam jenis ikan Omnivora. B. Hasil dan Pembahasan

Tabel data kelas


Metoda Korelasi Panjang Berat Log a =
( ( ) ) ( )

Log b=

Log w = Log a + Log b x Log L

No. Ikan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

L 138 137 145 155 130 150 146 140 180 155 150 129 160 136 160 165 130 163 157 183 140 155 150 155 155 160 150 170

Log L 2.14 2.14 2.16 2.19 2.11 2.18 2.16 2.15 2.26 2.19 2.18 2.11 2.20 2.13 2.20 2.22 2.11 2.21 2.20 2.26 2.15 2.19 2.18 2.19 2.19 2.20 2.18 2.23

W 95 80 110 120 93 150 93 105 150 130 120 100 112 100 110 144 95 161 121 135 131 111 146 131 183 127 124 161

Log W 1.98 1.90 2.04 2.08 1.97 2.18 1.97 2.02 2.18 2.11 2.08 2.00 2.05 2.00 2.04 2.16 1.98 2.21 2.08 2.13 2.12 2.05 2.16 2.12 2.26 2.10 2.09 2.21

Log L . Log W 4.23 4.07 4.41 4.55 4.16 4.74 4.26 4.34 4.91 4.63 4.52 4.22 4.52 4.27 4.50 4.79 4.18 4.88 4.57 4.82 4.54 4.48 4.71 4.64 4.96 4.64 4.56 4.92

(Log L) 4.58 4.57 4.67 4.80 4.47 4.74 4.68 4.61 5.09 4.80 4.74 4.45 4.86 4.55 4.86 4.92 4.47 4.89 4.82 5.12 4.61 4.80 4.74 4.80 4.80 4.86 4.74 4.97

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

155 122 120 123 125 140 150 150 125 125 150 105

2.19 2.09 2.08 2.09 2.10 2.15 2.18 2.18 2.10 2.10 2.18 2.02

148 123 146 108 128 155 128 107 138 106 155 128

2.17 2.09 2.16 2.03 2.11 2.19 2.11 2.03 2.14 2.03 2.19 2.11

4.75 4.36 4.50 4.25 4.42 4.70 4.59 4.42 4.49 4.25 4.77 4.26

4.80 4.35 4.32 4.37 4.40 4.61 4.74 4.74 4.40 4.40 4.74 4.09

Log L Log w (Log L. Log w) (Log L)2 Log a = Rata-rata ikan jantan = = = 72,5% Rata-rata ikan betina = = = 27,5% Rata-rata TKG jantan: Perkembangan I = = 13,8% Perkembangan II =

= 86,44 = 83,62 = 180,75 = 186,90

= 34,5% Matang siap mijah = = 27,6%

Belia

= = 3,4%

Setengah terpijah = = 10,3%

Berentang = = 10,3%

Rata-rata TKG betina: Perkembangan I = = 27,3% Perkembangan II = = 9,1% Dara = = 54,5% Dara berkembang = = 9,1% IKG : Betina Jantan = 1,08% s.d 20% = 2% s.d 15,8%

Fekunditas Tidak ada, karena dalam populasi tidak ditemukan ikan betina yang siap pijah Diameter telur tidak ada, karena tidak ada telur yang teridentifikasi

pembahasan
analisis data

BAB V KESIMPULAN

You might also like