You are on page 1of 19

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah Masalah perebutan/klaim suatu kepulauan oleh beberapa negara memang menjadi masalah yang rumit. Klaim suatu negara terhadap suatu wilayah negara lain sering kali menimbulkan konflik yang berujung pada memburuknya hubungan antara negara yang samasama memiliki klaim atas wilayah yang sama. Seperi yang dialami oleh Jepang dan Korea Selatan atas klaim kepulauan Dokdo atau Takeshima. Dokdo adalah pulau yang terletak kirakira di pertengahan antara Semenanjung Korea dan kepulauan Jepang (pada 37 14 26,8 N dan 131 52 10,4 E). Sebenarnya, Dokdo bukan satu pulau tapi merupakan gugusan pulau. Doko terdiri dari dua pulau utama, Dongdo (Pulau Timur) and Seodo (Pulau Barat), yang sekitar 89 batu-batu yang lebih kecil tersebar. Pulau Barat berukuran lebih besar dengan dasar yang lebih lebar dan puncaknya lebih tinggi, namun daratan Pulau Timur lebih dapat diakses. Keunikan alam Pulau Barat adalah pantainya yang memiliki banyak gua. Pulau Timur memiliki sebuah kawah serta 2 buah gua besar yang dapat diakses melalui laut. Kawasan Dongdo adalah 73297m , dan Seodo memiliki luas 88639m . Total luas kawasan Dokdo adalah 187.453 m. Dokdo memiliki ekosistem yang unik. Memproduksi sejumlah kecil air tawar, para permukaan gunung berapi, sebagian ditutupi dengan tanah dan tipis lumut, menjadi habitat tentang 70-80 jenis tanaman, 22 jenis burung, dan 37 jenis serangga dan dapat dikatakan bahwa pulau Dokdo ini memiliki kekayaan alam yang melimpah dan belum terusik. Pulau sekitarnya, dimana dingin dan hangat memenuhi arus laut, juga merupakan tempat komunitas berbagai macam organisme laut, termasuk anjing laut dan sebanyak 100 jenis ikan. Jepang menganeksasi semenanjung Korea dikarenakan kebutuhan

Jepang akan sumber daya Korea dan keinginan untuk membangun imperium Jepang yang lebih luas. Pada awalnya hubungan Jepang dan Korea berdasarkan pada hubungan dagang/ekonomi. Hingga terjadilah perang antara Korea dan Jepang pada masa itu, pada akirnya Jepang mulai menguasai Korea. Korea menandatangani perjanjian pendudukan dengan Jepang pada 22 Agustus 1910.1 Berdasarkan hal tersebut, secara otomatis Korea dalam kendali penuh Jepang. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, secara otomatis wilayah yang dulu menjadi wilayah jajahan Jepang dikembalikan kepada negara/wilayah yang berkuasa sebelumnya. Hal ini tertuang dalam perjanjian damai Jepang atau yang lebih dikenal dengan perjanjian San Francisco tanggal 8 September 1951, yang di dalamnya memuat pasal-pasal yang menunjukkan tanggung jawab Jepang sebagai negara yang harus menanggung beban biaya yang ditimbulkan selama masa penjajahan. Oleh sebab itu Korea meminta jepang juga mengembalikan wilayah kepulauan Dokdo. Padahal di dalam perjanjian yang di sepakati oleh Jepang tadi tidak menerakan bahwa Jepang harus memberikan kepulauan Dokdo tersebut. Hingga pada tahun 2008 Jepang mulai kembali ricuh dengan Korea Selatan. Hingga saat ini konflik perbatasan ini masih belum terselesaikan. Hingga pada akirnya banyak timbul keributan, demonstrasi dan klaim antar dua negara tersebut. Hal ini lah yang menjadikan kasus ini baik untuk di kaji lebih dalam lagi mengingat terdapat unsur daripelanggaran hukum laut internasional. Dengan melihat bukti bahwa kedua negara tersebut memiliki alasan dan bukti yang kuat atas klim yang mereka ajukan. 2. Tujuan Sebagaimana yang telah di jelaskan diatas dengan melihat kasus yang terjadi anatar kedua negara tersebut, pembuatan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana

Yang Seung Yoon & Nur Aini Setiawati, Sejarah Korea Sejak awal abad hingga masa kontemporer. Hal 137
1.

terjadinya konflik ini serta sedikit menjelaskan sejarah pulau yang menjadi rebutan oleh Jepang dan Korea Selatan ini. Serta untuk menjelaskan bahwa sangat dibutuhkan sekali kejelasan atas suatu batas wilayah, mengingat bahwa kebanyakan negara negara di dunia ini dikelilingi oleh laut yang luas. Banyak dari ketidak jelasan perbatasan wilayah ini memicu terjadinya konflik dan pertikaian antar negara. Karna sebuah wilayah akan menentukan perekonomian ,kehidupan dan faktor faktor sosial dan perkembangan sebuah negaranya. Melihat kasus ini pulau Dokdo atau Takeshima ( versi Jepang ) memiliki sumber daya alam yang meimpah dan sebagaian informasi mengatakan bahwa di kawasan tersebut terdapat sumber gas alam yang belum di jamah oleh manusia. Hal ini juga yang merupakan salah satu faktor kedua negara ini merebutkan pulau Takeshima. 3. Rumusan masalah Rumusan masalah dari makalah yang saya buat ini adalah : - Menjelaskan sedikit kasus persengketaan pulau Dokdo ( Takeshima ) antara Jepang dan Korea Selatan. - Kepentingan kedua negara terhadap pulau Dokdo - Bentuk pelanggaran hukum laut dari kasus Dokdo Island - Mencari solusi terhadap kasus Dokdo Island. 4. Kerangka teoritis dan konseptual Teori yang dipergunakan untuk menganalisis sengketa Teriorial Jepang Korea Selatan atas kepemilikan kepulauan Dokdo atau Takeshima adalah teori persepsi ,konsep kepentingan nasional dan Pespektif historis. Dalam pengertian bebas persepsi diartikan sebagai cara pandang seseorang memandang orang lain yang didasarkan oleh pengetahuan dan informasi serta fakta fakta yang dimiliki seseorang. Persepsi diberikan pada tempat yang penting dalam pengambilan keputusan. Hal ini

dikarenakan persepsi memandu untuk bertindak tanpa menghiraukan apakah persepsi itu benar atau salah, tindakan tindakan yang kita ambil berdasarkan pada persepsi kita. Terdapat tiga komponen dalam persepsi, yaitu nilai, keyakinan dan pengetahuan. Nilai, merupakan preferensi terhadap pernyataan realitas tertentu dibandingkan realitas lainnya. Keyakinan, adalah sikap bahwa suatu deskripsi realitas adalah benar terbukti. Dan pengetahuan, adalah bersumber dari data atau informasi yang diterima dari lingkungan. Menurut Kenneth Boulding, sebenarnya kita bereaksi terhadap citra kita tentang dunia. Sedangkan dunia nyata dan persepsi kita tentang dunia nyata itu mungkin berbeda. Bruce Russet dan Harvey Starr menjelaskan bagaimana citra seseorang mempengaruhi persepsinya tentang dunia disekitarnya. Sedangkan menurut konsep kepentingan nasional, menurut Jack C. Plano dan Roy Olton: Tujuan mendasar serta faktor yang sangat menentukan yang memandu para pembuat keputusan dalam merumuskan politik luar negeri, itu adalah kepentingan nasional. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum tetapi merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat vital bagi: negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan militer dan kesejahteraan ekonomi. Tulisan ini memakai konsep kepentingan nasional untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan ataupun menganjurkan perilaku internasional suatu negara. Setiap negara akan berusaha untuk mencapai apa yang dianggap sebagai kepentingan-kepentingan yang harus diwujudkan, baik secara kerjasama maupun paksaan. 5. Metode pengumpulan data Dalam makalah ini mode pengumpulan datannya adalah dengan mencari data atau informasi melalui media media informasi dan elektronik ( internet ), sumber buku serta jurnal jurnal yang membahas kasus persengketaan kepulauan Dokdo ini.

Dengan mengumpulkan bahan dan menganalisa semua sumber yang ada sehingga dapat membantu pembuatan makalah ini.

BAB II PEMBAHASAN

1. Awal persengketaan Kepulauan Dokdo ( Takeshima ) Kepulauan Dokdo sampai sekarang adalah sumber sengketa antara Republik Korea dan Jepang. Menteri Luar Negeri Jepang pada tahun 2005 bersikukuh mengklaim Dokdo dengan menjadikan tanggal 22 Februari sebagai Hari Takeshima. Pernyataan ini menimbulkan penolakan dan protes keras dari pihak Korea Selatan, sehingga hubungan Tokyo Seoul ( Korea Selatan ) sempat memburuk. Kedua negara mengklaim telah memiliki Kepulauan Dokdo sejak ratusan tahun yang lalu berdasarkan data-data dan dokumen sejarah masingmasing. Korea Selatan mengaku telah menguasai Dokdo sejak zaman Silla di bawah pemerintahan Raja Jijeung pada tahun 512 M dan menganggap bahwa Jepang baru mengklaim kepulauan itu sejak mereka menjajah Korea pada tahun 1910. Upaya Korea Selatan untuk mempertahankan klaimnya atas Dokdo didukung oleh pihak Korea Utara. Kepulauan Dokdo pada dasarnya merupakan sebuah gugusan pulau. Doko terdiri dari dua pulau utama, Dongdo (Pulau Timur) and Seodo (Pulau Barat), yang sekitar 89 batubatu yang lebih kecil tersebar. Keunikan alam Pulau Barat adalah pantainya yang memiliki banyak gua. Pulau Timur memiliki sebuah kawah serta 2 buah gua besar yang dapat diakses melalui laut. Kawasan Dokdo memiliki luas sebesar 187.453 m. Dokdo memiliki ekosistem yang unik. Memproduksi sejumlah kecil air tawar, para permukaan gunung berapi, sebagian ditutupi dengan tanah dan tipis lumut, menjadi habitat tentang 70-80 jenis tanaman, 22 jenis burung, dan 37 jenis serangga dan dapat dikatakan bahwa pulau Dokdo ini memiliki kekayaan alam yang melimpah dan belum terusik. Konon disana terdapat cadangan minyak dan gas yang besar dan mineral yang kaya. Oleh sebab itu lah kasus dokdo ini semakin meruncing. Karna 6

bagaimana pun kekayaan alam tersebut merupakan aset bagi negaranya. Sebelumnya, seperti yang saya telah singgung diatas tadi bahwa dahulunya antara Korea dan Jepang pernah terjadi pendudukan wilayah. Wilayah Korea menjadi daerah jajahan Jepang. Dimana pada masa itu Korea membuat sebuah kesepakatan, dimana Korea mutlak dalam kendali Jepang. Segala urusan diplomatik dan pemerintahan dibawah kekuasaan Jepang dan Korea menjamin untuk memberikan wilayahnya kepada Jepang jika dibutuhkan untuk kebutuhan perang Jepang.2 Jepang menggunakan wilayah Ullengdo dan Dokdo sebagai pusat komunikasi ketika Jepang berkonflik dengan Rusia. Wilayah Semenanjung Korea meliputi wilayah yang berada dalam territorial Korea Utara maupun Selatan. Wilayah Korea Selatan memiliki pulau terluar yaitu Ullengdo dan Dokdo. Pulau Dokdo merupakan kumpulan batu karang yang didalamnya termasuk dua karang besar yaitu Dongdo (timur) dan Seodo (barat) ditambah dengan beberapa karang kecil yang berjumlah kurang lebih 30 buah. Setelah Jepang menyerah kepada sekutu, secara otomatis wilayah yang dulu menjadi wilayah jajahan Jepang dikembalikan kepada negara/wilayah yang berkuasa sebelumnya. Hal ini tertuang dalam perjanjian damai Jepang atau yang lebih dikenal dengan perjanjian San Francisco tanggal 8 September 1951, yang di dalamnya memuat pasalpasal yang menunjukkan tanggung jawab Jepang sebagai negara yang harus menanggung beban biaya yang ditimbulkan selama masa penjajahan. Dalam perjanjian San Francisco juga tertuang pasal tentang wilayah yang harus dikembalikan kepada negara asal. Namun wilayah Dokdo merupakan wilayah yang dipersengketakan oleh Korea Selatan atas kepemilikannya.

2.

Ibid hal 138.

Berdasarkan pada perjanjian San Francisco, Kepulauan Dokdo tidak termasuk kedalam wilayah yang harus dikembalikan oleh Jepang.3 Pada pasal 2 perjanjian San Francisco hanya dibicarakan pengembalian wilayah pulau Formosa, Pescadores, Kuril dan Senkaku. Hal ini dapat diartikan sebagai legalitas Jepang untuk memilki pulau itu. Dengan asumsi bahwa Kepulauan Dokdo merupakan daerah tak bertuan (terra nullius), Jepang memasukkan wilayah Dokdo kedalam kedaulatannya melalui prefektur shimane pada tanggal 22 februari 1905 dalam keputusan dewan prefektur Shimane No 40. Secara historis, Kepulauan Takeshima ( Dokdo ) merupakan wilayah kedaulatan Jepang, hal ini dibuktikan dengan telah masuknya Takeshima dalam kedaulatan Jepang sejak masa Edo sekitar tahun 1603-1868. Pada tahun 1618 warga Jepang sudah memulai perburuan singa laut dan pemanfaatan kayu serta bambu di wilayah Ullengdo dan Dokdo, hal ini dapat dikategorikan sebagai efektifitas atas pulau Dokdo oleh Jepang. Sehingga menurut hukum internasional Jepang merupakan pemilik yang sah pulau Dokdo. Pada tahun 2008, Jepang kembali mempertegas klaimnya terhadap pulau tersebut yaitu dengan memasukkan kepulauan Dokdo ke dalam buku pendidikan sekolah menengah Jepang. Selain itu tujuan Jepang adalah untuk menegaskan bahwa Jepang merupakan pemilik legalitas atas pulau Takeshima, bukan Korea Selatan atau negara manapun. Oleh sebab ini lah Korea Selatan juga melakukan klaim atas kepemilikan pulau Takeshima atau Dokdo kepada Jepang hingga akirnya memicu terjadinya konflik antar kedua negara tersebut. Korea Selatan menganggap pulau tersebut merupakan bagian dari wilayahnya. Pada dasarnya konflik yng terjadi ini memiliki motif yang tidak lain adalah faktor ekonomi. Melihat sumber daya alam yang ada di kawasan tersebut keinginan untuk memiliki aset yang berlimpah ini pun berakir dengan konflik anatr negara. Sehingga dampak yang di

3.

World Radio Komite namanama Geografis Amerika Serikat 2008 07 29

timbulkan oleh konflik ini adalah terputusnya hubungan kerjasama antara Jepang dan Korea Selatan ( kususnya ) dan pada aktivitas kebudayaan, serta berdampak pula pada pelaksanaan konsep kerjasama diantara kedua negara dalam menghadapi era globalisasi terutama dalam menghadapi perdagangan bebas.

2. Bukti dan Fakta Sejarah Dokdo Island ( Takeshima ) Dengan memberikan bukti dan fakta yang jelas tentang keberadaan pulau Dokto ini maka kita dapat melihat klaim atas Pulau Dokdo merupakan miliki Korea selatan atau Jepang. Korea Selatan mengumpulkan fakta-fakta dan bukti sejarah yang sahih. seperti, ketentuan dan izin yang harus dicari para nelayan Jepang. Jepang, misalnya, sembari mengakui Dokdo adalah wilayah maritim Laut Timur Korea dan atas nama Masyarakat Naga Hitam-alat kekuasaan Jepang (Kokuryukai) pada awal abad ke-20 menyelidiki perairan pantai Semenanjung Korea. Riset pertama rampung dalam 72 hari (27 Juni-6 September 1900) mulai Busan hingga Sungai Tumen. Riset kedua 54 hari (18 Oktober - 10 Desember 1900) meliputi Pantai Busan, Mokpo dan Pulau Jejudo. Hasil penelitian Jepang dibukukan dengan judul: Kankai Tsuryo Sishin -Fishing Manual for the Sea of Korea. Naskah itu menyebut Dokdo: Pulau Yanko dan menurut para nelayan Jepang teisap dalam Provinsi Gangwon-do-Korea. Kata pendahuluan buku itu ditulis oleh Direktur Biro Perikanan Kementerian Pertanian dan Perdagangan Jepang Naomana Maki dan Sadamu Narita, Ketua Asosiasi Nelayan Jepang di Laut Korea. Ini bukti Jepang mengakui Pulau Dokdo adalah teritori Korea.

Menurut dokumen tahun 1696: Genrokuhinoene Chosenbunechakugan itkenooboekaki bab Memorandum Perahu Korea yang berlabuh di Pelabuhan pada Tahun ke-9 Genroku, An Yong-bok memiliki peta Joseon. Peta kuno itu menyebut Ullengdo dan Dokdo adalah wilayah Provinsi Gangwon-do. Catatan An Yong-bok yang dibawa tahun 1696 itu jelas menyebutkan Dokdo wilayah Korea. Jadi, Jepang resmi mengakui Dokdo (dan Ullengdo) adalah teritori Provinsi Korea-Gangwon-do. Korea mencatat pada 28 Maret 1906, sejumlah pejabat Prefektur Shimane pimpinan Yoshitaro Jinzai mengatakan kepada Bupati Ullengdo Shim Heung-taek, bahwa Jepang menggabungkan Dokdo ke Prefektur-Provinsi Shimane. Shim Heung-taek lalu menghubungi Gubernur Gangwon-do bahwa "Para pejabat Jepang yang menginspeksi Dokdo-kawasan Ullengdo, menggabungkannya ke Prefektur Shimane. Susbstansinya adalah "pencaplokan Prefektur Shimane atas Dokdo", dengan memberitahukannya kepada pejabat Korea- Ullengdo Shim Heung-taek. Kepemilikan Korea juga tercatat saat nelayan Yozaburo Nakai meminta izin menangkap singa laut dan ikan ke Dokdo. Permintaan izin itu dicatat Dainippon SuisankaihoJapan Fisheries Bulletin 25 Juli 1893. Para nelayan Jepang melihat perairan Korea kaya sumber laut. Pada era Imperium Meiji Jepang mempromosikan perluasan maritim dengan memberlakukan UU Perikanan Laut Dalam tahun 1898 dan UU Koperasi Perikanan di Perairan Asing tahun 1902. Buletin Asosiasi Perikanan Jepang 15 Maret 1895 menyebutkan: Penangkapan di Joseon-Korea mutlak, karena Jepang meraup untung besar. Dalam klaimnya, Jepang berargumen Dokdo tidak tampak dari Ullengdo, sehingga pulau itu "termasuk kawasan Shimane". Padahal, dari ketinggian Ullengdo Dokdo di tenggara jelas terlihat, karena jaraknya 30 ri (sekitar 87 kilo meter).

10

Menurut catatan sejarah, jelas Korea selatan berhak atas Dokdo (dan Ullengdo). Berdasarkan sejarah kolonialisme Jepang atas Korea, Tokyo merasa masih berhak atas pulau karang itu. Seharusnya Jepang tidak melakukannya. Konflik kedua raksasa ekonomi Asia Timur ini harus segera diatasi. Semoga tekad menguasai Jepang itu bukan karena Dokdo punya deposit mineral dan kaya hasil laut. 3. Kepentingan Korea Selatan Jepang di Dokdo Island Kepentingan apa yang menyebabkan negara negara ini mau ber saing dan bahkan memutuskan hubungan kerjasama diantara keduanya ? Jawabannya adalah kepentingan ekonomi. Apa lagi kalau bukan ekonomi. Kemakmuran sebuah negara itu juga di tunjang oleh sektor ekonominya ,termasuk juga politik dan kekuatan sebuah negara tersebut pasti di dorong oleh sektor ekonominya. Hal ini lah yang mendoorong sebuah negara untuk tetap mempertahankan wilayahnya jika terjadi pencaplokan atau pengklaiman dari pihak lain. Apapun akan di lakukan untuk mendapatkan hak negara tersebut. Hal ini lah yang juga terjadi antara Korea Selatan dan Jepang. Meski pun pada penjelasan sebelumnya telah di temkukan bahwa yang memiliki kepulauan dokdo ini sepenuhnya adalah Korea selatan tetapi Jepang tetap mengakui kalau itu juga milikinya. Kenapa hal ini terjadi ? Karna di pulau Dokdo ini terdapat sumber daya alam yang melimpah , yaiu gas alam dan SDA laut lainnya. Setiap negara berusaha meningkatkan dan mencapai kesejahteraan rakyatnya. Maka makna kepentingan ekonomi merupakan faktor penting dalam tujuannya tersebut. Seperti Korea Selatan sendiri pun, posisi geo politik dan geo ekonomi merupakan sumber atau raw materials. Jika salah satu negara tidak mempunyainya, maka negara itu akan mengalami kesulitan untuk membangun negaranya. Korea Selatan merupakan salah satu negara yang minim akan sumber daya alam, walaupun wilayah Korsel tergolong cukup luas namun negara tersebut tidak memiliki sumber 11

daya alam yang dapat diandalkan. Kebutuhan industri Korea Selatan tergantung pada pasokan sumber daya alam dari negara lain. Perkembangan industri Korea Selatan yang dimulai pasca krisis menimpa negara tersebut tahun 1997 dinilai sangat pesat. Korea Selatan membuka lebarlebar pasar domestiknya dan melaksanakan kebijakan ekspor besar-besaran. Sehingga laju perekonomian Korea Selatan tergantung pada sector industri. Mengingat tingginya pertumbuhan industri di Korea Selatan maka kebutuhan akan sumber daya alam itu sendiri meningkat. Sumber daya alam yang dibutuhkan Korea Selatan berupa mineral seperti minyak dan gas. Korea Selatan merupakan negara kedua konsumen gas terbesar di dunia, setelah China. Ketergantungan Korea Selatan akan impor gas akan sedikit terkurangi jika Kepulauan Dokdo berhasil dipertahankan Korea Selatan. Kepulauan Dokdo disinyalir mengandung sumber gas hydrat. Potensi gas yang ada di kepulauan Dokdo diketahui sama dengan jumlah impor gas Korea Selatan selama 30 tahun. Selain potensi gas, Kepulauan Dokdo juga menyimpan kekayaan alam berupa hasil laut yang melimpah. Kekayaan biota laut dapat dimanfaatkan Korea Selatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Korea Selatan yang begitu tinggi. Disamping untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya, hasil laut dapat juga dimanfaatkan untuk mensejahterakan rakyatnya. Karena masyarakat khususnya nelayan dapat memanfaatkannya menjadi mata pencaharian. Potensi pariwisata juga dapat menjadi andalan Kepulauan Dokdo untuk membangun perekonomian Korea Selatan. 4. Pelanggaran hukum laut internasional terhadap Dokdo Island Hukum laut intenasional merupakan sebuah hukum atau aturan yang mengatur berlansungnya kegiatan, batas wilayah laut dan hal hal yang terkait dengan laut sebuah negara. Dan bagaimana hubungan perrbatasan laut sebuah negara dengan negara lain. Di dalam peta dapat dilihat bahwa jarak Pulau Dokdo dengan batas terluar Korea Selatan maupun Jepang

12

sangatlah dekat, oleh karena itulah kedua negara tersebut tetap bersengketa. Dapat dilihat bahwa jarak Pulau Dokdo dengan garis batas terluar Korea Selatan adalah 133,6 mil dan dengan garis batas terluar Jepang adalah 152,2 mil. Sesuai dengan Hukum Laut 1982 di atas, yaitu batas ZEE sampai dengan 200 mil, Pulau Dokdo sangat memenuhi kriteria ZEE bagi Korea Selatan maupun Jepang. Persengketaan ini merupakan ketidak sepakatan salah satu pihak mengenai sebuah fakta, hukum ataupun kebijakan yang kemudian di banta oleh pihak lain atau adanya masalah hukum / fakta/ konflik mengenai penafsiran kepentingan bangsa yang berbeda. Dalam persengketaan Jepang dan Korea Selatan ini dapat di artikan sebagai pelanggaran dari batas wilayah yang telah di tentukan. Sebagai mana yang telah di sebutkan di dalam hukum laut internasional ( UNCLOS ) 82. Adapun faktor yang memicu terjadinya persengketaan ini sesuai UNCLOS 82 adalah salah satunnya Ketidak sepahaman mengenai garis perbatasan antar negarayang belum terselesaikan. Hal ini lah yang terjadi pada Korea Selatan dan Jepang. Telah jelas kedua negra ini melanggar hukum laut internasional yang telah di sepakati. Hingga kini kasus kepulauan Dokdo ini masih belum menemui titik penyelesaian. Kedua negara terlihat meredam konflik ini. Hal ini dapat dilihat dari Pertemuan Regional Forum ASEAN Juli 2008 di Singapura, Seoul menolak berunding dengan jepang, karena Tokyo memperbarui klaimnya atas Dokdo. Bahkan Seoul sempat memanggil pulang Dubesnya Kwon Chul-hyun. 5. Penyelesaian kasus Dokdo Island Kasus perebutan Dokdo Island ini telah dicoba untuk diselesaikan dengan berbagai cara. Namun kata sepakat hingga saat ini belum juga menemui hasil akhir. Dokdo Island memiliki sejuta kekayaan alam yang membuat setiap negara ingin untuk memilikinya. Dalam kasus ini

13

tidak hanya Jepang dan Korea Selatan saja yang memperebutkannya tetapi juga China dan Rusia. Namun dari banyak kasus yang terlihat kepermukaan adalah antara Jepang dan Korea Selatan. Berbagai bukti telah di berikan untuk menguatkan bahwa kepulauan itu miliki masing masing negara yang bertikai. Sehingga menimbulkan kerancuan dalam menyelesaikan kasus ini. Dalam kasus antara Jepang dan Korea Selatan berbagai cara dan solusi telah di tempuh untuk menemukan hasil akir dari kasus ini. Mulai dari penyelesaian secara diplomasi hingga dibantu oleh pihak ketiga (negara negara ASEAN) dalam membantu penyelesaian ini namun hingga saat ini pertikaian ini masih belum juga selesai. Walaupun kedua negara sepakat untuk berdamai dan saling berjabat tangan tetapi kasus ini masih juga timbul ke permukaan. Mereka mengaku akan tetap meredam kasus tentang perebutan kepulauan Dokdo Takeshima.

14

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN Masalah ketidakjelasan batas-batas negara dan status suatu wilayah merupakan bagian permasalahan sengketa diantara negara-negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan berbatasan. Seperti halnya negara-negara di kawasan Asia Timur yang mengalami konflik persengketaan mengenai ketentuan batas-batas teritorial dan status akan pulau-pulau yang berada di Semenanjung Korea Khususnya. Sengketa Pulau Dokdo/Takeshima antara Korea Selatan dan Jepang terjadi pada tahun 1905 dan masih belum terselesaikan hingga saat ini. Permasalahan ini diawali dengan status kedaulatan pulau dokdo yang terletak di Semenanjung Korea dan diakui kedaulatannya dibawah kekuasaan teritorial Korea di bawah kepemimpinan Dinasti Shilla pada 512 M, namun sejak tahun 1905-1945 Jepang mulai melakukan imperialisasi atas wilayah Korea dan seluruh daerah Semenanjung Korea yang berdampak pada diakuinya pulau dokdo sebagai pulau takeshima berada di bawah yuridiksi Dewan Prefektur Shimane sejak tahun 1905. Hal ini dinilai dapat mempengaruhi pola Hubungan Bilateral diantara Korea Selatan dan Jepang khususnya dalam aspek hubungan diplomatis antar kedua negara yang berdampak pada beberapa sektor seperti kegiatan perdagangan, aktivitas kebudayaan, dan berdampak pula pada pelaksanaan konsep kerjasama diantara kedua negara dalam menghadapi era globalisasi terutama dalam menghadapi perdagangan bebas. Kasus sengketa Pulau Dokdo/Takeshima antara Korea Selatan dan Jepang disikapi secara akomodatif pada pola hubungan bilateral antar kedua negara yang ditandai adanya jalur diplomasi untuk membantu tahapan normalisasi hubungan bilateral antara Korea Selatan dan Jepang. Kegunaan penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat berguna bagi pengembangan

15

Studi Hubungan Internasional dan secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi penggambaran akan sengketa pulau dokdo/takeshima dalam hal pembuatan kebijakan dari masing-masing negara guna mensikapi proses penyelesaian sengketa juga mendinamisasikan kembali pola hubungan bilateral diantara kedua negara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif Analitis dan Pespektif historis, dimana terdapat suatu penggambaran fenomena mengenai permasalahan sengketa pulau dokdo/takeshima yang juga ditinjau dari perspektif historis guna memperoleh penggambaran pada bentuk generalisasi permasalahan sengketa tersebut secara empirik yang menuju pada arah perkembangan status kedaulatan Pulau Dokdo/Takeshima di masa yang akan datang. Sengketa Pulau Dokdo/Takeshima memberikan pengaruh secara akomodatif dalam perspektif Hubungan Bilateral diantara Korea Selatan dan Jepang, yang ditandai dengan adanya peristiwa ketegangan hubungan diplomatis yang berdampak pada aspek perdagangan dan terganggunya aktivitas kebudayaan diantara kedua negara.

SARAN Dengan melihat dari Hukum Laut 1982. Seperti yang telah kita ketahui bahwa walaupun daerah ZEE, tapi status ZEE menurut Hukum Laut 1982 adalah Laut Lepas. Sehingga bagi negara pantai yang berdampimgan tidak mempunyai kedudukan yang sama dengan kedaulatan territorial, tetapi hak-hak berdaulat untuk tujuan tujuan eksplorasi, eksploitasi, pelestarian dan pengelolaan sumber-sumber kekayaan alam ZEE Sesuai dengan kasus Pulau Dokdo di atas. Pulau Dokdo adalah daerah ZEE, sehingga kedua negara tersebut, Jepang maupun Korea Selatan hendaknya tidak mempermasalahkan pulau yang hanya berukuran 190 m2. Dengan mengacu pada Hukum Laut 1982, solusinya adalah sebagai kawasan ZEE, kekayaan Pulau Dokdo dapat dinikmati oleh Jepang maupun Korea Selatan, jika :

16

Tidak boleh ada klaim kepemilikian Pulau Dokdo oleh kedua negara, karena sesuai dengan Hukum Laut 1982 bahwa ZEE adalah laut lepas;

Tidak diperkenankan mendirikan aliansi militer oleh kedua negara, dikhawatirkan akan memancing pengkhianatan dari salah satu pihak.

Referensi :

17

http://luar-negeri.kompasiana.com/2010/11/25/diplomasi%E2%80%9Cbuku-pelajaran%E2%80%9D-ala-korea-selatan/-12

http://perpika.wordpress.com/korea/ ^ History and Culture of Dokdo Islands ^ Seoul Protes Sengketa Pulau Dokdo ^ Media Korut Kecam Upaya Jepang Duduki Pulau Dok-do ^ BAEK In-ki, SHIM Mun-bo, Korea Maritime Institute. "A study of Distance between Ulleungdo and Dokdo and Ocean Currents ( ) Dec 2006,".

http://library.kmi.re.kr/w03_01e.asp? gs_DType=m&gs_DControlNo=52190. pp. 20-22: "Kawakami Kenzo presented a mathematical formula for calculating visible distance... with the highest elevation of Dokdo at 157 metres above sea level... supposing point of view at 4 metres above sea level (deck height on an common vessel being 2.5 metres and height of observer's eyes at 1.5 metres giving 4.0 metres), he obtained a visible distance of 30.305 nautical miles (56.124 km). Lee Han-key (1969), taking a more recent measurement of elevation of Dokdo ... at 174 metres above sea level, and elevation of Ulleung Is' Mt Seong'in at 985 metres above sea level, obtained a visible distance of 93.17 mil laut (172,55 km)... demonstrated that any observer, facing Dokdo from Ulleung Is at an elevation greater than 120 metres, can sight Dokdo." ( (; 1966) (, visible distance) ... ... 157m 4m( 2.5m 1.5m ) , 30.305 18

(56.124km) . 50 . (1969) ... 174m , ... 985m 93.17 ... 120 m .)

19

You might also like