Professional Documents
Culture Documents
Widianto (1981)
Kandungan air dalam zona perakatan (ST) tergantung dari : 1. Kandungan air pada kapasitas lapangan (STo), dan 2. Jumlah (kumulatif) defisit curah hujan (APWL), menurut perhitungan :
-APWL -STo
ST = STo * e
Evaporasi aktuan (AE) dihitung sebagai berikut : 1. Untuk bulan-bulan basah ( di mana P > PE) 2. Untuk bulan-bulan kering (di mana P < PE) AE = PE AE = PE - ST
Metode ini dapat digunakan untuk menghitung neraca air tanah dalam zona perakaran. Neraca air tanah adalah sebagai berikut : Pada bulan basah, di mana P > PE AE = PE dan ST 0, maka P = PE + S + ST Pada bulan kering, di mana P < PE AE < PE dan ST 0, maka P = AE + ST Kemudian, defisit atau kekurangan (D) dihitung : D = PE AE
2. Hitunglah P, PE dan (P-PE) tahunan. Jika (P-PE) > 0, maka terjadi surplus curah hujan ................. (P-PE) < 0, maka terjadi defisit curah hujan .................. 3. Surplus Curah Hujan Kebanyakan terdapat satu periode kering (musim kemarau) dan satu periode basah (musim penghujan), atau kadang-kadang dua periode kering dan dua periode basah. Pada akhir periode basah (bulan terakhir di mana P-PE > 0), tanah masih dalam keadaan jenuh, sehingga pada bulan berikutnya ST = STo. lanjutkan ke no. 3 lanjutkan ke no. 10
4. Segera setelah P-PE menjadi negatif (< 0), nilai ini selalu dijumlahkan. Jumlah defisit curah hujan ini selama n bulan kering yang berturutan adalah
APWL = - (P-PE)negatif
Apabila P-PE menjadi positif (> 0), seri ini menjadi terputus. Bilamana rangkaian bulan kering muncul kembali, maka seri baru harus dimulai lagi (langkah 16). 5. Kandungan air tanah dalam zona perakaran (ST) dapat dihitung dengan menggunakan rumus yang sudah dituliskan di atas rumus (1). 6. Jika perubahan kandungan air ST = ST2 ST1 > 0 menyebabkan kenaikan kandungan air tanah, sementara jika nilai ST < 0 zona perakaran menjadi lebih kering (pengeringan). 7. Pada bulan-bulan kering (P PE < 0) besarnya evapotranspirasi aktual (AE) adalah : AE = P ST ( di mana ST < 0), dan D = PE - AE 8. Pada bulan-bulan basah (P-PE > 0) : AE = PE dan ST = P PE, sampai kandungan air maksimum (STo) tercapai. Jika melebihi STo maka kandungan air = STo. Kelebihan ini (surplus) akan dibuang. Surplus ini adalah : S = (P PE) ST (S 0) 9. Untuk perhitungan tahunan : ST = 0 S D = P AE = PE AE
10. Defisit curah hujan : Jumlahkan semua nilai (P-PE) yang negatif = (P PE)negatif Jumlahkan semua nilai (P-PE) yang positif = (P PE)positif 11. Untuk : (P PE)positif < STo ................................................................ lanjutkan ke no. 12 (P PE)positif > STo ................................................................. lanjutkan ke no. 14 (P PE)positif = STo ................................................................. lanjutkan ke no. 15 12. Bila (P PE)positif < STo, tanah tidak akan pernah mengalami keadaan jenuh. Pada akhir musim basah, kandungan air dalam zona perakaran berada dalam tingkat maksimum (kemudian diberi simbol ST, di mana ST < STo), sementara pada akhir musim kering diberi simbol ST. Karena adanya musim penghujan, maka terjadilah pengisian air dalam zona perakaran, sehingga kandungan air tanah meningkat dari ST menjadi ST. Dalam hal ini kita dapat menentukan dua nilai APWL yang berhubungan dengan kedua nilai ST itu, yakni APWL dan APWL untuk berturut-turut ST dan ST, sehingga APWL APWL = (P PE)negatif ST ST = (P PE)positif
Pada akhir musim penghujan, perhitungan dimulai dengan nilai APWL dan ST demikian seterusnya. Sampai setelah bulan kering ke n APWL = APWL (P PE)negatif Segera setelah nilai (P-PE) menjadi positif, perhitungan tersebut di atas berhenti. Perhitungan dimulai lagi bila bulan kering tiba kembali. 13. Dari nilai APWL yang diperoleh dapat dihitung ST sesuai dengan langkah no. 5 dan seterusnya. 14. Bila (P PE)positif > STo, tanah akan mengalami keadaan jenuh, sehingga pada akhir musim basah akan tercapailah STo. Untuk ini perhitungan dapat dilakukan sebagaimana langkah no. 4 dan seterusnya.
15. Bila (P PE)positif = STo, keadaan jenuh mungkin tercapai atau mungkin juga tidak terjadi. Dengan usaha coba-coba, kita dapat menemukan pemecahannya (dengan berpedoman bahwa ST = 0). 16. Kadang-kadang pada musim kemarau terjadi juga bulan-bulan basah (hanya selingan), di mana (P-PE) > 0. Jika hal ini terjadi, maka nilai positif ini ditambahkan pada ST : Bila STo tercapai, terjadilah surplus ..................................................... lanjutkan ke no. 17 Bila STo tidak tercapai, tak terjadi surplus ........................................... lanjutkan ke no. 18 17. Bila STo tercapai pada selingan bulan-bulan basah, maka APWL pada bulan kering berikutnya dapat dihitung berdasarkan langkah no. 4 dan seterusnya. 18. Apabila STo tidak tercapai pada selingan bulan-bulan basah tersebut, tetapi mencapai ST* < STo, maka dapat dihitung APWL*, dan gunakan nilai itu untuk menghitung seri yang selanjutnya. Setelah bulanbulan kering berakhir, mulai perhitungan dengan : APWL = APWL* - (P-PE)negatif.
199 334
135 70
112 66
86 85
67 92
55 98
32 104
24 114
13 136
16 122
29 104
88 89
140 76