You are on page 1of 17

Skenario Tn.

Fatris (Binsar Silalahi) 24 Januari 2011

Jenazah Tn. Fatris, laki-laki, 35 tahun, dibawa ke departemen kedokteran forensik oleh manjemen perusahaan pabrik gula di daerah untuk dilakukan autopsy guna mengetahui penyebab kematian. Dr. BS menganjurkan lapor ke penyidik untuk dibuat permintaan visum et repertum. Pihak manajemen mengatakan tidak usah karena tidak menuntut dan hanya untuk kepentingan perusahaaan. Tn. Fatris meninggal dunia setelah makan siang di pabrik tersebut, 1 jam setelah makan mengalami mual, muntah, kepala pusing, perut terasa sakit, sesak nafas, dan badan lemah, lalu dibawa ke emergensi. Dalam perjalanan ke emergensi, sesak nafas bertambah. Di emergensi, timbul kejang dan belum sempat mendapatkan pengobatan apapun di emergensi Tn. Fatris meninggal dunia. Akhirnya dilakukan autopsi: Pemeriksaan Luar (PL) Kulit : sawo matang, sianosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, terlihat penonjolan pembuluh darah pada leher. Mata : bola mata bening, terdapat bintik perdarahan pada kedua bola mata. Lebam mayat : warna merah keunguan, agak lebih terang, sukar hilang pada penekanan. Kaku mayat Luka-luka : terdapat pada mulut, leher, kedua lengan agak sukar dilawan, kedua

tungkai agak mudah dilawan. : tidak ada.

Pemeriksaan dalam (PD) Pada pengirisan darah berwarna merah, agak gelap, kental. Alat-alat dalam (paru-paru, limpa, kedua ginjal) distended, warna merah agak gelap, pada pengirisan darah berwarna merah gelap dan kental. Lambung berisi makanan yang baru dicerna, dan permukaan dalam dinding lambung hiperemis. Darah dan organ-organ (lambung beserta isinya, usus halus 60 cm, ginjal, limpa, otak) diambil untuk dilakukan pemeriksaan laboratoris guna untuk mengetahui penyebab kematiannya.
1

I.

Klarifikasi Istilah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Kedokteran forensik Autopsi Penyebab kematian Penyidik Visum et repertum Mual Muntah Kepala pusing Perut terasa sakit

10. Sesak nafas 11. Badan lemah 12. Pemeriksaan luar 13. Sianosis 14. Bintik perdarahan 15. Penonjolan pembuluh darah pada leher 16. Lebam mayat 17. Kaku mayat 18. Luka 19. Pemeriksaan dalam 20. Lambung hiperemis

II.

Identifikasi Masalah 1. Pihak manajemen perusahaan tempat Tn.Fatris bekerja meminta dilakukan autopsi tanpa melapor kepada pihak penyidik dan keluarga terlebih dahulu. 2. Tn. Fatris meninggal dunia setelah makan siang di pabrik, 1 jam setelah makan mengalami mual, muntah, kepala pusing, perut terasa sakit, sesak nafas, dan badan lemah, lalu dibawa ke emergensi. Dalam perjalanan ke emergensi, sesak nafas bertambah. Di emergensi, timbul kejang dan belum sempat mendapatkan pengobatan apapun di emergensi Tn. Fatris meninggal dunia. 3. Hasil pemeriksaan luar : Kulit : sawo matang, sianosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, terlihat penonjolan pembuluh darah pada leher.
2

Mata : bola mata bening, terdapat bintik perdarahan pada kedua bola mata. Lebam mayat : warna merah keunguan, agak lebih terang, sukar hilang pada penekanan. Kaku mayat : terdapat pada mulut, leher, kedua lengan agak sukar dilawan, kedua tungkai agak mudah dilawan. Luka-luka : tidak ada 4. Pemeriksaan dalam (PD) Pada pengirisan, darah berwarna merah, agak gelap, kental. Alat-alat dalam (paru-paru, limpa, kedua ginjal) distended, warna merah agak gelap, pada pengirisan darah berwarna merah gelap dan kental. Lambung berisi makanan yang baru dicerna, dan permukaan dalam dinding lambung hiperemis.

III.

Analisis Masalah 1. Apakah pihak manajemen perusahaan bisa meminta dilakukan visum et repertum? 2. Apa dimaksud visum et repertum ? Bagaimana syarat permintaan visum et repertum dan landasan hukumnya? Apa tujuan dibuat visum et repertum?

Apa kemungkinan penyebab kematian Tn.Fatris berdasarkan gejala-gejala yang ada? Bagaimana mekanisme timbulnya gejala-gejala tersebut? Diagnosis banding Apakaj bisa kematian disebabkan karean penyakit?

3.

Bagaimana teknik pemeriksaan, mekanisme dan interpretasi hasil pemeriksaan luar, serta hubungannya dengan kematian Tn.Fatris? Kulit Mata Lebam mayat Kaku mayat Luka-luka
3

4.

Bagaimana cara pemeriksaan, mekanisme dan interpretasi hasil pemeriksaan dalam, serta hubungannya dengan kematian Tn.Fatris? Pada pengirisan Alat-alat dalam (paru-paru, limpa, kedua ginjal) Bagaimana syarat pengiriman organ untuk pemeriksaan laboratorium forensik?

5. 6. 7.

Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan dan pemeriksaan luar (jika ada)? Pemeriksaan tambahan apa lagi yang dapat dilakukan? Apa kesimpulan penyebab kematian Tn.Fatris dan perkiraan waktu kematiannya?

IV.

Hipotesis Tn.Fatris (laki-laki, 35 tahun) meninggal dunia karena asfiksia e.c racun.

V.

Sintesis 1. Apakah pihak manajemen perusahaan bisa meminta dilakukan visum et repertum? Bisa, asalkan pihak manajemen melapor ke penyidik (dalam KUHAP pasal 6, bahwa penyidik adalah polisi republik Indonesia [POLRI]) terlebih dahulu sehingga penyidik lah yang mengajukan Visum et Repertum (termasuk di dalamnya permintaan untuk pemeriksaan luar dan otopsi) kepada dokter ahli. Pada kasus Tn Fatris ini, pihak manajemen tidak boleh meminta Visum et Repertum ke departemen forensik, karena yang berhak meminta Visum et Repertum adalah pihak penyidik, sebagaimana yang telah diatur dalam KUHAP pasal 133 ayat 1 Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran atau dokter dan atau ahli lainnya.

Apa yang dimaksud Visum et Repertum? Visum et Repertum adalah surat keterangan yang dibuat oleh dokter ahli atas permintaan penyidik berisi hasil pemeriksaan medis dari manusia baik hidup atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya, di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan.
4

Bagaimana syarat permintaan Visum et Repertum dan landasan hukumnya? Menurut KUHAP pasal 133, prosedur permintaan Visum et Repertum adalah sebagai berikut: Diminta oleh penyidik dalam hal ini POLRI dengan pangkat minimal pembantu letnan dua atau jabatan kapolsek. Permintaan Visum et Repertum harus tertulis. Untuk korban jenazah, jelas periksa luar dan/atau periksa dalam. Diberi label pada ibu jari kaki jenazah atau bagian tubuh lainnya.

Apa tujuan Visum et Repertum? Secara umum untuk mengungkapkan tindak pidana menjadi terang. Secara khusus: 1. Sebagai alat bukti sah (sesuai dengan KUHAP pasal 184). 2. Sebagai pengganti manusia yang telah sembuh atau mayat terutama saat sidang pengadilan. 3. Pada korban mati adalah untuk mencari sebab kematiannya. Pada korban hidup adalah untuk mencari hubungan sebab dan akibat yang ditimbulkan tindak pidana. 4. Tujuan ikutan yaitu menentukan waktu kematian, mengidentifikasi korban-korban yang tak dikenal. 5. Membantu pihak penyidik untuk menentukan cara kematian.

2 ; irwin, satbon, kak mamod 3. Bagaimana teknik pemeriksaan, mekanisme dan interpretasi hasil pemeriksaan luar pada Tn. Fatris? a. Kulit : sawo matang, siamosis pada ujung-ujung jari tangan dan kaki, terlihat penonjolan pembuluh darah pada leher.
5

Teknik Pemeriksaan : Pemeriksaan kulit pada mayat meliputi penilaian warna kulit secara keseluruhan, ujung-ujung jari tangan dan kaki, keadaan pembuluh darah menonjol atau tidak dengan cara inspeksi. Pada kasus yang diduga terjadi karena keracunan kulit diperiksa untuk mencari luka bekas suntikan yang baru. Tidak ada teknik khusus dalam pemeriksaan ini

Mekanisme : Keracunan gangguan pertukaran udara pernapasanpenurunan kadar oksigen sel darah merah (hipoksia) dan penimbunan CO2 (hiperkapnea) dalam plasmahemoglobin tidak mengandung O2 dalam jumlah yang berlebihan dalam pembuluh darah kulit terutama kapilerwarna biru keunguan/sianosis yang terlihat pada kulit atau bagian tubuh lain seperti ujung-ujung jari (sianosis mulai timbul jika darah arteri mengandung 5 gr Hb yang tidak mengandung O2 dalam setiap 100 ml darah. Keracunan gangguan pertukaran udara pernapasan dilatasi

kapilerstasis darah pada kapiler venous atau pembuluh darah lain nyakongestif/bendungan darah penonjolan pembuluh darah (pada kasus pembuluh darah leher) Interpretasi : Sianosis dan penonjolan pembuluh darah merupakan tanda-tanda asfiksia yaitu suatu keadaan tubuh kekurangan O2 atau sama sekali tidak mempunyai O2 yang dapat berakibat pada kematian.

b. Mata: Bola mata bening, terdapat bintik perdarahan pada kedua bola mata Teknik Pemeriksaan : Pada pemeriksaan mata dinilai mata tertutup atau terbuka, selain itu dinilai juga kelopak mata : adakah kelainan seperti ectropion, entropion, blepharitis. Bola mata : adakah kelainan seperti pthysis bulbi, exophtalmus. Selaput bening mata jernih, keruh. Warna iris: coklat, biru, hitam. Teleng mata : kanan-kiri sama besar atau tidak. Mekanisme : Hipoksia merusak kapiler kapiler yang terdiri dari selapis sel pecah timbul bintik perdarahan. Interpretasi :
6

Bola mata berwarna bening waktu kematian adalah sekitar 10-12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan luar ini Bintik perdarahantanda asfiksia karena pecahnya kapiler

c. Lebam mayat ( livor mortis ): warna merah keunguan, agak lebih terang, sukar hilang pada penekanan Teknik pemeriksaan : Tekan dengan telapak jari jempol atau telunjuk kemudian lepas. Lihat apakah bekas tekanan tersebut warna nya berubah pucat atau tidak. Atau dengan tekanan kuat dan lama nilai cepat hilang pada penekanan atau tidak. Mekanisme : Pasca mati eritrosit menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi mengisi vena dan venulamembentuk bercak warna ungu/livide. Lebam mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya makin bertambah dan menjadi lengkap dan menetap 8-12 jam. Interpretasi : ditekan mudah hilang saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum saat pemeriksaan agak mudah hilang saat kematian lebih dari 12 jam sebelum saat pemeriksaan sukar hilang saat kematian lebih dari 12 jam sebelum saat pemeriksaan Pada kasus ini di mana lebam mayat sudah sukar hilang berarti korban sudah meninggal kurang dari 12 jam sebelum dilakukan pemeriksaan. Lebam yang berwarna merah terang dapat diduga karena keracunan CO atau CN.

d. Kaku mayat (rigor mortis): terdapat pada mulut, leher, kedua lengan agak sukar dilawan, kedua tungkai agak mudah dilawan Teknik Pemeriksaan : Membuka mulut, leher ditekuk, memfleksikan sendi siku untuk menilai kaku mayat pada kedua lengan, memfleksikan kedua sendi lutut Mekanisme :
7

Pasca kematian cadangan glikogen dalam otot habisenergi tidak terbentuk lagiaktin dan miosin menggumpalotot kaku. Kaku mayat mulai timbul kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Setiap mati klinis 12 jam kaku mayat menjadi lengkap dan dipertahankan selama 12 jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Interpretasi : tidak ada kaku mudah dilawan agak mudah dilawan sukar dilawan Bila dilihat pada korban yang kakinya masih agak mudah dilawan sedangkan pada mulut leher dan kedua lengan agak sukar dilawan, waktu perkiraan kematian adalah 6-8 jam sebelum korban diperiksa

e. Luka-luka : tidak ada Teknik pemeriksaan : pemeriksaan luka hendaklah didahului dari yang paling berbahaya atau merupakan sebab kematian baru dicatat pertama lokalisasi umum (misal dada kiri), kemudian tentukan lokalisasi khusus (setinggi ICS III-ordinat, empat sentimeter dari garis tengah depan-axsis). Hendaklah tofogarfi diambil pada titik yang tidak bergerak. Deskripsi luka : diuraikan tentang data-data mengenai gambaran luka. Luka menganga, bentuk elips, tepi rata, sudut luka runcing atau tumpul, panjang, dasar menembus bagian organ lain tidak Sekitar luka Arah luka

Interpretasi : Tidak ada kondisi ketidaksinambungan pada jaringan kematian korban tidak disebabkan oleh trauma fisik

4. Bagaimana teknik pemeriksaan, mekanisme dan interpretasi hasil pemeriksaan dalam, serta hubungannya dengan kematian Tn.Fatris? Teknik Pemeriksaan :
8

1. Dibuat sayatan kulit berupa garis lurus mulai dari bagian bawah dagu sepanjang pertengahan badan sampai ke batas tulang kemaluan/symphisis pubis (I incision). Ketika sayatan akan mencapai pusar (umbilicus), arah sayatan dibelokkan ke kiri kemudian membuat setengah lingkaran untuk menghindari pusar. 2. Sayatan diperdalam mulai dari ujung bawah tulang dada (sternum) sampai menembus selaput dinding perut (peritoneum). Masukkan jari telunjuk dan jari tengah tangan kiri ke dalam rongga perut untuk mengangkat dan merenggangkan rongga perut sehingga lebih mudah untuk membuat sayatan selanjutnya dengan meletakkan pisau di antara kedua jari tadi. Irisan diteruskan sesuai dengan sayatan yang sudah dibuat pada kulit ke arah bawah. 3. Kulit dan otot dilepaskan dari dinding dada (thorax). Caranya ialah dengan memegang dinding perut bagian atas dengan tangan kiri dimana ibu jari di bagian selaput dinding perut dan keempat jari yang lain pada kulit dinding perut, sehingga kulit dan otot-otot dinding dada terpuntir keluar. Kemudian otot-otot diiris sepanjang lengkung iga (arcus costae). Mata pisau hendaknya agak tegak lurus terhadap tulang-tulang iga. Irisan ini diteruskan ke atas sampai daerah tulang selangka (clavicula) dan ke samping sampai ke garis ketiak depan (linea axilaris anterior). Lalu dilepaskan kulit leher dengan cara yang sama, tetapi otot-otot leher tidak ikut di sayat. Setelah selesai, lakukanlah pemeriksaan terhadap leher, dinding dada, dan perut. 4. Untuk membuka rongga dada, rawan iga-iga dipotong kira-kira 1 cm medial dari persambungan rawan iga mulai dari iga kedua sampai memotong lengkung iga. Kemudian tulang dada dilepaskan dari perlekatannya dengan dinding depan kantong jantung (pericardium). Iga pertama dipotong dari arah kaudal miring ke arah craniolateral untuk menghindari manubrium sterni. Persambungan tulang dada dengan tulang selangka dipotong dari arah kaudal agar pembuluh darah subclavia tidak terpotong. Tulang dada diangkat ke arah cranial, sehingga persambungannya lebih renggang dan dapat dilepaskan. Kondisi sekarang telah terlihat bagian dalam otot-otot dinding leher, dinding dada. Tulang sternum telah terangkat dan dinding perut telah terbuka. 5. Pemeriksaan terhadap leher Periksa lapisan dalam kulit leher (resapan darah, luka, memar, dan lainnya), periksan perdarahan di jaringan ikat, otot-otot, patah tulang, luka pada pembuluh darah, syaraf, dan pembesaran kelenjar gondok.
9

6. Pemeriksaan terhadap dada Dinding dada: perhatikan apakah ada perdarahan di jaringan ikat dan otot, perubahan warna otot, luka-luka, patah tulang, kelenjar kacangan (thymus), tinggi diafragma kiri dan kanan. Ukurlah tampak berapa jari kantong jantung di antara kedua paru-paru. Lalu buka kantong jantung dengan gunting mulai dari tengah membentuk huruf Y terbalik. Ukuran jantung (sebesar kepalan tangan mayat). Perhatikan dinding jantung, apakah ada pelebaran pembuluh darah, bintik perdarahan, dan warna dinding jantung Sisipkan keempat jari tangan kanan ke dalam rongga dada antara dinding dada dan paru-paru, periksa paru-paru, apakah mengembang, kuncup, emfisematus, dan perlekatan dengan dinding thorax. Kalau ada pneumothorax, lakukan pemeriksaan khusus. 7. Pemeriksaan terhadap perut Tentukan tebal dan warna jaringan lemak di bawah kulit, luka/resapan darah pada dinding perut bagian dalam, Selaput dinding perut (peritoneum) periksa: licin/kasar, mengkilat/suram, bening/keruh, dan ada/tidaknya fibrin. Tirai usus (omentum) diperiksa lemak dan perlekatannya Batas bawah arcus costae kanan Periksa perlekatan antara lambung dan usus Adakah cairan dalam rongga perut, perdarahan, dan luka

8. Pengangkatan alat leher Potong otot-otot dasar mulut sepanjang tepi rahang bawah, lidah ditarik keluar, periksa palatum dan faring, iris palatum molle sepanjang palatum durum kemudian diteruskan ke samping kiri dan kanan, sehingga tonsil terangkat. Pisahkan dan lepaskan alat-alat leher dengan columna vertebralis 9. Pengeluaran alat-alat rongga dada Putuskan pembuluh darah dan syaraf di belakang clavicula, lepaskan perlekatan paru-paru ,

10

Dengan memegang laring, alat-alat leher ditarik ke kaudal, sehingga esofagus, trakea, dan aorta terlepas dari columna vertebralis, sehingga paru-paru dan jantung ikut keluar.

Esofagus diikat di atas diafragma dan diputuskan di atas ikatan Aorta dan kantong jantung dipotong tepat di atas diafragma, sehibgga alatalat leher dan rongga dada dapat dikeluarkan en masse

10. Pengeluaran alat-alat rongga perut Perbatasan duodenum dan jejenum diikat dengan dua ikatan, lalu potong di antara ikatan, lepaskan jejenum, ileum, dan colon dari perlekatannya Urutlah rectum ke proximal, lalu buat dua ikatan benang di bawah kumpulan feses, rektum dipotong. Semua usus dapat dikeluarkan Lambung, duodenum, pancreas, hati, limpa, dan ginjal di angkat sekaligus, dengan memotong diafragma dekat perlekatannya dengan dinding tubuh, serta perlekatan alat-alat tersebut dengan dinding belakang abdomen

Interpretasi dan Mekanisme Hasil Pemeriksaan Dalam Hasil Dalam Pada pengirisan, darah Tanda-tanda merah, kental Alat-alat dalam (paru- Tanda-tanda paru, limpa, ginjal) asfiksia Pada asfiksia, terjadi kekurangan O2, agak gelap, asfiksia Fibrinolisis darah meningkat pasca mati Pemeriksaan Interpretasi Mekanisme terjadinya

sehingga terjadi dilatasi kapiler yang menyebabkan stasis darah pada kapiler venous atau pembuluh darah lainnya, terjadilah kongestif (bendungan darah). Bendungan sirkulasi ini menyebabkan darah berwarna lebih gelap dan kental, serta organ dalam mengembang

distended, merah agak gelap, darah merah

gelap dan kental

(distended) Lambung makanan dicerna, yang berisi Tanda baru keracunan Hiperemis karena efek korosif dari sianida

permukaan sianida

dalam dinding lambung


11

hiperemis

Bagaimana syarat pengiriman organ untuk pemeriksaan laboratorium forensik? 1. Pada saat autopsi yang dilakukan oleh dokter forensik, disaksikan oleh penyidik (polisi) 2. Wadah berdinding gelas dan bermulut lebar 3. Setiap sampel atau organ dimasukkan dalam satu wadah yang telah diberi pengawet sebagai berikut: a. Lambung dan isinya dengan pengawet alkohol 96% b. Usus halus 60cm dengan pengawet alkohol 96% c. Usus besar 60cm dengan pengawet alkohol 96% d. Paru (satu atau dua) dengan pengawet alkohol 96% e. Limpa dengan pengawet alkohol 96% f. Separuh ginjal kiri dan kanan dengan pengawet alkohol 96% g. Hati (seluruh) dengan pengawet alkohol 96% h. Otak (separuh atau semua) dengan pengawet alkohol 96% i. Darah 20cc dengan pengawet natrium florida 1 % j. Urin dengan pengawet natrium benzoate 2% 4. Setiap wadah diberi label dengan ditandatangani dokter pemeriksa dan penyidik, serta disegel. 5. Dibuat berita acara penyegelan yang ditandatangani dokter pemeriksa dan penyidik (terlampir) 6. Dibuat surat permintaan zat atau bahan apa yang akan diperiksa pusat laboratorium forensik serta ditandatangani oleh dokter pemeriksa.

5. Bagaimana hubungan hasil pemeriksaan dan pemeriksaan luar (jika ada)? Hasil Pemeriksaan Luar : Sianosis, penonjolan pembuluh darah, dan bintik perdarahan pada mata merupakan tanda-tanda asfiksia. Hasil Pemeriksaan Dalam : Darah yang lebih gelap juga merupakan tanda-tanda asfiksia

6.

Pemeriksaan Pemeriksaan tambahan apa lagi yang dapat dilakukan? Pemeriksaan Toksikologis Dalam skenario dituliskan bahwa Darah dan organ-organ (lambung beserta isinya, usus halus 60 cm, ginjal, limpa, otak) diambil untuk dilakukan pemeriksaan
12

laboratoris guna untuk mengetahui penyebab kematiannya, mengidentifikasi adanya racun yang diduga sebagai penyebab kematian.

7. Kesimpulan (lampiran)

13

Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal RS Dr. Mohammad Hoesin Palembang Pro : Justicia Rahasia No Lampiran Perihal : HK. : : Pemeriksaan jenazah Tuan Fatris

Pada hari Senin tanggal delapan belas April tahun dua ribu sebelas pukul satu lewat tiga puluh menit, Waktu Indonesia Barat, bertempat di Departemen Ilmu Forensik Rumah Sakit Umum Dokter Mohammad Hoesin, melalui permintaan visum et repertum Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort Daerah Sumatra Selatan Kota Besar Palembang dengan Nomor Polisi R/ /VER/ /2011/ tanggal tahun dua ribu sebelas, telah dilakukan

pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam oleh: .......................................................................... dr. Binsar Silalahi, Sp.F, DFM, SH : dokter forensik pada Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Umum Dokter Mohammad Hoesin Palembang ........................ dibantu oleh:..................................................................................................................................

14

1. Erlangga Danu Saputro, S.Ked 2. Maya Novariza, S.Ked 3. Irwin Fitriansyah, S.Ked 4. Annisa Mulyandini, S.Ked 5. Dian Destriyanah, S.Ked 6. Extin Faulinza, S.Ked 7. Widya Meiliana, S.Ked 8. Kgs.Irawan Satria A, S.Ked 9. Nuraini Mohamed Sahid, S.Ked 10. Tania Ovelina, S.Ked 11. M. Solehin, S.Ked 12. Ahmad S.Ked 13. Kinta, S.Ked

Telah melakukan pemeriksaan luar dan dalam terhadap jenazah, tidak berlabel dan tidak bersegel, dengan keterangan Visum et Repertum tertera sebagai berikut : .................................. Nama Umur Jenis kelamin Kewarganegaraan Agama Pekerjaan Alamat : Fatris : 35 tahun........................... ............................................................ : Laki-laki............................................................................... : ..................................................................................................... : ..................................................................................................... : ..................................................................................................... :......................................................................................................

Adapun hasil pemeriksaan sebagai berikut: .................................................................................. A. Pemeriksaan luar ............................................................................................................ 1. Label dan segel mayat tidak ada. ................................................................................ 2. Alas mayat : ............................................................................................................... 3. Penutup mayat :........................................................................................................... 4. Pakaian : .................................................................................................................

5. Perhiasan : ................................................................................................................. 6. Benda disekitar mayat : .............................................................................................. 7. Kulit : warna sawo matang........................................................................................ 8. Rambut : .....................................................................................................................
15

a. Kepala : ................................................................................................................ b. Alis : ................................................................................................................... c. Bulu mata : ........................................................................................................... d. Janggut : ............................................................................................................... e. Kumis : ................................................................................................................. f. Ketiak : ................................................................................................................. g. Kemaluan : ........................................................................................................... 9. Lubang-lubang : .......................................................................................................... a. Mata : bola mata bening, terdapat bintik perdarahan pada kedua bola mata. b. Hidung : ............................................................................................................... c. Telinga : ............................................................................................................... d. Mulut : ................................................................................................................. e. Kemaluan : ........................................................................................................... f. Dubur : ................................................................................................................. 10. Tanda-tanda kematian:............................................................................................... a. Lebam mayat : warna merah keunguan, agak lebih terang, sukar hilang pada penekanan.................................................. ........................................................... b. Kaku mayat : terdapat pada mulut, leher, kedua lengan agak sukar dilawan, kedua tungkai agak mudah dilawan. ..................................................................... c. Pembusukan : ................................................... .................................................... 11. Luka-luka: tidak ada ................................................................................................... 12. Patah tulang: ...............................................................................................................

B. PEMERIKSAAN DALAM a. Pada pengirisan darah berwarna merah, agak gelap, kental.................................. b. Alat-alat dalam (paru-paru, limpa, kedua ginjal) distended, warna merah agak gelap, pada pengirisan darah berwarna merah gelap dan kental......................... c. Lambung berisi makanan yang baru dicerna, dan permukaan dalam dinding lambung hiperemis.........................................................................................

16

RINGKASAN.

a. Terdapat tanda-tanda mati lemas pada jenazah................................................................... b. Tidak terdapat luka pada jenazah.............................................................................. c. Terdapat tanda-tanda keracunan sianida.......................................................................

Kesimpulan : Terdapat tanda-tanda asfiksia pada korban dan tidak terdapat luka-luka pada tubuh korban. Keracunan sianida dapat dipertimbangkan sebagai penyebab kematian. Demikian saya uraikan dengan sejujur-jujurnya atas sumpah jabatan sesuai dengan Lembar Negara tahun seribu Sembilan ratus tiga puluh tujuh nomor tiga ratus lima puluh untuk digunakan bila perlu.....

Dokter yang memeriksa

Dr. Binsar Silalahi, SpF, DMF,SHH Nip : 194602161976031002

17

You might also like