You are on page 1of 3

Muhammad Khoirun Aziz 09410073

Bahasa Indonesia Ala Mahasiswa


Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi negera Indonesia yang pada dasarnya diambil dari bahasa melayu. Bahasa ini sering disebut sebagai Bahasa Nasional dan Bahasa Persatuan dalam lingkungan sekolah. Pada penggunaannya banyak kosakata bahasa Indonesia yang di ubah oleh penutur asli karena pengaruh lingkungan dan bahasa lokal. Sehingga banyak penutur Bahasa Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku. Upaya penertiban bahasa Indonesia yang baku terlihat dengan adanya materi pendidikan bahasa Indonesia untuk diterapkan di lingkungan sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional tidak berarti telah digunakan secara nasional. Masih banyak warga indonesia sendiri yang tidak bisa berbahasa indonesia. Belum lagi masalah tulis-menulis bahasa indonesia yang dipandang cukup sulit oleh anak-anak sekolah yang mana mereka menerima pelajaran tersebut, apalagi mereka yang sama sekali tidak mengenyam sekolah. Perguruan Tinggi sebagai pabrik pengolah sumber daya manusia hendaknya mampu menghasilkan produk yang mampu berbahasa indonesia dengan baik dan benar. Akan tetapi dengan kenyataan porsi Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, khususnya di UIN Sunan Kalijaga Fakultas Tarbiyah dan Keguruan jurusan Pendidikan Agama Islam, hanya 2 SKS saja, akan sangat sulit dan hampir bisa dikatakan mustahil untuk bisa menghasilkan produk yang berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Padahal dunia mahasiswa tak pernah lepas dari persoalan berbicara aktif dan tulis menulis. Banyak makalah yang harus ditulis dan dipresentasikan, dan tentu saja adanya tugas akhir berupa skripsi sangat membutuhkan bimbingan khusus dalam tulis menulis. Posisi mata kuliah Bahasa Indonesia yang berada di semester 6 dirasa kurang efektif. Mengingat sejak dari semester satu, mahasiswa sudah diminta untuk membuat makalah sederhana mengenai mata kuliah yang bersangkutan. Sesederhanapun makalah tersebut, tentu tidak bisa diremehkan dan dimaafkan begitu saja jika terjadi kesalahan

dalam penulisan. Karena jika sudah menjadi kebiasaan, maka nantinya akan sulit untuk diubah karena sudah menjadi reflek. Sempitnya porsi kuliah Bahasa Indonesia ini memang sudah diantisipasi dengan adanya mata kuliah lain yang menunjang permasalahan dalam tulis menulis. Pengantar Metodologi Penelitian adalah mata kuliah yang khusus dalam pembinaan penulisan proposal dan skripsi. Namun tetap saja mata kuliah ini baru muncul pada semester ketiga, bukan pada semester satu. Inilah yang menjadi kebingungan mahasiswa, dimana sejak semester satu mereka sudah mendapat tugas untuk menulis makalah, sedangkan mata kuliah yang menunjang penulisan makalah baru didapat jauh-jauh pada semester 3 untuk Pengantar Metodologi Penelitian dan semester 6 untuk Bahasa Indonesia. Pada jenjang Sekolah Menengah, entah itu Menengah Umum, Menengah Kejuruan, atau Aliyah, memang sudah dibekali dengan mata pelajaran Bahasa Indonesia. Akan tetapi apa yang didapat di Sekolah, tidak sepenuhny dapat dipraktikkan di Perguran Tinggi. Dimana ada banyak metode penelitian yang tidak diajarkan di sekolah, sedangkan ketika di Perguruan Tinggi mereka dituntut untuk melakukan penelitian dengan metode yang bermacam-macam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, hendaknya lebih fokus dalam pembuatan kurikulum yang lebih efektif dan efisien dalam menjawab kebutuhan mahasiswa. Dimana peran Bahasa Indonesia adalah kunci pokok dari seluruh mata kuliah yang ada. Percuma mengenal berbagai ilmu barat dan timur sedangkan mahasiswanya tak mampu berbahasa dan menulis bahasa nasionalnya sendiri. Percuma mahasiswa memiliki ide-ide cemerlang dalam pembuatan skripsi namun kandas dalam penulisan skripsi, sehingga bisa memunculkan kebosanan dalam penulisan skripsi tersebut. Ada banyak program kuliah untuk Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, namun hanya ada satu saja program kuliah Bahasa Indonesia itupun hanya 2 SKS. Hal ini menjadi maklum jika pada proses seminar proposal dan skripsi kebanyakan peserta seminar hanya mengkritik pada kesalahan penulisan, bukan pada isi proposal. Inilah yang menjadikan seminar proposal dan skripsi terasa membosankan, dimana proses seminar hanya untuk membahas kesalahan tulis menulis dan sedikit kemungkinan ada yang membahas isi proposal dan skripsi. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi bukanlah Bahasa Indonesia hendaknya tidak hanya menempatkan diri sebagai salah satu mata kuliah yang menambah jumlah

SKS keseluruhan saja, akan tetapi Bahasa Indonesia hendaknya didukung dengan dibukanya pelayanan konsultasi tentang tulis menulis baik melalui SMS, Telfon, atau Jejaring Sosial. Sehingga kapanpun ketika mahasiswa ingin menulis sesuatu yang ilmiah, mahasiswa tidak perlu takut untuk bertemu dan bertatap muka langsung dengan Dosen Bahasa Indonesia. Dengan pemanfaatan media-media yang berbasis teknologi, maka solusi atas minimnya jumlah SKS yang diberikan untuk mahasiswa bisa dijadikan wacana kedepannya. Dengan adanya jejaring sosial yang berlabel gratis seperti Facebook, dimana ada fitur di dalamnya yaitu Group, diharapkan Dosen memiliki Group masing-masing untuk dijadikan sarana diskusi dan tanya jawab tentang semua permasalahan bahasa indonesia. Kelebihan yang lain dari sekedar gratis dalam menggunakan jejaring sosial adalah Dosen tidak perlu repot-repot untuk membalas sms atau menerima telfon dalam waktu secepatnya. Dengan jejaring sosial ini, jika ada mahasiswa yang menulis di group mengenai permasalahan tulis menulis maka sebelum Dosen memberikan jawaban, akan ada mahasiswa lain yang mencoba menjawab permasalahan tersebut sebelum Dosen yang bersangkutan menjawabnya. Sehingga akan muncul dampak positif berupa keaktifan mahasiswa dalam group ini.

You might also like