You are on page 1of 15

LATAR BELAKANG Islam merupakan agama yang santun karena untuk menjalankan kehidupan yang diberi oleh Allah

Swt. ini islam sangat menjunjung tinggi pentingnya etika, moral, dan akhlak. Islam merupakan salah satu agama samawi yang meletakan nilai-nilai kemanusia atau hubungan personal, interpersonal dan masyarakat secara agung dan luhur, tidak ada perbedaan satu sama lain dan kedamaian yang mengikat semua aspek manusia. Karena Islam yang berakar pada kata salima dapat diartikan sebagai sebuah kedamaian yang hadir dalam diri manusia dan itu sifatnya fitrah. Pada era globalisasi ini tak sedikit oarng yang mengabaikan masalah etika, moral dan akhlak dalam kehidupannya. Pengaruh teknologi yang semakin canggih merupakan salah factor eksternal yang sedikit banyak meracuni pola fikir remaja, dewasa, bahkan orang tua. Adanya ketidakmampuan memfilter suatu informasi atau contoh perilaku yang mereka dapat dari kemajuan teknologi tersebut membuat mereka membenarkan dan menerapkan apa yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari hari dan bertindak apa adanya tanpa berfikir baik dan buruknya perbuatan tersebut menurut syariat islam. Arus globalisasi semakin membutakan mata manusia terhadap kehidupan Islami. Dien yang hanif/ lurus ini semakin hari semakin dianggap asing oleh manusia, bahkan oleh kaum muslimin sendiri. Mayoritas kaum lelaki dan wanita muslim sudah tidak mengetahui lagi jalan kehidupan yang kelak akan menyelamatkan dirinya. Di antara mereka ada suami, para istri dan anak-anak yang menjadi korban dari kebutaan ini. Mereka satu demi satu telah keluar dari dari jalur relnya. Jika Dien/ agama ini telah ditinggalkan, maka ketenangan, keharmonisan, kedamaian, keamanan dan keberkahan semakin jauh dari kehidupan manusia, baik kehidupan inividu maupun masyarakat. Salah satu contoh nyata yang sekarang ini sering kita temui adalah sikap seorang istri yang semena mena terhadap suaminya, yang sering menuntut haknya ke suami untuk dipenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengesampingkan kewajibannya sebagai seorang istri. Hal ini tentu tidak sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, para calon istri sebelum membina suatu bahtera rumah tangga sebaiknya belajar dan memahami apa apa saja yang menjadi hak dan kewajibannya sebagai seorang istri agar dalam menjalani hidup nanti bisa diperoleh keseimbangan dan bisa menjadi wanita yang solehah.

RUMUSAN MASALAH 1. Apa saja yang menjadi hak dan kewajiban istri terhadap suami? 2. Apakah manfaat penerapan etika, moral dan akhlak sebagai seorang istri terhadap suami? TUJUAN a. Tujuan umum Diharapkan baik penyusun maupun pembaca dapat lebih memahami dan menerapakan perihal etika, moral, dan akhlak sebagai calon istri atau istri terhadap suaminya. Sehingga baik penyusun maupun pembaca dapat menjadi contoh yang baik bagi lingkungannya. b. Tujuan khusus Melengkapi uji kompentensi mata kuliah Agama Islam II

1. PENGERTIAN ETIKA Etika dari segi etimologi (ilmu asal usul kata), etika berasal dari bahasa yunani, ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). Etika menurut filasafat dapat disebut sebagai ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Didalam islam, etika yang diajarkan dalam islam berbeda dengan etika filsafat. Etika sangat erat hubungannya dengan moral. Dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah penetuan baik buruk terhadap perbuatan dan kelakuan. Istilah moral biasanya dipergunakan untuk menentukan batas-batas suatu perbuatan, kelakuan, sifat dan perangkai dinyatakan benar, salah, baik, buruk,layak atau tidak layak,patut maupun tidak patut. Al-Ghazali menyebut moral Islam sebagai tingkah laku seseorang yang muncul secara otomatis berdasarkan kepatuhan dan kepasrahan pada pesan (ketentuan) Allah Yang Mahauniversal. Seorang Muslim yang bersikap demikian akan mengarahkan pandangan hidupnya pada spektrum yang luas, tidak berpandangan sempit ataupun eksklusif. Ia dapat menerima realitas sosial yang beragam dan memupuk pergaulan dengan berbagai kalangan tanpa membatasi diri dengan sekat agama, kultur, dan fanatisme kelompok. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah SWT, ''Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.'' (QS Al-Hujurat [49]: 13). Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa moral Islam adalah takwa itu sendiri. Artinya dengan kekuatan takwanya, seorang Muslim mampu menanamkan moral Islam di tengah-tengah perbedaan sosial dan budaya masyarakat secara toleran, demokratis, terbuka, dan tanpa mengklaim dirinya paling benar. Etika Islam memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Etika Islam mengajarkan dan menuntun manusia kepada tingkah laku yang baik dan menjauhkan diri dari tingkah laku yang burukl. 2. Etika Islam menetapkan bahwa yang menjadi sumber moral, ukuran baik dan buruknya perbuatan seseorang didasarkan kepada al-Quran dan al-Hadits yang shohih. 3. Etika Islam bersifat universal dan komprehensif, dapat diterima dan dijadikan pedoman oleh seluruh umat manusia kapanpun dan dimanapun mereka berada. 4. Etika Islam mengatur dan mengarahkan fitrah manusia kejenjang akhlak yang luhur dan mulia serta meluruskan perbuatan manusia sebagai upaya memanusiakan manusia Etika islam merupakan pedoman mengenai perilaku individu maupun masyarakat di segala aspek kehidupan yang sesuai dengan ajaran islam (Teguh, www.teguhsantoso.com,2010) http://www.pa-biak.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=273:prinsip-moraldalam-islam&catid=34:hukum&Itemid=96

2. KEWAJIBAN SUAMI ISTRI DALAM ISLAM Unit terkecil dari sebuah keluarga adalah suami dan istri, atau ayah dan ibu, dan anak yang bernaung dibawah satu rumah tangga. Dalam unit ini tentunya dibutuhkan seorang pemimpin dalam menjalani bahtera rumah tangga. Secara teoritis, pemimpin tersebut bisa anak, ibu( istri) atau bapah (suami). Sepertinya anak jika dijadikan sebagai pemimpin sangat jelas ketidakmampuannya. Oleh karena itu yang tertuju hanya kepada bapak dan ibu. Dalam pandangan Al-Quran yang wajar memimpin adalah bapak (suami). Seperti yang terkandung dalam QS An-Nisa Para lelaki (suami) adalah pemimpin para perempuan (istri). Kewajiban pertama seorang istri terhadap suaminya adalah mentaati segala perintahnya, asal bukan hal yang melanggar syariah Islam. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. "Dan sebaik-baik istri adalah yang taat kepada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tidak suka membicarakan sesuatu yang tidak berguna, tidak cerewet dan tidak suka bersuara hingar-bingar serta setia kepada suaminya.". Orang Muslim meyakini adanya etika timbal balik antara suami dan istri, dan etika tersebut adalah hak atas pasangannya yang lain berdasarkan dalil-dalil berikut, Firman Allah Ta ala, "Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang baik, akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan dari isterinya. Dan Allah Maha perkasa lagi Maha bijaksana." (Al-Baqarah: 228). Ayat tersebut menegaskan bahwa setiap suami-istri mempunyai hak atas pasangannya, dan suami (laki-laki) diberi tambahan derajat atas wanita (istri) karena alasan-alasan khusus. Sabda Rasulullah saw. di Haji Wada', "Ketahuilah, bahwa kalian mempunyai hak-hak atas wanita-wanita (istri-istri) kalian, dan sesungguhnya wanitawanita (istri-istri) kalian mempunyai hak-hak atas kalian." (Diriwayatkan para pemilik Sunan dan At-Tirmidzi men-shahih-kan hadits ini). Hak-hak ini, sebagian sama di antara suami-istri dan sebagiannya tidak sama. Hak-hak yang sama di antara suarni-istri adalah sebagian berikut: 1. Amanah Masing-masing suami-istri harus bersikap amanah terhadap pasangannya, dan tidak mengkhianatinya sedikit atau banyak, karena suami istri adalah laksana dua mitra di

mana pada keduanya harus ada sifat amanah, saling menasihati, jujur, dan ikhlas dalam semua urusan pribadi keduanya, dan urusan umum keduanya.

2. Cinta kasih Artinya, masing-masing suami-istri harus memberikan cinta kasih yang tulus kepada pasangannya sepanjang hidupnya karena firman Allah Taala. "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang." (Ar-Ruum: 21). Dan karena sabda Rasulullah saw., "Barangsiapa tidak menyayangi ia tidak akan disayangi." (HR Ath-Thabrani dengan sanad yang baik).

3. Saling percaya Artinya masing-masing suami-istri harus mempercayai pasangannya, dan tidak boleh meragukan kejujurannya, nasihatnya, dan keikhlasannya, karena firman Allah Taala, "Sesungguhnya orang-orang Mukmin adalah bersaudara." (Al Hujurat: 10). Dan karena sabda Rasulullah saw., "Salah seorang dan kalian tidak beriman hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri." (HR Bukhari, Muslim, dan lain-lain).Ikatan suami-istri itu memperkuat, dan mengokohkan ikatan (ukhuwwah) iman.Dengan cara seperti itu, masing-masing suami-istri merasa, bahwa dirinya adalah pribadi pasangannya. Oleh karena itu, bagaimana ia tidak mempercayai dirinya sendiri, dan tidak menasihatinya? Atau bagaimana seseorang itu kok menipu dirinya sendiri, dan memperdayainya?

4. Etika umum, seperti lemah lembut dalam pergaulan sehari-hari, wajah yang berseri-seri, ucapan yang baik, penghargaan, dan penghormatan. Itulah pergaulan baik yang diperintahkan Allah Taala dalam firman-Nya, "Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik." (AnNisa': 19).Itulah perlakuan baik yang diperintahkan Rasulullah saw. dalam sabdanya, "Perlakukan wanita dengan baik." (HR Muslim).

Inilah sebagian hak-hak bersama antar suami-istri, dan masing-masing dan keduanya harus memberikan hak-hak tersebut kepada pasangannya untuk merealisir perjanjian kuat yang diisyaratkan firman Allah Taala, "Bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kalian telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istri) telah mengambil dari kalian penjanjian yang kuat." (An-Nisa': 21). Dan karena taat kepada Allah Taala yang berfirman, "Dan janganlah kalian melupakan keutamaan di antara kalian, Sesungguhnya Allah Maha Melihat segala apa yang kalian kerjakan." (A1-Baqarah: 237).

Adapun hak-hak khusus, dan etika-etika yang harus dikerjakan masing-masing suami-istri terhadap pasangannya adalah sebagai berikut: Hak-hak Istri atas Suami Terhadap istrinya, seorang suami harus menjalankan etika-etika berikut ini: 1. Memperlakukannya dengan baik karena dalil-dalil berikut: Firman Allah Taala, "Dan bergaullah dengan mereka dengan cara yang baik." (An-Nisa': 19). Ia memberi istrinya makan jika ia makan, memberinya pakaian jika ia berpakaian, dan mendidiknya jika ia khawatir istrinya membangkang seperti diperintahkan Allah Taala kepadanya dengan menasihatinya tanpa mencaci-maki atau menjelek-jelekkannya. Jika istri tidak taat kepadanya, ia pisah ranjang dengannya. Jika istri tetap tidak taat, ia berhak memukul dengan pukulan yang tidak melukainya, tidak mengucurkan darah, tidak meninggalkan luka, dan membuat salah satu organ tubuhnya tidak dapat menjalankan tugasnya, karena firman Allah Taala, "Wanita-wanita yang kalian khawatirkan nusyuznya (pembangkangannya), maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaati kalian, maka janganlah kalian mencari-cari jalan untuk menyusahkan mereka." (An-Nisa': 34). Sabda Rasulullah saw. kepada orang yang bertanya kepada beliau tentang hak istri atas dirinya, "Hendaknya engkau memberinya makan jika engkau makan, engkau memberinya pakaian jika engkau berpakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menjelek-jelekkannya, dan tidak mendiamkannya kecuali di dalam rumah." (HR Abu Daud dengan sanad yang baik). Sabda Rasulullah saw., "Ketahuilah bahwa hak-hak wanita-wanita atas kalian ialah hendaknya kalian berbuat baik kepada mereka dengan memberi mereka makan dan pakaian." Sabda Rasulullah saw., "Laki-laki Mukmin tidak boleh membenci wanita Mukminah. Jika ia membenci sesuatu pada pisiknya, ia menyenangi lainnya." (HR Muslim dan Ahmad). 2. Mengajarkan persoalan-persoalan yang urgen dalam agama kepada istri jika belum mengetahuinya, atau mengizinkannya menghadiri forum-forum ilmiah untuk belajar di

dalamnya. Sebab, kebutuhan untuk memperbaiki kualitas agama, dan menyucikan jiwanya itu tidak lebih sedikit dan kebutuhannya terhadap makanan, dan minuman yang wajib diberikan kepadanya. Itu semua berdasarkan dalil-dalil berikut: Firman Allah Taala, "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka." (At-Tahrim: 6). Wanita termasuk bagian dan keluarga laki-laki, dan penjagaan dirinya dan api neraka ialah dengan iman, dan amal shalih. Amal shalih harus berdasarkan ilmu, dan pengetahuan sehingga ia bisa mengerjakannya seperti yang diperintahkan syariat. Sabda Rasulullah saw., "Ketahuilah, hendaklah kalian memperlakukan wanita-wanita dengan baik, karena mereka adalah ibarat tawanan-tawanan pada kalian." (Muttafaq Alaih). Di antara perlakuan yang baik terhadap istri ialah mengajarkan sesuatu yang bisa memperbaiki kualitas agamanya, menjamin bisa istiqamah (konsisten) dan urusannya menjadi baik. 3. Mewajibkan istri melaksanakan ajaran-ajaran Islam beserta etika-etikanya, melarangnya buka aurat dan berhubungan bebas (ikhtilath) dengan laki-laki yang bukan muhrimnya, memberikan perlindungan yang memadai kepadanya dengan tidak mengizinkannya merusak akhlak atau agamanya, dan tidak membuka kesempatan baginya untuk menjadi wanita fasik terhadap perintah Allah Taala dan Rasul-Nya, atau berbuat dosa, sebab ia adalah penanggung jawab tentang istrinya dan diperintahkan menjaganya, dan mengayominya, berdasarkan firman Allah Taala, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita." (An-Nisa' 34). Dan berdasarkan sabda Rasulullah saw., "Seorang suami adalah pemimpin di rumahnya, dan ia akan diminta pertanggungan jawab tentang kepemimpinannya." (Muttafaq Alaih). 4. Berlaku adil terhadap istrinya dan terhadap istri-istrinya yang lain, jika ia mempunyai istri lebih dan satu. Ia berbuat adil terhadap mereka dalam makanan, minuman, pakaian, rumah, dan tidur di ranjang. Ia tidak boleh bersikap curang dalam hal-hal tersebut, atau bertindak zhalim, karena ini diharamkan Allah Taala dalam firman-Nya, "Kemudian jika kalian takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinilah) seorang saja, atau budak-budak wanita yang kalian miliki." (An-Nisa': 3). Rasulullah saw. mewasiatkan perlakuan yang baik terhadap istri-istri dalam sabdanya, "Orang terbaik dan kalian ialah orang yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku orang terbaik dan kalian terhadap keluarganya." (HR Ath-Thabrani dengan sanad yang baik). 5. Tidak membuka rahasia istrinya dan tidak membeberkan aibnya, sebab ia orang yang diberi kepercayaan terhadapnya, dituntut menjaga, dan melindunginya. Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di sisi Allah ialah suami yang menggauli istrinya, dan istrinya bergaul dengannya, kemudian ia membeberkan rahasia hubungan suami-istri tersebut." (Diriwayatkan Muslim).

Hak-hak Suami atas Istri Terhadap suaminya, seorang istri harus menjalankan etika-etika berikut ini: 1. Taat kepadanya selama tidak dalam kemaksiatan kepada Allah Th ala, karena dalil-dalil berikut: Firman Allah Taala, "Kemudian jika mereka mentaati kalian, maka janganlah kalian mencaricari jalan untuk menyusahkan mereka." (An-Nisa': 34). Sabda Rasulullah saw., "Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur, kemudian istrinya tidak datang kepadanya, dan suaminya pun marah kepadanya pada malam itu, maka istrinya dilaknat para malaikat hingga pagi harinya." (Muttafaq Alaih). "Seandainya aku suruh seseorang untuk sujud kepada orang lain, maka aku suruh seorang istri sujud kepada suaminya." (HR Abu Daud dan Al-Hakim. At-Tirmidzi meng-shahih-kan hadits mi). 2. Menjaga kehormatan suaminya, kemuliaanya, hartanya, anak-anaknya, dan urusan rumah tangga lainnya, karena dalil-dalil berikut: Firman Allah Ta'ala, "Maka wanita-wanita yang shalihah ialah wanita-wanita yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka)." (An-Nisa': 34). Sabda Rasulullah saw., "Seoranq istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan anaknya." (Muttafaq Alaih). Sabda Rasulullah saw., "Maka hak kalian atas istri-istri kalian ialah hendaknya orang-orang yang kalian benci tidak boleh menginjak ranjang-ranjang kalian, dan mereka tidak boleh memberi izin masuk ke rumah kepada orang orang yang tidak kalian sukai." (HR At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). 3. Tetap berada di rumah suami, dalam arti, tidak keluar kecuali atas izin dan keridhaannya, menahan pandangan dan merendahkan suaranya, menjaga tangannya dari kejahatan, dan menjaga mulutnya dari perkataan kotor yang bisa melukai kedua orang tua suaminya, atau sanak keluarganya, karena dalil-dalil berikut: Firman Allah Taala, "Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu." (Al-Ahzab: 33). "Maka janganlah kalian tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya." (Al-Ahzab: 32). "Allah tidak menyukai ucapan buruk." (An-Nisa': 148).

"Katakanlah kepada wanita-wanita beriman, Hendaklah mereka menahan pandangan mereka, dan memelihara kemaluan mereka, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya'." (An-Nuur: 31). Sabda Rasulullah saw., "Wanita (istri) terbaik ialah jika engkau melihat kepadanya, ia menyenangkanmu. Jika engkau menyuruhnya, ia taat kepadamu. Jika engkau pergi darinya, ia menjagamu dengan menjaga dirinya dan menjaga hartamu." (HR Muslim dan Ahmad). Sabda Rasulullah saw., "Kalian jangan melarang wanita-wanita hamba-hamba Allah untuk pergi ke masjid-masjid Allah. Jika istri salah seorang dari kalian meminta izin kepada kalian untuk pergi ke masjid, engkau jangan melarangnya." (HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan At Tirmidzi). Sabda Rasulullah saw., "Izinkan wanita-wanita pergi ke masjid pada malam hari." Sumber: Diadaptasi dari Abu Bakr Jabir al-Jazairi, Minhaajul Muslim, atau Ensiklopedi Muslim: Minhajul Muslim, terj. Fadhli Bahri (Darul Falah, 2002), hlm. 138-145.
http://muslimdaily.net/new/keluarga/3221/etika-terhadap-suami-istri

Adab Suami Kepada Istri . - Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24) - Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (AtTaghabun: 14) - Hendaknya senantiasa berdoa kepada Allah meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74) - Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah: Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali) - Jika istri berbuat Nusyuz, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa: 34) Nusyuz adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah. - Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi) - Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-

Thalaq: 7) - Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya. (Tirmidzi) - Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri) - Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap buruk istrinya. (Abu Yala) - Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa: 19) - Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud). - Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih) - Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukumhukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali) - Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa: 3) - Suami tidak boleh membuka aib istri kepada siapapun. (Nasai) - Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali) - Jika suami hendak meninggal dunia, maka dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40) 3. Adab Isteri Kepada Suami - Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa: 34) - Hendaknya istri menyadari bahwa hak (kedudukan) suami setingkat lebih tinggi daripada istri. (Al-Baqarah: 228) - Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa: 39) - Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah: a. Menyerahkan dirinya, b. Mentaati suami,

c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya, d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suami e. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali) - Istri hendaknya selalu memenuhi hajat biologis suaminya, walaupun sedang dalam kesibukan. (Nasa i, Muttafaqun Alaih) - Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur untuk menggaulinya, lalu sang istri menolaknya, maka penduduk langit akan melaknatnya sehingga suami meridhainya. (Muslim) - Istri hendaknya mendahulukan hak suami atas orang tuanya. Allah swt. mengampuni dosa-dosa seorang Istri yang mendahulukan hak suaminya daripada hak orang tuanya. (Tirmidzi) - Yang sangat penting bagi istri adalah ridha suami. Istri yang meninggal dunia dalam keridhaan suaminya akan masuk surga. (Ibnu Majah, TIrmidzi) - Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi saw.: Seandainya dibolehkan sujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi) - Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani) - Istri hendaknya senantiasa membuat dirinya selalu menarik di hadapan suami(Thabrani) - Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa: 34) - Ada empat cobaan berat dalam pernikahan, yaitu: (1) Banyak anak (2) Sedikit harta (3) Tetangga yang buruk (4) lstri yang berkhianat. (Hasan Al-Bashri) - Wanita Mukmin hanya dibolehkan berkabung atas kematian suaminya selama empat bulan sepuluh hari. (Muttafaqun Alaih) - Wanita dan laki-laki mukmin, wajib menundukkan pandangan mereka dan menjaga kemaluannya. (An-Nur: 30-31) 4. Isteri Sholehah - Apabila seorang istri, menjaga shalat lima waktu, berpuasa pada bulan Ramddhan, memelihara kemaluannya, dan mentaati suaminya, niscaya Allah swt. akan memasukkannya ke dalam surga. (Ibnu Hibban) - Istri sholehah itu lebih sering berada di dalam rumahnya, dan sangat jarang ke luar

rumah. (Al-Ahzab : 33) - Istri sebaiknya melaksanakan shalat lima waktu di dalam rumahnya. Sehingga terjaga dari fitnah. Shalatnya seorang wanita di rumahnya lebih utama daripada shalat di masjid, dan shalatnya wanita di kamarnya lebih utama daripada shalat di dalam rumahnya. (lbnu Hibban) - Hendaknya menjadikan istri-istri Rasulullah saw. sebagai tauladan utama. 5. M. Luthfi Thomafi dalam milis mencintai-islam. 6. 40 keistimewaan wanita menurut Islam, menunjukkan betapa Islam begitu menghormati dan menghargai para wanita yang sholehah

Sikap Istri Terhadap Suami Kategori Islam, Keluarga Penulis Hendriono Terbit Selasa, Juni 30, 2009 Kewajiban pertama seorang istri terhadap suaminya adalah mentaati segala perintahnya, asal bukan hal yang melanggar syariah Islam. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. "Dan sebaik-baik istri adalah yang taat kepada suaminya, bijaksana, berketurunan, sedikit bicara, tidak suka membicarakan sesuatu yang tidak berguna, tidak cerewet dan tidak suka bersuara hingar-bingar serta setia kepada suaminya." Dalam hidup berkeluarga, suami memang harus dipandang sebagai tuan sekaligus teman yang abadi dalam hidup ini, yang juga akan melindungi istri dan anak-anak. Oleh karena itu ada beberapa etika dan cara bergaul yang harus diperhatikan istri kepada suaminya, diantaranya adalah :

Disaat suami sedang berbicara dengan istri jangan sekali-kali istri meninggalkannya, perhatikan pembicaraan itu sebaik-baiknya. Apabila suami memberikan pertimbangan terhadap suatu masalah atas kesulitan, istri harus mempertimbangkan sebaik-baiknya.

Istri tidak boleh membantah dengan keras terhadap suaminya. Bersikaplah yang bijaksana. Untuk sementara waktu, sebaiknya istri mengikuti kehendak suami, sesudah suasana memungkinkan kalau pertimbangan atau saran suami kurang tepat, ajukanlah pertimbangan yang lain dengan cara yang sabar dan penuh kasih sayang, sehingga tujuan kedua belah pihak tercapai tanpa harus ada yang merasa tersinggung atau disepelekan.

Jika suami sedang marah karena satu dan lain hal, hendaklah istri berlaku sabar dan diam untuk sementara waktu, jangan dibantah atau ditentang, karena seandainya dibantah atau ditentang akan menimbulkan suasan yang semakin tegang dan memuncak kemarahnnya yang pada akhirnya akan menggoyahkan sendi-sendi keluarga.

Istri hendaklah mengerjakan perintah suami dengan segera, tenang dan hati-hati, asalkan perintah itu tidak bertentangan dengan syariah Islam dan adat istiadat yang berlaku.

Ketika suami sedang duduk-duduk, hendaklah istri menghampiri dengan penampilan yang menyenangkan, dan kalau suami mengajak bicara berilah perhatian sepenuhnya dan ikutilah pembicaraan itu dengan seksama sehingga akan menampakkan suasana hidup

yang rukun dan damai. Bila perlu mintalah ijin untuk mengambilkan kopi/teh dan makan kecil kesukaannya, sehingga dapat membangkitkan kembali kemesraan cinta dan gairah hidup baginya, karena ia merasa mendapatkan istri yang setia dan menyenangkan.

Jika istri akan bepergian, haruslah ia meminta ijin suaminya. Tidak boleh seorang istri menyambut kedatangan suami dari bepergian atau tempat kerja dengan muka masam atau dahi berkerut, berbadan dan berpakaian kotor. Penampilan yang seperti ini akan menambah kelelahan suami setelah seharian bekerja mencari nafkah keluarga.

Istri harus menghormati keluarga suami (Bapak, Ibu saudara-saudaranya), meskipun secara status sosial ekonomi, mereka kurang beruntung dibandingkan dengan keadaan keluarga istri.

Istri berkewajiban untuk mengasuh, memelihara dan mendidik anak-anak sebaik-baiknya serta memberikan tauladan kepada mereka.

Istri hendaklah selalu mendampingi suami diwaktu malam. Jika kebetulan istri sudah mendahului makan malam, hendaknya ia mendampingi suami dalam bersantap malam sampai selesai.

Istri dilarang keras menceritakan rahasia keluarga dan rahasia suaminya kepada orang lain, sekalipun dengan sahabat karib atau orang tuanya. Rahasia itu misal, soal hutang, cacat suami, saingan atau musuh suaminya, kekurangmampuan suami dalam memberikan nafkah batin dan sebagainya.

Bagi seorang istri yang sibuk dengan pekerjaan sehari-hari (karena sebagai wanita karir), hendaklah ia meluangkan waktu untuk berlibur dan bersenang-senang bersama suami dan anak-anak.

You might also like